perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAPORAN KHUSUS
IPDK SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DI UNIT PEMBAKARAN DAN PENDINGINAN PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. PABRIK TUBAN JAWA TIMUR
Puri Antika R.0008062
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Tugas Akhir dengan judul : IPDK sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja di Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban Jawa Timur
Puri Antika, NIM : R.0008062, Tahun : 2011 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Penguji Tugas Akhir Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta Pada Hari ………….Tanggal ………….. 20 …….
Pembimbing I
Pembimbing II
Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.Ok NIP. 19481105 198111 1 001
Live Setyaningsih, SKM NIP. 19850811 201101 2020
Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS
Sumardiyono, SKM, M.Kes NIP. 19650706 1988303 1 002
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengesahan perusahaan
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Puri Antika, 2010. IPDK sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja di Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban Jawa Timur. PROGRAM D.III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA. Manusia, mesin, proses kerja, lingkungan kerja, peralatan, dan material mengandung faktor dan potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Maka dari itu, perlu adanya identifikasi, penilaian resiko, dan pengendalian resiko. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya, serta dampak yang ditimbulkan dari kegiatan atau pekerjaan di unit pembakaran dan pendinginan, serta upaya pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan. Kerangka pemikiran penelitian ini adalah potensi dan faktor bahaya yang ada di tempat kerja dimana di dalamnya terdapat tenaga kerja, mesin, proses kerja, lingkungan kerja, peralatan, dan material. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, maka perusahaan melakukan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang dilaksanakan di setiap unit kerja dan kegiatan tenaga kerja kontraktor di unit tersebut. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran tentang Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan dan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor di unit tersebut. Pengambilan data diperoleh melalui observasi, wawancara, data dari perusahaan, dan studi kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kondisi di lapangan yang sebenarnya, tinjauan pustaka, dan peraturan perundangan yang berlaku. Perusahaan telah melaksanakan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) sebagai upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja di unit pembakaran dan pendinginan sesuai dengan Permenaker No. PER-05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Saran yang diberikan adalah sebaiknya perusahaan meningkatkan kesadaran akan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada seluruh stakeholders di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Kata kunci : IPDK, Pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja Kepustakaan : 12, 1996-2010
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan, dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul “IPDK sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja di Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Tuban Jawa Timur”. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di samping itu, praktek kerja lapangan ini dilaksanakan untuk menambah wawasan mengenai implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan. Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini, penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. A.A Subiyanto, dr.,MS selaku mantan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode sampai Mei 2011. 3. Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.Ok selaku mantan Ketua Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode sampai Juni 2011 dan selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini. 5. Live Setyaningsih, SKM selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini. 6. Hendro Wartono selaku Kepala Bagian Diklat PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. yang telah memberikan ijin untuk pelaksaan Praktek Kerja Lapangan. 7. Dodi selaku Kepala Diklat PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban yang telah memberikan dukungan selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan. 8. Syahri selaku Koordinator Praktek Kerja Lapangan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. 9. Kuswandi selaku Kepala Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban dan Bapak Awan Nugroho selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan laporan ini. 10. Seluruh karyawan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban yang telah memberikan bantuan selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan. 11. Bapak dan ibu serta keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa untuk keberhasilan dalam penyusunan laporan ini. 12. Teman-teman Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja 2008 yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan penyusunan commit to user laporan ini.
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13. Semua pihak yang telah membantu penulisan dalam penyusunan laporan penelitian ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini, sehingga dapat berguna dan bermanfaat. Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya mahasiswa Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan.
Surakarta, Mei 2011 Penulis,
Puri Antika
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ..............................................
iii
ABSTRAK ......................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................
v
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xii
BAB I.
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
4
BAB II. LANDASAN TEORI .......................................................................
6
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................
6
B. Kerangka Pemikiran .................................................................
54
BAB III. METODE PENELITIAN..................................................................
55
A. Metode Penelitian ......................................................................
55
B. Lokasi Penelitian .......................................................................
55
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ....................................... commit to user
55
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Sumber Data ..............................................................................
56
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
57
F. Pelaksanaan ..............................................................................
58
G. Analisa Data ..............................................................................
59
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
60
A. Hasil Penelitian ..........................................................................
60
B. Pembahasan ...............................................................................
105
BAB V. SIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI .....................................
132
A. Simpulan ....................................................................................
132
B. Saran ..........................................................................................
133
C. Implikasi ...................................................................................
136
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
138
LAMPIRAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja ................................................. 28
Tabel 2.
Klasifikasi Tingkat Resiko ............................................................... 43
Tabel 3.
Ukuran Kuantitatif Likelihood Menurut Standar AS/NZS 4360 ...... 43
Tabel 4.
Ukuran Kuantitatif Concequence Menurut Standar AS/NZS 4360 ................................................................................................... 44
Tabel 5.
Kecelakaan Kerja Unit Pembakaran dan Pendinginan Tahun 2010. 60
Tabel 6.
Ketentuan Aspek dan Dampak terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............................................................................... 79
Tabel 7.
Ketentuan Aspek dan Dampak terhadap Lingkungan ...................... 79
Tabel 8.
Nilai Keparahan IPDK Unit Kerja ................................................... 80
Tabel 9.
Nilai Kemungkinan IPDK Unit Kerja .............................................. 81
Tabel 10. Nilai Peluang IPDK Kontraktor ....................................................... 82 Tabel 11. Nilai Keparahan atau Akibat IPDK Kontraktor ............................... 82 Tabel 12. Keterangan Peringkat Resiko IPDK Kontraktor .............................. 83 Tabel 13. Penyajian IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan ....................... 86 Tabel 14 IPDK Mengoperasikan Blending Silo ............................................
87
Tabel 15. IPDK Penembusan Air Slide Kiln Feed yang Buntu .....................
87
Tabel 16. IPDK Mengoperasikan Kiln ..........................................................
88
Tabel 17. IPDK Mengoperasikan Cooler ......................................................
89
Tabel 18. IPDK Mengoperasikan EP Cooler ................................................
90
Tabel 19. IPDK Pengoperasian Clinker Transport ....................................... commit to user
90
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 20. IPDK Mengoperasikan Coal Mill .................................................
91
Tabel 21. IPDK Bongkar Pasang Batu Tahan Api atau Brick dan Castable .
92
Tabel 22. IPDK Pembersihan Jalan All Area Pabrik Tuban .........................
94
Tabel 23. IPDK Membuat Kantongan di Lantai 5 Preheater 442 PH 2 Tuban 2 .....................................................................................
94
Tabel 24. IPDK Tambal TAD SLC 443 PH 1 Tuban 3 ................................
95
Tabel 25. IPDK Feeding BBA Sekam di Kiln 436 BC 7 ..............................
96
Tabel 26. IPDK Loading Sludge Oil di 442 Kl 1 Tuban 2 ............................
97
Tabel 27. IPDK Mengganti Actuator Cooler Compartment 5 441 CC 1 ......
97
Tabel 28. IPDK Mengganti Main Gear 443 Kl 1 dan Potong Kiln Shell 443 Kiln 1 Tuban 3 ....................................................................
98
Tabel 29. IPDK Memasang Blower Cooling Shell Kiln Tuban 2 .................
99
Tabel 30. IPDK Menambal Cyclone Redspot 443 PH 1 Lantai 6 dan Lantai 11 Tuban 3 ......................................................................
100
Tabel 31. IPDK Perbaikan Rekondisi Lift 443 EL 1 Tuban 3 ......................
101
Tabel 32. IPDK Tembus Inlet Kiln dan Hammer Cooler 441 KL 1 Tuban 1 ............................................................................................. 101
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Teori Domino ............................................................................
21
Gambar 2.
Teori Gunung Es .......................................................................
27
Gambar 3.
Rasio Kecelakaan Menurut Dupont ..........................................
32
Gambar 4.
Matrik penilaian Resiko ............................................................
42
Gambar 5.
Risk Matrik Peringkat Resiko ....................................................
44
Gambar 6.
Kerangka Pemikiran ..................................................................
54
Gambar 7.
Blending Silo .............................................................................
64
Gambar 8.
Suspension Preheater ................................................................
67
Gambar 9.
Rotary Kiln ................................................................................
68
Gambar 10. Grate Cooler .............................................................................
70
Gambar 11. Coal Mill ...................................................................................
72
Gambar 12. Electrostatic Precipitator (EP) .................................................
74
Gambar 13. Risk Matrik Peringakat Resiko IPDK Unit Kerja ......................
81
Gambar 14. Risk Matrik Penilaian Resiko IPDK Kontraktor .......................
83
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Surat Keterangan Panggilan Kerja Praktek Lapangan/Magang
Lampiran 2.
Surat Keterangan Selesai Kerja Praktek Lapanga/Magang
Lampiran 3.
Jadwal Kegiatan Kerja Praktek Lapangan/Magang
Lampiran 4.
Presensi selama Kerja Praktek Lapangan/Magang
Lampiran 5.
Formulir Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) Unit Kerja
Lampiran 6.
Formulir Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) Kontraktor
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang semakin hari semakin meningkat menuntut dunia industri untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Seperti yang kita ketahui bahwa sebuah perusahaan sudah barang tentu menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Maka dari itu, perusahaan meningkatkan aktivitas produksi untuk meningkatkan jumlah produk yang dihasilkan. Hal ini didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah menghasilkan mesin-mesin produksi yang semakin canggih. Namun demikian, dalam melaksanakan suatu aktivitas produksi tidaklah mudah. Setiap aktivitas yang melibatkan manusia, mesin, proses kerja, lingkungan kerja, peralatan, dan material tentunya mengandung risiko. Dalam perspektif Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) risiko timbul akibat dari adanya sumber bahaya yang mengandung potensi dan faktor bahaya yang mana apabila tidak dikendalikan dapat menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menyatakan bahwa upaya pencegahan kecelakaan, kebakaran, dan penyakit akibat kerja merupakan suatu hal yang wajib dilaksanakan di instansi baik milik pemerintah maupun swasta. Maka dari itu, perusahaan perlu melakukan upaya pengendalian terhadap potensi dan faktor bahaya guna mengurangi commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang terjadi. Kerugian dapat berupa kerugian ekonomi dan kerugian non ekonomi. Kerugian ekonomi berupa kerugian yang langsung dapat ditaksir dengan menggunakan uang, kerugian non ekonomi antara lain adalah rusaknya citra perusahaan. Setiap perusahaan tentunya tidak ingin mengalami kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang menyebabkan membengkaknya biaya produksi. Maka dari itu, dalam upaya pencegahan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, perusahaan harus melakukan Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control (HIRARC), serta melakukan pengawasan dan peninjauan ulang terhadap identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan upaya pengendalian yang telah dilakukan. Dalam hal ini, PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. melakukan identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko dalam bentuk Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK). Melalui observasi yang dilakukan di unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban, peneliti mencoba untuk menggambarkan identifikasi potensi dan faktor bahaya, penilaian risiko atau dampak yang ditimbulkan, dan upaya pengendalian yang dilakukan guna mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan serta Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor pada unit tersebut melalui laporan dengan judul “IPDK sebagai Upaya Pencegahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja di Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban Jawa Timur”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban? 2. Bagaimana Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) tenaga kerja kontraktor di unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban? 3. Bagaimana tindak lanjut dari pelaksanaan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang telah dilakukan guna mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
2. Untuk mengetahui Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) tenaga kerja kontraktor di unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. 3. Untuk mengetahui tindak lanjut dari pelaksanaan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang telah dilakukan guna mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
D. Manfaat Penelitian 1. Perusahaan Dapat memperoleh masukan mengenai Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang diterapkan sehingga dapat melakukan perbaikan atau menindak lanjuti terhadap saran-saran yang disampaikan. 2. Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja a. Dapat memperoleh masukan terkait identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko di tempat kerja guna melengkapi kurikulum sehingga manghasilkan lulusan yang dapat bersaing di dunia kerja. b. Dapat menambah studi kepustakaan yang bermanfaat tentang identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko dimana dalam hal ini adalah Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban serta Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor di unit tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
3. Peneliti Dapat mengetahui potensi dan faktor bahaya, dampak atau risiko yang ditimbulkan, penilaian risiko, dan pengendalian risiko yang dilakukan pada setiap kegiatan produksi dan kegiatan tenaga kerja kontraktor di unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. 4. Pembaca Dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca khususnya mengenai identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko dimana dalam hal ini adalah Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban serta Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor di unit tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan dan kesehatan kerja a. Keselamatan kerja 1) Definisi keselamatan kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja, dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerajaan dan proses produksi (Tarwaka, 2008). 2) Syarat-syarat keselamatan kerja Syarat-syarat keselamatan kerja seperti tersebut pada Undangundang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 yaitu : a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan. b) Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran. c) Memberi kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang membahayakan. d) Memberi pertolongan pada kecelakaan. e) Memberi alat pelindung diri pada para pekerja.
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
f) Mencegah atau mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, aliran udara, cuaca, sinar radiasi, kebisingan, dan getaran. g) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan. h) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. i) Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik. j) Menyelenggarakan udara penyegaran udara yang cukup. k) Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban. l) Menerapkan ergonomi di tempat kerja. m) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang dan barang. n) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. o) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan penyimpanan barang. p) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya. q) Menyesuaikan
dan
menyempurnakan
pengamanan
pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. 3) Tujuan keselamatan kerja a) Melindungi tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada di tempat kerja agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
b) Melindungi sumber-sumber produksi agar dapat dipakai dan digunakan secara efisien. c) Menjaga proses produksi agar dapat berjalan dengan aman tanpa hambatan apapun. b. Kesehatan kerja 1) Definisi kesehatan kerja Kesehatan (kedokteran) kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan sebaik-baiknya (dalam hal dimungkinkan, bila tidak cukup derajat kesehatan yang optimal), fisik, mental, emosional, maupun sosial dengan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan dan atau lingkungan kerja serta terhadap penyakit pada umumnya (Suma’mur, 2009). Dalam rangka upaya menjadikan tenaga kerja yang sehat dan produktif, kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada pada keseimbangan yang mantap antara kapasitas kerja, beban kerja, dan keadaan lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja (Suma’mur, 2009). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan atau kedokteran yang mempelajari bagaimana melakukan usaha preventif dan kuratif serta rehabilitatif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum dengan tujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial (Tarwaka, 2008). 2) Tujuan kesehatan kerja Menurut Tarwaka (2008) penyelenggaraan kesehatan kerja di perusahaan bertujuan untuk : a) Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, dan sosial di semua lapangan pekerjaan. b) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja. c) Melindungi
tenaga
kerja dari bahaya
kesehatan
yang
ditimbulkan akibat pekerjaan. d) Menempatkan tenaga kerja pada lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisik, faal tubuh, dan mental psikologis tenaga kerja yang bersangkutan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
c. Keselamatan dan kesehatan kerja 1) Definisi keselamatan dan kesehatan kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara filosofi didefinisikan sebagai upaya dan pemikiran untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah diri manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya beserta hasil karyanya dalam rangka menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera (Tarwaka, 2008). Secara keilmuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) didefinisikan sebagai ilmu dan penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yang dilakukan (Tarwaka, 2008). Sedangkan dari sudut pandang ilmu hukum Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
(K3)
didefinisikan
sebagai
suatu
upaya
perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja senantiasa dalam keadaan yang sehat dan selamat serta sumber-sumber proses produksi dapat dijalankan secara aman, efisien, dan produktif (Tarwaka, 2008). 2) Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja a) Melindungi tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada di tempat kerja agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
b) Melindungi sumber-sumber produksi agar dapat diakui dan digunakan secara aman dan efisien. c) Menjaga proses produksi agar dapat berjalan lancar tanpa hambatan apapun. 2. Tempat kerja Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. 3. Bahaya a. Definisi bahaya Pengertian hazard atau potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan, atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja (Tarwaka, 2008). Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan, atau gangguan lainnya (Ramli, 2010). Bahaya adalah sumber, situasi, atau tindakan yang berpotensi menciderai manusia atau sakit penyakit (3.8) atau kombinasi dari semuanya (OHSAS 18001: 2007). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
b. Jenis bahaya Menurut Ramli (2010), jenis bahaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Bahaya mekanis Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda, bubut, potong, press, tempa, pengaduk, dan lain-lain. Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti garakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan, dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cidera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas. 2) Bahaya listrik Bahaya listrik adalah sumber bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik. 3) Bahaya fisis Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
a) Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera pendengaran. b) Tekanan c) Getaran d) Suhu panas atau dingin. e) Cahaya atau penerangan. f) Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet, atau infra merah. 4) Bahaya biologis Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian, kimia, pertambangan minyak, dan gas bumi. 5) Bahaya kimia Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain : a) Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat racun (toxic). b) Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras, cuka, air aki, dan lain-lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
c) Kebakaran dan peledakan. Beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah terbakar dan meledak, misalnya golongan senyawa hidrokarbon seperti minyak tanah, premium, LPG, dan lain-lain. d) Polusi dan pencemaran lingkungan. c. Sumber bahaya Menurut Ramli (2010) sumber bahaya dapat berasal dari unsurunsur produksi, antara lain : 1) Manusia Manusia berperan menimbulkan bahaya di tempat kerja yaitu pada saat melakukan aktivitas masing-masing. Misalnya pada saat seseorang melakukan pekerjaan pengelasan, maka dalam proses pekerjaan tersebut akan terkandung atau timbul berbagai jenis bahaya. 2) Peralatan Di tempat kerja akan digunakan berbagai peralatan kerja seperti mesin, pesawat uap, pesawat angkat, alat angkut, tangga, perancah, dan lain-lain. Semua peralatan tersebut dapat menjadi sumber bahaya bagi manusia yang menggunakannya. Misalnya tangga yang tidak baik atau rusak dapat mengakibatkan bahaya jatuh dari ketinggian. Mesin yang berputar dapat menimbulkan bahaya mekanis atau fisis. Mesin kempa dapat menimbulkan bahaya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
kinetik. Peralatan listrik dapat menimbulkan bahaya listrik seperti terkena sengatan listrik. 3) Material Material yang digunakan baik sebagai bahan baku, bahan antara atau hasil produksi mengandung berbagai macam bahaya sesuai dengan sifat dan karakteristiknya masing-masing. Material yang berupa bahan kimia mengandung bahaya seperti keracunan, iritasi, kebakaran, dan pencemaran lingkungan. 4) Proses Kegiatan produksi menggunakan berbagai jenis proses baik yang bersifat fisis atau kimia. Sebagai contoh dalam proses pengolahan minyak digunakan proses fisis dan kimia dengan kondisi operasi seperti temperatur yang tinggi atau rendah, tekanan, aliran bahan, perubahan bentuk dari reaksi kimia, penimbunan, dan lain-lain. Semuanya mengandung bahaya. Tekanan yang berlebihan atau temperatur yang terlalu tinggi dapat menimbulkan bahaya peledakan atau kebakaran. 5) Sistem dan prosedur Proses produksi dikemas melalui suatu sistem dan prosedur operasi yang diperlukan sesuai dengan sifat dan jenis kegiatan. Secara langsung sistem dan prosedur tidak bersifat bahaya, namun dapat mendorong timbulnya bahaya yang potensial. Sebagai contoh, sistem pengaturan kerja bagi seorang sopir selama delapan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
jam terus-menerus akan menimbulkan kelelahan. Faktor kelelahan ini akan mendorong terjadinya kondisi yang tidak aman, misalnya menurunnya konsentrasi, mengantuk, dan kehilangan daya reaksi yang pada akhirnya dapat mendorong terjadinya kecelakaan. 4. Kecelakaan kerja a. Definisi kecelakaan kerja Kecelakaan adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda, atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008). b. Unsur-unsur kecelakaan kerja Menurut Tarwaka (2008) kecelakaan kerja mengandung unsurunsur sebagai berikut : 1) Tidak diduga semula, oleh karena di belakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan atau perencanaan. 2) Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu disertai dengan kerugian baik fisik maupun mental. 3) Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurangkurangnya menyebabkan gangguan proses kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
c. Klasifikasi kecelakaan kerja Tarwaka (2008) menyatakan bahwa kecelakaan kerja di industri dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu : 1) Kecelakaan industri (industrial accident). Kecelakaan industri yaitu suatu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya potensi bahaya yang tidak terkendali. 2) Kecelakaan di dalam perjalanan (community accident). Kecelakaan di dalam perjalanan yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja dalam kaitannya dengan adanya hubungan kerja. Menurut International Labour Organization (ILO), kecelakaan kerja di industri dapat diklasifikasikan menurut jenis kecelakaan, agen penyebab atau objek kerja, jenis cidera atau luka, dan lokasi tubuh yang terluka. Klasifikasi kecelakaan kerja di industri secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Klasifikasi menurut jenis kecelakaan. a) Terjatuh b) Tertimpa atau kejatuhan benda atau objek kerja. c) Tersandung benda atau objek, terbentur benda, terjepit antara dua benda. d) Gerakan-gerakan paksa atau peregangan otot berlebihan. e) Terpapar atau kontak dengan benda panas atau suhu tinggi. f) Terkena arus listrik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
g) Terpapar bahan-bahan berbahaya atau radiasi. 2) Klasifikasi menurut agen penyebab. a) Mesin, seperti mesin penggerak kecuali motor elektrik, mesin transmisi, mesin-mesin produksi, mesin-mesin pertambangan, mesin-mesin pertanian, dan lain-lain. b) Sarana alat angkat dan angkut, seperti forklift, alat angkut kereta, alat angkut beroda selain kereta, alat angkut di perairan, alat angkut di udara, dan lain-lain. c) Peralatan-peralatan lain, seperti bejana tekan, tanur atau dapur peleburan, instalasi listrik termasuk motor listrik, alat-alat tangan listrik, perkakas, tangga, perancah, dan lain-lain. d) Bahan-bahan berbahaya dan radiasi, seperti bahan mudah meledak, debu, gas, cairan, bahan kimia, radiasi, dan lain-lain. e) Lingkungan kerja, seperti tekanan panas dan tekanan dingin, intensitas kebisingan tinggi, getaran, ruang bawah tanah, dan lain-lain. 3) Klasifikasi menurut jenis luka atau cidera. a) Patah tulang b) Keseleo atau dislokasi atau terkilir. c) Kenyerian otot dan kejang. d) Gagar otak dan luka bagian dalam lainnya. e) Amputasi dan enukleasi. f) Luka tergores dan luka luar lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
g) Memar dan retak. h) Luka bakar i) Keracunan akut j) Aspixia atau sesak napas. k) Efek terkena arus listrik. l) Efek terkena paparan radiasi. m) Luka pada banyak tempat di bagian tubuh dan lain-lain. 4) Klasifikasi menurut bagian tubuh yang terluka. a) Kepala, leher, badan, lengan, kaki, dan bagian tubuh lainnya. b) Luka umum dan lain-lain. d. Teori domino Dalam buku Accident Prevention, Heinrech (1972) mengemukakan suatu teori sebab akibat terjadinya kecelakaan yang selanjutnya dikenal dengan teori domino. Dari teori tersebut digambarkan bahwa timbulnya suatu kecelakaan atau cidera disebabkan oleh lima faktor penyebab yang secara berurutan dan berdiri sejajar antara faktor satu dengan yang lainnya. Kelima faktor tersebut adalah : 1) Domino kebiasaan 2) Domino kesalahan 3) Domino tindakan dan kondisi tidak aman. 4) Domino kecelakaan 5) Domino cidera commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Selanjutnya Heinrech (1972) menjelaskan bahwa untuk mencegah terjadinya kecelakaan adalah cukup dengan membuang salah satu kartu domino atau memutuskan rangkaian mata rantai domino tersebut. Berdasarkan teori dari Heinrech (1972) tersebut, Bird dan Germain (1986) memodifikasi teori domino dengan merefleksikan ke dalam hubungan manajemen secara langsung dengan sebab akibat kerugian kecelakaan. Model penyebab kerugian melibatkan lima faktor penyebab secara berurutan. Kelima faktor yang dimaksud adalah : 1) Kurangnya pengawasan, meliputi ketidaktersediaan program, standar program, dan tidak terpenuhinya standar. 2) Sumber penyebab dasar, meliputi faktor personal dan pekerjaan. 3) Penyebab kontak, meliputi tidakan dan kondisi yang tidak sesuai dengan standar. 4) Insiden, hal ini terjadi karena adanya kontak dengan energy atau bahan-bahan berbahaya. 5) Kerugian, akibat rentetan faktor sebelumnya akan mengakibatkan kerugian pada manusia itu sendiri, harta benda atau properti, dan proses produksi. Sehingga dapat digambarkan sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Lack of Control
Basic Causes
Immediate Causes
Accident
Loss
Inadequate Program
Personal Factor
Unsafe act
People
Inadequate Program Standart
Job Factor
Unsafe Conditions
Contact with Energy or Substance
Property
Process Inadequate to Standart Gambar 1. Teori Domino Sumber : Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Di Departemen Pipe And Off Line PT Citra Tubindo Tbk. Batam, 2007 Selanjutnya Bird dan Germain (1986) menjelaskan bahwa upaya pencegahan kecelakaan akan berhasil dan efektif bila dimulai dengan memperbaiki manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja. Setelah dilakukan perbaikan manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), selanjutnya dapat dilakukan identifikasi dan evaluasi sumber-sumber penyebab, memprediksi gejala yang timbul, dan mencegah kontak dengan atau kepada objek kerja. Pada akhirnya kerugian kecelakaan dapat dihindarkan seminimal mungkin. Tarwaka (2008) menyatakan bahwa secara umum penyebab kecelakaan kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1) Sebab dasar atau asal mula. Sebab dasar merupakan sebab atau faktor yang mendasari secara umum terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab commit to user antara lain meliputi faktor : dasar kecelakaan kerja di industri
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
a) Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pimpinan perusahaan dalam upaya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaannya. b) Manusia atau para pekerjanya sendiri. c) Kondisi tempat kerja, sarana kerja, dan lingkungan kerja. 2) Sebab utama Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya faktor dan persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang belum dilaksanakan secara benar (substandards). Sebab utama kecelakaan kerja meliputi faktor : a) Faktor manusia atau dikenal dengan istilah tindakan tidak aman (unsafe actions). Yaitu merupakan tindakan berbahaya dari para tenaga kerja yang mungkin dilatarbelakangi oleh berbagai sebab, antara lain : (1) Kurang pengetahuan dan keterampilan. (2) Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal. (3) Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak. (4) Kelelahan dan kejenuhan. (5) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman. (6) Kebingungan dan stres karena prosedur kerja yang baru belum dapat dipahami. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
(7) Belum menguasai atau belum terampil dengan peralatan atau mesin-mesin baru. (8) Penurunan konsentrasi dari tenaga kerja saat melakukan pekerjaan. (9) Sikap masa bodoh dari tenaga kerja. (10) Kurang adanya motivasi kerja dari tenaga kerja. (11) Kurang adanya kepuasan kerja. (12) Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri. b) Faktor lingkungan atau dikenal dengan kondisi tidak aman (unsafe conditions). Yaitu kondisi tidak aman dari mesin, peralatan, pesawat, bahan, lingkungan dan tempat kerja, proses kerja, sifat pekerjaan, dan sistem kerja. Lingkungan dalam artian luas dapat diartikan tidak saja lingkungan fisik, tetapi juga faktorfaktor yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang lalu maupun sesaat sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja, hubungan sesama pekerja, kondisi ekonomi, dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi. c) Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja. Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja merupakan sumber
penyebab
kecelakaan.
Apabila
interaksi
antara
keduanya tidak sesuai, maka akan menyebabkan terjadinya suatu kesalahan yang mengarah kepada terjadinya kecelakaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
kerja. Dengan demikian, penyediaan sarana kerja yang sesuai dengan kemampuan, kebolehan, dan keterbatasan manusia harus sudah dilaksanakan sejak desain sistem kerja. e. Kerugian akibat kecelakaan kerja Setiap kecelakaan adalah malapetaka, kerugian, dan kerusakan pada manusia, harta benda atau properti, dan proses produksi. Implikasi yang berhubungan dengan kecelakaan sekurang-kurangnya berupa gangguan kinerja perusahaan dan penurunan keuntungan perusahaan. Pada dasarnya, akibat dari peristiwa kecelakaan dapat dilihat dari besar kecilnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya suatu peristiwa kecelakaan. Pada umumnya kerugian akibat kecelakaan kerja cukup besar dan dapat mempengaruhi upaya peningkatan produktivitas kerja perusahaan (Tarwaka, 2008). Tarwaka (2008) menyatakan bahwa secara garis besar kerugian akibat kecelakaan kerja dapat dikelompokkan menjadi : 1) Kerugian atau biaya langsung (Direct Costs). Yaitu suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung dari mulai terjadi peristiwa sampai dengan tahap rehabilitasi, seperti : a) Penderitaan tenaga kerja yang mendapat kecelakaan dan keluarganya. b) Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan. c) Biaya pengobatan dan perawatan. d) Biaya angkut dan biaya rumah sakit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
e) Biaya kompensasi pembayaran asuransi kecelakaan. f) Upah selama tidak mampu bekerja. g) Biaya perbaikan peralatan yang rusak, dan lain-lain. 2) Kerugian atau biaya tidak langsung (Indirect Costs). Yaitu merupakan kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan meliputi suatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya kecelakaan, biaya tidak langsung ini antara lain mencakup : a) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mendapat kecelakaan. b) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain, seperti rasa ingin tahu dan rasa simpati serta setia kawan untuk membantu dan memberikan pertolongan pada korban, mengantar ke rumah sakit, dan lain-lain. c) Terhentinya proses produksi sementara, kegagalan pencapaian target, kehilangan bonus, dan lain-lain. d) Kerugian akibat kerusakan mesin, perkakas, atau peralatan kerja lainnya. e) Biaya penyelidikan dan sosial lainnya, seperti : (1) Mengunjungi tenaga kerja yang sedang menderita akibat kecelakaan. (2) Menyelidiki sebab-sebab terjadinya kecelakaan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
(3) Mengatur
dan
menunjuk
tenaga
kerja
lain
untuk
meneruskan pekerjaan dari tenaga kerja yang menderita kecelakaan. (4) Merekrut dan malatih tenaga kerja baru. (5) Timbulnya ketegangan dan stres serta menurunnya moral dan mental tenaga kerja. Pada umumnya, fokus hanya tertuju pada kerugian atau biaya langsung, padahal pada kenyataannya, kerugian atau biaya-biaya yang tidak langsung dan terselubung jauh lebih besar dan mempunyai dampak yang lebih luas. Hal ini dapat dilihat dari fenomena gunung es dimana puncak gunung es yang nampak hanya sebagian kecil dibandingkan dengan bagian gunung es yang terpendam di dalamnya dan belum kelihatan pada saat kejadian. Dengan demikian, jelas bahwa di samping kerugian langsung akibat kejadian kecelakaan, kerugian tidak langsung harus mendapatkan perhatian yang serius karena sangat mempengaruhi kelangsungan proses produksi perusahaan secara keseluruhan (Tarwaka, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
A : biaya langsung
B : biaya tidak langsung
Gambar 2. Teori Gunung Es Sumber : Bird and Germain, 1990 Sedangkan Bird dan Germain (1986), membedakan jenis-jenis kerugian yang disebabkan karena kecelakaan kerja secara lebih detail seperti yang tersebut dalam tabel di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Tabel 1. Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja No. Jenis kerugian No. Komponen kerugian 1. Waktu kerja hilang dari korban. 1.1 Waktu produktif hilang oleh karena pekerja mengalami cidera dan tidak dapat diganti dengan kompensasi atau asuransi. 2. Waktu kerja hilang dari teman- 2.1 Waktu kerja hilang oleh teman korban teman korban. yang ada di tempat kejadian, membantu, dan memberi pertolongan pada korban, dan lain-lain. 2.2 Waktu kerja hilang karena simpati atau rasa keingitahuan, dan gangguan pekerjaan pada saat kejadian dan membicarakan kasus yang terjadi, saling bercerita mengenai kejadian yang serupa, kasak-kusuk mengenai kejadian kecelakaan, dan lain-lain. 2.3 Waktu kerja hilang insidentil untuk membersihkan tempat kejadian, mengumpulkan dana untuk membantu korban dan keluarganya, dan lain-lain. 3. Waktu kerja hilang dari 3.1 Waktu kerja hilang dari supervisor supervisor. untuk membantu dan memberi pertolongan korban. 3.2 Investigasi penyebab kecelakaan, seperti investigasi awal, tindak lanjut, penelitian untuk upaya pencegahan, dan lain-lain. 3.3 Mengatur kelangsungan pekerjaan, mendapatkan material baru, menjadwal ulang pekerjaan, dan lainlain. 3.4 Memilih dan melatih pekerja baru atau memindah tugaskan pekerja lain. 3.5 Menyiapkan laporan kecelakaan, seperti laporan sakit atau cidera, laporan kerusakan properti, laporan insiden, dan lain-lain. 3.6 Partisipasi untuk ikut mendengarkan pada kasus kecelakaan, dan lain-lain. Bersambung…….
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Sambungan……. 4. Kerugian umum
4.1
Waktu produktif hilang akibat kesedihan, shock, trauma, proses kerja menjadi lambat, dan lain-lain. 4.2 Kerugian akibat dari penghentian mesin-mesin produksi, kendaraan, pabrik, fasilitas, dan lain-lain. Serta pengaruh peralatan dan jadwal kerja baik yang bersifat sementara maupun jangka panjang. 4.3 Efektifitas korban sering berkurang setelah kembali kerja yang mungkin disebabkan karena cacat fisik atau trauma psikologis. 4.4 Kerugian usaha secara umum karena penurunan public image. 4.5 Biaya dapat meningkat untuk pembayaran asuransi karena sering terjadi kecelakaan di tempat kerja. 4.6 Aneka ragam kerugian lain yang berhubungan dengan kasus kecelakaan tertentu. 5. Kerugian properti 5.1 Biaya pengeluaran untuk keadaan emergensi. 5.2 Biaya untuk penyelamatan dan penggantian peralatan dan material. 5.3 Biaya untuk perbaikan material dan peralatan. 5.4 Biaya untuk waktu perbaikan dan pemindahan peralatan yang menyebabkan penurunan produktivitas dan penundaan jadwal pemeliharaan paralatan lainnya. 5.5 Baiaya untuk tindakan korektif selain perbaikan. 5.6 Kerugian karena suku cadang peralatan yang rusak. 5.7 Biaya untuk penyelamatan dan emergensi peralatan. 5.8 Kerugian produksi selama periode kejadian kecelakaan, dan lain-lain. Sumber : Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja 2008. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
5. Penyakit akibat kerja Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Setiap penyakit akibat kerja yang ditemukan dalam pemeriksaan kesehatan berkala atau khusus harus dilaporkan secara tertulis kepada Dinas Tenaga Kerja setempat selambatlambatnya 2x24 jam setelah dilakukan diagnosa. Pengurus wajib dengan segera melakukan tindakan-tindakan preventif agar penyakit akibat kerja yang sama tidak terulang kembali. Pengusaha wajib menyediakan sacara cuma-cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri). 6. Identifkasi bahaya a. Definisi identifikasi bahaya Identifikasi bahaya adalah untuk menjawab pertanyaan apa potensi bahaya yang dapat terjadi atau menimpa organisasi atau perusahaan dan bagaimana terjadinya (Ramli, 2010). Identifikasi bahaya adalah proses untuk mengetahui adanya suatu bahaya (3.6) dan menetukan karakteristiknya (OHSAS 18001 : 2007). Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja (Tarwaka, 2008). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
b. Manfaat identifikasi bahaya Menurut Ramli (2010) identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain : 1) Mengurangi peluang kecelakaan. Identifikasi bahaya dapat mengurangi peluang terdainya kecelakaan karena identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan. Dengan melakukan identifikasi bahaya maka berbagai sumber bahaya yang merupakan pemicu kecelakaan dapat diketahui dan kemudian dihilangkan sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan. Menurut Dupont, rasio kecelakaan adalah 1 : 30 : 300 : 3000 : 30.000, yang artinya untuk setiap 30.000 bahaya atau tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman, akan terjadi 1 kali kecelakaan fatal, 30 kali kecelakaan berat, 300 kali kecelakaan serius, dan 3000 kecelakaan ringan. Berdasarkan rasio ini dapat dilihat bahwa dengan mengurangi sumber penyebab kecelakaan yang menjadi dasar dari piramida, maka peluang untuk terjadinya kecelakaan dapat
diturunkan.
