LAPORAN AKHIR
PERAN KOPERASI DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN UMKM DI KABUPATEN BANYUWANGI
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
: PENDAHULUAN ......................................................................... 1 1.1
Latar Belakang ................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ............................................................. 4
1.3
Tujuan penelitian ................................................................ 4
1.4
Manfaat penelitian .............................................................. 4
: TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5 2.1
Koperasi ............................................................................. 5 2.1.1 Landasan, Azas, dan Tujuan koperas ........................ 9 2.1.2 Bentuk dan Jenis koperasi di Indonesia ..................... 12
2.2
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ....................... 16 2.2.1 Peranan usaha Mikro di Indonesia ............................. 18
2.3
Pengertian Kredit ................................................................ 23 2.3.1 Jenis-jenis Kredit........................................................ 26 2.3.2 Kredit Mikro................................................................ 30 2.3.3 Prinsip-prinsip Perkreditan ......................................... 32 2.3.4 Penggolongan Kualitas Kredit .................................... 36
BAB III
2.4
Pemberdayaan ................................................................... 39
2.5
Modal Sosial ...................................................................... 41
2.6
Kelembagaan ..................................................................... 44
METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 46 3.1
Rancang Penelitian............................................................ 46
3.2
Populasi dan Sampel .......................................................... 46
3.3
Instrumen Penelitian ........................................................... 47
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUWANGI ................ 54 4.1 Gambaran Umum wilayah ................................................... 54 4.1.1 Gambaran Geografis .................................................. 54 4.1.2 Penduduk dan Tenaga Kerja ...................................... 55 4.2 Ekonomi ............................................................................... 58 4.3 Perdagangan ........................................................................ 61
i
BAB V
GAMBARAN UMUM KOPERASI DAN UMKM KABUPATEN BANYUWANGI ........................................................................... 63 5.1 Gambaran Umum Koperasi di kabupaten Banyuwangi ....... 63 5.2 Gambaran Umum UMKM di Kabupaten Banyuwangi ........... 76 5.3 Arah Pembangunan Koperasi Dan UMKM Kabupaten Banyuwangi .......................................................................... 61
BAB VI PERANAN KOPERASI TERHADAP UMKM .............................. 83 6.1 Analisa Tingkat Kepentingan dan Performa (Importance Performance Analysis) ..................................... 83 6.2 Model Pengembangan Peran Koperasi Terhadap Pengembangan UMKM di Kabupaten Banyuwangi .............. 96 BAB VII PENUTUP ................................................................................. 108 6.1 Kesimpulan ...................................................................... 108 6.2 Saran.................................................................................. 109 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 110
ii
DAFTAR TABEL 3.1
Bentuk Pedoman Jawaban Skala Likert............................................. 48
4.1
Angkatan Kerja di Kabupaten Banyuwangi ........................................ 57
4.2
Jumlah Tenaga Kerja Pada Usaha dengan Tempat Tidak Permanen Permanen 2006 ................................................................ 59
4.3
Jumlah Penduduk Berusia 15 tahun Keatas yang Bekerja Seminggu Yang Lalu Berdasar Lapangan Kerja Utama tahun 2012 .......................................................................... 60
4.4
Badan Usaha di Kabupaten Banyuwangi ........................................... 62
5.1
Koperasi Di Kabupaten Banyuwangi .................................................. 64
5.2
Proporsi UMKM dan Industri Besar Sedang Kabupaten Banyuwangi 76
5.3
Sebaran UMKM per Kecamatan Tahun 2011di Kabupaten Banyuwangi ....................................................................................... 77
5.4
Rasio UMKM per Kecamatan dan Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi .............................................. 78
6.1
Kinerja dan Harapan Variabel Bukti Fisik (Tangible) ................ 84
6.2
Kinerja dan Harapan Variabel Keandalan (Reliability) .............. 86
6.3
Kinerja dan Harapan Variabel Daya Tanggap (Responsiveness).................................................................. 88
6.4
Kinerja dan Harapan Variabel Jaminan (Assurance)................. 90
6.5
Kinerja dan Harapan Variabel Perhatian (Emphaty) ................. 92
6.6
Kinerja dan Harapan Seluruh Variabel .................................... 94
iii
DAFTAR GAMBAR 3.1
Sebaran Diagram Kartesius Analisa IPA............................................ 52
4.1
Proporsi Penggunaan lahan .............................................................. 55
4.2
Piramida Penduduk Kabupaten Banyuwangi ..................................... 56
5.1
Penyaluran Kredit 3 Koperasi Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012 ....................................................................................... 68
6.1
Sebaran Atribut Bukti Fisik (Tangible) .................................... 85
6.2
Sebaran Atribut Keandalan (Reliability) .................................. 87
6.3
Sebaran Atribut Daya Tanggap (Responsiveness) ................... 89
6.4
Sebaran Atribut Jaminan (Assurance)..................................... 91
6.5
Sebaran Atribut Perhatian (Emphaty) ..................................... 93
6.6
Sebaran Diagram Kartesius Kinerja dan Harapan Seluruh Variabel ................................................................... 95
6.7
Diagram Akar Masalah UMKM ...............................................100
6.8
Model Pengembangan Peran Koperasi terhadap pengembangan UMKM .........................................................105
iv
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Struktur perekonomian Indonesia ditompang oleh beragam jenis
badan usaha dan bergerak diberbagai macam bidang usaha. Diantara badan usaha yang berkembang di Indonesia terdapat satu badan usaha yang berbeda dengan badan usaha yang lainnya, badan usaha tersebut adalah koperasi. Pada awalnya koperasi lahir di Inggris sekitar tahun 1944 dimana lahirnya koperasi merupakan suatu wujud reassi terhadap kapitalisme dari masa revolusi industri.
Koperasi dianggap berbeda
dengan badan usaha lainnya karena mengusung prinsip yang tidak biasa dalam suatu badan usaha. Dalam UU Nomor 25 Tahun 1992 mengenai koperasi dijelaskan bahwa koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Prinsip yang menonjol dari koperasi berdasarkan UU tersebut adalah terlihat dari definisi koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Ditengah gencarnya arus globalisasi ekonomi dan berkembangnya ekonomi kapitalis dimana dalam era ini orang yang memiliki kapital atau modal akan dapat bertahan dalam lingkaran perekonomian sedangkan orang yang tidak memiliki capital yang kuat akan tersingkir dalam putaran perekonomian maka koperasi tentunya merupakan salah satu terobosan yang unik ditengah kondisi tersebut. Koperasi lebih mengusung gerakan ekonomi rakyat yang artinya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh rakyat yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya apa saja yang dapat dikuasainya dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya. Prinsip
1
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi lainnya adalah koperasi mengedepankan prinsip kekeluargaan berarti koperasi mengedepankan setia kawan dan kesadaran berpribadi, sekaligus bertujuan
untuk
menyejahterakan
anggota
pada
khususnya
dan
masyarakat pada umumnya. Prinsip koperasi tersebut tentunya jauh berbeda dengan prinsip kapitalis yang mendewakan “laba” sebagai tujuan utamanya. Dalam sejarah perkembangan perekonomian di Indonesia, koperasi memiliki peranan yang cukup berarti dan dengan prinsip yang diusungnya, koperasi diharapkan dapat mampu menjadi soko guru perekonomian terutama ekonomi kerakyatan yang mendominasi struktur perekonomian di Indonesia. Harapan terhadap koperasi memang cukup beralasan sebab sangat ironis ditengah gencarnya arus globalisasi Indonesia mayoritas ekonominya didominasi oleh ekonomi kerakyatan yang sangat lemah terhadap terkaman kapitalisasi. Koperasi melalui prinsip yang diusung diharapkan menjadi tiang pondasi ekonomi kerakyatan untuk menopang dari himpitan arus liberalisasi sehingga mampu untuk bertahan bahkan berkompetisi didalamnya. Keseluruhan wilayah di Indonesia pada umumnya struktur ekonomi ditompang oleh usaha kerakyatan termasuk Kabupaten Banyuwangi. Sebagai salah satu wilayah di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Banyuwangi termasuk sebagai 10 besar dengan tingkat perekonomian tertinggi sehingga merupakan daerah andalan. Seperti kebanyakan daerah di Indonesia, Kabupaten ekonomi struktur perekonomian terbesar didominasi oleh jenis usaha kerakyatan yaitu usaha yang berskala menengah, kecil bahkan mikro. Karena struktur perekonomian di Kabupaten Banyuwangi di tompang oleh usaha berskala menengah, kecil bahkan mikro (UMKM) maka kehadiran koperasi tentu akan sangat membantu. Sebagai salah satu unit usaha dalam perekonomian, UMKM memiliki ciri umum yang melekat yaitu permodalan yang masih lemah, inovasi rendah, pemasaran
2
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi yang sempit, serta kelemahan lainnya. Padahal modal merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung peningkatan produksi dan kinerja Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) itu sendiri, terlebih pada pengusaha mikro maupun pedagang golongan ekonomi lemah (usaha kecil). Dengan ciri khas yang melekat pada UMKM tersebut, tentu hal tersebut
dapat
menjadi
bumerang
bagi
perkembangan
UMKM
di
Kabupaten Banyuwangi. Koperasi melalui prinsip yang diusung diharapkan mampu menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh UMKM. Dibalik kelemahan yang dimiliki oleh UMKM sebenarnya terdapat kekuatan yang dimiliki oleh UMKM yaitu dalam hal penyerapan tenaga kerja pada umumnya UMKM adalah sektor yang padat karya dan mampu menyerap tenaga kerja baik tenaga kerja terdidik maupun tenaga kerja tidak terdidik. Dari segi ketahanan terhadap permasalahan ekonomi global UMKM juga terlihat lebih kokoh dibandingkan industri besar maka dari itu UMKM manjadi tiang penyelamat terakhir perekonomian Indonesia. Berdasarkan penjabaran mengenai koperasi dan UMKM diatas Nampak bahwa betapa kedua hal tersebut memegang peranan penting bagi Kabupaten Banyuwangi. Kedua bidang ini hendaknya dapat terus dikembangkan guna mendukung perkembangan Kabupaten Banyuwangi apalagi bila kedua bidang ini saling bersinergi tentu akan menjadi suatu kekuatan lebih untuk dapat lebih memacu perekonomian terutama untuk mendukung perkembangan UMKM di Kabupaten Banyuwangi. Untuk dapat mengembangkan serta mensinergikan antara koperasi dan UMKM maka diperlukan suatu kajian yang komprehensif mengenai bagaimanakah peranan koperasi guna menunjang perkembangan UMKM di Kabupaten Banyuwangi.
3
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi 1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah peran koperasi terhadap UMKM di Kabupaten Banyuwangi 2. Apakah permasalahan yang menghambat fungsi koperasi dan UMKM di Kabupaten Banyuwangi 3. Bagaimanakah
strategi
peningkatan
peran
Koperasi
untuk
menunjang perkembangan UMKM di Kabupaten Banyuwangi 1.3
Tujuan Penelitian
1. Menganalisa
peran
koperasi
terhadap
UMKM
di
Kabupaten
Banyuwangi 2. Menganalisa permasalahan Koperasi dan UMKM di Kabupaten Banyuwangi 3. Menyusun strategi peningkatan peran Koperasi untuk menunjang perkembangan UMKM di Kabupaten Banyuwangi 1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dari kegiatan Peran Koperasi Terhadap Usaha Menengah,
Kecil dan Mikro Kabupaten Banyuwangi adalah memberikan masukan secara ilmiah dan komprehensif bagi pengambil kebijakan di Kabupaten Banyuwangi mengenai perkembangan koperasi dan UMKM.
4
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Koperasi Pada hakekatnya koperasi merupakan suatu lembaga ekonomi yang sangat diperlukan dan penting untuk dipertahankan, koperasi merupakan suatu alat bagi orang-orang yang ingin meningkatkan taraf hidupnya. Dasar kegiatan koperasi adalah kerjasama yang dianggap sebagai suatu cara untuk memecahkan berbagai masalah atau persoalan yang dihadapi oleh masing-masing masyarakat khususnya untuk kalangan ekonomi yang lemah. Koperasi lahir pada permulaan abad ke-19, sebagai reaksi terhadap sistem liberialisme ekonomi, yang pada waktu itu segolongan kecil pemilikpemilik modal menguasai kehidupan masyarakat. Kata koperasi berasal dari bahasa latin coopere yang dalam bahasa Inggris disebut cooperation dan cooperative. Koperasi berasal dari kata co dan operation yang mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan. Kerjasama adalah adanya dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah suatu bentuk kerja sama dalam waktu yang relatif lama. Sistem pemikirian esensialis-nominal yang dikemukakan oleh Hanel pada tahun 1989. Dalam hal ini Hanel mengemukakan bahwa ada dua pendekatan 18 dalam mendefinisikan koperasi baik dalam teori maupun praktek. Kedua pendekatan yang dimaksud yaitu, pendekatan
ilmiah esensialis (pengertian koperasi menurut hukum) dan kedua, pendekatan ilmiah nominalis (pengertian koperasi menurut ekonomi). Pendekatan imiah esensial (legal sense) adalah suatu pendekatan dalam mendefinisikan koperasi selalu bertitik tolak dari prinsip-prinsip koperasi, terutama prinsip-prinsip koperasi yang diterapkan oleh para pelopor
5
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi koperasi.
Pedekatan
esensialis
beranggapan
bahwa
prinsip-prinsip
koperasi di satu pihak memuat sejumlah nilai, norma, dan tujuan konkrit yang harus ditemukan pada semua koperasi. Di pihak lain, prinsip-prinsip tersebut
merupakan
prinsip-prinsip
pengembangan
organisasi
dan
pedoman-pedoman kerja yang pragmatis, yang hanya berhasil diterapkan pada keadaan-keadaan tertentu. Pengertian atau definisi koperasi menurut pendekatan ilmiah esensial (pengertian koperasi menurut hukum) : menurut Undang Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian dalam pasal 1 ayat (1)
menyatakan
:
"bahwa
koperasi
adalah
badan
usaha
yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan; ayat (2) Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan koperasi; ayat (3) Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang; ayat (4) Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi; ayat (5) Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi Koperasi dan kegiatan perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama Koperasi". Berbeda
dengan
pendapat
para
esensialis,
maka
menurut
pengertian nominalis, yang sesuai dengan pendekatan ilmiah modern dalam ilmu ekonomi koperasi, koperasi adalah lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi yang tanpa memperhatikan bentuk hukum atau wujudnya memenuhi kriteria tersebut sesuai dengan pendapat Alfred Hanel (Graha Ilmu, 2005) : 1. Sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok atas dasar sekurang-kurangnya satu kepentingan atau tujuan yang sama (Kelompok Koperasi)
6
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi 2. Anggota-anggota kelompok koperasi secara individual bertekad mewujudkannya, yaitu memperbaiki situasi ekonomi dan sosial mereka, melalui usaha bersama dan saling tolong menolong (Swadaya dari Kelompok Koperasi) 3. Sebagai instrumen (wahana) untuk mewujudkannya adalah suatu perusahaan yang dimiliki dan dibina secara bersama (Perusahaan Koperasi) 4. Perusahaan Koperasi itu ditugaskan untuk menunjang kepentingan para anggota koperasi itu, dengan cara menyediakan atau menawarkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh para anggota dalam kegiatan ekonominya, yaitu dalam perusahaan atau rumah tangganya masing-masing (Tujuan/Tugas dan Promosi Anggota) Dari pengertian-pengertian tersebut koperasi merupakan organisasi ekonomi, tindakan ekonomi dalam koperasi antara lain dalam bentuk usaha untuk meningkatkan usaha koperasi itu sendiri. Dengan demikian sebagai organisasi ekonomi, koperasi melakukan kegiatan ekonomi melalui unit-unit usaha yang diadakannya dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan anggota serta untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sehingga kesejahteraan yang merata bagi masyarakat Indonesia yang kita cita-citakan dapat terwujud. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam, kegiatan usaha simpan pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut melalui usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota koperasi yang bersangkutan,
koperasi
yang
bersangkutan,
koperasi
lain
atau
anggotanya. Sebagai sebuah lembaga keuangan non bank, koperasi adalah suatu usaha yang dimiliki dan diawasi oleh pengguna jasanya serta
7
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi membagikan keuntungan (manfaat ekonomi) yang diperoleh dari kegiatan bisnis berdasarkan tingkat partisipasi anggotanya (David W. Cobia,1989). Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang fungsi, peran dan prinsip koperasi diatur dalam Bab III Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi adalah sebagai berikut : 1. Membangun
dan
mengembangkan
potensi
dan
kemampuan
ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial mereka. 2. Turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. 3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai soko gurunya. 4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Dari pengertian koperasi tersebut dapat dikemukakan tiga konsep operasional koperasi sebagai berikut : 1. Prinsip kepemilikan Koperasi dimiliki oleh anggota yang mendanai dan sekaligus menggunakan jasa koperasi itu. 2. Prinsip kontrol (pengawasan) Koperasi dalam menjalankan kegiatan bisnisnya diawasi oleh para anggotanya sendiri yang bukan hanya berkedudukan sebagai pemilik melainkan juga sebagai pengguna jasa koperasi itu. 3. Prinsip pembagian keuntungan Hasil usaha koperasi dibagikan kepada para anggotanya sesuai dengan intensitas keterlibatannya dalam koperasi.
8
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi 2.1.1 Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi Landasan ideal koperasi Indonesia adalah Pancasila, didasarkan atas
pertimbangan
bahwa
Pancasila
adalah
pandangan
falsafah,
pandangan hidup, dan ideologi bangsa Indonesia. Pancasila akan menjadi pedoman yang mengarahkan semua tindakan koperasi dan organisasiorganisasi lainnya dalam mengemban fungsinya masing-masing di tengahtengah masyarakat. Landasan struktural koperasi Indonesia adalah Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, dengan pertimbangan bahwa pasal tersebut pada
dasarnya mengatur
perikehidupan
ekonomi bangsa
Indonesia yang di dalam gerak pelaksanaannya dilandasi oleh prinsipprinsip demokrasi ekonomi. Artinya, usaha pemenuhan kebutuhan ekonomi warga Negara Indonesia harus dilakukan melalui usaha berasama di antara anggota masyarakat. Dalam Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 ditegaskan bahwa perekonomian yang hendak disusun di Indonesia adalah suatu usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Artinya, susunan perekonomian usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan itu adalah koperasi. Hal ini terdapat dalam penjelasan Pasal 33 UUD 1945 dan berulang kali telah ditegaskan oleh Muhammad Hatta bahwa yang dimaksud dengan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan itu ialah koperasi. Asas koperasi Indonesia adalah kekeluargaan (Pasal 2 UU Nomor 25 Tahun
1992
tentang
Perkoperasian).
Semangat
kekeluargaan
ini
merupakan pembeda utama antara koperasi dengan bentuk-bentuk badan usaha lainnya. Semangat kekeluargaan mengandung tiga unsur : 1. Kesadaran akan harga diri sebagai pribadi (individualitas) Kesadaran
bahwa
setiap
manusia
tidak
akan
dapat
berkembang dengan baik bila tidak bekerja sama dengan orang lain.
Kesadaran
tumbuhnya
sikap
seperti mental
itulah yang
yang
kemudian
mengarah
pada
mendorong semangat
kekeluargaan.
9
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi 2. Rasa setia kawan (solidaritas) Rasa setia kawan ini sangat penting bagi perkembangan usaha koperasi, karena rasa setia kawan akan mendorong setiap anggota koperasi untuk merasa sebagai satu keluarga besar yang senasib dan sepenanggungan. Bertolak dari rasa setia kawan ini akan tumbuh kehendak untuk bersatu, bekerja sama, dan tolongmenolong dalam koperasi. Rasa setia kawan itu antara lain terwujud dalam bentuk gotong royong yang telah lama ada dalam masyarakat Indonesia. 3. Kepercayaan pada diri sendiri (self-help) Sikap percaya pada diri sendiri yang tumbuh karena adanya saling tolong menolong di antara sesama anggota koperasi akan mendukung kesadaran berpribadi dan rasa setia kawan yang berguna bagi pengembangan koperasi. Ketiga unsur tersebut diharapkan saling memperkuat setiap anggota koperasi dalam melakukan usaha untuk meningkatkan kemakmuran bersama. Koperasi
bertujuan
memajukan
kesejahteraan
anggota
pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian
nasional
dalam
rangka
mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian, dalam garis besarnya tujuan koperasi Indonesia meliputi 3 (tiga) hal : 1. Untuk memajukan kesejahteraan anggota. 2. Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. 3. Ikut serta membangun tatanan perekonomian nasional. Pada peraturan koperasi yang terbaru yaitu UU No 17 Tahun 2012 pada pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa nilai yang mendasari kegiatan koperasi yaitu :
10
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi 1. kekeluargaan; 2. menolong diri sendiri; 3. bertanggung jawab; 4. demokrasi; 5. persamaan; 6. berkeadilan; dan 7. kemandirian. Selain itu koperasi juga menganut nilai dalam pelaksanaannya yang diacantumkan dalam pasal 5 ayat 2 yang yaitu : 1. Kejujuran 2. keterbukaan; 3. tanggung jawab; dan 4. kepedulian terhadap orang lain Pasal 6 UU 17 tahun 2012 menyebutkan bahwa prinsip koperasi meliputi : 1. 2. 3. 4.
keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka; pengawasan oleh Anggota diselenggarakan secara demokratis; Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi Koperasi; Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan independen; 5. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Anggota, Pengawas, Pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan Koperasi; 6. Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat Gerakan Koperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional; dan 7. Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh Anggota.
