PROSIDING SEMINAR NASIONAL Dalam Rangka Dies Natalis ke-68 Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada 2014
Pengembangan dan Pemanfaatan IPTEKS untuk Kedaulatan Pangan Penyunting: Eka Tarwaca Susila, S.P., M.P., Ph.D. Dr. agr. Panjisakti Basunanda, S.P., M.P. Dr. Ir. Taryono, M.Sc. Dr. Ir. Endang Sulistyaningsih, M.Sc. Dr. Makruf Nurudin, S.P., M.P. Muhammad Saifur Rohman, S.P., M.Eng., Ph.D. Ir. Donny Widianto, Ph.D. Dyah Weny Respatie, S.P., M.Si.
ISSN NO : 2442-7314 Lembaga penerbit : Fakultas Pertanian UGM Tahun Terbit : 2014
SUSUNAN DEWAN REDAKSI PROSIDING SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS KE-68 FAKULTAS PERTANIAN UGM
Pengembangan dan Pemanfaatan IPTEKS untuk Kedaulatan Pangan
Ketua Redaksi
: Eka Tarwaca Susila Putra, S.P., M.P., Ph.D.
Dewan Redaksi
:
1. Dr.agr. Panjisakti Basunanda, S.P., M.P. 2. Dr. Ir. Taryono, M.Sc. 3. Dr. Ir. Endang Sulistyaningsih, M.Sc. 4. Dr. Makruf Nurudin, S.P., M.P. 5. Dr. Subejo, S.P., M.P. 6. Muhammad Saifur Rohman, S.P., M.Eng., Ph.D. 7. Ir. Donny Widianto, Ph.D. 8. Dyah Weny Respatie, S.P., M.Si.
Sekertariat/Sirkulasi: 1. Fitriyana Sholihatun 2. Heni Septia Purwaningsih 3. Rianni Capriati 4. Halim Wicaksono 5. Febriana Intan Yusria 6. Rima Indhirawati 7. Galuh Paramita
Desain dan Layout
: Rahmat Hanif Abdillah
Sekertariat: Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Jalan Flora Nomor 1 Yogyakarta Email:
[email protected] Telp./fax.: (0274) 563062 i
KATA PENGANTAR Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada sebagai salah satu lembaga yang bertanggung jawab dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dituntut untuk selalu berinovasi melalui kegiatan penelitian, khususnya dalam bidang pertanian. Hasil-hasil penelitian tidak akan banyak diketahui oleh masyarakat apabila tidak ada upaya untuk penyebarluasannya. Dalam upaya tersebut, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian bidang Pertanian 2014 dengan tema “Pengembangan
dan Pemanfaatan lmu
Pengetahuan dan Teknologi untuk Kedaulatan Pangan.” Selain sebagai upaya penyebarluasan hasil-hasil penelitian, seminar tersebut juga dimaksudkan sebagai wadah bagi para peneliti di bidang pertanian untuk saling bertukar informasi dalam kekinian ilmu dan teknologi bidang pertanian. Pada pelaksanaan Seminar Nasional tahun 2014 ini berhasil dijaring sebanyak 203 judul makalah yang terbagi ke dalam 37 makalah poster dan 166 makalah lisan. Rincian berdasarkan kelompok ilmu adalah 57 makalah di bidang budidaya pertanian, 41 makalah di bidang sosial ekonomi pertanian, 4 makalah di bidang perikanan, 9 makalah di bidang mikrobiologi pertanian, 12 makalah di bidang hama dan penyakit tumbuhan, dan 29 makalah di bidang ilmu tanah. Tingginya minat dalam keikutsertaan pada seminar nasional ini menunjukkan tingginya kegiatan riset dalam bidang pertanian. Harapan kedepannya adalah kegiatan seminar nasional dapat terus dilaksanakan secara rutin sebagai wadah penyebaran dan pertukaran informasi hasil-hasil penelitian bidang pertanian terkini.
Yogyakarta, September 2014
ii
DAFTAR ISI KODE AC01
AC02
NAMA Agus Supriyo
Ahmad Suriadi
AC04
Athoillah Azadi
AC05
Budi Hartoyo
AC06
Sukristiyonubowo
AC08
Ernitha Panjaitan
AC09
I. G. K. Dana Arsana
AC10
Iin Siti Aminah
AC11
Mamik Sarwendah
AC12
Meinarti Norma Setiapermas
AC13
S. A. N Aryawati
AC16
Taufan Alam
JUDUL MAKALAH Aspek Budidaya Lahan dalam Pengembangan Pertanian Lahan Rawa Pasang Surut (Studi Kasus : Danda Besar, Kab. Barito Kuala) Trend Produktivitas Padi Akibat Perubahan Iklim di NTB Pengembangan Mesin TanamPindah Bibit Padi Indo Jarwo Transplanter Respon Varietas Unggul Baru (VUB) Padi pada Berbagai Pengelolaan Pemupukan (Studi Kasus di Kabupaten Malang) Produktivitas Air dan Hasil Padi pada Beberapa Tinggi Genangan Air pada Sawah Bukaan Baru Budidaya Padi Organikmendukung Kedaulatan Pangan Nasional Inovasi Teknologi Budidaya Varietas Unggul Baru Kedelai (Glycine max) Di Daerah Klungkung Bali Efisiensi Pemanfaatan Lahan Marginal Pasang Surut Melalui Tumpangsari Jagung-Kedelai dengan Pemberian Pupuk Hayati Aktifitas Nitrat Reduktase dan Kandungan Klorofil Beberapa Tanaman Sela Sistem Tumpangsari pada Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit Tbm 3 Perencanaan Pola dan Waktu Tanam pada Tanaman Semusim untuk Antisipasi Perubahan Cuaca/Iklim di Lahan Sawah Pengembangan Padi Organik dengan Teknologi PPT pada Integrasi Tanaman Ternak untuk Kedaulatan Pangan Efektivitas Gulma Siam (Chromolena odorata) sebagai Subtitusi Pupuk Urea pada Pertanaman Jagung
HALAMAN
................1-9 ............10-15
............16-21
............22-26
............27-35 ............36-44
............45-49
............50-55
............56-59
............60-66
............67-71
............72-78 iii
AC17
AH01
AH02
Tota Suhendrata
Andre Sparta / R. Triatminingsih
Hanny Hidayati Nafi`ah
AH03
I. G. K. Dana Arsana
AH04
Meksy Dianawati
AH05
Nur Fitriana
AH06
Yayuk A. Betty
AH08
Sri Trisnowati
AP01
Ketut Anom Wijaya
AP02
Sri Hartatik
AP03
Zainal Arifin
Pengkajian Mesin Tanam Bibit Padi Jajar Legowo (Rice Transplanter Jajar Legowo 2:1) pada Lahan Sawah Irigasi di Kabupaten Sragen Peningkatan Jumlah Tunas Manggis (Garcinia mangostana L.) Secara In Vitro Berdasarkan Jumlah Sub Kultur Pengaruh Jarak Tanam dan Pengaturan Jumlah Bunga terhadap Produksi Mentimun Kajian Budidaya Tanaman Kelor (Moringa oleifera) sebagai Sayuran Alternatif Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Lokal Di Bali Penggunaan Limbah Organik Biogas sebagai Media Tanam pada Produksi Benih Kentang (Solanum tuberosum L.) Usahatani Cabai di Lahan Pekarangan dengan Irigasi Tetes Kajian Agronomis dan Pengenalan Varietas Unggul Nasional Gladiol (Gladiolus hybridus) Di Bandungan Jawa Tengah Perubahan Mutu dan Umur Simpan Buah Sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen) Setelah Pengiriman Menggunakan Berbagai Kemasan Kardus
Efek Suplai N terhadap Kadar Gula Nira Tebu Varietas Bululawang Pengembangan Teknik Budidaya Single Bud Planting pada Pembibitan Tebu (Saccharum officinarum L.): Optimasi Komposisi Media Tanam dan Penambahan ZPT Metode Geolistrik dalam Penentuan Sebaran Akar Kelapa Sawit
............79-85
............86-90
........91-95
........96-100
........101-106 ........107-113
........114-119
........120-124
........125-129
........130-133
........134-138
iv
BC01
Ali Husni
BC02
Anggiani Nasution
BC04
Endang Suhartatik
BC05
Hairil Anwar
BC06
BC07
Joko Triastono
Mamik Sarwendah
BC08
Meinarti Norma Setiapermas
BC09
Novita Nugrahaeni
BC10
S. A. N Aryawati
BC13
Supriyanta
BC14
Trisnaningsih
BH01
