LAPORAN EKSEKUTIF PENGKAJIAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PADA PENDIDIKAN NON FORMAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN
PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDIDIKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010
1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 26, pendidikan non formal (PNF) adalah pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Salah satu program PNF yang berperan sebagai pengganti adalah Pendidikan Kesetaraan. Di Indonesia, program PNF pendidikan kesetaraan ditekankan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional. Selanjutnya, melalui proses penyetaraan, lulusan PNF dihargai setara dengan pendidikan formal. Selain akses, peningkatan mutu juga menjadi prioritas PNFI. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai program peningkatan, peningkatan kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) dirasakan belum optimal terutama dalam upaya peningkatan mutu. Dilatarbelakangi permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi berbagai kompetensi para PTK pendidikan kesetaraan saat ini maupun kompentensi yang diperlukan sesuai dengan standar yang ditetapkan. B. Rumusan Masalah
Pendidik memegang kunci mutu pendidikan, namun sampai saat ini belum banyak informasi tentang kualitas pendidik. Untuk itu diperlukan penelitian mendalam yang mampu memberikan informasi baik tentang kompentensi PTK saat ini maupun yang diperlukan sebagaimana tuntutan standar yang telah ditetapkan. C. Tujuan Tujuan umum studi ini menyiapkan bahan rumusan kebijakan dalam rangka memberikan masukan terkait dengan kebutuhan pelatihan bagi para PTKPNF dalam upaya meningkatkan kompetensi mereka agar dapat
2
melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal. Secara khusus tujuan studi ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi tentang: (1) tingkat kompetensi PTKPNF saat ini; (2) tingkat pengetahuan PTKPNF tentang SNP saat ini; (3) faktor-faktor yang erat kaitannya dengan tingkat kompetensi PTKPNF saat ini; (4) tingkat kompetensi yang dibutuhkan PTKPNF agar mereka dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal.
D. Lingkup Lingkup penelitian ini meliputi program Paket A dan program Paket B. Pendidik adalah tutor program Paket A dan Paket B yang tidak merangkap sebagai guru di sekolah dan pamong belajar kelompok kerja (pokja) pendidikan kesetaraan di P2PNFI dan BPPNFI, BPKB, dan SKB. Tenaga Kependidikan meliputi pengelola kelompok belajar Paket A dan Paket B serta Penilik PLS.
II.
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidik dan Tenaga Kependidikan Non Formal (PTK-PNF) PNF sering dikaitkan dengan pendidikan seumur hidup dimana secara konseptual di banyak negara dikenal sebagai pendidikan untuk orang dewasa (adult learner) sebagai bagian dari konsep pemberdayaan masyarakat sipil (civil society). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PNF telah tumbuh sebagai institusi yang berbeda dengan persekolahan konvensional, namun mengklaim
bahwa
lulusannya
sama
dengan
lulusan
persekolahan
konvensional. Di Indonesia, PNF adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang dan berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik baik akademik dan ketrampilan fungsional. Peran PTK merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan akses dan mutu PNF.
3
B. Mutu Pendidikan Dalam dokumen Education for All (EFA) global monitoring report, UNESCO (2005) menggarisbawahi bahwa capaian dari partisipasi universal dalam pendidikan secara fundamental tergantung pada kualitas pendidikan. Definisi kualitas pendidikan yang dirumuskan oleh UNESCO (2005) mengalami perkembangan. Pada deklarasi pendidikan untuk semua (EFA) tahun 1990an, UNESCO belum memiliki definisi yang jelas mengenai kualitas pendidikan. Pengertian lebih jelas, nampak dalam Kerangka Aksi Dakar (the Dakar Framework for Action), berikutnya pada dokumen Learning to Be: The World of Education Today and Tomorrow, berikutnya dokumen Learning: The Treasure Within, dan akhirnya pada Table on Quality of Education di Paris pada tahun 2003, UNESCO menetapkan akses terhadap kualitas pendidikan sebagai hak azazi manusia (Pigozzi, 2004 dalam UNESCO, 2005). Pengertian mutu juga didefinisikan sebagai human capital, pendidikan merupakan unsur yang memainkan peranan penting dan signifikan dalam pertumbuhan ekonomi, sehingga pengeluaran pendidikan diperhitungkan sebagai bentuk investasi (Olanivan & Okemakinde, 2008). Konsep pendidikan sebagai human capital memiliki kaitan erat dengan konsep efektivitas dan peningkatan sekolah.
Hargreaves (2001) mencoba mengintegrasikan konsep-konsep
tersebut menjadi sebuah konsep model yang memiliki empat master konsep yaitu: outcome, leverage, modal intelectual, dan modal sosial. Berdasarkan diskusi tersebut, terdapat dua konsep mutu pendidikan yang berbeda, antara perumusan UNESCO dan perumusan teori human kapital yang cenderung digunakan oleh Bank Dunia dalam mendefinisikan mutu pendidikan. Namun demikian pada dasarnya dalam implementasinya saling menunjang, dimana mutu pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kehidupannya baik secara ekonomi maupun hakekat kehidupan manusia.