11
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi 2.1.2 Bentuk dan Jenis Koperasi di Indonesia Berdasarkan Pasal 15 UU Nomor 25 Tahun 1992 hanya terdapat 2 macam koperasi dimana koperasi berbentuk koperasi primer dan koperasi sekunder. Jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya, yaitu : 1. Koperasi Primer (Primary Cooperative) Koperasi primer adalah koperasi yang anggotanya orang perorangan, pada intinya anggota-anggota sebagai badan hukum koperasi, yang berkedudukan sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan. Koperasi primer biasanya beroperasi di tingkat lokal. Di atas koperasi primer, kesemuanya itu disebut koperasi sekunder (secondary cooperative), yaitu koperasi yang anggota-anggotanya merupakan badan hukum koperasi. 2. Koperasi Sekunder (Secondary Cooperative) Pengertian koperasi sekunder meliputi semua jenis koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi primer dan atau koperasi sekunder. Berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi, koperasi sekunder dapat didirikan oleh koperasi sejenis maupun berbagai jenis atau tingkatan. Dalam hal koperasi mendirikan koperasi sekunder dalam berbagai tingkatan, maka terdapat berbagai koperasi seperti yang selama ini dikenal sebagai :
Aliansi koperasi (tingkat internasional)
Induk koperasi (tingkat nasional)
Gabungan koperasi (tingkat provinsi)
Pusat koperasi (tingkat kabupaten)
Primer koperasi (tingkat lokal)
Dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan kegiatan, kepentingan, dan kebutuhan ekonomi anggotanya. Oleh karena itu,
12
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi disamping dua macam koperasi yang telah disebutkan di atas, masih ada lagi jenis koperasi yang lain, seperti misalnya koperasi simpan pinjam (kredit), koperasi konsumen (konsumsi), koperasi produsen (produksi), koperasi penjualan (pemasaran), dan koperasi jasa. Khusus untuk koperasi yang dibentuk oleh golongan fungsional seperti pegawai negeri, anggota ABRI, karyawan dan sebagainya, bukan merupakan jenis koperasi tersendiri. Perkoperasian tersebut dikenal lima jenis, yaitu : 1. Koperasi Produsen Koperasi
produsen
adalah
koperasi
yang
anggota-
anggotanya adalah para produsen. Anggota koperasi ini adalah pemilik (owner) dan pengguna pelayanan (user), dimana dalam kedudukannya sebagai produsen, anggota koperasi produsen mengolah bahan baku/input menjadi barang jadi/output, sehingga menghasilkan barang yang dapat diperjualbelikan, memperoleh sejumlah
keuntungan
dengan
transaksi
dan
memanfaatkan
kesempatan pasar yang ada. Koperasi produsen berperan dalam pengadaan
bahan
baku,
input
atau
sarana
produksi
yang
menunjang ekonomi anggota sehingga anggota merasakan manfaat keberadaan koperasi karena mampu meningkatkan produktivitas usaha anggota dan pendapatannya. Koperasi ini menjalankan beberapa fungsi, di antaranya : a) Pembelian ataupun pengadaan input yang diperlukan anggota b) Pemasaran hasil produksi (output) yang dihasilkan dari usaha anggota c) Proses produksi bersama atau pemanfaatan sarana produksi secara bersama d) Menanggung
resiko
bersama
atau
menyediakan
pemasaran bersama
13
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
kantor
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi 2. Koperasi Konsumen Koperasi konsumen adalah koperasi yang melaksanakan kegiatan bagi anggota dalam rangka penyediaan barang atau jasa yang dibutuhkan anggota. Koperasi konsumen berperan dalam mempertinggi
daya
beli
sehingga
pendapatan
riil
anggota
meningkat. Pada koperasi ini, anggota memiliki identitas sebagai pemilik
(owner)
dan
sebagai
pelanggan
(customer).
Dalam
kedudukan anggota sebagai konsumen, kegiatan mengkonsumsi (termasuk
konsumsi
oleh
produsen)
adalah
penggunaan
mengkonsumsi barang/jasa yang disediakan oleh pasar. Adapun fungsi pokok koperasi konsumen adalah menyelenggarakan : a) Pembelian atau pengadaan barang/jasa kebutuhan anggota yang dilakukan secara efisien, seperti membeli dalam jumlah yang lebih besar. b) Inovasi pengadaan, seperti sumber dana kredit dengan bunga yang lebih rendah, diantaranya pemanfataan dana gulir, pembelian dengan diskon, pembelian dengan kredit. 3. Koperasi Simpan Pinjam Koperasi ini sering kali juga disejajarkan dengan nama koperasi kredit, koperasi ini menyelenggarakan layanan tabungan dan sekaligus memberikan kredit bagi anggotanya. Layananlayanan ini menempatkan koperasi sebagai pelayan anggota memenuhi kebutuhan pelayanan keuangan bagi anggota menjadi lebih baik dan lebih maju. Dalam koperasi ini anggotanya memiliki kedudukan identitas ganda sebagai pemilik (owner) dan nasabah (customers). Dalam kedudukan sebagai nasabah anggota melaksanakan kegiatan menabung dan meminjam dalam bentuk kredit kepada koperasi. Pelayanan koperasi kepada anggota yang menabung
14
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi dalam bentuk simpanan wajib, simpanan sukarela, dan deposito, merupakan sumber modal bagi koperasi. Penghimpunan dana dari anggota menjadi modal yang selanjutnya oleh koperasi disalurkan dalam bentuk pinjaman atau kredit kepada anggota dan calon anggota. Dengan cara pinjam (KSP) dan atau Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Koperasi. Dengan cara itulah koperasi melaksanakan fungsi intermediasi dana milik anggota untuk disalurkan dalam bentuk
kredit
Penyelenggaraan
kepada
anggota
kegiatan
simpan
yang pinjam
membutuhkan. oleh
koperasi
dilaksanakan dalam bentuk/wadah koperasi simpan pinjam. 4. Koperasi Pemasaran Koperasi pemasaran seringkali disebut koperasi penjualan. Identitas anggota sebagai pemilik (owner) dan penjual (seller) atau pemasar. Koperasi pemasaran mempunyai fungsi menampung produk barang maupun jasa yang dihasilkan anggota untuk selanjutnya berkedudukan koperasinya.
memasarkannya sebagai Dengan
kepada
pemasok demikian
konsumen.
barang bagi
atau
jasa
anggotanya,
Anggota kepada koperasi
merupakan bagian terdepan dalam pemasaran barang ataupun jasa anggota produsen. Sukses fungsi pemasaran ini mendukung tingkat kepastian usaha bagi anggota untuk tetap dapat berproduksi. 5. Koperasi Jasa Adalah koperasi dimana identitas anggota sebagai pemilik dan nasabah konsumen jasa dan atau produsen jasa. Dalam status anggota sebagai konsumen jasa, maka koperasi yang didirikan adalah koperasi pengadaan jasa. Sedangkan dalam status anggota sebagai produsen jasa, maka koperasi yang didirikan adalah koperasi produsen jasa atau koperasi pemasaran jasa. Sebagai
15
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi koperasi pemasaran, bilamana koperasi melaksanakan fungsi memasarkan jasa hasil produksi anggota. Dalam praktek dikenal pula penjenisan koperasi atas dasar cakupan pengelolaan bisnis (usaha), yaitu jenis koperasi Single Purpose (satu usaha) dan Multi
Purpose (banyak usaha). Koperasi dengan satu kegiatan usaha, misalnya Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Produsen Susu, Koperasi tahu tempe (Primkopti), Koperasi Bank Perkreditan Rakyat dan sebagainya. Koperasi dengan lebih dari satu kegiatan usaha, sering disebut sebagai koperasi melaksanakan pemasaran produk barang dan jasa 2.2
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Usaha Mikro Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro) adalah usaha produktif milik orang perorangan dan / atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini. 29 Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
16
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Usaha mikro merupakan kegiatan usaha yang dapat memperluas lapangan pekerjaan serta memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta berperan mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, usaha mikro adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang medapatkan kesempatan utama, dukungan, perlindungan serta pengembangan yang secara luas sebagai wujud pihak yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa harus mengabaikan peranan usaha besar dan badan usaha milik pemerintah. Menurut Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) usaha mikro adalah usaha yang memiliki kurang dari 5 orang tenaga kerja. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pasal 3 disebutkan bahwa usaha mikro bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun
perekonomian
nasional
berdasarkan
ekonomi
yang
berkeadilan. Pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan upaya yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Menurut Rudjito (2003) usaha mikro adalah usaha yang dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin atau mendekati miskin. Usaha mikro sering disebut dengan usaha rumah tangga. Besarnya kredit yang dapat diterima oleh usaha adalah Rp 50 juta. Usaha mikro adalah usaha produktif secara individu atau tergabung dalam koperasi dengan hasil penjualan Rp 100 juta. Kriteria Usaha Mikro menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 6, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta tidak temasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta.
17
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Ciri-ciri usaha mikro yaitu: 1. Jenis barang usahanya tidak tetap,dapat berganti pada periode tertentu; 2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, dapat berubah sewaktuwaktu; 3. Belum melaksanakan administrasi keuangan yang sederhana dan tidak memisahkan antara keuangan keluarga dengan keuangan usaha; Sumber daya manusia (pengusaha) belum memiliki jiwa enterpreuner yang memadai; 4. Tingkat pendidikan rata-rata relatif rendah; 5. Pada umumnya belum akses ke perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank; 6. Umumnya tidak mempunyai izin usaha atau prasyaratan legalitas lainnya termasuk Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 2.2.1 Peranan Usaha Mikro di Indonesia UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) pada masa sekarang telah diakui oleh berbagai pihak sehingga memiliki peran yang cukup besar dalam perekonomian nasional. Menurut Bank Indonesia ada beberapa peran strategis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) antara lain: 1. Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang besar dan terdapat dalam tiap-tiap sektor ekonomi; 2. Menyerap banyak tenaga kerja dan setiap investasi menciptakan lebih banyak kesempatan kerja; 3. Memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga terjangkau;
18
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Sedangkan peran Usaha Mikro dalam perekonomian Indonesia menurut (Urata dalam Sulistyastuti, 2004) adalah : 1. Usaha mikro merupakan pemain utama dalam kegiatan ekonomi di Indonesia. 2. Penyediaan kesempatan kerja. 3. Pemain
penting
dalam
pengembangan
ekonomi
lokal
dan
pengembangan masyarakat. 4. Penciptaan pasar dan inovasi melalui fleksibilitas dan sensitivitas atas keterkaitan dinamis antar kegiatan perusahaan. 5. Memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekspor non migas. Pentingya peranan usaha mikro di negara Indonesia terkait dengan posisi strategis berbagai aspek yatitu terdiri atas: a) Aspek permodalan Usaha mikro tidak memerlukan modal yang besar sehingga dalam pembentukkan usaha tidak akan sesulit perusahaan atau perseroan besar. b) Tenaga kerja Tenaga kerja yang diperlukan untuk usaha ini tidak menuntut pendidikan formal atau tinggi tertentu (Tambunan,2001 dalam Sulistyastuty, 2004). c) Lokasi Sebagian besar usaha mikro berlokasi di pedesaan dan tidak memerlukan
infrastruktur
sebagaimana
perusahaan
besar
(Sulistyastuti, 2004). d) Ketahanan Peranan usaha mikro ini terbukti bahwa usaha mikro memiliki ketahanan yang kuat (strong survival) ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi (Sandee, 2000).
19
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Perkembangan Usaha Mikro di Indonesia tidak terlepas dari berbagai masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah tersebut tidak dapat berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani, tetapi juga berbeda antar wilayah atau lokasi, antar sentra, antar sektor, antar sektor atau subsektor atau jenis kegiatan dan antar unit usaha dalam kegiatan atau sektor yang sama (Tambunan, 2000). Meskipun demikian masalah dasar yang dihadapi oleh usaha mikro menurut Tambunan (2002) adalah : 1) Kesulitan pemasaran Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan Usaha Mikro dan Kecil. Hasil studi lintas negara yang dilakukan James dan Akrasanee (dikutip Tambunan, 2002) di sejumlah negara ASEAN menunjukkan bahwa termasuk
growth constrains yang dihadapi oleh banyak pengusaha kecil menengah (kecuali Singapura). Salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar domestik dari produk serupa buatan usaha besar dan impor, maupun pasar ekspor. Selain itu, terbatasnya informasi banyak usaha kecil menengah, khususnya yang kekurangan modal dan SDM (Sumber Daya Manusia) serta berlokasi di daerah-daerah pedalaman yang relatif terisolir dari pusat informasi, komunikasi, dan transportasi, juga mengalami kesulitan untuk memenuhi standar-standar internasional yang terkait dengan produksi dan perdagangan. 2) Keterbatasan finansial Usaha mikro, khususnya di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial : mobilisasi modal awal (star-up capital) dan akses ke modal kerja, seperti finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. Kendala ini disebabkan karena lokasi bank yang terlalu jauh bagi banyak
20
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi pengusaha yang tinggal di daerah yang relatif terisolasi, persyaratan terlalu berat, urusan administrasi terlalu bertele-tele, dan kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada dan prosedur. 3) Keterbatasan sumber daya alam (SDM) Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak usaha mikro di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek
enterpreunership,
manajemen,
teknik
produksi,
pengembangan
produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntasi,
data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Keterbatasan ini menghambat usaha mikro di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional. 4) Masalah bahan baku Keterbatasan bahan baku (dan input-input lainnya) juga sering menjadi salah satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak Usaha Mikro di Indonesia. Keterbatasan ini dikarenakan harga baku yang terlampau tinggi sehingga tidak terjangkau atau jumlahnya terbatas. 5) Keterbatasan teknologi Usaha Mikro di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi lama atau tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya total factor productivity dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat. Keterbatasan teknologi, khususnya usaha-usaha rumah tangga (mikro) disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya keterbatasan modal
investasi
untuk
membeli
mesin-mesin
baru
atau
menyempurnakan proses produksi, keterbatasan informasi mengenai
21
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi perkembangan teknologi atau mesinmesin dan alat-alat produksi baru dan
keterbatasan
Sumber
Daya
Manusia
(SDM)
yang
dapat
mengoperasikan mesin-mesin baru atau melakukan inovasi-inovasi dalam produk maupun proses produksi. Muhammad Yunus (dalam Gilang, 2007) menjelaskan bahwa upaya untuk mengatasi kemiskinan dengan memberikan kesempatan untuk mengoptimalkan kemampuan yang sudah mereka miliki melalui pinjaman mikro tanpa agunan. Kemiskinan bukan disebabkan karena mereka malas atau tidak mau bekerja tetapi karena mereka tidak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan usaha disebabkan keterbatasan modal. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah
Republik
Indonesia
Nomor
03/Per/M.UKM/III/2009
menjelaskan bahwa masalah permodalan, baik keterbatasan kepemilikan modal maupun kesulitan dalam mengakses pembiayaan merupakan kendala bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dalam menjalankan dan mengembangkan usaha. Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM, pengertian usaha Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) mengacu kepada kriteria usaha, yaitu : 1. Usaha mikro : a) Usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan b) yang memenuhi kriteria usaha mikro. c) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 2. Usaha kecil :
22
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi a) Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung atau maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. b) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
memiliki
hasil
penjualan
tahunan
lebih
dari
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Usaha menengah : a) Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung atau maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar. b) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
memiliki
hasil
penjualan
tahunan
lebih
dari
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Namun demikian, pengertian kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) yang digunakan dalam penelitian ini masih menggunakan defi nisi yang digunakan untuk keperluan statistik Bank Indonesia, yaitu kredit mikro adalah kredit dengan plafon maksimum Rp50 juta, kredit kecil
23
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi adalah kredit dengan plafon antara Rp50 juta s.d Rp500 juta, dan kredit menengah adalah kredit dengan plafon antara Rp500 juta s.d Rp5 miliar. 2.3
Pengertian Kredit Adapun definisi untuk kredit konsumsi, modal kerja dan investasi
sesuai dengan Laporan Bank Umum (LBU) adalah sebagai berikut: 1. Kredit konsumsi adalah pemberian kredit untuk keperluan konsumsi dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara lain. Misalnya: Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), Kredit Multiguna, Kredit Pegawai dan Pensiunan, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA). 2. Kredit modal kerja adalah kredit jangka pendek yang diberikan untuk membiayai keperluan modal kerja debitur. 3. Kredit investasi adalah kredit jangka menengah/panjang untuk pembelian barangbarang modal dan jasa yang diperlukan guna rehabilitasi, modernisasi, ekspansi dan relokasi proyek dan atau pendirian usaha baru. Sebenarnya kata “kredit” berasal dari bahasa Romawi yaitu credere yang artinya “percaya”. Bila dihubungkan dengan bank, maka terkandung pengertian bahwa bank selaku kreditur percaya meminjamkan sejumlah uang
kepada
nasabah/debitur,
karena
debitur
dapat
dipercaya
kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannnya setelah jangka waktu yang ditentukan. Sedangkan pemerintah sendiri mendefinisikan kredit dalam UU No.7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan (pasal 1 angka 11) tentang perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga. Dengan
24
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi definisi tersebut kata kredit seolah diperuntukkan bagi perbankan dengan prinsip operasional konvensional (Pasha, 2007). Menurut Supramono (1995) kredit merupakan perjanjian pinjammeminjam uang antara bank sebagai kreditur dengan nasabah sebagai debitur. Dalam perjanjian ini bank sebagai pemberi kredit percaya terhadap nasabahnya dalam jangka waktu yang disepakatinya akan dikembalikan (dibayar) lunas. Tenggang waktu antara pemberian dan penerimaan kembali prestasi ini menurut Edy Putra (dalam Supramono, 1995) merupakan suatu hal yang abstrak,yang sukar diraba. Sedangkan Kasmir (2004) menjelaskan bahwa baik kredit maupun pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang,misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur) dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sangsi apabila sidebitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama. Dalam perjanjian kredit antar pihak tidak hanya kepercayaan saja yang diperlukan, seperti yang dijelaskan sebelumnya. Tetapi terdapat beberapa unsur yang mempengaruhi pemberian kredit tersebut, Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut (Kasmir,2004): 1. Kepercayaan Suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang,barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa mendatang 2. Kesepakatan Disamping
unsur
kepercayaan
di
dalam
kredit
juga
mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si
25
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana
masing-masing
pihak
menandatangani
hak
dan
kewajibannya masing-masing. 3. Jangka waktu Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka waktu 4. Resiko faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam. 5. Balas jasa Akibat
dari
pemberian
fasilitas
kredit
bank
tentu
mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi serta biaya administrasi
kredit ini
merupakan
keuntungan
utama
bank.
Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil. 2.3.1 Jenis-Jenis Kredit Dalam praktek perbankan, kredit-kredit yang diberikan kepada nasabahnya
dapat
dilihat
dari
berbagai
segi,
sebagai
berikut
(Supramono,1995): 1. Menurut jangka waktunya Dari segi jangka waktu terdapat tiga macam kredit yaitu kredit jangka pendek,jangka menengah dan jangka panjang. Yang disebut kredit jangka pendek adalah kredit yang berjangka waktu paling lama satu tahun. Jangka menengah adalah kredit yang
26
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi berjangka waktu antara satu tahun samapi dengan tiga tahun, Sedangkan kredit jangka panjang waktunya lebih dari tiga tahun. 2. Menurut kegunaannya Dilihat dari kegunaannya juga bisa digolongkan dalam tiga golongan yakni: a) Kredit investasi Kredit yang diberikan kepada nasabah untuk keperluan penanaman modal yang bersifat ekspansi, modernisasi maupun rehabilitasi perusahaannya. b) Kredit modal kerja Kredit yang dimaksudkan untuk kepentingan kelancaran modal
kerja
nasabah,
Jadi
kredit
ini
sasarannya
untuk
membiayai operasi usaha nasabah. c) Kredit profesi Kredit yang diberikan kepada nasabah semata-mata untuk kepentingan profesinya. Misalnya kredit yang diberikan kepada
seorang
dokter
untuk
membeli
peralatan
medis.Meskipun namanya kredit profesi,namun sebenarnya kredit tersebut tidak berbeda dengan kredit investasi, yang berbeda hanya terletak pada kedudukan (status) nasabah. 3. Menurut pemakaiannya a) Kredit Konsumtif Kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. b) Kredit Produktif Pada kredit produktif ini pembiayaan bank ditujukan untuk keperluan usaha nasabah agar produktifitas meningkat. Bentuk kredit produktifitas dapat berupa kredit investasi maupun kredit modal kerja, karena kedua kredit ini diberikan nasabah untuk meningkatkan produktifitas usahanya.
27
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi 4. Menurut sektor yang dibiayai Disamping bermacam-macam kredit yang diterangkan diatas, masih ada beberapa macam kredit yang diberikan nasabah dipandang dari sektor yang dibiayai bank,sebagai berikut: kredit perdagangan,kredit pertanian,kredit perindustrian,dll. Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan kebutuhan jenis kreditnya. Dalam prekteknya kredit yang ada dimasyarakat terdiri dari beberapa jenis, begitu pula
dengan
pemberian
fasilitas
kredit
oleh
bank
kepada
masyarakat. Pembagian jenis yang dilakukan pemberian fasilitas kredit oleh bank ditujukkan untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbgai karakteristik tertentu. Kasmir (2004) menjelaskan secara umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi adalah: 1. Dilihat dari segi kegunaan Maksud jenis kredit dilihat dari segi kegunaannya adalah untuk melihat penggunaan uang tersebut apakah untuk digunakan dalam kegiatan utama atau hanya kegiatan tambahan. Dan ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredit: a) Kredit investasi Kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan. b) Kredit modal kerja Kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. 2. Dilihat dari segi tujuan kredit
28
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Kredit jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian suatu kredit, apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi. a) Kredit produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Artinya kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan suatu baik berupa barang maupun jasa. b) Kredit konsumtif Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan. c) Kredit perdagangan Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang daganagan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. 3. Dilihat dari segi jangka waktu Dilihat dari segi jangka waktu, artinya lamanya masa pemberian kredit mulai dari pertama sekali diberikan sampai masa pelunasannya jenis kredit ini adalah: a) Kredit jangka pendek Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lana 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b) Kredit jangka menengah Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja.
