LANGKAH PRAKTIS ISLAMISASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENYEIMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL, INTELEKTUAL, DAN SPIRITUAL PESERTA DIDIK Supriyono dan Mita Hapsari Jannah Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo Jalan KHA. Dahlan 3 Purworejo
Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk membahas langkah praktis menyeimbangkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional dimana kecerdasan spiritual sebagai landasannya. Dalam tulisan ini dibahas mengenai integrasi nilai-nilai Islam (yang memicu kecerdasan emosional dan spiritual) dengan pembelajaran matematika (yang memicu kecerdasan intelektual) di sekolah. Integrasi tersebut hanya akan terjadi ketika model, strategi, metode dan atau pendekatan pembelajaran matematika sesuai dengan kriteria. Kata Kunci: kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, matematika Islam Sekolah Islam menyelenggara-
Pendahuluan sudah
kan pendidikan berbasis Islam karena
memiliki potensi dasar. Secara fisik,
menyadari pentingnya SQ (Spiritual
ranah kognitif akan menumbuhkan
Quotient)
kemajuan IQ (Intelligence Quotient).
diperlukan untuk memfungsikan IQ
Sedangkan
dan
dan EQ secara efektif (Zohar dan
spiritual, yang ada dalam ranah
Marshall dalam Baharuddin dan Esa
afektif,
EQ
Nur Wahyuni, 2007: 161). SQ yang
SQ
lebih cerdas secara spiritual, masih
Pertumbuhan
menurut Zohar dan Marshall, dapat
yang seimbang antara IQ, EQ, dan SQ
diperoleh dalam beragama. Hal ini
diyakini akan membawa peserta didik
sejalan dengan pendapat Taqiyyuddin
pada keadaan aman dan nyaman
an-Nabhani (2006: 63) bahwa naluri
dalam mengikuti pembelajaran.
beragama
Sejak
manusia
potensi
akan
(Emotional (Spiritual
lahir,
psikis
menumbuhkan Quotient)
Quotient).
dan
sebagai
akan
landasan
yang
mempengaruhi
pengaturan seluruh aktivitas manusia, Supriyono dan Mita Hapsari Jannah: Langkah Praktis Islamisasi Pembelajaran Matematika untuk Menyeimbangkan Kecerdasan Emosional, ……
17
termasuk
pengoptimalan
aktivitas
Islam yang sedang marak beberapa tahun
berpikir di ranah IQ maupun EQ. Permasalahan rendahnya pres-
ini,
pembelajaran
termasuk
dalam
matematika,
adalah
tasi matematika peserta didik selama
hanya sebagai numerologi Islam yang
ini
tidak
dimungkinkan
karena
belum
pernah
terbukti
mampu
peradaban
manusia
terintegrasinya kecerdasan intelektual,
meningkatkan
emosional,
selama
(Fahmi Amhar, 2008), khususnya
pembelajaran matematika. Belum ada
dalam bidang pendidikan. Mengingat
integrasi antara matematika (yang
pentingnya
memicu kecerdasan intelektual) dan
meningkatkan mutu pendidikan, maka
Islam
masalah
dan
(yang
spiritual
memicu
kecerdasan
matematika
Islam
dan
dalam
pembelajaran
dalam
matematika yang belum terintegrasi
pembelajaran matematika di sekolah,
dan masalah mewujudkan matematika
khususnya
Islam
emosional
dan
spiritual)
sekolah
Islam.
aspek
yang
sebenar-benarnya
di
ontologi (mengapa matematika harus
sekolah perlu diupayakan pemecahan-
dipelajari),
nya.
epistemologi
mempelajari aksiologi
matematika),
(bagaimana
(metode dan
matematika
diterapkan) matematika yang harus
Landasan Teori 1. Matematika Sekolah Matematika sekolah tidak sama
didasarkan pada Islam juga belum
dengan matematika sebagai ‘ilmu’.
ditekankan. Kalaupun ada nilai-nilai Islam yang diselipkan dalam pembelajaran matematika, nilai-nilai tersebut hanya ditekankan pada nilai-nilai akhlak dan sifat-sifat Ketuhanan yang kurang mencerminkan
integrasi
antara
matematika dan Islam. Bahkan apa yang disebut sebagai matematika 18
Menurut Sumardyono (2004: 43), yang sekolah
membedakan dan
matematika
matematika
sebagai
‘ilmu’ adalah dalam hal penyajian, pola pikir, keterbatasan semesta, dan tingkat
keabstrakan.
