LAPORAN DELRI KE SIDANG KE-53 SUBKOMITE ILMIAH DAN TEKNIK, UNCOPUOS, Wina, 15-26 Pebruari 2016 A.
UMUM
1.
Sidang ke-53 Subkomite Ilmiah dan Teknik, Komite PBB tentang Penggunaan Antariksa untuk Tujuan Damai (Scientific and Technical Subcommittee of United Nations Committee on the Peaceful Uses of Outer Space-UNCOPUOS) dilaksanakan di Wina pada pada tanggal 15 -19 Pebruari 2016. Agenda dan pedoman Delegasi RI ke sidang ke-53 ini sebagaimana dimuat dalam Lampiran I dan Lampiran II dari laporan ini.
2.
Sidang ke-53 dihadiri 73 negara anggota UNCOPUOS, 2 entitas pengamat tetap PBB, 4 badan khusus PBB, 8 organisasi internasional, dan 18 organisasi non pemerintah. Delegasi RI sendiri diketuai oleh Duta Besar RI di Wina, Rachmat Budiman, dengan Ketua Pengganti DCM/Watapri Wina, Febrian Ruddyard, dan anggota dari PTRI Wina (i) Amrih Jinangkung, (iv) Indra Rosandry, (iii) Khasan Ashari, dan (iv) Johanna Maria Christina Johari; dari LAPAN diwakili oleh (i) Clara Yono Yatini, (ii) Euis Susilawati, (iii) Leo Kamilus Rijadi, (iv) Tiar Dani, dan (v) Dikjiratmi; dari Kementerian Komunikasi dan Informasi Teknologi diwakili oleh (i) Donny Nasution, dan (ii) Anak Agung Gede Oka; dan dari Diskumau diwakili oleh Supriabu. Daftar peserta sidang ke-53 dimaksud sebagaimana dimuat dalam Lampiran III dari Laporan ini.
3.
Sidang ke-53 ini dipimpin oleh ketua Subkomite Ilmiah dan Teknik yaitu Mr. V.K. Dadhwal dari India. Namun sebelum memasuki pembahasan agenda item, ketua Subkomite Ilmiah dan Teknik periode 2014-2015 yaitu Mr. Elöd Both dari Hungaria ucapan terima kasih kepada Direktur OOSA dan seluruh staff yang telah membantunya selama menjadi ketua Subkomite Ilmiah dan Teknik.
4.
Mengawali memimpin sidang, Ketua Sidang Mr. V.K. Dadhwal menyampaikan statementnya, yang pada intinya sebagai berikut: a. Terima kasih kepada Negara Anggota yang telah memilihnya menjadi ketua Sidang Ke-53 Subkomite Ilmiah dan Teknik tahun 2016. b. Menyambut baik El Salvador, Israel, Oman, Qatar, Sri Lanka, dan Uni Emirat Arab sebagai anggota baru dalam UNCOPUOS, sehingga saat ini anggota UNCOPUOS menjadi 83 negara c. Penjelasan singkat fokus pembahasan setiap agenda item d. Catatan beberapa peristiwa penting pada tahun 2015, antara lain: i. Anniversary ke-50 penerbangan manusia oleh astronot Rusia pertama Alexey A. Leonov; ii. Anniversary 40 tahun proyek uji coba Apolo-Soyuz (Apollo-Soyuz Test Project) iii. ISS merayakan 15 tahun contibous human habitation iv. Telescope antariksa Hubble telah 25 tahun berada di antariksa v. Catatan beberapa pencapaian penting beberapa Negara dalam bidang eksplorasi dan riset antariksa sejak sidang ke-53 Subkomite Ilmiah dan Teknik tahun 2015, antara lain: Satelit New Horizon NASA telah mencapai Pluto pada juli 2015, setelah selama 9.5 tahun melaksanakan misi sistim solar; Peluncuran yang pertama roket Long March jenis baru China yaitu Long March 6 dan Long March 11 pada September 2015; Rusia pada tahun 2015 berhasil melakukan 26 peluncuran dan mengangkut 4 kru internasional ke ISS; India mulai menempatkan 4 satelit navigasinya yaitu IRNSS (Indian Regional Navigation Satellite System) ke orbit pada Maret 2015. e. Mekanisme kegiatan Subkomite, dimana Subkomite akan membentuk Working Group of The Whole yang akan dipimpin Chiaki Mukai dari Jepang, Working Group on NPS yang akan dipimpin oleh Sam dari UK, dan Working Group on Long Terms Sustainability of Outer Space Activities yang akan dipimpin oleh Peter Martinez dari Afrika Selatan. 1
Secara lengkap statement dari Ketua Sidang dapat dilihat dalam Lampiran IV dari laporan ini. 5.
Pada kesempatan yang sama yaitu dihari pertama Sidang, Direktor OOSA Ms. Simone de Pippo menyampaikan statementnya terkait hasil pencapaian kegiatannya pada 2015 antara lain: a. Tahun 2105 merupakan milestone bagi komunitas internasioal yaitu dengan diadopnya 3 agenda strategis yaitu the 2013 Agenda for Sustainable Development, the Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2013, dan Paris Agreement on Climate Change. Selain itu pada tahun 2015 telah mulai melakukan strategi proses kegiatan untuk COPUOS, kedua Subkomite, dan OOSA dalam rangka UNISPACE+50 di mana puncaknya akan berlangsung ulang tahun ke-50 UNISPACE yaitu pada tahun 2018. b. Telah ditandatangani perjanjian kerja sama antara OOSA dengan beberapa Negara seperti kerangka kerja sama pembentukan kerja sama hukum dengan Israel dalam berbagai bidang terkait keantariksaan, yang ditindaklanjuti dengan penandatangan MOU antara OOSA dengan Israel Space Agency; perjanjian kerja sama dengan Swiss dalam pengimplementasian proyek Interagency Coordination and Liaison in Geneva for the promotion of space-based tools and technology for humanitarian affairs, enivvironment and security”; kerja sama dengan Austria dalam mendukung UNISPACE+50, serangkaian forum tingkat tinggi atau High-Level Fora Space as a Driver for Socioeconomic Sustainable Development dan UNISPIDER; kerja sama dengan CNSA di mana satelit observasi China akan dimanfaatkan untuk mendukung PBB dalam menangani bencana. c. Selain itu juga disampaikan sekilas mengenai sumber pendanaan baik berupa cash maupun in kind. Pada tahun 2015 sejumlah badan antariksa dan organisasi telah memberikan bantuan pendanaan maupun in-kind tersebut antara lain CNSA, APSCO, UNESCAP, ESA, GEO, JAXA, NOAA, ROSCOSMOS, GEO, DLR. Secara lengkap statement Direktur OOSA dapat dilihat dalam Lampiran V dari laporan ini
B. KHUSUS: PEMBAHASAN MATA ACARA SIDANG Mata Acara 4 : 6.
General Exchange of Views and Introduction to Report Submitted on National Activities
Pada agenda ini negara-negara anggota dan organisasi peninjau permanen menyampaikan statement yang pada intinya memuat pandangan umum terhadap mata agenda yang dibahas pada sidang ke-53 Subkomite, dan pencapaian serta rencana kegiatan yang akan dilaksanakan masing-masing negara baik secara sendiri maupun kerja sama dengan berbagai pihak. Beberapa pandangan umum, antara lain: a. Pentingnya kontribusi semua negara untuk kegiatan antariksa dan menolak adanya diskriminasi serta militerisasi. b. Pentingnya kolaborasi internasional, capacity building dalam ilmu pengetahuan and teknologi antariksa untuk negara berkembang. c. Pentingnya remote sensing untuk mitigasi perubahan iklim, bencana alam, dsb. d. Pentingnya space application, space weather, dan space education dan meminta dukungan STSC untuk kegiatan keantariksaan semua negara. e. Regulasi untuk safety dan security merupakan isu penting, dan dominasi di antariksa agar dihindari, dan tidak menyetujui ide Amerika tentang ideology of success. f. Adanya dampak dari kegiatan keantariksaan terhadap kehidupan manusia dan lingkungan, serta teknologi yang maju saat ini, ditambah dengan meningkatnya peran aktor swasta dalam keantariksaan, maka koordinasi dan interaksi Subkomite Ilmiah dan Teknik dan Subkomite Hukum perlu ditingkatkan dalam rangka pengembangan hukum internasional dan pembentukan norma-norma internasional yang mengikat yang mengatur isu-isu penting dalam pemanfaatan dan eksplorasi antariksa. g. Pentingnya keamanan dan keselamatan aktivitas di antariksa dan perlunya aktivitas antariksa yang bermanfaat bagi masyarakat dengan menggunakan pendekatan holistic antara sipil dan militer. 2
h.