29
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Beberapa bank mengklasifikasikan kredit menengah menjadi kredit jangka panjang. c) Kredit jangka panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet dan untuk juga kredit konsumtif seperti kredit perumahan. 4. Dilihat dari segi jaminan Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit ini terdiri dari: a) Kredit dengan jaminan Kredit yang diberiakn dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur. b) Kredit tanpa jaminan Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha,karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan. 5. Dilihat dari segi sektor usaha Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbedabeda, oleh karena itu pemberian fasilitas kredit pun berbeda pula. Jenis kredit jika dilihat dari sektor usaha sebagai berikut: a) Kredit
industri,
yaitu
kredit
untuk
membiayai
industry
pengolahan baik untuk industry kecil,menengah atau besar. b) Kredit profesi diberikan kepada kalangan para professional seperti dosen,dokter atau pengacara.
30
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi c) Dan sektor-sektor usaha lainnya. 2.3.2 Kredit Mikro Kredit merupakan penyaluran dana yang dilakukan oleh pihak perbankan kepada masyarakat agar dana dapat tersalurkan bagi mereka yang membutuhkan. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan, atau hasil pembagian keuntungan. Kredit
juga
dapat
diartikan
sebagai
hak
untuk
menerima
pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang diminta atau pada waktu yang akan datang karena penyerahan barang-barang yang sekarang (Kent dalam Ramadhini 2008). Berdasarkan beberapa pengertian maka dapat disimpulkan bahwa unsur yang terkandung dalam kredit (Suyatno, 2007) adalah : 1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang maupun jasa benar-benar diterima kembali dalam jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang. 2. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. 3. Degree of Risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari. Adanya unsur resiko ini menyebabkan adanya jaminan dalam pemberian kredit. 4. Prestasi, yaitu objek kredit baik berupa uang, barang ataupun jasa.
31
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Pengertian dari kredit mikro sangat terkait dengan pengertian usaha mikro. Secara universal pengertian kredit mikro adalah definisi yang dicetuskan dalam pertemuan The World Summit in Microcredit di Washington pada tanggal 2-4 Februari 1997 yaitu program atau kegiatan memberikan pinjaman yang jumlahnya kecil kepada masyarakat golongan kelas
menengah
ke
bawah
untuk
kegiatan
usaha
meningkatkan
pendapatan, pemberian pinjaman untuk mengurus dirinya sendiri dan keluarganya (The World Summit in Microcredit, 2007 dalam Ramadhini, 2008). Grameen Banking (2003) dalam Ramadhini (2008) mendefinisikan kredit mikro sebagai pengembangan pinjaman dalam jumlah kecil kepada pengusaha yang terlalu rendah kualifikasinya untuk dapat mengakses pada pinjaman dari bank tradisional. Calmeadow (1999) mengartikan kredit mikro sebagai arisan pinjaman modal untuk mendukung pengusaha kecil dalam beraktivitas, umumnya dengan alternatif jaminan kolateral dan sistem monitoring pengembalian. Pinjaman diberikan utnuk melayani modal kerja sehari-hari, sebagai modal awal untuk memulai usaha, atau sebagai modal investasi untuk membeli asset tidak bergerak. Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu kredit kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang
Nomor
20
Tahun
2008
Tentang
UMKM.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, UMKM adalah usaha produktif yang memenuhi kriteria usaha dengan batasan tertentu kekyaan bersih dan hasil penjualan tahunan.
32
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi 2.3.3 Prinsip Prinsip Perkreditan Dalam memberikan kredit, Bank atau lembaga perkreditan lainnya wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, maka sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian dengan seksama baik itu terhadap watak, kemampuan, maupun prospek usaha debitur. Penilaian yang dilakukan untuk
memperkecil
kemungkinan
penyimpangan
kredit
dari
yang
diperjanjikan adalah melakukan analisis pada beberapa faktor, salah satu analisis yang popular adalah analisis 5C (Pasha, 2007), antara lain: 1. Character (Watak) Merupakan cerminan dari konsistensi dan kemauan calon debitur dalam memenuhi kewajiban kreditnya. Mengingat unsur karakter bersifat abstrak, biasanya kreditur menilai dari sisi kejujura, integritas, dan kepercayaan. Sebagai alat bantu dapat menggunakan referensi dari orang yang dikenal atau berdasarkan penelusuran track record kredit calon debitur. 2. Capacity (Kemampuan Membayar) Kemampuan membayar merujuk kepada kemampuan calon debitur
untuk
kewajiban
menghasilkan
kreditnya.
Analisis
keuntungan kemampuan
dalam
memenuhi
membayar
bank
melakukan analisis-analisis mengenai jumlah penjualan,tingkat keuntungan,arus kas, dan lain-lain terhadap calon debitur yang akan dibiayai. 3. Capital (Modal) Modal mencerminkan besarnya porsi cover resiko yang ikut ditanggung calon debitur terhadap proyek yang akan dibiayai. 4. Collateral (Agunan)
33
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Agunan merupakan jaminan tambahan yang dipersyaratkan bank sebagai alat terakhir bila terjadi masalah dengan kredit yang diberikan. Agunan dapat berupa agunan fisik maupun non-fisik 5. Condition (Kondisi ekonomi dan usaha) Kondisi ekonomi mencerminkan keadaan dan prospek yang lingkungan mikro dan makro yang dihadapi oleh calon debitur. Perhatian pada lingkungan mikro dan makro berguna bagi bank untuk memperkirakan prospek usaha dikemudian hari. Menurut Kasmir (2004), prinsip-prinsip penilaian kredit tidak hanya 5C tetapi juga 7P. Kedua prinsip ini memiliki persamaan yaitu apa-apa yang terkandung dalam 5C dirinci lebih lanjut dalam prinsip 7P dan didalam prinsip 7P disamping lebih terperinci juga jangkauan analisisnya lebih luas dari 5C. Penilaian 7P terdiri dari: 1. Personality Menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya
sehari-hari
maupun
masa
lalunya.
Personality juga
mencakup sikap,emosi,tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. Personality hampir sama dengan
character dari 5C. 2. Party Mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank. 3. Perpose Untuk
mengetahui
tujuan
nasabah
dalam
mengambil
kredit,termasuk jenis kredit yang diinginkan nasbah. Tujuan
34
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi pengambilan kredit dapat bermacam-macam apakah tujuan untuk konsumtif atau untuk tujuan produktif atau tujuan perdagangan. 4. Prospect Menilai
usaha
nasabah
dimasa
mendatang
apakah
menguntungkan atau tidak, dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga ansabah. 5. Payment Merupakan ukuran bagaimana cara ansabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya. 6. Profitability Menganalisis
bagaimana
kemampuan
nasabah
dalam
mencari laba. Profitability diukur dari period eke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank. 7. Protection Tujuannya dikucurkan
oleh
adalah bank
bagaimana namun
menjaga
melalui
suatu
kredit
yang
perlindungan.
Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi. Selain melakukan penilaian pemberian kredit hal lain yang dapat dilakukan bank dalam melindungi kredit yang macet akibat dari berbagai hal baik itu musibah ataupun faktor internal adalah dengan menerapakan jaminan. Dalam hal ini jaminan merupakan tambahan karena apabila suatu kredit telah dilakukan penelitian secara mendalam maka
35
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi fungsi jaminan kredit hanyalah untuk berjaga-jaga. Fungsi jaminan kredit adalah untuk melindungi bank dari kerugian, Dengan adanya jaminan kredit dimana nilai jaminan biasanya melebihi nilai kredit maka bank akan aman. Dalam praktiknya yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah sebagai berikut (Kasmir, 2004): 1. Jaminan dengan barang-barang seperti :
Tanah
Bangunan
Kendaraan bermotor
Dan barang-barang berharga lainnya
2. Jaminan surat berharga seperti :
Sertifikat Saham
Sertifiakt obligasi
Sertifikat tanah
Dan surat berharga lainnya
3. Jaminan orang atau perusahaan Jaminan yang diberikan oleh seseorang atau perusahaan kepada bank terhadap fasilitas kredit yang diberikan. Apabila kredit tersebut macet maka orang atau perusahaan yang memberikan jaminan itulah yang diminta ertanggung jawabannya atau menanggung resikonya. 4. Jaminan asuransi Yakni bank menjamin kredit tersebut kepada pihak asuransi, terutama terhadap fisik obyek kredit, seperti kendaraan,geung dan lainnya. Jadi apabila terjadi kehilangan atau kebakaran maka pihak asuransilah yang akan menanggung kerugian tersebut. Di negara-negara maju jaminan kredit bukan dalam bentuk barang atau surat-surat berharga, biasanya kredit ini diberikan karena kredibilitas perusahaan yang sangat dipercaya. Kredit ini diberikan untuk perusahaan yang memang benar-benar bonafid dan profesional, sehingga kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Dapat pula
36
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi kredit tanpa jaminan dengan penilaian terhadap prospek usahanya atau dengan pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah. 2.3.4 Penggolongan Kualitas Kredit Dendawijaya (2001) menyebutkan beberapa pengertian mengenai kategori kolektibilitas kredit berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia, sebagai berikut: 1. Kredit lancar Kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga. 2. Kredit kurang lancer Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 3 (tiga) bulan dari waktu yang diperjanjikan. 3. Kredit diragukan Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunanya telah mengalami penundaan selama 6 (enam) bulan atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan. 4. Kredit macet Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan. Sedangkan Bank Rakyat Indonesia (dikutip oleh Hidayat,2007) menyebutkan penggolongan kualitas kredit berdasarkan prospek usaha digolongan menjadi 5 klas yaitu: lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. 1. Lancar, Prospek usaha yang memiliki kondisi usaha sebagai berikut
37
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi
Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang baik.
Pasar yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.
Persaingan yang terbatas, termasuk posisi yang kuat dalam pasar
Manajemen yang sangat baik
Perusahaan afiliasi atau group stabil dan mendukung usaha
Tenaga kerja yang memadai dan belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan
2. Dalam perhatian khusus
Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang terbatas.
Posisi di pasar yang baik dan tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.
Pangsa pasar yang sebanding dengan pesaing
Manajemen yang baik
Perusahaan afiliasi atau group tidak stabil dan tidak memiliki dampak yang memberatkan terhadap debitur
Tenaga kerja yang pada umumnya memadai dan belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan
3. Kurang lancar
Industri atau kegiatan usaha yang menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan
Pasar dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.
Posisi di pasar cukup baik tetapi banyak pesaing, namun dapat pulih kembali jika melaksanakan strategi
38
Manajemen yang cukup baik
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi
Hubungan
dengan
perusahaan
afiliasi
atau
group
mulai
memberikan dampak yang memberatkan terhadap debitur
Tenaga kerja berlebihan namun hubungan pimpinan dan karyawan pada umumnya baik.
4. Diragukan
Industri atau kegiatan usaha yang menurun.
Pasar dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.
Persaingan usaha sangat ketat dan operasional perusahaan mengalami
perusahaan yang serius.
Manajemen yang kurang berpengalaman
Perusahaan afiliasi atau group telah memberikan dampak yang memberatkan terhadap debitur
Tenaga kerja berlebihan dalam jumlah yang besar sehingga dapat menimbulkan keresahan.
5. Macet
Kelangsungan usaha sangat diragukan, industri mengalami penurunan dan sulit untuk pulih kembali
Kemungkinan besar kegiatan usaha akan terhenti
Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang menurunan
2.4
Manajemen sangat lemah
Perusahaan afiliasi sangat merugikan debitur
Terjadi pemogokan tenaga kerja yang sulit diatasi.
Pemberdayaan Kata power dalam empowerment diartikan “daya” sehingga
empowerment diartikan sebagai pemberdayaan. Para ilmuan sosial dalam memberikan
39
pengertian
pemberdayaan
mempunyai
rumusan
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
yang
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi berbeda-beda dalam berbagai konteks dan bidang kajian, artinya belum ada definisi yang tegas mengenai konsep tersebut. Namun demikian, bila dilihat secara lebih luas pemberdayaan sering disamakan dengan perolehan daya, kemampuan dan akses terhadap sumber daya untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, agar dapat memahami secara mendalam tentang pengertian pemberdayaan maka perlu mengkaji beberapa pendapat para ilmuwan yang memiliki komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat. Robinson (2009) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan sosial, suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreativitas, dan kebebasan bertindak. Ife dalam Suharto (2005) mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata “empowerment” yang berarti memberi daya, memberi “power” (kuasa), kekuatan,, kepada pihak yang kurang berdaya atau dengan pengertian lain daya dalam arti kekuatan yang berasal dari dalam diri sendiri tetapi dapat diperkuat unsur-unsur pengetahuan yang diserap dari luar. Segala potensi yang dimiliki oleh pihak yang kurang berdaya itu ditumbuhkan, diaktifkan dikembangkan sehingga mereka memiliki kekuatan untuk membangun dirinya. Fokus pemberdayaan KUMKM diarahkan pada upaya mengatasi masalah-masalah yang dihadapi KUMKM antara lain : 1. kesulitan akses terhadap permodalan, informasi pasar dan teknologi, 2. perbaikan iklim usaha dan, 3. peningkatan kualitas sumberdaya terutama sumberdaya manusia. Khusus dalam hal peningkatan akses terhadap permodalan telah dirancang berbagai skim perkreditan yang dilaksanakan secara sektoral, maupun melalui berbagai lembaga perkreditan formal dan melibatkan lembaga penjaminan.
40
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Sementara itu, sutrisno (2000:185) menjelaskan, dalam perspektif pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk mengelola sendiri dana pembangunan baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak lain, disamping mereka harus aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan. perbedaannya dengan pembangunan partisipatif adalah keterlibatan kelompok masyarakat sebatas
pada
pemilihan, perencanaan,
dan
pelaksanaan
program,
sedangkan dana tetap dikuasai oleh pemerintah ife (1995: 182) dalam buku “community development: creating
community
alternatives-vision,
analysis and
practice”)
memberikan
batasan pemberdayaan sebagai upaya penyediaan kepada orang-orang atas
sumber,
kesempatan,
pengetahuan,
dan
keterampilan
untuk
meningkatkan kemampuan mereka menentukan masa depannya dan untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan komunitas mereka. 2.5
Modal Sosial Secara umum, modal sosial dapat didekati dari dua perspektif.
Pertama, modal sosial didekati dari perspektif pelaku (actor’s perspective). Pendekatan ini diformulasikan oleh Bourdieu yang melihat modal sosial berisi sumber daya di mana pelaku individu dapat menggunakannya karena kepemilikannya terhadap jaringan secara eksklusif (exclusive
network). Kedua, mencermati modal sosial dari perspektif masyarakat (society’s perspective) yang dikonseptualisasikan oleh Putnam, yang melihat modal sosial sebagai barang publik yang diatur oleh organisasi dan jaringan horizontal yang eksis dalam masyarakat (Yustika, 2006). Dalam konteks hubungan modal sosial dan akses kredit tentu domain kelembagaan tidak dapat dinafikkan perannya. Kondisi masyarakat yang miskin pada satu sisi dan adanya birokrasi dalam mengakses kredit pada sisi yang lain tentu memunculkan sebuah gap yang dalam antara
41
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi masyarakat miskin dengan pihak lembaga keuangan. Adanya berbagai persyaratan, termasuk diantaranya jaminan kredit, jelas menjadi rintangan yang serius bagi masyarakat miskin yang menginginkan akses kredit secara mudah dan terjangkau. Akan tetapi sesungguhnya masih terdapat celah yang bisa dioptimalkan agar akses kredit dapat dijangkau oleh masyarakat miskin tanpa mengorbankan kepentingan pihak lembaga keuangan agar modal yang diserahkan kepada masyarakat miskin tetap aman.
Celah
itu
adalah
adanya
modal
sosial
yang
benar-benar
terlembagakan dalam masyarakat miskin tersebut. Hal itu sebenarnya telah dipraktikkan bertahun-tahun dalam kehidupan para petani di perdesaan. Adanya sistem norma yang tumbuh subur dalam masyarakat perdesaan
telah
memudahkan
petani
miskin
(tuna
lahan)
untuk
mengakses kredit kepada majikannya (pemilik lahan). Kuatnya modal sosial dalam masyarakat petani yang termanifestasikan dalam budaya gotong-royong, penghormatan pada orang yang dituakan, tolongmenolong, meyakinkan para majikan untuk memberikan kredit tanpa agunan yang memberatkan. Interaksi yang bersifat simbiosis mutualisme pun terjadi dalam hubungan tersebut. Berdasarkan aturan-aturan yang mengikat suatu kegiatan keuangan mikro maka sistem sosial yang terbentuk demi kelangengan program perlu dipahami bahwa lembaga keungan mikro, merupakan rangkaian suatu sistem sosial yang didukung oleh tiga komponen dasar yaitu: struktur, fungsi
dan kultur. Struktur adalah pola hubungan yang berdasarkan
bentuk-bentuk tertentu, fungsi yaitu bentuk kontrak antar manusia yang tertuju pada perkembangan, sedangkan kultur merupakan cara-cara kehidupan bersama yang menyatakan dirinya kedalam perilaku. Ketiga komponen merupakan satu kesatuan yang dinamis. Perubahan pada salah satu komponen maka mempengaruhi komponen dasar kesatuan hidup itu, berpengaruh pada komponen yang lainnya. Sehingga keterpaduan
42
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi komponen-komponen selalu seiring menentukan kekuatan hidup “sistem sosial yang dinamis” tersebut (Muhtadin,1998). Modal sosial adalah keterkaitan sosial yang menjadikan seseorang mampu melakukan tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Putnam dalam Narayan & Cassidy, 2001) McKenzie dan Harpham (2006) dengan mengabstrasikan pengertian modal sosial dari Putnam dengan menjabarkan modal sosial sebagai: : 1 Jejaring sosial (sosial networks), jejaring pribadi yang bersifat sukarela 2 Keterlibatan dan partisipasi kewargaan dan penggunaan jejaring sipil, 3 Identitas
kewargaan
lokal
–
rasa
memiliki,
solidaritas
dan
kesetaraan dengan anggota kelompok masyarakat, 4 Prinsip timbal
balik
(resiprositas) dan
nilai
kooperasi, rasa
berkewajiban untuk menolong orang lain dan percaya diri kala mendampingi, 5 Dan kepercayaan (trust) dalam komunitas. Putnam melihat modal sosial meliputi hubungan sosial, norma sosial, dan kepercayaan. Paparan di atas semakin menegaskan mengenal definisi modal sosial adalah sebagai kepercayaan, norma, dan jaringan yang memang anggota komunitas bertindak kolektif. Modal sosial dapat diartikan juga sebagai sumber yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas. Namun demikian pengukuran modal sosial jarang melibatkan pengukuran terhadap interaksi itu sendiri. Melainkan,
hasil
dari
interaksi
tersebut,
seperti
terciptanya
atau
terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat. Fukuyama (1999:21) berpendapat bahwa modal sosial dapat diukur melalui tiga pendekatan seperti:
43
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi 1. Modal sosial mempunyai dimensi kualitatif, misalnya adanya klub olahraga yang bertujuan membantu dalam bertindak dengan baik secara kolektif, tetapi sulit menilai output dari kelompok tersebut 2. Eksternalitas keanggotaan kelompok yang mempunyai tingkatan kepercayaan positif, misalnya menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya agar bersih dan indah sehingga akan timbul penilian positif
dari
tetangga
sekitarnya
yakni
menyenangkan
dan
menguntungkan karena lingkungan semakin bersih. 3. Eksternalitas negatif yang dicirikan oleh adanya beberapa kelompok secara
aktif
mempropaganda
intoleransi
antara
kelompok
masyarakat, kebencian dan bahkan pelanggaran hukum terhadap yang bukan anggota kelompoknya. Dari beberapa pendapat Fukuyama tersebut yang penting dicermati adalah untuk mengukur modal sosial ada 3 (tiga) permasalahan pokok yaitu: Pertama, adanya trust atau kepercayaan dalam lingkup yang luas tapi masih dalam komunitas: Kedua, adanya reciprocity atau kewajiban timbal balik yang mirip gotong royong tetapi tidak pasif. dan Ketiga, adanya
collective
action
atau
tindakan
kebersamaan
dan
saling
menguntungkan. 2.6
Kelembagaan Pendefinisian Kelembagaan bisa dipilah dalam dua klasifikasi.
Pertama, bila berkaitan dengan proses, maka kelembagaan merujuk kepada upaya untuk mendesain pola interaksi antarpelaku ekonomi sehingga mereka bisa melakukan kegiatan transaksi.
Kedua, jika
berhubungan dengan tujuan, maka kelembagaan berkonsentrasi untuk menciptakan efisiensi ekonomi berdasarkan struktur kekuasaan ekonomi, politik, dan sosial antar pelakunya (Yustika, 2006). Penjabaran
teori
kelembagaan
adalah
meneliti
proses
dari
mekanisme yang berstrukrur, aturan aturan, dan pekerjaan sehari hari
44
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi sebagai pedoman untuk berprilaku sosial. Bentuk Teori ini adalah ide ide yang berpandangan teori yang luas, unsur unsur teori ini adalah dari penggabungan etnometodologi,
dari dan
ekonom,
ilmuwan
antropologi.
politik,
walaupun
sosiologi,
psikologi,
beragam
pendapat
kelembagaan tetap dalam prinsip untuk menunjuk perilaku sosial Teori institusional berfokus pada aspek yang lebih dalam dan lebih tangguh dari struktur sosial. Ini mempertimbangkan proses yang struktur, termasuk skema, aturan, norma, dan rutinitas, menjadi didirikan sebagai pedoman otoritatif untuk perilaku sosial (Scott, 2004). Menurut Rutherford (dalam Yustika, 2006) kelembagaan bisa dimaknai sebagai regulasi perilaku yang secara umum diterima oleh anggota-anggota kelompok sosial, untuk perilaku spesifik dalam situasi yang khusus, baik yang bisa diawasi sendiri maupun dimonitor oleh otoritas luar (external authority). Sedangkan menurut Bardhan (1983), kelembagaan akan lebih akurat bila didefinisikan sebagai aturan-aturan sosial, kesepakatan (conventions), dan elemen lain dari struktur kerangka kerja interaksi sosial. Teori institusional menegaskan bahwa lingkungan kelembagaan kuat dapat mempengaruhi perkembangan struktur formal dalam sebuah organisasi, seringkali lebih mendalam daripada tekanan pasar. Struktur inovatif yang meningkatkan efisiensi teknis pada awal-mengadopsi organisasi yang dilegitimasi di lingkungan. Pada akhirnya inovasi ini mencapai tingkat legitimasi mana kegagalan untuk mengadopsi mereka dipandang sebagai "tidak rasional dan lalai" (atau mereka menjadi mandat hukum). Pada titik ini organisasi baru dan yang sudah ada akan mengadopsi bentuk struktural bahkan jika bentuk tidak meningkatkan efisiensi (DiMaggio dan Powell, 1983; Meyer dan Rowan, 1977)
45
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Rancangan Penelitian Rancangan penelitian didefinisikan sebagai strategi dalam mengatur
latar belakang penelitian agar peneliti dapat memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, proses penelitian menekankan analisisnya data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka rancangan
penelitian
kuantitatif
yangitu
yang dengan
digunakan
adalah
menggunakan
penelitian
pendekatan
deskriptif
Importance
Performance Analysis (IPA). Alat analisa ini mencoba melihat tingkat kepentingan terhadap tingkat performa suatu obyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah peranan koperasi sehingga yang diukur adalah tingkat kinerja (performance) dengan tingkat kepentingan atau harapan (Importance) dari pihak UMKM terhadap Koperasi. 3.2
Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:80). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah koperasi yang didalamnya terdapat anggota yang bergerak dalam bidang UMKM di Kabupaten Banyuwangi
46
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi 2. Sampel Arikunto (2006:131) menjelaskan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini sampel diambil dari populasi yang berjumlah 30 sampel dari keseluruhan populasi yang ada di Kabupaten Banyuwangi 3.3
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan informasi yang diinginkan. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dipergunakan, maka instrument pengumpulan datanya menggunakan angket (kuesioner). Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperolah informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui
(Arikunto,
2010:194).