Erlina Ambarwati
BH02
BH03
Eti Heni Krestini
Suyadi Mitrowihardjo
Daya Hasil 23 Galur Mutan Kedelai Hasil Induksi Mutasi dan Seleksi In Vitro terhadap Cekaman Kekeringan di Kabupaten Maros Varietas Lokal Padi sebagai Sumber Ketahanan Penyakit Blas Daun dan Blas Leher Respon Varietas Baru Padi Gogo terhadap Teknologi Budidaya di Lahan Kering Pengaruh Serangan Penggerek Polong terhadap Keragaan Hasil Galur-Galur Harapan Kedelai di Kabupaten Banyumas Keragaan Display Varietas Unggul Baru (VUB) Padi dalam Mendukung Swasembada Padi di Kabupaten Batang Kajian Adaptasi Galur Harapan Padi di Sawah Tadah Hujan Kabupaten Belitung Timur Keragaan Produktivitas Padi Inpari 18, Inpari 19, dan Inpari 20 di Kabupaten Boyolali Hasil dan Komponen Hasil GalurGalur Kedelai Umur Genjah Pengkajian Budidaya Padi Varietas Unggul Baru dengan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu Mewujudkan Kedaulatan Pangan Di Bali Penyaringan Ketahanan terhadap Cekaman Salinitas Padi Dusel Hasil Mutasi Generasi M3 Galur-Galur Padi Rawa Potensial Yang Tahan Hama dan Penyakit Utama pada Lahan Marginal Potensi Hasil Galur Mutan Harapan Tomat di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi Pengujian Ketahanan 26 Genotipe Cabai Rawit terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Di Laboratorium Usaha Memperoleh Partenokarpi Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) dangan Menggunakan Ga3
........139-144
........145-148
........149-154
........155-163
........164-168
........169-176
........177-181 ........182-187
........188-192
........193-204
........205-210
........211-219
........220-225
........226-233 v
BP01
Muhammad Arief Nasution
EC02
Indri Januarti / Eka Mulyana
EC04
Mahsyuri / Hanni
EC05
R. Kurnia Jatuningtyas
EC06
Sarjana
EE01
Dian Maharso Yuwono
EE02
Fairuz Indana
EH01
Forita Dyah
FE02
Kusnandar
FE04
Retno Budhiati
FE05
Suyono
IC01
Hasbullah Syaf
Induksi Keragaman Genetik Melalui Iradiasi Sinar Gamma pada Berbagai Benih Klon Kakao Asal Sulawesi Selatan Karakteristik Sosial Ekonomi Wanita Tani dan Model Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi Rawa Lebak Di Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kedelai di Kabupaten Bantul Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Kedelai di Kabupaten Wonogiri Peluang Peningkatan Produksi Kedelai Ditinjau dari Aspek Kelayakan Usahatani dan Pola Pengambilan Keputusan Petani Dukungan Feati pada Pengembangan Agribisnis Ternak Kambing-Domba di Jawa Tengah Ekonomi Rumah Tangga Petani Tambak Rumput Laut di Kabupaten Brebes Prospek Pengembangan Kentang dan Permasalahannya di Kabupaten Banjarnegara Strategi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Ekosistem Strategi Peningkatan Konsumsi Ikan di Kota Tegal sebagai Upaya Kedaulatan Pangan Model Korelasi Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dengan Degradasi Mangrove Di Wilayah Pantai Kabupaten Brebes Evaluasi Lahan untuk Peruntukan Tanaman Pangan pada Tanah Timbunan Luapan Banjir Berulang Di Konda, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara
........234-239
........240-244
........245-250
........251-256
........257-266
........267-271
........272-277
........278-283 ........284-298
........299-308
........309-314
........315-322
vi
IC02
Hendy Hendro
IC03
Siti Nurul Rofiqo Irwan
IC04
Tri Jaka Kartana
IP01
Taufan Alam
KC01
Ali Pramono
KC02
Aribawa / SAN Aryawati
KC03
Eni Yulianingsih
KC04
Mulyono Nitisapto
KC06
Sri Karyaningsih
KE01
MC01
MC03
Hadi Supriyo
Agus Bakar Rachman
Nurdeana / Mahargono
Pemetaan Lahan Kritis sebagai Landasan Meningkatkan Produktivitas Lahan untuk Penyediaan dan Ketahanan Pangan dengan Menggunakan Pendekatan Spasial Temporal Di Kawasan Muria Perkotaan dan Ketahanan Pangan: Pengembangan Lanskap Produktif Berkelanjutan di Perkotaan Strategi Pengelolaan Terpadu Waduk sebagai Kawasan Agrohidroekowisata Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan Berbasis Permodelan Spasial Optimasi Produk Cengkeh Sistem Agroforestri Di Pegunungan Menoreh Neraca Karbon pada Sistem Pertanian Bioindustri Berkelanjutan di Lahan Tadah Hujan Penggunaan Sistem Informasi Kalender Tanaman Terpadu untuk Antisifasi Perubahan Iklim pada Tanaman Padi di Kabupaten Tabanan Bali Emisi CH4 dan N2O pada Musim Tanam Walik Jerami dan Gogorancah di Lahan Sawah Tadah Hujan Pengaruh Pemanasan Global dan Perubahan Iklim terhadap Kearifan Lokal Dampak Perubahan Iklim terhadap Kegiatan Pertanian Pemetaan Indeks Potensi Lahan Di Kawasan Muria Berbasis Sistem Informasi Geografis (Sig) Tingkat Penggunaan Persentase Pati Gembili (Dioscorea aculeata L.) pada Sifat Fisik dan Akseptabilitas Nugget Ayam Pengaruh Pengukusan Serta Penambahan Tepung Ketan dan Tepung Beras terhadap Tekstur dan Uji Hedonik Dodol Pisang
........323-329
........330-335
........336-343
........344-351
........352-356
........357-362
........363-367
........368-382 ........383-388
........389-392
........393-398
........399-405 vii
MC05
Sri Sudarwati
MC06
Sri Sudarwati
MC07
Yeyen Prasetyaning Wanita
MC08
Yeyen Prasetyaning Wanita
ME02
Yennita Sihombing
P02
Yullianida
P03
Marida Santi YIB
P06
Sri Wahyuningsih
P07
Sularno
P09
Nurjaya
P10
Yulis Hindarwati
Inovasi Teknologi Pengolahan Bahan Pangan Sumber Karbohidrat Non Beras dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Timur Pengaruh Teknologi Pengolahan Pisang terhadap Tingkat Penerimaan Konsumen dan Analisa Usaha Taninya Pengaruh Penambahan Gelatin terhadap Mutu dan Penerimaan Konsumen pada Permen Jelly Srikaya (Annona squamona) Fortifikasi Tepung Beras Hitam dalam Pembuatan Cendol Ganyong (Canna edulis) sebagai Pangan Fungsional Pengaruh Jumlah Tepung Campuran dan Natrium Tripoliphosfhat terhadap Mutu Bakso Daging Sapi Observasi Galur Padi Gogo Toleran Keracunan Alumunium dan Tahan Penyakit Blas Leher di Lahan Kering Masam Evaluasi Ketahanan Galur-Galur Kedelai terhadap Penggerek Polong, Etiella zinckenella Treitsche (Lepidoptera: pyralidae) Budidaya Berkelanjutan Aneka Ubi Guna Mewujudkan Ketahanan Pangan Mandiri dan Berdaulat Kontribusi Varietas Unggul Baru dalam Usahatani Padi untuk Meningkatkan Produksi dan Pendapatan Pembandingan Efektivitas Pupuk NPK Majemuk 15-7-8 dengan Pupuk NPK Tunggal terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah Identifikasi Logam Berat Cd pada Tanah dan Gabah di Lokasi Pengembangan Padi Organik Kabupaten Semarang
........406-411
........412-417
........418-424
........425-430
........431-436
........437-442
........443-449
........450-461
........462-467
........468-473
........474-478
viii
P11
M. Hidayanto
P12
M. Hidayanto
P14
Budi Kurniawan.