Menekannya perlunya komitmen untuk melaksanakan kegaiatan antariksa yang tidak membahayakan, aman dan terprediksi, keselamatan, dan keamanan, serta mendukung usulan Amerika tentang pembentukan expert group on space objects
Beberapa aktivitas dan pencapaian yang dilaporkan, antara lain a. India berhasil meluncurkan satelit navigasinya IRNSS-1E pada tanggal 20 Juni 2016. Dengan demikian India telah menempatkan 5 satelitnya dari 7 satelit IRNSS yang direncanakan. b. Afrika Selatan telah mengesahkan Souht Africa Space Policy and Strategy pada tanggal 31 Januari 2016. c. Argentina telah memilki satelit komunikasi pertamanya ARSAT-1 yang diluncurkan pada tahun 2014 dari Kourou ke orbit Geostasioner. Satelit berikutnya ARSAT-2 berhasil diluncurkan pada tanggal 30 September 2015. d. Israel meluncurkan beberapa satelit diantaranya nanosat untuk edukasi, dan beberapa aktivitas symposium and seminar. e. Pada tahun 2015 terdapat 10 negara yang terbanyak melakukan kegiatan dalam rangka perayaan Word Space Week, yaitu Pakistan (300 kegiatan), Perancis (185 kegiatan), Spanyol (170 kegiatan), India (151 kegiatan), Arab Saudi (128 kegiatan), Inggris (113 kegiatan), Jerman (109 kegiatan), Rumania (108 kegiatan), Brasil (102 kegiatan), dan Amerika Serikat (74 kegiatan). Untuk tahun 2016 kegiatan World Space Week akan mengambil tema “Remote Sensing: Enabling Our Future”. f. Italy melaksanakan deteksi gravitational waves, space exploration, earth observation, remote sensing dan melakukan investasi melalui teknologi antariksa untuk mendukung sosio economic g. China berhasil melakukan peluncuran misinya ke pluto. Selain itu juga berhasil melakukan peluncuran satelit lainnya untuk berbagai misi, antara lain remote sensing, komunikasi, navigasi, layanan cuaca antariksa, mitigasi bencana, serta terus mengembangakan satelit untuk eksperimen, Mars exploration program, mengembangkan space debris collision warning. 7.
Pada kesempatan penyampaian pandangan umum, Korea Selatan dan Jepang secara khusus menyampaikan pandangannya terkait dengan peluncuran roket oleh Korea utara yang membawa satelitnya pada tanggal 7 Pebruari 2016. Kedua Negara mengutuk (condemn) terhadap Korea Utara karena mengulangi kembali kegiatan peluncuranya yang telah dilakukan sebelumnya. Peluncuran tersebut telah melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB no 1718 (2006), 1874 (2009), 2087 (2013) and 2094 (2013) yang melarang kegiatan peluncuran apapun terkait misil yang berkontribusi terhadap sistem pengangkut senjata nuklir. Korea Selatan menyampaikan bahwa merupakan kewajiban internasional untuk melakukan tindakan kepada Korea Utara, dan untuk itu Korea Selatan mengusulkan bahwa masayarakat internasional memberikan bantuan teknis kepada Korea Utara.
8.
Pada hari kedua Sidang, Delri menyampaikan general statement yang dibacakan oleh Ketua Pengganti DCM/Watapri Wina, Febrian Ruddyard, yang pada intinya menyampaikan selamat kepada Ketua Subkomite Ilmiah dan Teknik yang baru, dan penghargaan kepada OOSA dan staf yang telah mempersiapkan pelaksanaan Sidang ke-53 Subkomite Ilmiah dan Teknik tahun 2016 ini. Juga disampaikan pandangan umum terkait agenda sidang seperti agenda 5 (United Nations Programme on Space Applications), Agenda 6 terkait Preparation UNISPACE+50, Agenda 7 (Remote sensing), Agenda 14 (LTS), dan Agenda 15 (GSO). Selain itu juga disampaikan kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2015, dan yang akan dilakukan pada tahun 2016. Secara rinci General statement Indonesia sebagaimana dimuat dalam Lampiran VI dari laporan ini.
9.
Pada mata acara ini juga dilaksanakan presentasi teknis, antara lain: a. Mr. Norimasa Ito (JAXA) dengan tema “Earth Observation and Contributions by GCOM-W”. b. Mr. Mendieta (Mexico) dengan tema “IAC-16”. c. Ms. Yu Qi (China) dengan tema “Medium and Long Term Development Plan of Civil Space Infrastructure in China”. d. Ms. Maria Cristina Falvella (Italy) dengan tema “The Role of Italian Industry in Space Exploration”. 3
e. f. g. h. i. j. k.
Mr. Johan Kroon (Netherlands) dengan tema “Presentation of Netherlands space activities” Mr. Sergey Likhachev (Russia) Russian Space Very Long Baseline Interferometry Mission: Result and prospects” Ms. Sara Piccirilo (Italy) dengan tema The Italian Space Agency ISS Science Directory” Ms. Akiko Suzuki (Jepang) dengan tema Outer space Actvities of Asia and the Result of APRSAF” Mr. David Dunlop (National Space Society) dengan tema Why an International Lunar Decade Campaign for Science, Exploration and Development Can Make a Difference” Mr. Petr Bares (Ceko) dengan tema Chezh Industry in Space Research and development” SGAC dengan tema “Space Generation: perspective from the next generation, 2016”
Mata Acara 5 : United Nations Programme on Space Activities 10.
Pada mata acara ini Expert on Space Application melaporkan kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2015, dan yang direncanakan pada tahun 2016. Kegiatan yang direncanakan pada tahun 2016, antara lain: a. United Nations/Costa Rica Workshop on Human Space Technology, San José, 7-11 March 2016 b. United Nations/India Workshop on the Use of Earth Observation Data in Disaster Management and Risk Reduction: Sharing the Asian Experience, Hyderabad, India, 8-11 March 2016 c. United Nations/Kenya Workshop on Space Technology and Applications for Wildlife Management and Protecting Biodiversity Nairobi, 27-30 June 2016 d. United Nations/Austria Symposium on Integrated Space Technology Applications for Climate Change, Graz, Austria 12-14 September 2016 e. United Nations/International Astronautical Federation Workshop on Space Technology for Socioeconomic Benefit, Guadalajara, Mexico 23-25 September 2016 f. United Nations/Islamic Republic of Iran Workshop on the Use of Space Technology for Dust Storm and Drought Monitoring in the Middle East Region, Tehran 5-9 November 2016 g. United Nations/Nepal Workshop on the Applications of Global Navigation Satellite Systems, Kathmandu 5-9 December 2016 h. United Nations/South Africa Symposium on Basic Space Technology, South Africa 2016 i. The twenty-third session of APRSAF would be held in Manila in November 2016.
11.
Pada mata acara ini sejumlah negara dan badan/organisasi khusus PBB menyampaikan statementnya yang melaporkan kegiatan nya selama tahun 2015 yang dilakukan dalam kontek program PBB, seperti: (i) Jepang bekerja sama dengan PBB dalam the United Nations/Japan Long-Term Fellowship Programme on Nanosatellite Technologies (the Kyushu Institute of Technology) di mana sejumlah 6 mahasiswa terpilih untuk dibiayai, dan telah mulai kuliah pada Oktober 2015, (ii) Jerman bekerja sama dengan Center of Applied Space Technology and Microgravity di Bremen University and the German Aerospace Center (DLR), melanjutkan memberikan beasiswa dalam program the Drop Tower Experiment Series, (iii) World Health Organization bekerja sama dengan OOSA menyelenggarakan Meeting on the applications of space science and technology for public health di Geneva, 15-16 Juni 2015.
12.
Selain itu pada mata acara ini dilakukan presentasi teknis mengenai rencana kegiatan yang berkaitan dengan program antariksa PBB, antara lain (i) Mr. William Gerstenmainer (NASA) dengan tema “Community of Human Spaceflight”, (ii) Ms. Koki Oikawa (Jepang) dengan tema “Maximizing Benefits Through ISS/KIBO”, dan (iii) Mr. Weng Jingnong (China) dengan tema Educational Training Program of RCSSTEAP in 2016.”
4
Mata Acara 6 : Space Technology for Socioeconomic Development in the Context of the United Nations Conference on Sustainable Development and the post-2015 Development Agenda 13.
