LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI I DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KE NEGARA KERAJAAN SWEDIA 8-15 AGUSTUS 2016
2016
1
HASIL-HASIL PERTEMUAN A.
POINT PENTING PERTEMUAN DENGAN DUTA BESAR DAN STAF KBRI STOCKHOLM Secara umum Indonesia dan Swedia mempunyai kepentingan yang sama. Platform politik kedua negara peduli demokrasi dan HAM, kebijakan ekonomi yang transparan serta penghormatan kepada kebudayaan telah menjadikan hubungan antara Indonesi dan Swedia semakin baik. Dalam berbagai pernyataan kedua negara selalu mebahas isu-isu bilateral, regional, perkembangan domestik, multilateral, dan global dengan berabagi macam pokok bahasan. Indonesia dipandang Swedia sebagai negara yang demokratis dan telah melewati Pemilu yang terbuka. Indonesia juga memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil. Terkait dengan perkembangan Swedia sendiri, Swedia selalu menjelaskan hubungan diplomatiknya dengan Arab Saudi, Israel dan Palestina. Hubungan Swedia dengan dengan kedua negara sebagaimana disebut terakhir sudah membaik. Hal ini ditandai dengan kembali bertugasnya Dubes Arab Saudi, dan Israel untuk Swedia di Stockholm yang sebelumnya dtarik ke negara masing-masing. Pada bidang investasi, Indonesia mencatat peningkatan investasi Swedia di Indonesia antara lain dalam retail (H&M dan IKEA), otomotif, dan infrastruktur. KBRI Stocholm mengajak kembali kepada para investor Swedia untuk berinvestasi di Indonesia. prinsip dari yang dikedepankan adalah Transfer of Technology, Transfer of knowledge, dan capacity building. Kedubes RI di Stockholm juga terus mendorong investor dari Swedia untuk bermitra dengan UKM Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai basis untuk produksi komoditi ekspor mereka ke pasar Asia. Bahkan saat ini, Kementerina Luar Negeri Swedia dan BPKM sepakat untuk mendorong perwakilan dari Badan Investasi Swedia dan Kementerina Keuangan Swedia untuk bertemu dan membahas mengenai hal perpajakan berganda. Dalam kerjasama internasional, Indonesia dan Swedia juga saling mendukung di PBB. Indonsia telah memberikan selamat atas terpilihnya Swedia di Dewan HAM PBB untuk periode 2017-2018. Swedia akan mendukung pencalonan Indonesia dalam organ PBB yang sama untuk tahin 2019. Terkait hubungan Indonesia dengan Uni Eropa, KBRI Stockholm telah menerima meminta dukungan Swedia pada pertemuan EU Air Safety Committee (ASC) pada juni 2025 untuk menghapus larangan penerbangan maskapai penerbangan Indonesia diwilayah UE. Selain itu, KBRI Stokholm telah menyampaikan permintaan dukungan Swedia di UE untuk pemberian lisensi Forest Law Enforcement Governace and Trade (FLEGT) kepada Indonesia pad tahun 2016. Isu lingkungan juga telah menjadi perhatian natra Indonesia dan Swedia, karena Indonesia menjadi salah satu negera yang paling terdampak pada naiknya permukaan ari laut mengingat Indonesia dalah negara kepulauan. Karena itu Indonesia dan Swedia memiliki perhatian yang sama akan lingkungan dan mengharapakan kesekapatan COPO-21 di Paris dapat diwujudkan bersama. Pada isu-isu regional, hingga saat ini KBRI Stockhol telah dan akan terus bertukar pendapat dengan Kemlu Swedia mengenai perkembangan Laut Tiongkok Selatan dan Arctic Council dan nilai strategis kedua perairan tersebut. Terkait perairan arktic, pemerintah Swedia menyampaikan bahwa laut arktik memiliki potensi besar dan penting dengan mencairnya es dikutub utara dimana wilayah tersebut akan menjadi kanal baru pelayaran dunia. Sedangkan utk kerjasama bilateral, terus dilakukan pembicaraan perjanjian Bebas Visa. KBRI telah menyampaikan bahwa saat ini Pemerinta RI telah mengajukan usulan Perjanjian Bebas Visa bagi pemegang passport diplomatik dan passport dinas Indonesia. Pemerintah Swedia telah menanggapi bahwa usulan tersebut telah diterima dan sedang diproses oleh Kementerian Hukum Kerajaan Swedia. Isu lain yang juga 2
menjadi concern kedua negara adalah masalah turisme, energi, infrastruktur, pendidikan, peningkatan peran KBRI dalam Gothia Cup, peningkatan perdaganganturisme dan investasi (TTI), digital economy, creative economy dan fashion. Kebijakan Luar Negeri Swedia yang disampaikan saat ini adalah feminist foreign policy yang mengdepankan aspek pemberdayaan wanita dan gender mainstreaming. Ini juga yang menjadi pintu masuk berbagi kerjasama Indonesia dan Swedia sebab setidaknya di Indonesia terdapat Kementerian Perempuan dan Anak, selain itu beberapa menteri termasuk menteri Luar Negeri Indonesia adalah perempuan. Karena itu Swedia memberika apresiasi terhadapa capaian yang telah telah dilakukan Indonesia. 1.