P15
Suyono
P24
Dian Adi Anggraeni
P25
Ninik Umi Hartanti
P28
Suharyanto
P29
Suharyanto
P30
Atang Muhammad Safei
P31 P32
P33
Nyoman Ngurah Arya Kusnandar dan Endang Siti Rahayu Atang Muhammad Safei
Pengelolaan Lahan Bekas Penambangan Batubara untuk Pengembangan Ubi Jalar Optimalisasi Pemanfaaan Lahan Pekarangan untuk Mendukung Kecukupan Sayuran Keluarga di Kabupaten Paser Strategi Pengelolaan Terpadu Waduk/Bendungan sebagai Kawasan Agrohidroekowisata Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan Berbasis Permodelan Spasial. Teknologi Sederhana Peredam Gelombang Laut untuk Optimalisasi Reboisasi Mangrove Di Pantai Kabupaten Brebes Propinsi Jawa Tengah Formulasi Produk Keripik Simulasi dari Tepung Komposit Keladi dan Ubi Jalar dan Analisis Usaha Pengolahannya Kemampuan Daya Apung Pelet dengan Teknik Fermentasi Bersumber Bahan Nabati Yang Berbeda Efektivitas Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen (GKP) di Provinsi Bali Tahun 2010-2013 Analisis Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani (Modifikasi Metode Jonsson And Toole dengan Pendekat Analisis Ordered Logistic) Kajian Hubungan Penyuluh Pertanian dengan Peningkatan Produktivitas Padi di Kabupaten Tasikmalaya Ketersediaan dan Kebutuhan Beras di Provinsi Bali Analisis Kelembagaan Primkopti dalam Rantai Pasok Kedelai di Kabupaten Grobogan Preferensi Teknologi Petani pada Pendampingan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Kota Tasikmalaya
........479-483
........484-488
........489-496
........497-502
........503-508
........509-514
........515-520
........521-527
........528-532 ........533-538
........539-546
........547-552 ix
P34
Endang Siti Rahayu
P35
Sri Mulyani
P36
Nila Prasetiaswati
P38
Sri Minarsih
P40
Siti Muzaiyanah
PC02
Asikin
PC03
Asikin
PC04
Dina Istiqomah
PC06
Hafiz Fauzana
PH04
Gunawan
PH05
Indratin / Sri Wahyuni
PH06
Tri Joko
Model Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kerajinan Kaligrafi Kulit Kambing sebagai Strategi Pengembangan Industri Kreatif dan Produk Unggulan Lokal di Kabupaten Sukoharjo Strategi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Ekosistem Preferensi Petani Lahan Kering Masam terhadap Calon Varietas Unggul Kedelai Berbiji Besar Di Kalimantan Selatan dan Lampung Timur Penerapan Rekomendasi Pemupukan Hara Spesifik Lokasi Berbasis Web (PHSL On Line) sebagai Upaya Menghemat Biaya Pemupukan di Kabupaten Klaten Pengendalian Gulma Efisien pada Tanaman Kedelai (MK II) di Banyuwangi Biopestisida sebagai Kearifan Lokal dalam Menunjang Pertanian Organik Pengendalian Serangga Hama Utama Padi Ramah Lingkungan di Lahan Rawa Pasang Surut Keefektifan Bakteri Endofit dalam Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Jagung secara In Vitro Efikasi Abu Terbang Batubara terhadap Wereng Batang Padi Coklat (Nilaparvata lugens) Toksisitas Campuran Ekstrak Barringtonia asiatica L. (Kurz) (Lecythidaceae) dengan Tiga Jenis Ekstrak Tumbuhan terhadap Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae). Penurunan Konsentrasi Residu Heptaklor dengan Urea Arang Aktif Yang Diperkaya Mikroba pada Lahan Sayuran Deteksi Molekular Bakteri Penyebab Penyakit Busuk Lunak pada Anggrek Menggunakan Teknik Polymerase Chain Reaction
........553-559 ........560-573
........574-588
........589-595
........596-603
........604-609
........610-618
........619-626
........627-631
........632-636
........637-642
........643-648 x
PH08
Utik Windari
PP01
Danar Dono
PP03
Tri Harjaka
RC01
Mohd Harisudin
RC02
Sri Peni Wastutiningsih
RC04
Evi Nurifah J
RC05
Hano Hanafi / Suradal
RC08
Partoyo
RC11
Sri Marwanti
RE01
Aris Slamet Widodo
RE02
Gontom C Kifli
RE03
Nyoman Ngurah Arya
Insidensi Penyakit Bacterial Fruit Blotch pada Melon Di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Sekitarnya Pengendalian Ceratovacuna lanigera dengan Formula Ekstrak Biji Barringtonia asiatica (Lecythidiceaea) Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Infeksi Jamur Patogen Serangga pada Lepidiota Stigma Rekomendasi Strategi Pengembangan Agribisnis Jagung di Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah Kebijakan Setengah Hati Pangan Lokal untuk Mendukung Ketahanan Pangan: Kasus Kabupaten Lombok Barat Kajian Variabel Kebijakan Internal dan Eksternal Menggeser Kurva Penawaran pada Keseimbangan Pasar Beras Domestik dengan Pendekatan Duality Kajian Karakteristik dan Kelembagaan Penangkar Produsen Benih Padi dalam Mendukung Kedaulatan Pangan Di Daerah Istimewa Yogyakarta Pengembangan Sistem Informasi Spasial Berbasis Desa untuk Mendukung Penguatan Ketahanan Pangan Di DIY Peran Kelembagaan Lokal Bagi Inovasi Kreatif Pengolahan Pangan Berbasis Umbi-Umbian untuk Penguatan Kedaulatan Pangan di Karanganyar Efisiensi Teknis Usahatani Konservasi Lahan Pantai di Kabupaten Bantul Pengembangan Model Adopsi Inovasi Melalui Jaringan Komunikasi Kelayakan Finansial Usahatani Kambing Peranakan Ettawa dalam Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
........649-654
........655-660
........661-665
........666-672
.......673-680
........681-686
........687-694
........695-701
........702-705
........706-712
........713-718
........719-724 xi
RH02
Susi Wuri Ani
RP02
Yuhan FM
RP03
Eka N J
SC01
Ahmad Suriadi
SC02
Ani Susilawati
SC04
Cicik Oktasari
SC05
Cicik Oktasari
SC06
Eni Maftu’ah
SC07
Poniman
SC09
Sukarjo
SC10
Terry Ayu Adriany
SC11
Yulia Raihana
SH01
SP01
Joko Pramono
Murni Handayani
Pengembangan Kawasan Agribisnis Kunyit di Kabupaten Karanganyar Kelembagaan Pasar Lelang Cabai Merah di Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo Konsolidasi Lahan Pertanian Pasir Pantai di Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo Pengkajian Aplikasi Pengairan Basah-Kering untuk Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah di NTB Sifat Fisika Tanah di Guludan pada Sistem Surjan Tanah Sulfat Masam Dinamika Logam Berat Co dan Zn Berdasarkan Bahan Induk Tanah di Sawah Tadah Hujan Kabupaten Jombang Karakteristik Bahan Induk Tanah di Lahan Sawah Kabupaten Jombang Pengaruh Biochar terhadap Sifat Kimia Tanah dan Pertumbuhan Padi di Lahan Sulfat Masam Peningkatan Hasil dan Mutu Padi Sawah melalui Pengendapan Limbah Cair Tapioka (LCT) Keterkaitan Kandungan Mn dan Zn Total dalam Tanah terhadap Kandungannya dalam Beras Pengaruh Pemberian Amelioran pada Tanah Gambut Yang Disawahkan terhadap Emisi Metana (CH4) Peranan Pengaturan Air dan Permupukan di Lahan Gambut Pasang Surut Bagi Tanaman Padi Kajian Pemupukan Urea Berlapis Bahan Penghambat Nitrifikasi pada Budidaya Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Kajian Sifat Fisik-Kimia Andisol Di Bawah Tegakan Tanaman Teh dengan Tingkat Kerapatan Yang Berbeda
........725-729
........730-735
........736-739
........740-744
........745-750
........751-756
........757-762
........763-769
........770-775
........776-780
........781-786
........787-794
........795-800
........801-805
xii
SP02
SP03
SP04
SP05
TC02
TH01 TH02
TH03
TH04
TH05
TH06
Rahmah Dewi Yustika
Penggunaan Teknik Konservasi Penanaman Menurut Kontur dan Agroforestri untuk Mencegah Degradasi Tanah Ratri Noorhidayah Kajian Sifat Fisik dan Kimia Tujuh Ordo Tanah Yang Tersebar di Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta Suci HandayaniErodibilitas Tanah Di Kecamatan Hibah Patuk dan Gedangsari, Gunungkidul Triyani Dewi Kemampuan Azotobacter dan Fungi Mikoriza Arbuskula dalam Menurunkan Konsentrasi Timbal dan Kadmium pada Tanah Oleh Tanaman Haramay (Boehmeria Nivea Gaud) Endah Wahyurini Pengaruh Benzil Amino Purin dan Sukrosa terhadap Pertumbuhan Embrio Kedelai Edamame (Glycine max) Secara In Vitro Agus Sutanto Bakteri Indigen Bioremediator Limbah Cair Nanas Christina L. Salaki Deteksi Keanekaragaman Gen Cry dan Morfologi Kristal Protein Bacillus thuringiensis Indigenous Indonesia Yang Potensial sebagai Kandidat Biopestisida Ramah Lingkungan terhadap Hama Tanaman Kubis Dyah Weny Respatie Pertumbuhan dan Kandungan Flavonoid Daun Sirsak (Annona muricatalinn) pada Perlakuan Macam Pupuk Organik Rahayu Pengaruh Benzyl Amino Purine Triatminingsih (BAP) dan Polyethylene Glycol (PEG) terhadap Pembentukan Embrio Somatik Durian secara In Vitro Rita Elfianis Uji Ekspresi Artemisinin pada Artemisia Cina dengan Menggunakan Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) Tantri Swandari Deteksi Keberadaan Gen Terkait Antosianin dan Asosiasinya terhadap Kualitas Buah Cabai (Capsicum spp.)