Pembahasan mata acara ini dilakukan dalam Pleno dan Working Group the Whole. Dalam Pleno Negara-negara manyampaikan pandangannya yang berkaitan dengan teknologi antariksa untuk pembangunan social ekonomi dan dengan persiapan UNISPACE+50, yang pada intinya menyampaikan, antara lain: a. Jepang akan berusaha mengimplementasikan agenda ini, antara lain mengaplikasikan satelit observasi bumi untuk water monitoring, weather forecasting, agriculture, global health, global greenhouse gas, dsb. b. Egypt menyampaikan perlunya space technology untuk pengelolaan air. c. Afrika Selatan menyampaikan perlunya space science and technologi untuk sustainable development karena ekonomi makin bergantung pada space technology. Demikian juga perubahan iklim, manajemen bencana, pertanian, dll. d. Brazil meyampaikan perlunya koordinasi untuk mengatasi masalah penyebaran TBC, drugs, tropical disease, dan masalah sosial. Untuk itu mendukung riset microgravitasi yang dapat digunakan untuk mengatasi disease, dan mengundang negara dengan iklim sama untuk bekerja sama. e. Perayaan UNISPACE +50 pada tahun 2018 memberikan sebuah kesempatan untuk meningkatkan kerja sama internasional dan capacity building dalam keantariksaan, terutama untuk kepentingan negara berkembang.
14.
Sedangkan Working Group of the Whole yang dipimpin oleh Ms. Chiaki Mukai (Jepang) membahas persiapan UNISPACE +50 khususnya prioritas tematik UNISPACE +50 dan kegiatan expert group on global health.
15.
Sebelum penyampaian statement oleh negara dan organisasi peninjau permanen terhadap UNCOPUOS, Direktur OOSA atas nama UNISPACE +50 Steering Committee menyampaikan penjelasan terkait persiapan UNISPACE+50 yang akan berlangsung pada tahun 2018, sebagai berikut: a. Dalam kaitannya dengan persiapan UNISPACE +50, steering committee telah dibentuk dan melakukan serangkaian pertemuan untuk membahas aspek-aspek pengorganisasian dan prioritas tematik UNISPACE +50. Dari pertemuan ini telah dihasilkan antara lain Term of reference (TOR) UNISPACE +50 Steering Committee yang memuat antara lain tujuan, ruang lingkup, struktur organisasi steering committee UNISPACE+50. b. UNIPACE +3 akan memetakan peran Komite dan kedua subkomitenya serta ONOOSA di masa datang, dan membahas cara-cara memerkuat perannya dalam sistem PBB dan komunitas antariksa global saat itu ketika meningkatnya keterlibatan aktor, pemeruntah dan non pemerintah meningkat dalam upaya eksplorasi antariksa. c. Terkait struktur organisasi, komposisi steering committee UNISPACE+50 secara garis besar beranggotakan perwakilan dari Groups 15, para ketua working group. Direktur OOSA bertindak sebagai Ketua Steering Committee, Ketua Seksi Committee, Policy and Legal Affairs,UNOOSA sebagai sekretaris. Apabila dipandang perlu, Steering Committee dapat mengundang experts. Kegiatan Steering Committee akan didukung oleh Proyek Tim+50 UNOOSA, dan keputusan ditetapkan secara consensus. d. Terkait prioritas tematik, Steering Comiittee mengupayakan mensinergikan dengan manfaat UN Summits dalam Agenda post-2015 (Agenda Sustainable Development 2030, Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030, dan Paris Climate Agreement). Terdapat 6 prioritas tematik yang diusulkan untuk UNISPACE +50, meliputi: (i) Global partnership in space exploration and innovation (ii) International framework for space weather servives (iii) Strengthened space cooperation for global health (iv) International cooperation towards low-emission and resilient societies 5
(v) Enhanced information exchange on space objects and events (vi) Capacity-building for 21st Century. Statement Direktur OOSA atas nama UNISPACE +50 Steering Committee sebagaimana dimuat dalam Lampiran VII dari laporan ini. 16.
Pembahasan prioritas tematik tersebut dilakukan dalam working group of the whole yang dipimpin oleh Ms Chiaki Mukai. Working group of the whole merekomendasikan bahwa prioritas tematik tersebut akan dibahas pada Sidang ke 55 Subkomite Hukum , 4-15 April 2016, serta pada Sidang ke 59 UNCOPUOS tanggal 8-17 Juni 2016 guna pengesahannya.
17.
Menurut Working group of the whole, working group on the Status and Application of the Five United Nations Treaties on Outer Space yang terdapat pada Sidang Subkomite Hukum tepat untuk membahas masukan untuk prioritas tematik tersebut.
18.
Pada pembahasan prioritas tematik tersebut, terdapat saran bidang lain yang dapat dibahas pada Sidang Subkomite Hukum, seperti (i) space traffic management, with possible connection to international law perspectives on small and very small satellite activities and suborbital flights; dan (ii) addressing legal gaps in the existing treaties on outer space, including in the areas of definition and delimitation of outer space, and commercial mining of resources in outer space.
19.
Pada mata acara ini telah dilakukan presentasi teknis oleh sejumlah Negara,antara lain: a. Mr. Yossef Eyal Yamin (Israel) dengan tema ”SpacePharma” b. Mr. Michael Anthony (Swiss) dengan tema Increasing food security by using satellite-enhanced crop insurance and disaster management. c. Ms. Claire Jolly (OECD) dengan tema Space activities in support OECD activities in support of sustainable development goal. d. Mr Evgenity (Rusia) dengan tema “Samara State Aerospace University: the potential for cooperation with scientific and educational centers in developing countries”.
Mata Acara 7 : Matters relating to remote sensing of the Earth by satellite, including applications for developing countries and monitoring of the Earth’s environment 20.
Pada mata acara ini China, Mesir, India, Indonesia, Iran, Italy, Jepang dan Amerika Serikat menyampaikan statementnya yang pada intinya menyampaikan kegiatan terkait teknologi dan aplikasi remote sensing, partisipasi dalam berbagai kegiatan kerja sama selama tahun 2015, antara lain meliputi a. Jepang telah mengoperasikan satelit Himawari untuk berbagai aplikasi seperti agriculture. Jaxa bekerja sama dengan JICA . Jepang juga akan berkerja sama dengan badan-badan antariksa lainnya dalam aplikasi remote sensing. b. India telah mengoperasikan satelit India Remote Sensing (IRS), Cartosat. Saat ini India memiliki 3 satelit di GSO c. Amerika Serikat
21.
Dalam statementnya, Indonesia menyampaikan antara lain perkembangan pemanfaatan remote sensing sejak dicanangkannya one map policy dan single government license untuk data remote sensing dengan resolusi tinggi, dan informasi sedang disusunnya peraturan pemerintah tentang penginderaan jauh sebagai implementasi Pasal 23 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. Secara rinci statement Indonesia untuk mata acara remote sensing sebagaimana dimuat dalam Lampiran VIII dari laporan ini.
6
22.
Pada mata acara ini dilakukan presentasi teknis oleh: a. Mr. Abdulmalek (Prince Sultan Bin Abdulaziz International Prize for Water-PSIPW/Observer UNCOPUOS) dengan tema “PSIPW: 8th Award invitation for nomination” : 8TH Award Nonination Open Online Until December 2017 www.PSIPW.org for water scientist b. Mr. Mark MULHOLLAND (Amerika) dengan tema “NOAA Meteorological Satellite Update”.
Mata Acara 8 : Space Debris 23.
Pada mata mata acara space debris ini China, Mesir, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italy, Jepang, Pakistan, Korea, Rusia, Amerika Serikat, Venezuela, dan Chili (GRULAC) menyampaikan statement yang memuat pandangan dan kegiatan yang dilakukan, antara lain: a. Pentingnnya share technology untuk mengatasi space debris. b. Mendukung semua kegiatan mitigasi space debris yang bertujuan untuk mempertahankan long term sustainability of outer space; c. Perlu national standard dalam penanganan space debris d. Jepang membuat model space debris untuk antisipasi dan melakukan prediksi dan layanan ttg space debris, serta membangun juga capacity building. e. China membangun space debris manajemen dan kerjasama internasional untuk mitigasi. f. Republic of Korea melalukan penelitian dan identifikasi space debris. g. Perancis melaporkan studi ttg space debris dan telah mengeluarkan Perancis Space act h. USA menyatakan bahwa space debris bisa dikelola dengan mitigation guidelines. i. Germany berkomitmen untuk LTS serta memberikan layanan informasi dan prediksi space debris. j. India melakukan analisis dari catalog space objects dan menggalakkan kampanye reentry space debris. k. Italy akan sangat terlibat dalam pengamatan ground-based dan mendukung framework initiatives l. Venezuela promote riset dan capacity building terutama untuk emerging space nations. m. Rusia dengan menggunakan ISON teleskop yang dimiliki KIAM Space Debris Data Center melalukan studi populasi space debris.
24.
Pada mata acara ini Indonesia menyampaikan statement yang menginformasikan kegiatan terkait space debris, antara lain pembuatan perangkat lunak track-it untuk memonitor space object buatan manusia yang ada dalam katalog USSPACECOM, dan mengapresiasi inovasi reusable space technology. Secara lengkap statement Indonesia sebagaimana dimuat dalam Lampiran IX dari laporan ini.
25.