4
III. METODE PENELITIAN Pendekatan dalam penelitian ini meliputi kualitatif dan kuantitatif. Pemilihan sampel provinsi dilakukan secara purposive, dengan kriteria provinsi tersebut adalah lokasi P2PNFI atau BPPNFI atau provinsi binaan P2PNFI atau BPPNFI yang memiliki BPKB. Jumlah sampel provinsi sebanyak 8: Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku. Selanjutnya, pada setiap provinsi sampel diambil 1 kabupaten dan 1 kota. Kriteria Kabupaten/kota pilihan pertama adalah lokasi P2PNFI atau BPPNFI atau BPKB. Pemilihan kabupaten/kota kedua menggunakan kriteria sebagai daerah
yang menjadi
ujicoba KTSP
sehingga
diperkirakan
sudah
menggunakan KTSP. Data dianalisis secara deskriptif untuk menjawab tujuan penelitian. Seperti telah diuraikan, data dalam studi ini terdiri atas tiga jenis data, yaitu data kualitatif yang diambil melalui wawancara mendalam, data kuantitatif yang dikumpulkan melalui pengisian kuesioner dan tes. Selanjutnya baik data kualitatif maupun kuantitatif dianalisis secara deskriptif sebagai temuan penelitian yang dipakai untuk merumuskan saran kebijakan.
IV. TEMUAN DAN DISKUSI A.Tingkat kompetensi PTKPNF 1. Tutor Paket A dan Tutor Paket B Nilai terendah yang dicapai oleh Tutor Paket A dan Tutor Paket B adalah kompetensi pedagogik dan tertinggi untuk kompetensi kepribadian (Lihat gambar 1 dan 2). Kompetensi professional Tutor Paket A dan Tutor Paket B masih rendah, rerata nilai yang dicapai sebesar 40 dan 50,7 dari 100. Hal itu mencerminkan bahwa program kesetaraan dilakukan seadanya, yang penting adalah program yang direncanakan dapat dilaksanakan meskipun dengan
berbagai
keterbatasan,
termasuk
keterbatasan
kompetensi
penguasaan substansi.
5
Gambar 1. Nilai Rerata Kompetensi Tutor Paket
Kriteria penilaian tampak pada Tabel 1. Rendahnya nilai kompetensi pedagogik kemungkinan disebabkan oleh tingkat pendidikan Tutor Paket A yang hanya SMA (29 persen dari responden yang diwawancarai) dan Tutor Paket B yang D3 (sebanyak 24 persen responden yang diwawancarai) sehingga tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang pedagogik dan kurangnya pelatihan dengan materi pedagogik. Di antara tutor Paket A cukup banyak yang sudah memperoleh pelatihan, tetapi pelatihan yang mereka terima tidak selalu spesifik terkait langsung dengan pendidikan kesetaraan Paket A, melainkan materi pendidikan non formal.
Gambar 2. Nilai Rerata Kompetensi Tutor Paket B
6
Tabel 1. Kriteria Penilaian dan Kategori Nilai Rerata Tutor Paket A dan Tutor Paket B No.
Kompetensi
Mata Pelajaran
1.
Profesional
PKn
Belum kompeten
Bhs.Indonesia
Belum kompeten
Nilai
Kategori
Tutor Paket A
Matematika ≥ 80 IPA
2.
Pedagogik
Kompet en
Belum kompet en
Tutor Paket B
Belum kompeten Belum kompeten
IPS
Belum kompeten
Bhs.Inggris
Belum kompeten ≥ 80
Kompet en
Belum kompet en
Belum kompeten
7
3.
Kepribadian
< 25
Rendah
≥ 25 - Sedang 75
4.
Sosial
≥ 76
Tinggi
< 25
Rendah
≥ 25 - Sedang 75 ≥ 76
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Tinggi
Mengacu ke kriteria, maka hanya 5,88 persen tutor Paket A yang kompeten. Di antara 5,88 persen tersebut sebanyak 4,90 persen untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dan 0,98 persen untuk pelajaran IPS (lihat Tabel 2). Proporsi Tutor Paket B yang kompeten sebanyak 23,94 persen tutor Paket B yang kompeten (lihat Tabel 2). Di antara 23,94 persen, sebanyak 10,34 persen kompeten dalam pelajaran PKn, 4,90 persen kompeten dalam pelajaran Bahasa Indonesia, dan 8,70 persen kompeten dalam pelajaran Matematika. Berdasarkan hasil tes tersebut, maka kompetensi Tutor Paket A dan Paket B dalam penguasaan materi mata pelajaran serta pedagogik perlu ditingkatkan. Selain itu perlu diupayakan untuk meningkatkan tingkat pendidikan Tutor Paket A minimal D2 dan Tutor Paket B minimal D3.
2. Pamong Belajar Hasil tes ini bukan menggambarkan 4 kompetensi, namun merupakan pengetahuan tentang 4 kompetensi. Gambaran kompetensi pedagogic tutor yang dinilai dengan tes baru sebatas pengetahuan pedagogic belum pada kemampuan pedagogiknya. Kriteria penilaian tampak pada Tabel 4, sedangkan nilainya dapat dilihat pada Tabel 6.