Dalam
hal
penyajian, matematika sekolah perlu diusahakan
sesuai
dengan
Supriyono dan Mita Hapsari Jannah: Langkah Praktis Islamisasi Pembelajaran Matematika untuk Menyeimbangkan Kecerdasan Emosional, ……
perkembangan kognitif peserta didik,
bertahap.
Di
sehingga tidak harus diawali dengan
bilangan
dapat
teorema
dengan menghadirkan benda nyata,
atau
definisi.
Akibatnya
dari
konsep
penyederhanaan
seperti
lidi,
Namun
matematika yang kompleks.
SD,
penjumlahan ‘dikongkretkan’
untuk
semakin
dijumlahkan.
tinggi
jenjang
matematika
sekolah, tingkat keabstrakan bilangan
sekolah dapat menggunakan pola pikir
sebagai objek matematika semakin
induktif maupun deduktif. Hal ini
diperjelas.
Pembelajaran
disesuaikan dengan topik bahasan dan
Matematika sebagai bidang ilmu
tingkat pemahaman peserta didik.
atau sebagai mata pelajaran yang
Secara umum, pada tingkat SD,
dipelajari
matematika didekati secara induktif
pendidikan, bahkan tanpa disadari
terlebih dahulu karena hal ini lebih
matematika diperlukan orang dalam
memungkinkan
di
setiap
peserta
didik
kehidupan sehari-hari.
pengertian
yang
pendidikan
dimaksud. Sementara untuk SMP dan
matematika
SMA, pola pikir deduktif harus
mengembangkan
semakin ditekankan.
komunikasi
menangkap
dasar,
jenjang
Di tingkat
mata
pelajaran
bertujuan
untuk
kemampuan
dengan
ber-
menggunakan
Pengertian semesta pembicaraan
bilangan dan simbol-simbol serta
tetap diperlukan, namun mungkin
ketajaman penalaran sehingga dapat
sekali
membantu
memecahkan
matematika
maupun
permasalahan
kehidupan
sehari-hari.
semakin
dipersempit.
Selanjutnya
meningkat
usia
peserta
masalah
didik, yang berarti meningkat pula
dalam
tahap
maka
Misalnya di SD ditekankan agar
berangsur-angsur
peserta didik mengenal, memahami
diperluas. Sesuai dengan pola pikir
serta mahir menggunakan bilangan
yang dipakai, tingkat keabstrakan
dalam kaitannya dengan kebutuhan
matematika
praktis dalam kehidupan sehari-hari.
perkembangannya,
semesta
itu
sekolah
juga
harus
Supriyono dan Mita Hapsari Jannah: Langkah Praktis Islamisasi Pembelajaran Matematika untuk Menyeimbangkan Kecerdasan Emosional, ……
19
didik
dengan embel-embel Islam karena
ditekankan proses abstraksi kuantitatif
ilmu yang bersifat netral otomatis
dalam bentuk aljabar dan geometri
diislamisasi dalam diri individu kaum
sederhana.
Sedangkan
SMA,
Muslimin sendiri. Karenanya, istilah-
ditekankan
menggunakan
perban-
istilah seperti “Islamisasi matematika”
Di
SMP,
dingan,
pada
fungsi,
identitas
peserta
di
persamaan
trigonometri
pemecahan
masalah
dan
dan “matematika Islam” baru muncul
dalam
dewasa ini untuk membedakannya
sehari-hari
dengan
matematika
berdasarkan
(Depdiknas, 2003: 9).
