Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
PERSIDANGAN PARALEL DALAM SEMINAR NASIONAL “STRATEGI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DALAM RANGKA DIES NATALIS KE – 37 UNS” Tempat
: Ruang Auditorium UNS
Moderator
: Dr. Sariyatun, M. Pd, M. Hum
Pemakalah: 1. Rr. Wariyanti 2. Peduk Rintayati 3. Dr. Bambang Ismanto, M. Si 4. Nana 5. Tukiyo 6. Ervan Johan Wicaksana 7. Sariyatun
Pertanyaan: 1) Rr. Wariyanti Masalah apa yang akan muncul akibat pergantian kebijakan di bidang pendidikan dan kebudayaan? Jawaban: Pendidikan selalu diwarnai oleh kebijakan politik rezim penguasa, karena itu pendidikan juga digunakan untuk kepentingan politik (partai). Orang –orang yang duduk di pemerintahan bukan orang yang berkompeten di bidangnya, Karena mereka perwakilan parpol sehingga ganti menteri ganti kebijakan dan dampaknya kurikulum pendidikan selalu mengambang. Sebagai contoh masa Menteri Malik Fajar terjadi kapitalisasi pendidikan dengan kebijakan Wajar 9 tahun dan UAN. Kemudian masa Orba, adanya doktrin P4 dengan penataran P4 pola 30 jam, 45 jam dan seterusnya. Kondisi ini tentu saja menjadikan institusi pendidikan terjebak dalam kepentingan politik dan tidak bias mengembangkan kreativitas yang akan melahirkan generasi muda yang unggul dan mampu berkompetisi dalam dunia yang makin mengglobal. 451
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
2) Peduk Rintayati Persaingan/ kompetisi di bidang pendidikan semakin ketat terutama di tingkat universitas, apakah ada saran dari pemakalah untuk pemerintah selaku mengambil kebijakan pendidikan?
3) Bambang Ismanto Pendidikan adalah investasi jangka panjang. Namun pada masyarakat pedesaan, pemahaman ini masih kurang. Bahkan pendidikan terkadang dianggap tidak penting, bagaimana pandangan anda mengenai permasalahan ini dan adakah solusi yang dapat ditawarkan? Jawaban: Untuk menumbuh kebangkan tingkat kepercayaan masyarakat maka para pemimpin harus bias menjadi teladan, Jangan selalu menakut-nakuti bahwa sekolah adalah sesuatu yang sulit. Asal ada kemauan meskipun orang desa tidak ada halangan untuk menempuh pendidikan .Adanya kebijakan “pendidikan untuk semua” saya kira member peluang yang sama bagi warga negara untuk akses pendidikan. Di setiap kecamatan di pedesaan juga sudah di buka SLTP dan SLTA jadi tidak ada alas an untuk tidak sekolah.
4) Nana Apa sisi positif dan sisi negatif Kurikulum 2013?
Jawaban: Kebijakan apapun tentu memberikan dampak positif dan negatif, Kurikulum Pendidikan Nasional 2013 merupakan revisi kurikulum 2006 yang akan lebih mengarah ke pembangunan karakter. Kurikulum baru ini akan diberlakukan untuk tahun ajaran 2013-2014 mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai kepada jenjang pendidikan tinggi. Pelajaran siswa pada kurikulum baru 2013 nantinya akan lebih ditekankan pada konten. Proses pembelajaran nanti bersifat lebih tematik dan ke depan akan lebih banyak dipelajari siswa di tingkat SD. Pendidikan karakter akan lebih banyak di SD,
452
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
semakin naik pelajaran pendidikan karakter berkurang dan diganti dengan pelajaran keilmuan. Kelebihan dan kekurangan, kurikulum 2013 Bila ditinjau dari segi kelebihan: orientasi dari kurikulum 2013 sebenarnya adalah adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Segi kekurangannya: Kurikulum 2013 amat sentralistik, bertentangan dengan semangat reformasi yang menghendaki desentralisasi pengelolaan pendidikan agar dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan kondisi daerah.
5) Tukiyo Seberapa efektif model pengambilan keputusan yang tadi anda paparkan untuk pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi? Jawaban: Pengambilan keputusan sangat kasuistis atau situasional, karena itu pemimpin harus bijak, contohnya kepemimpinan yang demokratis tidak selalu baik, sebaliknya gaya otoriter tidak selalu jelek. Intinya pengambilan keputusan tergantung dari situasi dan sarana prasaran yang medukung.
6) Ervan Johan Wicaksana Apakah benar dalam pendidikan di Jerman, bahasa Jerman dipaksakan kepada pelajar asing dalam proses pembelajaran?