8
Tabel 2. Sebaran Nilai Tutor Paket A untuk 5 Mata Pelajaran
Kisaran Nilai
PKn Jumlah % (org) 13 12,75 44 43,14 40 39,22 5 4,90 0 0 102 100
0-20 21- 40 41- 60 61-79 80-100 Jumlah
MATA PELAJARAN Bahasa Indonesia Matematika IPA Jumlah Jumlah Jumlah % % % (org) (org) (org) 15 14,71 39 38,24 20 19,61 7 6,86 48 47,06 39 38,24 39 38,24 10 9,80 33 32,35 36 35,29 5 4,90 10 9,80 5 4,90 0 0 0 0 102 100 102 100 102 100
IPS Jumlah % (org) 23 22,55 25 24,51 38 37,25 15 14,71 1 0,98 102 100
Tabel 3. Sebaran Nilai Tutor Paket B untuk 5 Mata Pelajaran
MATA PELAJARAN Kisaran Nilai
PKn
Bahasa Indonesia Jumlah Persentase (org) 15 14,71
Matematika Jumlah Persentase (org) 1 4,35
0-20
Jumlah (org) 1
21-40
4
13,79
7
6,86
11
47,83
41-60
10
34,48
39
38,24
5
61-79
11
37,93
36
35,29
80-100
3
10,34
5
29
100
102
Persentase 3,45
IPA Jumlah (org) 0
IPS
Bahasa Inggris Jumlah Persentase (org) 0 0
0
Jumlah (org) 0
13
54,17
7
29,17
5
20,83
21,74
10
41,67
14
58,33
10
58,33
4
17,39
1
4,17
3
12,50
8
33,33
4,90
2
8,70
0
0
0
0
0
0
100
23
100
24
100
102
100
24
100
Persentase
Persentase 0
9
Tabel 4. Kriteria Nilai Kompetensi Kepribadian, dan Sosial Pamong Belajar No.
Nilai
Kategori
1.
- 1,67
Rendah
2.
> 1,67 – 2,33
Sedang
3.
> 2,33 - 3
Tinggi
Profesional,
Pedagogik,
Tabel 6. Rerata Nilai Kompetensi Pamong Belajar Kompetensi No. Lembaga Profesional Pedagogik Kepribadian Sosial R
S
T
R
S
T
R
S
T
R S T
1.
P2PNFI
√
√
√
√
2.
BPPNFI
√
√
√
√
3.
BPKB
√
√
√
√
4.
SKB
√
√
√
√
R : rendah S : sedang T : Tinggi Gambar 3. Persentase Frekuensi Nilai Kompetensi Professional Pamong Belajar
10
Rerata kompetensi professional pamong belajar adalah tinggi. Kompetensi professional Pamong belajar dengan frekuensi tertinggi (73,02 persen) adalah untuk kelompok nilai tinggi dicapai oleh Pamong Belajar SKB (lihat Gambar 3). Hal ini kemungkinan disebabkan pamong belajar SKB melaksanakan tugas keprofesian dengan frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan Pamong belajar di P3PNFI dan BPPNFI serta BPKB. Hal itu cenderung disebabkan oleh adanya permasalahan terkait dengan tugas pokok
dan
fungsi
(tupoksi)
mereka
masing-masing.
Berdasarkan
Permenpan No.15 tahun 2010 tentang Angka Kredit Jabatan Fungsional Pamong Belajar, tugas Pamong belajar adalah i) pembelajaran;
ii)
melaksanakan pembimbingan;
Melaksanakan
iii) Melaksanakan
pelatihan; iv) Mengelola program PNF ; dan v) Mengembangkan model. Namun kenyataan di lapangan porsi melaksanakan tugas tertentu berbeda antara pamong belajar P2PNFI dan BPPNFI, BPKB, serta SKB. Sebagai contoh tugas melaksanakan pengembangan model penyelenggaraan pendidikan non formal dan informal, untuk ini Pamong belajar di P2PNFI dan BPPNFI memiliki porsi yang besar, sementara Pamong belajar di SKB tidak melakukannya sama sekali. Rerata kompetensi pedagogic pamong belajar di P2PNFI, BPPNFI, dan BPKB termasuk kategori sedang dan untuk pamong SKB adalah tinggi. Pada Gambar 4 tampak bahwa kelompok nilai tinggi, frekuensi tertinggi (87,3 persen) dicapai oleh Pamong belajar di SKB dan frekuensi terendah (48,39 persen) oleh Pamong Belajar P2PNFI dan BPPNFI. Kondisi demikian adalah wajar, mengingat pamong belajar SKB lebih banyak melakukan pembelajaran di kelompok belajar dibandingkan dengan Pamong belajar P2PNFI, BPPNFI, dan BPKB. Pembelajaran dilakukan Pamong belajar SKB dalam kerangka sebagai penyelenggara di kelompok belajar. Sebagai penyelenggara yang sering menghadapi permasalahan kesulitan mencari Tutor, juga menjadi hal yang biasa jika penyelenggara juga merangkap sebagai tutor. Dengan seringnya melakukan
11
pembelajaran adalah dimungkinkan jika pamong belajar memiliki wawasan pengetahuan tentang pedagogic yang cukup luas.