Sedangkan
Sugiyono
(2008:142)
menyebutkan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada
memfasilitasi
responden
peneliti
dalam
untuk
dijawab.
kegiatan
Instrumen
pengumpulan
penelitian
data
untuk
mempermudah pekerjaannya sehingga menghasilkan informasi yang lebih lengkap dan sistematis. 1. Langkah penyusunan Instrumen Adapun langkah-langkah dalam pembuatan instrumen ini sebagai berikut: a. Menentukan tujuan dari pengukuran skala Tujuan dari pengukuran angket dampak dari koperasi terhadap UMKM di Kabupaten Banyuwangi adalah mengukur tingkat performa Koperasi dengan tingkat kepentingan atau harapan terhadap Koperasi.
47
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi b. Definisi operasional Definisi peran dari koperasi terhadap UMKM adalah adanya manfaat yang yang diterima dengan adanya pemanfaatan koperasi bagi keberlangsungan usaha UMKM di Kabupaten Banyuwangi. c. Melakukan identifikasi indikator-indikator peran Koperasi terhadap perkembangan UMKM, peranan tersebut dilihat dari sisi tingkat performa yang telah dilakukan. Serta melihat tingkat harapan terhadap koperasi khususnya terhadap UMKM Kabupaten Banyuwangi. d. Membuat item-item pernyataan berdasarkan kisi-kisi variabel penelitian menjadi sebuah angket. e. Menentukan nilai skala, skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Menurut Sugiyono (2008:93) skala likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk memenyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Adapun jawaban dari setiap item instrumen yang menggunakan skala likert tentang peran koperasi terhadap UMKM di Kabupaten Banyuwangi terentang dari Sangat Setuju
(Ss), Setuju (S), Netral (N),
Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STJ). Tabel 3.1 Bentuk pedoman jawaban skala Likert
48
Pilihan Jawaban
Nilai
Sangat Setuju (SS)
5
Setuju (S)
4
Netral (N)
3
Tidak Setuju (TS)
2
Sangat Tidak Setuju (STJ)
1
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi 2. Importance Performance Analysis (IPA) Metode Importance Performance Analysis (IPA) diperkenalkan oleh Martilla dan James pada tahun 1977 untuk mengukur hubungan antara prioritas peningkatan kualitas produk/jasa yang dikenal pula sebagai quadrant analysis dan persepsi konsumen IPA telah diterima secara umum dan dipergunakan pada berbagai bidang kajian karena kemudahan untuk diterapkan dan tampilan hasil analisis yang memudahkan usulan perbaikan kinerja IPA bertujuan untuk menampilkan informasi berkaitan dengan faktor-faktor pelayanan yang menurut pelanggan sangat memengaruhi loyalitas dan kepuasan mereka, dan faktor-faktor pelayanan yang menurut pelanggan perlu ditingkatkan karena kondisi saat ini belum memuaskan pelanggan. IPA menyatukan pengukuran faktor tingkat kinerja (performance) dan tingkat kepentingan (importance) yang kemudian digambarkan dalam diagram dua dimensi yaitu diagram importance-performance untuk mendapatkan usulan praktis dan memudahkan penjelasan data. Pada tingkat kinerja, pengukuran dilakukan dengan mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang telah dirasakan. Analisis tersebut tidak menjelaskan hubungan antar atribut, sehingga tidak bisa dijelaskan apakah atribut yang satu berpengaruh terhadap atribut yang lain atau tidak. Penentuan prioritas perbaikan kinerja hanya ditentukan oleh nilai relatif, yaitu nilai rata-rata tingkat kepentingan dan kepuasan, belum mempertimbangkan sumberdaya dan kemampuan perusahaan untuk melakukan perbaikan kinerja tersebut.
Analisis
importance-performance
digunakan
untuk
mendapatkan informasi tentang tingkat kepuasan pelanggan terhadap suatu pelayanan dengan cara mengukur tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanannya.
49
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Dalam analisis data ini terdapat dua buah variabel yang diwakili oleh huruf X dan Y, dimana X adalah tingkat kinerja suatu produk sementara Y adalah tingkat kepentingan konsumen. Rumus untuk tingkat kesesuaian responden yang digunakan adalah:
Dimana: TKi = Tingkat kesesuaian responden
Xi
= Bobot penilaian pelanggan terhadap tingkat kinerja atribut Koperasi Kabupaten Banyuwangi
Yi
= Bobot penilaian pelanggan terhadap tingkat kepentingan terhadap atribut Koperasi Kabupaten Banyuwangi
Bobot penilaian kinerja atribut produk adalah bobot tanggapan atau penilaian responden terhadap kinerja atribut-atribut yang telah dilakukan atau dirasakan oleh responden. Bobot yang dimaksud adalah total bobot dari 30 responden. Sementara bobot penilaian tingkat kepentingan adalah total bobot tanggapan atau penilaian dari 30 responden terhadap besarnya harapan
responden pada kinerja atribut-atribut. Responden
untuk
penilaian terhadap kinerja dan responden untuk penilaian terhadap atribut adalah sama. Kinerja Koperasi Kabupaten Banyuwangi dianggap telah memenuhi kepuasan UMKM jika TKi > 100%. Dan sebaliknya, jika besar TKi < 100% maka kinerja Koperasi Kabupaten Banyuwangi dianggap belum dapat memenuhi kepuasan pelanggan. Setelah diketahui tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan setiap peubah untuk seluruh responden, selanjutnya adalah memetakan hasil perhitungan yang telah didapat kedalam diagram Kartesius. Masingmasing atribut diposisikan dalam sebuah diagram, dimana skor rata-rata
50
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi penilaian terhadap tingkat kinerja (X) menunjukkan posisi suatu atribut pada sumbu X, sementara posisi atribut pada sumbu Y, ditunjukkan oleh skor rata-rata tingkat kepentingan terhadap atribut (Y)
Dimana:
Xi
= Skor rataan setiap peubah i pada tingkat kinerja.
Yi
= Skor rataan setiap peubah i pada tingkat kepentingan.
Σ Xi
= Total skor setiap peubah i pada tingkat pelaksanaan dari seluruh responden.
ΣYi
= Total skor setiap peubah i pada tingkat kepentingan dari seluruh responden.
n
= Total responden. Diagram Kartesius adalah diagram yang terdiri dari empat bagian
yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik (X dan Y), dimana X adalah rata-rata dari bobot tingkat kinerja atribut produk, sedangkan Y merupakan rata-rata dari tingkat kepentingan seluruh. faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Rumusnya adalah :
Dimana:
x
= Rataan dari total rataan bobot tingkat pelaksanaan.
y
= Rataan dari total rataan bobot tingkat kepentingan.
k
= Jumlah peubah yang ditetapkan.
51
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Untuk memetakan tingkat kepentingan atas kinerja tertentu dari sebuah produk. Kemudian tingkat kepentingan tersebut dipetakan dalam diagram kartesius yang disebut Matriks IPA. Matriks IPA terdiri dari empat kuadran yang masing-masing menjelaskan keadaan yang berbeda. Nilai X dan Y digunakan sebagai pasangan koordinat titik-titik atribut yang memposisikan suatu atribut terletak dimana pada diagram kartesius. Penjabaran dari diagram kartesius dapat dilihat pada gambar dibawah ini Gambar 3.1 Sebaran Diagram Kartesius Analisa IPA
Berikut penjelasan untuk masing-masing kuadran: 1. Kuadran satu, “Concentrate Here” (high importance & low satisfaction) Faktor-faktor yang terletak dikuadran ini dianggap sebagai faktor yang sangat penting oleh konsumen namun kondisi pada saat ini belum memuaskan sehingga pihak manajemen berkewajiban pengalokasikan sumber daya yang memadai untuk meningkatkan kinerja berbagai faktor tersebut. Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini merupakan prioritas untuk ditingkatkan.
52
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi 2. Kuadran dua, “Keep up The Good Work” (high importance & high
satisfaction) Faktor-faktor yang terletak dikuadran ini dianggap sebagai faktor penunjang
bagi
kepuasan
konsumen
sehingga
pihak
manajemen
berkewajiban memastikan bahwa kinerja institusi yang dikelolanya dapat terus mempertahankan prestasi yang telah dicapai. 3. Kuadran tiga, “Low Priority” (low importance & low satisfaction) Faktor-faktor yang terletak dikuadran ini mempunyai tingkat kepuasan yang rendah dan sekaligus dianggap tidak terlalu penting bagi konsumen, sehingga pihak manajemen tidak perlu memprioritaskan atau terlalu memberikan perhatian pada faktor –faktor tersebut. 4. Kuadran empat, “Possible Overkill” (low importance & high satisfaction) Faktor-faktor yang terletak dikuadran ini dianggap tidak terlalu penting sehingga pihak manajemen perlu mengalokasikan sumber daya yang terkait dengan faktor-faktor tersebut kepada faktor-faktor lain yang mempunyai prioritas penanganan lebih tinggi yang masih membutuhkan peningkatan.
53
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi BAB IV Gambaran Umum Kabupaten Banyuwangi
4.1 4.1.1
Gambaran Umum Wilayah Gambaran Geografis Kabupaten Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa
Timur, Indonesia. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur Pulau Jawa, berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di barat. Pelabuhan Ketapang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pelabuhan Gilimanuk di Bali. Banyuwangi adalah kabupaten terluas di Jawa Timur bahkan di Pulau Jawa luasnya mencapai 5.782,50 km2. Sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuwangi masih merupakan daerah kawasan hutan. Area kawasan hutan ini diperkirakan mencapai 183.396,3 ha atau sekitar 31,72 persen, daerah persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44 persen, perkebunan dengan luas sekitar 82.143,63 ha atau14,21 persen, dimanfaatkan sebagai daerah permukiman dengan luas sekitar 127.454,22ha atau 22,04 persen. Sedang sisanya telah dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi dengan berbagai manfaat yang ada, seperti jalan, ladang dan lain-lainnya. Wilayah Banyuwangi cukup beragam, dari dataran rendah hingga pegunungan. Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak diujung timur Pulau Jawa. Daerahnya terbagi atas dataran tinggi yang berupa daerah pegunungan, merupakan daerah penghasil berbagai produksi perkebunan. Daratan yang datar dengan berbagai potensi yang berupa produksi tanaman pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah Utara ke Selatan merupakan daerah penghasil berbagai biota laut. peruntukan lahan di Wilayah Banyuwangi adalah sebagai berikut pemanfaatan lahan terbesar adalah dipergunakan untuk
54
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi lahan hutan yang mencapai 31.98% dari keseluruhan luasan terbesar Kedua adalah untuk peruntukan pemukiman sebesar 21.66%.
dari
pembagian zonasi pemanfaatan lahan terlihat betapa lengkapnya potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi. Gambar 4.1. Proporsi pemanfaatan lahan
17%
3%
32% 14%
0%
22%
12%
Hutan
sawah
pemukiman
Perkebunan
Ladang
Lain-lain
Tambak
Sumber: Banyuwangi dalam Angka tahun 2012
4.1.2 Penduduk dan Tenaga Kerja Sampai dengan akhir tahun 2011 lalu penduduk Kabupaten Banyuwangi tercatat 1.614.482 menurut hasil registrasi oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Sedangkan hasil proyeksi jumlah penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 didapat bahwa jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi sebesar 1.564.833 jiwa. Ju lah penduduk di kabupaten Banyuwangi cenderung selalu meningkat. Sejak tahun 1990 hingga 2000 angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuwangi tercatat 0,22 persen. Pada tahun 2000 sam-pai dengan 2010 angka pertumbuh-an penduduk tercatat dengan besar-an yang meningkat yaitu menjadi 0,44 persen. Dari gambar 1 dapat dilihat mengenai jumlah penduduk di Banyuwangi berdasarkan usia dan jenis kelamin. Bila diperhatikan
55
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi berdasarkan komposisi umur penduduknya, Kabupaten Banyuwangi masih tergolong kelompok penduduk muda, karena pada kelompok umur usia non produktif (0 – 14 tahun) masih relatif tinggi. Gambar 4.2. Piramida Penduduk Kabupaten Banyuwangi
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi Pertumbuhan menyebabkan
penduduk
terjadi
ledakan
begitu
yang
penduduk.
begitu Banyak
pesat dapat faktor
yang
mempengaruhi ledakan penduduk tersebut, dari tingkat kematian, tingkat kelahiran
sampai
berpengaruh
migrasi.
terhadap
Ledakan
penduduk
perkembangan
itu
ekonomi
salah
satunya
karena
dengan
perkembangan penduduk yang pesat (ledakan penduduk) tersebut menyebabkan semakin ketatnya persaingan tenaga kerja. Tingginya
persaingan
kerja
menyebabkan
tingginya
tingkat
pengangguran. Dengan banyaknya pengangguran, maka merupakan suatu permasalahn bagi suatu daerah. Dengan demikian, maka pemerintah beserta stakaholder bertanggung jawab akan penciptaan tenaga kerja yang luas bagi penduduk lokal usia produktif. Hal ini dimaksudkan karena
56
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi kesempatan kerja yang luas dapat memaksimalkan para pekerja dan meningkatan pendapatan daerah. Apabila tenaga kerja sebagian besar atau semua dapat tertampung dilapangan kerja maka hasil produksi baik barang atau jasa akan meningkat dan tentunya pendapatan yang diterima oleh masyarakat akan bertambah banyak. Pendapatan yang diterima masyarakat meningkat akan meningkatkan pendapatan daerah. Keadaan ini tidak akan ada pencari kerja yang menganggur, semua digunakan dalam proses produksi disebut kesempatan kerja penuh (full employment). Tabel 4.1. Angkatan Kerja Di Kabupaten Banyuwangi No
Uraian
1
2
1
Sisa Pencari Kerja Tahun Lalu
2
Pencari Kerja
3
Laki-laki Perempuan 3
4
Jumlah 5
12.767
11.787
24.554
1.598
1.449
3.047
Lowongan Kerja
219
719
938
4
Penempatan
164
714
878
5
Penghapusan Pencari Kerja
2.658
2.201
4.859
6
Pencari Kerja yang Belum Ditempatkan
11.543
10.321
21.864
7
Penghapusan Lowongan
55
5
60
8
Sisa Lowongan
-
-
-
Sumber : Kabupaten Banyuwangi dalam angka 2012 Pada Tabel 4.1 dapat dilihat yaitu jumlah pencari kerja pada tahun lalu sebesar 24.554 orang yang terdiri dari 12.767 pencari kerja laki-laki dan 11.787 pencari kerja perempuan. Hal ini tidak sebanding dengan total lowongan kerja yang tersedia yaitu hanya sebesar 938 tenaga kerja. Dari jumlah lowongan kerja yang ditawarkan tadi ternyata hanya sebesar 878 tenaga kerja yang mampu diserap oleh lapangan kerja Sehingga masih
57
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi ada sekitar 23.676 tenaga kerja yang masih belum mampu terserap lapangan kerja dengan maksimal. 4.2
Ekonomi Pertumbuhan
ekonomi
merupakan
laju
pertumbuhan
yang
dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa. Kegiatan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi ilihat dari kegiatan usahanya maka sektor perdagangan paling banyak diminati oleh pelaku usaha di kabupaten Banyuwangi jumlahnya mencapai 95.445 usaha. Urutan kedua terbanyak yaitu sektor industri sebanyak 42.559 dan ketiga sektor jasa dengan jumlah sekitar 20.847 usaha. Jumlah usaha yang tercatat melalui kegiatan Sensus Ekonomi tahun 2006 (SE’06) di Kabupaten Banyuwangi ada sebanyak 207.577 usaha diluar sektor pertanian. Dari jumlah
ini
sebanyak
81.629 usaha
diantaranya merupakan usaha yang dilakukan di luar bangunan dan umumnya apabila menggunakan bangunan cenderung tidak permanen. Selebihnya 125.948 usaha tergolong usaha yang kegiatannya sudah menggunakan bangunan permanen. Penggunaan bangunan permanen pada umumnya berupa bangunan khusus untuk usaha dan bangunan campuran atau bangunan yang digunakan untuk usaha dan juga sekaligus sebagai tempat hunian. Tidak permanen bisa berupa usaha kaki 5, los/koridor, pangkalan ojek motor dan berupa pedagang keliling. Berikut merupakan sektor yang berkembang di Banyuwangi:
58
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi 1. Pertambangan dan Penggalian 2. Industri Pengolahan 3. Listrik, Gas dan Air 4. Konstruksi 5. Perdagangan Besar dan Eceran 6. Akomodasi dan Makan Minum. 7. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi. 8. Perantara Keuangan 9. Real estat, Usaha Persewaan 10. Jasa Pendidikan 11. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 12. Jasa Kemasyarakatan, Sosbud, Hiburan dan Perorangan Lainnya 13. Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga Tabel 4.2. Jumlah Tenaga Kerja Pada Usaha Dengan Tempat Tidak Permanen dan permanen 2011 No
Sektor Kegiatan Usaha
1
Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran 61.859 Akomodasi dan Makan Minum Transportasi, Penggudangan dan Komunikasi Perantara Keuangan Real Estat, Usaha Persewaan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Kemasy. Sosbud, Hiburan, Perorangan lainnya Jasa Perorangan yg Melayani Rumah tangga Jumlah Usaha
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jumlah Tenaga Kerja Tidak permanen Permanen 1.986
Sumber: Banyuwangi dalam Angka tahun 2012
59
1.083 61.859
113.364 708 4.029 85.502
13.068
7.839
14.493
17.732
7 40 -
4.894 7.915 28.160 4.092
4.601
29.103
1.020
386
96.171
305.710
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Tenaga kerja yang terserap diberbagai sektor kegiatan usaha jumlahnya mencapai 401.881 orang. Terbanyak bekerja pada usaha perdagangan besar dan eceran yang jumlahnya mencapai 95.445 orang. Kedua, pada usaha industri pengolahan sebanyak 42.559 orang. Ketiga, bekerja
pada
usaha
jasa
kemasyarakatan,
Sosbud,
Hiburan
dan
perorangan lain tercatat 20.847 orang dan pada usaha akomodasi dan makan minum ada sebanyak 20.257 orang serta selebihnya menyebar diberbagai kegiatan usaha yang ada. Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Berusia 15 tahun Keatas yang Bekerja Seminggu Yang Lalu Berdasar Lapangan Kerja Utama tahun 2012 NO 1 2 3 4 5 6 7 8
9
LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan Besar, Eceran, Rumah makan dan Hotel Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorang Jumlah
PRIA
WANITA
185.369
113.715
299.084
8.982
2.706
11.688
51.029 852 72.349 83.495
53.819 125.388
104.848 852 72.349 208.883
26.213
2.763
28.976
8.890
6.327
15.217
50.006
49.414
99.420
487.185
354.132
841.317
Sumber : Keadaaan Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur 2012
60
TOTAL
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan data pada tabel diatas, tampak bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang dominan bagi masyarakat Banyuwangi khususnya bagi penduduk laki-laki (38 persen), sedangkan penduduk wanita banyak berkecimpung di sektor Perdagangan Besar, Eceran, Rumah makan dan Hotel. 4.3
Perdagangan Berdasarkan urutan struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi tahun
2011, sektor perdagangan hotel dan restoran mempunyai andil terbesar kedua setelah sektor pertanian. Namun hingga saat ini data detail perdagangan di Kabupaten Banyuwangi masih belum tertata dengan baik. Hal ini lebih disebabkan tidak ada penyusunan data yang dilakukan secara khusus. Agar informasi yang disajikan dalam publikasi ini bisa ber-manfaat secara optimal khususnya data yang berhubungan dengan kemajuan ekonomi disektor perdagangan. Misalnya perkembangan pengeluaran Surat Ijin Usaha Per-dagangan (SIUP) menurut klasifikasi golongan perusahaan.Pada tahun 2011 perdagangan kecil yang terdaftar jumlahnya mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2010, dan tahun 2009. Perlu dipahami pula bahwasanya setiap kali SIUP di terbitkan bukan berarti selalu menambah jumlah usaha perdagangan secara langsung. Keadaan yang demikian ini bisa diduga adanya usaha perdagangan yang sudah mempunyai SIUP bisa saja menghentikan usahanya karena sesuatu hal. Berikut
merupakan
bentuk
usaha
yang
terdeteksi
di
kabupaten
Banyuwangi dari tahun ke tahun.