Islam
yang
tidak
dan
atau
matematika yang tidak hidup di masa 2. Matematika Islam
kejayaan Islam.
Islam sebagai mabda (prinsip ideologis) yang mengatur seluruh aspek kehidupan (Taqiyyuddin anNabhani, 2006: 106) tidak hanya mengatur masalah ibadah spiritual, tetapi
juga
hubungan
mengatur yang
hubungan-
terjadi
dalam
masyarakat, termasuk pendidikan dan sains. Karena nilai-nilai Islam yang menyeluruh tersebut sudah tertanam pada seluruh aspek kehidupan kaum Muslim sejak lama dan semuanya sama
di
hadapan
agama,
membedakan
bahwa istilah
Islam
tidak
rohaniawan
ataupun teknokrat. Islam juga tidak membedakan istilah-istilah keilmuan 20
Setia
mendefinisikan
(2008:
istilah
8)
Islamisasi
matematika seperti berikut ini. “Islamisasi matematika adalah sebuah “simbiosis” antara matematika dan sistem peraturan dalam Islam. Matematika sebagai suatu hasil yang objektif dan kuantitatif membentuk nilai-nilai kognitif dan etik matematikawan Muslim yang sangat peduli untuk memahamkan dan menghidupkan visi Islam tentang kebenaran dan realitas baik dalam kehidupan pribadi maupun professional mereka”
maka
Taqiyyuddin an-Nabhani (2006: 106) berpendapat
Adi
Sedangkan istilah matematika Islam telah banyak diartikan berbeda, akan tetapi sebagian besar merujuk pada matematika yang berkembang di masa kejayaan Islam. Di dalam artikel
Supriyono dan Mita Hapsari Jannah: Langkah Praktis Islamisasi Pembelajaran Matematika untuk Menyeimbangkan Kecerdasan Emosional, ……
yang dikeluarkan oleh Center for South Asian and Middle Eastern Studies, University of Illinois at Urbana-Champaign bahwa
matematika
disebutkan Islam
adalah
istilah yang digunakan untuk merujuk pada matematika yang ada di dunia Islam pada abad 8 hingga abad 13 (http://www.csames.illinois.edu/docu ments/outreach/Islamic_Mathematics. pdf). Di dalam Wikipedia, The Free Encyclopedia,
matematika
Islam
adalah matematika yang berkembang dan tersebar pada masa peradaban Islam. Dari definisi-definisi di atas, di masa kini ada sejumlah orang yang memahami
“matematika
Islam”
sebagai Islamic numerology. Fahmi Amhar, seorang doktor dan peneliti senior di Bakosurtanal mengungkapkan apa yang dimaksud dengan Islamic numerology sebagai berikut Contoh praktisnya adalah menghitung-hitung jumlah ayat atau huruf tertentu di dalam surat Al-Qur’an kemudian mencari-cari bentuk atau makna yang unik dari situ, misalnya dengan klaim diketemukannya bilangan prima 19 sebagai faktor dari jumlah-
jumlah tadi, atau bahwa di dalam ayat tertentu ternyata tersembunyi bilangan kecepatan cahaya, panjang keliling bumi atau bahkan tanggal robohnya gedung WTC akibat ditubruk oleh pesawat pada 11 September 2001 alias tragedi 911. Tentunya ini semua hanya mencari-cari atau “otak-atik gathuk”, mirip orang yang mencari nomor togel dari angkaangka yang tidak ada hubungannya (sekalipun itu nomor ayat al-Quran). Ini karena bilangan kecepatan cahaya adalah tergantung dari satuan panjang dan waktu yang digunakan, dan semua orang tahu bahwa meter dan detik adalah kesepakatan teknis manusia zaman mutakhir. Kalau “meter” diganti “mil” saja, angka itu sudah pasti berubah. Demikian juga, tanggal 11 September adalah kalender Gregorian. Orang-orang Kristen Orthodox yang tetap menggunakan kalender Julian menunjuk pada tanggal yang berbeda, sebagaimana mereka saat ini menunjuk 6 Januari kita sebagai hari Natal, dan bukannya 25 Desember, meski di kalender Julian itu tertulis 25 Desember( Fahmi Amhar,2008). Kondisi di atas, yang terjadi pada saat kemunduran peradaban Islam saat ini, berkebalikan dengan kondisi
ketika
Islam
menjadi
mercusuar peradaban dunia, dimana
Supriyono dan Mita Hapsari Jannah: Langkah Praktis Islamisasi Pembelajaran Matematika untuk Menyeimbangkan Kecerdasan Emosional, ……
21
matematika Islam dipandang dengan
numerologi Yunani, Mesir, Persia
cara yang sama sekali berbeda. John J.