Gambar 4. Persentase Frekuensi Nilai Kompetensi Pedagogik Pamong Belajar
Rerata nilai kompetensi sosial pamong belajar adalah tinggi. Pada Gambar 5 tampak bahwa untuk kelompok nilai tinggi, frekuensi tertinggi (90,91 persen) dicapai oleh Pamong Belajar BPKB dan frekuensi terendah (78,55) persen dicapai oleh Pamong Belajar P2PNFI dan BPPNFI. Secara umum dapat dikatakan bahwa kompetensi sosial Pamong Belajar P2PNFI, BPKB, dan SKB baik.
Gambar 5. Persentase Frekuensi Nilai Kompetensi Sosial Pamong Belajar
12
Rerata nilai kompetensi kepribadian
pamong belajar adalah
tinggi. Tampak pada Gambar 6 bahwa kompetensi kepribadian Pamong Belajar P2PNFI, BPPNFI, BPKB, dan SKB secara umum baik ditunjukkan oleh tingginya persentase Pamong Belajar yang memperoleh nilai tinggi.
Gambar 6. Persentase Frekuensi Nilai Kompetensi Kepribadian Pamong Belajar
Berdasarkan hasil tes tersebut maka kompetensi pedagogik pamong belajar P2PNFI, BPPNFI, dan BPKB yang belum mencapai nilai tinggi perlu ditingkatkan minimal sampai pada tingkat kompetensi yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing pamong belajar.
3. Pengelola Kelompok Belajar Tenaga kependidikan yang dites kompetensinya hanya pengelola kelompok belajar Paket A dan Paket B. Kompetensi yang dites adalah kompetensi kepribadian, sosial, dan manajerial. Rerata nilai kompetensi manajerial pengelola 30,13 dari 100. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan pengelola masih sangat rendah. Rendahnya kemampuan pengelola dapat disebabkan karena mereka menjadi pengelola bukan karena kompetensinya tetapi karena memiliki akses untuk menjadi pengelola. Dengan demikian hal yang wajar jika kompetensi pengelola tampak
13
seadanya saja. Kompetensi kepribadian dan sosial Pengelola termasuk tinggi. Pada Gambar 7 tampak bahwa persentase tertinggi yaitu 66,98 persen adalah untuk kelompok nilai 21 sampai dengan 39, persentase terendah sebesar 16,04 persen adalah untuk kelompok nilai 40 sampai dengan 60. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara umum kemampuan
pengelola
kelompok
belajar
masih
rendah.
Hal
ini
kemungkinan disebabkan oleh 78,6 persen pengelola kejar baru memiliki pengalaman mengelola paling lama 5 tahun, sementara yang telah mengelola kejar selama 11 sampai dengan 15 tahun hanya 3,6 persen.
Gambar 7. Persentase Frekuensi Kelompok Nilai Kompetensi Manajerial Pengelola Kelompok Belajar
Rerata nilai kompetensi kepribadian pengelola kelompok belajar adalah tinggi yaitu 87,40. Gambar 8 memperlihatkan frekuensi tertinggi untuk kelompok nilai yang ≥ 76. Dengan demikian dapat dikatakan kompetensi kepribadian pengelola adalah baik.
Gambar 8. Persentase Frekuensi Kelompok Nilai Kompetensi Kepribadian
Pengelola Kelompok Belajar
14
Rerata nilai kompetensi sosial pengelola kelompok belajar adalah tinggi yaitu 79,55. Gambar 9 memperlihatkan frekuensi tertinggi untuk kelompok nilai yang ≥ 76. Dengan demikian dapat dikatakan kompetensi sosial pengelola adalah baik. Gambar 9. Persentase Frekuensi Kelompok Nilai Kompetensi Sosial Pengelola Kelompok Belajar
Berdasarkan
hasil
tes
tersebut
perlu
diupayakan
untuk
meningkatkan kompetensi manajerial pengelola kelompok belajar Paket A dan Paket B dengan berbagai cara, diantaranya pelatihan, belajar dari sesama
pengelola
kelompok
belajar
lain
yang
berhasil.
15
SENYATANYA
SEHARUSNYA
Kebutuhan
Tutor Paket A Standar Isi
SKL
Standar Proses
Standar Penilaian
Sebagian sudah mengetahui KTSP, tapi belum membuat.
Pengetahuan Tutor tentang SKL masih kurang. Mereka mengetahui tentang SKL dari SD.
Tidak semua Tutor melaksanakan mempunyai RPP. penilaian oleh Bagi yang sudah pendidik, berupa memiliki formatnya ulangan harian, UTS, sesuai dengan dan ujian kenaikan Permendiknas No.3 tingkat atau ujian tahun 2008. semester. Penilaian oleh Pemerintah berupa Ujian Paket A. Ujian kelompok belajar setara dengan US tidak ada. Secara menyeluruh keterlaksanaannya belum konsisten, sistematik, dan terprogram.