61
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Tabel 4.4. Badan Usaha di Kabupaten Banyuwangi No 1 2 3 4 5 6 7
Bentuk Badan Usaha P.T (Persero) PT FA CV Koperasi UD/Tidak Berbadan Hukum Lainnya Jumlah
Jumlah 2009 75 165 10 435
2010
685
2011
0 89 180 37 610
0 54 0 362 28 1191
916
0 1635
Sumber : Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyuwangi Menurut tabel di atas bahwa badan usaha yang tidak berbadan hukum lebih banyak daripada yang berbadan hukum. Menurut data yang dihimpun Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2011 lalu, jenis industri kerajinan informal jauh lebih banyak dibandingkan dengan industri formal, sehingga industri ini menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dari industri formal. Kabupaten
Banyuwangi
sendiri
lebih
banyak
usah
kecil
(UMKM)
dibandingkan dengan usaha besar.
62
Di
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi BAB V GAMBARAN UMUM KOPERASI DAN UMKM KABUPATEN BANYUWANGI
5.1
Gambaran Umum Koperasi di Kabupaten Banyuwangi Di Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak usaha kecil dan koperasi
yang sebenarnya memiliki andil besar untuk meningkatkan perekonomian daerah setempat. Koperasi dan usaha kecil-menengah merupakan bentuk dan jenis usaha yang digolongkan dalam ekonomi kerakyatan karena sifatnya mandiri dan merupakan usaha bersama. Ketahanan ekonomi daerah tergantung pada pelaku-pelaku ekonomi, termasuk kinerja koperasi dan usaha kecil-menengah. Untuk itu, kekuatan ekonomi akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik apabila kekuatan sinergi kolektif yang dinaungi oleh koperasi berjalan sebagaimana mestinya Orientasi sebagian besar UMKM dan koperasi pada pasar lokal menyebabkan UMKM dan koperasi relatif lebih bisa bertahan dalam kondisi krisis ekonomi saat ini. Berdasarkan data BPS, terdapat 96,2 persen UMKM yang tidak berbadan hukum dan bergerak di sektor-sektor non pertanian masih memasarkan produknya hanya sebatas di dalam wilayah kabupaten. Sisanya memasarkan produknya antar propinsi (2,4 persen) dan antar negara (0,13 persen). Kondisi ini terkait dengan jenis dan kualitas produk dan jasa yang disediakan oleh UMKM dan koperasi yang ada pada umumnya baru bisa menjangkau standar dan konsumen di pasar lokal dan regional. Dalam suasana persaingan yang semakin kompetitif, keberadaan usaha koperasi dituntut untuk dapat bersaing dengan pelaku usaha lainnya,
karena
lembaga
ini
dianggap
cukup
repsentatif
dalam
memberdayakan ekonomi masyarakat. Langkah kerjasama dalam bentuk kemitraan usaha merupakan suatu strategi untuk dapat mengembangkan
63
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi usaha koperasi dan secara moril kerjasama ini sangat diperlukan adanya dukungan yang maksimal dari pihak pengusaha besar melalui paket pembinaan. Harus diakui usaha koperasi ini tidak terlepas dari tantangan dan hambatan, baik dari segi permodalan, sumberdaya manusia, manajemen, minimnya penguasaan teknologi informasi, iklim berusaha, dan distribusi jasa/produk yang dihasilkan. Berikut koperasi yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi , yaitu: Tabel 5.1. Koperasi di Kabupaten Banyuwangi No.
Jenis Koperasi
A Koperasi Primer 1 KUD Pertanian 2 KUD Mina 3 Kopontren 4 Kopinkra 5 Kopti 6 KP-RI 7 Kopkar BUMN/BUMS 8 Kop. Angkatan Darat 9 Kop. Angkatan Laut 10 Kop. Kepolisian 11 Koperasi Serba Usaha 12 Koppas 13 K S P 14 Kop.angkutan darat 15 K B P R 16 Kopwan 17 Koperasi Profesi 18 Koperasi Veteran 19 Koperasi Wredatama 20 Kop Pepabri 21 Koperasi Mahasiswa 22 Koperasi Pemuda 23 Kop.Pedagang Kaki Lima 24 Koperasi lainnya 25 Koptan Pangan (KKT) Jumlah Koperasi Primer B Koperasi Sekunder Jumlah Koperasi
Jumlah Koperasi 44 3 57 12 1 65 92 1 1 1 129 5 58 4 1 219 1 1 5 1 3 2 1 67 88 862 4 866
Jumlah Anggota
Sumber: Banyuwangi dalam Angka tahun 2012
64
94.295 7.913 8.037 1.811 182 14.730 10.863 446 183 1.037 11.516 858 4.130 323 72 7.418 68 1.090 788 403 246 187 32 7.103 4.662 178.393 132 178.525
Jumlah Asset 96.136.641 6.993.452 5.648.428 2.384.236 164.492 131.279.879 15.269.158 3.752.883 140.647 4.177.819 84.719.599 827.161 137.065.286 54.130 3.881.024 7.196.431 28.282 10.900 755.002 75.504 11.050 219.938 1.500 17.061.985 17.135.275 534.990.702 2.617.622 537.608.324
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Koperasi di Kabupaten Banyuwangi tediri dari beragam jenis mulai koperasiya koperasi unit desa (KUD), koperasi pegawai, koperasi wanita, koperasi pesantren dan beragam jenis koperasi lainnya (tabel 5.1). total koperasi yang beroperasi di kabupaten Banyuwangi adalah sebanyak 866 koperasi dengan koperasi primer sebanyak 862 dan koperasi seunder sebanyak 4 unit. Anggota yang koperasi sampai dengan tahun 2012 adalah sebanyak 178.525 orang berarti encapai 10% dari total penduduk di Kabupaten Banyuwangi dengan perputaran asset yang tercata adalah sebesar 537.608.324. Jenis koperasi yang ada jumlah terbanyak adalah jenis koperasi wanita (KOPWAN) yaitu sejumlah 219 unit dengan anggota sebanyak 7.418 anggota. Koperasi terbanyak lainnya adalah koperasi serba usaha (KSU) dengan unit sebanyak 129 dan beranggotakan 11.516 anggota. Diantara keseluruhan koperasi yang ada terlihat koperasi jenis KUD adalah koperasi yang memiliki anggota terbanyak yaitu sebanyak 94.295 orang artinya banyak masyarakat yang memanfaatkan keberadaan koperasi unit desa tersebut. selain KUD koperasi yang memiliki jumla anggota terbanyak adalah KP-RI atau Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia. Keberadaan
koperasi
oleh
masyarakat
memang
dirasakan
manfaatnya sesuai dengan jenis koperasi usaha koperasi. Semisal untuk koperasi jenis simpan pinjam (KSP) manfaat layanan yang dirasakan adalah
mengenai
peminjaman
dana
yang
relatif
mudah
dengan
persyaratan yang tidak memberatkan. Kemudahan peminjaman ini sering dimanfaatkan anggota dibandingkan dengan mereka harus meminjam kepada bank yang memiliki tingkat persyaratan yang rumit. Di koperasi yang melayani usaha pinjaman pada umumnya menerapkan bentuk persyaratan yang mudah untuk pinjaman dengan nominal kecil cukp hanya dengan fotokopi KTP dan KK, untuk pinjaman yang nominalnya cukup besar biasanya disertai dengan jaminan berupa BPKB, namun
65
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi beberapa koperasi tidak perlu menyertakan jaminan BPKB cukup dengan persyaratan biasa. Persyaratan yang ringan ini tentu memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pinjaman terutama masyarakat yang tidak memiliki agunan yang biasanya dibutuhkan jika hendak melakukan peminjaman di bank. Suku bunga yang diterapkan oleh koperasi tergolong rendah yaitu dikisaran 2%-3,5% per bulan dengan jangka waktu pengembalian ratarata selam 10 bulan dan untuk pinjaman dalam nominal besar dapat diberi keleluasaan samapi 20 bulan bagi beberapa koperasi. Suku bunga koperasi masih relative rendah walaupun masih kalah bersaing dengan suku bunga dari bank yang mampu mencapai 1% bahkan kurang, namun karena kemudahan
yang
diberikan
koperasi
masyarakat
masih
sering
memanfaatkan jasa koperasi. Untuk permasalahan tunggakan kredit atau kredit
macet
koperasi
lebih
luwes
dalam
menyelesaikanya
yaitu
menerapkan sistem kekeluargaan dalam penyelesaiannya semisal diberi kelonggaran jangka waktu pembayaran, bernegosiasi dan penyelesaian dengan cara kekeluargaan. Apabila tidak memungkinkan kredit tersebut benar-benar macet dan tidak dapat terbayarkan maka terdapat beberapa alternatif mengatasi permasalahan yaitu pertama dengan cara pemutihan yang menerapkan system “tanggung renteng” atau kegagalan pinjaman ditanggung oleh seluruh anggota koperasi, kedua bernegosiasi untuk penyitaan barang semisal, televisi, kulkas atau harta lainnya yang dapat dijual yang sesuai dengan nominal pinjaman yang tidak terbayarkan, ketiga apabila pinjaman dengan menggunakan agunan maka akan dilakukan pelelangan agunan. Pelelangan ataupun penjualan dari sitaan tersebut juga tidak terlalu kaku sifatnya apabila hasil dari pelelangan tersebut nilainya melebihi dari nominal pinjaman yang tidak terbayarkan maka koperasi akan mengembalikan kelebihan dana tersebut kepada anggota.
66
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Keleluasaan penyelesaian masalah peminjaman ini yang menjadikan pertimbangan masyarakat untuk melakukan peminjaman ke koperasi dibandingkan dengan meminjam ke pihak bank yang dalam penyelesaian masalah pinjaman dengan memerintahkan “debt kolektor” untuk menagih dan kerap berperilaku keras dalam menagih. Diantara kelebihan yang dimiliki oleh koperasi masih terdapat banyak kelemahan yang meliputi seperti suku bunga yang masih kalah bersaing dengan suku bunga bank sehingga dalam hal cicilan anggota lebih berat dibandingkan jika meminjam di koperasi. Koperasi pada umumnya tidak memiliki modal yang besar sehingga permasalahan lain yang kerap menghinggapi adalah kekurangan modal untuk disalurkan, masih sering dijumpai anggota koperasi yang harus menunggu beberapa hari untuk mendapatkan pinjaman dikarenakan dana yang ada di koperasi kurang dan masih memutar digunakan oleh anggota lainnya. Koperasi
dengan
jenis
simpan
pinjam
ini
pada
umumnya
berdasarkan pengamatan dilapangan fasilitas pinjaman sangat dirasakan manfaatnya oleh anggota tidak terkecuali bagi anggota yang bergerak dalam bidang UMKM. Bagi anggota yang bergerak dalam bidang UMKM pada umumnya pinjaman koperasi sangat berguna sebagai penambah modal usaha. Berdasarkan jumlah kredit yang disalurkan, tampak pada Gambar 5.1 bahwa tiga koperasi di Kabupaten Banyuwangi menyalurkan kreditnya untuk kegiatan produktif barang dan jasa. Hal ini menunjukkan bahwa koperasi mampu berperan dalam fungsi intermediasi finansial bagi para wirausaha atau pengusaha yang membutuhkan kredit bagi pengembangan usahanya, sehingga wirausaha/pengusaha.
67
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Gambar 5.1 Penyaluran Kredit 3 Koperasi di Banyuwangi Tahun 2012
Koperasi Unit Desa Trijaya
69.20%
Koperasi Unit Desa Trikarya
89.70%
Koperasi Sekar Melati
0.00%
30.80%
56.70%
25.00%
Produktif
10.30%
43.40%
50.00%
75.00%
100.00%
Konsumtif
Sumber : Penelitian lapang 2013 a.
Koperasi Unit Desa Trikarya Data yang menarik adalah pada Koperasi Unit Desa Trikarya yang
berhasil menyalurkan 89,7 persen untuk kegiatan produksi barang dan jasa yang mencapai Rp 1.975.758.000 dari total kredit sebesar Rp 2.201.448.000 pada tingkat bunga 6 persen. Koperasi ini berdiri sejak tahun 1974. Pada awalnya koperasi ini dikhususkan bagi warga Sekitar yang berprofesi sebagai petani. Koperasi ini pada awalnya hanya memiliki sebuah supermarket dan menyediakan pinjaman untuk modal bibit para petani,namun dalam perkembangannya sampai saat ini koperasi telah memiliki Supermarket yang menampung barang-barang home industry masyarakat sekitar,toko Bangunan,Toko alat pertanian, dan juga alat selep sehingga kemudian keberadaan koperasi ini benar-benar dirasakan oleh masyarakat sekitar. Anggota koperasi ini adalah warga masyarakat di sekitar KUD. mayoritas anggota koperasi ini
68
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi bergerak di bidang UMKM, Home Industry dan juga para petani. Anggota yang bergerak di bidang UMKM itu seperti warung makanan,Toko Kelontong,Home industry dan lainnya. Fasilitas yang dimanfaatkan oleh UMKM cukup beragam karena unit usaha yang dimiliki oleh koperasi ini juga beragam, namun yang cukup sering dimanfaatkan adalah fasilitas penyediaan bibit unggul kepada petani dan juga alat-alat pertanian. Proses untuk mendapatan fasilitas tersebut cukup mudah karena memang bertujuan untuk membantu para petani. Petani bisa mengajukan kredit untuk membeli alat pertanian tersebut dengan cicilan yang sangat ringan dan tanpa bunga. Untuk kendala yang dihadapi oleh koperasi berdasarkan pengakuan dari ketua koperasi sampai saat ini tidak ada. kalupun ada, kendala ini dianggap tidak material. Modal Koperasi ini sampai sekarang sudah mencapai 25 Milyar untuk memenuhi kebutuhan dari 7 unit usaha yang ada. modal mayoritas diperoleh dari Bank BRI dan sisanya diperoleh dari anggota.1 Sementara berdasarkan hasil penelitian ternyata respon masyarakat terhadap eksistensi koperasi ini relatif bagus, hal tersebut disampaikan oleh Bpk. Ngatiman (anggota KUD Trikarya) yang menyatakan Pada awalnya dulu bergabung ke dalam KUD karena ditawarkan kemudahan bibit dan pupuk untuk para petani yang menjadi anggotanya sehingga para petani tidak perlu membeli produk dari luar yang harganya lebih tinggi. Layanan yang sering digunakan adalah layanan pemberian bibit padi atau pupuk tanpa perlu membayar terlebih dahulu dan baru dibayar ketika panen nanti sehingga layanan ini sangat membantu dan diminati oleh para petani yang menjadi anggota.
Pak Ngatiman tidak pernah
menggunakan jasa dari perbankan karena prosedurnya yang cukup rumit sehingga malah menyulitkan para petani.
Pengurus koperasi sangat
perhatian terhadap kelompok tani yang menjadi anggota terutama dalam
1
Sumber : wawancara tanggal 29 april 2013
69
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi bentuk pembekalan training yang berkala dalam bidang pertanian dan juga pemberian bantuan modal. Kendala sampai saat ini belum ada. yang diharapkan adalah koperasi bisa mempertahankan eksistensinya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan tidak hanya modal pinjaman berupa uang namun juga membutuhkan modal pelatihan dan bibit lebih besar. Bantuan dari pemerintah biasanya berupa benih unggul untuk petani2 Demikian juga yang disampaikan oleh Bp. Paidi3 yang telah menjadi anggota Koperasi sejak 4 tahun yang lalu. Pada awalnya dulu beliau bergabung ke dalam KUD karena diajak oleh kelompok tani Bapak Ngatiman. Layanan yang sering digunakan oleh Bp. Paidi adalah layanan pemberian bibit padi atau pupuk tanpa perlu membayar terlebih dahulu dan baru dibayar ketika panen nanti sehingga layanan ini sangat membantu dan diminati oleh para petani yang menjadi anggota. Pak Paidi pernah menggunakan jasa dari perbankan, namun karena prosedurnya yang cukup rumit sehingga malah menyulitkan dan akhirnya malah Bp. Paidi berhutang kepada bank. Sejak itu beliau menghindari untuk berurusan dengan bank.
Pengurus koperasi sangat perhatian terhadap
kelompok tani yang menjadi anggota terutama dalam bentuk pembekalan training yang berkala dalam bidang pertanian dan juga pemberian bantuan modal. Kendala sampai saat ini belum ada. yang diharapkan adalah koperasi bisa mempertahankan eksistensinya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan tidak hanya modal pinjaman berupa uang namun juga membutuhkan modal pelatihan dan bibit lebih besar. Bantuan dari pemerintah biasanya berupa benih unggul untuk petani dan juga pupuk. Bp. Sahroni adalah salah satu anggota KUD Trikarya. Beliau telah menjadi anggota Koperasi sejak 5 tahun yang lalu. Pada awalnya dulu
2 3
Sumber : wawancara dengan Bp. Ngatiman, tanggal 29 april 2013 Sumber : wawancara dengan Bp. Paidi, tanggal 30 april 2013
70
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi beliau bergabung ke dalam KUD karena diajak oleh kelompok tani Bapak Ngatiman. Layanan yang sering digunakan oleh Sahroni adalah layanan pemberian bibit padi atau pupuk tanpa perlu membayar terlebih dahulu dan baru dibayar ketika panen nanti sehingga layanan ini sangat membantu dan diminati oleh para petani yang menjadi anggota. Sahroni belum pernah menggunakan jasa dari bank,namun karena cerita dari rekan-rekannya sesama petani yang berhati-hati terhadap penawaran bank maka sejak itu sahroni menghindari untuk berurusan dengan Bank meskipun beliau membutuhkan modal untuk pengembangan sawahnya. Pengurus koperasi sangat perhatian terhadap kelompok tani yang menjadi anggota terutama dalam bentuk pembekalan training yang berkala dalam bidang pertanian dan juga pemberian bantuan modal. Kendala sampai saat
ini
belum
mempertahankan
ada,
yang
eksistensinya
diharapkan untuk
adalah
membantu
koperasi
bisa
masyarakat
yang
membutuhkan tidak hanya modal pinjaman berupa uang namun juga membutuhkan modal pelatihan dan bibit lebih besar. Bantuan dari pemerintah biasanya berupa benih unggul untuk petani dan juga pupuk4 b.
Koperasi Sekar Melati Koperasi ini terletak di pusat Kabupaten Banyuwangi. Jumlah
Pengurus di dalamnya ada 5 orang (bagian Akuntansi dan manajemen masing-masing 1 orang ,Marketing 2 orang serta 1 manajer yang membawahi semuanya). Manajer KSU Melati adalah Bp. Bambang. Jumlah Anggota Koperasi sebanyak 75 orang. Koperasi ini berdiri sejak tahun 1985. Pada awalnya koperasi ini dikhususkan bagi warga Muhamadiyah yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Koperasi ini pada awalnya tidak berbentuk bangunan melainkan hanya bermodalkan meja di bawah pohon depan masjid ahmad dahlan saja. Dan ketika itu pun kegiatannya hanya untuk kegiatan simpan dan tabungan bagi masyarakat Muhamadiyah yang 4
Sumber : wawancara tanggal 26 april 2013
71
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi mau. Anggota koperasi ini adalah warga Muhammadiyah, masyarakat biasa,pelaku UMKM di Banyuwangi. Terdapat sekitar 40 an anggota yang bergerak di bidang UMKM. Anggota yang bergerak di bidang UMKM itu seperti penjual makanan, VCD, Toko Kelontong,Toko Listrik dan lainnya. Fasilitas yang sering dimanfaatkan oleh UMKM adalah fasilitas simpan pinjam dengan akad Bagi hasil. Proses untuk mendapatan fasilitas tersebut pada dasarnya sama saja dengan anggota lainnya. Untuk kendala yang dihadapi oleh Koperasi adalah minimnya jumlah pinjaman yang mampu diberikan oleh koperasi sehingga sering sekali terjadi antrian untuk pinjaman. Untuk Menyelesaikan permasalahan yang ada, maka sistem yang dibuat oleh pihak koperasi adalah dana pinjaman bergilir yang artinya
setelah
mendapatkan
pinjaman,
sebisa
mungkin
segera
dikembalikan agar anggota yang lain juga kebagian mendapatkan pinjaman. Peranan yang diberikan oleh koperasi untuk UMKM sampai saat ini berupa pemberian bantuan modal tanpa agunan untuk keperluan usaha.
Koperasi
memutuskan
permohonan
kredit
dengan
cara
kekeluargaan yang artinya melihat karakter dari pemohon itu sendiri. apabila pemohon memiliki itikad yang baik dan rutin dalam membayar pinjamannya maka pemohon artinya bisa dipercaya dan koperasi akan mempermudah prosedur peminjamannya. Jumlah kredit yang disalurkan kepada anggota tahun 2012 sebesar 250 juta lebih. Itu terbagi ke kredit produktif sebesar 175 juta dan sisanya untuk kredit konsumtif. Sedangkan tahun 2013 sampai bulan ini kredit yang sudah disalurkan sebesar 210 juta.
Di Koperasi ini jarang terjadi kredit macet karena kebanyakan
anggotanya adalah orang-orang yang bisa dipercaya. Beberapa anggota koperasi ini adalah a) Bp. Haris Khumairi (Usaha Telur Asin)5. Bapak Haris sampai saat ini tergabung dalam koperasi BMT Sekar Melati di Banyuwangi. Beliau telah 3 tahunan menjadi anggota koperasi ini. Layanan yang 5
Sumber : wawancara tanggal.26 April 2013
72
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi digunakan adalah layanan pinjaman untuk modal usaha telur yang telah dia geluti sejak 3 tahun yang lalu. Bp. Haris menyatakan bahwa dia sangat terbantu dengan kemudahan pinjaman tanpa agunan yang diberikan oleh koperasi kepada dirinya. Menurutnya, hal inilah yang membuatnya lebih memilih meminjam di koeprasi daripada di bank. Kendala yang muncul sampai saat ini belum ada mengingat prosedur dalam koperasi yang mudah dan membuat masyarakat merasa benar-benar terbantu. Bp Haris memiliki harapan agar koperasi yang benar-benar terbukti berkontribusi nyata di masyarakat bisa mendapatkan modal lebih karena dengan berbagai kemudahan didalamnya. Koperasi Sekar melati banyak diminati masyarakat namun terkendala di bidang pendanaan sehingga peminjam harus mengantri b) H Masyukin (Produsen Kerupuk)6. Bapak Haji Masyukin sudah tergabung dalam Koperasi BMT Sekar Melati selama 1,5 tahun. Alasan beliau bergabung dengan koperasi adalah karena satu jamaah (muhammadiyah). Layanan yang dibutuhkan dan telah diberikan oleh Koperasi adalah layanan simpan pinjam anggota. Layanan ini bermanfaat untuk pengembangan usaha krupuk yang digelutinya
saat
ini.