atau India kuno ke keranjang sampah
O’Connor dan Edmund F. Robertson
peradaban. Aneh bila pada saat ini
dalam
sejumlah orang yang ikhlas dan
Fahmi
Amhar
(2008)
ghirah Islamnya tinggi justru terjebak
menyampaikan: "Recent research paints a new picture of the debt that we owe to Islamic mathematics. Certainly many of the ideas which were previously thought to have been brilliant new conceptions due to European mathematicians of the sixteenth, seventeenth and eighteenth centuries are now known to have been developed by Arabic/Islamic mathematicians around four centuries earlier."
pada pengembangan numerologi yang sejenis, yang tidak pernah terbukti mampu
mengangkat
manusia (Fahmi Amhar, 2008). Agar tidak
rancu
berikan gambaran yang baru pada hutang
yang
telah
diberikan
matematika Islam pada kita.
Dapat
dipastikan bahwa banyak ide yang sebelumnya kita anggap merupakan konsep-konsep brilian matematikawan Eropa pada abad 15, 17 dan 18, ternyata telah dikembangkan oleh matematikawan Arab/Islam kira-kira empat abad lebih awal). Gambaran Robertson Islam
membuktikan
dan
matematika bahwa
matematika Islam telah mengusir 22
banyaknya
dan
Islamisasi
pembelajaran
matematika, pada tulisan ini yang dengan
pembelajaran adalah
Islamisasi
matematika
integrasi
antara
sekolah nilai-nilai
Islam (sebagai landasan berpikir dan beraktivitas)
dengan
matematika
sekolah,
sehingga
di
pembelajaran
dalam
sedemikian proses
pembelajaran tersebut tidak ada lagi nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, termasuk terjebak ke dalam numerologi Islam yang tidak ada manfaatnya untuk perkembangan
O’Connor
mengenai
dengan
persepsi mengenai matematika Islam
dimaksud Maknanya, penelitian terkini mem-
peradaban
matematika dan peradaban Islam. Kemudian yang dimaksud dengan matematika Islam di sini adalah matematika yang berkembang dan
Supriyono dan Mita Hapsari Jannah: Langkah Praktis Islamisasi Pembelajaran Matematika untuk Menyeimbangkan Kecerdasan Emosional, ……
tersebar pada masa peradaban Islam.
belajar sehingga dapat menemukan
Matematika Islam diambil sebagai
kembali
bagian dari sejarah matematika dan
mengkonstruksi kembali (reconstruct)
merupakan salah satu dari banyak
pengetahuannya. Akan tetapi perlu
cara
diingat
dalam
rangka
Islamisasi
pembelajaran matematika sekolah.
(reinvent)
bahwa
atau
tidak
berarti
pembelajaran matematika direduksi hanya sebatas soal cerita, menafsirkan
Pembahasan
soal
Dari tinjauan pustaka mengenai matematika
sekolah,
pembelajaran
matematika sekolah haruslah membuat peserta didik dapat menerapkan matematika dalam kehidupan seharihari.