SI
SKL
Standar Proses
Semua tutor mengetahui dan melaksanaka n KTSP, terutama yang sudah mendapatka n pelatihan.
Pengetahuan Tutor tentang SKL mencukupi dan mengetahui SKL bukan hanya dari pendidikan formal
semua Tutor mempunyai RPP yang formatnya sesuai dengan Permendiknas No.3 tahun 2008.
Mengetahui dan
Semua tutor memahami dan
Standar Penilaian Tutor melaksanaka n penilaian oleh pendidik, berupa ulangan harian, UTS, dan ujian kenaikan tingkat atau ujian semester dengan keterlaksanaa n yang konsisten, sistematik, dan terprogram.
SNP Pelatihan membuat KTSP. Magang di sekolah formal /PKBM percontohan untuk mendapat gambaran pelaksanaan KTSP Menerima materi sosialisasi SKL. Latihan membuat RPP dan melaksanakannya. Pelatihan membuat soal. Membentuk semacam MGMP untuk berdiskusi dalam membuat soal.
Tutor Paket B Sebagian sudah
Pengetahuan mereka masih
Tidak semua mempunyai RPP.
Penilaian oleh
Semua Tutor paket B
Penilaian Pelatihan membuat oleh pendidik
16
mengetahui KTSP, tapi belum membuat. Upaya yang dilakukan adalah melihat KTSP SMP
kurang, kebanyakan menggunakan modul. Mereka tidak bisa mempelajari SKL SMP karena yang diUNkan berbeda.
Bagi yang sudah memiliki formatnya sesuai dengan Permendiknas No.3 tahun 2008 dengan meniru RPP SMP.
Pemerintah berupa UN paket sudah sepenuhnya mengacu pada SKL, sedangkan di kelompok belajar masih menggunakan modul. Kurang paham Tutor melaksanakan tentang penilaian oleh pembelajaran tutorial pendidik, berupa dan mandiri ulangan harian, UTS, dan ujian kenaikan tingkat atau ujian semester namun belum dilaksanakan secara konsisten. Tidak dilakukan ujian kelompok belajar seperti US di sekolah.
mengetahui, memahami dan melaksanaka n KTSP. Bagi yang sudah ikut pelatihan KTSP seharusnya berbagi pengetahuan dengan tutor lainnya.
memahami SKL sebagai acuan UN paket B.
membuat RPP. Semua tutor memahami perbedaan belajar tatap muka, tutorial dan mandiri serta alokasinya
berupa ulangan harian UTS dan ujian kenaikan tingkat dilaksanakan secara konsisten dan berkala.
KTSP. Magang di sekolah formal /PKBM percontohan untuk mendapat gambaran pelaksanaan KTSP Menerima materi sosialisasi SKL. Latihan membuat RPP yang lebih focus pada bidang studi dan melaksanakannya. Pelatihan membuat soal. Membentuk semacam MGMP untuk berdiskusi dalam membuat soal.
PAMONG BELAJAR BPPNFI/P2PNFI Pamong belajar mengetahui tentang SI secara umum, dalam hal (i)
Pamong belajar mengetahui tentang SKL. Hal ini mengingat Pamong belajar tersebut
Pamong belajar mengetahui tentang Standar Proses dari pelatihan dan ada yang belajar sendiri.
Pamong belajar mengetahui tentang Standar Penilaian. Hal ini mengingat Pamong belajar memiliki kelompok
mengingat kelompok belajar tersebut memiliki kepentingan
Pamong belajar memahami tentang SKL.
Pamong belajar memahami tentang standar proses.
Pamong belajar memahami tentang Standar penilaian.
Meningkatk an kompetensi dalam membuat KTSP dan mempraktikkannya di kelompok belajar binaan.
17
KTSP, (ii) kerangka dasar dan struktur kurikulum, (iiI) beban belajar, (iv) kalender pendidkan bahkan Pamong belajar di BPPNFI menjadi pelatih KTSP.
memiliki kelompok belajar binaan, sebagai objek pengembangan model.
belajar binaan tempat pamong menerapkan standar tersebut
Meningkatk an pengetahuan tentang SKL, dengan cara antara lain proaktif mencari informasi dari pamong lainnya. Mencari informasi tentang berbagai hal terkait standar proses, misalnya RPP. Mengikuti pelatihan membuat soal sebagai bekal membina kelompok belajar.
terhadap Standar Penilaian karena memiliki kelompok belajar binaan.
PAMONG BELAJAR BPKB Pamong belajar mengetahui tentang SI secara umum, dalam hal (i) KTSP, (ii) kerangka dasar dan struktur
Pamong belajar yang memiliki kelompok belajar binaan mengetahui tentang SKL secara umum. Pamong belajar yang tidak memiliki
Pamong belajar mengetahui secara umum tentang Standar Proses, mengingat kelompok belajar tersebut memiliki kepentingan terhadap Standar Proses karena memiliki kelompok
Sebagian pamong belajar mengetahui secara umum tentang Standar Penilaian, terutama mereka yang aktif terlibat dalam keompok belajar binaan.