Pada mata acara ini perwakilan beberapa negara menyampaikan presentasi teknis, antara lain (i) Mr. Jer Chyi LIOU (USA) dengan tema “U.S. Space Debris Environment, Operations, and Modelling Updates”, (ii) Mr. Richarrd Crowther (IADC) dengan tema “Inter Agency De (IADC)”, (iii) Mr. Michael Lindsay (Inggris) dengan tema “OneWeb Access for Everyone,” (iv) Mr. C. Cazaux (Perancis) dengan tema “Overview on 2015 Space Debris Activities in France”, dan (v) Mr Igor (Russia) dengan tema “Recent developments within the International Scientific Optical Network (ISON) Project”
Mata Acara 9 : Space-system based disaster management support 26.
Pada mata acara ini, Algeria, China, Mesir, Jerman, India, Indonesia, Italy,Jepang, Mexico, Pakistan, Korea, Rusia, Sri Lanka, Amerika Serikat, Venezuela, Chili (GRULAC), CANEUS (Canada-EuropeUS-Asia), dan perwakilan OOSA menyampaikan statement yang memuat pandangan dan kegiatan yang telah dilakukan di negaranya berkaitan dengan kegiatan UNSPIDER.
27.
Pada mata acara ini diinformaskan bahwa sejumlah negara telah memberikan kontribusi dalam program UNSPIDER termasuk kontribusi pendanaan secara cash, yaitu Austria, China, Jerman, Swiss. Negara anggota lainnya dihimbau untuk memberikan kontribusi sukarela agar dapat memberikan layanan yang lebih baik dalam merespon negara yang membutuhkan bantuan. 7
28.
Indonesia dalam statementnya sebagaimana dimuat pada Pedoman Delegasi RI, menyampaikan: a. Sejak menjadi Regional Support Office UNSPIDER, Indonesia sangat aktif memanfaatkan data penginderaan jauh untuk kebencanaan. Melalui mekanisme UNSPIDER, Indonesia mendapatkan manfaat yaitu memperoleh data penginderaan jauh resolusi tinggi secara gratis. Data ini dimanfaatkan untuk identifikasi daerah terkena bencana dan membantu dalam proses evakuasi terjadinya bencana. Indonesia merupakan salah satu negara di ASEAN yang telah memiliki standar operasional procedure (SOP) penanggulangan bencana berbasis data penginderaan jauh. Jika terjadi bencana, data penginderaan jauh sudah dapat disiapkan dalam waktu 24 jam untuk menganalisa daerah lokasi terjadinya bencana. Setelah itu dideteksi daerah yang terkena bencana. Hasil analisa diberikan secara langsung kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Teknologi multimedia yang berkembang saat ini juga telah membantu mempercepat informasi bencana berbasis penginderaan jauh ke masyarakat luas dan lebih efektif. b. Sebagai RSO UNSPIDER, Indonesia memprakarsai pembangunan SOP penanggulangan bencana tingkat ASEAN. Bersama-sama dengan UNSPIDER Beijing, UNESCAP, dan organisasi lainnya, telah menyelenggarakan ASEAN Workshop pertama pada tahun 2014 dengan membangun mekanisme penanggulangan bencana. Pada tahun 2015, Workshop kedua dilanjutkan di Hangzhou China dan Workshop ketiga akan diadakan kembali di Indonesia pada tanggal 18-19 April 2016 di Bogor. Workshop ini akan langsung mengesahkan mekanisme yang dibuat dan kemudian langsung akan dipraktekkan. Mekanisme yang dibuat bukan mekanisme baru, namun menggabungkan mekanisme-mekanisme yang ada seperti Sentinel Asia, International Charter for Major Disaster, dan Teknologi Crowdsourcing menjadi satu mekanisme. c. Tahun 2015, Indonesia dilanda bencana asap akibat pembakaran lahan dan hutan di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Data penginderaan jauh berperan untuk mendeteksi awal terjadinya kebakaran lahan dan hutan, sehingga penanganan bencana tersebut berlangsung efektif. Informasi hotspot sebagai indikator terjadinya kebakaran lahan dan hutan disampaikan dalam 24 jam 7 hari untuk membantu pemadaman api di lokasi kejadian. Selain itu, data penginderaan jauh juga sudah efektif digunakan untuk menghitung luas kebakaran lahan dan hutan yang terjadi sehingga dapat digunakan untuk perencanaan rehabilitasi daerah yang terkena kebakaran lahan dan hutan. Statement Indonesia untuk mata acara 9 ini sebagaimana dimuat dalam Lampiran X dari laporan ini.
29.
Pada mata acara ini Ms. Laura Candela (Italy) menyampaikan presentasi teknis dengan tema “synergic use of COSMO-SkyMed and Sentinel data for Disaster Management Support”.
Mata Acara 10: Recent developments in global navigation satellite systems 30.
Sejumlah negara menyampaikan statementnya yang terkait kegiatan GNSS, antara lain: a. Jepang menyampaikan sistem QZSS/Michibiki yang dapat kompatibel dengan GPS nya USA sehingga dapat berkontribusi secara internasional, dan dapat mengkoreksi posisi dari QZSS dan GPS. Sistem ini dapat memberikan kontribusi terhadap penanganan bencana, dan SBAS untuk penerbangan. Berkontribusi pada asia pacific region. Komitmen utk pengambangn dan pembangunan GNSS dan aplikasinya b. China membangun satelit navigasi Beidou dan pada tahun 2020 akan menyelesaikan 30 satelit dalam sebuah konstelasi, termasuk 5 generasi baru dengan akurasi yang lebih baik, sampai ketelitian dalam millimeter. Satelit navigasi ini dapat digunakan untuk transportasi, penanganan bencana, dll. Membangunkerjasama dalam sumber daya melalui kerjasama internasional. c. Amerika telah meluncurkan satelit GPS baru dengan teknologi baru. d. India mengembangkan GNSS yaitu Gagan dan IRNSS untuk transportasi dll. Indian Navigation Satellite System ini terdiri dari 7 satelit. e. Russia terus membangun Glonass dengan menyelesaikan space segmen dalam sistemnya. Glonas digunakan untuk koreksi posisi dan monitoring, dan sejalan dengan Galileo. Sistem Glonass terus ditingkatkan untuk mengikuti standar internasional dengan ketelitian beberapa cm. 8
f.
31.
Pakistan aktif dalam GNSS dengan membangun receiver untuk pengguna informasi GNSS, dan juga melakukan penelitian dan pengembangan GNSS.
Pada mata acara ini juga diinformasikan pertemuan ke-10 ICG telah berlangsung di Boulder, Colorado, 1-6 November 2015. Pertemuan berikutnya yaitu yang ke-11 akan berlangsung di Rusia pada tanggal 611 November 2016. Jepang dan China tertarik untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan ICG masing-masing pada tahun 2017 dan 2018. OOSA juga sebagai sekretariat pelaksana ICG telah mengkoordinasikan pelaksanaan pertemuan ICG dan Provider forum bersamaan dengan sidang Komite dan kedua Subkomitenya.
Mata Acara 11 : Space Weather 32.
Pada pembahasan mata acara ini, Kanada, China, Mesir, Indonesia, Jepang, Nigeria, Pakistan, Koream Amerika Serikat menyampaikan pandangannya yang pada intinya, antara lain: a. Perlunya penelitian space weather terkait global warming. b. Perlunya kolaborasi ground based and space based data untuk prediksi space weather; c. Perlu koordinasi untuk mengidentifikasi peristiwa dan mitigasi dampak. d. Perlunya kolaborasi internasional untuk mitigasi hazardous efect dari space weather e. China telah mengembankgan Regional warning center yang akan meneliti low latitude area. f. Jepang melakukan kegiatan nya dalam Space Weather, antara lain dalam AOSWA, training, membangun teleskop baru, dan magnetometer. g. Pakistan juga melakukan kegiatan penelitian dalam space weather. h. Korea memiliki space weather center yang beroperasi dalam layanan space weather, termasuk untuk penerbangan, dan melakukan kerjasama dengan NASA. i. Nigeria mulai memonitor space environment dengan membangun dan menginstal berbagai peralatan. j. Amerika Serikat membangun Space weather national strategy and action plan.
33.
Pada mata acara ini telah dilaksanakan presentasi teknis, yaitu: a. Mr. Americo Gonzales (Mexico) dengan tema “Space Weather Activities in Mexico” b. Mr. Nat Gopalswangi (SCOSTEP) dengan tema “An Update on SCOSTEP Activities” c. Mr. Bill Murtagh (USA) dengan tema “US National Space Weather Strategy” d. Ms. Pascale Ehrenfreund (Jerman) dengan tema “DLR Contribution to face global challengesprotection of the environment, climate change, disaster management e. Mr. Janos Lichtenberger (Hungaria) dengan tema “Real-time acquisition of plasmaspheric electron densities by a global network for space weather investigation” f. Mr. Christian Mosntein (Switzerland) dengan tema “CALLISTO and the e-Callisto network” g. Mr. Vincenzo Romando (Italia) dengan tema “Italian contribution to Space Weather” h. COSPAR dengan tema “An international roadmap to advance scientific understanding of space weather, commissioned by COSPAR and ILWS”
34.