Jadi
matematika
sekolah
haruslah aplikatif. Mengikut pendapat Polya dalam Fadjar Shadiq (2004: 10), dengan
pengembangan penalaran
matematika induktif
atau
dimulai dengan hal konkrit adalah diperlukan. Pembelajaran matematika yang
dimulai
dengan
deduktif
aksiomatis menurut Fadjar Shadiq (2004:
10)
sesungguhnya
telah
mengingkari proses bertumbuh dan berkembangnya matematika. Matematika sekolah seharusnya mengikuti proses
didapatkannya
matematika
oleh para matematikawan. Peserta
cerita
tersebut,
memodelkannya,
kemudian
sehingga
dapat
disebut ‘matematika konteks nyata’. Haruslah tetap ada keseimbangan antar
‘ide’
matematika
sebagai
pemecah masalah (masalah di luar matematika)
dan
sebagai
ilmu
deduktif yang mempunyai hukum dan aturannya sendiri. Di sisi lain, dari tinjauan pustaka mengenai
matematika
Islam
dan
Islamisasi matematika sekolah, nilainilai Islam yang dimaksud dalam rangka
Islamisasi
pembelajaran
matematika sekolah adalah pemberian sejumlah motivasi dan guideline oleh Islam dalam pencarian ilmu. Islam memberikan motivasi pencarian ilmu yakni dengan hadits-hadits seperti “Mencari ilmu itu hukumnya fardhu atas muslim laki-laki dan muslim
didik dituntun atau difasilitasi untuk Supriyono dan Mita Hapsari Jannah: Langkah Praktis Islamisasi Pembelajaran Matematika untuk Menyeimbangkan Kecerdasan Emosional, ……
23
perempuan”,
“Carilah
ilmu
dari
Muslimin
melihat
bahwa
buaian sampai liang lahad”, “Carilah
menyempurnakan
ilmu, walaupun sampai ke negeri
adikuasa
Cina”, dan sebagainya.
angkatan laut yang kuat, maka mereka
Sesuai dengan pembagian dalam
–
jihad
untuk
Romawi
berpacu
melawan
memerlukan
dengan
waktu
–
filsafat ilmu secara umum (ontologi,
mempelajari geometri persenjataan,
epistemologi,
menurut
pemodelan
matematika
tentang
Fahmi Amhar (2006), guideline Islam
perkapalan,
navigasi
dengan
meliputi yang dijelaskan berikut ini.
astronomi matematis, dan sebagainya.
aksiologi)
masalah
Dengan ontologi syariah ini,
mengapa suatu hal perlu dipelajari
kaum Muslim di masa lalu berhasil
atau diteliti. Qur’an memuat cukup
mendudukkan
banyak ayat-ayat yang merangsang
pembelajaran dan penelitian secara
pembacanya untuk menyelidiki alam,
tepat,
seperti
khomsah (hukum yang lima: wajib-
Ontologi
menyangkut
“Apakah
tidak
kalian
bagaimana
unta
skala
sesuai
dengan
prioritas
ahkamul
sunnah-mubah-makruh-haram)
dari
diciptakan, atau langit ditinggikan,
perbuatannya.
me-
…” (TQS. al-Ghasiyah 17-18). Maka
nyangkut metode bagaimana suatu
tidak
Muslim
ilmu dipelajari. Epistemologi Islam
menemukan teori-teori trigonometri
menekankan bahwa suatu ilmu harus
bidang datar, sferis, dan analitis yang
dipelajari
dapat
hukum Islam pun. Maka beberapa
perhatikan,
heran
ilmuwan
diaplikasikan
ke
bidang
Epistemologi
tanpa
melanggar
satu
eksperimen dilarang, karena berten-
astronomi. Kaidah “Ma laa yatiimul waajib
tangan
dengan
Islam,
illaa bihi, fahuwa wajib” (Apa yang
pembelajaran
mutlak
penentuan jaring-jaring kubus dengan
diperlukan
untuk
menyempurnakan sesuatu kewajiban,
polymino
misalnya dalam
mempraktekkan judi domino.