Pamong mengingat kelompok belajar tersebut memiliki kepentingan terhadap Standar Penilaian
Pamong belajar memahami tentang SKL dalam kaitannya dengan pelaksanaan UN paket untuk WB.
Semua p among belajar memahami standar proses terutama tentang pembuatan RPP.
Pamong belajar memahami tentang Standar penilaian.
Meningkatka n kompetensi dalam membuat KTSP dan mempraktikkannya di kelompok belajar binaan. Meningkatka n pengetahuan tentang SKL, dengan cara antara lain
18
kurikulum, (iiI) beban belajar, (iv) kalender pendidkan bahkan Pamong belajar di BPKB menjadi pelatih KTSP. Namun dalam pelatihan Pamong tidak mempraktikk an cara membuat KTSP
kelompok belajar binaan kurang mengetahui tentang SKL.
belajar binaan.
karena memiliki kelompok belajar binaan.
proaktif mencari informasi dari pamong lainnya. Mencari informasi tentang berbagai hal terkait standar proses, misalnya RPP. Mengikuti pelatihan membuat soal sebagai bekal membina kelompok belajar.
PAMONG BELAJAR SKB Pamong belajar mengetahui tentang SI secara lebih mendalam, terkait dengan (i) KTSP, (ii) kerangka dasar dan struktur kurikulum,
Pamong belajar mengetahui tentang SKL, mengingat pamong mempersiapkan warga belajar menghadapi UN paket.
Pamong belajar mengetahui secara lebih mendalam mengingat mereka mempraktekkannya di kelompok belajar binaan.
Pamong belajar mengetahui secara umum tentang Standar Penilaian , mengerti tentang penilaian oleh tutor dan pemerintah.
Pamong belajar memahami, mengembangka n dan memberikan pelatihan KTSP antara lain kepada tutor, pamong belajar lainnya.
Pamong belajar memahami tentang SKL karena mereka mempersiapka n WB untuk menghadapi UN paket.
Pamong belajar memiliki kemampuan membuat RPP untuk manjalankan PBM dan mengajarkan tutor lain.
Pamong belajar memahami tentang standar penilaian dan memiliki kemampuan mengembang kan soal.
19
Meningkatkan kompetensi dalam membuat KTSP dan mempraktikka nnya di kelompok belajar binaan. Meningkatkan pengetahuan tentang SKL, dengan cara
(iiI) beban belajar, (iv) kalender pendidikan. Pamong belajar di SKB menjadi tutor di kelompok belajar Paket A dan/B.
Pengelola kelompok belajar Paket A dan Paket B Hanya sedikit Mereka Hanya sedikit mengetahui mengetahui mengetahui tentang tentang KTSP, tentang SKL, standar proses, karena karena kalau ada karena mereka lebih mereka undangan banyak menyerahkan merasa KTSP sosialisasi yang kepada tutor. adalah sering datang tanggung adalah pengelola jawab tutor. untuk selanjutnya
antara lain proaktif mencari informasi dari pamong lainnya. Mencari informasi tentang berbagai hal terkait standar proses, misalnya RPP. Mengikuti pelatihan membuat soal sebagai bekal membina kelompok belajar.
Hanya sedikit mengetahui tentang standar penilaian, karena mereka lebih banyak menyerahkan kepada tutor.
Memahami standar Isi untuk mengarahkan tutor dalam melaksanakan PBM
Memahami SKL untuk ikut membantu mempersiapka n WB.
Memahami Standar proses untuk ikut membantu mempersiapkan WB.
Memahami standar penilaian sebagai bekal dalam mengevaluasi perkembanga n WB.
20
Belajar tentang SI dan standar proses, diantaranya dari tutor. Proaktiv mencari informasi tentang SKL. Meningkatkan
menginformasika n kepada tutor. Penilik PLS Sebagian besar tidak mengetahui tentang KTSP. Kalau ada yang tahu karena ada keinginan dan inisiatif sendiri.
Sebagian besar tidak mengetahui tentang SKL. Kalau ada yang tahu karena ada keinginan dan inisiatif sendiri.
kemampuan melakukan evaluasi. Sebagian besar tidak mengetahui tentang Standar Proses. Kalau ada yang tahu karena ada keinginan dan inisiatif sendiri.
Sebagian besar tidak mengetahui tentang Standar Penilaian. Kalau ada yang tahu karena ada keinginan dan inisiatif sendiri.
Sebagai Pembina/nara sumber kelompok belajar Penilik PLS mengetahui dan memahami tentang SI untuk memberikan pengarahan kepada tutor.
Sebagai Pembina/nara sumber kelompok belajar Penilik PLS mengetahui dan memahami tentang SKL untuk memberikan pengarahan kepada tutor dalam mempersiapka n WB ikut UN paket.
Sebagai Pembina/nara sumber kelompok belajar Penilik PLS mengetahui dan memahami tentang Standar proses untuk memberikan pengarahan kepada tutor antara lain tentang PBM, RPP.