Oleh
karena
itu,
harus
diupayakan
mengidentifikasi seluruh sumber bahaya yaitu kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman yang ada di tempat kerja. Gambaran rasio kecelakaan menurut Dupont adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
1 Fatal 30 Kecelakaan Berat 300 Kecelakaan serius
3000 Kecelakaan Ringan 30000 Tindakan dan Kondisi Tidak Aman Gambar 3. Rasio Kecelakaan Menurut Dupont Sumber : Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management 2010. 2) Memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja-manajemen dan pihak terkait lainnya) mengenai potensi bahaya dari aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan. 3) Menjadi landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan mengenal bahaya yang ada, manajemen dapat menentukan skala prioritas penanganannya sesuai dengan tingkat risiko sehingga diharapkan hasilnya akan lebih efektif. 4) Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku
commit to user kepentingan. Dengan
demikian
mereka
dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
memperoleh gambaran mengenai risiko suatu usaha yang akan dilakukan. c. Syarat identifikasi bahaya Ramli (2010) menjelaskan bahwa identifikasi bahaya harus dilakukan secara terencana dan komprehensif. Banyak perusahaan yang telah melakukan identifikasi bahaya, tetapi ternyata angka kecelakaan masih dinilai tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa proses identifikasi bahaya yang dilakukan belum berjalan dengan efektif. Ada beberapa hal yang mendukung keberhasilan program identifikasi bahaya, antara lain : 1) Identifikasi bahaya harus sejalan dan relevan dengan aktivitas perusahaan sehingga dapat berfungsi dengan baik. Hal ini sangat menentukan dalam memilih teknik identifikasi bahaya yang tepat bagi perusahaan. Bagi perusahaan dengan risiko rendah, tentu tidak perlu melakukan identifikasi bahaya dengan teknik yang sangat komprehensif misalnya teknik kuantitatif. 2) Identifikasi bahaya harus dinamis dan selalu mempertimbangkan adanya teknologi dan ilmu terbaru. Banyak bahaya yang sebelumnya belum dikenal tetapi saat ini menjadi suatu potensi besar. Oleh karena itu, dalam melakukan identifikasi bahaya pasti selalu mempertimbangkan kemungkinan adanya teknik baru atau sistem pencegahan yang telah dikembangkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
3) Keterlibatan semua pihak terkait dalam proses identifikasi bahaya. Proses identifikasi bahaya harus melibatkan atau dilakukan melalui konsultasi dengan pihak terkait misalnya dengan pekerja. Mereka paling mengetahui adanya bahaya di lingkungan kerjanya masingmasing. Mereka juga berkepentingan dengan pengendalian bahaya di tempat kerjanya. Identifikasi bahaya juga berdasarkan masukan dari pihak lain misalnya konsumen atau masyarakat sekitar. Konsumen biasanya mengetahui berbagai kelemahan dan kondisi berbahaya yang ada dalam jasa atau produk yang dihasilkan perusahaan. 4) Ketersediaan metode, peralatan, referensi, data, dan dokumen untuk mendukung kegiatan identifikasi bahaya. Salah satu sumber informasi misalnya data kecelakaan yang pernah terjadi baik internal maupun eksternal perusahaan. 5) Akses
terhadap
regulasi
yang berkaitan
dengan
aktivitas
perusahaan termasuk juga pedoman industri dan data seperti MSDS (Material Safety Data Sheet). d. Sumber informasi bahaya Menurut Ramli (2010), bahaya dapat diketahui dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber antara lain dari peristiwa atau kecelakaan yang pernah terjadi, pemeriksaan ke tempat kerja, melakukan wawancara dengan pekerja di lokasi kerja, informasi dari pabrik atau asosiasi industri, data keselamatan bahan (material safety commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
data sheet), dan lain sebagainya. Ramli (2010) juga menjelaskan tentang cara mengetahui sumber bahaya dilihat dari kejadian kecelakaan dan kecenderungan kejadian sebagai berikut : 1) Kejadian kecelakaan Informasi berharga tentang sumber bahaya atau risiko adalah melalui informasi kejadian yang pernah terjadi sebelumnya. Setiap orang harus belajar dari kejadian dengan maksud agar peristiwa serupa tidak terulang kembali. Informasi dari kejadian-kejadian sebelumnya, terutama dari hasil penelitian dan kajian penyebabnya akan bermanfaat untuk mencegah kejadian serupa. Dari kasus kecelakaan banyak informasi berguna untuk mengenal bahaya misalnya : a) Lokasi kejadian b) Peralatan atau alat kerja. c) Pekerja yang terlibat dalam kecelakaan. d) Data-data
korban
berkaitan
dengan
usia,
pengalaman,
pendidikan, masa kerja, kondisi kesehatan, dan kondisi fisik serta informasi lainnya. e) Waktu kejadian f) Bagian badan yang cidera. g) Keparahan kejadian Informasi yang diperoleh akan memberikan gambaran tentang suatu bahaya yang ada di tempat kerja. Sebagai contoh dari suatu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
kecelakaan yang terjadi ketika bekerja pada mesin yang berputar dan menyebabkan jari tangan putus dapat diperoleh berbagai informasi mengenai bahaya. Misalnya adanya bahaya mekanis, bahaya fisis, ergonomis, dan lain sebagainya. 2) Kecenderungan kejadian Identifikasi bahaya juga dapat dilakukan dengan mempelajari kecenderungan atau trend kejadian dalam perusahaan. Misalnya dalam periode setahun ditemukan banyak pekerja yang menderita penyakit pernapasa, terkena semburan bahan kimia, dan jatuh dari tangga. Indikasi ini dapat dipelajari untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di tempat kerja. e. Teknik identifikasi bahaya Identifikasi bahaya adalah suatu teknik komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem. Ramli (2010) mengklasifikasikan teknik identifikasi bahaya sebagai berikut : 1) Teknik pasif Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara langsung. Seseorang akan mengetahui adanya bahaya lubang di jalan setelah tersandung atau terperosok ke dalamnya. Kita tahu bahaya listrik setelah tersengat arus listrik. Cara ini bersifat primitif dan terlambat karena kecelakaan telah terjadi, baru kita mengenal dan mengambil langkah pencegahan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
2) Teknik semi proaktif Teknik ini lebih baik daripada teknik pasif karena tidak perlu mengalami sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya. Namun, teknik ini juga kurang efektif karena : a) Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian kecelakaan. b) Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak lain untuk diambil sebagai pelajaran. c) Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian, walaupun menimpa pihak lain. Sejalan dengan hal ini, setiap sistem Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
(K3)
mensyaratkan
untuk
melakukan
penyelidikan kecelakaan sebagai lesson learning agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Di berbagai kalangan masih ada anggapan bahwa kecelakaan adalah aib bagi perusahaan, sehingga data-data dan informasi tentang kejadian sulit diperoleh. Jika diekspos, mungkin kejadiannya sudah dipoles sedemikian rupa sehingga tidak sesuai lagi dengan fakta kejadian sebenarnya. Di berbagai negara, hasil penyelidikan kecelakaan dipublikasikan dan dijadikan bahan pembelajaran. 3) Teknik proaktif Metoda terbik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif
atau
mencari bahaya commit to user
sebelum
bahaya
tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan. Tindakan proaktif memiliki kelebihan sebagai berikut : a) Bersifat preventif karena banyak dikendalikan sebelum menimbulkan kecelakaan atau cidera. b) Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement) karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan. c) Meningkatkan kepedulian (awareness) semua pekerjaan setelah mengetahui dan mengenal adanya bahaya di sekitar tempat kerjanya. d) Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan karena adanya bahaya dapat menimbulkan kerugian. Misalnya ada katup pipa bahan kimia yang bocor tanpa diketahui akan terus menerus mengeluarkan bahan atau bocoran sehingga menimbulkan kerugian. Dewasa ini telah berkembang berbagai macam teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif antara lain : a) Daftar periksa dan audit atau inspeksi K3. b) Analisa bahaya awal (Preliminary Hazards Analisys-PHA). c) Analisa pohon kegagalan (Fault Tree Analisys-FTA). d) Analisa What If (What If Analisys-ETA). e) Analisa moda kegagalan dan efek (Failure Mode and Effect Analisys-FMEA). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
f) Hazops (Hazards and Operability Study). g) Analisa keselamatan pekerjaan (Job Safety Analisys-JSA). h) Analisa resiko pekerjaan (Task Risk Analisys-TSA). 7. Penilaian risiko a. Definisi penilaian risiko Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu. Sedangkan tingkat risiko merupakan perkalian antara tingkat kekerapan (probability) dan keparahan (consequence or severity) dari suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian, kecelakaan atau cidera, dan sakit yang mungkin timbul dari pemaparan suatu hazard di tempat kerja (Tarwaka, 2008). b. Proses penilaian risiko Proses penilaian risiko menurut Tarwaka (2008) adalah sebagai berikut : 1) Estimasi tingkat kekerapan. Estimasi terhadap tingkat kekerapan atau keseringan terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja harus mempertimbangkan tentang berapa sering dan berapa lama seorang tenaga kerja terpapar potensi bahaya. Dengan demikian harus dibuat keputusan tentang tingkat kekerapan kecelakaan atau sakit yang terjadi untuk setiap potensi bahaya yang diidentifikasi. Untuk dapat membuat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
estimasi terbaik maka harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a) Jumlah orang yang terpapar potensi bahaya. b) Berapa sering mereka terpapar dan berapa lama waktu pemaparan dalam setiap harinya. c) Laporan kecelakaan yang lalu, laporan kejadian hampir celaka, dan laporan yang dibuat oleh tenaga kerja dan supervisor. d) Laporan pertolongan pertama pada kecelakaan. e) Laporan kompensasi jaminan sosial tenaga kerja yang berhubungan dengan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. f) Sarana pengendalian risiko yang telah diimplementasikan di temapat kerja. g) Informasi yang didapat selama proses identifikasi potensi bahaya. Tingkat kekerapan atau keseringan (probability) kecelakaan atau penyakit akibat kerja dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu sebagai berikut : a) Sering (frequent), kemungkinan terjadinya sangat sering dan berulang (nilai 4). b) Agak sering (probable), kemungkinan terjadi beberapa kali (nilai 3). c) Jarang (occasional), kemungkinan jarang terjadi atau terjadinya sekali waktu (nilai 2). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
d) Jarang sekali (remote), kemungkinan terjadinya kecil tetapi tetap ada kemungkinan (nilai 1). 2) Estimasi tingkat keparahan. Setelah mengasumsikan tingkat kekerapan kecelakaan atau sakit yang terjadi, selanjutnya membuat keputusan tentang seberapa parah kecelakaan atau sakit yang mungkin terjadi. Penentuan
tingkat
keparahan
dari
suatu
kecelakaan
juga
memerlukan suatu pertimbangan tentang berapa banyak orang yang ikut terkena dampak akibat kecelakaan dan bagian-bagian tubuh mana saja yang dapat terpapar potensi bahaya. Tingkat keparahan (concequence or severity) kecelakaan atau sakit dapat dikategorikan menjadi lima kategori, yaitu sebagai berikut : a) Bencana (catastrophic), kecelakaan yang banyak menyebabkan kematian (nilai 5). b) Fatal, kecelakaan yang menyebabkan kematian tunggal (nilai 4). c) Cidera berat (critical), kecelakaan yang menyebabkan cidera atau sakit yang parah untuk waktu yang lama tidak mampu bekerja atau menyebabkan cacat tetap (nilai 3). d) Cidera ringan (marginal), kecelakaan yang menyebabkan cidera atau sakit ringan dan segera dapat bekerja kembali atau tidak menyebabkan cacat tetap (nilai 2). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
e) Hampir cidera (negligible), kejadian hampir celaka yang tidak mengakibatkan cidera atau tidak memerlukan perawatan kesehatan (nilai 1). 3) Penentuan tingkat risiko. Setelah dilakukan estimasi atau penaksiran terhadap tingkat kekerapan dan keparahan terjadinya kecelakaan atau penyakit yang mungkin timbul, selanjutnya dapat ditentukan tingkat risiko dari masing-masing hazard yang telah diidentifikasi dan dinilai. Cara menentukan tingkat risiko dapat digunakan matrik seperti gambar di bawah ini. Probability Frequent Probable Occasional Remote 4 3 2 1 20 15 10 5 Catastrophic 5 Urgent Urgent High Medium 16 12 8 4 Fatal 4 Urgent High Medium Low 12 9 6 3 Critical 3 High Medium Medium Low 8 6 4 2 Marginal 2 Medium Medium Low Low 4 3 2 1 Negligible 1 Low Low Low None Gambar 4. Matrik Penilaian Risiko Sumber : Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja 2008. Concequence
4) Prioritas risiko Setelah dilakukan penetuan tingkat risiko, selanjutnya harus dibuat skala prioritas risiko untuk setiap potensi bahaya yang diidentifikasi dalam upaya menyusun rencana pengendalian risiko. commit to user Potensi bahaya (hazard) dengan tingkat risiko urgent harus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
menjadi prioritas utama, diikuti tingkat risiko high, medium, dan yang terakhir tingkat risiko low. Sedangkan tingkat risiko none untuk sementara dapat diabaikan dari rencana pengendalian risiko, namun tidak menutup kemungkinan untuk tetap menjadi prioritas terkhir. Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Risiko Tingkat resiko Tingkat bahaya Urgent Tingkat bahaya sangat tinggi High Tingkat bahaya serius Medium Tingkat bahaya sedang Low Tingkat bahaya kecil None Hampir tidak ada bahaya Sumber : Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Implementasi K3 di Tempat Kerja 2008.
Klasifikasi Hazard kelas A Hazard kelas B Hazard kelas C Hazard kelas D Hazard kelas E Manajemen dan
Sedangkan menurut standar AS/NZS 4360, kemungkinan atau likelihood diberi rentang antara suatu risiko yang jarang terjadi sampai dengan risiko yang dapat terjadi setiap saat. Untuk keparahan dikategorikan antara kejadian yang tidak menimbulkan cidera atau hanya kerugian kecil dan yang paling parah jika dapat menimbulkan kejadian fatal (meninggal dunia) atau kerusakan besar terhadap asset perusahaan. Tabel 3. Ukuran Kuantitatif Likekihood Menurut Standar AS/NZS 4360 Level Descriptor Uraian A Almost certain Dapat terjadi setiap saat B Likely Kemungkinan terjadi sering C Possible Dapat terjadi sekali-kali D Unlikely Kemungkinan terjadi jarang Sumber : Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management 2010. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Tabel 4. Ukuran Kuantitatif Concequence Menurut Standar AS/NZS 4360 Level Descriptor Uraian 1 Insignifant Tidak terjadi cidera, kerugian finansial kecil. 2 Minor Cidera ringan, kerugian finansial sedang. 3 Moderate Cidera sedang, perlu penanganan medis, kerugian finansial besar. 4 Major Cidera berat lebih dari satu orang, kerugian besar, gangguan produksi. 5 Catastrophic Fatal lebih dari satu orang, kerugian sangat besar dan dampak luas yang berdampak panjang, terhentinya seluruh kegiatan. Sumber : Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management 2010. Standar AS/NZS 4360 membuat peringkat risiko sebagai berikut : 1) E : risiko sangat tinggi (extreme risk). 2) H : risiko tinggi (high risk). 3) M : risiko sedang (moderate risk). 4) L : risiko rendah (low risk). Dengan risk matrik peringkat risiko sebagai berikut : Likelihood
Concequence 1
2
3
4
5
A
H
H
E
E
E
B
M
H
H
E
E
C
L
M
H
E
E
D
L
L
M
H
E
E
L
L
M
H
H
Gambar 5. Risk Matrik Peringkat Risiko Sumber : Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management 2010. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
8. Pengendalian risiko Apabila suatu risiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah diidentifikasi dan dinilai, maka pengendalian risiko harus diimplementasikan untuk mengurangi risiko sampai batas-batas yang dapat diterima berdasarkan ketentuan, peraturan, dan standar yang berlaku (Tarwaka, 2008). Tarwaka (2008) menyatakan bahwa dalam memperkenalkan suatu sarana pengendalian risiko, harus mempertimbangkan apakah sarana pengendalian risiko tersebut dapat diterapkan dan dapat member manfaat kepada
masing-masing
tempat
kerjanya.
Sehingga
perlu
mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut : a. Tingkat keparahan potensi bahaya atau risikonya. b. Adanya pengetahuan tentang potensi bahaya atau risiko dan cara memindahkan atau meniadakan potensi bahaya atau risiko. c. Ketersediaan dan kesesuaian sarana untuk memindahkan atau meniadakan potensi bahaya. d. Biaya untuk memindahkan atau meniadakan potensi bahaya atau risiko. Tarwaka (2008) juga menjelaskan bahwa pengendalian risiko dapat mengikuti pendekatan hierarki pengendalian. Hierarki pengendalian risiko adalah suatu urut-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan. Di dalam hierarki pengendalian risiko terdapat dua pendekatan, yaitu : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
a. Pendekatan long term gain. Pendekatan long term gain yaitu pengendalian berorientasi jangka panjang dan bersifat permanen dimulai dari pengendalian substitusi, eliminasi, rekayasa teknik, isolasi atau pembatasan, administrasi, dan terakhir jatuh pada pilihan penggunaan alat pelindung diri. b. Pendekatan short term gain. Pendekatan short term gain yaitu pengendalian berorientasi jangka pendek
dan
bersifat
temporari
atau
sementara.
Pendekatan
pengendalian ini diimplementasikan selama pengendalian yang bersifat lebih permanen belum dapat diterapkan. Pilihan pengendalian risiko ini dimulai dari penggunaan alat pelindung diri menuju ke atas sampai dengan substitusi. Penjelasan tentang hierarki pengendalian oleh Tarwaka (2008) adalah sebagai berikut : a. Eliminasi, merupakan suatu pengendalian risiko yang bersifat permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas pertama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan objek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) atau kadarnya melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) diperkenankan. Eliminasi adalah cara pengendalia risiko yang paling baik karena risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat potensi bahaya ditiadakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Namun, pada prakteknya pengendalian dengan cara eliminasi banyak mengalami kendala karena keterkaitan antara sumber bahaya dan potensi bahaya saling berkaitan atau menjadi sebab dan akibat. b. Substitusi,
merupakan
pengendalian
yang
dimaksudkan
untuk
menggantikan bahan-bahan dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih dapat diterima. c. Rekayasa teknik, merupakan pengendalian yang merubah struktur objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton, pemberian alat bantu mekanik, pemberian absorber suara pada dinding ruang mesin yang menghasilkan kebisingan tinggi, dan lain-lain. d. Isolasi, merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan seseorang dari objek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat tertutup (control room) menggunakan remote control. e. Pengendalian administrasi, merupakan pengendalian yang dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Metode pengendalian ini sangat tergantung dari perilaku pekerjanya dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian administrasi ini. Metode ini meliputi rekruitmen tenaga kerja baru sesuai jenis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kabosanan dan kejenuhan, penerapan prosedur kerja, pengaturan kembali jadwal kerja, training keahlian, dan training Keselamatan dan Keselamatan Kerja (K3). f. Alat Pelindung Diri (APD), secara umum merupakan sarana pengendalian yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara mana kala sistem pengendalian yang lebih permanen belum dapat diimplementasikan. Alat Pelindung Diri (APD) merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian risiko di tempat kerja. Hal ini disebabkan karena penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) mempunyai beberapa kelemahan antara lain : 1) Alat Pelindung Diri (APD) tidak menghilangkan risiko bahaya yang ada, tetapi hanya membatasi antara terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang diterima. Bila penggunaan Alat pelindung Diri (APD) gagal, maka secara otomatis bahaya yang ada akan mengenai tubuh pekerja, 2) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dirasakan tidak nyaman karena kekurangleluasaan gerak pada waktu kerja dan dirasakan adanya beban tambahan karena harus dipakai selama bekerja. OHSAS 18001 memberikan pedoman pengendalian risiko yang lebih spesifik untuk bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan pendekatan sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
a. Eliminasi b. Substitusi c. Pengendalian teknis (engineering control). d. Pengendalian administratif e. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Menurut standar AS/NZS 4360, pengendalian risiko secara umum dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut : a. Hindarkan risiko dengan mengambil keputusan untuk menghentikan kegiatan dan penggunaan proses, bahan, dan alat yang berbahaya. b. Mengurangi kemungkinan terjadi (reduce likelihood). c. Mengurangi konsekuensi kejadian (reduce concequences). d. Pengalihan risiko ke pihak lain (risk transfer). e. Menanggung risiko yang tersisa. Penanganan risiko tidak mungkin menjamin risiko atau bahaya hilang seratus persen sehingga masih ada sisa risiko (residual risk) yang harus ditanggung perusahaan. Proses pengendalian risiko menurut AS/NZS 4360 adalah sebagai berikut : a. Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi risiko dapat ditentukan apakah suatu risiko dapat diterima atau tidak. Jika risiko dapat diterima, tentunya tidak diperlukan langkah pengendalian lebih lanjut. Cukup dengan melakukan pemantauan dan monitoring berkala dalam pelaksanaan operasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
b. Dalam peringkat risiko, dikategorikan sebagai risiko sedang atau medium sehingga dapat diterima perusahaan. Karena itu tidak perlu dilakukan tindakan pengendalian lebih lanjut. Perusahaan cukup melakukan pemantauan berkala baik di tempat kerja maupun terhadap tenaga kerja untuk mengetahui apakah ada efek yang tidak diinginkan. c. Jika risiko berada di atas batas yang dapat diterima, maka perlu dilakukan pengendalian lebih lanjut untuk menekan risiko dengan beberapa pilihan yaitu : 1) Mengurangi kemungkinan (reduce likelihood). 2) Mengurangi keparahan (reduce concequence). 3) Alihkan sebagian atau seluruhnya. 4) Hindari (avoid) Ramli (2010) juga memaparkan tentang strategi pengendalian risiko, yaitu : a. Menekan likelihood Strategi pertama dalam pengendalian risiko adalah dengan menekan
kemungkinan
terjadinya
(likelihood).
Pengurangan
kemungkinan ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan yaitu : 1) Pendekatan teknis (engineering control). a) Eliminasi, risiko dapat dihindari dengan menghilangkan sumbernya. Jika sumber bahaya dihilangkan maka risiko yang akan timbul dapat dihindarkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
b) Substitusi, mengganti bahan, alat, atau cara kerja dengan yang lain sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan. c) Isolasi, kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat dikurangi atau dihilangkan menggunakan teknik isolasi artinya sumber bahaya dengan penerima diisolir dengan penghalang (barrier) atau dengan pelindung diri. Jika sumber bahaya dan penerima dipasang barrier atau alat pelindung diri, maka kemungkinan bahaya dapat dikurangi. d) Pengendalian jarak, kemungkinan kecelakaan atau risiko dapat dikurangi dengan melakukan pengendalian jarak antara sumber bahaya (energi) dengan penerima. Semakin jauh manusia dari sumber
bahaya
kecelakaan.
semakin
Pendekatan
kecil ini
kemungkinan
dapat
mendapat
dilakukan
dengan
menggunakan kontrol jarak jauh (remote control) dari ruang kendali. Dengan demikian, kontak manusia dengan sumber bahaya dapat dikurangi. 2) Pendekatan administratif Pengendalian ini dilakukan untuk mengurangi kontak antara penerima dengan sumber bahaya. 3) Pendekatan manusia (human control). Memberikan pelatihan kepada pekerja mengenai cara kerja yang aman, budaya keselamatan, dan prosedur keselamatan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
b. Menekan konsekuensi Pendekatan berikutnya untuk mengendalikan risiko adalah dengan menekan keparahan atau konsekuensi yang ditimbulkannya. Berbagai pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsekuensi antara lain : 1) Tanggap darurat Keparahan suatu kejadian dapat ditekan jika perusahaan memiliki sistem tanggap darurat yang baik dan terencana. 2) Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) bukan untuk mencegah kecelakaan tetapi untuk mengurangi dampak atau konsekuensi dari suatu kejadian. 3) Sistem pelindung Dengan memasang sistem pelindung, dampak kejadian dapat ditekan. c. Pengalihan risiko Opsi ketiga adalah pengalihan risiko ke pihak lain, sehingga beban risiko yang ditanggung perusahaan menurun. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya : 1) Kontraktual, yang mengalihkan tanggung jawab Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kepada pihak lain, misalnya pemasok atau pihak ketiga. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
2) Asuransi, dengan menutup asuransi untuk melindungi potensi risiko yang ada dalam perusahaan. 9. Evaluasi sarana pengendalian risiko. Evaluasi
terhadap
sarana
pengendalian
risiko
yang
telah
diimplementasikan dimaksudkan untuk mengecek dan melihat apakah risiko yang telah dinilai sebelumnya telah dapat dikurangi atau dikendalikan secara efektif. Langkah ini dapat dilakukan dengan mengulangi proses identifikasi hazard, penilaian risiko, dan pemilihan prioritas pengendalian risiko untuk menjamin bahwa seluruh risiko kecelakaan dan sakit yang disebabkan oleh karena potensi bahaya tertentu telah dapat dikendalikan seefektif mungkin (Tarwaka, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
B. Kerangka Pemikiran Tempat Kerja
Sumber Bahaya
Potensi dan Faktor Bahaya
Pengendalian Tanpa Pengendalian Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK)
Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja
Kerugian Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) Unit Kerja
Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) Kontraktor
Risiko Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja Turun
Produktivitas Kerja Optimal
Gambar 6. Kerangka Pemikiran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dimana penulis berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya tentang Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (persero) Tbk. Pabrik Tuban dan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor sebagai upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban yang berlokasi di Desa Sumberarum, Kecamatan Kerek, Tuban, Jawa Timur.