Delri pada mata acara ini menyampaikan intervensinya yang menginformasikan bahwa sejak tahun 2015 LAPAN telah menyediakan jasa pelayanan pemberian informasi terkait cuaca antariksa, seperti informasi prediksi solar flare, aktivitas geomagnetic, kondisi ionosfer, scintillation, ramalan komunikasi frekuensi radio HF, radion blackout, shortwave fadeout, dan fading. Informasi tersebut dapat diakses pengguna melalui website LAPAN. Delri juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Jepang yang telah memberikan diklat kepada para forecasters. Selain itu Delri menginformasikan bahwa saat ini Indonesia sedang membangun observatory nasional yang ditujukan untuk mendukung riset astronomi dan cuaca antariksa, dan peringatan dini. Statement Indonesia sebagaimana dimuat dalam Lampiran XI dari laporan ini.
9
35.
Selain itu Delri secara bersamaan juga berpartisipasi dalam Space Weather Workshop dan Second Meeting of Space Weather Expert Group yang berlangsung pada tanggal 15-17 Pebruari 2016 a. Pelaksanaan Workshop 1) Workshop diisi oleh presentasi teknis dari beberapa Negara berkaitan dengan kegiatan terkini dalam space weather, di antaranya Mr. Terry Onsager (NASA) dengan tema US National Space Weather Action Plan and Impact Assessment, Mr. Peter Thorne (MET Office UK) dengan tema UK Space Weather Plans and Impact Assessment. Negara lainnya yang menyampaikan kegiatan terkini dalam space weathe adalah Australia, Jepang, Swiss, Jerman, Afrika Selatan, Kanada, Rusia, China, dan Austria. 2) Dari presentasi negara-negara tersebut, terlihat perlunya peran negara untuk memitigasi dampak dari space weather. Sebagai contoh Amerika Serikat merilis dokumen Negara tentang aturan rencana kerja dan asesmen dampak space weather sebagai jembatan antara riset dan pengguna serta mitigasinya. Selain tu terdapat kajian riset yang menarik untuk dilakukan antara lain augmentasi system observasi, mengkuantifikasi kondisi yang mungkin akan terjadi. 3) Ancaman gangguan space weather terkait Geomagnetic Induct Current (GIC) yaitu peristiwa b. Pertemuan Expert Group 1) Expert group membahas laporan dan kesimpulan dari LTS Expert Group C on space weather dan informasi lainnya berkaitan dengan space weather termasuk laporan tim road map COSPARILWS yaitu Understanding Space Weather to shield society” yang antara lain memuat pendekatan. 2) Hal penting dari pertemuan Expert Group adalah disahkan pendekatan yang diusulkan COSPARILWS, tercapainya konsensus yang mengidentifikasi awal recoomendation and best practices to indentify mechanism to promote their implementation, including an assessment of prioritization yang konsisten dengan mandat expert group; 3) Expert group sinergi yang penting antara rencana kegiatan di masa datang dengan di bawah pembahasan UNISPACE +50.
Mata Acara 12 : Near Earth Object 36.
Pada mata cara ini China, Mesir, Jerman, Indonesia, Jepang, Mexico, Pakistan, Korea, Rusia, Amerika Serikat, Chile (atas nama GRULAC) menyampaikan statement., yang pada intinya, menyatakan, antara lain: a. Menyambut baik dan dukungannya terhadap kegiatan yang dilakukan oleh dua inisiatif yang dibentuk sesuai dengan Resolusi Majelis Umum PBB yaitu International Asteroid Warning Network (IAWN) dan the Space Mission Planning Advisory Group (SMPAG). b. Perlunya kerja sama internasional untuk memonitor space object (asteroid) guna mitigasi dampak dari tumbukan object tersebut; c. Perlunya mendorong seluruh Negara untuk melakukan riset ilmiah untuk mengembangkan caracara mitigasi dampak tumbukan asterorid baik dilakukan sendiri maupun secara bersama-sama. d. Pentingnya data yang diperoleh dari program IAWN dan SMPAG. e. Perlunya koordinasi internasional dalam deteksi NEO f. Perlunya penelitian dan basis data NEO untuk monitoring dan mitigasi, serta mengetahui alam semesta. g. Pentingnya perlindungan kehidupan terhadap dampak NEO dan berpartisipasi dalam pengamatan NEO. h. Amerika akan berbagi hasil penelitiannya tentang NEO dan akan mendukung kegiatan monitoring asteroid serta membangun kerjasama internasional untuk antisipasi dampak asteroid. i. Mengingat isu ini sangat krusial, Korea menyatakan keterlibatannya dalam monitoring NEO dengan membangun teleskop untuk monitoring dan melakukan kerjasama. 10
j. k. l.
Japan mempelajari NEO antara lain dengan meluncurkan Hayabusa dan membangun jaringan pengamat asteroid (APAON). China telah memulai pengamatan asteroid dan memperoleh penemuan baru, serta mengembangkan metoda asteroid position tracking. Rusia terus mengembangkan sistem pengamatan NEO dengan membangun teleskop besar serta akan terus berkolaborasi secara internasional.
37.
Selain itu pengamat UNCOPUOS yaitu ASE, IAWN and SMPAG juga menyampaikan statementnya. Mr Lindley dari IAWN melaporkan kegiatannya dengan tema “International Asteroid Warning Network (IAWN) Report to STSC 2016.”, dan Mr. Gehard Drolshagen (ESA/SMPAG) dengan tema “the Space Mission Planning Advisory Group (SMPAG) Report to STSC 2016.” Dalam laporannya disampaikan antara lain; a. Sampai saat ini SMPAG beranggotakan 16 negara, Canada dan China juga telah mengindikasikan maksudnya untuk menjadi anggota SMPAG; b. Keanggotaan SMPAG terbuka bagi seluruh badan antariksa, entitas pemerintah atau interpemerintah yang melakukan kegiatan dalam riset dalam bidang NEOs; c. SMPAG telah menyusun Rencana Kegiatan yang meliputi 11 kegiatan;
38.
Sementara itu, Asosiasi Eksplorasi Antariksa atau The Association of Space Explorers (ASE) menyampaikan usulannya tanggal 30 Juni sebagai Hari Asteorid Internasional (The International Asteroid Day) untuk dirayakan setiap tahuannya oleh seluruh Negara. Usulan tanggal 30 Juni ini dilatarbelakangi untuk mengenang atas kejadian jatuhnya asteroid di Tunguska di Siberia pada tanggal 30 Juni 1908.
39.
Pada pembahasan mata acara ini, Delri Indonesia menyampaikan intervensi yang pada intinya menyampaikan apresiasi kepada IAWN dan SMPAG atas hasil kegiatannya. Selain itu juga disampaikan dukungannya untuk meningkatkan kerja sama internasional dan sharing informasi dalam rangka menemukan, monitoring dan memahami karakteristik populasi NEO, khususnya untuk mitigasi benda yang berbahaya. Terkait usulan ASE, Indonesia menyampaikan dukungannya namun dengan memperhatikan pentingnya pendidikan mengenai asteroid sebelum membuat komitmen atau keputusan apapun. Statement Indonesia sebagaimana dimuat dalam Lampiran XII dari laporan ini.
Mata Acara 13 : Use of nuclear power sources in outer space (NPS) 40.
Pada mata acara ini sekretariat mendistribusikan dokumen bahan pembahasan terkait NPS, antara lain (i) the scope of the Principles had become too restrictive and was no longer suited to current and future technological developments; (ii) the Principle‟s reference framework for radiological protection had evolved; (iii) the revision of the Principles would make it possible to ensure greater consistency with the SafetyFramework, dan (iv) Draft report prepared by the Working Group on the Use of Nuclear Power Sources in Outer Space containing recommendations for potential futurework to promote and facilitate implementation of the Safety Framework for Nuclear Power Source Applications in Outer Space.
41.
Pembahasan mata acara ini dilakukan dalam Pleno dan Working Group (WG) on NPS yang dipimpin oleh Ketua Working Group yaitu Mr. Sam A. Harbison (United Kingdom). Pada pleno, Indonesia, Amerika Serikat, Venezuela, Chili (GRULAC) menyampaikan pandangan dan kegiatannya yang berkaitan dengan implementasi safety framework, yang pada intinya antara lain menyatakan: a. Perlunya mengatur penggunaan energi nuklir di antariksa dengan memperhatikan safety framework. b. safety framework yang ada saat ini belum cukup untuk menghadapi tantangan yang disebabkan oleh penggunaan NPS di antariksa.