........806-810
........811-819
........820-826
........827-832
........833-838 ........839-846
........847-852
........853-857
......858-862
.....863-869
......870-875 xiii
KEEFEKTIFAN BAKTERI ENDOFIT DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG SECARA IN VITRO Dina Istiqomah dan Tri Joko Program Studi Fitopatologi, Program Pascasarjana, Fakultas Pertanian UGM (
[email protected]) ABSTRAK Jagung merupakan komoditas pangan alternatif karena memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat dan bahan baku industri olahan. Salah satu kendala utama produksi jagung adalah serangan patogen yang dapat menurunkan kualitas dan produktivitas tanaman, sehingga perlu teknologi yang dapat meningkatkan kualitas tanaman jagung. Bakteri endofit yang telah banyak diteliti dilaporkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan bakteri endofit dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung secara in vitro. Sebanyak tiga isolat bakteri endofit (AKOC1, DnAr4 dan Ea9) diaplikasikan pada plantlet jagung dalam bentuk suspensi, dengan kombinasi perlakuan sebagai berikut: 1) perendaman biji jagung dalam larutan desinfektan NaOCl 0,5%; 2) tanpa perendaman dalam larutan desinfektan NaOCl 0,5%; 3) dengan pemotongan ujung akar; 4) dengan penuangan suspensi bakteri pada 1 hari setelah tanam dan 5) penambahan triptofan 0,01% pada medium agar. Medium pertumbuhan plantlet jagung menggunakan medium agar + Tryptic soy broth 0,01%. Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, berat basah dan kering tajuk, berat basah dan kering akar, serta keberadaan jamur kontaminan. Hasil penelitian menunjukkan isolat DnAr4 yang diperlakukan dengan penuangan suspensi 1 hari setelah tanam menunjukkan hasil terbaik dengan peningkatan tinggi tanaman sebesar 47,69%, berat basah tajuk 68,09%, berat basah akar 62,9%, berat kering tajuk 35,19% dan berat kering akar sebesar 52,93%. Namun demikian, semua isolat tidak mampu menekan pertumbuhan jamur kontaminan. Kata kunci: bakteri endofit; keefektifan; jagung; pertumbuhan in vitro Pendahuluan Jagung merupakan komoditas pangan alternatif karena memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat dan bahan baku industri olahan. Program diversifikasi pangan mulai mengarahkan kebiasaan konsumsi beras kepada jagung dan singkong. Selain itu, untuk mengantisipasi krisis energi, masyarakat dunia mulai terbuka pada pemanfaatan jagung sebagai sumber energi alternatif. Laju peningkatan produksi jagung di Indonesia relatif masih lamban, di sisi lain kebutuhan jagung sebagai bahan baku industri pangan dan pakan mengalami peningkatan yang lebih cepat. Menurut data statistik, produksi jagung pada tahun 2013 (ASEM) turun sebesar 0,88 juta ton (4,54 %) dibanding tahun 2012. Penurunan produksi ini diakibatkan karena penurunan luas lahan. (Anonim, 2014). Penurunan produktivitas jagung juga diakibatkan oleh penyakit (Sumartini dan Hardaningsih, 1995 cit. Surtikanti, 2011). Teknologi yang ramah lingkungan sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman jagung. Beberapa penelitian melaporkan bahwa inokulasi bakteri endofit dapat meningkatkan pertumbuhan
619
tanaman. Bakteri endofit merupakan bakteri yang berada dalam jaringan tanaman tanpa menimbulkan gejala penyakit (Zinniel et al. 2002). Kemampuan bakteri endofit dalam menyediakan hara, memproduksi hormon IAA (indole-3- acetic acid), menghasilkan enzim ekstraseluler, produksi sianida, pelarut pospat dan aktivitas fluoresensi (Munif, 2001). Hasil penelitian Tarabily (2003) juga menyebutkan bakteri endofit yang diisolasi dari akar jagung dapat dimanipulasi untuk meningkatkan produktivitas tanaman jagung. Berdasarkan alasan tersebut, perlu dilakukan lebih banyak penelitian terhadap bakteri endofit yang berpotensi meningkatkan kualitas dan produktivitas tanaman jagung dengan berbagai kombinasi perlakuan. Metode Penelitian Pengujian untuk mengetahui keefektifan bakteri endofit terdiri dari 5 perlakuan, yaitu: 1) perendaman biji jagung dalam larutan desinfektan NaOCl 0,5%; 2) tanpa perendaman dalam larutan desinfektan NaOCl 0,5%; 3) dengan pemotongan ujung akar; 4) dengan penuangan suspensi bakteri pada 1 hari setelah tanam dan 5) penambahan triptofan 0,01% pada medium agar. Biji jagung dikecambahkan selama 4 hari dalam cawan petri yang telah dialasi kertas saring dan dibasahi air steril hingga lembap. Perlakuan biji jagung yang didisinfeksi larutan NaOCl 0,5% dilakukan dengan cara merendam biji jagung pada larutan NaOCl 0,5% selama 30 menit sebelum dikecambahkan. Ketiga isolat bakteri yang telah ditumbuhkan pada medium YPA 2% selama 48 jam, diambil koloni tunggal dan diperbanyak pada medium YPB dengan digojok selama 24 jam, disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan pellet bakteri. Kemudian pellet bakteri disuspensikan dengan aquades steril hingga 25 mL untuk merendam biji jagung yang sudah berkecambah selama 1 jam (5 biji untuk tiap suspensi bakteri), ditiriskan dan ditumbuhkan pada tabung reaksi yang telah berisi medium agar + Tryptic Soy Broth 0,01% dan untuk perlakuan penambahan triptofan ditumbuhkan pada media agar + Tryptophan 0,01% selama tujuh hari dalam ruang kultur pada suhu ruang. Perlakuan pemotongan akar dilakukan dengan cara memotong ujung akar sebelum direndam dalam suspensi bakteri dan perlakuan dengan penuangan, suspensi bakteri dituang dengan menggunakan mikropipet sebanyak 100 µL di media agar pada 1 hari setelah tanam. Sedangkan untuk tanaman kontrol tanpa perlakuan apapun. Tinggi tanaman dan keberadaan jamur kontaminan diamati setiap hari selama tujuh hari, penimbangan berat basah tajuk dan akar pada hari ke tujuh dan penimbangan berat kering tajuk dan akar dilakukan setelah tanaman dioven pada suhu 70 ºC - 90 ºC selama 2 hari hingga mencapai berat konstan.
620
Hasil Dan Pembahasan A. Isolat bakteri yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan tanaman jagung in vitro yang diinokulasi bakteri endofit mengalami peningkatan tinggi tanaman dibandingkan kontrol (Gambar 1.) a
c
b
A
D
E
K
A
D
E
K
d
A D E
K
e
A
D E K
A
Gambar 1. Tinggi tanaman jagung dengan perlakuan: a. perendaman biji jagung dalam larutan desinfektan NaOCl 0,5%; b. tanpa perendaman larutan desinfektan NaOCl 0,5%; c. dengan pemotongan ujung akar; d. dengan penuangan suspensi bakteri pada 1 hari setelah tanam dan e. dengan penambahan triptofan 0,01% pada media agar. (A: AKOC1; D: DnAr4; E: Ea9 dan K: Kontrol) Menurut Sitompul dan Guritno (1995), tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang mudah diamati sebagai indikator pertumbuhan. Grafik pertumbuhan (Gambar 2.) menunjukkan bahwa aplikasi bakteri endofit pada plantlet jagung dapat meningkatan tinggi tanaman. Kecuali pada perlakuan pemotongan akar dan penuangan suspensi bakteri pada 1 hst, laju pertumbuhan isolat Ea9 lebih rendah dibandingkan dengan kontrol.
Gambar 2. Grafik laju peningkatan tinggi tanaman tiap perlakuan. Tinggi tanaman pada perlakuan dengan perendaman larutan desinfektan NaOCl 0,5% tertinggi diperoleh dari tanaman jagung yang diinokulasi isolat DnAr4 sebesar 189,06%, sedangkan AKOC1 sebesar 62,5% dan Ea9 112,5%. Pada perlakuan tanpa perendaman larutan NaOCl 0,5%, tinggi tanaman berturut- turut oleh isolat DnAr4 sebesar 170,25%, AKOC1 163,64% dan Eag 96,69%. Dengan demikian tidak ada perbedaan antara perlakuan dengan perendaman larutan desinfektan NaOCl 0,5% dengan yang tanpa dilakukan perendaman. 621
D
E K
Pada perlakuan dengan pemotongan ujung akar, isolat DnAr4 memberikan peningkatan sebesar 52,28% dan AKOC1 sebesar 12,36%, sementara Ea9 menunjukkan hasil yang lebih rendah 2,66% dibandingkan dengan kontrol. Hal tersebut disebabkan tanaman kontrol dapat memanfaatkan hara yang tersedia secara efisien untuk membentuk akarakar lateral meskipun tanpa inokulasi bakteri. Terbentuknya akar-akar lateral tersebut akan meningkatkan jumlah akar sehingga sebaran akar akan lebih luas dan serapan hara akan lebih optimal (Gardner et.al., 1991). Penuangan suspensi bakteri pada 1 hari setelah tanam hanya memberikan peningkatan tinggi tanaman pada tanaman yang diinokulasi isolat DnAr4 sebesar 47,69%. Isolat AKOC1 lebih rendah 4,22% dan Ea9 20,89% dari kontrol. Rendahnya laju pertumbuhan pada kedua isolat tersebut diakibatkan sel- sel bakteri kurang aktif menjangkau perakaran tanaman jagung atau mengalami degenerasi selama belum menjangkau perakaran. Peningkatan tinggi tanaman pada tanaman jagung yang diinokulasi bakteri endofit disebabkan oleh hormon IAA. Hasil penelitian Ngoma et.al (2013) dan Saylendra (2013) juga membuktikan bahwa bakteri endofit yang diisolasi dari perakaran jagung dapat merangsang pertumbuhan akar lateral, akar adventif, akar primer dan menghasilkan hormon pertumbuhan sehingga tanaman dapat tumbuh lebih baik. Triptofan merupakan prekursor pembentukan hormon IAA. Oleh karena itu, penambahan triptofan pada medium agar bertujuan agar bakteri dapat menggunakan triptofan yang tersedia untuk disintesis dalam pembentukan IAA, sehingga terlihat dalam grafik (Gambar 2.) bahwa tinggi tanaman perlakuan lebih tinggi dari kontrol. B. Pengaruh bakteri endofit terhadap berat basah dan kering tanaman. Berat basah dan kering tanaman sering digunakan untuk menganalisis pertumbuhan tanaman. Berat basah merupakan total berat tanaman yang menunjukkan hasil aktivitas metabolik tanaman, sedangkan berat kering merupakan hasil penimbunan hasil bersih asimilasi CO2 (Salisbury dan Ross, 1995). Berdasarkan hasil penelitian, inokulasi bakteri endofit pada tanaman jagung dapat meningkatkan berat basah tajuk dan akar serta berat kering tajuk dan akar (Gambar 3.)