Jawaban: Kebijakan ini dilakukan sebagai bentuk kebanggan terhadap bahasa Jerman. (nasionalisme). Pelajar asing harus lulus dalam bahasa Jerman sebagai prayarat untuk mengukti proses belajar sesungguhnya.
453
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
Apakah memungkinkan biaya pendidikan gratis (free) diterapkan di Indonesia sebagaimana di Jerman? Mengingat di Indonesia harga menjadi jaminan kualitas. Jawaban: Dimungkinkan sekolah gratis kalau ada kebijakan dan dukungan terpadu antara pemerintah dan pengusaha ( dunia usaha). Pendidikan harus berorientasi pada kebutuhan dunia usaha artinya alumni bias terserap oleh dunia usaha.
7) Sariyatun Globalisasi yang di dukung oleh kemajuan teknologi melahirkan “homogenitas budaya; Bagaimanakah peran pendidikan untuk menjaga kontinuitas budaya local sebagai jati diri bangsa? Jawaban: Local genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri . Bangsa/Negara tidak dapat dilihat sebagai unit administrasi politik semata, melainkan lebih tepat disebut sebagai sebuah cultural community.
Kebudayaan dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang akan membentuk cara berfikir dan bertingkah laku, yang padat ataran realitas material akan Nampak berbagai bentuk variasi, tetapi pada kenyataan struktur bathiniah akan menunjukkan suatu kesamaan pandangan serta kepribadian yang disimboliskan. Seperti yang Nampak pada motif batik klasik secara material bervariasi bentuknya, tetapi secara structural bathiniah dibentuk oleh adanya simbolisme dari kepribadian masyarakat Jawa. Peran kerarifan lokal yang secara kritis membentuk kembali, media global dan pertukaran budaya dalam istilah asli. Lebih lanjut ditegaskan Watson bahwa faktor kearifan lokal akan mengubah produk global menjadi bermakna dan sesuai dengan kehidupan sosial budaya setempat. Decontextualize, recontextualize, fakta, artefak, dan result sebagai ekspresi dari kreativitas untuk menghasilkan budaya baru yang berbeda. Dengan demikian kearifan lokal akan meng-counter adanya "imperialisme kultural" dan hipotesis "homogenitas budaya” Peran kerarifan lokal yang secara kritis membentuk kembali, media global dan 454
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
pertukaran budayadalamistilah asli. Artinya faktor kearifan lokal akan mengubah produk global menjadi bermakna dan sesuai dengan kehidupan sosial budaya setempat. Decontextualize, recontextualize, fakta, artefak, dan result sebagai ekspresi dari kreativitas untuk menghasilkan budaya baru yang berbeda. Dengan demikian kearifan lokal akan mengcounter adanya "imperialisme kultural" dan hipotesis "homogenitas budaya"
Tempat
: Ruang Sidang 1 (Gedung Pusat Lantai 2)
Moderator : Drs. Sulistyo Saputro, M.Si., Ph.D. Pemakalah : 1. Soepri Tjahjono 2. Noventiy, Prastyaningsih, Sri Anjarwati 3. Suwarto WA 4. Sukarno 5. Pujiriyanto 6. Mawardi
Pertanyaan 1. Soepri Tjahjono Apakah implementasi pendidikan kesehatan reproduksi dapat dilakukan pada usia SD? Jawaban: Pendidikan Reproduksi dapat dan tepat bisa dilakukan di tingkat pendidikan dasar mengingat usia siswa SD antara 7 -12, dan pada usia ini mereka telah mengalami menstruasi. Materi pendidikan kesehatan reproduksi bukan hanya masalah reproduksi saja tetapi juga penjagaan atas tubuh Rekomendasi hasil penelitian anda apa? Jawaban: Memasukan
pendidikan
menjadi
kurikulum
muatan
local
harus
terus
diperjuangkan/ dilakukan mengingat tantangan ke depan akan lebih besar terutama masalah remaja. 455
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
2. Noventiy, Prastyaningsih, Sri Anjarwati Jika model, strategi, dan media pembelajaran sebagai upaya menumbuhkan motivasi belajar mandiri, apa ukurannya? Jawaban: Ukuran pembangunan pendidikan karakter yang diinginkan adalah nilai, moral dan norma seperti religious, jujur, berani bertindak atas dasar kebenaran, dapat dipercaya, disiplin, kerja keras, mandiri dan tanggung jawab. Jika model, strategi, dan media pembelajaran sebagai upaya membangun pendidikan karakter apa ukurannya? Jawaban: Ukuran penumbuhan motivasi belajar mandiri adalah ditinjau dari sisi : -Attention
: penggunaan media pembelajaran yang menarik
-Relevansi