11
c. Amerika berhasil meluncurkan space craftnya ke tempat yang sangat jauh, karena menggunakan tenaga nuklir. Tenaga nuklir ini sangat diperlukan tetapi tetap harus memperhatikan kerangka keamanan. d. Perlu perhatian pada aspek legal dan teknis safety framework penggunaan nuklir, dan feasibility mission terhadap inner planet mission. e. Menentang penggunaan tenaga nuklir di antariksa, dan sebagai penggantinya adalah penggunaan tenaga matahari. Statement Indonesia untuk mata acara 13 ini sebagaimana dimuat dalam Lampiran XIII dari laporan ini. 42.
Disela-sela Sidang Subkomite, WG menyelenggarakan beberapa kali pertemuan WG. Pertemuan di WG dihadiri oleh beberapa negara yaitu Amerika, Rusia, Perancis, Pakistan, Jepang, Korea, dan Tiongkok. Indonesia juga hadir dalam WG on NPS tersebut. Sesuai dengan rencana kerja multi year WG on NPS 2010-2015, yang kemudian diperpanjang sampai dengan tahun 2017, tahun 2016 ini WG menentukan apakah multi year tersebut perlu diperpanjang lagi atau tidak, dan apabila tidak diperpanjang maka WG harus menyiapkan laporan akhir WG tentang NPS untuk dilaporkan kepada Komite pada tahun 2017. Untuk itu WG telah menyiapkan draft report WG on NPS (A/AC.105/C.1/L.349) yang memuat rekomendasi kegiatan potensial di masa datang dalam rangka meningkatkan dan memfasilitasi implementasi safety framework on NPS in outer space (Dipublikasi oleh UNCOPUOS dan IAEA pada tahun 2009).
43.
WG membahas draft report dan menerima laporan kegiatan pengalaman negara-negara angota dan organisasi internasional yang telah menggunakan NPS di antariksa terkait implementasi keselamatan dalam kaitannya dengan kerangka kerja keselamatan yang tertuang dalam dokumen Safety Framework tersebut.
44.
Hasil menunjukkan bahwa negara-negara dan organisasi internasional terkait sepakat safety framework telah memberikan dasar yang bernilai untuk pengembangan kerangka kerja nasional dan antar negara internasional. Namun terdapat sejumlah tantangan yang teridentifikasi, yakni: a. Proses otorisasi peluncuran misi untuk negara dengan aplikasi NPS, tetapi tidak memiliki kapasitas untuk peluncuran b. Koordinasi kesiapan kedaruratan dan respon dengan negara-negara dimana misi antariksa akan terbang di atasnya c. Implementasi tanggung jawab utama dari organisasi yang melakukan misi, dan pembuatan aturan resmi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam misi tersebut. d. Alokasi tanggung jawab antara organisasi antar negara internasional dan negara-negara nya dalam menerapkan "Pedoman Untuk Pemerintah" seperti tertuang dalam Dokumen Kerangka Keselamatan e. Pengorganisasian keselamatan peluncuran dan kesiapsiagaan kedaruratan dan tanggap untuk berbagai fase peluncuran dan skenario kecelakaan
45.
Tantangan tersebut terkait dengan kebijakan, manajemen dan koordinasi kegiatan NPS antariksa (Seksi 3 Guidance for Governments dan Seksi 4 Guidance for Management sebagaimana tertuang dalam Dokumen safty framework). Ketiganya dipandang sangat spesifik bagi setiap negara sehingga disimpulkan pembuatan pedoman generik akan sulit untuk dilakukan, dan bahwa tidak perlu modifikasi kerangka kerja keselamatan. Namun ini tidak menutup kemungkinan adanya tantangan-tantangan lain yang teridentifikasi di masa depan.
46.
Selanjutnya WG membahas sejumlah opsi kegiatan tambahan guna meningkatkan keselamatan dalam pengembangan dan aplikasi NPS di antariksa, yakni (i) Survei negara anggota Komite terkait implementasi kerangka kerja keselamatan, (ii) Penyusunan dokumen teknis dari satu atau lebih negara berpengalaman, dengan kemungkinan bekerjasama dengan IAEA, dengan fokus pencapaian 12
keselamatan yang praktikal, (iii) Presentasi tentang pengalaman khusus misi dalam menerapkan pedoman keselamatan dan pemenuhan maksud Prinsip-Prinsip terkait penggunaan NPS di antariksa, dan (iv) Diskusi kemajuan alam pengetahuan dan praktek, dan potensi untuk meningkatkan nilai teknis dan lingkup prinsip-prinsip tersebut. 47.
Dari empat opsi ini, poin 3 dan 4 dianggap lebih efektif dalam peningkatan keselamatan terkait untuk rencana kerja baru. Sejumlah topik untuk poin 3 dibahas, yakni (i) Pengembangan dan keberlanjutan infrastruktur keselamatan, (ii) Definisi kecelakaan dan tantangan analisis, (iii) Organisasi, pengetahuan dan praktek manajemen keselamatan, (iv) Pengembangan dan implementasi rencana kontijensi radiologi yang efektif, (v) Pengembangan dan implementasi rencana komunikasi resiko antar negara.
48.
Dengan demikian, disepakati bahwa Subkomite harus terus mendorong dan memberikan peluang kepada negara anggota, organisasi internasional yang saat sedang melakukan kegiatan , atau pun mempunyai rencana kegiatan dalam aplikasi misi NPS di antariksa untuk melaporkan perkembangan implementasi safety framework, dan mengidentifikasi tantangan, dan pengalaman dalam implementasi safty framework tersebut. Untuk itu terkait rencana kerja multi year WG on NPS, disepakati bahwa perlu dilakukan intersessional meeting untuk memfinalisasi draft report WG tersebut untuk dilaporkan pada sidang ke 54 Subkomite Ilmiah dan Teknik tahun 2017.
49.
Intersessional meeting akan berlangsung di sela-sela Sidang ke-58 Komite tanggal 8-17 Juni, yaitu pada tanggal 14 dan 15 Juni 2016. Sementara itu WG akan menyelenggarakan teleconference nya yang pertama pada tanggal 19 April 2016.
Mata Acara 14 : Long Term Sustainability of Outer Space Activities (LTS) 50.
Pembahasan mata acara ini dilakukan dalam pleno dan Working Group on LTS. Pada Pleno Negaranegara menyampaikan pandangannya terutama terhadap draft Guideline for the long-term sustainability of outer space activities yang dimuat dalam dokumen A/QC.105/C.1/L.348.
51.
Terkait agenda LTS ini, Rusia, China dan Amerika Serikat menyampaikan kertas kerjanya, yaitu: a. Rusia dengan judul (i) Consideraions on the sum total of prime requisites and factors that should shape the policy of international information sharing serving safety of space operations, dan (ii) Reviewing opportunities for achieving the Vienna Consensus on Space Security encompassing several regulatory domains; b. China dengan judul China‟s position paper on the issues of Long-term Sustainability of Outer Spae Activities
52.
Sesuai dengan work plan bahwa tahun 2016 ini draft guideline akan diajukan ke sidang Komite. Pembahasan draft guideline oleh working group sangat dinamis dikarenakan terdapat perbedaan pandangan antara Rusia dan Amerika Serikat, sehingga sampai diakhir pertemuan working group termasuk pada Pleno tidak ada kesepakatan terkait draft guideline ini.
53.
Chairman WG on LTS mengajukan proposal mekanisme kerja pembahasan draft guideline antara lain dengan melakukan intersessional meeting pada bulan Juni, yaitu sebelum berlangsungnya Sidang Ke-59 UNCOPUOS, 8-17 Juni 2016.
54.
Pada mata acara ini telah dilaksanakan presentasi teknis, sebagai berikut: a. Mr. Tommaso CSGOBBA (IAASS) dengan tema “International Space Governance” b. Mr. Balazs Zabori (Hungary) dengan tema “The newest Hungarian cosmic radiation measurements results in the stratosphere using stratospheric ballons and sounding rockets.” c. Mr. Holger Krag (ESA) dengan tema “Space Debris Mitigation at ESA in 2015.” 13
d.
Mr. Gong Zizheng (China) dengan tema “China Practices on Satellites Post Mission Disposals Toward Space Long Term Sustainability
Mata Acara 15 : Geostationary Orbit (GSO) 55.