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Objek penelitian Sebagai objek penelitian adalah Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan dan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor di unit pembakaran dan pendinginan, tenaga kerja baik tenaga kerja PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban maupun tenaga kerja kontraktor di unit pembakaran commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
dan pendinginan, mesin produksi, proses kerja, kondisi lingkungan, peralatan, dan material yang digunakan dalam proses pembakaran dan pendinginan. 2. Ruang lingkup penelitian a. Data kecelakaan dan penyakit akibat kerja di unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. b. Proses kerja, mesin produksi, kondisi lingkungan, peralatan, dan material di unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. c. Jenis kegiatan atau pekerjaan tenaga kerja PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban dan tenaga kerja kontraktor di unit pembakaran dan pendinginan. d. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan dan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor di unit pembakaran dan pendinginan. e. Tindak lanjut dari Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang telah dibuat.
D. Sumber Data Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan sumber data sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
1. Data primer Data primer yaitu data yang secara langsung diambil dari objek atau objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2009). Data primer diperoleh antara lain dari hasil observasi, wawancara, dan lain sebagainya. 2. Data sekunder Data sekunder yaitu data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian (Riwidikdo, 2009). Data sekunder diperoleh antara lain dari arsip-arsip perusahaan, buku-buku kepustakaan, laporan-laporan penelitian yang sudah ada, dan literatur-literatur lain yang berkaitan dengan identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti saat melaksanakan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Observasi Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung di lapangan yang dilakukan selama magang. 2. Wawancara Wawancara yaitu mengadakan wawancara langsung baik dengan pembimbing, tenaga kerja perusahaan, dan tenaga kerja kontraktor di lapangan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
3. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencatat dan melihat dokumen-dokumen yang ada di kantor K3 serta data-data mengenai temuan hasil identifikasi bahaya dan kecelakaan kerja. 4. Studi kepustakaan Studi kepustakaan yaitu melakukan studi kepustakaan dengan mengumpulkan data dari buku-buku kepustakaan, laporan-laporan penelitian yang sudah ada, arsip-arsip perusahaan, dan literatur-literatur lain yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
F. Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 1–28 Pebruari 2011, dengan waktu 5 hari kerja, mulai pukul 08.00–16.00 WIB. Sedangkan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Observasi ke semua unit di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. 2. Observasi ke unit pembakaran dan pendinginan yang menjadi objek penelitian. 3. Observasi ke beberapa kegiatan kontraktor di unit pembakaran dan pendinginan. 4. Wawancara kontraktor terkait Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
5. Tanya jawab dengan pembimbing, tenaga kerja di unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk., dan tenaga kerja kontraktor. 6. Mencari data sebagai pelengkap baik data primer maupun data sekunder.
G. Analisa Data Analisa
data
yang
digunakan
termasuk
analisa
deskriptif
atau
menggambarkan dengan sejelas-jelasnya mengenai Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan dan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor di unit tersebut serta tindak lanjut dari Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang telah dilakukan dalam upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Data yang diperoleh selanjutnya dibahas dan dibandingkan dengan kondisi penerapan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) di lapangan, tinjauan pustaka, dan peraturan perundangan yang berlaku.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Data kecelakaan dan penyakit akibat kerja unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. a. Kecelakaan kerja yang terjadi di unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban selama tahun 2010 adalah sebagai berikut : Tabel 5. Kecelakaan Kerja Unit Pembakaran dan Pendinginan Tahun 2010 No. Waktu Tempat kejadian Keparahan kejadian 1. 6 Januari Bottom Calciner SLC Tuban 3 (443 PH1) Meninggal 2. 6 Januari Bottom Calciner SLC Tuban 3 (443 PH1) Luka berat 3. 6 Januari Bottom Calciner SLC Tuban 3 (443 PH1) Luka berat 4. 12 Januari Preheater Tuban 2 P3K 5. 3 Juli Cooler Tuban 1 P3K 6. 1 September Preheater Tuban 1 Lantai 2 P3K 7. 7 Oktober Kiln Tuban 3 (di dalam tanur putar) Luka ringan 8. 7 Oktober Kiln Tuban 3 (di dalam tanur putar) Near miss 9. 10 Desember Kiln 442 KL 1 P3K Sumber : Rekapitulasi Data Kecelakaan Tahun 2010 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. b. Penyakit akibat kerja yang ditemukan pada tenaga kerja di unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban adalah gangguan pendengaran dan iritasi pada mata (Balai Pengobatan dan Rumah Sakit Bersalin Bogorejo). 2. Jenis pekerjaan atau kegiatan di unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. commit to user a. Karyawan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Karyawan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban pada umumnya melakukan kegiatan atau pekerjaan antara lain sebagai berikut : 1) Operator 2) Pemeliharaan instrumen 3) Inspeksi b. Tenaga kerja kontraktor. Pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja kontraktor pada bulan Pebruari di unit pembakaran dan pendinginan antara lain : 1) Pembersihan jalan all area pabrik Tuban. 2) Membuat kantongan di lantai 5 preheater 442 PH 2 Tuban 2. 3) Tambal TAD SLC 443 PH 1 Tuban 3. 4) Feeding BBA sekam di kiln 463 BC 7. 5) Loading sludge oil di 442 KL 1 Tuban 2. 6) Mengganti actuator cooler compartment 5 441 CC 1. 7) Mengganti main gear 443 KL 1 dan potong kiln shell 443 KL 1 Tuban 3. 8) Memasang blower cooling shell kiln Tuban 2. 9) Menambal cyclone redspot 443 PH 1 lantai 6 dan lantai 11 Tuban 3. 10) Perbaikan rekondisi lift 443 EL 1 Tuban 3. 11) Tembus inlet kiln dan hammer cooler 441 KL 1 Tuban 1. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
3. Proses kerja unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. a. Blending silo dan umpan kiln Produk roller mill dimasukkan ke dalam blending silo yang masing-masing berkapasitas 20.000 ton. Tipe blending silo adalah continous flow silo. Blending silo berfungsi sebagai mixing chamber dan storage silo. Dengan mengatur pergantian pembukaan dan penutupan saluran keluar material maka lapisan material-material di dalam silo akan turun dengan kecepatan yang berbeda sehingga komposisi material dalam silo akan lebih homogen. Pemasukan tepung baku ke masing-masing silo diatur secara bergantian dengan timer setiap 36 menit. Pemasukan tepung baku produk dari roller mill ke dalam blending silo diatur lewat distribusi sepuluh buah air slide. Untuk memperoleh hasil pencampuran yang terbaik perlu menjaga isi setiap silo separuh dari kapasitas silo (10.000 ton). Material keluar dari silo menuju junction box melalui 3 dari 7 flow gate dimana pengaturan pembukaan dan penutupan flow gate diulang dalam siklus waktu tertentu. Dalam satu siklus lengkap membutuhkan waktu 12 menit. Material dari junction box kemudian dialirkan ke kiln feed bin yang kapasitasnya 90 ton. Umpan kiln yang telah siap nantinya akan dialirkan menuju suspension preheater menggunakan air slide dan bucket elevator. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Umpan kiln feed yang ada di air slide diambil sampelnya dengan alat sampler masuk ke dalam sampel transport, dikirim ke laboratorium untuk dianalisis komposisinya. Dari kiln feed bin, umpan kiln dibagi dalam bin kalibrasi yang masing-masing berkapasitas 50 ton. Keluar dari bin kalibrasi ditimbang oleh flowmeter yang kemudian diumpankan ke ILC dan SLC preheater. Agar tetap konstan maka feed dilengkapi dengan 3 buah control loop. Control loop pertama akan mengontrol level material di dalam feed bin dimana jumlah material dapat diketahui dengan adanya loadcell yang dipasang pada feed bin. Perbedaan dari hasil pengukuran loadcell yang dipasang pada feed bin dibandingkan dengan set point akan memerintahkan membuka atau menutup control gate pada silo dan mengatur aliran material yang masuk ke dalam feed bin. Control loop kedua akan mengatur level material yang ada pada masing-masing bin kalibrasi. Aliran material yang lewat control gate diatur, dan set point menjaga jumlah material di dalam bin. Control loop ketiga mengontrol feed yang masuk ke dalam preheater. Material yang meninggalkan kedua bin kalibrasi dikontrol oleh schenk flowmeter yang akan menginstruksikan untuk membuka dan menutup control gate.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
1
2
8 5
4 7 6
Gambar 7. Blending Silo Sumber : Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban Keterangan gambar : 1) Material Layer 2) Funnel 3) Aerated Section 4) Valve 5) Flow Control Gate commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
6) Rotary Air Compressor 7) Centrlal Hopper 8) Dust Collector b. Suspension preheater Jenis preheater yang digunakan oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban adalah double string preheater dengan 4 stages, yang dilengkapi dengan ILC dan SLC Calciner. Aliran material berlawanan arah atau counter current dengan gas panas, yaitu umpan masuk dari atas cyclone, sedangkan gas panas dari bawah cyclone. Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan antara gas panas dan material di dalam preheater maka pada stage I dipasang double cyclone. Pada stage I sampai dengan stage III berfungsi sebagai pemanas awal umpan kiln, sedangkan pada stage IV digunakan untuk memisahkan produk yang keluar dari calciner yang telah terkalsinasi. Proses pemanasan umpan pada stage I sampai III terjadi karena adanya perpindahan panas antara gas panas yang keluar kiln dan calciner dengan umpan kiln yang masih dingin. Suhu umpan masuk riser duct stage I yaitu 50–60C. Umpan kiln yang masih dingin masuk ke dalam riser duct stage pertama dengan laju alir 260 ton/jam, kemudian bercampur dengan aliran gas panas ikut masuk kedalam cyclone. Di dalam cyclone umpan kiln dipisahkan dari campuran antara gas dan material. Campuran antara umpan kiln dan gas panas masuk ke dalam cyclone dengan arah tangensial, sehingga akan terjadi pusaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
angin. Pusaran angin tersebut mengakibatkan terjadinya gaya sentrifugal, gaya gravitasi, dan gaya angkat gas di dalam cyclone. Untuk material kasar gaya gravitasi dan gaya sentrifugal lebih dominan. Gaya sentrifugal menyebabkan material menumbuk dinding cyclone sehingga akan jatuh ke down pipe karena gaya gravitasi. Untuk material halus gaya angkat gas sangat dominan sehingga material akan terangkat gas keluar dari cyclone. Material umpan kiln masuk ke dalam riser duct masuk ke down pipe cyclone stage II, kemudian mengalami proses seperti pada stage pertama, demikian pula pada stage III dan IV. Material yang keluar dari cyclone stage III akan masuk ke dalam ILC dan SLC calciner yang masing-masing berkapasitas 260 ton/jam dan mengalami kalsinasi sampai 90%. Kemudian material akan terbawa aliran gas masuk ke dalam cyclone stage IV dan keluar dari cyclone stage IV melewati riser duct dan akan diumpankan ke dalam kiln.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Stage 1 Feed ILC
Feed SLC
Stage 2
Stage 3
Stage 4
Calciner
Calciner
Aliran Feed Aliran Gas Gas dari cooler
Ke Kiln
Gambar 8. Suspension Preheater Sumber : Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban c. Rotary kiln Rotary kiln digunakan untuk membakar umpan kiln menjadi clinker sumber panas dalam rotary kiln dihasilkan dari pembakaran batu bara. Rotary kiln dibagi menjadi 4 zone sesuai dengan reaksi yang terjadi pada suhu dimana reaksi tersebut berlangsung. Zone-zone tersebut adalah : 1) Zone Kalsinasi, pada kondisi suhu 900–1100C. 2) Zone Transisi, pada kondisi suhu 1100–1200C. commit to user 3) Zone Klinkerisasi, pada kondisi suhu 1250–1450C.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
4) Zone Pendinginan, pada kondisi suhu 1450–1300C. Material keluar dari preheater bersuhu 800C masuk ke dalam rotary kiln dengan laju alir 7800 ton/jam, umpan kiln tersebut mengalami pemanasan oleh gas panas dari batu bara. Pemanasan berlangsung secara counter current, sehingga kontak antara panas dan umpan kiln lebih efisien. Akibat kontak antar partikel maka akan terjadi perpindahan panas dari gas panas menuju ke umpan kiln. Umpan kiln terus terbakar dan meleleh hingga akhirnya akan terbentuk senyawa-senyawa semen yang disebut clinker. Senyawa tersebut adalah C2S, C3S, C4AF, dan C3A.
Gambar 9. Rotary Kiln Sumber : Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban Keterangan gambar : 1) Inlet chamber 2) Girth gear 3) Speed reducer
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
4) Main gear 5) Nose ring 6) Burner 7) Burner Fan 8) Fan pendingin d. Clinker cooler Clinker panas yang keluar dari clinker cooler dengan suhu sekitar 1400oC turun ke cooler dan didinginkan di dalam reciprocating grate cooler yang terdiri dari 16 kompartemen. Sebagai media pendingin digunakan udara yang dihasilkan oleh 19 fan dan dihembuskan ke dalam undergate cooler atau kompartemen untuk mendinginkan clinker sampai 82oC. Tujuan didinginkannya clinker secara mendadak oleh clinker cooler adalah sebagai berikut : 1) Clinker tidak menjadi bentuk kristal tetapi menjadi amorf dan rapuh sehingga mudah diproses lebih lanjut. 2) Clinker lebih tahan terhadap sulfat. 3) Mencegah terbentuknya MgO. 4) Menghalangi perubahan C3S menjadi C2S. Clinker yang berukuran besar sebelum keluar dari cooler dihancurkan dulu oleh clinker breaker. Pendinginan menggunakan tipe air quenching grate. Udara yang digunakan untuk mendinginkan clinker masih digunakan oleh kiln, calciner, dan roller mill. Udara dari kompartemen 1, 2, 3 digunakan sebagai udara pembakar sekunder, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
sedangkan kebutuhan udara pembakar untuk calciner diambilkan dari cooler kompartemen 5, 6, 7, 8, dan sisa udara cooler dikeluarkan ke EP atau ditarik dari cooler kompartemen 9,10,11, lewat booster fan menuju roller mill system. Reciprocating grate cooler digerakkan oleh tiga
penggerak
secara
hidrolik.
Primary drive
berada
pada
kompartemen 1, secondary drive pada kompartemen 7, sedangkan tertiarry drive pada kompartemen 16.
Gambar 10. Grate Cooler Sumber : Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban e. Coal mill Umpan masuk coal mill dengan kadar air 15 %. Raw coal sebanyak 55 ton per jam mengalami proses pengeringan dan penggilingan. Kebutuhan udara panas, disuplai dari exit preheater dengan suhu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
sekitar 375oC yang sudah sedikit kandungan oksigennya. Produk hasil gilingan dengan kehalusan 80% lolos ayakan 90 mikron, ditangkap dust collector kemudian disimpan di dalam pulverized coal bin. Dari pulverized coal bin batubara halus ditransfer dengan menggunakan FK pump atau spare FK pump menuju pulverized coal bin yang berkapasitas 70 ton atau ke pulverized coal bin yang bekapasitas 120 ton. Ketiga pulverized coal bin dilengkapi dengan alat penimbang yang berupa load cell. Pulverized coal bin diletakkan dekat dengan bangunan cooler untuk mensuplai bahan bakar kiln. Batubara halus yang ditransfer ke SLC burner ditimbang oleh pfister proportioning rotor scale (pfister feeder). Pulverized coal bin diletakkan dekat preheater untuk mensuplai kebutuhan bahan bakar ILC dan SLC calciner. Batubara halus yang ditransfer ke SLC burner ditimbang oleh pfister feeder dengan lewat 2 buah burner. Sedangkan yang ke ILC burner ditimbang oleh pfister feeder lewat satu burner.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Gambar 11. Coal Mill Sumber : Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban f. Electrostatic Precipitator (EP) Gas atau udara yang mengandung debu dialirkan ke dalam alat pengumpul debu yang terdiri dari dua atau lebih daerah-daerah yang letaknya terpisah. Daerah tersebut semuanya disusun secara seri dan setiap daerah tersebut mengandung medan elektrostatik yang diatur melalui arus dan tegangan. Di dalam alat pengumpul debu, terdapat elektroda pengumpul debu dan elektroda pelepasan. Elektroda commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
pengumpul adalah plat yang dihubungkan berderet dan dihubungkan dengan bumi. Sedangkan elektroda pelepasan adalah kawat yang diletakkan berderet dan berdekatan dengan elektroda pengumpul. Diantara elektroda pengumpul dan elektroda pelepasan terdapat suatu tegangan (Direct Current) DC yang tinggi. Tegangan ini menyebabkan gerakan dari elektron yang terdapat pada elektroda pelepasan cenderung pindah ke elektroda pengumpul yang positif. Setelah melewati tegangan tersebut, debu yang terkandung dalam gas panas akan menjadi bermuatan negatif. Adanya beda potensial listrik, menyebabkan perpindahan partikel debu yang bermuatan negatif dari plat elektroda pelepas ke plat elektroda pengumpul yang bermuatan positif dan melepaskan muatan listriknya. Potensial listrik akan membantu partikel bergerak ke arah elektroda positif karena adanya gaya coloumb. Kemudian partikel tersebut dinetralkan dan diendapkan. Partikel debu yang menempel pada elektroda pengumpul akan terjatuh pada saat elektroda pengumpul dipukul dengan martil secara teratur. Partikel tersebut akan jatuh dalam dust bin yang terletak di bawah plat-plat tersebut yang selanjutnya akan dihisap dengan tekanan angin (pneumatic) kemudian dimasukkan sebagai poduk.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Gambar 12. Electrostatic Precipitator (EP) Sumber : Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban 4. Prosedur Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dalam Sistem Managemen Semen Gresik (SMSG) terdapat prosedur Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit kerja, yang memuat hal-hal sebagai berikut : a. Tujuan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) Menjamin bahwa identifikasi aspek dan penilaian dampak kegiatan terhadap lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja yang terkait dengan kegiatan, produk dan jasa perusahaan, sebagai dasar penetapan skala prioritas dan kerangka acuan dalam penetapan kebijakan perusahaan sehingga dapat mencegah potensi timbulnya kerugian terhadap perusahaan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