Menurut
beliau,
koperasi
jauh
lebih
menawarkan kemudahan ketimbang bank. Kendala yang dirasakan di koperasi sampai saat ini belum ada. Beliau belum pernah mendapatkan dana bantuan dari pemerintah c) Taufik Kurniawan (Toko Alat Listrik)7, telah menjadi anggota Koperasi Ahmad Dahlan sejak 2 tahun lalu. Beliau bergabung menjadi anggota koperasi setelah diajak temannya yang terlebih dahulu merasakan manfaat dari koperasi ini. Jenis layanan yang 6 7
Sumber : wawancara. tanggal.27 April 2013. Sumber : wawancara.28 april 2013
73
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi sering digunakan oleh bapak Taufik adalah layanan simpan pinjam yang digunakan untuk menambah modal ataupun membayar alatalat listrik yang dibelinya secara berkala untuk dijual kembali. Kemudahan
yang
dirasakan
oleh
Pak
Taufik
ini
adalah
diperbolehkannya pengajuan pinjaman tanpa menggunakan agunan oleh koperasi. Selain itu karena sistem yang digunakan adalah bagi hasil, maka sangat meringankan anggota yang ingin mendapatkan pinjaman dengan bunga rendah. Biasanya Pak Taufik juga menggunakan layanan simpan pinjam koperasi ini untuk kebutuhan mendesak. Sejauh ini program-program koperasi dirasa bermanfaat dan membuat usahanya makin berkembang. Pak Taufik pernah menggunakan jasa dari bank namun beliau lebih merasakan manfaat ketika menggunakan jasa koperasi. Bunga tinggi dan prosedur yang cukup panjang membuat beliau kesusahan ketika mencoba mengajukan pinjaman.
Rasa kekeluargaan dalam
koperasi cukup terasa karena pengurus ramah dan kalaupun kita terlambat
membayar
angsuran,
memahami kendala anggota.
pengurus
bisa
sabar
dan
Untuk kendala dalam pelaksanaan
koperasi bisa dibilang belum ada sampai sejauh ini. Harapannya semoga ke depannya koperasi bisa benar-benar mengayomi seluruh anggotanya karena sering ditemukan masih banyak anggota yang belum benar-benar aktif. Pak Taufik Dulu pernah mendapatkan pelatihan Kewirausahaan dari pemerintah. d) Yuyun (Toko Kelontong)8 menjadi anggota Koperasi Ahmad Dahlan sejak 2 tahun yang lalu. Alasan beliau bergabung adalah karena proses pengajuan pinjaman yang cepat dan dengan bunga yang rendah sehingga beliau sering menggunakan layanan simpan pinjamnya. Kemudahan yang didapatkan selama menjadi pengurus koperasi adalah pengrus yang tanggap dan adanya layanan jemput 8
Sumber : wawancara. 28 april 2013
74
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi cicilan. Fasilitas koperasi yang diterima oleh Bu Yuyun dirasakan sangat bermanfaat karena modal usahanya menjadi bertambah sehingga
bisa
memperbesar
tokonya.
Bu
Yuyun
pernah
menggunakan jasa dari perbankan namun beliau lebih menyukai koperasi karena suasana kekeluargaannya yang tinggi dan bunga nya yang rendah. Kendala yang kerap muncul dalam pelaksanaan koperasi mungkin panjangnya antrian utk mendapatkan pinjaman dikarenakan banyak yang ingin meminjam dana juga di koperasi untuk usahanya Berdasarkan penjabaran beberapa hasil penelitian di lapangan, kita dapat melihat bahwa peranan koperasi terhadap pengembangan UMKM sangat besar, terutama pada aspek kemudahan finansial dibandingkan sektor perbankan, yaitu antara lain : a) Kemudahan pinjaman tanpa agunan b) Sistem
yang
digunakan
adalah
bagi
hasil,
maka
sangat
meringankan anggota yang ingin mendapatkan pinjaman dengan bunga rendah c) Rasa kekeluargaan dalam koperasi cukup terasa karena pengurus
ramah dan kalaupun terlambat membayar angsuran, pengurus bisa sabar dan memahami kendala anggota. d) Adanya kesempatan untuk mendapatkan pelatihan Kewirausahaan
dari pemerintah.
5.2
Gambaran Umum Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Banyuwangi Keberadaan Usaha mikro, kecil dan menengah dalam suatu struktur
perekonomian memiliki peranan yang penting, hal tersebut terlihat hampir di seluruh daerah tidak terkecuali di Kabupaten Banyuwangi mampu
75
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi menyumbang pendapatan domestik regional bruto mencapai lebih dari 80% dibandingkan sumbangan dari sektor industri besar. Di Kabupaten Banyuwangi apabila dilihat dari segi jumlah UMKM terlihat sangat besar, sampai tahun 2006 tercatat setidaknya terdapat 116.709 UMKM yang tersebar di 24 Kecamatan.
Jumlah UMKM jika dibandingkan dengan
jumlah industri besar dan sedang
di Kabupaten Terlihat sangat
mendominasi, dari pencatatan untuk sektor yang tergolong Industri Besar sedang jumlah yang tercatat sejumlah 258. Tabel 5.2. Proporsi UMKM dan Industri Besar Sedang Kabupaten Banyuwangi No 1 2
Jenis Usaha UMKM Industri Besar Sedang Total
Jumlah 131866 254
Prosentase 99.81 0.19
132120
100
Dalam tabel diatas terlihat UMKM proporsinya terhadap jumlah Industri Besar dan Sedang sebesar 99.81% sedangkan Industri besar sedang hanya sebesar 0.19%. jumlah tersebut menandakan dominasi UMKM dalam struktur perekonomian di Kabupaten Banyuwangi sehingga keberadaannya perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah daerah. Tabel 5.3 Sebaran UMKM per Kecamatan Tahun 2011 di Kabupaten Banyuwangi No 1 2 3 4 5 6 7 8
76
Kecamatan Kecamatan Prosentase Srono 13241 10.041 Rogojampi 10133 7.684 Kabat 6155 4.668 Singojuruh 4369 3.313 Sempu 5675 4.304 Songgon 4112 3.118 Glagah 3507 2.660 Licin 2143 1.625
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi No 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kecamatan Kecamatan Prosentase Banyuwangi 8331 6.318 Giri 1858 1.409 Kalipuro 5300 4.019 Wongsorejo 5303 4.022 Pesanggaran 3550 2.692 Siliragung 2653 2.012 Bangorejo 3497 2.652 Purwoharjo 4064 3.082 Tegaldlimo 4233 3.210 Muncar 11220 8.509 Cluring 5119 3.882 Gambiran 4600 3.488 Tegalsari 3008 2.281 Glenmore 5530 4.194 Kalibaru 4231 3.209 Genteng 10034 7.609 Total 131866 100
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Banyuwangi
Jumlah UMKM terbanyak berdasarkan tabel diatas adalah di daerah Kecamatan Srono dengan UMKM sebanyak 13.241 atau sebesar 10% dari keseluruhan jumlah UMKM yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi, lalu Kecamatan Muncar dengan UMKM sebanyak 11.220 atau sebesar 8,5%, Kecamatan Rogojampi dengan UMKM sebanyak 10.133 atau sebesar 7,68% dan Kecamatan Genteng sebanyak 10.034 atau sebesar 7,6%. UMKM di setiap kecamatan berdasarkan tabel tersebut terdiri dari beragam usaha mulai usaha di bidang industri, jasa rumah makan, jasa perdagangan dan jasa rumah tangga seperti tukang jahit, servis motor, persewaan dan beragam jenis usaha lainnya.
77
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Tabel 5.4 Rasio UMKM per Kecamatan dan Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kecamatan
Kecamatan
Srono 13241 Rogojampi 10133 Kabat 6155 Singojuruh 4369 Sempu 5675 Songgon 4112 Glagah 3507 Licin 2143 Banyuwangi 8331 Giri 1858 Kalipuro 5300 Wongsorejo 5303 Pesanggaran 3550 Siliragung 2653 Bangorejo 3497 Purwoharjo 4064 Tegaldlimo 4233 Muncar 11220 Cluring 5119 Gambiran 4600 Tegalsari 3008 Glenmore 5530 Kalibaru 4231 Genteng 10034 Total 131866 Sumber: Berbagai sumber diolah
Jumlah Penduduk 87209 92358 67137 45242 71281 50275 33992 27878 106000 28150 76178 74307 48412 44390 59442 64969 61176 128924 70049 58412 46161 69471 61182 83123 1555718
Rasio (%) 15.18 10.97 9.17 9.66 7.96 8.18 10.32 7.69 7.86 6.60 6.96 7.14 7.33 5.98 5.88 6.26 6.92 8.70 7.31 7.88 6.52 7.96 6.92 12.07 8.48
Keberadaan UMKM ini memberikan peranan penting terutama bagi terbentuknya lapangan pekerjaan yang berdampak kepada pengurangan tingkat pengangguran di daerah. Jika melihat jumlah UMKM setiap kecamatan dibandingkan dengan jumlah penduduk telihat dalam tabel kecamatan Srono memiliki rasio yang tertinggi yaitu 14.3%, rasio terbesar lainnya adalah Kecamatan Rogojampi dengan rasio sebesar 10.6% dan Kecamatan Glagah sebesar 10.2%. apabila rasio tersebut digunakan
78
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi sebagai gambaran tingkat penyerapan tenaga kerja per wilayah dari sektor UMKM maka Kecamatan Srono merupakan kecamatan yang mempunyai potensi
penyerapan
terbesar.
Apabila
di
asumsikan
setia
UMKM
mempekerjakan 1 orang tenaga kerja maka sektor UMKM di Kecamatan Srono mampu menyerap 14% tenaga kerja dari total penduduk di kecamatan itu. UMKM mampu menampung beragam jenis tenaga kerja mulai tenaga kerja yang tidak terdidik atau tenaga kerja dengan tingkat pendidikan rendah sampai pada tenaga kerja dengan tingkat pendidikan tinggi. Kemampuan UMKM untuk menampung beragam jenis tenaga kerja tersebut merupakan salah satu keunggulan dari UMKM. Pada umumnya permasalahan yang kerapa melekat pada UMKM adalah sebagai berikut: Pemasaran Problem
pemasaran
menduduki
urutan
pertama
yang
banyak
dikeluhkan pelaku UMKM. Keterbatasan akses yang mereka miliki maupun rendahnya kemampuan dalam melakukan negoisasi maupun transaksi, sering mewarnai hambatan tersebut. Tidak sedikit pelaku UMKM yang memiliki produk berkualitas namun kesulitan dalam memasarkannya. Baik untuk pasar domestik maupun untuk pasar ekspor. Permodalan Permasalan UMKM yang kedua ini boleh dikatakan merupakan problem klasik. Tak sedikit pelaku UMKM yang mengkambinghitamkan aspek permodalan yang membuat usaha mereka tidak berkembang, terutama ketika mendapatkan order yang cukup besar. Beberapa kasus order dari pasar ekspor untuk pelaku UMKM kandas akibat kurangnya modal untuk pengadaan bahan baku. Namun persoalan ini tidak berdiri sendiri karena berhubungan dengan kemampuan melakukan negosiasi dengan
buyer maupun dalam mencari pinjaman modal.
79
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Produksi Permasalahan dalam produksi biasanya menyangkut pengawasan mutu atau quality control yang lemah.
Pengawasan mutu yang sering
dilanggar atau kurang mampu dipenuhi oleh pelaku UMKM terutama menyangkut standart kualitas mutu produk, khususnya menyangkut ketelitian maupun kerapian yang rendah. Begitu juga soal tenggat waktu pengerjaan order yang sering molor dari jadwal, sering membuat para buyer kecewa dan komplain. Terlebih dalam memenuhi pasar ekspor untuk negara Jepang yang dikenal teliti, umumnya balum mampu dipenhi oleh para pelaku UMKM. Manajemen Kelemahan manajemen dalam pengelolaan usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia merupakan problematika yang umum terjadi. Permasalah UMKM ini muncul akibat tumpang tindihnya manajemen perusahaan dengan manajemen keluarga.Khususnya lagi menyangkut pengelolaan keuangannya. Akibatnya, tak sedikit pelaku UMKM yang mengalami kredit macet akibat penggunaan dana kredit modal usaha yang digunakan untuk membiayai kehidupan keluarga yang terbilang masih pas-pasan. Mentalitas Salah satu permasalahan UMKM lainnya adalah mudahnya mereka yang gampang putus asa ketika menghadapi sedikit saja tantangan dan lebih memililih jenis pekerjaan lain. Parahnya lagi, mereka lebih senang bekerja ikut orang dari pada membangun usaha sendiri.Inilah permasalahan UMKM yang sering terjadi dan tidak mudah untuk diatasi.
80
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi 5.3
Arah
Pembangunan
Koperasi
Dan
UMKM
Kabupaten
Banyuwangi Pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi melalui Dinas Koperasi dan UMKM sebenarnya telah merancang pola pengembangan kedepan yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah daerah (RPJMD) dimana dalam rencana tersebut pokok pola pengembangan Koperasi dan UMKM adalah sebagai berikut: 1. Program Penciptaan Iklim Usaha Usaha Kecil Menengah Yang Kondusif 1. Penyusunan kebijakan tentang Usaha Kecil Menengah; 2. Penyederhanaan regulasi terkait dengan UMKM dan Koperasi; 3. Fasilitasi pengembangan UMKM dan Koperasi; 4. Pendirian unit penanganan pengaduan; 5. Pengembangan jaringan infrastruktur Usaha Kecil Menengah; 6. Fasilitasi Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Berbasis Kelompok dan Kluster; 7. Monitoring, evaluasi dan pelaporan. 2. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi UMKM 1. Koordinasi penggunaan dana Pemerintah bagi UMKM; 2. Koordinasi penggunaan dana CSR bagi pengembangan UMKM dan pemberdayaan masyarakat; 3. Pengembangan sarana pemasaran produk UMKM; 4. Peningkatan kerjasama jaringan antar lembaga; 5. Pengembangan sistem informasi bagi UMKM; 6. Fasilitasi bantuan modal bagi UMKM dengan bunga ringan; 7. Pengembangan usaha keuangan mikro (micro finance);
81
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi 8. Pemantauan pengelolaan penggunaan dana pemerintah bagi UMKM; 9. Penyelenggaraan promosi produk UMKM; 10. Monitoring, evaluasi dan pelaporan. 3. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
1. Sosialisasi prinsip prinsip pemahaman per-Koperasian; 2. Pelatihan manajemen Koperasi berbasis kelompok atau kluster; 3. Peningkatan dan pengembangan jaringan kerjasama usaha Koperasi; 4. Pembinaan, pengawasan dan penghargaan Koperasi berprestasi; 5. Penyebaran model-model pola pengembangan Koperasi; 6. Monitoring, evaluasi dan pelaporan. 4. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan
Kompetitif UMKM 1. Penyelengaraan pelatihan kewirausahaan; 2. Fasilitasi promosi produk-produk unggulan kompetitif usaha kecil menengah; 3. Monitoring, evaluasi dan pelaporan.
Program – program yang disusun oleh Dinas Koperasi dan UMKM tersebut nantinya dituangkan dalam bentuk dan berbagai kegiatan seperti yang kegiatan fasilitasi pengembangan sumberdaya manusia yang dilakukan di berbagai tempat seperti di Lapas, Universitas di desa dan berbagai tempat lainnya yang berfungsi untuk menunjang peningkatan sumberdaya UMKM.
82
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi BAB VI PERANAN KOPERASI TERHADAP UMKM
6.1
Analisa Tingkat Kepentingan dan Performa Koperasi (Importance Performance Analysis) Koperasi suatu bentuk badan usaha yang turut memegang peranan
penting terhadap membantu keberlangsungan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Dengan prinsip-prinsip yang diusung oleh koperasi yaitu dari anggota dan untuk kesejahteraan anggota maka pastinya keberadaan koperasi dapat menjadi pilar penting bagi tumbuhnya UMKM di Kabupaten Banyuwangi. Agar dapat terus memberikan peran terhadap perkembangan UMKM di Kabupaten Banyuwangi maka perlu dikaji seberapa jauh kinerja yang saat ini sudah dilakukan oleh koperasi dan bagaimana harapan atau kepentingan UMKM terhadap koperasi sehingga nantinya akan dapat ditemukan berbagai upaya untuk meningkatkan peran koperasi bagi perkembangan UMKM. Seperti dikemukakan dalam bab sebelumnya bahwa Metode
Importance Performance Analysis (IPA) merupakan suatu metoda untuk mengukur hubungan antara prioritas peningkatan kualitas produk/jasa yang dikenal pula sebagai quadrant analysis dan persepsi konsumen IPA telah diterima secara umum dan dipergunakan pada berbagai bidang kajian karena kemudahan untuk diterapkan dan tampilan hasil analisis yang memudahkan usulan perbaikan kinerja Untuk meningkatkan peran dari koperasi terhadap pengembangan UMKM di kabupaten Banyuwangi tentunya harus diketahui terlebih dahulu bagaimana performa yang telah dijalankan oleh koperasi serta bagaimana harapan yang diingikan UMKM terhadap koperasi dalam menunjang sehingga diketahui unsur mana yang nantinya dapat dijadikan kebijakan dalam meningkatkan peranan joperasi terhadap UMKM.
83
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Analisa IPA yang digunakan dalam kajian ini menggunakan lima (5) variable yaitu: B. Bukti Fisik (Tangible) C. Keandalan (Reliability) D. Daya tanggap (Responsiveness) E. Jaminan (Assurance) F. Perhatian (Emphaty) A. Bukti Fisik (Tangible) Dalam bukti fisik atribut yang hendak dilihat adalah mengenai kondisi kantor koperasi (A1) dan kondisi sarana dan peralatan pendukung (A2). Berdasarkan hasil penelitian dilapangan berdasarkan sampel yang diambil diketahui bahwa atribut kondisi sarana dan peralatan pendukung kantor memiliki lag antara tingkat kinerja dan harapan yang tertinggi dalam variabel bukti fisik, artinya selama ini masyarakat khususnya anggota koperasi memiliki harapan bagi koperasi untuk memiliki sarana pendukung yang layak dan dinilai untuk saat ini sarana tersebut pada umunya masih dibawah harapan mereka. Tabel 6.1 Kinerja dan Harapan Variabel Bukti Fisik (Tangible) No A1 A2
Atribut Kondsi kantor koperasi Kondisi sarana dan peralatan pendukung kantor Rataan Sumber: Hasil Penelitian lapang Diolah
Kinerja Harapan 3.933 4.067 4.033 4.200 3.98
Gap -0.133 -0.167
4.13
Kondisi sarana prasarana kantor merupakan penunjang bagi kelancaran operasional usaha koperasi seperti keberadaan peralatan komputer tentu akan sangat membantu proses pengurusan berkas, penyimpanan data, dan sebagainya. Berdasarkan penghitungan atribut
84
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi bukti fisik jika di gambarkan dalam diagram kartesius adalah sebagai berikut: Gambar 6.1 Sebaran Atribut Bukti Fisik (Tangible)
Tingkat Harapan
4.22 4.20 4.18 4.16 A1
4.14
A2
4.12 4.10 4.08 4.06 2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
Tingkat Kinerja Berdasarkan gambar sebaran dalam diagram kartesius tersebut terlihat atribut sarana dan prasarana penunjang kantor masuk dalam kuadran 2 yaitu dengan kondisi tingkat harapan yang tinggi dan tingkat kinerja yang tinggi sebab nilai atribut masih diatas masing-masing rataan sehingga kondisi tersebut masih masuk dalam kategori “pertahankan prestasi” namun jika melihat manfaat dari adanya sarana penunjang yang dapat
maka
dimasa
mendatang
kelengkapan
sarana
penunjang
operasional kantor hendaknya dapat terus ditingkatkan. B. Keandalan (Reliability) Untuk variable keandalan atribut yang diukur adalah mengenai tingkat pendidikan pengurus koperasi (B1), Pemahaman mengenai peraturan (B2), Pelayanan pengurus koperasi (B3), Kinerja mengatasi
85
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi permasalahn anggota (B4), serta besaran bunga (B5). Berdasarkan hasil penelusuran dilapangan didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 6.2 Kinerja dan Harapan Variabel Keandalan (Reliability) No B1 B2 B3 B4 B5
Atribut tingkat pendidikan pengurus koperasi Pemahaman mengenai aturan koperasi Pelayanan pengurus koperasi Kinerja mengatasi permasalahan anggota bunga koperasi dibanding dengan bunga pinjaman lainnya Rataan
Kinerja Harapan 4.100 4.300 4.233 4.433 4.433 4.433 4.133 4.467 4.100 4.333 4.20
4.43
Sumber: Hasil Penelitian lapang Diolah Berdasarkan penelusuran dilapangan terlihat atribut yang masih menunjukan tingkat kinerja dibandingkan tingkat harapan dengan gap atau kesenjangan tertinggi adalah pada kinerja mengatasi permasalahan anggota (B4). Atribut keandalan lainnya adalah dilihat dari bunga koperasi dibandingkan dengan pinjaman lainnya masih menunjukan nilai gap tertinggi kedua artinya masyarakat khususnya anggota menilai bahwa sebenarnya bunga koperasi yang saat ini digunakan masih belum sesuai dengan harapan dan anggota masih mengharapkan bunga koperasi dapat lebih di rendahkan. Hasil penghitungan tersebut jika dipetakan dalam sebaran diagram kartesius adalah sebagai berikut:
86
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Gap -0.200 -0.200 0.000 -0.333 -0.233
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Gambar 6.2 Sebaran Atribut Keandalan (Reliability) 4.48
Tingkat Harapan
4.46 4.44 4.42
B1
4.40
B2
4.38
B3
4.36
B4
4.34
B5
4.32 4.30 4.28 4.00
4.10
4.20
4.30
4.40
4.50
Tingkat Kinerja
Berdasarkan tingkat sebaran dari atribut-atribut variabel keandalan dengan melihat nilai rataan atribut tersebut maka terlihat bahwa untuk atribut atribut pemahanan terhadap peraturan koperasi (B2) dan pelayanan pengurus (B3) masuk dalam kuadran 2 yaitu kuadran yang menunjukan bahwa kinerja dan harapan diatas rataan masing-masing atribut sehingga untuk atribut ini masuk dalam kategori “keep up n good
work” sehingga kondisi atribut tersebut patut untuk dipertahankan bahkan diusahakan terus ditingkatkan. Atribut mengenai kinerja mengatasi permasalahan anggota (B4) masuk dalam kuadran 1 dengan kategori “concentrate here” artinya dalam kuadran ini menjadi prioritas untuk ditingkatkan. Atribut dalam kuadran ini dianggap faktor penting bagi konsumen yaitu UMKM karena atribut ini merupakan atribut dengan karakteristik tingkat kepentingan/harapan yang tinggi (high importance) namun masih menunjukan tingkat performa atau kepuasan rendah (low
satisfaction).