Pada mata acara ini Indonesia menyampaikan statement yang memuat pandangan dan usulan yang pada intinya sebagai berikut: a. Rezim yang ada dewasa ini terkait eksploitasi dan penggunaan orbit geostasioner (GSO) cenderung memberikan peluang lebih besar untuk pemanfaatannya kepada Negara yang secara finansial dan teknis memiliki kemampuan yang lebih maju. Oleh sebab itu perlu ada langkah-langkah antisipatif untuk membendung adanya potensi dominasi dalam pemanfaatan antariksa mengingat kebutuhan negara-negara berkembang dan negara-negara dengan geografi khusus (yang berada di wilayah ekuator). Indonesia sebagai negara kepulauan dengan populasi 250 juta jiwa masih membutuhkan satelit sebagai salah satu infrastruktur komunikasi untuk memenuhi kebutuhan wilayah yang masih belum terjangkau komunikasi terestrial. Berdasarkan fakta dan geografis di atas serta mengacu pada Article 44 Konstitusi ITU kami berkesimpulan bahwa negara-negara tertentu seperti tersebut di atas, harus bisa memanfaatkan hak internasionalnya terhadap sumber daya alam terbatas seperti GSO dan radio spectrum frequency. b. Pemanfaatan satelit akan memainkan peranan penting dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs). c. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Indonesia mengusulkan bahwa UNCOPUOS terus mendorong, mendiskusikan, membahas, dan merekomendasikan kepada ITU untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus yang dialami oleh negara-negara dimaksud (guna lebih menjamin kesetaraan akses terhadap orbit Geostasioner); d. Mengusulkan agar GSO tetap dibahas pada Sidang ke-54 Subkomite Ilmiah dan Teknik Tahun 2017. Statement Indonesia dalam mata acara GSO sebagaimana dimuat dalam Lampiran XIV dari laporan ini.
56.
Selain Indonesia terdapat 3 negara lainnya yaitu Venezuela, Grulac (Chili), dan Afrika Selatan yang menyampaikan statement. Venezuela menyatakan bahwa aplikasi layanan satelit melalui GSO sangat diperlukan oleh negara-negara berkembang, terutama untuk mendukung keperluan sosial kemasyarakatan, antara lain penggunaannya dalam bidang kesehatan, pendidikan, transportasi, dll. Untuk itu Venezuela berpandangan bahwa kesetaraan akses dan penggunaan yang rasional dari orbit GSO tetap dipertahankan sebagai dasar penggunaannya sehingga memberi kesempatan lebih kepada negara-negara berkembang dalam memanfaatkannya demi menunjang kebutuhan masyarakatnya. Venezuela mengusulkan agar masalah GSO tetap terbuka untuk didiskusikan lebih lanjut pada kesempatan berikutnya, baik itu melalui pembentukan Working Group pada STSC maupun pembentukan panel antar pemerintah (intergovernmental panel).
57.
Sejalan dengan statement Venezuela, delegasi Grulac (Chili) menyatakan bahwa pemanfaatan layanan satelit (GSO) sangat membantu dalam pengembangan sector pendidikan, kesehatan, dll. Mengingat bahwa orbit satelit merupakan sumber daya alam yang terbatas maka penggunaannya harus rasional dan tidak tergantung pada tingkat kemampuan tertentu dari suatu Negara, dalam hal ini harus memperhatikan kepentingan Negara berkembang yang hingga saat ini sebagian besar masih mengalami kesulitan untuk memanfaatkan GSO.
58.
Sedangkan Afrika Selatan dalam statement nya menekankan bahwa spektrum frekuensi radio dan orbit geostasioner merupakan sumber daya alam yang terbatas, maka penggunaannya dan saat ini Afrika Selatan sedang mengembangkan penggunaan satelit di negaranya. Selanjutnya disampaikan bahwa Afrika Selatan mendukung Konstitusi ITU yang menyatakan bahwa mengingat spektrum frekuensi 14
radio dan orbit satelit merupakan sumber daya alam yang terbatas maka penggunaannya harus seefisien mungkin dengan memper-hatikan kebutuhan negara-negara berkembang dan negara-negara dengan kondisi geografis tertentu. Metode first come first served yang digunakan saat ini dalam pemanfaatan orbit GSO dipandang sangat tidak menguntungkan negara berkembang dan memberikan hambatan kepada negara yang baru akan mengembangkan teknologi atau layanan satelitnya. Karena itu mekanisme yang ada sekarang ini perlu dikembangkan lebih lanjut untuk lebih mengakomodasi kepentingan negara-negara berkembang. Namun demikian, Afrika Selatan menyatakan akan tetap mengikuti prosedur ITU dalam rencana perluncuran satelitnya dalam waktu dekat ini. Disarankan, apabila masalah ini dianggap penting maka perlu tetap dibahas secara mendalam dalam Sub Komite ini maupun dengan ITU. 59.
Pada mata acara GSO ini, ITU menyampaikan laporan tahunan Biro Radiokomunikasi ITU mengenai penggunaan GSO dan orbit lainnya untuk tahun 2015.
Mata Acara 16 : Draft provisional agenda for the fifth-fourth session of the Scientific and Technical Subcommittee 60.
Working Group of the Whole yang dipimpin oleh Ms. Chiaki Mukai (Jepang ) telah membahas draft agenda yang akan dibahas pada sidang ke-45 Subkomite Ilmiah dan Teknik tahun 2017. Dari pembahasan disepakati perubahan nama agenda 6 yang semula “Space technology for socioeconomic development in the context of the United Nations Conference on Sustainable Development and the post2015 development agenda” menjadi “Space for Sustainable Socioeconomic Development”. Agenda lainnya sama seperti agenda sidang ke-53 Subkomite Ilmiah dan Teknik tahun 2015.
61.
Subkomite menyetujui usulan Working Group of the Whole mengenai draft provisional agenda Sidang ke-54 Subkomite Ilmiah dan Teknik tahun 2017. Sidang ke-54 ini direncanakan akan berlangsung pada tanggal 30 Januari – 10 Pebruari 2017. Draft provisional agenda ini akan disampaikan pada Sidang UNCOPUOS yang akan berlangsung di Wina, tanggal 8-17 Juni 2016 guna pengesahanannya. Draft provisional untuk Sidang Ke-54 Subkomite Ilmiah dan Teknik tahun 2017 dimaksud, sebagai berikut: 1. Adoption of the agenda. 2. Statement by the Chair. 3. General exchange of views and introduction of reports submitted on national activities. 4. United Nations Programme on Space Applications. 5. Space technology for sustainable socioeconomic development. 6. Matters relating to remote sensing of the Earth by satellite, including applications for developing countries and monitoring of the Earth‟s environment. 7. Space debris. 8. Space-system-based disaster management support. 9. Recent developments in global navigation satellite systems. 10. Space weather. 11. Near-Earth objects. 12. Use of nuclear power sources in outer space. (Work for 2017 as reflected in the extended multi-year workplan of the Working Group (A/AC.105/1065, annex II, para. 9)) 13. Long-term sustainability of outer space activities. 14. Examination of the physical nature and technical attributes of the geostationary orbit and its utilization and applications, including in the field of space communications, as well as other questions relating to developments in space communications, taking particular account of the needs and interests of developing countries, without prejudice to the role of the International Telecommunication Union. (Single issue/item for discussion)
15
15. Draft provisional agenda for the fifty-fifth session of the Scientific and Technical Subcommittee, including identification of subjects to be dealt with as single issues/items for discussion or under multi-year workplans. 62.
Pada pembahasan mata acara ini, Mesir menyampaikan pandangannya bahwa Subkomite Ilmiah dan Teknik mulai mengenalkan agenda baru yang berjudul Space system-based counter-terrorism support. Pertimbangannya bahwa memerangi teroris merupakan prioritas utama, dan posisi Subkomite dan Komite yang unik dalam kegiatannya yaitu mendorong negara-negara melakukan kerja sama keantariksaan untuk tujuan damai, sehingga perlu diperkuat kerja sama dengan badan-badan PBB lainnya dalam pemanfaatan iptek antariksa dan aplikasinya untuk perdamaian dan keamanan, terutama memerangi teroris. Dalam rangka memerangi teroris tersebut negara maju hendaknya menyediakan citra resolusi tinggi secara gratis kepada negara yang tidak mempunyai kemampuan dalam teknologi tersebut.
63.
Subkomite juga menyepakati bahwa pada pada Sidang ke-54 Subkomite Ilmiah dan Teknik tahun 2017 akan berlangsung Symposium yang diselenggarakan oleh IAF, di mana tema symposium akan ditetapkan pada Sidang UNCOPUOS Juni 2016.
Mata Acara 16 : Report to the Committee on the Peaceful Uses of Outer Space 64.
Pada mata acara ini delegasi membahas draft laporan sidang ke-53 Subkomite Ilmiah dan Teknik untuk dilaporkan pada sidang ke-59 UNCOPUOS yang akan berlangsung di Wina, 8-17 Juni 2016. Pada pembahasan draft laporan ini terjadi perdebatan yang cukup signifikan utamanya yang berkaitan dengan isu LTS. Dari perdebatan ini disepakati bahwa khusus untuk LTS tidak ada kesepakatan mengenai laporan working group on Long-term sustainability of outer space activities. Draft Laporan Sidang ke53 Subkomite Ilmiah dan Teknik sebagaimana dimuat dalam Lampiran XV dari laporan ini.