622
Gambar 3. Berat basah dan berat kering tanaman tiap perlakuan. Hampir semua perlakuan menunjukkan pengaruh bakteri endofit terhadap peningkatan berat basah dan kering. Akan tetapi, pada isolat DnAr4 yang diperlakukan dengan perendaman biji dalam larutan NaOCl 0,5% menunjukkan berat basah akar yang 6,05% lebih rendah dari kontrol. Berat basah akar tanaman jagung yang dipotong akarnya yang diinokulasi isolat Ea9 mempunyai berat 14,49% lebih rendah dari kontrol. Hal ini disebabkan karena air dan hara yang diserap oleh akar tidak efisien untuk disintesis menjadi asimilat guna meningkatkan pertumbuhan tajuk. Sedangkan pada berat basah akar yang lebih rendah diduga akar tidak efisien dalam menyerap hara, tetapi pertumbuhan tajuk lebih dipengaruhi oleh rangsangan bakteri endofit yang dapat menghasilkan IAA. Mekanisme kerja IAA dalam perpanjangan sel adalah IAA mendorong elongasi sel- sel pada koleoptil dan ruas- ruas tanaman pada arah vertikal, diikuti dengan pembesaran sel dan meningkatnya bobot basah karena meningkatnya pengambilan air oleh sel tersebut (Spaepen et al., 2007) . Akumulasi bahan kering mencerminkan kemampuan tanaman dalam mengikat energi dari cahaya melalui proses fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Berdasarkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman, isolat DnAr4 dapat meningkatkan semua variabel pertumbuhan dengan perlakuan penuangan suspensi bakteri pada 1 hari setelah tanam. Peningkatan tinggi tanaman sebesar 47,69%, berat basah tajuk 68,09%, berat basah akar 62,9%, berat kering tajuk 35,19% dan berat kering akar sebesar 52,93%. C. Pengaruh bakteri endofit terhadap keberadaan jamur kontaminan. Perlakuan perendaman dengan larutan desinfektan NaOCl 0,5% tidak memberikan hasil yang berbeda dengan perlakuan tanpa disinfeksi dan perlakuan lainnya, yaitu masih adanya jamur yang mengkontaminasi tanaman jagung in vitro.
Gambar 4. Uji antagonisme bakteri endofit terhadap jamur yang mengkontaminasi tanaman jagung in vitro.
623
Namun demikian, ketika dilakukan uji antagonisme ketiga isolat dengan jamur kontaminan menunjukkan zona hambat (Gambar 3). Hal ini diduga sel-sel bakteri yang telah masuk ke dalam sel tanaman lebih berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dibandingkan menekan jamur kontaminan. Kesimpulan 1. Inokulasi bakteri endofit pada tanaman jagung secara in vitro dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Isolat bakteri endofit terbaik adalah isolat DnAr4 yang diperlakukan dengan penuangan suspensi bakteri pada 1 hari setelah tanam dengan peningkatan tinggi tanaman sebesar 47,69%, berat basah tajuk 68,09%, berat basah akar 62,9%, berat kering tajuk 35,19% dan berat kering akar sebesar 52,93%. 2. Inokulasi bakteri endofit tidak mampu menekan keberadaan jamur kontaminan pada media kultur. Daftar Pustaka Anonim, 2014. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Angka Sementara tahun 2013). Badan Pusat Statistik Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. (Physiology of Crop Plants, alih bahasa: H. Susilo). Universitas Indonesia Press, Jakarta. Munif A. 2001. Study on the importance of endophytic bacteria for the biological control of the root-knot nematode Meloidogyne incognita on tomato [disertasi]. Bonn: Doktor der Agrarwissenschaften. Rheinischen Freidrich- WilhelmsUniversitat. Ngoma, L., Boipelo E. dan Olubukola O. B. 2013. Isolation and characterization of beneficial indigenous endophytic bacteria for plant growth promoting activity in Molelwane Farm, Mafikeng, South Africa. African Journal of Biotechnology. Salisbury, F. B. Dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 3. Penerbit ITB. Bandung. Saylendra, A dan Fitria D. 2013. Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. asal endofit akar jagung (Zea mays l.) yang berpotensi sebagai pemacu pertumbuhan tanaman. Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan. Vol. 2 No.1 : 19-27 Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Spaepen, S., Jos, V., Roseline, R. 2007. Indole-3-Acetic Acid in Microbial and Microorganism Plant Signaling. Departemen of Microbial and Molecular Systems. Centre of Microbial and Plant Genetics: Belgium. Sumartini dan Hardaningsih S., 1995. Penyakit - penyakit Jagung dan Pengendaliannya. dalam Surtikanti. 2011. Hama dan Penyakit Tanaman Jagung dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Tarabily, K., A. H. Nassar., K. Sivasithamparam. 2003. Promotion Of Plant Growth By An Auxin-Producing Isolate Of The Yeast Williopsis Saturnus Endophytic In Maize Roots. The Sixth U. A. E University Reasearch Conference: 60-69. Zinniel DK, Lambrecht P, Beth Harris N, Feng Z, Kuczmarski D, Higley P, Ishimaru CA, Arunakumari A, Barletta RG, Vidaver AK. 2002. Isolation and characterization of endophytic colonizing bacteria from agronomic crops and prairie plants. Appl Environ Microbiol. 68(5):2198-2208.
626
DETEKSI MOLEKULAR BAKTERI PENYEBAB PENYAKIT BUSUK LUNAK PADA ANGGREK MENGGUNAKAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION Tri Joko* dan Nanda Kusumandari Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada *Corresponding email:
[email protected] ABSTRAK Penyakit busuk lunak (PBL) yang disebabkan oleh bakteri patogen merupakan salah satu penyakit yang sangat merugikan pada tanaman anggrek. Kerugian akibat serangan patogen penyakit busuk lunak dapat mencapai 20– 50% dan sejauh ini merupakan faktor pembatas produksi anggrek di sentrasentra pertanian anggrek. Oleh karena itu keberadaan penyakit busuk lunak anggrek perlu dideteksi secara akurat dan tepat sehingga dapat diketahui penyebab utamanya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) melakukan deteksi isolat bakteri penyebab penyakit busuk lunak anggrek dengan PCR menggunakan beberapa primer spesifik; (2) Mengetahui spesifitas primer yang digunakan untuk deteksi isolat bakteri penyebab penyakit busuk lunak anggrek. Hasil penelitian menunjukkan genus Pseudomonas dapat dideteksi dengan primer fPs16S/rPs23S. Seluruh isolat dapat teramplifikasi dengan menggunakan primer ADE1/ADE2 untuk deteksi Dickeya, tetapi terdapat beberapa pita DNA lain yang juga muncul. Demikian pula primer Eca1f/Eca2R untuk deteksi Pectobacterium atrosepticum dan primer Burk3/BurkR untuk deteksi Burkholderia dapat mengamplifikasi pita DNA pada beberapa isolat, tetapi pita yang dihasilkan memiliki ukuran yang tidak sesuai dengan DNA target. Primer Y1/Y2 untuk deteksi Pectobacterium carotovorum subsp. carotovorum tidak dapat mengamplifikasi DNA target pada semua isolat yang diuji. Kata Kunci: Anggrek; penyakit busuk lunak; deteksi molekular; polymerase chain reaction Pendahuluan Penyakit busuk lunak merupakan salah satu penyakit yang sangat penting pada budidaya anggrek di Indonesia maupun di negara-negara penghasil anggrek lain di dunia. Penyakit ini sulit dikendalikan karena proses pembusukannya begitu cepat dan sulit terkendali, hal ini berkaitan dengan adanya aktivitas enzim ekstraseluler yang diproduksi secara masif oleh bakteri patogen penyebabnya (Joko et al. 2014). Penyakit busuk lunak juga diketahui banyak menyerang anggrek yang dibudidayakan oleh pecinta anggrek dalam skala rumah tangga (Joko et al. 2011). Sampai saat ini bakteri yang diketahui menghasilkan berbagai isozim dari enzim ekstraselular adalah dari genus Erwinia. Enzim-enzim ekstraselular ini umumnya disekresikan melalui saluran Tipe II sistem sekresi (He et al. 1991). Ekspresi gen yang berkaitan dengan proses sintesis dan sekresi enzim ekstraselular serta faktor virulensi lainya tersebut diatur secara sistematis oleh suatu gen yang dikenal sebagai gen regulator (Hugouvieux-Cotte-Pattat et al. 1996). Namun demikian, dengan perkembangan ilmu biologi molekular melalui pendekatan fungsional genomik saat ini diketahui bahwa genus Erwinia telah berkembang menjadi beberapa genus seperti Pantoea, Pectobacterium, dan Dickeya meskipun masih ada yang tetap, seperti Erwinia amylovora dan Erwinia tracheiphila (Samson et al. 2005). Demikian halnya dengan bakteri penyebab penyakit busuk lunak, selain genus Erwinia yang sekarang telah berubah nama dimungkinkan juga beberapa genus seperti Pseudomonas dan Burkholderia 643
merupakan patogen penyebab penyakit busuk lunak pada anggrek. Fu dan Huang (2011) melaporkan bahwa bahwa Dickeya dadantii dan Pectobacterium carotovorum subsp. carotovorum merupakan patogen utama penyebab penyakit busuk lunak pada anggrek. Selain kedua patogen tersebut, Pseudomonas marginalis, Pseudomonas viridiflava, dan Burkholderia gladioli juga dilaporkan mampu menyebabkan penyakit busuk lunak pada anggrek (Gnanamanickam, 2006). Metode Penelitian A. Isolat bakteri busuk lunak dan pembiakannya Sebanyak 30 isolat bakteri busuk lunak secara rutin dibiakkan dalam media agar YPA (0,5% ekstrak yeast;1% polipepton; 1,5% agar) pada pH 6,8. B. Isolasi DNA Total genom bakteri diisolasi dengan teknik minipreparation DNA isolation (Ausubel et al. 1990) dengan sedikit modifikasi. C. Identifikasi Molekular dengan PCR menggunakan primer spesifik DNA hasil ekstraksi diamplifikasi dengan teknik PCR menggunakan primer spesifik. Ada lima pasang primer yang akan digunakan untuk deteksi bakteri busuk lunak yaitu: (1) Primer spesifik untuk deteksi Pectobacterium carotovorum subsps. carotovorum (Y1 5’-TTACCGGACG CCGAGCTGTGGCGT-3’ dan Y2 5’-CAGGAAGATGTCGTTATCGCGAGT-3’) (Darrasse et al. 1994) yang akan mengamplifikasi DNA dengan berat molekul 434 bp, (2) Primer spesifik untuk deteksi Pectobacterium atrosepticum (Eca1f 5'-CGGCATC ATAAAAACACG-3 dan Eca2R 5'-GCACACTTCATCCAGCGA3') (De Boer dan Ward, 1995) yang akan mengamplifikasi DNA dengan berat molekul 690 bp, (3) Primer spesifik untuk deteksi Dickeya dadantii (ADE1 5’GATCAGAAAGCCCGCAG CCAGAT-3’ dan ADE2 5’CTGTGGCCGATCAGGATGGTTTTGTCGTGC-3') (Nassar et al. 1996) yang akan mengamplifikasi DNA dengan berat molekul 420 bp, (4) Primer spesifik untuk deteksi Pseudomonas spp. (fPs16S 5’ACTGACACTGAGGTGCGAAAGCG-3’ dan rPs23S 5’ACCGTATGCGCTTCTTCACTTGACC-3’) (Locatelli et al. 2002) yang akan mengamplifikasi DNA dengan berat molekul 1300 bp, dan (5) Primer specifik untuk deteksi Burkholderia spp. (Burk3; 5’CTGCGAAAGCCGGAT3’ dan BurkR; 5’TGCCATACTCTAGCYYGC3’) (Salles et al. 2002) yang akan mengamplifikasi DNA dengan berat molekul 500 bp. Hasil Dan Pembahasan A. Spesifitas Primer untuk Deteksi PCR 1. Amplifikasi menggunakan primer Y1/Y2 untuk deteksi P. carotovorum subsp. carotovorum. Primer Y1/Y2 merupakan sepasang primer yang umum digunakan untuk deteksi P. carotovorum subsp. Carotovorum, hasil PCR dapat dilihat pada Gambar 1.