b. Ruang lingkup Prosedur ini meliputi pelaksanaan identifikasi dan penilaian dampak kegiatan di area perusahaan. c. Definisi 1) Aspek unit kerja Aspek unit kerja yaitu unsur kegiatan atau produk atau jasa yang dilakukan oleh unit kerja yang dapat menimbulkan dampak atau risiko terhadap lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja. 2) Kegiatan unit kerja Kegiatan unit kerja yaitu suatu aktifitas untuk merubah input menjadi output sesuai dengan uraian jabatan unit kerja. 3) Dampak Dampak yaitu setiap perubahan, baik yang merugikan atau bermanfaat yang keseluruhannya atau sebagian disebabkan oleh aspek. 4) Aspek signifikan Aspek signifikan yaitu aspek yang memerlukan pengendalian lanjutan untuk mengurangi tingkat dampak atau risiko terhadap lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja. 5) Nilai keparahan Nilai keparahan yaitu angka yang menunjukkan besarnya dampak atau risiko dari aspek yang ada. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
6) Nilai kemungkinan Nilai kemungkinan yaitu angka yang menunjukkan besarnya peluang atau probabilitas dari kejadian yang ditimbulkan dari aspek yang ada. 7) Nilai risiko Nilai risiko yaitu angka yang diperoleh dari matrik perkalian antara nilai keparahan (R) dan nilai kemungkinan (L). 8) Tingkat risiko Tingkat risiko yaitu pengelompokan nilai risiko. 9) Normal Normal yaitu keadaan dimana kegiatan berjalan sesuai dengan situasi atau kondisi operasional biasa. 10) Abnormal Abnormal yaitu keadaan dimana kegiatan tidak dapat dikendalikan. d. Prosedur 1) Kepala unit kerja bertanggung jawab melakukan identifikasi, menilai, dan mengendalikan terhadap aspek-aspek yang berpotensi atau menimbulkan dampak atau risiko lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja dengan mempertimbangkan keadaan normal dan/atau abnormal maupun insiden atau bencana yang mungkin terjadi dan membuat checklist pemantauan serta melakukan review atas dokumen aspek yang telah teridentifikasi. Semua kegiatan, produk, dan jasa di masing-masing unit kerja harus sesuai dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
wewenang dan tanggung jawabnya yang tercantum dalam uraian jabatan, dan melakukan review setiap tahunnya atau apabila ada perubahan kegiatan, produk, dan jasa yang menjadi lingkup uraian jabatannya. 2) Kepala
unit
kerja bertanggung jawab
menyerahkan
hasil
identifikasi dan penilaian dampak kegiatan serta checklist pemantauan kepada koordinator yang terdiri dari : a) Bagian Keselamatan Kerja dan Lingkungan untuk dampak keselamatan kerja. b) Bagian Pengujian Bahan dan Lingkungan untuk dampak lingkungan kerja. c) Bagian Kepegawaian untuk dampak kesehatan kerja. 3) Koordinator bertanggungjawab melakukan klarifikasi atas hasil identifikasi penilaian dampak dan checklist pemantauan terhadap kenyataan di area yang menjadi lingkup tanggung jawab unit kerja tersebut. Selanjutnya koordinator melakukan kesesuaian terhadap Undang-undang dan peraturan lain yang terkait. Hasil klarifikasi terhadap penilaian dan rencana pengendalian yang sudah sesuai dan benar dibuatkan rekapitulasi terhadap identifikasi dan penilaian dampak kegiatan, sedangkan yang belum sesuai disampaikan kembali ke unit kerja terkait untuk dilakukan identifikasi aspek, penilaian, dan pengendalian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
4) Koordinator bertanggung jawab melakukan pemilahan terhadap aspek signifikan berdasar hasil rekapitulasi yang telah dibuat dan disampaikan ke wakil manajemen untuk ditindaklanjuti. Hasil pemilahan terhadap aspek yang tidak signifikan disampaikan ke unit kerja terkait untuk dilakukan pengendalian. 5) Wakil manajemen bertanggung jawab mengkoordinasikan atas rencana pengelolaan dan pemantauan aspek signifikan. 6) Kepala unit kerja bertanggungjawab melakukan pengendalian terhadap aspek yang tidak signifikan tersebut agar tidak menjadi aspek yang signifikan. 7) Kepala unit kerja bertanggungjawab melakukan pengendalian terhadap aspek yang tidak signifikan tersebut agar tidak menjadi aspek yang signifikan. Hasil monitoring yang sudah sesuai dengan pengendalian yang direncanakan di sampaikan ke unit kerja terkait untuk dimasukkan ke dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK). Sedangkan hasil monitoring yang tidak sesuai dilakukan tindakan koreksi dan pencegahan. e. Kriteria keberhasilan Seluruh aspek dan dampak kegiatan, produk dan jasa serta lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja yang terkait telah diidentifikasi, dinilai, dan dikendalikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
5. Ketentuan aspek dan dampak dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Ketentuan aspek dan dampak dalam mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai sebagai berikut : Tabel 6. Ketentuan Aspek dan Dampak terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja No. Aspek Dampak 1. Bising Gangguan pendengaran 2. Emisi debu Gangguan pernapasan dan mata 3. Emisi gas Gangguan pernapasan dan mata 4. Getaran Kenyamanan 5. Tumpahan atau ceceran minyak pelumas Terpeleset dan terbakar bekas. 6. Tumpahan atau ceceran material non B3. Terpeleset 7. Tumpahan atau ceceran B3 atau limbah Terpeleset dan terbakar B3. 8. Tumpahan atau ceceran limbah non B3. Terpeleset 9. Ketinggian Jatuh 10. Kontak atau radiasi panas Terbakar 11. Pancaran atau radiasi cahaya Gangguan mata dan terbakar 12. Percikan api Gangguan mata dan terbakar 13. Sengatan listrik Tersengat listrik 14. Gerakan atau putaran alat Terjepit Sumber : Tata cara pengisian formulir IPDK P/IDN/01 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Sedangkan ketentuan aspek dan dampak dalam mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko terkait dengan lingkungan adalah sebagai sebagai berikut : Tabel 7. Ketentuan Aspek dan Dampak terhadap Lingkungan No. Aspek Dampak 1. Bising Kenyamanan lingkungan 2. Emisi debu Pencemaran udara 3. Emisi gas Pencemaran udara 4. Getaran Kenyamanan lingkungan Bersambung……. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Sambungan……. 5. Tumpahan atau ceceran minyak pelumas Pencemaran tanah dan air bekas. 6. Tumpahan atau ceceran material non B3 Pengurangan SDA 7. Tumpahan atau ceceran B3 atau limbah B3 Pencemaran tanah dan air 8. Tumpahan atau ceceran limbah non B3 Pengurangan SDA Sumber : Tata cara pengisian formulir IPDK P/IDN/01 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. 6. Ketentuan kriteria penilaian risiko dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Ketentuan kriteria penilaian risiko yang digunakan untuk kegiatan unit kerja berbeda dengan ketentuan kriteria penilaian risiko yang digunakan untuk kegiatan kontraktor dalam hal penggunaan istilah dan simbol. Akan tetapi, pada dasarnya definisi yang digunakan adalah sama. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai ketentuan kriteria penilaian risiko yang digunakan oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban dalam melaksanakan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK). a. Ketentuan kriteria penilaian risiko dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit kerja. Tabel 8. Nilai Keparahan IPDK unit kerja Tingkat Kriteria Dampak Keselamatan 1 Sangat ringan Tidak ada cidera 2
Ringan
3
Sedang
4
Berat
5
Bencana
Dampak Kesehatan
Tidak menggangu kesehatan dan kenyamanan Cidera ringan, Perlu pertolongan P3K, kasus P3K rawat jalan, dan gangguan kenyamanan. Cidera sedang, Memerlukan perawatan perawatan medis intensif di rumah sakit. Cacat permanen Mengancam jiwa, menimbulkan kecacatan, dan penyakit kronis. Menyebabkan commit to userKematian kematian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Tabel 9. Nilai Kemungkinan IPDK Unit Kerja Tingkat Kriteria Penjelasan 5 Hampir pasti Suatu kejadian akan terjadi pada semua kondisi (90% terjadi), selalu terjadi sampai satu kali dalam seminggu. 4 Mungkin terjadi Suatu kejadian akan terjadi pada hampir semua kondisi atau cenderung untuk terjadi (60-90% terjadi), kurang dari satu kali dalam seminggu sampai satu kali dalam sebulan. 3 Sedang Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi tertentu atau mungkin dapat terjadi (4060% terjadi), krang dari satu kali dalam sebulan sampai satu kali dalam tiga bulan. 2 Kecil Suatu kejadian mungkin terjadi pada beberapa kemungkinannya kondisi tertentu namun kecil kemungkinan terjadinya, kurang dari satu kali dalam satu bulan sampai satu kali dalam satu tahun. 1 Jarang terjadi Suatu kejadian mungkin dapat terjadi pada suatu kondisi yang khusus atau luar biasa atau setelah bertahun-tahun, lebih dari satu kali dalam setahun. Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Akibat Peluang
1
2
3
4
5
5 10 15 20 25 M H H E E 4 4 8 12 16 20 L M H H E 3 3 6 9 12 15 L M M H H 2 2 4 6 8 10 L L M M H 1 1 2 3 4 5 L L L L M Gambar 13. Risk Matrik Peringakat Risiko IPDK Unit Kerja Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Sehingga dapat disimpulkan bahwa peringkat risiko yang digunakan adalah sebagai berikut : 1) L : Low risk (risiko rendah) 2) M : Medium risk (risiko sedang) 3) H : High risk (risiko tinggi) 4) E : Extreme b. Ketentuan kriteria penilaian risiko dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor. Tabel 10. Nilai Peluang IPDK Kontraktor Tingkat kriteria Penjelasan a Hampir pasti Suatu kejadian akan terjadi pada semua kondisi. b Mungkin terjadi Suatu kejadian mungkin akan terjadi pada semua kondisi atau cenderung untuk terjadi. c Sedang Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi tertentu atau mungkin dapat terjadi. d Kecil Suatu kejadian mungkin terjadi pada kemungkinannya beberapa kondisi tertentu namun kecil kemungkinannya terjadi. e Jarang terjadi Suatu insiden mungkin dapat terjadi pada suatu kondisi yang khusus atau luar biasa atau setelah bertahun tahun. Sumber : Formulir laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Tabel 11. Nilai Keparahan atau Akibat IPDK Kontraktor Tingkat Kriteria Penjelasan 1 Tidak signifikan Tidak ada cidera, kerugian materi kecil, pencemaran sangat kecil. 2 Minor Cidera ringan atau P3K, kerugian materi sedang, pencemaran kecil. 3 Sedang Hilang hari kerja, kerugian cukup besar, pencemaran lokasi area. 4 Mayor Cacat, kerugian materi besar, pencemaran ke masyarakat sekitar. 5 Bencana Terkait dengan peraturan perundangan yang berlaku, kematian, kerugian materi commitmenyebabkan to user sangat besar, pencemaran global.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Sumber : Formulir laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Peluang
Akibat 1
2
3
4
5
a
h
h
f
f
f
b
m
h
h
f
f
c
l
m
h
f
f
d
l
l
m
h
f
e
l
l
m
h
f
Gambar 14. Risk Matrik Penilaian Risiko IPDK Kontraktor Sumber : Formulir laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Tabel 12. Keterangan Peringkat Risiko IPDK Kontraktor Kriteria Keterangan f Risiko berlebihan h Risiko tinggi m Risiko sedang l Risiko rendah Sumber : Formulir laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. 7. Pengendalian terhadap aspek dan dampak yang dilakukan oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Setelah penilaian risiko dilakukan, upaya selanjutnya adalah menyusun upaya pengendalian guna mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta pencemaran lingkungan. Maka dari itu, PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban melakukan upaya pengendalian, yang mana pengendalian yang dilakukan lebih mengutamakan upaya mengeliminasi sumber dampak dari pada commit mereduksi dampak yang ada. to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
Eliminasi sumber yaitu upaya yang dilakukan dalam rangka pencegahan timbulnya aspek dan dampak atau risiko. Upaya tersebut meliputi : a. Penggunaan bahan baku dan bahan bakar pengganti atau konversi bahan baku dan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dan aman terhadap tenaga kerja. b. Perubahan proses, teknologi, atau rekayasa teknik yang lebih ramah lingkungan dan aman terhadap tenaga kerja. c. Pengendalian administrasi atau penanganan proses dengan prosedur atau interaksi kerja yang ada. d. Upaya efisiensi penggunaan bahan baku dan bahan bakar. Sedangkan tingkat
keberhasilan dari upaya
pengendalian
ini
ditunjukkan oleh nilai kemungkinan dari masing-masing aspek tersebut. Reduksi dampak yaitu upaya yang dilakukan dengan mengelola dampak atau risiko yang ditimbulkan. Upaya tersebut meliputi : a. Penggunaan kembali (reuse) secara internal yaitu penggunaan kembali bahan atau barang yang mempunyai dampak terhadap lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja di dalam pabrik, bila kegiatan pengurangan atau eliminasi sumber tidak memungkinkan dilakukan. b. Penggunaan kembali (reuse) secara eksternal yaitu penggunaan kembali bahan atau barang yang mempunyai dampak terhadap lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja di luar pabrik, apabila commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
penggunaan kembali secara internal tidak memungkinkan untuk dilakukan. c. Pengelolaan limbah bahan yang mempunyai dampak terhadap lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja yaitu kegiatan pengelolaan limbah secara internal maupun eksternal untuk upaya mengurangi konsentrasi bahan yang mempunyai dampak terhadap lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja apabila kegiatan penggunaan kembali tidak memungkinkan untuk dilakukan. d. Pemusnahan limbah atau penimbunan limbah, yaitu upaya pembakaran yang dilakukan oleh perusahaan atas pihak lain atas ijin instansi yang bersangkutan, sebagai upaya terakhir untuk pencegahan pencemaran. e. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai persyaratan yang berlaku. Sedangkan tingkat keberhasilan dari upaya pengendalian ini dapat ditunjukkan oleh nilai keparahan dari masing-masing aspek tersebut. 8. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Unit pembakaran dan pendinginan adalah salah satu unit kerja dengan potensi dan faktor bahaya yang cukup banyak. Dari segi konstruksi bangunan, mesin-mesin produksi, proses kerja, peralatan, dan bahan yang digunakan mengandung potensi bahaya yang dapat membahayakan keselamatan tenaga kerja. Maka dari itu, perlu adanya identifikasi bahaya dan penilaian risiko untuk mengetahui upaya pengendalian risiko yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
tepat dan efisien guna mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta pencemaran terhadap lingkungan. PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. melakukan Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control (HIRARC) dalam bentuk Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) dengan memperhatikan aspek dan dampak dari suatu kegiatan atau pekerjaan. Hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang terdapat dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan disajikan secara sederhana dalam bentuk sebagai berikut : Tabel 13. Penyajian IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan Identifikasi Bahaya atau Pengendalian Yang Ada Aspek Potensi Dampak
R
L
Nr
Keterangan : R : Nilai Keparahan L : Nilai Kemungkinan Nr : Nilai Risiko Tr : Tingkat Risiko Berikut adalah hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan upaya pengendalian dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan. commit to user
Tr
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Tabel 14. IPDK Mengoperasikan Blending Silo Identifikasi Bahaya atau Pengendalian Yang Ada Aspek Potensi Dampak Kenyamanan Isolasi sumber kebisingan, lingkungan pengukuran tingkat kebisingan secara berkala. Gangguan Isolasi sumber kebisingan, Bising pendengaran pemasangan rambu norma K3, penggunaan APD, pengukuran tingkat kebisingan secara berkala. Pencemaran Pemasangan dan maintenance udara bag filter, pembersihan area silo. Gangguan Maintenance bag filter, Emisi debu pernapasan, pembersihan area silo, mata pemasangan rambu norma K3, pemakaian APD. Tumpahan Pengurangan Pemeliharaan silo system, reuse. atau ceceran SDA material Terpeleset Pemasangan handrail, non B3 pembersihan rutin. Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Tbk. Pabrik Tuban. Tabel 15. IPDK Penembusan Air Slide Kiln Feed yang Buntu Identifikasi Bahaya atau Pengendalian Yang Ada Aspek Potensi Dampak Pencemaran Instruksi kerja udara Emisi debu Gangguan Pemakaian masker dan safety pernapasan, goggle. mata Tumpahan Pengurangan Instruksi kerja, reuse. atau ceceran SDA material terpeleset Pemasangan handrail, non B3 pembersihan rutin. Ketinggian Jatuh dari Pemasangan handrail, ketinggian pembersihan rutin. Gerakan Terbentur Pemakaian tools yang sesuai. atau putaran alat Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Tbk. Pabrik Tuban. commit to user
R
L
Nr
Tr
1
1
1
L
2
3
6
M
2
1
2
L
2
2
4
L
1
1
1
L
2
1
2
L
Gresik (Persero)
R
L
Nr
Tr
2
1
2
L
2
2
4
L
1
1
1
L
2
1
2
L
2
1
2
L
2
1
2
L
Gresik (Persero)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Tabel 16. IPDK Mengoperasikan Kiln Identifikasi Bahaya atau Pengendalian Yang Ada R L Nr Aspek Potensi Dampak Kenyamanan Pengukuran tingkat kebisingan 2 1 2 lingkungan secara berkala. Gangguan Pemasangan rambu norma K3, 1 5 5 Bising pendengaran pengguanaan APD, pengukuran tingkat kebisingan secara berkala. Pencemaran Instruksi kerja 4 2 8 udara Emisi gas Gangguan Pemasangan rambu norma K3, 2 1 2 atau asap pernapasan, penggunaan APD mata Pencemaran Perawatan actuator inlet kiln 4 3 12 udara seal, perawatan dust collector di kiln feed. Emisi debu Gangguan Pemasangan rambu norma K3, 2 1 2 pernapasan, penggunaan APD safety goggle mata dan masker. Pencemaran Membuat penampungan pelumas 2 4 8 Tumpahan tanah dan air bekas, pembersihan rutin, atau ceceran pemeliharaan. minyak Terpeleset Membuat penampungan pelumas 2 2 4 pelumas bekas, pembersihan rutin, bekas pemasangan rambu norma K3. Pencemaran Mengurangi sumber kebocoran 2 2 4 Tumpahan tanah dan air B3, pembersihan rutin. atau ceceran Terpeleset Mengurangi kebocoran B3, 2 2 4 B3 atau pembersihan rutin, pemasangan limbah B3 handrail. Pengurangan Ceceran batubara dimasukkan ke 2 4 8 Tumpahan SDA dalam pile (reuse). atau ceceran Terpeleset Pembersihan rutin, pemasangan 2 2 4 batubara rambu norma K3. Kontak atau Luka bakar Pemakaian cattle pack, 2 2 4 radiasi pemakaian APD. material panas Pancaran Gangguan Pemakaian check hole glass. 2 2 4 atau radiasi mata Arus listrik Tersengat Pemeliharaan isolator electrical, 3 1 3 listrik inspeksi rutin. Bersambung…… commit to user
Tr
L M
M L
H
L
M
L
L L
M L L
L L
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Sambungan…… Gerakan Terjepit Pemasangan casing, 3 1 3 L atau putaran pemasangan rambu norma K3. alat Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Tabel 17. IPDK Mengoperasikan Cooler Identifikasi Bahaya atau Pengendalian Yang Ada Aspek Potensi Dampak Kenyamanan Pengukuran tingkat kebisingan lingkungan secara berkala. Gangguan Pemasangan rambu norma K3, Bising pendengaran penggunaan APD, pengukuran tingkat kebisingan secara berkala. Pencemaran Pemeliharaan dust collector, udara tapping valve compartment cooler. Emisi debu Gangguan Pemeliharaan dust collector, pernapasan, tapping valve compartment mata cooler, pemakaian APD. Pemeliharaan sistem hidrolik Tumpahan Pencemaran atau ceceran air dan tanah cooler, pemasangan tampungan kebocoran oli di pompa hidrolis. minyak pelumas Terpeleset Pembersihan rutin, pemasangan bekas rambu norma K3. Tumpahan Pengurangan Mengurangi kebocoran comp cooler. atau ceceran SDA material Terpeleset Pembersihan rutin, pemasangan non B3 rambu norma K3. Kontak atau Luka bakar Pemakaian APD, pemasangan radiasi rambu norma K3. material panas Gerakan Terjepit Pemasangan safety guard atau putaran peralatan. alat Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Tbk. Pabrik Tuban.