Point Strategis dan Permasalahan Hubungan Indonesia-Swedia Perjanjian bilateral RI-Swedia yang telah disepakati hingga tahun 2014 sebanyak 12 perjanjian termasuk diantaranya perjanjian yang ditandatangani pada saat kunjungan kenegaraan Presiden RI ke Stockholm 26-28 Mei 2013. Berikut adalah MoU antara Indonesia dan Swedia, yaitu: a. MoU on Cooperation in the Field of Sustainable Urban Development Through Symbiocity and Green City Concepts (27 Mei 2013) b. MoU Indonesia-Sweden Initiative for Sustainable Energy Solution/INSISTS antara DEN dan SEA (7 Des 2013) c. LoI on Health Cooperation (27 Mei 2013) d. LoI on Science, Technology and Innovation (27 Mei 2013) e. LoI on Environmental Cooperation (27 Mei 2013) f. LoI on Research and Higher Education (18 Februari 2016) 1
Politik
Sejak tanggal 2008, kedua negara telah menyelenggarakan pertemuan pertama Forum Konsultasi Bilateral (FKB). FKB ke IV telah dilaksanakan pada April 2015. Indonesia-Swedia membentuk Dialog HAM bilateral yang diluncurkan oleh Menlu RI dan Menlu Swedia pada 2008, 2009, 2010, dan 2011. Menlu Swedia yang juga merupakan koordinator dari article XVI process Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty (CTBT) menyambut baik langkah Indonesia yang telah meratifikasi CTBT dan berharap agar inisiatif Indonesia dapat menjadi teladan bagi negara-negara lainnya. Terkait hal tersebut, Menlu RI menyambut baik respon Swedia terhadap ratifikasi Indonesia terhadap CTBT.
2
Pertahanan
Kerja sama investasi produksi produk pertahanan antara Indonesia dengan Swedia, antara PT. Lundin Indonesia dan SAAB Swedia yang telah mulai menyelesaikan pesanan kapal patroli anti radar untuk coast guard milik TNI AL dari pabrik galangan kapal PT. Lundin di Banyuwangi, Jawa Timur. Disamping itu, PT. Lundin Indonesia dan SAAB telah mendapatkan pesanan 18 kapal dari angkatan laut Bangladesh. Pada bulan Agustus 2015, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah menandatangani MoU dengan SAAB Swedia terkait pengembangan rekayasa teknologi produk industri peralatan
3
pertahanan. Selain itu, BPPT bersama dengan SAAB juga berencana mengembangkan pesawat tanpa awak (drone). SAAB Swedia bekerja sama dengan PT PINDAD untuk memasarkan sistem Pertahanan Darat Berbasis Udara (GBAD) RBS70. Kerja sama capacity building di bidang militer melalui penandatangan MoU antara TNI AL dan Svenska Aeroplan Aktiebolaget (SAAB) yang menganut model triple helix yang melibatkan unsur pemerintah, akademisi, dan pengusaha. 3 Pembangunan
Indonesia dan Swedia menjalin kerja sama pembangunan dengan SIDA (Swedish International Development Agency) pada tahun 2009-2013 dengan fokus pada pemerintahan yang demokratis dan HAM; pembangunan berkelanjutan; dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu proyek kerjasama pembangunan yang menonjol adalah proyek pengolahan sampah (waste refinery) yang dilaksanakan di Sleman dan akan dikembangkan ke kota-kota lainnya seperti di Palu. SIDA juga mendukung kerja sama antara DEKOPIN dengan Swedish Cooperative Forbulent (Dewan Koperasi Swedia) untuk pengembangan jaringan koperasi yang sulit dijangkau seperti di Nusa Tenggara, Aceh dan Sumatra Barat. Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Pengolahan Limbah Sampah: “Agreement between Palu City and the Swedish company Biogas Systems AB on a Methane-to-Electricity Project” yang merupakan bagian dari kerja sama Symbiocity (sister city untuk pembangunan berkelanjutan) antara kota Borås di Swedia dan kota Palu. Penanandatanganan MoU Pembentukan INSISTS (Indonesia-Sweden Initiative for Sustainable Energy Solution) dan peresmian sekretariat lembaga INSISTS di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada 2013. Bersama dengan Indonesia, Swedia berupaya untuk membangun Palestina berlandaskan Joint Statement kerja Sama triangular Indonesia-Sweden-Palestine yang telah ditandatangani pada tanggal 22 April 2015, di sela-sela KAA antara Menlu Swedia dengan Menlu RI. Dalam bidang infrastruktur dan jalan raya, Kapsch TraffiCom telah bekerja sama dengan PT Alita Praya untuk penyediaan jasa dan teknologi electronic road pricing (ERP) di Jakarta.