: pengkaitan materi yang dipelajari dengan materi sebelumnya
dengan model pembelajaran. -Confidence
: penggunaan strategi belajar yang sesuai dengan siswa
-Sitisfiaction
: kepuasan siswa
Rekomendasi hasil penelitian anda apa? Jawaban: Rekomendasi dari yang dibahas dalam materi - Kepada guru : peningkatan
kompetensi
diri
dengan
membuat
media,
menggunakan berbagai model - Kepada dinas : - peningkatan sarana dan prasarana - Pemberian beasiswa sehingga meningkatkan motivasi belajar mandiri siswa
3. Suwarto WA Rekomendasi hasil penelitian anda apa? Jawaban: Isu global yang menjadi masalah bagi seluruh manusia di dunia ini maka perlu di implementasikan pendidikan di sekolah dengan program “sekolah adiwiyata”
456
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
4. Sukarno Bagaimana mengajari konsep kejujuran melaluil pembelajaran E-Learning? Jawaban: Kelemahan pembelajaran. Kemampuan mahasiswa dan dosen mengoperasikan ketersediaan computer terkoneksi internet, penilaian sikap termasuk kejujuran mahasiswa. Solusi yang diterapkan adalah : - Saat tugas dikirim akan dinilai, bila diduga duplikat maka perlu dikembalikan atau dinilai gagal - Dari sisi dosen perlu memberi tugas-tugas yang selektif dan berkaitan dengan implementasi yang menjadi temuan dilapangan masing-masing - Persoalan yang ditugaskan hendaknya bersifat problem solving
5. Pujiriyanto Bagaimana mengantisipasi, menguji dan mengatasi masalah pada pembelajaran kontruktivisme? Jawaban a. Untuk mengantisipasi berlandas kepada : -
Tujuan pembelajaran (kompetensi apa yang akan dicapai) missal PKn tentang topik gotong royong yang bertujuan agar siswa memiliki sikap positif terhadap gotong royong.
-
Kaji karakteristik siswa apakah pengalaman mereka terkait “gotong royong” sudah dimiliki atau belum atau berbeda, maka akan berpengaruh terhadap penentuan praktek social apa yang perlu dirancang, diselidiki dan dipelajari
-
Karakteristik bidang studi → struktur materi apakah perlu pengetahuan pra syarat missal siswa ditugaskan mengamati kegiatan gotong royong dan mewawancarai nara sumber maka perlu dikaji apakah ada materi kami yang perlu dimiliki agar siswa mampu melakukan tugasnya (missal : mengenal sumber informasi. RT, RW, Tokoh masyarakat dsb.)
b. Untuk menguji bisa dipergunakan aktivitas-aktivitas social di lingkungan terdekat seperti : melayat orang meninggal, partisipasi dalam bakti social, ikut 457
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
bergotong royong dan sebagainya lalu bias laporkan di dalam kelas dengan siswa / pengalaman siswa sbg sumber belajar / menceritakan pengalamanya. c. Mengatasi masalah : Guru harus mengembangkan kebiasaan / praktek social sebagai kerja pendidikan dalam tugas-tugas menarik diluar tatap muka
6. Mawardi Bagaimana mengajari konsep kejujuran melalui pembelajaran e – learning? Jawaban: Factor kejujuran memang menjadi kendala bagi dosen / guru yang menerapkan pembelajaran berbasis e-learning. Namun ada beberapa upaya yang dapat dilakukan, diantaranya : -
Menganalisis pekerjaan siswa/mahasiswa dengan software yang mampu mendeteksi duplikasi / “copy paste” jawaban mereka. Yang berbuat curang diberi score / grade “0”.
-
Memberikan tugas dan test yang bersifat aplikatif dan argumentasi untuk mencegah duplikasi jawaban
458
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
Tempat
: Ruang sidang IV UNS ( Gedung Pusat Lt. 1 )
Moderator : Dr. M. Masykuri, M.Si Pemakalah : 1. Warsito 2. Agoes Hendriyanto 3. Asrowi 4. Nur Ahyani 5. Bambang Sumardjoko 6. Musa Pelu 7. Taufik Al Makmun
Pertanyaan: 1. Warsito Jika untuk anak ABK, bagaimana cara mendidik anak ABK, membangun karakter dan bagaimana cara mendidik anak ABK agar bersikap jujur, kerja keras dan ikhlas? Jawaban : guru dapat membangun dan mendidik karakter ABK, melalui lagu-lagu / tembang dolanan yang mengasyikan untuk peserta didik ABK, kemudian diajarkan pelajaran apa yang tersirat dalam lagu-lagu yang diajarkan. Misalnya pada tembang gundul-gundul pacul yang bermakna orang yang tidak memiliki ilmu namun diberikan kekuasaan, sehingga pada akhirnya akan terjadi kehancuran. Pada tembang sluku-sluku batok mengisyaratkan dan mengajarkan bagaimana seseorang hidup di dunia sebelum ajal menjemput.