commit to user
R
L
Nr
Tr
2
1
2
L
2
5
10
H
3
2
6
M
2
1
2
L
3
2
6
M
3
1
3
L
2
2
4
L
3
1
2
L
3
1
3
L
4
1
4
L
Gresik (Persero)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Tabel 18. IPDK Mengoperasikan EP Cooler Identifikasi Bahaya atau Pengendalian Yang Ada Aspek Potensi Dampak Pencemaran Mengendalikan temperatur inlet udara EP, pemeliharaan EP dan dust transport, pembatasan waktu up set EP (interlock system). Emisi debu Gangguan Pemakaian APD pernapasan, mata Tumpahan Pengurangan Mengurangi kebocoran pada EP cooler. atau ceceran SDA material Terpeleset Pemasangan rambu norma K3, non B3 pemakaian APD. Kontak atau Luka bakar Pemakaian APD radiasi material panas Gerakan Terjepit Pemasangan safety guard atau putaran peralatan. alat Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Tbk. Pabrik Tuban. Tabel 19. IPDK Pengoperasian Clinker Transport Identifikasi Bahaya atau Pengendalian Yang Ada Aspek Potensi Dampak Pencemaran Pemeliharaan clinker transport udara dan dust collerctor. Emisi debu Gangguan Pemakaian APD pernapasan, mata Tumpahan Pengurangan Pemeliharaan clinker transport dan dust collerctor. atau ceceran SDA material Terpeleset Pemasangan handrail, non B3 pembersihan rutin. Kontak atau Luka bakar Safety guard dan pemakaian radiasi APD. material panas Gerakan Terjepit Safety guard dan pemakaian atau putaran APD. alat commit to user
R
L
Nr
Tr
3
2
6
M
2
1
2
L
2
2
4
L
3
1
3
L
3
1
3
L
4
1
4
L
Gresik (Persero)
R
L
Nr
Tr
2
2
4
L
2
1
2
L
2
2
4
L
3
1
3
L
2
1
2
L
4
1
4
L
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Tabel 20. IPDK Mengoperasikan Coal Mill Identifikasi Bahaya atau Pengendalian Yang Ada R L Nr Aspek Potensi Dampak Kenyamanan Isolasi sumber kebisingan, 2 1 2 lingkungan pengukuran tingkat kebisingan secara berkala. Gangguan Isolasi sumber kebisingan, 2 2 4 Bising pendengaran pemasangan rambu norma K3, pemakaian APD, pengukuran tingkat kebisingan secara berkala. Pencemaran Pemeliharaan coal transport dan 4 3 12 udara dust collector, pemasangan water spray di raw coal transport. Emisi debu Gangguan Pemakaian APD 2 1 2 pernapasan, mata Kenyamanan Pemeliharaan berkala coal mill. 1 1 1 lingkungan Getaran Kenyamanan Pangaturan operasionalisasi coal 3 1 3 kerja mill. Pencemaran Pemeliharaan sistem hidrolik 2 2 4 Tumpahan tanah dan air coal mill, pemasangan atau ceceran tampungan kebocoran oli di coal minyak mill. pelumas Terpeleset Pemasangan rambu norma K3, 3 1 3 bekas pemakaian APD. Pencemaran Pemeliharaan raw dan pulv coal 2 2 4 air dan tanah transport. Tumpahan Terbakar Pembersihan, pemasangan 3 2 6 atau ceceran APAR dan hydrant, dan water B3 atau spray atau springkler. limbah B3 Terpeleset Pembersihan rutin, pemasangan 3 1 3 handrail, pemakaian APD, pemasangan rambu norma K3. Percikan api Gangguan Pembatasan kadar O2 dan CO di 3 1 3 mata coal mill system, pemasangan injector CO2, pemasangan APAR dan hydrant. Bersambung……. commit to user
Tr
L
L
H
L
L L L
L L M
L
L
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Sambungan……. Gerakan Terjepit Pemasangan safety guard dan 4 2 8 M atau putaran pemakaian APD. alat Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Tabel 21. IPDK Bongkar Pasang Batu Tahan Api atau Brick dan Castable Identifikasi Bahaya atau Pengendalian Yang Ada R L Nr Aspek Potensi Dampak Bising Gangguan Pemakaian APD, pengaturan 1 1 1 pendengaran jadwal operator. Pencemaran Pengaturan sistem ventilasi 2 2 4 udara udara dalam kiln, pemeliharaan Emisi gas rutin alat angkut. buang alat Gangguan Pengaturan sistem ventilasi 2 1 2 angkut pernapasan, udara dalam kiln, pemakaian mata APD. Pencemaran Pengaturan sistem ventilasi 1 1 1 udara udara dalam kiln dan cooler. Emisi debu Gangguan Pengaturan sistem ventilasi 2 2 4 pernapasan, udara dalam kiln dan cooler, mata pemakaian APD. Lingkungan Melakukan pembersihan 1 1 1 Tumpahan kotor atau ceceran Kejatuhan Pengaturan posisi pembongkaran 3 1 3 material material dan pemasangan material, non B3 pemakaian APD. Lalu lintas Tertabrak Operator punya SIO, 3 1 3 kerja alat pemasangan rambu norma K3. angkut Gerakan Terjepit atau Pengaturan posisi, penggunaan 3 1 3 atau putaran terpukul tools yang baik dan sesuai, alat pemakaian APD. Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
commit to user
Tr
L L
L
L L
L L
L
L
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
9. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) tenaga kerja kontraktor di unit pembakaran dan pendinginan PT. semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Aktivitas produksi yang dilakukan secara terus menerus menyebabkan konstruksi bangunan pabrik dan mesin produksi mengalami kerusakan. Jika kerusakan yang terjadi tidak segera ditangani, maka akan menjadi persoalan serius yang akan mengganggu kelancaran proses produksi. Di samping itu, juga akan menimbulkan potensi bahaya baru yang akan membahayakan keselamatan tenaga kerja. Kebersihan lingkungan atau area pabrik juga sangat penting, terutama bagi industri penghasil semen yang setiap harinya memproduksi dan mengeluarkan hasil samping berupa debu. Banyaknya debu di lingkungan tempat kerja dapat mengganggu kelancaran produksi dan kesehatan tenaga kerja serta pencemaran terhadap lingkungan. Maka dari itu, PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. memanfaatkan jasa tenaga kerja kontraktor guna melakukan pekerjaan perbaikan maupun pembersihan area pabrik. PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. melakukan perlindungan terhadap tenaga kerja kontraktor dengan cara memberlakukan sistem ijin kerja melalui wawancara dengan safety officer dari masing-masing kontraktor yang akan dipekerjakan. Dalam formulir wawancara tersebut terdapat Identifikasi dan penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) dari pekerjaan atau kegiatan yang akan dilakukan oleh tenaga kerja kontraktor. Sehingga diharapkan tenaga kerja kontraktor yang akan melakukan suatu pekerjaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
di lingkungan pabrik benar-benar mengetahui dan mengerti tentang kondisi tempat kerjanya termasuk potensi dan faktor bahaya dari pekerjaan yang akan dilakukannya tersebut. Berikut adalah beberapa hasil Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) dalam wawancara kontraktor pada bulan Pebruari tahun 2011 di unit pembakaran dan pendinginan. Tabel 22. IPDK Pembersihan Jalan All Area Pabrik Tuban Penilaian Risiko Identifikasi Dampak Pengendalian Risiko Aspek Akibat Peluang Nilai Debu Gangguan 1 b m Gunakan masker debu, pernapasan, safety glass. iritasi mata Kejatuhan Cidera 3 d m Pahami kondisi area kerja, benda atau kepala, tubuh koordinasi dengan tenaga tumpahan kerja yang berada di atas material dan/atau di bawah, gunakan dari atas safety hat dan safety shoes. Alat Terjepit, 3 d m Bekerja sesuai prosedur, bergerak, tertimpa tenaga kerja sudah sapu dan berpengalaman, koordinasi sekop yang baik antar pekerja. Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Gambar 23. IPDK Membuat Kantongan di Lantai 5 Preheater 442 PH 2 Tuban 2 Penilaian Risiko Identifikasi Dampak Pengendalian Risiko Aspek Akibat Peluang Nilai Debu Gangguan 1 b m Meminimalisasi terjadinya pernapasan, polusi debu, gunakan iritasi mata masker debu dan pelindung mata (safety goggle), gunakan sarung tangan bila perlu. Material Luka bakar 4 d h Posisikan diri aman saat panas bekerja, pakai baju lengan panjang, jangan beristirahat di area kerja. Bersambung……. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Sambungan……. Tempat Terjatuh, ketinggian terpeleset
4
c
h
Pasang scaffolding dan pastikan pijakan kuat, aman, dan nyaman, pakai safety belt, dan tali tambang standar sebagai life line. Kejatuhan Cidera 3 c h Amankan area bawah, benda atau kepala, tubuh pahami kondisi area kerja, tumpahan koordinasi dengan tenaga material kerja yang berada di atas dari atas dan/atau di bawah, gunakan safety hat dan safety shoes. Tegangan Tersengat 5 e f Las arde langsung, listrik arus listrik koordinasi dengan sie listrik (trafo las) saaf pasang power trafo las, alat listrik dan sambungan dalam kondisi baik dan kedap air. Alat Terjepit, 4 d h Bekerja sesuai prosedur, bergerak tertimpa pastikan alat bantu kerja (katrol tali dalam kondisi baik, tenaga tambang) kerja sudah berpengalaman. Explotion, Kebakaran 3 d m Amankan lingkungan kerja, percikan amankan bahan yang mudah api (las, terbakar, pastikan tidak ada blander) kebocoran gas, pastikan posisi tabung blander berdiri dan terikat. Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Tabel 24. IPDK Tambal TAD SLC 443 PH 1 Tuban 3 Penilaian Risiko Identifikasi Dampak Aspek Akibat Peluang Nilai Debu Gangguan 1 b m pernapasan, iritasi mata Material Kulit 4 d h panas melepuh Tempat Terjatuh, 4 c h ketinggian, terpeleset dalam ruang atau bejana commit to user
Pengendalian Risiko Gunakan masker debu dan pelindung mata (safety goggle). Gunakan sarung tangan. Pasang scaffolding dan pastikan pijakan kuat, aman, dan nyaman, pakai safety belt dengan benar, amankan area bawah, pastikan sirkulasi udara aman. Bersambung…….
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
Sambungan……. Kejatuhan Cidera benda atau kepala, tubuh tumpahan material dari atas Tegangan Tersengat listrik arus listrik (trafo las)
3
c
h
Pahami kondisi area kerja, koordinasi dengan tenaga kerja yang berada di atas dan/atau di bawah, gunakan safety hat dan safety shoes. 5 e f Las arde langsung, koordinasi dengan sie listrik saat pasang power trafo las, alat listrik dan sambungan dalam kondisi baik dan kedap air. Explotion, Kebakaran 3 d m Amankan bahan yang percikan mudah terbakar, pastikan api (las, tidak ada kebocoran gas, blander) amankan lingkungan kerja. Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Tabel 25. IPDK Feeding BBA Sekam di Kiln 436 BC 7 Penilaian Risiko Identifikasi Dampak Aspek Akibat Peluang Nilai Debu Gangguan 1 b m pernapasan, iritasi mata Tempat Terjatuh, 4 d h ketinggian terpeleset
Kejatuhan benda atau tumpahan material dari atas Alat bergerak (wheel loader dan BC)
Cidera kepala, tubuh
3
d
m
Terjepit, tertabrak
4
d
h
Pengendalian Risiko Gunakan masker debu dan safety glass. Berpijak pada tempat yang aman, pastikan kondisi lingkungan kerja dan posisi kerja aman. Pahami kondisi area kerja, gunakan safety hat dan safety shoes.
Bekerja sesuai prosedur, gunakan alat bantu kerja yang sesuai dan baik, koordinasi yang baik dengan operator loader, amankan diri dari lintasan loader, jangan beristirahat di area kerja atau lintasan Alat-Alat Berat (AAB). Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
Tabel 26. IPDK Loading Sludge Oil di 442 Kl 1 Tuban 2 Penilaian Risiko Identifikasi Dampak Aspek Akibat Peluang Nilai Debu Gangguan 1 b m pernapasan, iritasi mata Tempat Terjatuh 3 d m ketinggian Kejatuhan Cidera 3 d m benda atau kepala, tubuh tumpahan material dari atas Alat Terjepit, 3 d m bergerak tertimpa (forklift dan OH crane)
Pengendalian Risiko Gunakan masker debu dan safety glass.
Pastikan pijakan kuat dan aman. Pahami kondisi area kerja, koordinasi dengan tenaga kerja yang berada di atas dan/atau di bawah, gunakan safety hat dan safety shoes. Bekerja sesuai prosedur, amankan lintasan forklift dan OH crane, tenaga kerja sudah berpengalaman, koordinasi yang baik antar tenaga kerja. Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Tabel 27. IPDK Mengganti Actuator Cooler Compartment 5 441 CC 1 Penilaian Risiko Identifikasi Dampak Pengendalian Risiko Aspek Akibat Peluang Nilai Debu Gangguan 1 b m Gunakan masker debu dan pernapasan, pelindung mata (safety iritasi mata goggle). Material Luka bakar 4 c f Pastikan semua fan dalam panas kondisi mati agar tidak ada semburan material panas yang keluar, pakai pakaian lengan panjang, dan gunakan sarung tangan. Kejatuhan Cidera 3 d m Koordinasi dengan tenaga benda atau kepala, tubuh kerja yang berada di atas tumpahan dan/atau di bawah, gunakan material safety hat. dari atas Tegangan Tersengat 5 d f Pasang arde langsung, listrik arus listrik koordinasi dengan sie listrik (trafo las, saat pasang power trafo las, gerinda) pastikan kondisi kabel dan sambungan baik dan kedap air. commit to user Bersambung…….
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
Sambungan……. Alat Terjepit bergerak (actuator) Explotion, Kebakaran percikan api (las, blander)
3
d
m
Koordinasi dengan operator, pastikan power switch actuator dalam kondisi off. 3 d m Amankan bahan yang mudah terbakar, pakai sarung tangan las, pastikan tidak ada kebocoran gas, letakkan tabung LPG di tempat yang aman dan jauh dari percikan api serta posisi tabung harus berdiri dan terikat. Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Tabel 28. IPDK Mengganti Main Gear 443 Kl 1 dan Potong Kiln Shell 443 Kiln 1 Tuban 3 Penilaian Risiko Identifikasi Dampak Pengendalian Risiko Aspek Akibat Peluang Nilai Debu Gangguan 2 a h Gunakan masker debu dan pernapasan, pelindung mata (safety iritasi mata goggle). Tempat Terjatuh, 4 e h Pastikan pijakan kuat dan ketinggian terpeleset aman, gunakan safety belt. Kejatuhan Cidera 3 d m Gunakan safety hat dan benda atau kepala, tubuh safety shoes, pahami kondisi tumpahan area kerja, koordinasi material dengan tenaga kerja yang dari atas berada di atas dan/atau di bawah. Tegangan Tersengat 5 e f Pasang arde langsung, listrik arus listrik koordinasi dengan sie listrik (trafo las, saat pasang power trafo las, lampu pastikan peralatan listrik penerang) dan sambungan dalam kondisi baik dan kedap air. Alat Terjepit, 4 d h Pastikan kondisi alat off, bergerak tertimpa operator crane dan rigger (crane 80 harus berpengalaman, punya T, kiln) Surat Ijin Operator (SIO). Bersambung…….
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
Sambungan……. Explotion, Kebakaran
3
d
percikan api
(las,
blander)
m
Amankan bahan yang mudah terbakar, pakai sarung tangan las, pastikan tidak ada kebocoran gas, letakkan tabung LPG di tempat yang aman (jauh dari percikan api).
Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Tabel 29. IPDK Memasang Blower Cooling Shell Kiln Tuban 2 Penilaian Risiko Identifikasi Dampak Pengendalian Risiko Aspek Akibat Peluang Nilai Debu Gangguan 1 b m Gunakan masker debu dan pernapasan, pelindung mata (safety iritasi mata goggle). Material Luka bakar 2 c m Gunakan sarung tangan. panas Tempat Terjatuh, 3 c h Pastikan pijakan kuat dan ketinggian terpeleset aman, pasang scaffolding standar, pakai dan kaitkan safety belt dengan benar. Kejatuhan Cidera 3 d m Pahami kondisi area kerja, benda atau kepala, tubuh gunakan safety hat dan tumpahan safety shoes. material dari atas Tegangan Tersengat 5 e f Las arde langsung, listrik arus listrik koordinasi dengan sie listrik (trafo las, saat pasang power trafo las, lampu, pastikan peralatan listrik gerinda) dan sambungan dalam kondisi baik dan kedap air. Bersambung…….
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
Sambungan……. Alat Terjepit, bergerak tertimpa (mobile crane)
4
d
h
Gunakan alat bantu kerja yang baik dan standar, koordinasi yang baik antar tenaga kerja, amankan lintasan crane, tenaga kerja sudah berpengalaman. Explotion, Kebakaran 3 d m Amankan bahan yang percikan mudah terbakar, pastikan api (las, tidak ada kebocoran gas, blander) amankan lingkungan kerja. Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik (Persero) Tbk Pabrik Tuban. Tabel 30. IPDK Menambal Cyclone Redspot 443 PH 1 Tuban 3 Penilaian Risiko Identifikasi Dampak Aspek Akibat Peluang Nilai Debu Gangguan 1 b m pernapasan, iritasi mata Material Luka bakar 4 c f panas (debu panas) Tempat Terperosok, 3 d m ketinggian terjatuh
Lantai 6 dan Lantai 11 Pengendalian Risiko Gunakan masker debu dan pelindung mata (safety goggle). Gunakan sarung tangan, baju lengan panjang.
Pastikan pijakan aman dan pahami area kerja, gunakan safety belt dengan benar. Kejatuhan Cidera 3 c h Pahami kondisi area kerja, benda kepala, tubuh gunakan safety hat dan safety shoes. Tegangan Tersengat 5 d f Las arde langsung, listrik arus listrik koordinasi dengan sie listrik (trafo las) saat pasang power trafo las, pastikan peralatan listrik dan sambungan dalam kondisi baik dan kedap air. Explotion, Kebakaran 3 d m Amankan bahan yang percikan mudah terbakar, pastikan api (las, tidak ada kebocoran gas, blander) pastikan posisi tabung LPG berdiri dan terikat, amankan lingkungan kerja. Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik (Persero) Tbk Pabrik Tuban. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
Tabel 31. IPDK Perbaikan Rekondisi Lift 443 EL 1 Tuban 3 Penilaian Risiko Identifikasi Dampak Pengendalian Risiko Aspek Akibat Peluang Nilai Debu Gangguan 1 b m Gunakan masker debu dan pernapasan, safety glass. iritasi mata Tempat Terjatuh 4 d h Pastikan pijakan kuat dan ketinggian, aman, pakai dan kaitkan dalam safety belt dengan benar. ruang atau bejana Tegangan Tersengat 4 d h Pastikan peralatan listrik listrik arus listrik dan sambungan dalam (gerinda) kondisi baik, amankan lintasan electrical lift. Alat Terjepit, 3 d m Bekerja sesuai prosedur, bergerak tertimpa tenaga kerja sudah (electrical berpengalaman, koordinasi lift) dengan sie listrik, komunikasi yang baik antar tenaga kerja. Explotion, Kebakaran, 3 d m Pastikan tenaga kerja percikan luka bakar menggunakan sarung api tangan, amankan (gerinda lingkungan kerja. tangan) Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik (Persero) Tbk Pabrik Tuban. Tabel 32. IPDK Tembus Inlet Kiln dan Hammer Cooler 441 KL 1 Tuban Penilaian Risiko Identifikasi Dampak Pengendalian Risiko Aspek Akibat Peluang Nilai Debu Gangguan 1 c l Gunakan masker debu dan perrnapasan, safety goggle. iritasi mata Material Luka bakar 4 b f Gunakan baju tahan panas panas pada anggota lengkap, koordinasi dengan tubuh operator saat tembus material, posisi tembak jangan di depan hole, jangan beristirahat di sekitar area kaluarnya debu panas. Bersambung……. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
Sambungan……. Tempat Terjatuh ketinggian
4
d
h
Pastikan lingkungan kerja atau lintasan aman, berdiri pada posisi aman saat bekerja, gunakan safety belt bila perlu. Kejatuhan Cidera 3 d m Pahami area kerja, gunakan benda atau kepala, tubuh safety hat, koordinasi tumpahan dengan tenaga kerja yang material berada di atas dan/atau di dari atas bawah. Tegangan Tersengat 5 d f Koordinasi dengan sie listrik arus listrik listrik saat pasanga power (trouble power woma pump). Alat Tertimpa, 4 d f Tenaga kerja yang bergerak terpukul melakukan tembus harus (woma sudah berpengalaman pump) menggunakan woma pump, bekerja sesuai prosedur. Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik (Persero) Tbk Pabrik Tuban. 10. Tindak lanjut dari IPDK yang telah dilakukan guna mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang sudah dibuat oleh masing-masing unit kerja digunakan sebagai dasar atau acuan dalam melakukan wawancara dengan tenaga kerja kontraktor yang akan melakukan pekerjaan di sebuah unit kerja. Wawancara terjadi antara safety officer Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban dengan safety officer tenaga kerja kontraktor. Dalam wawancara, safety officer Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban harus mengisi dan melakukan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) tenaga kerja kontraktor yang terdapat commit to user pada formulir laporan wawancara kontraktor atau pengunjung sesuai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
dengan pekerjaan yang akan dilakukan. Sehingga dengan adanya Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit kerja ini, safety officer Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban dapat dengan mudah melakukan proses wawancara dan pengisian Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor. Maka dari itu, setiap unit kerja harus melakukan revisi pada Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang telah dibuat sebelumnya secara periodik atau ketika dan setiap terjadi perubahan baik pada lingkungan kerja, peralatan, bahan, mesin produksi, maupun proses kerja. Sehingga potensi bahaya baru yang ditimbulkan akibat perubahan yang terjadi dapat diketahui dengan segera dan dilakukan upaya pengendalian. Saat wawancara berlangsung safety officer tenaga kerja kontraktor harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh safety officer Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban. Pertanyaan yang diajukan pada umumnya berupa deskripsi pekerjaan, aspek (potensi dan faktor bahaya) dan dampak atau risiko dari pekerjaan serta upaya pengendalian yang akan dilakukan oleh pihak kontraktor sebagai upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pengendalian risiko tentunya tidak luput dari perihal kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) yang dimiliki oleh pihak kontraktor. Kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) selalu menjadi persoalan klasik dari setiap kontraktor. Jika Alat Pelindung Diri (APD) yang dimiliki pihak kontraktor tidak mencukupi kebutuhan tenaga kerjanya, maka Seksi Keselamatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban memberikan pinjaman Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan kekurangan sehingga semua tenaga kerja kontraktor terjamin keselamatannya dalam bekerja. Akan tetapi, terbatasnya jumlah Alat Pelindung Diri (APD) yang dimiliki Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban sering menjadi persoalan tersendiri. Setelah melakukan wawancara, safety officer tenaga kerja kontraktor wajib
menginformasikan
kepada
tenaga
kerjanya
terkait
hal-hal
keselamatan dan kesehatan saat bekerja serta memberikan Alat Pelindung Diri (APD) yang dipersyaratkan. Hasil wawancara merupakan salah satu dari sistem ijin kerja dan kontrak perjanjian antara pihak kontraktor dengan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja. Sehingga upaya pengendalian yang tertuang dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) harus dipenuhi oleh pihak kontraktor dibantu dan diawasi oleh Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban. Sedangkan hasil wawancara ini merupakan bukti bahwa PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. telah menjamin dan memenuhi kebutuhan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban, melakukan pengawasan berupa inspeksi terhadap tenaga kerja kontraktor yang sedang melakukan pekerjaan di area pabrik. Inspeksi yang dilakukan dititikberatkan pada unsafe action yang dilakukan oleh tenaga kerja kontraktor. Jika ditemukan pelanggaran, maka safety officer Seksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) akan memberikan peringatan secara lisan. Akan tetapi, jika tenaga kerja kontraktor tidak kunjung jera dan terus melakukan pelanggaran, maka safety officer Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban membuat laporan temuan pelanggaran yang selanjutnya akan ditidaklanjuti yang pada umumnya akan bermuara pada dijatuhkannya sanksi. Pada umumnya sanksi yang diberikan adalah kontraktor yang melakukan pelanggaran tersebut tidak diberi pekerjaan selama kurun waktu tertentu.