C.
SYMPOSIUM INDUSTRY
65.
Berlangsung pada tanggal 15 Pebruari sore hari. Simposium dengan tema The role of industry in space exploration ini dibuka oleh Direktur OOSA dengan Moderator adalah Mr. Steve Bochinger dari Euroconsult. Dalam pembukaannya disampaikan bahwa tujuan akhir simposium yaitu untuk meningkatkan kemitraan para pelaku eksplorasi keantariksaan dengan industri di seluruh dunia.
66.
Simposium diisi dengan presentasi,sebagai berikut: a. Mr. Steve Bochinger (Euroconsult) dengan tema “Space Exploration in the Space Economy” b. Mr. Carlo Mirra (Airbus Deence and Space) dengan tema “Space Industry and Space Exploration in Europe” c. Mr. Mark Skinner (Boeing) dengan tema “Space Industry and Space Exploration in the United States” d. Mr. Mark Sundahl ( (COMSTAC) dengan tema “Commercial Space Transportation” e. Mr Hiroshi Koyama (Mitsubishi Electric Corporation) dengan tema “Space Industry and Space Exploration in Japan”
D.
PARTISIPASI DELRI PADA PERTEMUAN DI SELA SELA SIDANG KE-53 SUBKOMITE ILMIAH DAN TEKNIK
67.
Selain Pertemuan Pleno, Delri juga berpartisipasi pada beberapa pertemuan penting terkait denga COPUOS di sela-sela Sidang ke-53 Subkomite, yaitu: a.
Seminar “Japan’s Unique Technology that Support Space Frontier” from Nobel Prize research enable by “Super-Kamiokande’ and the ISS Rendezvous-docking by Kounotori. 16
Bertindak sebagai moderator Ms. Chiaki Mukai (Ketua Working Group of the Whole), Astronot JAXA. Seminar dibuka oleh Mr Mitsuru Kitano, Duta Besar Jepang di Wina. Seminar diisi dengan 3 presentasi, yaitu: 1) Technology behind “Super-Kamiokande”, the world‟s largest underground neutrino detector oleh Mr. Kenzo Nakamura, Prof. Kavli Institute for Physichs and Mathematics of the Universe, The University of Tokyo Institutes for Advanced Study; 2) Technology behind H-II Transfer Vehicle „Kounotori‟ Japan‟s Automated Cargo Spacecraft to resupply the Internaitonal Space Station oleh Mr Koji Yamanaka, Director Research Unit I, Research and Development Directorate, JAXA; 3) A Few Consideration on Engineering and Tehnology in Japan oleh Mr. Kiyoshi Higuchi, President International Astronautical Federation. b.
Open forum on Near-Earth Objects (NEOs)
Forum dipimpin oleh Mr. Lindley Jhonson (NASA), dengan pembicara: 1) Mr. Rob Landis (NASA) dengan tema International Asteroid Warning Network (IAWN): Brief Summary & Status of the Current Worldwide NEO Survey Effort; 2) MR. Timothy Spahr (IAWN) dengan tema Summary of Current Worldwide NEO Survey, Orbit Computation and Follow-up Efforts; 3) Mr. Detlef Koschny (ESA) dengan tema IAWN-related activities in Europe; 4) Mr. Claus Madsen (ESO) dengan tema ESO observations of potentially hazardous NEOs; 5) Ms. Linda Billings (NASA) dengan tema CCommunication Planning for the International Asteroid Warning Network; 6) Mr. Gerhard Drolshagen (ESA, Chair SMPAG) dengan tema Space Mission Planning Advisory Group E.
PENGAMATAN DAN SARAN Pengamatan
68.
Dalam penyampaian statement, statement Indonesia masih bersifat normatif, belum menyentuh kepada substansi yang dibahas.
69.
Berkaitan dengan world space week yang dirayakan tanggal 4-10 Oktober setiap tahun, berbagai Negara menyelenggarakan kegiatan dalam rangka perayaan world space week tersebut, dan melaporkannya kepada UNCOPUOS sehingga terdokumentasi dalam dokumen PBB. Dalam general statement Indonesia juga melaporkan kegiatan yang dilakukan dalam rangka perayaan world space week. Namun belum melaporkannya kepada PBB. Untuk tahun 2017 perayaan world space week akan mengambil tema “remote sensing:Enabling Our Future”
70.
Expert group on global health berlangsung di sela-sela Sidang Subkomite yaitu pada tanggal 18 dan 19, namun Indonesia tidak berpartisipasi dalam pertemuan expert group ini, karena tidak ada informasi mengenai waktu penyelenggaraan pertemuan ini, karena Indonesia tidak menjadi anggota expert group ini.
71.
Terdapat berbagai kesempatan bagi Indonesia untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan baik berupa workshop, seminar, pendidikan yang akan dilaksanakan pada tahun 2016, antara lain: RCSSTEAP menawarkan program: (i) Pendidikan bergelar (Master Program) dalam bidang GNSS dan RS&GIS (selama 9 bulan di Beihang University dan 1 tahun di China atau di negara masing-masing), dan Space Law and 17
Policy (selama 9 bulan di Beihang University dan 6 bulan di negaranya masing-masing). Pemerintah China menyediakan 3 orang untuk anggota UNCOPUOS. Pendidikan akan dimulai pada bulan September 2016. (ii) Kursus pendek dengan topik Beidou/GNSS technology and applications, RS-GIS application on disaster management, dan Small satellite technology. Kursus ini bekerja sama dengan APSCO, UNSPIDER, Beidou Office, NDRCC, CAST, SAST. 72.
Terkait pembahasan pemanfaatan NPS in outer space, Delri mengamati diskusi pada sesi WG tidak berjalan begitu seimbang, karena jumlah representatif dari negara-negara anggota yang minim, ketidakhadiran sejumlah negara berpengalaman dalam NPS (contoh Jerman), dan juga keterwakilan negara anggota yang tidak mendatangkan pakar terkait (contoh Korea). Delri juga melihat partisipasi aktif dari Amerika, dengan sejumlah masukan dari pakar Perancis dan Pakistan, sementara Rusia dan Tiongkok lebih bersifat pasif. Namun, dari draft dan dokumen diketahu bahwa negara-negara dan organisasi internasional telah memberikan kontribusi terkait implementasi keselamatan dalam misi penggunaan NPS di antariksa, pada pertemuan-pertemuan WG sebelumnya.
73.
Keselamatan merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar dalam penggunaan NPS di antariksa, dan WG perlu mempertahankan kepentingan semua orang dan negara. Sejalan dengan perkembangan program keselamatan nuklir di IAEA, WG perlu terus mengikut hal ini termasuk pelajaran yang dapat dipetik dari Fukushima, antara lain skenario kecelakaan dengan kemungkinan terkecil, perlu diperhatikan, pentingnya koordinasi antar negara dalam hal tanggap darurat, serta komunikasi ke publik.
74.
Masuknya entiti industri dan komersial ke dalam penggunaan NPS di antariksa, seperti yang disampaikan oleh pihak Rusia dalam sesi plenari General Statement, dengan dikeluarkannya kebijakan domestic Amerika yang tidak melalui persetujuan komite internasional, juga perlu terus mendapat perhatian Delri ke depan – di sini termasuk dalam konteks keselamatan NPS dan tanggung jawab negara dan implikasi terhadap pihak internasional / negara-negara lainnya.
Saran 75.
LAPAN selaku focal point dalam keantariksaan termasuk dalam penyusunan pedoman delri ke Sidang UNCOPUOS perlu melakukan kajian lebih mendalam semua permasalahannya dan menentukan kepentingan Indonesia setiap isu keantariksaan yang dibahas dalam agenda sidang, sehingga dapat berpartisipasi dan berkonrtibusi secara optimal dalam sidang-sidang UNCOPUOS. Isu keantariksaan dimaksud seperti agenda Space Debris, Space Weather, GNSS, LTS, GSO, NPS, Global Health, UNISPACE+50 (terkait prioritas tematik).
76.
Indonesia memanfaatkan peluang yang diberikan oleh RCSSTEAP.
77.
LAPAN selaku lembaga focal point dalam keantariksaan kiranya dapat mengkoordir lebih aktif dalam kegiatan perayaan world space week, dan melaporkannya secara resmi kepada UNCOPUOS
78.
Teknologi antariksa mempunyai peran penting untuk kesehatan, dan Kementerian Kesehatan telah memanfaatkan teknologi antariksa untuk kepentingan kesehatan. Untuk ini kiranya ada perwakilan dari Kementrian Kesehatan sebagai anggota Expert group on Global Health.
JAKARTA, 1 MARET 2016 Pelapor: Euis Susilawati Dikjiratmi 18