4 Perdagangan
Pembentukan Sweden Indonesia Business Council pada tahun 2015 diharapkan akan mendorong peningkatan nilai perdagangan bilateral.
4
5 Investasi
6 Sosial dan Budaya
Kerja sama sosial budaya antara lain: Pengiriman Pramuka Indonesia pada World Scout Jamboree (di Rinkaby 2011), Kerja sama permuseuman dengan DKI Jakarta, (2012), Kunjungan seniman muda dari UNJ pada pameran Stockholm Fringe Festival (2012).
7 Pendidikan
Kerja sama penelitian di bidang life sciences antara lembaga biologi molekuler Eijkman Jakarta dengan Karolinska Institute di Swedia, dan pendirian Indonesia International Institute for Life Sciences (I3L) di Jakarta, 2013 (kerja sama antara Kalbe Farma, Lund University dan Karolinska Institute Swedia), dan MoU antara Universitas Gajah Mada dengan SP Technical Research Institute of Sweden.
8 Kesehatan
Kedua negara saat ini telah memiliki kerja sama erat di bidang peralatan kedokteran, riset dan pendidikan, seperti: donasi alat kesehatan berupa penghangat untuk bayi kepada RS Cipto Mangunkusumo, penjajakan kerja sama pertukaran tenaga ahli antara RS. Siloam dan RS. New Karolinska, dan rencana Heart Surgeon Training bagi Dokter dan Perawat di Indonesia yang akan dilaksanakan di Umea University, Swedia selama 3-6 bulan.
Sektor-sektor investasi Swedia di Indonesia antara lain adalah engineering, kimia, farmasi, karton pengemas makanan dan minuman, korek api dsb. Tercatat hingga saat ini terdapat sekitar 80 perusahaan Swedia yang mempunyai kantor perwakilan di Indonesia. Sebagian besar dari mereka adalah perusahaan besar di Swedia yang mempunyai pengalaman lama di pasar Asia seperti SKF, Gunnebo dan Swedish Match Cigars, Electrolux, Ericsson, Oriflame, Sandvik, Scania, SKF dan Tetra Pak.
2.
Peluang Kerjasama Ekonomi Indonesia-Swedia Diplomasi Ekonomi Swedia dilakukan secara terkoordinasi antara Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perdagangan dengan unit koordinasi Director General for International Economic Cooperation yang berada di bawah Kementerian Luar Negeri yang juga mendukung langsung Kementerian Perdagangan dalam perundingan tingkat bilateral, regional, dan multilateral. Selain itu, Diplomasi Ekonomi Swedia juga didukung lembaga semi pemerintah-swasta (Bussines Sweden) yang mempromosikan perdagangan dan investasi Swedia di luar maupun di dalam negeri. Terdapat pula lembaga kredit ekspor dan lembaga khusus menangani ekspor produk-produk industri pertahanan. Pada dasarnya perekonomian Swedia bertumpu pada kombinasi sistem kapitalis berteknologi tinggi dan sistem sosialis. Selain itu, perekonomian Swedia ditunjang oleh stabilnya kondisi politik, kondisi kemasyarakatan yang aman dan damai, sistem
5
distribusi barang dan jasa yang modern, infrastruktur komunikasi yang canggih dan tenaga kerja berpendidikan dan terlatih. 3.