Sebagai Pembina/nara sumber kelompok belajar Penilik PLS mengetahui dan memahami tentang Standar penilaian untuk memberikan pengarahan kepada tutor dalam mengevaluasi perkembanga n WB.
21
Pelatihan secara intensif dan menyeluruh tentang SNP.
C. Faktor-faktor yang erat kaitannya dg tingkat kompetensi PTKPNF saat ini Gambaran tentang dukungan dan hambatan PTKPNF di beberapa lembaga dalam meningkatkan kompetensinya. 1. Dukungan Sarana dan Prasarana Pamong di P2PNFI, BPPNFI dan BPKB pada umumnya telah memiliki sarana prasarana memadai, hanya perlu ditambahkan buku-buku di perpustakaan. Bagi pamong di BPPNFI dan BPKB perlu disediakan laboratorium kelompok belajar yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung yang memadai. Sama halnya dengan pamong di SKB, secara umum sarana prasarana memadai termasuk adanya fasilitas laboratorium kelompok belajar, namun buku-buku di perpustakaan masih perlu ditambahkan. Sedangkan untuk tutor paket A dan paket B, keadaan sarana prasarananya bervariasi di masing-masing daerah, namun secara umum kondisi sarana prasarana di kelompok belajar masih memerlukan perhatian untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Pengelola sebagai tenaga kependidikan memiliki sarana prasarana yang tidak jauh berbeda dengan tutor paket A dan paket B. Tenaga kependidikan lainnya adalah penilik. Sarana dan prasarana yang masih kurang bagi penilik adalah alat transportasi untuk menjalankan tugas. 2. Dukungan Dana Pamong di P2PNFI mendapatkan block grant revitalisasi program dari Pemerintah Pusat. Pamong di P2PNFI dan BPPNFI berkesempatan mendapat dana beasiswa jenjang S2 dan S3 dari Pemerintah Pusat. Di BPKB, dana disediakan oleh Pemerintah Pusat untuk pelatihan sesuai dengan kebutuhan. Pemerintah daerah memberikan dana untuk memperbaiki bangunan dan pengadaan. Selain itu, pemerintah daerah juga memberikan dana untuk mengadakan pelatihan bagi pamong dan tutor, namun proses birokrasi memerlukan waktu yang lama.
22
Pamong di SKB mendapatkan dana dari BPKB Rp 1.500.000 per tahun untuk karya tulis dan pengembangan profesi. Lain halnya dengan tutor, rata-rata honor bulanan tutor paket A sebesar Rp. 350.000,- sedangkan tutor paket B berkisar Rp 350.000 sampai dengan Rp 400.000,- dari dana APBN. Untuk
pengelola mendapat insentif
Rp 300.000 per
bulan. 3. Dukungan Kebijakan Kebijakan tentang PB adalah Permenpan dan RB nomor 15 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional PB dan angka kreditnya. Peraturan ini memperbarui
Kep.
Menkowasbangpan
Nomor
25/KEP/MK.WASPAN/6/1999. Dalam Permenpan dan RB nomor 15 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya pasal 7 ayat 6 menyatakan bahwa setiap kenaikan jenjang jabatan Pamong Belajar harus lulus uji kompetensi. Dalam Permenpan nomor 15 tahun 2010 juga ditetapkan bahwa kualifikasi akademik pamong menjadi DIV/S1. Pada peraturan sebelumnya kualifikasi akademik pamong adalah DII. Kebijakan tersebut memicu pamong untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Menurut pamong dan tutor, kebijakan yang menunjang peningkatan kompetensi
antara lain adalah pelatihan. Pamong
mengharapkan, jika guru diberikan sertifikasi, maka pamong juga diberikan sertifikasi karena fungsi keduanya sama.
Kebijakan yang mendukung jabatan fungsional penilik antara lain adalah Peraturan Presiden Nomor 63 tahun 2010 tentang Batas Usia Pensiun yang dikeluarkan pada tanggal 25 Oktober 2010. Peraturan Presiden tersebut mengamanatkan
penilik yang saat ini masih
menjabat, batas usia pensiunnya dapat diperpanjang sampai dengan 60 tahun. Peraturan baru tersebut belum terlaksana di lapangan sehingga sebagian besar penilik belum memahaminya.
23
V. Simpulan dan Saran A. Simpulan 1. Nilai kompetensi terendah yang dicapai oleh Tutor Paket A dan Tutor Paket B adalah kompetensi pedagogik, kompetensi sosial tergolong sedang dan kompetensi kepribadian tergolong tinggi.