2. Bambang Sumardjoko Bagaimana menurut pemakalah, melihat realitas sulitnya membangun karakter bangsa, seperti realitas krisis identitas di Indonesia dan konteks bagaimana jika budaya diperdagangkan? Jawaban: -
Di Indonesia, sejak revolusi politik maka kebebasan semakin bebas, kita merindukan seorang pemimpin yang dapat menjadi contoh. Melalui 459
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
pendidikan-pendidikan, pendidikan karakter harus dikembangkan tidak harus pada pendidikan agama dan moral. Melalui seminar, pembiasan pendidikan karakter dapat dikembangkan. -
Kepemimpinan yang menguatkan karakter adalah pemimpin yang kuat karakter dan spiritualnya sehingga dapat dicontoh bagi yang lainnya.
-
Sebagai pemimpin hendaknya mengingat pedoman bangsa, yaitu mau dikritik dan berpegang pada jati diri dan pancasila.
3. Nur Ahyani Bagaimana cara menjadi pemimpin yang menguatkan karakter siswa bangsa? Jawaban: -
Letakkan identitas budaya didepan, agar kita tidak tengok kanan- tengok kiri, agar kita tidak lupa akan potensi yang kita miliki.
-
Budaya yang diperdagangkan tidak dapat dihindarkan dalam era globalisasi seperti saat ini. Hal itu adalah suatu kewajaran, apabila kita ingin mempopulerkan budaya kita maka munculkanlah dan kembangkanlah budaya yang kita miliki.
4. Musa Pelu Bagaimana cara kita sebagai bawahan menghadapi pemimpin yang otoriter dan tidak mau dikritik? Jawaban:
5. Taufik Al Makmun Bagaimana pembelajaran sejarah yang efektif bagi ABK? Bagaimana cara melatih berfikir kritis bagi ABK? Jawaban: -
Menggunakan model yang sesuai dengan materi, misalnya proklamasi dengan model bermain peran, yang sebelumnya dapat dirancang dalam RPP.
-
Kemampuan berfikir kritis untuk ABK Disesuaikan antara mata pelajaran sejarah dengan karakteristikanak berkebutuhan khusus. 460
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
Tempat
: Ruang Sidang 2 (Gedung Pusat Lt.2)
Moderator
: Dr. Akhmad Arif Musadad, M.Pd.
Pemakalah
:
1. Sahid Teguh W 2. Suharno 3. Ismail 4. Fauzi 5. Suharno 6. Ani
Pertanyaan: 1. Sahid Teguh W Apakah boleh kita boleh tingkat ukur bukan bahasa feodal tapi dasar budi
keningratan? Spead level adalah bukti keningratan. Jawaban: Javanologi nantinya di dalamnya ada divisi-divisi diantaranya divisi bahasa Jawa 2. Suharno Tataran Javanologi di tingkat akademik. Bagaimana mengembangkan ke tingkat
Desa / Masyarakat? Jawaban: Feodalistik dalam kehidupan di masyarakat sebatas pada praktis bukan pada tataran akademis 3. Ismail Bahasa Jawa lama-kelamaan akan hilang. Pusat institusi Javanologi apakah akan
menjadi tembok saya atau mempunyai visi yang lain? Jawaban: Filosofi budaya Jawa memeiliki tataran yang jelas terhadap kelas sosial, misalnya bahasa ada ngoko, kromo, dan kromo alus. Pembangunan karakter anak tidak perlu banyak teori, tetapi yang terpenting adalah praktik, dengan contoh-contoh 4. Fauzi Metode pembelajaran fisika melalui kebudayaan / kebiasaan
Jawaban: 461
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
5. Suharno Sebaiknya kebudayaan mereka kita sesuaikan seperti bahasa
Jawaban: 6. Ani Seberapa jauh filosofi budaya jawa terhadap kawula alit? Membayangkan sulitnya membangun karakter usia dini. Bagaimana cara membangun karakter anak usia dini dan bagaimana yang ingin dicapai pada 7 sentra? Bagaimana konsep “alon-alon waton kelakon” bias digunakan di dalam forum kompetensi? Jawaban:
462