B. Pembahasan 1. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja di unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Potensi bahaya di unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. cukup banyak dan berisiko tinggi. Terbukti dengan terjadinya Sembilan kasus kecelakaan kerja dari skala ringan cukup dengan bantuan pertolongan pertama hingga kematian. Kecelakaan kerja yang terjadi tentunya menimbulkan kerugian baik bagi tenaga kerja maupun bagi PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Maka dari itu, guna mencegah kecelakaan yang sama terulang kembali, Seksi Keselamatan
Kerja
dan
Kebersihan
(K3)
melakukan
investigasi
kecelakaan sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimana pasal 11 ayat 1 menyatakan bahwa pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh menteri tenaga kerja, dan sebagai petunjuk pelaksanaan pelaporan kecelakaan tersebut adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan. Dengan dilakukannya investigasi kecelakaan, maka dapat diketahui penyebab terjadinya kecelakaan sehingga dapat dilakukan revisi atau masukan baik pada aspek, dampak, maupun tindakan pengendalian yang terdapat pada Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit kerja maupun dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor dengan jenis pekerjaan yang sama. Sedangkan menurut keterangan dari petugas medical check up Balai Pengobatan dan Rumah Sakit Bersalin Bogorejo, penyakit akibat kerja yang ditemukan pada tenaga kerja pada unit pembakaran dan pendinginan pada umumnya adalah berupa gangguan pendengaran dan iritasi pada mata. Hal ini terbukti ketika penulis melakukan kunjungan ke unit pembakaran dan pendinginan, salah seorang operator kiln berbicara sangat keras seolah lawan bicara tidak mendengar apa yang ia katakan. Hal ini mengindikasikan bahwa operator kiln tersebut telah mengalami penurunan nilai ambang batas pendengaran. PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. melakukan pemeriksaan kesehatan karyawan sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 23 yang menyatakan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
yang optimal yang meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja. Pemeriksaan kesehatan hanya diperkenankan bagi karyawan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Sedangkan untuk tenaga kerja kontraktor tidak dilakukan upaya pemeriksaan kesehatan dikarenakan di luar tanggung jawab dari PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. sehingga tidak dapat diketahui secara pasti jenis penyakit akibat kerja yang diderita oleh tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang terkena dampak dari paparan faktor bahaya di unit pembakaran dan pendinginan. Sebagai contoh tidak ditemukannya tenaga kerja yang mengalami gangguan pernapasan akibat timbunan debu semen. Padahal kadar debu di lingkungan kerja terhitung tinggi, dan tenaga kerja khususnya tenaga kerja kontraktor selalu terpapar debu ketika bekerja. Apalagi kesadaran tenaga kerja akan keselamatan dan kesehatan kerja sangat kurang yang menyebabkan minimnya tingkat kedisiplinan tenaga kerja dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dalam hal ini masker. Terlebih lagi, pola hidup tenaga kerja yang kurang sehat yaitu perokok menjadi faktor tersendiri penyebab rusaknya paru-paru. 2. Jenis pekerjaan atau kegiatan di unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Setiap jenis pekerjaan baik yang dilakukan oleh karyawan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban maupun tenaga kerja kontraktor seharusnya dilengkapi dengan dengan deskripsi pekerjaan yang dalam hal ini adalah Job Safety Analisys (JSA). Hal ini diharapkan, ketika melakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
wawancara dan mengisi lembar Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor, safety officer Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) sudah memahami langkah-langkah pekerjaan yang akan dilakukan oleh tenaga kerja kontraktor. Adanya Job Safety Analisys (JSA) diharapkan identifikasi potensi dan faktor bahaya dapat dilakukan secara detail dari setiap tahapan proses pekerjaan tersebut yang memungkinkan atau dapat menimbulkan serta berisiko terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja sehingga dapat segera menentukan langkah pengendalian risiko dengan tepat dan efisien. Job Safety Analisys (JSA) tenaga kerja kontraktor bisa disusun pada pekerjaan yang sering dilakukan, dalam hal ini di unit pembakaran dan pendinginan, misalnya membuat kantongan pada dinding cyclone di preheater dan tembus inlet kiln dan hammer cooler. 3. Prosedur Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. mempunyai prosedur Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang baik. Akan tetapi, koordinasi antara unit kerja dengan Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) masih kurang. Setiap personil unit kerja yang menemukan kondisi tidak aman di area kerjanya tidak segera melaporkan pada Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) sehingga temuan kondisi tidak aman tersebut tidak segera dapat ditangani. Padahal Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) menjadi pintu masuk tenaga kerja kontraktor dimana commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
ditentukan persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), sehingga jika temuan kondisi tidak aman di area kerja tidak segera ditangani, maka akan menjadi potensi bahaya baru yang akan membahayakan keselamatan dan kesehatan baik bagi tenaga kerja unit kerja sendiri maupun tenaga kerja kontraktor. Jika dalam melakukan tinjauan ulang terhadap Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit kerja ditemukan aspek penyebab dampak yang baru, maka unit kerja harus segera melakukan revisi terhadap Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit kerja sebelumnya. Hasil dari revisi Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit kerja segera diberitahukan kepada pihak-pihak yang terkait terutama Bagian Keselamatan Kerja dan Lingkungan. Namun, hal ini belum berjalan dengan baik. Sehingga Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) harus mendatangi setiap unit kerja dan menanyakan sekaligus mensosialisasikan perihal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) melalui program safety talk yang terjadwal untuk setiap unit kerja. Penting bagi Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) melakukan verifikasi terhadap Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit kerja yang telah disusun maupun hasil revisi dari Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang telah dilakukan oleh masing-masing unit kerja. Verifikasi yang dilakukan dapat menjadi kontrol atau pengawasan bagi setiap unit kerja, terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
4. Ketentuan aspek dan dampak dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Ketentuan aspek dan dampak dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) hanya untuk Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit kerja. Sedangkan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor tidak ada kententuan terkait aspek dan dampak dari kegiatan mereka. Hai ini dikarenakan, aspek dan dampak dari kegiatan produksi dan kegiatan tenaga kerja kontraktor tidak sama. Pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja kontraktor cenderung menimbulkan aspek dan dampak baru terhadap keselamatan, kesehatan, dan lingkungan. Namun demikian, aspek dan dampak dari pekerjaan tenaga kerja kontraktor mengacu pada aspek dan dampak pada kegiatan produksi. Hal ini dikarenakan pekerjaan tenaga kerja kontraktor dilakukan pada unit dimana kegiatan produksi berlangsung yang menyebabkan tenaga kerja kontraktor mau tidak mau harus menghadapi potensi dan faktor bahaya yang ada di unit kerja tersebut. 5. Ketentuan nilai Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Ketentuan kriteria penilaian risiko yang ditetapkan dan digunakan oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. sudah terdefinisi dengan jelas sehinga dalam penggunaanya tidak mengalami kesulitan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
6. Pengendalian terhadap aspek dan dampak yang dilakukan oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Perusahaan harus merencanakan pengelolaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan, produk barang, dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan
kerja
yang
tinggi.
Hal
ini
dapat
dicapai
dengan
mendokumentasikan dan menerapkan kebijakan standar bagi tempat kerja, perancangan pabrik dan bahan, prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan risiko yang ada pada kegiatan, produk barang dan jasa seperti yang telah diisyaratkan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Upaya pengendalian aspek dan dampak yang dilakukan oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. sudah sesuai dengan hierarki pengendalian risiko. PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. melakukan teknik pengendalian risiko dengan cara menekan kemungkinan dan konsekunsi atau keparahan yang akan terjadi serta pengalihan risiko. Dalam menekan kemungkinan yang akan terjadi PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. melakukan upaya eliminasi terhadap sumber dampak dengan cara pendekatan teknis (engineering control) dan pendekatan administratif. Sedangkan untuk pendekatan manusia (human control) seperti pelatihan kepada tenaga kerja mengenai cara kerja yang aman, budaya keselamatan, prosedur keselamatan belum dilakukan dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
optimal, sehingga kecelakaan yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh faktor manusia. Pendekatan teknis yang dilakukan oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. antara lain : a. Melakukan subtitusi bahan baku dan bahan bakar yang lebih aman terhadap lingkungan dan tenaga kerja. b. Melakukan efisiensi terhadap penggunaan bahan baku dan bahan bakar. c. Melakukan isolasi energi dengan prosedur draw out-in. d. Melakukan pengamanan terhadap gerakan atau putaran alat maupun potensi ketinggian dengan pemasangan guarding. e. Melakukan proses produksi secara otomatis yang dikendalikan dari control room. Pendekatan administratif dilakukan untuk mengurangi kontak antara tenaga kerja dengan sumber bahaya. Maka dari itu, dibuatlah prosedur dan instruksi kerja yang wajib dipatuhi oleh tenaga kerja guna mengurangi dampak dari paparan faktor bahaya yang diterimanya di tempat kerja. Sedangkan pendekatan yang dilakukan untuk menekan keparahan atau konsekuensi yang ditimbulkan, PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. melakukan upaya penggunaan kembali (reuse) bahan atau barang baik secara internal maupun eksternal, pengelolaan limbah, sistem tanggap darurat yang terencana, dan penyediaan Alat Pelindung Diri (APD). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
Alat Pelindung Diri (APD) yang dimiliki Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban jumlahnya terbatas, akan tetapi perusahaan telah berusaha menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) secara cuma-cuma kepada tenaga kerja. Hal ini berarti sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 ayat 3 yang menyatakan bahwa kewajiban pengurus untuk menyediakan alat pelindung diri kepada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya secara cuma-cuma. Hal ini juga diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri pasal 2 ayat 1, 2, dan 3 yang menyatakan bahwa pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja atau buruh di tempat kerja (1), APD yang dimaksud sebagaimana ayat 1 harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku (2), APD sebagaimana dimaksud ayat 1 wajib diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma (3). Kedisiplinan tenaga kerja dalam pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) terbilang masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan tenaga kerja kontraktor yang masih rendah sehingga kesadaran akan bahaya dan pengetahuan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) masih sangat kurang. Disamping itu, rendahnya tingkat kedisiplinan tenaga kerja dalam pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) juga disebabkan karena mereka tidak merasa nyaman ketika harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja. Pada dasarnya mereka sadar akan pentingnya kelengkapan alat keselamatan dan kesehatan kerja dan mereka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
juga paham jenis Alat Pelindung Diri (APD) yang nyaman dipakai dan tidak mengganggu saat mereka melakukan pekerjaan. Akan tetapi, hal ini tidak didukung oleh kondisi finansial dari pihak kontraktor yang memperkerjakan mereka. Kedisiplinan tenaga kerja dalam pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) diatur dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 12 (b) yang meyatakan bahwa tenaga kerja wajib memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan, serta dalam Peraturan
Menteri
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
No.
Per.
08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri pasal 6 ayat 1 yang menyatakan bahwa pekerja atau buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko. Maka dari itu, perlu untuk dilakukan sosialisasi tentang pentingnya Alat Pelindung Diri (APD) baik secara formal dengan penyuluhan maupun informal dengan memberikan peringatan dan pengertian kepada tenaga kerja saat melakukan inspeksi unsafe action maupun unsafe condition di lapangan. Pengendalian dalam rangka mereduksi dampak juga dilakukan dengan cara pengalihan risiko. Upaya yang ditempuh dalam rangka pengalihan risiko adalah pemusnahan limbah, salah satunya dengan cara pembakaran yang diserahkan oleh pihak lain atas ijin instansi yang bersangkutan sebagai upaya terakhir dalam pencegahan pecemaran. Upaya lain yang ditempuh adalah dengan mengasuransikan seluruh aset perusahaan dan tenaga kerjanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
7. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan mencakup semua aktivitas produksi pada unit tersebut. Pelaksanaan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) pada unit pembakaran dan pendinginan telah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam Sistem Manajemen Semen Gresik (SMSG). Revisi terhadap Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan yang seharusnya dilakukan setiap tahun sekali, belum berjalan dengan baik. Maka dari itu, penulis melakukan observasi langsung ke lapangan guna memverifikasi apakah telah terjadi perubahan aspek dan dampak di lapangan atau belum. Dari observasi yang dilakukan langsung di lapangan, dapat diketahui bahwa : a. Mengoperasikan blending silo. Dalam mengoperasikan blending silo faktor bahaya tertinggi adalah kebisingan yang berasal dari air slide sebagai alat transportasi dari umpan kiln. Besar intensitas kebisingan tidak dapat disebutkan karena merupakan rahasia perusahaan. Akan tetapi, penting bagi operator blending silo untuk memakai alat pelindung telinga berupa ear plug untuk mengurangi paparan bising yang diterimanya. Kadar debu di udara tempat kerja akan meningkat ketika dilakukan kegiatan pembersihan. Maka dari itu, perlu adanya kesadaran baik dari petugas kebersihan maupun operator blending silo, akan pentingnya kesehatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
yaitu dengan penggunaan pelindung pernapasan berupa respirator dan safety glass untuk melindungi mata dari terjadinya iritasi akibat debu. Pada dasarnya, tidak ada perubahan dari aspek dan dampak pada kegiatan atau pekerjaan mengoperasikan blending silo. b. Penembusan air slide kiln feed yang buntu. Debu merupakan faktor bahaya tertinggi ketika melakukan penembusan air slide kiln feed yang buntu. Ketika penembusan dilakukan maka akan terjadi semburan debu. Karena air slide kiln feed merupakan alat transportasi umpan kiln, maka debu yang disemburkan berupa debu panas, sehingga sangat berbahaya. Selain itu, pekerjaan ini dilakukan di ketinggian, maka dari itu dilakukan upaya pengendalian dengan memasang handrail di sekitar area tempat kerja untuk mencegah potensi bahaya terjatuh. Pada dasarnya, tidak ada perubahan dari aspek dan dampak pada kegiatan atau pekerjaan penembusan air slide kiln feed yang buntu. c. Mengoperasikan kiln. Potensi dan faktor bahaya yang perlu diwaspadai dalam kegiatan atau pekerjaan mengoperasikan kiln adalah kebisingan, emisi gas atau asap, debu, tumpahan atau ceceran minyak pelumas bekas, dan tumpahan atau ceceran batu bara. Intensitas kebisingan di area kiln cukup tinggi, hampir mencapai Nilai Ambang Batas (NAB) 85 dB dalam waktu paparan 8 jam sehari. Angka pasti dari besar intensitas kebisingan tidak dapat disebutkan karena merupakan rahasia commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
perusahaan. Maka dari itu, perlu adanya kesadaran dari tenaga kerja dalam hal ini operator kiln untuk menggunakan alat pelindung telinga berupa ear plug untuk mengurangi paparan bising yang diterimanya. Temuan gangguan pendengaran pada operator kiln disebabkan oleh kurangnya kedisiplinan dari operator kiln sendiri dalam pemakaian ear plug. Jika ini berlangsung lama, maka bukan tidak mungkin bagi operator kiln untuk mengalami penurunan nilai ambang batas pendengaran. Kadar debu di area kiln, dalam hal ini preheater, cukup tinggi karena material yang diproses di preheater adalah umpan kiln yang merupakan produk dari raw mill berupa debu. Tingginya kadar debu di lingkungan disebabkan oleh banyaknya debu yang keluar dari proses, akibat dari bocornya mesin maupun alat tranportasi dari debu itu sendiri. Hal ini sangat berbahaya karena debu yang dikeluarkan adalah debu panas. Maka dari itu, operator harus menggunakan masker atau respirator dan safety glass untuk mengurangi papaparan debu yang diterimanya. Faktor bahaya berupa emisi gas buang atau asap juga perlu diperhatikan. Kadar gas buang di area kiln cukup tinggi terutama pada saat kondisi start up karena menggunakan bahan bakar fosil yaitu minyak IDO (Industrial Diesel Oil). Disamping itu juga berasal dari sisa pembakaran batu bara sebagai bahan bakar utama proses pembakaran umpan kiln. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
Tumpahan atau ceceran batu bara dan minyak pelumas bekas juga menjadi fokus tersendiri, karena dapat menimbulkan bahaya kebakaran. Selain aspek tersebut di atas, bahaya kontak atau radiasi material panas tidak boleh diabaikan. Sebagai contoh, tindakan mencorat-coret dinding cyclone yang berada di preheater. Tindakan ini, selain mengotori cyclone itu sendiri juga membahayakan bagi oknum yang melakukan tidakan tersebut. Karena dinding cyclone semakin ke bawah mendekati inlet kiln akan semakin panas. Maka dari itu, perlu dibuatkan rambu norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terkait larangan mencorat-coret dinding cyclone yang berada di preheater. Disamping itu, suhu kiln shell juga sangat panas, mengingat suhu dalam rotary kiln untuk proses pembakaran mencapai 1400oC. d. Mengoperasikan cooler. Dari Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) dapat diketahui bahwa faktor bahaya tertinggi bagi operator cooler adalah kebisingan yang berasal dari fan yang digunakan untuk mendinginkan clinker. Besar intensitas kebisingan di cooler tidak dapat disebutkan karena merupakan rahasia perusahaan akan tetapi intensitas kebisingan di area cooler telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) 85 dB dalam waktu paparan 8 jam sehari. Maka dari itu, operator harus menggunakan alat pelindung telinga minimal ear plug saat berada di area cooler dan tidak berada di area tersebut dalam waktu yang lama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
untuk mengurangi paparan bising yang diterimanya. Sedangkan faktor bahaya dengan tingkat risiko medium adalah debu dan tumpahan atau ceceran minyak pelumas bekas. Selain itu, produk yang didinginkan dalam cooler adalah output dari kiln yang berupa clinker yang masih berwujud bara api. Maka dari itu, operator harus berhati-hati ketika melakukan kegiatan inspeksi di area cooler. e. Mengoperasikan EP cooler. Dalam mengoperasikan EP cooler, tingkat risiko tertinggi adalah emisi debu yang mana berdampak pada pencemaran udara dikarenakan EP cooler memproses debu yang terdapat dalam udara panas dari proses pendinginan. Dalam waktu yang sudah ditentukan secara periodik sisa debu beserta udara panas akan dikeluarkan melalui cerobong EP. Maka dari itu, perlu adanya upaya peningkatan pemeliharaan EP agar EP dapat berfungsi dengan optimal untuk mengendalikan debu sebagai upaya pencegahan pencemaran udara. f. Mengopersikan clinker transport. Sumber bahaya dari kegiatan atau pekerjaan mengoperasikan clinker transport adalah clinker transport itu sendiri yang mana berupa alat gerak. Gerakan atau putaran alat tersebut mengandung potensi bahaya terjepit. Maka dari itu, dilakukan upaya pengendalian dengan cara memasang guarding pada clinker transport tersebut dan membatasi akses untuk masuk ke area tersebut. Terlebih material yang diangkut berupa clinker yang masih panas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
g. Mengoperasikan coal mill. Potensi dan faktor bahaya yang perlu diwaspadai dalam mengoperasikan coal mill adalah tumpahan atau ceceran B3 atau limbah B3, debu, dan gerakan atau putaran alat. Tumpahan atau ceceran B3 atau limbah B3 terutama sludge oil dapat menyebabkan kebakaran. Tidak lupa bahwa produk dari coal mill adalah batu bara halus, jadi potensi bahaya kebakaran di coal mill sangat tinggi. Terlebih di area coal mill banyak kegiatan pengelasan yang mana jika tidak dikendalikan akan menjadi trigger atau pemicu terjadinya kebakaran. Maka dari itu, setiap dilakukan kegiatan pengelasan di area coal mill, Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban melakukan siaga sebagai upaya penceggahan kebakaran. Salah satu upaya pencegahan kebakaran adalah isolasi dengan cara membasahi area kerja di sekitar kegiatan pengelasan yang banyak terdapat ceceran batu bara. Perlu diingat bahwa tanpa adanya pemicu pun batu bara dapat menyala sendiri dikarenakan batu bara mempunyai titik nyala atau flash point yang rendah. Maka dari itu, area coal mill menjadi tempat yang rawan terjadi kebakaran. Batu bara halus juga menjadi ancaman tersendiri bagi lingkungan dan kesehatan. Maka dari itu, dilakukan upaya pengendalian guna mencegah terjadinya pencemaran udara. Selain itu, di area coal mill juga banyak terdapat alat transportasi material coal mill yang mengangkut batu bara, berupa belt conveyor commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
yang mana mengandung potensi bahaya terjepit dari gerakan atau putaran belt conveyor tersebut, sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian dengan cara pemasangan guarding disekitar alat yang berputar termasuk motor penggerak yang ada di area coal mill. h. Bongkar pasang batu tahan api atau brick dan castable. Tingkat risiko dari beberapa aspek dan dampak yang teridentifikasi pada kegiatan atau pekerjaan bongkar pasang batu tahan api atau brick dan castable adalah rendah. Akan tetapi, untuk emisi debu dan gas buang
alat
angkut
perlu
diperhatikan.
Dalam
melakukan
pembongkaran batu brick banyak menghasilkan debu yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan iritasi pada mata. Maka dari itu, operator harus bekerja sesuai dengan prosedur dan melengkapi Alat pelindung Diri (APD) yang dipersyaratkan dalam melakukan pekerjaannya. 8. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) tenaga kerja kontraktor di unit pembakaran dan pendinginan PT. semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban. a. Pembersihan jalan all area pabrik Tuban. Faktor bahaya yang perlu diperhatikan bagi petugas kebersihan saat melakukan kegiatan pembersihan jalan di area pabrik adalah debu, karena debu adalah material utama yang harus dibersihkan. Dalam kegiatan membersihkan debu alat yang digunakan adalah sapu dan sekop. Ketika melakukan kegiatan pembersihan, tentunya banyak debu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
yang berhamburan. Maka dari itu, petugas kebersihan harus menggunakan alat pelindung pernapasan saat bekerja dan jika memungkinkan menggunakan safety glass. Sedangkan potensi bahaya yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ini adalah kejatuhan benda atau material dari atas yang dapat mengakibatkan cidera kepala atau tubuh. Maka dari itu, penting bagi petugas kebersihan untuk memahami area kerja terutama pada tempat-tampat di bawah belt conveyor maupun saat melakukan pembersihan di mana di atas atau di bawahnya sedang ada kegiatan lain. b. Membuat kantongan di lantai 5 preheater 442 PH 2 Tuban 2. Pekerjaan pembuatan kantongan ini banyak mengandung risiko. Kantongan dibuat ketika ditemukan redspot pada preheater yang jika tidak segera ditangani akan menimbulkan bahaya semburan atau lelehan debu panas. Dalam membuat kantongan aspek bahaya dengan tingkat risiko berlebihan adalah tersengat listrik dari trafo las yang digunakan. Sedangkan aspek bahaya dengan tingkat risiko tinggi adalah material panas yang dapat menyebabkan luka bakar, tempat ketinggian, kejatuhan benda atau tumpahan material dari atas, dan terjepit alat gerak dalam hal ini adalah katrol tambang. Material berupa debu panas perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan ini, karena lokasi yang berada di lantai lima dekat dengan inlet kiln yang berada di lantai 2 dan suhu di dalamnya sangat tinggi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
kurang lebih 800oC. Perlu diingat bahwa dalam preheater semakin ke bawah mendekati inlet kiln, suhunya semakin tinggi. Tenaga kerja harus memakai safety belt ketika bekerja di ketinggian. Akan tetapi, walaupun tenaga kerja sudah dilengkapi dengan safety belt, terkadang tenaga kerja tidak memakainya dengan baik dan benar. Sering ditemukan tenaga kerja tidak mengkaitkan safety belt yang dikenakannya saat bekerja. Alasan mereka melakukan hal tersebut adalah, mereka merasa terganggu jika harus selalu memindahkan kait safety belt yang dikenakannya. Mereka merasa safety belt justru mengganggu akses atau keleluasaan gerakan mereka saat bekerja. Padahal safety belt melindungi mereka dari risiko yang berlebih ketika kecelakaan terjadi. Walaupun safety belt sudah tidak direkomendasikan lagi sebagai Alat Pelindung Diri (APD) dikarenakan dapat menyebabkan patah tulang belakang jika tenaga kerja terjatuh, namun masih banyak digunakan dikarenakan full body harness yang dimiliki masih dalam jumlah yang tebatas. c. Tambal TAD SLC 443 PH 1 Tuban 3. Membuat tambalan hampir sama dengan membuat kantongan. Hanya saja tambalan dibuat ketika kondisi redspot dinilai belum begitu parah sehingga tidak perlu dicor, hanya menggunakan plat besi. Potensi bahaya yang perlu diperhatikan adalah material panas dari Tertiary Air Duct (TAD) Separate Line Calciner (SLC) itu sendiri yang dapat membuat kulit melepuh. Maka dari itu, tenaga kerja harus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
menggunakan sarung tangan ketika bekerja. Selain material panas, aspek yang berdampak pada keselamatan dan kesehatan adalah ketinggian, kejatuhan material, dan tersengat arus listrik. d. Feeding BBA sekam di kiln 463 BC 7. Sebagai upaya efisiensi bahan bakar, maka PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban memanfaatkan sekam sebagai bahan bakar alternatif. Dalam kegiatan feeding bahan bakar alternatif sekam ini, potensi bahaya tertinggi adalah terjatuh dari ketinggian, terjepit alat tranportasi material dalah hal ini belt conveyor, dan tertabrak wheel loader. Hal yang masih belum begitu mendapat perhatian dalam keselamatan kerja adalah jalur alat transportasi seperti dump truck, wheel loader, mobile crane, forklift, mobil karyawan, dan sebagainya yang belum dibuat dan dirancang dengan baik sehingga berpotensi terjadi tabrakan antara alat tranportasi satu dengan yang lain. Hal ini juga belum disertai dengan pengawasan dan pengamanan yang baik pada kegiatan yang melibatkan alat tranportasi terutama alat berat. Di samping itu, perlu adanya rambu-rambu lalu lintas dalam area pabrik yang menjadi petunjuk bagi pengendara atau operator alat berat. e. Loading sludge oil di 442 KL 1 Tuban 2. Slugde oil juga digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Lumpur oli dimasukkan dalam kantong-kantong yang kemudian di bawa ke hopper kiln untuk di bakar. Dalam proses loading sludge oil tersebut, potensi bahaya yang perlu diperhatikan adalah terjatuh dari ketinggian, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
kejatuhan material, terjepit atau tertimpa alat angkut dalam hal ini adalah forklift dan OH crane. Sedangkan faktor bahaya yang perlu diperhatikan adalah debu. f. Mengganti actuator cooler compartment 5 441 CC 1. Pekerjaan mengganti actuator cooler sangat berisiko terlebih kegiatan ini dilakukan saat proses pendinginan clinker masih berlangsung. Risiko berlebih yang membahayakan tenaga kerja adalah material panas berupa clinker yang masih membara yang dapat menyebabkan luka bakar, dan tersengat arus listrik dari trafo las dan gerinda yang digunakan. Sebelum memulai kegiatan, pastikan bahwa fan benar-benar sudah dimatikan atau dalam kondisi off agar tidak terjadi semburan dari material panas yang dapat menciderai tenaga kerja. Tidak lupa untuk memastikan bahwa kabel dan sambungan listrik dalam kondisi baik dan kedap air. Bising tidak teridentifikasi dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak (IPDK), padahal bising di area cooler ini sangat tinggi yang mana jika diabaikan dapat berakibat menimbulkan penurunan nilai ambang batas pendengaran tenaga kerja yang cukup berarti. g. Mengganti main gear 443 KL 1 dan potong kiln shell 443 KL 1 Tuban 3. Kegiatan penggantian main gear dan pemotongan kiln shell dilakukan saat proses pembakaran dan pendinginan tidak berlangsung. Tenaga kerja harus menggunakan masker atau respirator untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
menghindari paparan debu berlebih yang berasal dari sisa-sisa pembakaran dalam kiln. Posisi kiln mengharuskan tenaga kerja untuk bekerja di ketinggian. Penggunaan alat-alat listrik yang dalam hal ini adalah trafo las dan lampu penerang, selalu menjadi potensi bahaya dengan tingkat resiko berlebih jika tanaga kerja tersengat arus listrik. Operator OH crane dan rigger harus berpengalaman dan mempunyai Surat Ijin Operator (SIO), karena harus mengangkat dan mengangkut kiln shell yang sangat berat. Jika operator tidak bersertifikat dan tidak memiliki
kompetensi
mengoperasikan
OH
crane maka
akan
membahayakan tenaga kerja lain disekitarnya karena benda yang diangkat bisa terjatuh dan crane bisa membentur konstruksi bangunan yang berada di sekitarnya. h. Memasang blower cooling shell kiln Tuban 2. Blower digunakan untuk menghisap atau mengurangi udara panas pada kiln shell. Di samping itu juga bertujuan untuk mengurangi panas di lingkungan sekitar kiln. Blower terletak berjajar di samping kanan kiri sebelah bawah kiln. Oleh karena letaknya yang dekat dengan kiln maka tenaga kerja diharuskan untuk bekerja di ketinggian dan terpapar radiasi dan udara panas dari kiln. Bising kembali tidak teridentifikasi dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak (IPDK), padahal bising di area blower dan kiln ini cukup tinggi. Bahaya tersengat listrik hampir ada pada setiap kegiatan, dengan tingkat risiko berlebih. Perlu diperhatikan juga lintasan mobile crane, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
harus bebas dari adanya tenaga kerja atau orang lain yang berada di bawahnya. i. Menambal cyclone redspot 443 PH 1 lantai 6 dan lantai 11 Tuban 3. Potensi bahaya yang perlu diwaspadai pada kegiatan menambal redspot yang ditemukan di dinding cyclone adalah bahaya material berupa debu panas yang diproses dalam cyclone tersebut. Semburan debu panas dapat menyebabkan luka bakar yang serius. Potensi terjatuh dari ketinggian juga menjadi bahaya tersendiri dari kegiatan ini, mengingat konstruksi bangunan dari preheater sangat tinggi. Kejatuhan benda atau tumpahan material dari atas juga membahayakan tenaga kerja. Terlebih oleh tumpukan debu yang dibiarkan dan tidak segera dibuang setelah melakukan kegiatan pembersihan di area tersebut, dapat jatuh sewaktu-waktu. Disamping itu, percikan api dari las listrik yang digunakan berpotensi menyebabkan kebakaran dan sengatan listrik yang dapat membahayakan tenaga kerja. j. Perbaikan rekondisi lift 443 EL 1 Tuban 3. Kondisi lift di Tuban 3 cukup tidak aman bagi pengguna, karena selain tidak berpintu, terkadang juga macet secara mendadak. Sehingga upaya rekondisi perlu dilakukan. Potensi bahaya dalam kegiatan rekondisi lift adalah terjatuh dari ketinggian, kejatuhan benda atau material dari atas, terjepit lift, dan tersengat listrik dari peralatan (gerinda) yang digunakan. Sedangkan faktor bahaya yang perlu diperhatikan adalah debu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
k. Tembus inlet kiln dan hammer cooler 441 KL 1 Tuban 1. Tembus inlet kiln dan hammer cooler dilakukan ketika terjadi penyumbatan pada kedua tempat tersebut oleh material yang dapat mengganggu berlangsungnya proses produksi. Potensi bahaya dengan tingkat risiko berlebih pada kegiatan tembus inlet kiln dan hammer cooler adalah semburan material berupa debu panas saat tembus dilakukan dan sengatan listrik akibat dari penggunaan woma pump terutama saat memasang power woma pump. Saat melakukan tembus, tenaga kerja atau operator yang melakukan penembusan tidak boleh berada tepat di depan hole dan tenaga kerja yang melakukan penembusan harus menggunakan baju tahan panas untuk melindungi diri dari semburan debu panas yang keluar. Potensi bahaya lain adalah terjatuh dari ketinggian, sehingga tenaga kerja harus berdiri pada posisi yang aman dan menggunakan body harness bila perlu. Tenaga kerja yang melakukan penembusan harus tenaga kerja yang berpengalaman menggunakan woma pump agar tidak menciderai diri sendiri maupun tenaga kerja lain. Tenaga kerja diharapkan bekerja sesuai dengan prosedur kerja aman agar tidak terjadi kecelakaan kerja. 9. Tindak lanjut dari IPDK yang telah dilakukan guna mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pelaksanaan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban belum optimal, terlebih untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) tenaga kerja kontraktor. Kendala yang dihadapi terutama pada masalah pengendalian risiko yang telah disusun belum dapat dilaksanakan dengan maksimal. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa aspek sebagai berikut : a. Biaya (cost) Biaya menjadi faktor utama dalam sebuah upaya pengendalian risiko. Ketika biaya yang dimiliki tidak cukup mendukung, maka pelaksanaan dari pengendalian risiko yang telah direncanakan tersebut akan tersendat seiring dengan kurangnya dukungan finansial. Maka dari
itu,
kuatnya
komitmen
perusahaan
terhadap
penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat diperlukan guna mendukung pelaksanaan upaya pengendalian risiko. b. Manusia (humanity) Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam suksesnya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Ketika pengetahuan dan kesadaran tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dari sumber daya manusia di perusahaan sudah baik, maka kebutuhan akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan timbul dengan sendirinya dari masing-masing individu. Hal ini sudah barang tentu akan memudahkan penerapan pengendalian risiko di perusahaan. Jumlah anggota Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) yang tebatas, merasa kualahan dalam menangani masalah Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) seluruh area pabrik Tuban. Maka dari itu, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
sangat diperlukan upaya sosialisasi terkait pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kepada seluruh tenaga kerja PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban sehingga budaya keselamatan dapat melekat erat pada diri masing-masing individu. c. Hukum (law) Kekuatan dari kebijakan dan peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban terkadang
masih
belum
terlalu
dianggap
penting.
Penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan yang bersifat mandatori ini sering kali diabaikan. Padahal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah hal penting yang menyangkut kelangsungan hidup perusahaan dan keselamatan serta kesehatan tenaga kerja. Menyadari hal ini, Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban berusaha dengan keras dalam upaya menegakkan peraturan-peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di seluruh Pabrik Tuban. Evaluasi terhadap sarana pengendalian risiko di tempat kerja perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengendalian risiko yang telah diimplementasikan dapat mengurangi atau mengendalikan risiko yang telah dinilai sebelumnya. Evalusi dapat dilakukan dengan cara mengulangi proses Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) sehingga dapat diketahui sejauh mana keefektifan pengendalian risiko yang telah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
dilakukan serta dapat membuat perencanaan pengendalian lebih lanjut terhadap risiko yang selama ini belum dapat dikendalikan dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI
A. Simpulan 1. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan memuat identifikasi aspek (potensi dan faktor bahaya) yang ada di unit pembakaran dan pendinginan, dampak atau risiko yang ditimbulkan, penilaian risiko, dan pengendalian risiko yang dilakukan oleh perusahaan. 2. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor terdapat pada formulir laporan wawancara kontraktor atau pengunjung yang memuat identifikasi aspek (potensi dan faktor bahaya), dampak atau risiko yang ditimbulkan, penilaian risiko, dan pengendalian risiko yang harus dilakukan kontraktor sebagai upaya untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja saat melakukan sebuah kegiatan atau pekerjaan di unit pembakaran dan pendinginan. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor merupakan bukti dimana keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja kontraktor yang bekerja di PT. Semen Gresiko (Persero) Tbk. telah terjamin. 3. Tindak lanjut dari pelaksanaan Identifikasi dan Penialaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang telah dilakukan guna mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja belum maksimal terutama dalam commit to user 132
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
pelaksanaan upaya pengendalian risiko. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu biaya (cost), manusia (humanity), dan hukum (law).
B. Saran 1. Sebaiknya tenaga kerja unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban yang menemukan kondisi maupun tindakan tidak aman di area kerjanya segera melaporkan hal tersebut pada Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban untuk ditindaklanjuti. Sebagai contoh dalam safety talk yang diadakan di bengkel listrik, ada keluhan dari tenaga kerja yang menyatakan bahwa ada tumpukan material debu yang menghalangi akses untuk masuk ke area kerja yang mengandung potensi bahaya longsor. Akan tetapi, hal tersebut tidak segera disampaikan pada Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3), melainkan menunggu Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) melakukan safety talk di unit kerja tersebut. 2. Saran untuk pelaksanaan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor adalah sebagai berikut : a. Sebaiknya safety officer pihak kontraktor menyampaikan hasil Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor secara menyeluruh kepada tenaga kerja yang dipekerjakannya, sehingga dapat bekerja sesuai dengan prosedur kerja aman. b. Sebaiknya setiap pekerjaan atau kegiatan perbaikan dan pembersihan yang sering dilakukan oleh tenaga kerja kontraktor dibuat Job Safety commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
Analisys (JSA) agar Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor dapat dilakukan lebih detail dalam setiap tahapan proses kerja yang akan dilakukan. c. Sebaiknya safety officer Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) lebih teliti dalam melakukan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor agar tidak ada aspek bahaya yang terlewatkan, sebagai contoh aspek bising pada pekerjaan mengganti actuator cooler compartment 5 441 CC 1 tidak teridentifikasi d. Sebaiknya Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban meningkatkan pengawasan terhadap
tenaga
kerja
kontraktor
untuk
menurunkan
tingkat
pelanggaran terkait tindakan tidak aman yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja yang masih sering dilakukan. 3. Saran untuk tindak lanjut dari IPDK yang telah dilakukan guna mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut : a. Sebaiknya evaluasi terhadap Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit kerja secara periodik setiap satu tahun sekali benar-benar dilaksanakan oleh setiap unit kerja seperti yang tetuang dalam prosedur Identifikasi dan Penilaian dampak Kegiatan (IPDK) untuk mengetahui keefektifan pengendalian risiko yang telah diiplementasikan dan untuk mengetahui sumber bahaya baru yang ditemukan di setiap unit kerja. Evaluasi secara periodik terhadap Identifikasi
dan
Penilaian Dampak commit to user
Kegiatan
(IPDK)
belum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
dilaksanakan dengan maksimal oleh setiap unit kerja. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang dimiliki oleh Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban belum berubah sejak beberapa tahun yang lalu. Sebaiknya setiap kali dilakukan evaluasi diberi waktu pelaksanaan evaluasi dan ditandatangi serta diserahkan kepada pihak-pihak yang bersangkutan. b. Sebaiknya
manajemen
PT.
Semen
Gresik
(Persero)
Tbk.
memperhatikan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban karena jika terjadi kecelakaan atau penyakit akibat kerja baik yang menimpa tenaga kerja PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban maupun tenaga kerja kontraktor akan jelas siapa yang wajib bertanggung jawab. c. Sebaiknya Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban menanamkan safety behavior pada seluruh stakeholders di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban sehingga pengetahuan dan kesadaran akan bahaya melekat erat pada diri masing-masing individu sebagai upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. d. Sebaiknya personil Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. menunjukkan betapa pentingnya masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kepada manajemen dan tenaga kerja dengan cara menunjukkan keuntungan yang didapat oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
perusahaan dan tenaga kerja ketika Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) sudah diimplementasikan dengan baik.
C. Implikasi Unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban merupakan unit terpenting dalam proses produksi untuk menentukan kualitas semen yang dihasilkan. Proses produksi di unit pembakaran dan pendinginan tentunya tidak lepas dari potensi dan faktor bahaya yang mana potensi dan faktor bahaya tersebut perlu diidentifikasi dan dikendalikan sebagai upaya untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja sehingga risiko dapat ditekan seminimal mungkin. Salah satu upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah dengan melakukan Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control (HIRARC). Maka dari itu, PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. membuat prosedur Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan yang disingkat dengan IPDK sebagai bentuk penerapan Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control (HIRARC) di perusahaan. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) diperuntukkan untuk setiap unit kerja di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. dan sistem ijin kerja dalam wawancara kontraktor. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan memuat identifikasi aspek (potensi dan faktor bahaya) yang ada di unit pembakaran dan pendinginan, dampak atau risiko yang ditimbulkan, penilaian risiko, dan pengendalian risiko yang dilakukan di unit tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan digunakan sebagai acuan dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor di unit tersebut. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang dilakukan oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban cukup berhasil untuk meminimalisasi angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja, walaupun masih banyak kekurangan yang pada umumnya disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
DAFTAR PUSTAKA
Departermen Tenaga Kerja RI. 1996. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Depnaker RI. .1998. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan. Jakarta : Depnaker RI. . 1999. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/1999 tentang Syarat-Syarat K3 Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang. Jakarta : Depnaker RI. .. 1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/MEN/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja. Jakarta : Depnaker RI. . 2010. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. Jakarta : Depnakertrans RI. Indah, L dan Yusuf, E (ed). 2005. Himpunan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Indonesia : PortalK3.com. OHSAS 18001. 2007. Occupational Health and Safety Management SystemsRequirements. Soehatman, R. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Resiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. Jakarta : Dian Rakyat, p : 84, 92, pp : 52-57, 65-76, 104-110. Handoko, R. 2009. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press. Suma’mur, 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung Seto, pp : 1-2. Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ”Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja”. Surakarta : CV. Harapan Press, p : 2, 169, pp : 4-15, 22-23, 171-177. Zulmiar, Y. 2005. Himpunan Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja. Indonesia : Lembaga ASEAN Oshnet. commit to user