87
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi C. Daya Tanggap (Responsiveness) Variable daya tanggap atribut yang digunakan untuk mengukur adalam mengenai tingkat kehadiran pengurus atau disini mengandung pengertian
mengenai
kesiapan
pengurus
koperasi
untuk
standby
mengurus keperluan anggota di kantor, tingkat ecepatan pelayanan, kualitas pelayanan, serta kemudahan mendapatkan pelayanan terutama mendapatkan fasilitas yang di tawarkan oleh koperasi. Tabel 6.3 Kinerja dan Harapan Variabel Daya Tanggap (Responsiveness) No
Variabel
C1 C2
Kinerja
Kehadiran pengurus koperasi Kecepatan mengurus kebutuhan anggota kualitas pelayanan koperasi Kemudahan mendapatkan fasiltas koperasi Rataan
C3 C4
Harapan
Gap
3.900 4.000
4.600 4.467
-0.700 -0.467
3.933 3.933
4.367 4.267
-0.433 -0.333
3.94
4.43
Sumber: Hasil Penelitian lapang Diolah Berdasarkan hasil penelusuran dilapangan diketahui bahwa atribut kehadiran pengurus koperasi menunjukan tingkat gap yang tertinggi dimana tingkat kinerja hanya menunjukan nilai 3.900 namun masyarakat mengharapkan 4.600 hal ini dapat di nilai bahwa anggota masih belum terlalu puas terhadap pelayanan koperasi sebab pengurus koperasi dalam kesiapan
standby
di
kantor
dirasa
kurang
dan
anggota
sangat
mengharapkan pengurus koperasi dapat selalu siap dikantor untuk melayani kebutuhan para anggotanya. Artibut lainnya yang miliki gap antara tingkat kinerja dengan harapan tertinggi adalah mengenai kecepatan terhadap pelayanan anggota (B2). Berdasarkan tingkat ratarata harapan anggota terhadap kecepatan pelayanan menunjukan angka 4.467
sedangkan
kinerja
pengurus
dianggap
masih
lebih
rendah
dibandingkan dengan harapan yaitu sebesar 4.000.
88
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Apabila dipetakan dalam diagram kartesius maka sebaran hasil penghitungan variable daya tanggap adalah sebagai berikut: Gambar 6.3 Sebaran Atribut Daya Tanggap (Responsiveness) 4.65
Tingkat Harapan
4.60 4.55 4.50
C1
4.45
C2 C3
4.40
C4 4.35 4.30 4.25 3.88
3.90
3.92
3.94
3.96
3.98
4.00
4.02
Tingkat Kinerja Dalam kuadran kartesius Nampak bahwa atribut C2 masuk dalam kategori “keep up” karena tingkat kinerja dan kepentingan menunjukan angka diatas rataan atau high importance dan high performance. Lalu atribut C1 masuk dalam kategori untuk di tingkatkan karena berdasarkan tingkat harapan menunjukan diatas rataan namun masih menunjukan tingkat performa yang dibawa rataan atau menunjukan high importance namun low performance. D. Jaminan (Assurance) Variable jaminan (assurance) menggunakan 5 atribut yaitu dari segi kejelasan legalitas, struktur organisasi, system aturan, keersediaan kebutuhan anggota, kemudahan fasilitas. Berdasarkan hasil survey dilapangan didapatkan hasil sebagai berikut:
89
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Tabel 6.4 Kinerja dan Harapan Variabel Jaminan (Assurance) No D1 D2 D3 D4 D5
Variabel Kinerja Harapan Kejelasan legalitas koperasi 4.200 4.367 Struktur organisasi koperasi 4.033 4.233 Sistem aturan koperasi 4.300 4.267 Ketersediaan kebutuhan anggota 4.100 4.333 kemudahan fasilitas yang diberikan 3.933 4.367 Rataan 4.11 4.31 Sumber: Hasil Penelitian lapang Diolah
Gap -0.167 -0.200 0.033 -0.233 -0.433
Dalam variable jaminan terlibat bahwa atribut kemudahan fasilitas yang diberikan memiliki tingkat gap yang tertinggi artinya antara kinerja dengan harapan yang diinginkan terhadap atribut itu masih belum terlalu sesuai atau dengan kata lain kemudahan fasilitas yang diberikansaat ini belum menyamai terhadap kepentingan atau harapan dari UMKM. atribut lainnya yang memiliki nilai gap tertinggi adalah dari sisi ketersediaan kebutuhan
anggota.
Nilai
dalam
atribut
ini
menunjukan
bahwa
ketersediaan akan kebutuhan anggota kinerjanya masih di belum mencapai tingkat harapan terhadap atribut tersebut. Anggota khususnya dalam
penelitain
ini
obyeknya
adalah
UMKM
memiliki
tingkat
kepentingan/harapan yang tinggi terhadap atribut tersebut namun selama ini persepsi terhadap atribut tersebut masih belum menyamai tingkat kepentingan atau harapan anggota. Hasil penghitungan atribut-atribut dalam variable jaminan jika di masukan dalam sebuah diagram kartesiu maka adalah sebagai berikut,
90
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Gambar 6.4 Sebaran Atribut Jaminan (Assurance)
Tingkat Harapan
4.38 4.36 4.34
D1 D2
4.32
D3 D4
4.30
D5 4.28 4.26 3.90
4.00
4.10
4.20
4.30
4.40
Tingkat Kinerja
Dari sebaran kartesius variable jaminan nampak bahwa atribut kejelasan legalitas koperasi (D1) masuk dalam kuadran dengan kategori “Keep Up” atau pertahankan yang artinya kondisi tersebut sangat perlu untuk dipertahankan karena atribut legalitas memiliki tingkat kepentingan atau harapan yang tinggi dari anggota (high importance) dan kinerja yang dilakukan terhadap artibut tersebut telah dilakukan dengan sangat bait atau high performance. Atribut tersebut pada akhirnya dikatakan sebagai faktor penentu terhadap kemajuan peran koperasi maka atribut tersebut sangat perlu untuk dipertahankan. Atribut kejelasan organisasi koperasi (D2), ketersediaan kebutuhan anggota (D4), dan kemudahan fasiltas yang diberikan (D5) masuk dalam kuadran pertama dimana kategori dalam kuadran tersebut adalah “concentrate here” dalam atribut ini menjadi faktor penting dalam menentukan keberhasilan peran dari koperasi karena tingkat kepentingan atau harapan yang tinggi (high importance) akan tetapi dalam atribut ini
91
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi nilai kinerjanya masih dibawah tingkat rataan sehingga agar mampu meningkatkan peranan koperasi terhadap UMKM maka perlu konsentrasi terhadap atribut tersebut untuk dapat terus ditingkatkan performanya. E. Perhatian (Emphaty) Dalam variabel perhatian (emphaty) setidaknya ada 6 hal yang dijadikan atribut. Hasil penghitungan lapang mengenai variabel perhatian (emphaty) adalah sebagai berikut: Tabel 6.5 Kinerja dan Harapan Variabel Perhatian (Emphaty) No E1 E2 E3 E4 E5 E6
Variabel Kinerja Demokrasi dalam pelaksanaan 4.000 koperasi Keterlibatan anggota dalam 4.067 koperasi Perhatian koperasi terhadap 4.033 kemajuan usaha anggota Kerjasama anggota dalam 3.833 memajukan usaha keterlibatan anggota dalam 3.567 mengatasi permasalahan Rasa kekeluargaan yang tercipta 3.967 dalam koperasi Rataan 3.91 Sumber: Hasil Penelitian lapang Diolah
Harapan 4.267
Gap -0.267
4.333
-0.267
4.400
-0.367
4.300
-0.467
4.367
-0.800
4.433
-0.467
4.35
Atribut-atribut dalam variabel perhatian yang menunjukan tingkat gap yang tinggi antara tingkat kinerja atau peforma dengan tingkat kepentingan/harapan adalah atribut keterlibatan anggota dalam mengatasi permasalahan. Berdasarkan pengamatan dilapangan tingkat kinerja atribut tesebut menunjukan nilai 3.567 sedangkan nilai kepentingan atau harapan dari atribut tersebut adalah sebesa 4.367 sehingga terjadi lag nilai sebesar -0,8. Dalam atribut tersebut menunjukan anggota khususnya dalam kajian ini adalah UMKM menginginkan tingkat keterlibatan dalam anggota untuk
92
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi menyelesaikan permasalahan lebih di tinggikan karena selama ini menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang penting. Atribut lainnya yang menunjukan tingkat gap tertinggi adalah kerjasama anggota dan rasa kekeluargaan yang masih menunjukan tingkat performa dibandingkan dengan tingkat kepentingan atau harapan memiliki nilai gap yang besar. Apabila keseluruhan atribut dalam variabel perhatian dipetakan dalam suatu diagram kartesius akan menghasilkan gambaran sebagai berikut: Gambar 6.5 Sebaran Atribut Perhatian (Emphaty)
Tingkat Harapan
4.46 4.44 4.42 4.40
E1
4.38
E2
4.36
E3
4.34
E4
4.32
E5
4.30
E6
4.28 4.26 4.24 3.50
3.60
3.70
3.80
3.90
4.00
4.10
Tingkat Kinerja
Dalam pemetaan diagram kartesius untuk didapatkan gambaran sebaran dari variabel perhatian sebagaimana gambar diatas. Untuk atribut perhatian koperasi untuk memajukan usaha anggota (E3) dan rasa kekeluargaan dalam koperasi (E6) masuk dalam kuadran dengan kategori “keep up” artinya dalam kuadran tersebut adalah atribut tersebut merupakan faktor penting bagi peranan koperasi dan kondisi saat ini dan harus dipertahankan. Sedangkan atribut keterlibatan anggota dalam
93
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi penyelesaian masuk dalam kategori “concentrate here” artinya bahwa atribut
tersebut
memlikit
tingkat
kepentingan
yang
(high
tinggi
importance) namun kinerja masih dibawa rata-rata (low performance). Untuk mengetahui peranan mana yang paling dominan menentukan peranan koperasi dari sudut pandang pelaku UMKM maka perlu untuk dianalisa keseluruhan dari variabel, bukti fisik (tangible), Keandalan (Reliability), Daya tanggap (Responsiveness), Jaminan (Assurance), Perhatian (Emphaty) tersebut. berdasarkan total seluruh penghitungan terhadam 5 variabel tersebut didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 6.6 Kinerja dan Harapan Seluruh Variabel Variabel
Tingkat Performa Bukti Fisik (Tangible) 3.983 Keandalan (Reliability) 4.200 Daya Tanggap (Resposiveness) 3.942 Jaminan (Assurance) 4.113 Perhatian (Empaty) 3.911 Rataan 4.030 Sumber: Hasil Penelitian lapang Diolah
Tingkat Harapan 4.133 4.393 4.425 4.313 4.350 4.323
Gap -0.150 -0.193 -0.483 -0.200 -0.439
Dari penghitungan kelima variabel tersebut tampak bahwa daya tanggap (responsiveness) merupakan variabel yang memiliki gap antara tingkat performa dengan tingkat kepentingan/harapan yang tertinggi diantara kelima variabel lainnya, artinya bahwa saat ini kinerja dari variabel daya tanggap masih belum mendekati tingkat harapan dari anggota yakni khususnya adalah UMKM. tingkat kinerja daya tanggap menunjukan nilai sebesar 3.942 namun nilai tingkat kepentingan/harapan terhadap variabel daya tanggap adalah sebesar 4.425 sehingga masih terjadi kesenjangan sebesar -0,483. Variabel lainnya yang menunjukan tingkat kesenjangan nilai yang tertinggi adalah dari variabel perhatian dengan nilai kesenjangan sebesar minus 0.439 dengan tingkat performa sebesar 3.911 dan tingkat
94
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi kepentingan/harapan sebesar 4.350. angka tersebut mengindikasikan bahwa UMKM memiliki tingkat kepentingan/harapan terhadap perhatian koperasi yang lebih tinggi namun saat ini masih menunjukan tingkat performa yang belum sebanding dengan tingkat kepentingan/harapan. Apabila dipetakan dalam sebuah diagram kartesius kelima variabel tersebut maka akan menghasilkan peta sebagai berikut: Gambar 6.6 Sebaran Diagram Kartesius Kinerja dan Harapan Seluruh Variabel 4.450
Tingkat Harapan
4.400
Daya Tanggap (Resposiveness)
Keandalan (Reliability)
Perhatian (Empaty)
4.350 4.300
Jaminan (Assurance)
4.250 4.200 4.150 4.100 3.850
Bukti Fisik (Tangible) 3.900
3.950
4.000
4.050
4.100
4.150
4.200
4.250
Tingkat Kinerja
Dari kelima variabel penghitungan analisa IPA dipetakan dalam sebuah diagram kartesius menunjukan hasil seperti gambar diatas. Untuk variabel daya tanggap masuk dalam kuadran pertama dengan kategori “concentrate here” artinya bahwa variabel daya tanggap dan perhatian memiliki tingkat harapan yang tinggi diatas rata-rata seluruh variabel namun saat ini masih menunjukan tingkat performa yang rendah, dibawah rata-rata seluruh variabel. Karena menunjukan tingkat kepentingan dan harapan yang tinggi maka variabel tersebut merupakan faktor penting bagi
95
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi peranan koperasi dalam menunjang usaha UMKM, karena berdasarkan persepsi mereka hal tersebut menjadi harapan/kepentingan terhadap koperasi. Variabel keandalan (reliability) masuk dalam kuadran pertama yaitu dengan kategori “keep up” artinya variabel ini menunjukan tingkat performa diatas rata-rata kinerja seluruh variabel dan memiliki nilai diatas rata-rata tingkat harapan seluruh variabel. Tingkat keandalan ini menjadi faktor penting karena berdasarkan pesepsi UMKM, mereka memiliki tingkat kepentingan/harapan terhadap keandalan koperasi bagi usaha mereka.
6.2
Model
pengembangan
Peran
Koperasi
terhadap
pengembangan UMKM di Kabupaten Banyuwangi Merujuk
kepada
bagaimana
perkembangan
secara
umum
dilapangan mengenai Koperasi dan UMKM, secara garis besar masyarakat yang berkecimpung dalam dunia UMKM sangat
terbantu
dengan
keberadaan koperasi terutama dari segi permodalan. Koperasi dalam hal permodalan
memiliki
beberapa
kelebihan
dibandingkan
dengan
permodalan perbankan terutama dari segi aksesibiltas masyarakat untuk mendaptkan pinjaman modal. UMKM yang salah satu ciri yang melekat adalah lemah dari segi permodalan sangat terbantu dengan sistem permodalan yang diterapkan oleh koperasi. Koperasi menerapkan system peminjaman yang tidak terlalu rumit dibandingkan dengan perbankan. Dibalik kemudahan dan kelebihan aksesibilitas pinjaman, masih sering ditemui kendala dalam penyaluran pinjaman oleh koperasi terutama keterbatasan modal yang dimiliki oleh koperasi. Modal yang dimiliki
96
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi koperasi pada umumnya sangat kecil sehingga anggota kerap mengantri untuk mendapatkan bantuan pinjaman dari koperasi. Permasalahan lainnya adalah masih banyaknya ditemui kredit macet dikarenakan permasalahan pengembangan usaha di UMKM yang akhirnya menghambat kepada pengembalian pinjaman. UMKM di Banyuwangi sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar, jika dilihat dari segi jumlah yang telah mencapai 131.866 usaha tentu bukanlah jumlah yang sedikit, apalagi bila setiap UMKM mampu menampung 1-2 pekerja tentu sudah menyediakan menyediakan lapangan pekerjaan yang besar. Namun UMKM sendiri masih menyimpan beberapa kelemahan yang melingkupi dan masih menjadi pekerjaan rumah untuk segera dicari solusinya seperti kelemahan inovasi, manajemen, teknologi, dan permodalahan. Koperasi yang notabene anggotanya juga banyak dari kalangan UMKM setidaknya juga harus mengambil peran terhadap pengembangan UMKM
sebab
tumbuh
kembangnya
UMKM
setidaknya
akan
juga
berpengaruh terhadap kinerja koperasi. UMKM selama ini banyak memanfaatkan koperasi dari segi permodalan namun karena kelemahan UMKM untuk berkembang tersebut kerap menyebabkan pengembalian pinjaman menjadi terhambat. Koperasi sebenarnya dapat mengambil peran yang lebih daripada sekedar hanya sebatas pemberi pinjaman modal.
97
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan analisa Importance Performace Analysis (IPA) atau analisa tingkat kinerja terhadap tingkat kepentingan dari UMKM terhadap koperasi memperlihatkan sebenarnya UMKM memiliki kepentingan atau harapan lebih dalam beberapa variabel kepada Koperasi namun tingkat kinerja yang masih dibawah yang diharapkan seperti variabel daya tanggap (responsiveness) serta perhatian (emphaty).
Selama ini yang
kerap terjadi adalah koperasi memposisikan diri sebagai pihak yang memberi pinjaman sehingga terkesan bahwa anggota koperasi adalah sebagai obyek koperasi dalam beroperasi namun bukan sebagai subyek dalam koperasi. Didalam peraturan yang mengatur mengenai koperasi sebenarnya telah tunjukan bagaimana seharusnya koperasi bertindak seperti dalam UU No 12 tahun 2012 tentang koperasi dalam pasal 3 mengenai nilai dan prinsip koperasi yaitu nilai yang mendasari kegiatan koperasi adalah kekeluargaan, menolong diri sendiri, bertanggungjawab, demokrasi, persamaan, keadilan dan kemandirian. Sedangkan nilai yang dianut oleh anggota adalah kejujuran, keterbukaan, tanggungjawab, dan keperdulian terhadap orang lain. Berdasarkan UU tentang koperasi dalam pasal tersebut sebenarnya jelas koperasi harus memiliki peran lebih kepada anggota dan bukan hanya sebagai pihak yang menjadikan anggota sebagai obyek dalam kegiatan koperasi misal hanya sebagai obyek untuk mendapatkan keuntungan dari perputaran modal dalam bentuk pinjaman kepada anggota tanpa ada perlakuan lainnya diluar itu. Anggota koperasi
98
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi seharusnya menjadi subyek bagi keberlangsungan usaha koperasi sehingga mereka perlu mendapatkan perhatian lebih dari koperasi Nilai yang tertuang dalam UU tentang Koperasi sangat jelas mengisyaratkan bagaimana koperasi harus bertindak. Menurut persepsi masyarakat yang menjadi anggota yang merupakan UMKM dalam praktek dilapangan pada umumnya koperasi masih banyak yang berperan dalam sisi yang sedikit yaitu lebih dominan kepada pihak yang memberi dana untuk peran lainnya masih dirasakan kurang oleh anggota. Sisi perhatian dari koperasi yaitu berupa perhatian untuk meningkatkan kapasitas UMKM diluar permodalan seperti pelatihan, kerjasama anggota untuk memajukan usaha dan perhatian lain masih dirasa kurang padahal anggota dalam hal ini adalah UMKM sangat menginginkan hal tersebut bukan hanya dari sisi permodalan saja. Dalam pembahasan subbab sebelumnya dijelaskan bahwa karakter yang menonjol dari UMKM adalah sisi permodalan lemah, inovasi lemah, pemasaran yang kurang luas, kualitas produksi yang rendah, pengelolaan manajemen yang masih sederhana, mentalitas pengusaha UMKM yang mudah
patah
arang
dalam
menghadapi
permasalahn
sehingga
menyebabkan UMKM seringkali tenggelam. Jika
digambarkan
dalam
suatu
bentuk
diagram
alur
akar
permasalahan mengenai UMKM maka dapat tergambarakan permasalahan tersebut sebagai berikut:
99
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Gambar 6.7 Diagram Akar Masalah UMKM
Skill rendah
Kurangnya pelatihan
Inovasi rendah
teknologi sederhana
Sistem Administrasi Sederhana
Rendahnya Pendidikan
Informasi Pasar kurang
kurangnya media promosi
Resiko Pasar
Tidak adanya lembaga penjaminan
Akses Perbankan Minim
Kredibilitas Usaha Rendah
Standar Mutu rendah
Manajerial Lemah Permasalahan UMKM Pemasaran Sempit
Permodalan terbatas
Berkaitan dengan permasalahan produksi UMKM yang cenderung memiliki standar mutu rendah terjadi diakibatkan oleh tingkat ketrampilan yang rendah serta inovasi dalam produksi yang rendah. Tingkat keterampilan rendah ini dapat diakibatkan oleh kurangnya pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan para pengusaha UMKM. faktor inovasi yang rendah dari UMKM dapat diakibatkan oleh teknologi yang sederhana mereka gunakan sehingga inovasi dalam menciptakan produk yang variatif dan inovatif, seperti halnya usaha pembuatan border
100
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi pakaian pengusaha yang menggunakan alat border yang sederhana tentunya
tingkat
inovasi,
variatif
dan
kreasinya
berbeda
dengan
pengusaha border yang menggunakan teknologi komputerisasi dalam membordir yang mampu menghasilkan corak yang lebih kreatif, hasil kerjaan yang lebih rapi, dan pengerjaan yang lebih cepat. Sisi lain adalah dari lemahnya manajerial perusahaan yang bergerak dalam bidang UMKM. Pada umumnya UMKM menerapkan manajerial yang sederhana bahkan keuangan pribadi dengan keuangan usaha menjadi satu sehingga pengelolaan keuangannya menjadi kurang terkontrol. Rendahnya kualitas manajemen UMKM ini juga tidak lepas dari rendahnya tingkat pengetahuan pengusaha akan sisi manajemen yang juga disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan. Pemasaran merupakan sisi lain permasalahan pada pengusaha UMKM yang menyebabkan sulit tumbuh kembangnya usaha UMKM. Pada umumnya pemasaran UMKM masih sangat sempit dan kurang luas masih terbatas kepada pemasaran lokal sekitar wilayah usaha dan belum banyak yang menyentuh pasar yang lebih luas. Informasi pasar yang kurang sering menyebabkan para pengusaha tidak mengetahu bagaimana mereka harus mengembangkan pemasaran produk yang mereka hasilkan hal tersebut juga ditunjang masih kurangnya media promosi dan informasi yang memfasilitasi pemasaran. sisi lain yang menyebabkan pemasaran kurang
berkembang
adalah
ketakutan
pengusaha
terhadap
resiko
pemasaran yaitu resiko tidak terbayarkannya penjualan mereka jika
101
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi dipasarkan keluar daerah yang lebih luas. Tidak adanya lembaga yang menjamin terhadap transaksi pemasaran. Permodalan merupakan hal yang sering dikeluhkan oleh para pengusaha UMKM, mereka kerap mengungkapkan bahwa kesulitan untuk memenuhi tawaran permintaan yang besar karena kurang mampu dalam modal untuk berproduksi. Para pengusaha UMKM pada umumnya memiliki akses terhadap perbankan yang minim sebab dari segi kredibilitas UMKM untuk mendapatkan pinjaman dari perbankan yang masih rendah. Perbankan pada umumnya menerapkan kebijakan yang ketat terhadap penerima pinjaman seperti jika kegiatannya berupa usaha syarat diperbankan harus menyertakan ijin usaha, catatan transaksi dan pembukuan perusahaan sebagai bahan acuan terhadap kinerja usaha, serta
agunan.