Tindak Lanjut Kerjasama Indonesia dengan Kerajaan Swedia Rencana investasi baru Swedia di Indonesia ke depan: a). Perusahaan outlet home appliance/furniture Swedia IKEA yang akan terus membuka outlet baru di Indonesia; b) perakitan truk Scania oleh PT United Tractor yang juga telah diekspor ke pasar luar negeri; c) perusahaan otomasi dan manufaktur ABB akan memulai produksinya di Indonesia; d) Kerjasama produksi kapal patroli buatan PT Lundin Indonesia dengan SAAB yang sudah mulai diserahkan kepada TNI AL dan mulai tahun 2016 akan mulai diekspor untuk Angkatan Laut Bangladesh. Pada Oktober 2015 pihak Swedia secara resmi menawarkan proposal kerjasama untuk pengadaan Air Power Package yang mencakup pesawat tempur Gripen JAS-39 (beserta peningkatan teknologinya selama tiga tahun sekali selama 30 tahun dan biaya operasionalnya), radar AEW&C untuk pengamanan maritim, ground-based Command and Control, serta transfer teknologi dan offset kepada Indonesia dengan membuka pabrik di Indonesia yang akan memproduksi misil, composite untuk pesawat, dan radar. Penawaran tersebut diperbarui pada bulan Mei 2016, yang meliputi antara lain penawaran harga yang lebih murah, kemungkinan kolaborasi produksi dengan industri pertahanan Indonesia, pemutakhiran teknologi, serta penawaran beasiswa pelatihan untuk pilot dan kru darat. Hingga saat ini, Pemerintah Indonesia tengah melakukan penilaian terhadap proposal tersebut. Pesawat Gripen buatan Swedia bersama dengan Sukhoi su-35 (Rusia) dan F-16 (AS) saat ini juga tengah masuk dalam pengkajian yang dilakukan oleh TNI AU, Kemhan, dan Kemkeu untuk menentukan kandidat pesawat pengganti F5-Tiger. B.
POINT PENTING PERTEMUAN DENGAN PARLEMEN, KEMENTERIAN LUAR NEGERI DAN KEMENTERIAN PERTAHANAN KERAJAAN SWEDIA Hubungan bilateral Indonesia-Swedia memiliki bobot tersendiri dengan masuknya Swedia ke dalam Uni Eropa (UE) sejak tanggal 1 Mei 2004. Keanggotaan tersebut menjadikan Swedia sebagai anggota dan mitra dialog dalam forum AsiaEurope Meeting (ASEM). Forum ini merupakan adalah forum yang dibentuk untuk membicarakan permasalahan-permasalahan yang melibatkan negara-negara Eropa dan Asia. Forum ini membahas berbagai hal yang tidak dibatasi, tetapi selama ini membicarakan aspek ekonomi, politik, strategi pertahanan, pendidikan, kebudayaan, dan lingkungan hidup. Untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama bilateral tersebut, Kepala negara/Pemerintahan, pejabat tinggi, serta pimpinan dan anggota parlemen kedua negara telah melakukan kegiatan saling kunjung. Beberapa hal yang menjadi pokok kerjasama bilateral RI-Swedia. Pertama, keinginan kedua negara untuk mendorong kontak antar pelaku usaha kedua negara serta meningkatkan nilai perdagangan bilateral. Kedua, kesepakatan untuk meningkatkan toleransi dan memelihara perdamaian dunia melalui revitalisasi kegiatan Dialog Lintas Agama. Ketiga, Indonesia mendorong pengaktifan kembali pemberian beasiswa bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar di universitas-universitas terbaik Swedia. 1.
Hubungan Bilateral Indonesia-Swedia; Peran Parlemen dan Kementerian Luar Negeri Kedua Negara
6
Kerjasama Parlemen antara Indonesia dan Swedia tidak bisa terlepas dari peran Kementerian Luar Negeri. Karena itu, meskipun pertemuan dilakukan pada tempat dan waktu yang berbeda, kedua institusi tersebut tidak dapat dipisahkan dalam konteks kerjasama Luar Negeri. Terdapat dua hal yang menjadi sasaran utama pertemuan tersebut. Pertama, adanya harapan akan kerja sama yang lebih erat antara parlemen kedua negara. Kedua, harapan agar parlemen kedua negara dapat menjembatani peningkatan kerja sama kedua negara dalam berbagai bidang, terutama untuk sektor perdagangan, investasi, serta people to people contact. Dalam kerjasama intenasiobnal, Swedia merupakan negara anggota UE pertama yang mengakui kedaulatan Palestina dimana Indonesia menjadi salah satu negara yang juga mendorong Palestina merdeka. Negara ini juga telah memiliki teknologi yang unggul di bidang pengolahan limbah dan energi terbarukan. Kerjasama-kerjasama tersebut telah disepakati pengembangan kemitraan dengan Indonesia yang bertumpu pada lima kerja sama bilateral, yaitu perdagangan dan investasi, penelitian dan pendidikan, pariwisata, lingkungan hidup, serta kesehatan. Kerjasama tersebut dilakukan dimana kedua negara tersebut sama-sama memiliki kepentingan. Kepentingan Utama Indonesia terhadap Swedia diantaranya adalah. Pertama, kerjasama di bidang Energi (draft MoU sudah diterima dari Kementerian ESDM dan sudah diteruskan kepada Kedubes Swedia). Kedua, Investasi Swedia di sektor energi terbarukan dan teknologi ramah lingkungan, manufaktur, retail serta infrastruktur maritim. Ketiga, mitra kerjasama di bidang pengembangan teknologi energi bersih, baru, dan terbarukan; pendidikan; ristek; dan konservasi lingkungan. Keempat, menambah nilai investasi Swedia di Indonesia dengan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi, untuk selanjutnya diekspor ke negara ketiga. Sedangkan kKepentingan Utama Swedia terhadap Indonesia adalah; Pertama, kerjasama pertahanan (counterdraft MoU sudah diterima dari Kementerian Pertahanan dan sedang dikoordinasikan untuk kemudian dikirimkan ke Kedubes Swedia). Kedua, penjualan Air Power Package dan kerjasama pengelolaan bandara. Ketiga, perluasan akses pasar bagi produk Swedia, termasuk alutsista. Keempat, proyek-proyek di bidang energi baru dan terbarukan serta pengolahan limbah. Kelima, negosiasi Perjanjian Bebas Visa Paspor Diplomatik dan Dinas RI – Swedia. Keenam, mengharapkan respons positif pihak Swedia terhadap usulan Indonesia terkait perjanjian bebas visa bagi pemegang Paspor Diplomatik dan Dinas. Ketujuh, meyakini bahwa perjanjian bebas visa akan mendorong peningkatan kerja sama kedua negara pada tataran G to G. Catatan penting dari kerjasama yang dilakukan tersebut adalah Kemlu menyampaikan draft pertama Perjanjian Bebas Visa Diplomatik Dinas RI – Swedia kepada Kedubes Swedia di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2012, dan hingga saat ini belum menerima counterdraft dari pihak Swedia. Dan pada tanggal 21 Juni 2016, DCM Swedia telah melakukan pertemuan dengan Direktur Konsuler Kemlu di Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, pihak Kemlu telah memberikan specimen paspor dinas dan paspor diplomatik Indonesia serta bertukar informasi mengenai data-data terkait jumlah pemegang paspor serta prosedur pemberian, penggantian, dan penarikan paspor diplomatik dan dinas RI. a.
Kerjasama Ekonomi (Perdagangan dan Investasi) Kerjasama-kerjasama yang telah dilakukan pada bidang ekonomi tersebut, Indonesia selalu mengharapkan adanya upaya bersama untuk meningkatkan nilai perdagangan bilateral Indonesia-Swedia. Pemerintah indonesia sendiri juga menyambut baik dan harapkan peningkatan investasi Swedia di Indonesia, khususnya di bidang energi baru dan terbarukan serta pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah
7
telah mengundang sektor publik maupun privat Swedia untuk mengembangkan investasinya di Indonesia. Fokus perhatian Swedia terhadap perdagangan yang cukup besar terhadap Indonesia tercermin dari beberapa kali kunjungan misi dagang Swedia ke Indonesia, dan pembukaan kantor perwakilan Swedish Trade Council pada akhir tahun 2010. Kunjungan misi dagang Swedia terbesar ke Indonesia dengan jumlah 50 perusahaan telah dilakukan pada awal tahun 2010. Adapun beberapa sektor yang diminati oleh pengusaha Swedia, antara lain bidang Informasi Teknologi (IT), lingkungan hidup khususnya penanganan dampak perubahan iklim, infrastruktur kereta api hingga angkutan laut, alat berat, jasa, dan pertambangan. Karena itu, pada tahun 2012 tercatat adanya perkembangan baru dalam ekspor komoditi Indonesia ke Swedia sebagai akibat makin meluasnya permintaan konsumen Swedia terhadap produkproduk komoditi yang organik dan berlabel fair trade. Pada tahun tersebut, tercatat adanya impor minyak kelapa dari Bali untuk keperluan kosmetik dan peningkatan impor kopi dan produk makanan kemasan dengan bahan kopi dari Indonesia ke Swedia. Ekspor Swedia masih ditujukan terutama ke negara-negara Eropa. Swedia terus berupaya meningkatkan perannya di negaranegara yang mempunyai potensi ekonomi dan pasar yang besar di dunia seperti Rusia, Amerika Serikat, China, India, Korea Selatan dan Indonesia. Swedia menilai bahwa negara-negara tersebut telah menunjukkan performance ekonomi yang tinggi, dan pasar yang sangat besar. Dalam kunjungan Menteri Perdagangan Swedia, Ewa Bjorling ke Jakarta pada bulan Februari 2011, ditekankan bahwa kunjungan tersebut merupakan bagian dari upaya Swedia untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, perdagangan, dan investasi dengan Indonesia. Presiden RI dan PM Swedia telah sepakat mengembangkan kemitraan yang bertumpu pada lima kerja sama bilateral yaitu: trade & Investment, research & education, tourism, environment, and health. Dalam beberapa tahun terakhir, Swedia merupakan mitra dagang Indonesia yang terbesar di kawasan Nordik. Nilai perdagangan kedua negara dalam lima tahun terakhir mencapai puncaknya pada tahun 2012 dengan nilai US$ 1,5 milyar. Namun demikian, sesudah itu total perdagangan terus menurun, dan pada tahun 2015 hanya senilai US$ 838 juta atau hanya sekitar separuh dari nilai perdagangan total pada tahun 2012. TABEL Nilai Perdagangan Indonesia dan Swedia Nilai Total Perdagangan
:
US$ 838 juta (2015) US$ 868,1 juta (2014) US$ 987,9 juta (2013) US$ 1,5 milyar (2012) US$ 1,1 milyar (2011)
Ekspor Indonesia ke Swedia
:
US$ 146 US$ 177,1 US$ 162,4 US$ 166,2 US$ 170,4
8
juta (2015) juta (2014) juta (2013) juta (2012) juta (2011)
Impor Indonesia dari Swedia
:
US$ 691,1 Juta (2015) US$ 691 juta (2014) US$ 825,5 juta (2013) US$ 1,3 milyar (2012) US$ 886,1 juta (2011)
Investasi Swedia di Indonesia
:
US$ 300 ribu (2015) US$ 1,7 juta (2014) US$ 650 ribu (2013) US$ 5 juta (2012) US$ 900 ribu (2011)
Secara singkat, ekspor utama Indonesia ke Swedia diantaranya adalah kopi, teh, minyak kelapa dan kelapa sawit, karet dan produk produk lainnya seperti alas kaki, pakaian, elektronik dan alat-alat permesinan. Sebaliknya, impor utama Indonesia dari Swedia adalah produk mesin dan perkakas, peralatan elektronik, produk hasil hutan, otomotif, produk kimia, energi dan mineral, mesin perkakas, obat-obatan Pada bidang investasi, hingga bulan November 2015, sebanyak 80 perusahaan Swedia tercatat beroperasi di Indonesia untuk berbagai sektor investasi. Pada tahun 2015, terdapat 18 proyek investasi Swedia di Indonesia dengan total nilai USD 0,3 juta. Total nilai investasi tersebut jauh menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai USD 1,7 juta, dan hanya kurang dari separuh nilai investasi pada tahun 2013 yang mencapai USD 650 ribu. Meskipun demikian, secara kuantitas proyek, investasi Swedia di Indonesia pada tiga tahun terakhir telah jauh melebihi rata-rata jumlah proyek investasi Swedia pada tahun-tahun sebelumnya yang berada di kisaran 3 hingga 10 proyek. Sektor-sektor investasi Swedia di Indonesia antara lain di bidang engineering, kimia, farmasi, karton pengemas makanan dan minuman, dan korek api. Hingga bulan November 2015, terdapat 80 perusahaan Swedia yang bergerak di Indonesia. Sebagian besar dari mereka adalah perusahaan besar di Swedia yang mempunyai pengalaman lama di pasar Asia seperti SKF, Gunnebo dan Swedish Match Cigars, Electrolux, Ericsson, Education First (EF), H&M, IKEA, Oriflame, Sandvik, Scania dan Tetra Pak. Dalam beberapa tahun terakhir, proyek-proyek investasi Swedia di Indonesia antara lain meliputi pembukaan gerai-gerai perusahaan retail IKEA dan H&M; investasi bidang bio-molecular entrepeneurship melalui pendirian Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L) di Jakarta (2014); kerja sama investasi perusahaan bus Scania dengan United Tractor (Astra Group) untuk produksi bus ramah lingkungan yang melayani jalur busway; serta kerja sama investasi antara KAPSCH TraffiCom dengan PT. Alita Praya untuk penyediaan jasa dan teknologi Electronic Road Pricing (ERP) di Jakarta. Sejak tahun 2008, investasi Swedia ke Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Melalui kerjasama dengan perusahaan jaringan operator telepon, Axis, Ericsson menangani proyek pembangunan 2100 jaringan operasional dan teknik telekomunikasi di wilayah Jabotabek, Banten dan Sumatera. TABEL Investasi Swedia di Indonesia selama kurun waktu 5 tahun terakhir. Kegiatan Investasi
2011 USD 900 ribu
2012 USD 5 juta
9
2013 USD 650 ribu
2014 USD 1,7 juta
2015 USD 300 ribu
Proyek
9
11
23
15
18
Hingga paruh akhir 2015, BKPM telah memberikan ijin prinsip untuk 6 investasi asal Swedia dengan total nilai investasi mencapai USD 9,1 juta. Ijin tersebut diberikan kepada PT Schaefer Management Consulting (bidang konsultasi manajemen, senilai USD 27.500), PT Autoliv Indonesia (bidang industri suku cadang otomotif, senilai USD 4,28 juta), PT Tour Invest Bali (bidang pariwisata, senilai USD 0,3 juta), PT Midroc Automation (bidang jasa penunjang tenaga listrik, senilai USD 0,65 juta), PT Lundin Industry Invest (semula industri kendaraan bermotor roda empat berubah menjadi kendaraan roda dua dan tiga, senilai USD 3 juta), dan PT Syntronic Indonesia (bidang perbaikan peralatan telekomunikasi, senilai USD 0,875 juta). Investor Swedia dapat diajak untuk berinvestasi di Indonesia dengan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi bagi produk-produk manufaktur Swedia yang tidak saja dipasarkan di Indonesia, tetapi juga diekspor ke negara ketiga. Dengan demikian, investasi Swedia di Indonesia juga dapat berkontribusi terhadap peningkatan ekspor Indonesia. Salah satu contohnya adalah H&M, yang saat ini telah melibatkan 94 perusahaan Indonesia sebagai supplier produknya di seluruh dunia. Salah satu investasi besar Swedia di Indonesia adalah proyek Eco Tourism di Lombok Timur. Proyek tersebut akan didirikan di area seluas 200 hektar di daerah Tanjung Ringgit. Dengan demikian, kawasan Tanjung Ringgit, Kecamatan Jerowaru, akan menjadi kawasan eco tourism terbesar di Asia. 2.
Kerjasama Pertahanan antara Indonesia dan Swedia Kerja Sama Industri Strategis antara Indonesia-Swedia, secara prinsi kedua negara menyambut baik kerja sama di bidang industri pertahanan strategis yang terus berjalan antara kedua negara. Bahkan kedua negara mengharapkan penguatan elemen transfer teknologi dalam berbagai skema kerja sama industri pertahanan RI dengan Swedia. Investasi dalam bidang industri pertahanan dibukukan melalui kerjasama investasi antara PT. Lundin Indonesia dan SAAB Swedia pada tahun 2015 yang telah mulai menyelesaikan pesanan kapal patroli anti radar untuk coast guard milik TNI AL dari pabrik galangan kapal PT. Lundin di Banyuwangi, Jawa Timur. Disamping itu, PT. Lundin Indonesia dan SAAB telah mendapatkan pesanan 18 kapal dari angkatan laut Bangladesh. Pada bulan Agustus 2015, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah menandatangani MoU dengan SAAB Swedia terkait pengembangan rekayasa teknologi produk industri peralatan pertahanan. Selain itu, BPPT bersama dengan SAAB juga berencana mengembangkan pesawat tanpa awak (drone). Selain itu, SAAB juga bekerja sama dengan PT PINDAD untuk memasarkan sistem Pertahanan Darat Berbasis Udara (GBAD) RBS70. Pada Oktober 2015 pihak Swedia secara resmi menawarkan proposal kerjasama untuk pengadaan Air Power Package yang mencakup pesawat tempur Gripen JAS-39 (beserta peningkatan teknologinya selama tiga tahun sekali selama 30 tahun dan biaya operasionalnya), radar AEW&C untuk pengamanan maritim, ground-based Command and Control, serta transfer teknologi dan offset kepada Indonesia dengan membuka pabrik di Indonesia yang akan memproduksi misil, composite untuk pesawat, dan radar. Hingga saat ini, Pemerintah RI tengah melakukan penilaian terhadap proposal tersebut. Pesawat Gripen buatan Swedia bersama dengan Sukhoi su-35 (Rusia) dan F-16 (AS) saat ini juga tengah dikaji oleh TNI AU, Kemhan, dan Kemkeu untuk menentukan kandidat pesawat pengganti F5-Tiger. Di bulan Mei 2016, SAAB mengajukan penawaran baru Air Power Package yang antara lain meliputi:
10
a. b.