Kompetensi professional
Tutor Paket A dan Tutor Paket B masih rendah, rerata nilai yang dicapai sebesar 40 dan 50,7 dari 100. Hal itu mencerminkan bahwa program kesetaraan dilakukan seadanya, yang penting adalah program yang direncanakan dapat dilaksanakan meskipun dengan berbagai keterbatasan, termasuk keterbatasan kompetensi penguasaan substansi. 2. Pengetahuan tentang
kompetensi professional pamong belajar adalah
tinggi. Kompetensi professional Pamong belajar SKB yang mencapai nilai tinggi sebanyak (73,02 persen). Rerata kompetensi pedagogik pamong belajar di P2PNFI, BPPNFI, dan BPKB termasuk kategori sedang dan untuk pamong SKB adalah tinggi, sedangkan rerata nilai kompetensi sosial pamong belajar adalah tinggi. 3. Rerata nilai kompetensi manajerial pengelola tergolong rendah yakni 30,13 dari 100. Untuk rerata nilai kompetensi sosial dan kepribadian pengelola kelompok belajar adalah tinggi yaitu berturut-turut 79,55 dan 87,40. 4. Tingkat pengetahuan tutor paket A dan B tentang SNP yang terdiri dari Standar Isi, Standar Proses, SKL dan Standar Penilaian, sebagian besar baru pada tahap mengetahui namun belum melaksanakannya. 5. Pamong belajar di P2PNFI, BPPNFI dan BPKP sebagian besar mengetahui tentang SNP, namun tidak melaksanakannya karena lebih banyak menjalankan tupoksi mengembangkan model. Untuk pamong belajar di SKB sebagian besar mengetahui tentang SNP dan melaksanakannya karena lebih banyak menjalankan tupoksi melaksanakan pembelajaran. 6. Secara umum pengetahuan penilik tentang SNP masih tergolong kurang. Penilik yang mengetahui tentang SNP adalah yang proaktif bertanya kepada antara lain pengawas atau tutor.
24
7.
Pamong di P2PNFI, BPPNFI, BPKB dan SKB pada umumnya telah memiliki sarana prasarana memadai, hanya perlu ditambahkan buku-buku di perpustakaan dan laboratorium kelompok belajar yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memadai. Sedangkan untuk tutor paket A dan paket B, keadaan sarana prasarananya bervariasi di masing-masing daerah, namun secara umum kondisi sarana prasarana di kelompok belajar masih memerlukan perhatian untuk meningkatkan mutu pendidikan.
8.
Pengelola sebagai tenaga kependidikan memiliki sarana prasarana yang tidak jauh berbeda dengan tutor paket A dan paket B. Tenaga kependidikan lainnya adalah penilik. Sarana dan prasarana yang masih kurang bagi penilik adalah alat transportasi untuk menjalankan tugas.
9. Kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan kompetensi PTK PNF masih belum terlaksana sepenuhnya di tingkat pelaksana terutama di daerah yang aksesnya sulit.
B. Saran 1. Kompetensi professional tutor paket A sebagai guru kelas perlu ditingkatkan dengan meningkatkan kualifikasi pendidikan, dan menyeleksi rekrutmen tutor yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan. 2. Untuk tutor paket B, perlu diadakan pelatihan tutor untuk substansi per bidang studi. 3. Pengajuan proposal program paket A dan B perlu diseleksi dengan melihat latar belakang pendidikan tutor yang mengajar harus sesuai atau paling tidak mendekati dengan mata pelajaran yang diajarkan. 4. Untuk memenuhi kompetensi tutor agar dapat melaksanakan SNP maka perlu diadakan antara lain pelatihan membuat KTSP, RPP, pelatihan membuat soal, sosialisasi SKL, peningkatan kualifikasi pendidikan dan magang di sekolah formal /PKBM percontohan untuk mendapat gambaran pelaksanaan KTSP. 5. Bagi pamong belajar, untuk memenuhi kompentensi sesuai SNP maka perlu mendalami KTSP dan mempraktikkannya di kelompok belajar
25
binaan. Meningkatkan pengetahuan tentang SKL, dengan cara antara lain proaktif mencari informasi dari pamong lainnya. Mencari informasi tentang berbagai hal terkait standar proses, misalnya RPP. Mengikuti pelatihan membuat soal sebagai bekal membina kelompok belajar. 6.
Perlunya dukungan dari Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan tutor. Dana insentif untuk tutor dan pengelola sebaiknya ditambah.
26
Daftar Pustaka Baptiste, Ian (1999). Beyond lifelong Learning: a call to civically responsible change. International Journal of Lifelong Education, vol. 18 (2), 94 – 102.
Goe, Laura and Stickler Leslie (2008). Teacher Quality and Student Achievement: Making the Most of Recent Research. Research & Policy in Brief: Teacher Quality and Student Achievement. National Comprehensive Center for Teacher Quality. Washington DC.
Hargreaves, David H. (2001). A Capital Thepry of School Effectiveness and Improvement. British Educational research Journal, vol. 27 (4), 447-502.
http://www.unesco.org/education/gmr_download/chapter1.pdf (27
Januari
2011).
Maruatona, Tonic (1999). Adult education and the empowerment of civil society: the case of the trade unions in Botswana. Inernational Journal of Lifelong Education, vol. 15 (6), 476 – 491.
Olanivan, D.A. and Okemakinde, T. (2008). Human Capital Theory: Implications for Educational Development. European Journal of Scientific Research, vol. 24 (2), 157-162.
Titmus, Colin (1999). Concepts and practices of education and adult education: obstacles to lifelong education and lifelong learning? International Journal of Lifelong Education, vol. 18 (5), 343 – 354.
27