hukumnya wajib pula) juga memiliki
Di sisi lain, ilmu dipelajari
peran yang besar. Maka ketika kaum
dengan mempraktekkannya. Karena
24
Supriyono dan Mita Hapsari Jannah: Langkah Praktis Islamisasi Pembelajaran Matematika untuk Menyeimbangkan Kecerdasan Emosional, ……
Perkembangan
itu, ilmu seperti peluang judi menjadi haram
dipelajari,
epistemologinya
dan
konteks
matematika pada umat Islam tak lepas
dipelajari
dari dorongan Islam agar manusia
karena adalah
sains
sambil dipraktekkan. Namun ilmu
berpikir
peluang yang tidak digunakan untuk
manusia,
judi, matematika astronomi, dan ilmu-
kehidupan, sehingga tidak menjadi
ilmu matematika yang lain menjadi
penganut buta dari generasi-generasi
tumbuh pesat karena setiap orang
sebelumnya. Metode berpikir rasional
yang
sangat berpotensi untuk menumbuh-
mempelajarinya
punya
secara alam
rasional semesta,
dan
gambaran yang jelas bagaimana nanti
kan
ilmu itu digunakan.
karena identik dengan fakta akal itu
Sedang aksiologi menyangkut
pemikiran-pemikiran
tentang
orisinal
sendiri, dan tidak akan keluar dari
bagaimana suatu ilmu diterapkan.
fakta
Ilmu atau teknologi adalah netral,
berpikir dengan metode rasional telah
sedang
penggunaannya
menjadi landasan berpikir menurut
peradaban
Islam, dan bukan metode ilmiah yang
masyarakat yang menggunakannya.
tidak dapat menumbuhkan pemikiran-
Pada masyarakat muslim penggunaan
pemikiran yang tercipta baru (orisinal)
teknologi
(Taqiyyuddin an-Nabhani, 2003: 37).
tergantung
akibat pada
dibatasi
hukum
Islam.
ini
sedikitpun.
Sedangkan
Teknologi hanya akan digunakan
akal
Karenanya
itu
sendiri
untuk memanusiakan manusia, bukan
adalah penafsiran fakta dengan sudut
memperbudaknya.
pandang tertentu. Caranya adalah
Nilai-nilai Islam yang lain selain
dengan memindahkan penginderaan
pemberian sejumlah motivasi dan
terhadap fakta melalui panca indera
guideline dalam pencarian ilmu yaitu
ke dalam otak yang diserta dengan
pengaturan
adanya informasi-informasi terdahulu
tentang
perkembangan
sains dan matematika serta pendidikan
yang
akan
digunakan
untuk
dan pembelajarannya. Supriyono dan Mita Hapsari Jannah: Langkah Praktis Islamisasi Pembelajaran Matematika untuk Menyeimbangkan Kecerdasan Emosional, ……
25
bisa diindera.
pelajaran disusun berdasarkan dasar strategi tersebut. c. Tujuan pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian Islam serta membekalinya dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan. Metode penyampaian pelajaran dirancang untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut. Setiap metodologi yang tidak berorientasi pada tujuan tersebut dilarang.
Kedua: fakta non-inderawi; wujudnya
Dari uraian di atas, dengan
menafsirkan
fakta
tersebut
(Taqiyyuddin an-Nabhani, 2003: 25). Artinya, unsur-unsur yang harus ada dalam aktivitas berpikir adalah fakta, indera, informasi awal, serta otak. Sedangkan fakta yang dihukumi itu sendiri ada dua. Pertama: fakta yang bersifat inderawi, dengan wujud dan materi yang
ada, tetapi secara materi tidak bisa
semakin
diindera.
yang
pendidikan, maka langkah praktis
pertama, akal manusia memang bisa
dalam rangka Islamisasi pembelajaran
langsung
menghukuminya,
karena
matematika di sekolah yaitu memilih
keempat
komponen
yang
model, strategi, metode, dan atau
dibutuhkan dalam berpikir secara
pendekatan pembelajaran matematika
simultan bisa dihadirkan (Mohammad
yang
Maghfur Wachid, 2004).