c.
Kesediaan melakukan kerja sama produksi pesawat Gripen dengan industri pertahanan RI Indonesia mendapatkan penawaran Turn Key Package Scheme (mobile Operational Squadron) yang terdiri atas 12 unit single seat dan 2 double seat units/ tandem beserta fasilitas perawatan di dalam negeri. Dukungan pelatihan untuk pilot dan kru darat, simulator pelatihan taktis untuk pilot, Ground Support Equipments (GSE), fasilitas teknologi Command, Control,Communication, Computer and Intelligent (C4I), radar Giraffe, Integrated Logistics Support, serta garansi untuk badan dan mesin pesawat hingga 35 – 40 tahun.
3.
Perjanjian Kerja Sama Pertahanan RI - Swedia Terdapat dua poin penting perjanjian kerjasama pertahanan antara IndonesiaSwedia. Pertama, mendorong finalisasi perjanjian kerja sama pertahanan RI-Swedia. Kedua, mengharapkan perjanjian tersebut nantinya dapat menjembatani peningkatan kerja sama pertahanan kedua negara, terutama dalam hal pertukaran pengalaman, informasi, alih teknologi, serta riset dan teknologi dalam bidang pertahanan. Pihak Swedia menyampaikan draft pertama MoU Kerja Sama bidang Pertahanan RI – Swedia pada tanggal 7 Mei 2015 dalam pertemuan antara Dubes RI Stockholm dengan Wamenhan Swedia di Stockholm. Pihak Kemhan melalui Kemlu telah mengirimkan counterdraft Perjanjian Kerja Sama Pertahanan RI – Swedia kepada pihak Swedia pada tanggal 28 Juni 2016. Beberapa bidang kerja sama yang diusulkan oleh Indonesia dalam kerangka perjanjian tersebut antara lain: a. Pertukaran informasi dan pengalaman dalam isu-isu bersama, seperti militer, kepolisian, dan kemaritiman internasional. b. Pertukaran informasi dan best practices dalam bidang riset dan teknologi pertahanan c. Kerja sama dan pertukaran pengalaman dalam bidang dukungan logistik dan maintenance. d. Kerja sama industri pertahanan, yang meliputi alih teknologi, riset bersama, produksi bersama, serta pemasaran bersama hasil industri pertahanan. e. Peningkatan pelatihan militer dan pertahanan serta pendidikan, termasuk untuk kalangan sipil. f. Kerja sama dalam bidang kesehatan dan pelayanan kesehatan militer. Pihak Swedia telah mengundang delegasi Kemhan dan Kemlu untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut terhadap draft Perjanjian Kerja Sama tersebut di Swedia. Kunjungan rencananya akan dilakukan pada 25 – 28 Agustus 2016. Secara strategis, Swedia bukan anggota NATO dan bukan major power yang berkepentingan menjaga kerahasiaan superioritas teknologi persenjataannya sebagai faktor vital untuk mewujudkan ambisi menjadi superpower, sehingga relatif jauh lebih leluasa dalam hal transfer of technology, dan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menerapkan embargo terhadap Indonesia, dibandingkan negara-negara lain yang merupakan anggota NATO. Keunggulan teknologi industri pertahanan Swedia, terutama untuk AL dan AU relatif setara dan dalam beberapa hal lebih unggul dari negara-negara eksportir alutsista lainnya, misalnya teknologi USV (Unmanned Surface Vessel). Tawaran kerjasama tidak selalu terkait kepentingan penjualan alutsista jadi kepada Indonesia, tapi lebih ditujukan untuk menjadikan Indonesia sebagai production base bagi pasar alutsista di kawasan regional dan internasional. Hal ini dinilai baik untuk pemberdayaan industri pertahanan dan menjadikan industri pertahanan sebagai salah satu lokomotif pembangunan ekonomi Indonesia.
11