644
M
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15
10 000 1000 500 100
M 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 10 000
1000 500
100
Gambar 1. Hasil amplifikasi isolat bakteri busuk lunak menggunakan primer Y1/Y2 pada reaksi PCR yang dielektroforesis pada 1% gel agarosa. P. carotovorum subsp. carotovorum merupakan bakteri yang banyak dilaporkan menyebabkan penyakit busuk lunak pada berbagai tanaman pertanian termasuk tanaman hias. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada isolat bakteri busuk lunak pada sampel tanaman anggrek yang terdeteksi sebagai P. carotovorum subsp. carotovorum menggunakan sepasang primer tersebut. 2. Amplifikasi menggunakan primer Eca1f/Eca2R untuk deteksi P. atrosepticum. Primer Eca1f/Eca2R merupakan sepasang primer yang umum digunakan untuk deteksi P. atrosepticum, hasil PCR dapat dilihat pada Gambar 2. M1 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15
1000 500 100
M2 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 10 000 1000 500 100
Gambar 2. Hasil amplifikasi isolat bakteri busuk lunak menggunakan primer Eca1f/Eca2r pada reaksi PCR yang dielektroforesis pada 1% gel agarosa. P. atrosepticum merupakan salah satu spesies bakteri patogen penyebab penyakit busuk lunak yang dilaporkan eksklusif menyerang tanaman kentang. Pada penelitian ini meskipun terlihat ada pita DNA yang muncul pada beberapa isolat, tetapi tidak spesifik pada berat molekul 690 bp yang merupakan target DNA dari P. atrosepticum.
645
3. Amplifikasi menggunakan primer Ade1/Ade2 untuk deteksi Dickeya spp. Primer Ade1/Ade2 merupakan sepasang primer yang umum digunakan untuk deteksi Dickeya spp., hasil PCR dapat dilihat pada Gamber 3. M
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15
1000 500
100
M 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1000 500 100
Gambar 3. Hasil amplifikasi isolat bakteri busuk lunak menggunakan primer Ade1/Ade2 pada reaksi PCR yang dielektroforesis pada 1% gel agarosa. Dari hasil elektroforesis terlihat semua isolat mampu teramplifikasi pita DNAnya pada kisaran di bawah 500 bp yang dekat dengan target DNA sebesar 420 bp dari Dickeya spp. Ada kemungkinan homologi gen yang menyandi enzim pektat liase terdapat pada semua isolat. Hasil penelitian ini menunjukkan primer ADE1/ADE2 belum spesifik hanya terhadap isolat Dickeya spp. karena seluruh isolat dapat teramplifikasi DNAnya. 4. Amplifikasi menggunakan primer fPs16S/rPs23S untuk deteksi Pseudomonas spp. Primer fPs16S/rPs23S merupakan sepasang primer yang umum digunakan untuk deteksi Pseudomonas spp., hasil PCR dapat dilihat pada Gambar 4. M
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15
1000 500 100 M 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1000 500 100
Gambar 4. Hasil amplifikasi isolat bakteri busuk lunak menggunakan primer fPs16S/rPs23S pada reaksi PCR yang dielektroforesis pada 1% gel agarosa. Dari hasil elektroforesis di atas terlihat isolat no 5, 6, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, dan 30 dapat teramplifikasi DNAnya menggunakan primer 646
fPs16S/rPs23S untuk deteksi Pseudomonas spp. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa isolat-isolat tersebut kemungkinan merupakan anggota dari genus Pseudomonas. Sebelumnya pernah dilaporkan bahwa P. marginalis, P. cattleya, dan P. viridiflava merupakan anggota Pseudomonas yang menyebabkan busuk lunak pada anggrek. 5. Amplifikasi menggunakan primer Burk3/BurkR untuk deteksi Burkholderia spp. Primer Burk3/BurkR merupakan sepasang primer yang umum digunakan untuk deteksi Burkholderia spp., hasil PCR dapat dilihat pada Gambar 5. M
1 2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15
1000 500
100 M 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1000 500 100
Gambar 5. Hasil amplifikasi isolat bakteri busuk lunak menggunakan primer Burk3/BurkR pada reaksi PCR yang dielektroforesis pada 1% gel agarosa. Beberapa spesies dari Burkholderia spp. dilaporkan sebagai patogen busuk lunak pada anggrek sehingga pada penelitian ini digunakan sepasang primer Burk3/BurkR untuk deteksi Burkholderia spp. Dari hasil penelitian terlihat bahwa tidak ada pita spesifik pada berat molekul 500 bp yang merupakan target DNA dari primer tersebut. Memang ada pita yang muncul dari beberapa isolat tetapi tidak spesifik pada berat molekul tersebut sehingga dapat disimpulkan tidak ada spesies Burkholderia spp. yang terdeteksi dari isolat bakteri busuk lunak pada anggrek. Kesimpulan Primer ADE1/ADE2 dapat mengamplifikasi seluruh isolat bakteri penyebab penyakit busuk lunak pada anggrek yaitu pada 420 bp, sedangkan primer fPS16S/rPs23S dapat mengamplifikasi hanya sebagian isolat dan primer yang lain tidak dapat mengamplifikasi pada DNA target. Daftar Pustaka Ausubel F.M, Brent R., Kingston R.E., Moore D.D., Seidman J.G., Smith J.A., Struhl K. 1990. Current Protocols in Molecular Biology. New York: Greene publishing Associates and Wiley-Interscience. Darrasse, A., Priou, S., Kotoujansky, A., & Bertheau, Y. 1994. PCR and restriction fragment length polymorphism of a pel gene as a tool to identify Erwinia carotovora in relation to potato diseases. Appl. Environ. Microbiol. 60: 1437−1443.
647
De Boer, S.H. and Ward, L.J. 1995. PCR detection of Erwinia carotovora subsp. atroseptica associated with potato tissue. Phytopathol. 85: 854-858. Fu, S.F. and H.J. Huang. 2011. Molecular Characterization of the Early Response of Orchid Phalaenopsis Amabilis to Erwinia Chrysanthemi Infection. Orchid Biotech II. Gnanamanickam, S.S. 2006. Plant-Associated Bacteria, page 42. University of Madras, Chennai, India. He, S. Y., Lindeberg, M., Chatterjee, A. K., Collmer, A. 1991. Cloned Erwinia chrysanthemi out genes enable Escherichia coli to selectively secrete a diverse family of heterologous proteins to its milieu. Proc. Natl. Acad. Sci. USA 88: 10791083. Hugouvieux-Cotte-Pattat N, Condemine G, Nasser W, Reverchon S (1996) Regulation of pectinolysis in Erwinia chrysanthemi. Annu Rev Microbiol 50: 213−257. Joko, T., A. Subandi, N. Kusumandari, A. Wibowo, and A. Priyatmojo. 2014. Activities of plant cell wall degrading enzymes by bacterial soft rot of orchid. Arch. Phytopathol. Plant Protect. 47 (10): 1239-1250 Joko, T., Kiswanti, Hanudin and S. Subandiyah. 2011. Occurence of bacterial soft rot of Phalaenopsis orchids in Yogyakarta and West Java, Indonesia. Proceeding of Internasional Seminar on “Natural Resources, Climate Change, and Food Security in Developing Countries” 27-28 June 2011. Surabaya, Indonesia. P. 255-265. Locatelli, L., S. Tarnawski, J. Hamelin, P. Rossi, M. Aragno, and N. Fromin. 2002. Specific PCR Amplification for the Genus Pseudomonas Targeting the 3’ Half of 16S rDNA and the Whole 16S–23S rDNA Spacer. System. Appl. Microbiol. 25, 220–227. Nassar, A., Darrasse, A., Lemattre, M., Kotoujansky, A., Dervin, C., Vedel, R., & Bertheau, Y. (1996) Characterization of Erwinia chrysanthemi by pectinolytic isozyme polymorphism and restriction fragment length polymorphism analysis of PCR-amplified fragments of pel genes. Appl. Environ. Microbiol. 62, 22282235. Salles, J.F., F. A. De Souza, and J. D. van Elsas. 2002. Molecular Method to Assess the Diversity of Burkholderia Species in Environmental Samples. Appl. Env. Microb. 68 (4): 1595–1603. Samson R., Legendre J.B., Christen R., Fischer-Le Saux M., Achouak W., Gardan L. 2005. Transfer of Pectobacterium chrysanthemi (Burkholder et al. 1953) Brenner et al. 1973 and Brenneria paradisiaca to the genus Dickeya gen. Nov. As Dickeya chrysanthemi comb. Nov. And Dickeya paradisiaca comb. Nov. And delineation of four novel species, Dickeya dadantii sp. Nov., Dickeya dianthicola sp. Nov., Dickeya dieffenbachia sp. Nov., and Dickeya zeae sp. Nov. Int J Syst Evol Microbiol 55: 1415−1427.
648
INSIDENSI PENYAKIT BACTERIAL FRUIT BLOTCH PADA MELON DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN SEKITARNYA Utik Windari1,2* dan Tri Joko1,3 1. Program Studi Fitopatologi, Program Pascasarjana, Fakultas Pertanian UGM 2. Balai Karantina Pertanian Kelas II Yogyakarta 3. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, UGM *email:
[email protected] ABSTRAK Melon merupakan buah yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak dibudidayakan di Indonesia. Dari tahun 2011-2012 terjadi peningkatan luas panen melon sebesar 12,10 %, namun peningkatan luas panen tersebut berbanding terbalik dengan produksi melon yang mengalami penurunan sebesar 32% dari tahun 2011-1012. Salah satu faktor pembatas budidaya melon adalah adanya penyakit Bacterial Fruit Blotch (BFB) yang disebabkan oleh Acidovorax citrulli. Penyakit ini di lapangan dapat menimbulkan kerugian hingga 90-100 %. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidensi penyakit BFB di Kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul, Klaten, Magelang dan Purworejo. Metode pengamatan dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling yang dilaksanakan dari September 2013 – Juli 2014. Dari hasil pengamatan di lapangan, diketahui insidensi penyakit berkisar antara 10% 75%. Hasil uji patogenisitas pada buah melon menghasilkan gejala yang mirip dengan gejala yang diperoleh dari lapangan. Dari hasil penelitian di atas diperlukan identifikasi dan karakterisasi lebih lanjut mengenai isolat bakteri yang diperoleh. Kata Kunci: Bacterial Fruit Blotch, A.citrulli, melon, uji patogenisitas Pendahuluan Buah melon merupakan anggota famili Cucurbitaceae yang bernilai ekonomi dan banyak dibudidayakan di dunia. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis di Afrika, Asia Tenggara dan Amerika (Maynard dan Maynard, 2013). Banyak negara di dunia yang membudidayakan komoditas ini. Negara penghasil buah melon utama di dunia adalah Cina (62%), Turki, EU (4%), Iran (3%), Brazil, Amerika, Mesir (2%) dan negara lain seperti Rusia, India, Uzbekistan, Afganistan, Meksiko dan Aljazair (1%) (USAID, 2013). Di Indonesia, melon dibudidayakan secara luas. Luas panen buah melon meningkat 12,11% dari tahun 2011-2012 (Anonim, 2014a), namun luas panen ini berbanding terbalik dengan produksi buah melon pada kurun waktu sama yang mengalami penurunan sebesar 32% (Anonim, 2014b) Budidaya melon tak lepas dari ancaman penyakit. Salah satu penyakit penting pada melon adalah Bacterial Fruit Blotch (BFB) yang disebabkan oleh Acidovorax citrulli. Di Amerika kerugian akibat penyakit ini dapat mencapai 90100%, di Brazil mencapai 40-50 %, bahkan di beberapa lahan melon dapat mencapai 100%. Masih di Brazil, hasil penelitian menunjukkan, dari 18 lahan melon ternyata BFB terdapat disemua lahan dengan insidensi penyakit 4-47% (Langston 2013). Beberapa negara telah melaporkan adanya penyakit ini antara lain: Yunani, Hungaria, Israel, Italia, Turki, Cina, Jepang, Taiwan, Thailand, Iran, India, Korea Selatan, Kanada, Amerika, Brazil, Costa Rica, Mexico, Honduras, Australia, Guam, Northern Mariana Island, Nigeria (Langston, 2013; Burdman dan Walcott, 2012). Di Indonesia belum ada laporan mengenai penyakit ini (Anonim, 2011). Tanaman yang mudah terkena penyakit ini adalah semangka 649
dan melon dimana gejala berkembang pada daun dan buah. Pada timun, squash dan waluh gejala hanya berkembang pada daun (Langston, 2013). A. citrulli merupakan bakteri tular benih (Walcott, 2008; Rane dan Latin, 1992; Hopkin dan Thompson, 2002). Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif, tidak berpendar di media KB, bersifat oksidase positif, dapat tumbuh pada suhu 41oC, dan HR positif (Rane dan Latin 1992). Biji yang terkontaminasi merupakan sumber inokulum utama. Biji terkontaminasi yang ditanam langsung di lahan akan menunjukkan gejala setelah berkecambah 6-10 hari. Munculnya gejala ini dipengaruhi oleh suhu, kelembaban relatif dan populasi patogen dalam biji. Bila biji terkontaminasi disemaikan di greenhouse, maka penyebaran BFB akan lebih cepat karena kondisi greenhouse yang bersuhu tinggi, kelembaban tinggi dan populasi tanaman yang rapat. Irigasi dalam greenhouse umumnya menggunakan overhead irrigation yang dapat mempercepat penyebaran A. citrulli melalui percikan air. Selain melaui overhead irrigation juga dapat menyebar melalui percikan air hujan. Bakteri akan masuk melalui stomata atau luka (Burdman dan Walcott, 2012; Walcott, 2008). Suhu yang optimum bagi perkembangan A. citrulli adalah 24-35oC dengan kelembaban relatif > 70% (Walcott, 2008). Sampai saat ini belum ada kultivar Cucurbitaceae yang tahan terhadap BFB (Walcott,2005). Berbagai perlakuan yang diaplikasikan terhadap biji hanya mampu mengurangi insidensi penyakit, tapi tidak mampu mengendalikannya. Hal ini berkaitan dengan keberadaan A. citrulli yang terletak di dalam embrio sehingga terlindungi dari aplikasi bakterisida (Walcott, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidensi penyakit Bacterial Fruit Blotch pada tanaman melon di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta serta Propinsi Jawa Tengah Metode Penelitian Pengamatan dan pengambilan sampel buah melon yang bergejala dilakukan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi: Kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo dan Kabupaten Gunung Kidul serta Propinsi Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Purworejo, Magelang dan Klaten. Pengambilan sampel dari bulan September 2013 sampai dengan bulan Juli 2014. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Selain pengambilan buah bergejala, dihitung pula insidensi penyakit. Insidensi penyakit atau kejadian penyakit adalah presentase tanaman yang terserang patogen (n) dari total tanaman yang diamati (N) tanpa melihat keparahan penyakitnya (Purnomo, 2014 ). Insidensi penyakit = n x 100% N A. Isolasi bakteri Buah melon yang bergejala dibelah, kemudian diambil bagian daging buah antara yang sehat dan sakit. Potongan disterilisasi dengan akuades steril, lalu direndam aquades steril dan digojog selama 2 jam. Suspensi diencerkan bertingkat lalu 100 µl dari suspensi tadi di sebar pada media etanol bromcresol purple/brilliant blue R (EBB). Selain dari daging buah, bakteri juga diisolasi dari biji. Seratus biji melon dicuci dengan aquades steril, lalu direndam dalam 30 ml aquades steril lalu digojog selama 2 jam. Selanjutnya inkubasi pada suhu 37oC selama 4 hari. Koloni tunggal bakteri di dipindah lagi ke medium EBB sehingga diperoleh isolat murni. B. Uji gram Pengujian gram menggunakan metode pengecatan. Bahan cat yang digunakan adalah gram A (Kristal violet), gram B ( Iodin), gram C ( Alkohol), gram D (Safranin). Koloni bakteri diambil secara aseptis lalu diratakan diatas 650
gelas benda dan kering anginkan. Selanjutnya gelas benda tadi di lalukan di atas lampu spritus agar sel bakteri mati. Pewarnaan dengan gram A 2-3 tetes lalu didiamkan selama 1 menit, setelah itu dicuci dengan air mengalir hingga semua cat tercuci lalu dikering anginkan. Pewarnaan dengan gram B 2-3 tetes lalu didiamkan 1 menit, setelah itu dicuci dengan air mengalir hingga cat gram B tercuci lalu dikering anginkan. Pelunturan dengan gram C sampai terlihat pucat selama 30 detik langsung dicuci dengan air mengalir lalu dikering anginkan. Meneteskan cat penutup gram D dibiarkan selama 2 menit lalu dicuci dengan air mengalir dan dikering anginkan. Diamati dengan mikroskop. Bakteri gram negatif berwarna merah, sedangkan bakteri gram positif akan berwarna ungu. (Schaad, 2001). C. Uji patogenisitas Pilih buah melon yang baik dan sehat. Buah dicuci dengan air mengalir lalu dikering anginkan. Kemudian buah disterilisasi permukaan dengan alkohol 70 %. Koloni bakteri umur 48 jam dibuat suspensi dalam aquades steril lalu sebanyak 1 ml suspensi tadi diinjeksikan ke dalam buah, lalu buah disungkup dengan plastik untuk menjaga kelembaban. Selanjutnya diamati hingga muncul gejala penyakit. Hasil dan Pembahasan A. Insidensi penyakit Dari berbagai lokasi pengambilan sampel, insidensi penyakit bervariasi 10 – 75%. Lokasi yang paling tinggi insidensi penyakitnya adalah di kecamatan Wukirsari Sleman, sedangkan yang paling rendah di kecamatan Banyu Urip Purworejo (Tabel 1). Tabel 1. Lokasi dan tingkat kerusakan dilahan melon Insidensi No Lokasi No Lokasi penyakit Kalakijo, Guwosari, Merbung, Klaten 1 ± 30 % 8 Pajangan, Bantul Selatan, Klaten Miri, Jambon Tangkilan, 2 Pendowoharjo,Sewon, ± 15 % 9 Joton, Bantul Jogonalan,Klaten Pepe, Trirenggo, Jetak, Mungkid, 3 ± 40 % 10 Bantul Magelang Soronanggan, Curah Lor, Bligo, 4 Tawangsari,Pengasih, ± 15 % 11 Ngluwar, Magelang Kulonprogo Sringkel, Ngentak, 5 Plumbon,Temon, ± 25 % 12 Wingkomulyo, Kulon Progo Ngombol, Purworejo Sambiroto, Dawung, Wukirsari, Tegalkuning, 6 ± 75 % 13 Sleman Banyu Urip, Purworejo Rejosari,Kemadang, Tidak 7 Tanjungsari, bergejala Gunung Kidul
Insidensi penyakit Tidak bergejala Tidak bergejala ± 35 % ± 60 %
± 25 %
± 10 %
651
Pada pengamatan di lapangan, buah melon yang mengalami kerusakan bervariasi antara buah yang masih muda hingga buah yang siap panen. Di Ngluwar Magelang, dan Wukirsari Sleman insidensi penyakit diatas 50%, pada kondisi ini kemungkinan besar petani mengalami gagal panen. Di sini kondisi buah melon masih relatif cukup muda. Di Mungkid Magelang, dengan insidensi penyakit sebesar 35 %, kondisi buah melon sudah siap dipanen. Di lokasi lain seperti di Banyu Urip dan Ngombol Purworejo; Temon dan Pengasih Kulon Progo; Pajangan, Trirenggo dan Sewon Bantul kondisi buahnya sudah cukup tua meski beberapa belum siap panen. Patogen tumbuhan umumnya masuk ke dalam tanaman inang melalui stomata atau luka. A. citrulli masuk kedalam jaringan melalui stomata. Menurut penelitian Frangkle dkk (1993), bahwa semakin tua umur buah semangka, maka stomata pada permukaan buah telah tertutup oleh lapisan lilin. Itulah sebabnya buah yang masih muda rentan terhadap infeksi penyakit.
A
B
E
C
D
F
Gambar 1. Gejala dilahan. Dari kejauhan tanaman melon tampak sehat, daun masih terlihat segar. Ketika didekati, banyak buah yang sudah bergejala. A-D gejala yang ditemukan di lahan melon (Foto koleksi pribadi). E-F Gejala BFB (Walcott, 2005). Tanaman yang terserang BFB menunjukkan daun tetap terlihat hijau dan segar, sehingga dari jauh tetap terlihat sehat (Gambar 1A,B). Buah melon yang terserang BFB jaring (net) tidak terbentuk sempurna. Pada permukaan buah nampak lesi berwarna hijau tua yang nampak kebasahan (Gambar 1C). Meskipun lesi hanya nampak kecil tidak terlalu luas, namun ketika buah dibelah daging buah telah rusak, busuk kering berwarna coklat (gambar 1D). Hasil pengamatan di lapangan ini sesuai dengan gejala BFB pada buah melon yang dideskripsikan oleh Walcott (2005), yaitu lesi kebasahan pada permukaan melon tidak meluas namun busuk menembus daging buah yang berwarna coklat (Gambar E,F). Pada melon yang membentuk jaring, penyakit ini akan mengakibatkan jaring tidak terbentuk sempurna. Menurut Walcott (2005); Latin (2000); Latin dan Hopkins (1995), gejala awal BFB nampak pada sisi bawah kotiledon berupa lesi kebasahan. Lesi kebasahan ini akhirnya mengering membentuk lesi berwarna coklat kemerahan, memanjang disepanjang tulang daun kotiledon. Pada daun yang telah dewasa gejala juga
652
nampak sama, namun gejala seperti ini sulit dibedakan dengan penyakit daun lainnya. Infeksi pada daun tidak menyebabkan daun menjadi layu atau gugur, serta tidak mempengaruhi batang, akar maupun tangkai daun. Gejala pada daun memang tidak sampai mematikan tanaman inang. Kerugian terjadi bila bakteri menyerang buah. Oleh karena itu meskipun BFB dapat menyerang daun melon, namun pada pengamatan ini gejala pada daun tidak diamati karena sulit dibedakan dengan penyakit yang menyerang daun lainnya. B. Uji Patogenisitas Setelah diperoleh isolat bakteri, isolat tersebut di uji gram. Dari hasil pengujian gram, isolat bakteri yang diperoleh termasuk dalam gram negatif. Selanjutnya uji patogenisitas terhadap melon. Hasil pengujian patogenisitas menunjukkan gejala khas BFB setelah diinkubasi selama 12 hari. Pada melon, daging buah nampak menjadi busuk kering berwarna coklat (Gambar 2C) sedangkan pada kontrol tidak terdapat gejala (Gambar 2A) . Gejala yang muncul ini sama seperti gejala dari sampel yang diperoleh dari lapangan. Hal ini menunjukkan bahwa isolat yang diinjeksikan mampu menyerang melon, sehingga melon merupakan inang dari isolat bakteri yang diperoleh. Menurut Agrios, (1996), bahwa masing-masing patogen berbeda dalam hal jenis tumbuhan yang dapat diserangnya, jenis jaringan dan organ yang dapat diifeksinya maupun umur jaringan atau organ tumbuhan yang dapat diserangnya.
A
B
C
Gambar 2. Uji patogenisitas pada melon. A. melon kontrol, B. gejala luar pada melon, C. busuk kering kecoklatan pada melon. Kesimpulan Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakara dan sebagian Propinsi Jawa Tengah telah ditemukan gejala penyakit BFB pada buah melon dengan insidensi penyakit yang bervariasi. Daftar Pustaka Agrios,G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Ed ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 70-71. Anonim.2011.Peraturan Menteri Pertanian no 93 Tahun 2011 tentang Jenis-Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina. Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Anonim. 2014a. Luas Panen Buah-buahan di Indonesia 2008-2012. BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Akses 12 Maret 2014. Anonim.2014b.Produksi Tanaman Buah di Indonesia Periode 2011-2013. www.deptan.hortikultura.go.id. Akses 20 Frbruari 2014. Burdman, S dan Walcott,R.R. 2012. Acidovorax citrulli: Generating Basic and Applied Knowledge to Tackle a Global Threat the Cucurbit Industry. Molecular Plant Pathology. 13(8). 805-815. DOI: 10.1111/J.1364-3703.2012.00810.X.
653
Frankle, W.G., Hopkins,D.L. dan Stall,R.E. 1993. Ingress of Watermelon Fruit Blotch into Fruit. Plant Dis. 77:1090-1092. Hopkins, D.L dan Thompson, C.M. 2002. Seed Transmission of Acidovorax avenae subsp citrulli in Cucurbits. HortScience 37(6):924-926. Langston,D.B. 2013. Acidovorax citrulli Bacterial Fruit Blotch of Cucurbit. European and Mediterranean Plant Protection Organization. http://www.eppo.int/QUARANTINE/Alert_List/bacteria/Acidovorax_citrulli.htm. Akses 1 Nov 2013. Latin,R.X dan Hopkins,D.L. 1995. Bacterial Fruit Blotch of Watermelon The Hypothetical Exam Question Become Reality. Plant Disease. Maynard,D dan Maynard,D.N. 2013. World History of Food. Diedit oleh Keneth F. Kiple dan Kriemhild Konee Ornelas. www.cambridge.org akses 20 Des 2013. Latin,R.X. 2000. Bacterial Fruit Blotch of Cucurbits. . Plant Health Progress doi:10.1094/PHP-2000-0602-01-HM. Purnomo,B. 2014. Teori Pendekatan Epidemi. www.e-bookspdf.org. Akses 4 September 2014. Rane, K.K. dan Latin, R.X. (1992). Bacterial Fruit Blotch of Watermelon: Association of the Pathogen With Seed. Plant Disease, 76, 509-512. Schaad, N.W. 2001. Initial Identification of Common Genera dalam Laboratory Guide For Identification of Plant Pathogenic Bacteria. Edisi ke-3. Diedit oleh N.W.Schaad, J.B.Jones dan W.Chun. APS Press. Minnesota. Hal 7-8. USAID.2013. Market Brief: Melon &Watermelons, an Overview of Export Potential No 4. Ministry of Agriculture Irrigation and Livestock.mail.gov.af. akses 4 Juni 2014. Walcott, R.R. 2005. Bacterial Fruit Blotch of Cucurbits. The Plant Health Instructor. DOI: 10.1094/PHI-I-2005-1025-02. Walcott, R.R. 2008. Integrated Pest Management of Bacterial Fruit Blotch of Cucurbits in Integrated Management of Diseases Caused by Fungi. Ed. A. Ciancio & K. G. Mukerji. Phytoplasma and Bacteria, 187-205. Springer.
654