pembelajaran
Terhadap
Sedangkan
untuk
fakta
akal
berkembangnya
sesuai
dengan
teori
karakteristik
matematika
sekolah,
pengaturan
Islam, dan pendidikan Islam. Model,
pendidikan, pendidikan Islam menurut
strategi, metode, dan atau pendekatan
Taqiyyuddin an-Nabhani (2006: 189)
pembelajaran
harus memenuhi prinsip:
harus memenuhi: pertama, model,
a. Kurikulum pendidikan wajib berlandaskan Islam. Mata pelajaran serta metodologi penyampaian pelajaran seluruhnya disusun tanpa adanya penyimpangan sedikitpun dalam pendidikan dari asas tersebut. b. Pengaturan pendidikan adalah untuk membentuk pola pikir dan pola jiwa Islami. Seluruh mata 26
matematika
tersebut
strategi, metode dan atau pendekatan pembelajaran
matematika
haruslah
menitikberatkan pada metode berpikir rasional
(penggabungan
antara
metode deduktif dan induktif) yang dibutuhkan
untuk
menciptakan
Supriyono dan Mita Hapsari Jannah: Langkah Praktis Islamisasi Pembelajaran Matematika untuk Menyeimbangkan Kecerdasan Emosional, ……
matematika.
pola sikap Islami mereka. Transfer
Model, strategi, metode, dan atau
kepribadian (pola pikir dan pola
pendekatan
tersebut
sikap) Islami dari guru ke peserta
proses
didik hanya terjadi jika ada interaksi
melalui
yang intens pada saat pembelajaran
unsur-
berlangsung maupun di luar itu.
unsur dalam berpikir. Artinya, model,
Khususnya pada saat pembelajaran
strategi, metode, dan atau pendekatan
berlangsung,
guru
tersebut dapat mengoptimalkan fungsi
memberi
contoh
otak (dengan memberi asupan otak
matematika
pada
yang cukup, baik materiil maupun
matematis. Akan tetapi juga memberi
non-materiil),
semua
contoh penerapan matematika dalam
panca indera, cukup informasi awal,
kehidupan sehari-hari yang sesuai
dan menghadirkan fakta yang benar-
dengan Islam.
pemikiran
orisinal
pembelajaran
haruslah
mengoptimalisasi
berpikir
peserta
pengoptimalan
didik
penggunaan
merangsang
benar dirasakan oleh peserta didik,
Sejarah
tidak
sekedar penerapan
permasalahan
matematika
Islam
baik inderawi maupun non-inderawi.
menjadi contoh yang bagus bagi guru
Selain itu, model, strategi, metode,
untuk
dan atau pendekatan tersebut dapat
strategi, metode, dan atau pendekatan
meningkatkan
pembelajaran
kemampuan
siswa
diterapkan
dalam
model,
tersebut.
Sejarah
dalam mengkaitkan informasi awal
matematika tidak saja ada karena
dengan fakta.
suatu keniscayaan, tetapi ia juga
Kedua, model, strategi, metode,
penting
karena
dapat
dan atau pendekatan tersebut tidak
pengaruh
hanya mengembangkan kecerdasan
matematika
intelektual peserta didik, tetapi juga
matematika (Sumardyono, 2004: 9).
kecerdasan
Melihat
spiritual
emosional sehingga
maupun
memungkinkan
guru untuk membentuk pola pikir dan
diciptakan Muslim
pada
memberi
perkembangan
dan
pembelajaran
bagaimana oleh dahulu
matematika matematikawan
dapat
memberi
Supriyono dan Mita Hapsari Jannah: Langkah Praktis Islamisasi Pembelajaran Matematika untuk Menyeimbangkan Kecerdasan Emosional, ……
27
motivasi spiritual kepada peserta didik
strategi, metode dan atau pendekatan
serta
pembelajaran
memberi
bagaimana
penggambaran
matematika
diterapkan
matematika
haruslah
menitikberatkan pada metode berpikir
untuk memecahkan dalam keseharian.
rasional
Selain
metode deduktif dan induktif) yang
itu,
sejarah
matematika
(penggabungan
antara
menekankan pada pola pikir rasional.
dibutuhkan
untuk
menciptakan
Peserta
pemikiran
orisinal
matematika.
didik
dibolehkan
menggunakan bahasa dan lambang
Kedua, model, strategi, metode, dan
matematikanya
Menurut
atau pendekatan tersebut tidak hanya
Sumardyono (2004: 10), paradigma
mengembangkan kecerdasan intelek-
semacam ini kini menjadi tren dalam
tual
pembelajaran
kecerdasan
sendiri.
matematika
realistik
peserta
didik,
tetapi
emosional
maupun
Perkembangan
spiritual
diri
individu
guru untuk membentuk pola pikir dan
(ontogeny) mungkin saja mengikuti
pola sikap Islami mereka. Sebagai
cara yang sama dengan perkembangan
tambahan, sejarah matematika Islam
matematika itu sendiri (phylogeny).
menjadi contoh yang bagus bagi guru
atau
konstruktivis.
matematika
dalam
untuk Penutup Dari simpulan
bahwa
diperoleh
langkah
dalam
model,
emosional, intelektual, dan spiritual peserta didik adalah dengan memilih model, strategi, metode, dan atau pendekatan pembelajaran matematika yang sesuai dengan kriteria. Kriteria adalah:
pertama,
pembelajaran tersebut.
praktis
untuk menyeimbangkan kecerdasan
28
diterapkan
memungkinkan
strategi, metode, dan atau pendekatan pembahasan
Islamisasi pembelajaran matematika
tersebut
sehingga
juga
model,
Daftar Pustaka Adi Setia. 2008. “Some Upstream Research Programs for Muslim Mathematicians: Operationalizing Islamic Values in the Sciences through Mathematical Creativity”. Islam & Science. 5. http://www.thefreelibrary .com/_/print/PrintArticle.aspx? id=191907684.
Supriyono dan Mita Hapsari Jannah: Langkah Praktis Islamisasi Pembelajaran Matematika untuk Menyeimbangkan Kecerdasan Emosional, ……
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: ArRuzz Media. Center for South Asian and Middle Eastern Studies, University of Illinois at Urbana-Champaign. Islamic Mathematics. http://www.csames.illinois.edu /documents/outreach/Islamic_ Mathematics.pdf. Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP & MTs. Jakarta: Balitbang Depdiknas. Sunardi.blog.unej.ac.id/files/2009/0 3/kbkmatematikasmp2.pdf. Fadjar
Shadiq. 2004. Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Paket Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMP Jenjang Dasar. Yogyakarta. 10–23 Oktober 2004. http://p4tkmatematika.org/dow nloads/smp/PenalaranPemecah anMasalah.pdf.
-----------. 2008, Desember. ”Matematika Islam Bukan Numerologi”. Media Umat. Mohammad Maghfur Wachid. 2004, Februari. “Menyoal Nalar dan Logika Mantik”. Al-Wa’ie. Sumardyono. 2004. Karakteristik Matematika dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas. Taqiyuddin an-Nabhani. 2003. Hakekat Berpikir. Terjemahan Taqiyuddin as-Siba’i. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah. -----------. 2006. Peraturan Hidup Dalam Islam. Terjemahan Abu Amin, dkk. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah.
Fahmi Amhar. 2006. Integrasi Sains dan Islam. Makalah. Cibubur: Sekolah Islam Terpadu Fajar Hidayah. 30 Mei 2006. http://famhar.multiply.com/jou rnal/item/14/Integrasi_Sains_d an_Islam.
Supriyono dan Mita Hapsari Jannah: Langkah Praktis Islamisasi Pembelajaran Matematika untuk Menyeimbangkan Kecerdasan Emosional, ……
29