Seperti
diungkap
pada
umumnya
UMKM
memiliki
karakteristik lemah terhadap manajerial terutama pembukuan sehingga jika perbankan menerapkan pemeriksaan terhadap pembukuan usaha mereka hal tersebut kerap sulit untuk dilakukan dan pada akhirnya UMKM sering kesulitan untuk mendapatkan fasilitas pinjaman dari perbankan. Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan salah satu upaya strategis dalam meningkatkan taraf hidup
sebagian
Pembangunan
besar Jangka
rakyat Panjang
Indonesia. Nasional
Berdasarkan
Rencana
2005-2025
(RPJPN),
pemberdayaan koperasi dan UMKM dipilah menjadi pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM), pemberdayaan usaha mikro, dan penguatan
102
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi kelembagaan koperasi. Pemberdayaan mengemban misi membentuk bangsa yang berdaya saing dan sekaligus melakukan pemerataan pembangunan dan berkeadilan. Untuk mewujudkan misi bangsa yang berdaya saing, upaya-upaya pengembangan UMKM diarahkan untuk menjadikan para pelaku ekonomi (UMKM) memiliki kemampuan usaha yang berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan berdaya saing. Adapun untuk mewujudkan misi pemerataan
pembangunan
dan
berkeadilan,
upaya
pemberdayaan
diarahkan kepada usaha skala mikro dan kecil, yaitu untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang berpendapatan rendah, khususnya, para pelaku ekonomi di kelompok usaha ini. Sementara itu, dalam penguatan kelembagaan perkoperasian, upaya pengembangan diarahkan agar dapat meningkatkan posisi tawar dan efisiensi kolektif anggotanya, terutama untuk usaha mikro dan kecil yang berkoperasi. Sesuai dengan arah pengembangan yang dikemukakan dalam RPJPN, untuk mewujudkan bangsa yang berdaya saing, akan ditempuh kebijakan meningkatkan kompetensi melalui perkuatan kewirausahaan dan produktivitas. Adapun untuk mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan, akan ditempuh kebijakan meningkatkan kapasitas usaha dan keterampilan
pengelola
usaha
serta
sekaligus
mendorong
adanya
kepastian, perlindungan, dan pembinaan usaha (Perpes No 5 tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014)
103
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Permasalah-permasalahan yang mendera terhadap UMKM tersebut harus segera diberi suatu solusi agar mampu meningkatkan taraf hidup pengusaha
yang
berkecimpung
Pemerintah
Republik
Indonesia
dalam Nomor
UMKM. 17
Dalam
Tahun
2013
Peraturan Tentang
Pelaksanaan UU Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebenarnya telah coba diatur bagaimana upaya pemberdayaan terhadap UMKM. Seperti dalam pasal 2 ayat 2 dikatakan bahwa pemberdayaan UMKM dilakukan dengan: 1. Pengembangan Usaha 2. Kemitraan 3. Perizinan dan: 4. Koordinasi dan pengendalian Upaya pengembangan usaha meliputi fasilitasi pengembangan usaha, dan pelaksanaan pengembangan usaha seperti disebut dalam pasa 3 ayat 2. Dalam pasal 4 sampai dengan pasal 9 beragam jenis upaya fasilitasi dan pengembangan seperti upaya pembatasan bagi usaha besar agar usaha UMKM dapat berkembang, kemudahan perizinan, fasilitasi informasi dan teknologi, pengembangan jaringan usaha, pengembangan inovasi peluang pasar, memperluas akses pemasaran, peningkatan kualitas
produk,
pemanfaatan
teknologi,
dan
mencari
alternative
pendanaan.
104
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Pengembangan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah dapat dilakukan melalui: a) Pendataan, identifikasi potensi, dan masalah yang dihadapi yaitu tahapan menemukenali permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku UKM dan koperasi. b) Penyusunan program pembinaan dan pengembangan sesuai potensi dan masalah yang dihadapi, artinya program pembinaan memang benar-benar sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan sesuai dengan potensi yang ada. c) Pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan; dan d) Pemantauan dan pengendalian pelaksanaan program yang dilakukan agar dapat diketahui apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Upaya lainnya adalah mengembangkan pola kemitraan dengan berbagai macam seperti disebut dalam pasal 11 ayat 2 pola kemitraan dapat berupa, inti-plasma, subkontrak, waralaba, bagi hasil, outsourching, usaha patungan (joint adventura) dan berbagai ragam kemitraan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam PP 17 Tahun 2013 ini merupakan peraturan yang mengatur mengenai pelaksanaan UU mengenai UMKM yaitu UU Nomor 20 tahun 2008, dimana didalamnya tidak lain berisikan bagaimana upaya untuk memberdayakan UMKM agar lebih berdaya.
105
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Kegiatan
lain
yang
dapat
dilaksanakan
untuk
mendukung
pengembangan UKM adalah dengan mengembangkan UKM Mart yang merupakan toko modern hasil pengembangan usaha dari warung serba ada (Waserda) yang selama ini dikelola koperasi, agar mampu bersaing dengan toko retail modern.
Manfaat dari dari pendirian terutama bagi
produsen berbagai komoditas lokal, karena seluruh produk bisa dipasarkan melalui UKM Mart. Format pemasaran yang diberlakukan, mengacu pada format ritel modern yang bersih, nyaman, berpendingin ruangan, dengan luas gerai minimal 6 x 12 meter persegi, serta dilengkapi fasilitas komputer
dalam
sistem
pelayanan
atau
transaksinya
sehingga
mencerminkan pengelolaan toko modern. UKM dapat pula melaksanakan kemitraan dengan perusahan besar yang disertai bantuan dan perkuatan oleh Usaha Besar.
Kemitraan
tersebut dilaksanakan dengan tetap memperhatikan prinsip Kemitraan dan menjunjung etika bisnis yang sehat, yang berprinsip sebagai berikut : a. saling membutuhkan; b. saling mempercayai; c. saling memperkuat; dan d. saling menguntungkan. Pola kemitraan tersebut mencakup proses alih keterampilan bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan,sumber daya manusia, dan teknologi sesuai dengan pola Kemitraan, yang meliputi:
106
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi a) inti-plasma; b) subkontrak; c) waralaba; d) perdagangan umum; e) distribusi dan keagenan; f) bagi hasil; g) kerja sama operasional; h) usaha patungan (joint venture); i)
penyumberluaran (outsourcing); dan
j) bentuk kemitraan lainnya.
Masih berkaitan dengan pengembangan UKM, dalam analisa IPA diketahui bahwa variabel Keandalan (Reliability) masuk dalam kategori “ keep up” karena dalam persepsi responden yaitu UMKM variabel tersebut memiliki tingkat harapan yang tinggi dan tingkat peforma yang sudah tinggi sehingga patut dipertahankan sedangkan variabel lainya seperti daya tanggap “responsiveness” dan Perhatian (Emphaty) menjadi variabel dengan karakteristik “concentrate here” atau harus fokus pada variabel ini. Kedua variabel ini menurut persepsi dari UMKM memiliki tingkat harapan/kepentingan terhadap variabel tersebut yang tinggi namun tingkat kinerjanya masih rendah. Apabila UMKM berpersepsi mereka memiliki tingkat kepentingan/harapan yang tinggi terhadap variabel tersebut dapat diartikan bahwa variabel tersebut sangat berguna bagi keberlangsungan usaha mereka. Wujud dari variabel keandalan tersebut
107
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi dalam pengamatan dilapangan adalah bagaimana koperasi handal dalam pelayanan dan mengatasi permasalahan anggota. Sedangkan dalam variabel perhatian yaitu perhatian koperasi terhadap kemajuan usaha anggota,
rasa
kekeluargaan
dalam
keanggotaan
koperasi,
serta
bagaimana gotong royong anggota dalam mengatasi permasalahn anggota.
Untuk
variabel
daya
tanggap
berupa
kecepatan
dalam
pengurusan kebutuhan anggota. Agar koperasi lebih memiliki peran terhadap anggotanya (UMKM) maka hendaknya koperasi memperhatikan ketiga variabel tersebut dalam kegiatannya agar peran dari koperasi ini mampu memberikan peran terhadap perkembangan dan penguatan UMKM. dimasa mendatang Koperasi Hendaknya dapat memainkan peranan yang lebih inovatif diluar dari fungsi pembiayaan sebab permasalah UMKM bukan hanya terletak dari segi permodalan saja. Koperasi juga dapat memainkan peranan untuk pengembangan pengembangan
instrument inovasi
kebijakan
teknoligi
serta
pemasaran, sampai
kepada
instrument instrument
pengembangan manajemen UMKM anggotanya.
108
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi Gambar 6.8 Model Pengembangan Peran Koperasi terhadap Pengembangan dan Penguatan UMKM
Pemerintah dan Swasta
Instrumen Kebijakan Pemasaran
Instrumen Kebijakan Teknologi
Pengembangan Dan Penguatan UMKM Instrumen Kebijakan Pengembangan manajemen
Instrumen Kebijakan Pembiayaan Sumber : Penulis
Instrumen
pengembangan
pemasaran
oleh
koperasi
dapat
dilakukan melalui usaha membantu pemasaran dari produk-produk yang dihasilkan oleh anggota yang bergerak dalam bidang UMKM untuk dijual dioutlet koperasi. Model pemasaran ini sebenarnya sudah diterapkan oleh beberapa koperasi dengan jenis KUD dan KSU hasil produksi dari para anggota diperbolehkan dijual di outlet koperasi, seperti koperasi sekar melati yang menerima produk anggota untuk dijual seperti telur asin, roti dan produk lainnya yang berasal dari anggota. Apabila koperasi tidak
109
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi mempunya outlet untuk memasarkan hasil dari anggota dapat melalui media lainnya seperti pemasangan spanduk, brosur, pamflet bahkan sampai kepada media pemasaran melalui internet. Koperasi juga dapat menjadi mediator pemasaran keluar daerah bagi anggota yang bergerak dalam usaha UMKM. Sitem tersebut hendaknya system tersebut dapat lebih merata kepada seluruh koperasi yang ada agar membantu mengurangi permsalahn yang berkaitan dengan pemasaran. Instrumen pengembangan manajemen bagi anggota yang bergerak dalam UMKM juga sangat penting dilakukan mengingat msih banya dijumpai lemahnya manajemen UMKM. Wujud dari program ini adalah dapat berupa pelatihan
dan
penyuluhan
mengenai
prosedur
dan
mekanisme manajemen usaha yang baik, sebab selama ini UMKM sering dihadapkan kepada system manajemen yang kurang tertata dengan baik. Apabila koperasi mengalami kendala keterbatasan sumberdaya maka dapat dikembangkan pola kemitraan dengan pihak ketiga seperti dengan pihak
universitas
dengan
memanfaatkan
mahasiwa
yang
sedang
melakukan KKN (Kuliah Kerja Nyata), pemanfaatan CSR dari perusahaan untuk ikut membantu program pelatihan bagi UMKM. Kebijakan
lainnya
adalah
dari
sisi
instrument
kebijakan
pengembangan teknologi, dimana wujud kegiatan ini dapat berupa pengenalan dan pelatihan penggunaan teknologi produksi yang lebih baik, pemberian pinjaman yang berupa pinjaman dalam bentuk peralatan untuk usaha, dan berbagai bentuk kegiatan yang berupaya untuk meningkatkan
110
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi teknologi dari usaha UMKM, karena selama ini salah satu ciri khas UMKM adalah teknologi yang rendah yang pada akhirnya berdampak kepada kekurangefisienan dalam berproduksi dan pada akhirnya menyebabkan tingkat keuntungan yang didapatkan menjadi rendah. Upaya-upaya tersebut tidak lain adalah demi kemajuan anggota yang merupakan prinsip dan nilai utama koperasi yaitu dari anggota dan untuk kesejahteraan anggota. Peran koperasi tersebut selain untuk mengatasi permasalahan yang selama ini terjadi pada anggota yang bergerak dalam bidang UMKM, dengan harapan apabila anggota sejahtera akan berdampak kepada perkembangan koperasi itu sendiri.
111
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi BAB VII PENUTUP 7.1
Kesimpulan Berdasarkan pengamatan dilapangan serta hasil analisis baik dari
data sekunder maupun data primer dalam kajian Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan Dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi mendapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kabupaten Banyuwangi potensi Koperasi dan UMKM yang sangat besar jika dilihat dari segi jumlah usaha. 2. Peran koperasi terhadap UMKM di Kabupaten Banyuwangi ini sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang bergerak dalam bidang UMKM, terutama dalam hal peningkatan modal usaha. 3. Peranan koperasi diluar dari peranan pemberian pinjaman masih belum terlalu menonjol kegiatannya. 4. UMKM lebih memilih menggunakan dana pinjaman dari koperasi dikarenakan kemudahan prosedur untuk mendapatkan pinjaman dibandingkan dengan perbankan. 5. Permasalahan yang melingkupi koperasi adalah kekurangan modal sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pinjaman dari anggota yang berdampak anggota harus mengantri untuk mendapatkan pinjaman modal dari koperasi.
112
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi 6. Berdasarkan terlihat
hasil analisa Importance Performance Analysis (IPA)
bahwa
variabel
keandalan
(reliability),
daya
tanggap
(responsiveness) dan perhatian (emphaty) perlu mendapatkan fokus pengembangan
koperasi
karena
dianggap
faktor
penting
pengembangan koperasi khususnya untuk menunjang pengembangan UMKM di Kabupaten Banyuwangi. 7.2
Saran Dan Rekomendasi
1. Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Banyuwangi dapat lebih mendorong koperasi melalui pelatihan, himbauan-himbauan kepada koperasi untuk lebih mengembangkan kegiatannya terutama kegiatan diluar peminjaman modal dan dapat mengembangkan kegiatannya kearah peningkatan anggota yang bergerak dalam bidang UMKM. 2. Dinas Koperasi dan UMKM lebih mengembangkan Koperasi Serba Usaha (KSU), atau koperasi yang berlandaskan kepada usaha-usaha produktif, sebab diharapkan lebih dapat mengakomodir berbagai instrument pengembangan peran koperasi terhadap pengembangan dan
UMKM
seperti
instrument
pengembangan
manajemen,
pengembangan
pembiayaan,
pengembangan
pengembangan dibandingkan
peralatan,
pemasaran
dan
mengembangkan
koperasi jenis simpan pinjam yang orientasi usahanya hanya kepada bidang keuangan.
113
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi 3. Pengeluaran regulasi yang mendorong koperasi agar dapat lebih mengembangkan kegiatannya kearah peningkatan anggota yang bergerak dalam bidang UMKM. 4. Pemberian insentif dan penghargaan (rewards) bagi koperasi yang berprestasi dalam hal mendorong pengembangan UMKM. 5. Koperasi harus mencoba mencari alternatif sumber pendanaan, sebab sumber dana yang digunakan saat ini seringkali tidak mencukupi
kebutuhan
anggota,
seperti
kerjasama
dengan
perbankan maupun bekerjasama dengan pihak swasta. 6. Koperasi dapat meningkatkan peranan diluar dari penyediaan pinjaman yang diharapkan oleh UMKM adalah dari tingkat perhatian seperti
pelatihan
manajemen
usaha
untuk
meningkatkan
manajemen dari UMKM anggota, memfasilitasi pemasaran produk hasil produksi anggota, pelatihan teknologi untuk perbaikan teknologi usaha UMKM anggota. 7. Koperasi dapat meningkatkan kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain seperti dengan swasta untuk ikut membantu menopang upaya kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan UMKM, seperti kerjasama untuk pelatihan UMKM, serta upaya pemberdayaan lainnya. 8. Mendorong lahirnya UKM Mart yang dikelola secara profesional, dan memberikan pembinaan agar UKM Mart dan berkembang dan bersaing dengan pasar modern.
114
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi
No Isu Permasalahan 1
Mutu produk rendah
kebijakan
strategi
Indikator
Instrumen Kebijakan
Koperasi memfasilitasi anggota
Anggota koperasi yang bergerak
Teknologi dan
untuk pelatihan dan pembinaan
dalam bidang UMKM
Sumberdaya
peningkatan kemampuan
mendapatkan pelatihan sesuai
sumberdaya.
dengan bidang usahanya. Terjadi peningkatan kemampuan (skill) dalam menjalankan usahanya
Koperasi memfasilitasi pengadaan
Mampu menerapkan teknologi
peralatan tepat guna bagi anggota
tepat guna
yang bergerak dalam bidang UMKM
Terciptanya diversifikasi produk Terciptanya produk yang inovatif Terciptanya produk yang lebih berkualitas Efisiensi usaha
115
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi No Isu Permasalahan 2
Manajerial lemah
kebijakan
strategi
Indikator
Instrumen Kebijakan
Koperasi memfasilitasi pelatihan
Anggota yang bergerak dalam
Pengembangan
dan pembinaan mengenai
UMKM mendapatkan pelatihan
Manajemen
manajemen usaha, produksi,
dan pembinaan manajemen
keuangan dan manajemen lainnya
Terserapnya pengetahuan mengenai manajemen yang benar Peningkatan manajemen usaha UMKM dari para anggota koperasi
3
Pemasaran Sempit
Instrumen Kebijakan
Koperasi memfasilitasi promosi
Tersedianya media promosi (outlet,
Pemasaran
produk-produk yang dihasilkan oleh pameran, internet, dan media anggota koperasi yang bergerak
promosi lainnya) bagi anggota
dalam bidang UMKM
koperasi yang bergerak dalam usaha UMKM
116
Koperasi memfasilitasi terciptanya
Terciptanya kemitraan dengan pihak
program kemitraan dengan pihak
ketiga, seperti model plasma inti,
ketiga
waralaba dll
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi No Isu Permasalahan
kebijakan
strategi
Indikator
Membentuk unit usaha koperasi
Terbentuknya unit usaha pemasaran
yang mampu menunjang
atau jenis koperasi yang khusus
pemasaran produk yang dihasilkan
bergerak dalam bidang pemasaran
oleh anggota koperasi yang
seperti UKM Mart
bergerak dalam bidang UMKM 4
Permodalan
Instrumen Kebijakan
Koperasi menyediakan dana murah
Terserapnya dana murah bagi
Terbatas
Permodalan
dan mudah bagi penompang
anggota yang bergerak dalam usaha
permodalan anggota yang bergerak UMKM dalam usaha UMKM
117
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2013 Kabupaten Banyuwangi DAFTAR PUSTAKA ___________. Undang Perkoperasian
Undang
Nomor
25
Tahun
1992
Tentang
___________. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi ___________. Undang Undang Dasar Republik Indonesia Pasal 33 tentang Kesejahteraan Sosial ___________. Undang-undang Perkoperasian
Nomor
___________. Undang-undang Nomor 20 mikro,kecil dan menengah.
17
Tahun
2012
Tahun 2008
Tentang
Tentang usaha
___________. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Hanel,alfred. 1989. Organisasi koperasi: pokok-pokok pikiran mengenai
organisasi koperasi dan kebijakan pembangunan di negara-negara berkembang. Bandung: Angkasa Hanel,alfred . 2005. Organisasi Koperasi Graha Ilmu Cobia,David W. Jersey
Cetakan ke- 1. Yogyakarta :
1989. Cooperative in agriculture , Prentice Hall , New
Tambunan, T. 2001. Peranan UKM bagi Perekonomian Indonesia dan Prospeknya. Makalah Presentasi pada Seminar “Strategi Bisnisdan Peluang Usaha bagi Pengusaha Kecil dan Menengah” IFMS dan Lab. Ilmu Administrasi FISIP UI. Jakarta.
118
Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi