BAB II EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT DAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK
A. Ekstrakurikuler Pencak Silat 1.
Ekstrakurikuler a.
Pengertian Ekstrakurikuler Ekstra adalah tambahan. Kurikuler adalah berkaitan dengan kurikulum.1 Dengan kata lain bahwa ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar jam pelajaran dengan tujuan sebagai sarana dan wadah bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan yang telah dimiliki. Seperti Pramuka, Karate, Taekwondo dan lain sebagainya. Menurut
Suharsimi
Arikunto
(1988:57),
Kegiatan
Ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, diluar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan. Hal ini sejalan dengan pendapat W.S Winkel (1991:529) yang mengemukakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang mencakup aktivitas - aktivitas yang tidak termasuk kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler. Sedangkan
definisi
kegiatan
ekstrakurikuler
menurut
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (Dekdikbud, 1984: 6) adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah ataupun diluar sekolah agar lebih 1
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ke-4 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm. 479.
22
23
memperkaya
dan
memeperluas
wawasan
pengetahuan
dan
kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum.2 Kegiatan
siswa
dalam
kegiatan
Kokurikuler
dan
ekstrakurikuler antara lain: 1)
Semua
siswa
mengikuti
salah
satu
cabang
kegiatan
Kokurikuler dan ekstrakurikuler. 2)
Sebagian besar siswa mengikuti salah satu cabang kegiatan Kokurikuler dan ekstrakurikuler.
3)
Sebagian siswa mengikuti salah satu cabang kegiatan Kokurikuler dan ekstrakurikuler.
4)
Sebagian kecil siswa mengikuti salah satu cabang kegiatan Kokurikuler dan ekstrakurikuler.
5)
Hampir tidak ada siswa yang mengikuti salah cabang kegiatan Kokurikuler dan ekstrakurikuler.3
b.
Tujuan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler dapat berbentuk kegiatan pada seni, olahraga, pengembangan kepribadian dan kegiatan lain yang bertujuan
positif
untuk
kemajuan
dari
siswa-siswi
itu
sendiri.Kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler merupakan
2
http://eko.wordpress.com/2013/05/pengertian-kegiatan-ekstrakurikuler.html.(Mey2013). Diakses pada tanggal 10 September 2013. 3 Nana Syaodih Sukmadinata, dkk., Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip dan Instrumen) (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 162.
24
kegiatan utama sebuah institusi sekolah yang tujuannya adalah sebagai fasilitas penunjang bagi peserta didik.4 Pelaksanaan program ekstrakurikuler di SMP bertujuan mengembangkan
nilai-nilai
kepribadian,
selain
itu
kegiatan
ekstrakurikuler bertujuan agar siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan, mengenal hubungan antar berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. Selain itu maksud diadakannya ekstrakurikuler juga untuk lebih memantapkan pendidikan kepribadian dan untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dan kebutuhan lingkungan. Kegiatan ekskul merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan disamping jalur organisasi intra
sekolah
(osis),
latihan
kepemimpinan
dan
wawasan
wiyatamandala. Tujuan dari diadakannya kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk
mengembangkan bakat, minat, intelektual, keimanan,
wawasan kebangsaan dan keterampilan, dengan cara: 1) Mengadakan pendampingan untuk siswa berprestasi. 2) Mengikuti lomba mapel dan siswa teladan tiap tahun. 3) Mengadakan kegiatan yang memacu kreativitas anak serta mengembangkan bakat, minat dan menggali kompetensi anak
4
Suparlan, Membangun Sekolah Efektif (Yogyakarta: Hikayat, 2008), hlm. 164.
25
4) Mengikuti lomba kepramukaan untuk siaga dan penggalang. 5) Mengadakan pembinaan kepribadian dan religiositas siswa melalui kegiatan pembinaan. 6) Menggerakkan siswa dalam pengadaan Mading.5 c.
Manfaat Ekstrakurikuler Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar
siswa
dapat
mengembangkan
kepribadian,
bakat
dan
kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah. Secara teoritis, organisasi sekolah dalam menyelenggarakan program-program terlebih dulu menyusun tujuan dengan baik yang implementasinya dilakukan secara efisien dan efektif dalam proses belajar mengajar. Keefektifan organisasi sekolah tergntung pada desain organisasi dan pelaksanaan fungsi komponen organisasi. Menurut Steers (1977) adalah sejauh mana organisasi melaksanakan
5
Depdikbud, petunjuk pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan (Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan: Dirjen Dikdasmen, 1998), hlm. 38.
26
seluruh tugas pokoknya dan anggota organisasi cenderumg berusaha lebih keras untuk mencapai tujuan organisasi.6 2.
Pencak Silat a.
Pengertian Pencak Silat Pencak silat berasal dari kata pencak dan silat. Pencak adalah permainan
(keahlian)
untuk
mempertahankan
diri
dengan
kepandaian menangkis, mengelak. Silat adalah kepandaian berkelahi, seni bela diri khas Indonesia, dengan ketangkasan membela diri dan menyerang untuk pertandingan atau perkelahian.7 Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina selatan dan Thailand selatan sesuai dengan penyebaran suku bangsa Melayu Nusantara. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, kini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara adalah Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa (Persilat) yang dibentuk
oleh
Indonesia,
Singapura,
Malaysia
dan
Brunei
Darussalam.
6
Syaiful Sagala, Manajemen Berbasis Sekolah Dan Masyarakat (Jakarta: PT. Nimas Multima, 2004), hlm. 63-65 7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm. 1043.
27
Pencak silat adalah olahraga bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi. Ada pengaruh budaya Cina, agama Hindu, Budha, dan Islam dalam pencak silat. Biasanya setiap daerah di Indonesia mempunyai aliran pencak silat yang khas. Misalnya, daerah Jawa Barat terkenal dengan aliran Cimande dan Cikalong, Di Jawa Tengah ada aliran Merpati Putih dan di Jawa Timur ada aliran Perisai Diri. Setiap empat tahun sekali di Indonesia diadakan pertandingan pencak silat tingkat nasional dalam Pekan Olahraga Nasional
(PON).
Selain
dalam
PON,
pencak
silat
juga
dipertandingkan dalam SEA Games sejak tahun 1987. Sejarah pencak silat hingga sekarang masih simpang siur. Para pakar dan pendekar belum memiliki rumusan yang seragam tentang mata air pencak silat. Perguruan-perguruan pencak silat yang total jumlahya mencapai ribuan juga masih mempunyai versi sejarah yang berbeda-beda. Sehingga sudah hampir setengah abad, belum pula diperoleh kesepakatan sejarah secara nasional.8 b.
Manfaat Pencak Silat Pembentukan dan pengembangan kecerdasan emosional juga dapat dilakukan dengan berolahraga. Banyak bukti menunjukkan bahwa olahraga tidak hanya penting untuk kesehatan fisik, tetapi juga untuk kesehatan emosional dan intelektual. Manfaat olahraga untuk emotional Intelligence sama besarnya atau lebih besar
8
10.
Joko Subroto, Dasar-dasar Pencak Silat (Pekalongan: CV. Gunung Mas, 1996), hlm.
28
terutama jika emosi yang tergali dalam membangun otot emosional adalah emosi yang menekan. Gerakan dan olahraga, dengan merangsang produksi endorfin, peningkat alamiah suasana hat dalam tubuh, menunjukkan bahwa perasaan berpotensi untuk menjadi sebuah proses yang menyenangkan sehingga meningkatkan motivasi untuk membangun otot emosional.9 Pencak silat sebagai olahraga beladiri mempunyai banyak manfaat dan kegunaan, antara lain sebagai berikut: 1) Dapat menumbuhkan rasa jujur dan welas asih 2) Dapat menumbuhkan rasa percaya pada diri, karena didasarkan pada kemampuan yang dimiliki pribadi. 3) Dalam mempelajari pencak silat akan mendalami masalah keserasian dan keselarasan gerak dan hal ini terwujudkan dalam sikap serta penampilannya sehari-hari. 4) Bagi pesilat yang benar-benar menghayati apa yang didapatkan dari sistem pelajaran akan menimbulkan ketakwaan terhadap Tuhan. c.
Fungsi Pencak Silat Pada hakikatnya semua makhluk hidup di dunia ini telah dibekali
oleh
Maha
Pencipta
naluri
untuk
membela
dan
mempertahankan diri. Misalnya kijang dengan penciuman dan larinya yang kencang untuk menyelamatkan diri. Juga tanduk kijang
9
Jeanne Segal, Melejitkan Kepekaan Emosional (Bandung: Kaifa, 2000), hlm. 85.
29
digunakan untuk mempertahankan diri. Bunglon dengan kulitnya yang berubah-ubah sesuai dengan warna tempatnya hinggap, kupukupu dengan warnaya yang seperti bunga, cumi-cumi dengan tintanya dan lain sebagainya. Semua merupakan karunia Tuhan bagi rnakhluknya untuk membela dan mempertahankan diri. Beberapa nilai positif yang diperoleh dalam olahraga beladiri pencak silat adalah: 1) Kesehatan dan kebugaran. 2) Membangkitkan rasa percaya diri. 3) Melatih ketahanan mental. 4) Mengembangkan kewaspadaan diri yang tinggi. 5) Membina sportifitas dan jiwa ksatria. 6) Disiplin dan keuletan yang lebih tinggi. Padepokan Pencak Silat Indonesia mempunyai sekurangkurangnya 5 fungsi10, yakni : 1) Sebagai pusat informasi, pendidikan, penyajian dan promosi berbagai hal yang menyangkut Pencak Silat. 2) Sebagai pusat berbagai kegiatan yang berhubungan dengan upaya pelestarian, pengembangan, penyebaran dan peningkatan citra Pencak Silat dan nilai-nilainya. 3) Sebagai sarana untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat Pencak Silat Indonesia.
10
Sodikun, Kitab Puspa Walaka Wahana Karya Pusaka (Pekalongan: 1993)
30
4) Sebagai sarana untuk mempererat persahabatan di antara masyarakat Pencak Silat di berbagai negara. 5) Sebagai sarana untuk memasyarakatkan 2 kode etik manusia Pencak Silat, yakni : Prasetya Pesilat Indonesia dan Ikrar Pesilat. d.
Tujuan Pencak Silat Pencak silat pada dasarnya adalah pembelaan diri dari insan Indonesia yang tujuan utamanya adalah menghindarkan dan menyelamatkan diri, lingkungan sekeluarga, masyarakat dan bangsa dari segala malapetaka dalam kehidupan manusia sesuai dengan daya upaya untuk memperoleh dan mempertahankan keadaan aman dan damai, bangsa Indonesia mencintai perdamaian, tetapi terlebih lagi mencintai kemerdekaan,kedaulatannya. Perang sebagai jalan pemecahan terakhir, hanya dilakukan dalam keadaan terpaksa oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, dalam upaya untuk menciptakan dan mempertahankan keadaan aman dan damai harus selalu diusahakan. Pencak silat juga mempunyai beberapa tujuan, antara lain: 1) Mempertebal Rasa Ketuhanan Yang Maha Esa. 2) Membentuk Manusia yang berbudi Luhur, tahu benar dan tahu salah. 3) Menanamkan jiwa kesatria, cinta tanah air dan bangsa Indonesia. 4) Mempertebal rasa cinta sesama.
31
5) Memperkuat mental, spiritual dan fisik khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. 6) Mempertebal kepercayaan diri atas dasar Kebenaran ajaran.11
B. Kecerdasan Emosional 1.
Pengertian Kecerdasan Emosional Emosi berperan penting dalam kehidupan. Menurut banyak bukti, perasaan adalah sumber daya terampuh yang kita miliki. Emosi adalah penyambung hidup bagi kesadaran diri yang secara mendalam menghubungkan kita dengan diri kita sendiri dan dengan orang lain, serta dengan alam dan kosmos. Emosi memberi tahu kita tentang hal-hal yang paling utama bagi kita masyarakat, nilai-nilai, diri dan kegigihan. Kesadaran dan pengetahuan tentang emosi memungkinkan kita memulihkan kehidupan dan kesehatan kita, melindungi keluarga kita, membangun hubungan kasih yang langgeng dan meraih keberhasilan dalam pekerjaan kita.12 Kecerdasan merupakan perbuatan pandai yang terdiri dari pemahaman hal-hal yang pokok di dalam suatu keadaan dan penanggapan secara tepat terhadap keadaan tersebut.13 Kecerdasan dapat diartikan sebagai suatu kecakapan untuk menanggapi yang lain,
11
http:/Rizky.www.merpatiputih/2013/05/12Tujuan-Pencak-Silat/(12 Mey 2013). Diakses pada tanggal 8 September 2013. 12 Jeanne Segal,op. cit., hlm. 19. 13 Malcon Hardy dan Steve Heyes, Pengantar Psikologi (Jakarta: Erlangga, 1985), hlm. 71
32
kemampuan berurutan dengan kerumitan-kerumitan atau dengan abstrak, kemampuan kecakapan berpikir.14 Menurut Oxford dictionary yang dikutip oleh Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intellegence yang dimaksud dengan emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu,seiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi juga merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak.15 Emosi meliputi keadaan yang merupakan sumber penggerak dan pembangkit semangat manusia bertindak, meliputi gangguan-gangguan alat-alat dalam tubuh secara luas dan termasuk berbagai raga penyesuaian perasaan, berbagai tingkat kepuasan atau kekacauan-kekacauan pikiran pendapat lain dikemukakan oleh Kasijan bahwa emosi adalah suatu keadaan yang mempengaruhi jiwa seseorang dan menyertai di dalam diri. Secara umum, keadaan yang merupakan penggerak mental dan fisik bagi individu dan yang dapat dilihat melalui tingkah laku luar.16 Sedangkan kecerdasan emosioanal adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu
pikiran,
memahami
perasaan
dan
maknanya
serta
14
J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hlm.
111. 15
Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power (Jakarta: Arga, 2004), hlm.
100 16
Daniel Goleman, Emotional Intelligence (Mengapa IQ Lebih Penting daripada IQ) (Jakarta: PT. Gramedia, 1999), hlm. 411.
33
mengendalikan
perasaan
secara
mendalam
sehingga
membantu
perkembangan emosi dan intelektual.17 Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk merasa. Kunci dari kecerdasan emosi adalah kejujuran pada suara hati. Suara hati tersebutlah yang seharusnya dijadikan pusat prinsip yang mampu memberi rasa aman, pedoman, kekuatan serta kebijaksanaan.18 Pakar
Emotional
Quotient,
Goleman
berpendapat
bahwa
meningkatkan kualitas kecerdasan emosi sangat berbeda dengan Intelektul Quotient. Sementara kemampuan yang murni kognitif (Intelektual Quotient) relatif tidak berubah, maka kecakapan emosi dapat dipelajari kapan saja. Tidak peduli orang itu peka atau tidak, pemalu, pemarah atau sulit bergaul dengan orang lain sekalipun, dengan motivasi dan usaha yang benar, kita dapat mempelajari dan menguasai kecakapan emosi tersebut.19
17
Steven J. Stein dan Howard E. Book, Ledakan EQ 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosioanal Meraih Sukses (Bandung: Kaifa, 2002), hlm. 31. 18 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual ESQ (Jakarta: Arga, 2009), hlm. 9. 19 Ibid., hlm. 22.
34
2.
Ciri-ciri Kecerdasan Emosional Menurut Goleman dalam bukunya “Working With Emotional Intelligence”, menyatakan bahwa dasar kecakapan emosi dan sosial ada 5, yaitu: a. Kesadaran diri Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri. Selain itu juga dapat memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.20 b. Pengaturan diri Menangani emosi kita sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, serta mampu pulih kembali dari tekanan emosi.21 c. Motivasi Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan
dan
menuntun
kita
menuju
sasaran,
membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.22
20
Daniel Goleman, Working With Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi),(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), hlm. 513 21 Ibid., hlm. 514. 22 Ibid., hlm. 154
35
d. Keterampilan sosial Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain. Selain itu juga dapat dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar serta menggunakan
keterampilan-keterampilan
mempengaruhi
dan
memimpin,
ini
bermusyawarah
untuk dan
menyelesaikan perselisihan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim.23 3.
Teori perkembangan emosi Teori emosi berkaitan dengan peran faktor fisiologis, faktor stimulus dan faktor kognitif sebagai faktor penentu pengalaman emosional. a.
Teori dari James-Lange dan Cannon-Bard William James adalah seorang psikolog dari USA, sedangkan Lange adalah seorang filosof dari Denmark. Keduanya sama-sama memunculkan teorinya pada tahun 1880 yang menjelaskan apakah yang menjadi sebab musababnya timbul emosi. Kedua sarjana tersebut memikirkan pernyataan yang disadari mengenai pelahiran perasaan dan ingin mengetahui bagaimana asal mula perasaan itu.24 Kecenderungan kita beranggapan bahwa perubahan badani yang terjadi sebagai respon terhadap stress disebabkan oleh emosi. Tetapi
23
Ibid., hlm. 154 Ki Fudyartanta, Psikologi Umum (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 341.
24
36
salah satu teori emoi yang paling awal mengemukakan bahwa persepsi terhadap perubahan fisiologis ini merupakan emosi. Menurut James dan Lange mengatakan bahwa rasa takut tidak disebabkan oleh situasi bahaya, tetapi oleh akibat dari keadaan badan yang bergejolak. Emosi menurut beliau adalah jalan badan untuk merasa ketika dalam keadaan organis yang bergerak dan ketika membentuk gerakan-gerakan karakteristik dari emosi. Teori ini lebih bersifatferifeer daripada teori sentral, artinya emosi adalah sebagai akibat sensasi ferifeer (bagian tubuh umumnya) dan bukan sebagai akibat dari proses yang terjadi dalam otak (pusat syaraf sentral). Sedangkan teori Cannon menyatakan bahwa gejala emosi tidak berasal dari sensasi ferifeer tetapi dari sentral, yaitu dari cortex otak. Dari teri-teori yang ada dapat disimpulkan bahwa pengalaman ferifeer juga menimbulkan emosi dan hal ini setelah disadari serta dimengerti oleh akal. Sebaliknya pengalaman rohanidari sentral otak juga dapat
menimbulkan emosi. Artinya ada pengertian pada
manusia terhadap sesuatu yang dapat menimbulkan emosi. Sehingga antara pengalaman ferifeer, pikiran dan emosi membentuk aktivitasaktvitas yang terkombinasi secara harmonis. Ada interaksi dan inter relasi antara gejala-gejala fisik dan mental pada manusia.25
25
Ibid., hlm. 343.
37
b.
Teori Kognitif tentang emosi Pada teori ini menekankan peranan faktor kognitif dalam emosi. Eksperimen di mana subjek disuntik dengan epinerin menunjukkan bagaimana proses kognitif mempengaruhi label yang diberikan individu pada suatu keadaan emosional.26 Selain itu ada juga teori lain yang dikemukakan oleh Daniel Goleman, yang menyatakan bahwa sejumlah ciri utama pikiran emosional sebagai bukti bahwa emosi memainkan peranan penting dalam pola berpikir maupun tingkah laku individu. Teori-teori kecerdasan emosional yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan atau pengaruh emosi dengan tingkah laku yaitu: 1) Teori Sentral Teori sentral dikemukakan oleh Walter B. Canon. Menurut teori ini gejala kejasmanian termasuk tingkah laku merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu. Jadi individu mengalami emosi lebih dahulu, baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam jasmaninya.27 Dengan demikian, menurut teori ini dapat dikatakan bahwa emosilah yang menimbulkan tingkah laku, bukan sebaliknya.
26
Nur Jannah Taufiq-Agus Dharma, Pengantar Psikologi (Jakarta: Erlangga, 1983), hlm.
83. 27
Mohammad Ali-Mohammad Asrori, Psikologi Remaja (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),
hlm. 64.
38
2) Teori Peripheral Teori ini dikemukakan oleh William James dan Carl Lange. Menurut teori ini dikatakan bahwa gejala-gejala kejasmanian atau tingkah laku seseorang bukanlah merupakan akibat dari emosi, melainkan emosi yang dialami oleh individu itu sebagai akibat dari gejala-gejala kejasmaniahan. Menurut teori ini seseorang bukan karena takut kemudian lari, melainkan karena lari menyebabkan seseorang menjadi takut. Demikian juga, seseorang bukan menangis karena sedih, tetapi karena menangis ia menjadi sedih. Seandainya seseorang tidak menangis, kemungkinan tidak akan menjadi teramat sedih. Dengan demikian, menurut teori ini dapat dikatakan bahwa tingkah laku yang menimbulkan emosi, dengan bukan sebaliknya.28 3) Teori Kepribadian Teori ini dikemukakan oleh J. Linchoten. Menurut teori ini emosi merupakan suatu aktivitas pribadi. Dimana pribadi ini tidak dapat dipisah-pisahkan daam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah. Oleh karena itu, emosi meliputi perubahan-perubahan kejasmanian.29
28
Ibid., hlm. 66 Abdul Rahman Shaleh, Muhib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 170. 29
39
4) Teori Kedaruratan Emosi Teori
ini
dikemukakan
oleh
Canon.
Teori
ini
mengemukakan bahwa reaksi yang mendalam dari kecepatan jantung yang semakin bertambah akan menambah cepatnya aliran darah menuju ke urat-urat, hambatan pada pencernaan, pengembangan atau penuaian kantung-kantung di dalam paruparu dengan proses lainnya akan mencirikan secara khas keadaan emosional seseorang, kemudian menyiapkan organisme untuk melarikan diri atau berkelahi, sesuai dengan penilaian terhadap situasi yang ada oleh kulit otak.30 5) Teori Penggerakan Teori penggerakan (Activition Theory) ini dikemukakan oleh Lindsley. Menurut teori ini emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama tak. Contohnya, apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjarkelenjar tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi.31 Selain dari teori di atas, teori emosi juga dikemukakan oleh Wilhem Wundt. Menurut beliau jenis-jenis emosi terdiri dari tiga pasang kutub emosi, yaitu:
30
Mohammad Ali, Op. cit., hlm, 67. Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Rosdakarya, 2005), hlm. 118. 31
40
a) Lust-unlust (senang-tak senang) b) Spannung-losung (tegang-tegang) c) Eeregung-berubegung (semangat-tenang) John B. Watson juga mengemukakan bahwa ada tiga pola dasar emosi, yaitu takut, marah dan cinta (fear, angry and love). Ketiga jenis emosi tersebut menunjukkan respon tertentu pada stimulus tertentu pula, tetapi kemungkinan terjadi pula pada modifikasi (perubahan).32 4.
Tahap-tahap Perkembangan Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Kecerdasan emosional seseorang akan terlihat melalui bagaimana ia menyikapi setiap masalah dan bagaimana kehidupan sosialnya di masyarakat. Kecerdasan emosional membantu manusia untuk menentukan kapan dan dimana ia bisa mengungkapkan perasaan dan emosinya serta mengarahkan dan mengendalikan emosinya.33 Sedangkan tahap atau fase-fase perkembangan emosi antara lain: a.
Fase pertama, mempelajari unsur dasar kesehatan emosi, seperti mengenali diri sendiri dan beragam pola hubungan dengan orang lain.
32
Ibid., hlm. 118. Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak (Jakarta: Pustaka Alkautsar, 2006), hlm. 18. 33
41
b.
Pada fase berikutnya, ia belajar membicarakan perasaannya yang beragam, juga mendengar perasaan dan emosi orang lain, membaca emosi orang lain melalui mimik wajah dan perubahan raut muka.
c.
Saat pertemanan memberikan pengaruh besar pada anak, ia bisa mempelajari unsur-unsur yang membentuk kesehatan emosi yang membantu anak menjalin hubungan dengan penuh rasa simpati terhadap orang lain, menguasai sikap gegabah dan beradaptasi dengan perasaan gagal dan marah.34
5.
Upaya Melatih dan Mengembangkan Kecerdasan Emosional Langkah pertama untuk mengembangkan kesehatan emoionalnya adalah dengan mengajarinya bagaimana mengenali perasaan khususnya dan dengan mengembangkan kecakapan bahasanya agar ia bisa mengekspresikan emosi-emosinya.35 Studi membuktikan bahwa kecerdasan emosional manusia akan terus berkembang sampai umur 40-50an tahun. Artinya, semakin tua umur seseorang maka
akan semakin matang pula kecerdasan
emosionalnya. Penelitian yang dilakukan terhadap 3.831 responden menunjukkan bahwa kecerdasan emosional manusia akan bertambah tinggi seiiring dengan bertambahnya umur. Puncak kecerdasan emsional terjadi pada akhir usia 40-an hingga awal 50-an. Ini adalah sebuah kesimpulan penting, mengingat kecerdasan intelektual yang mencapai puncaknya 34
Ibid., hlm. 128. Ibid., hlm. 111.
35
42
pada usia puber (murahaqah) dan tetap bertahan hingga akhir usia 50-an. Setelah melewati usia 50-an, kecerdasan intelektual seseorang menjadi menurun. Penurunan ini tidak terjadi pada kecerdasan emosional. Hasil penelitian ini sesuai dengan keyakinan yang meluas dikalangan masyarakat bahwa kematangan emosional akan bertambah seiring bertambahnya umur dan pengalaman. Barangkali inilah rahasia di balik pengangkatan Muhammad SAW sebagai nabi pada usianya yang ke 40 tahun. Sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an yang artinya: “Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa, “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku, dan supaya aku dapat berbuat amal sholeh yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (AlAhqaf:15) Melihat kenyataan ini, maka kita harus memanfaatkan kecerdasan emosional orang-orang yang sudah tua dalam melaksakan kerja atau proyek kita. Jangan sampai kita mengecilkan arti kemampuan mereka. Jangan sampai kita mengecilkan arti kemampuan mereka. Jangan sampai kita menganggap peranan yang dijalankan orang dewasa. Untuk
43
menciptakan suasana kerja yang kondusif, kita perlu mengakomodasi potensi orang yang sudah tua dan pemuda.36 Upaya dan peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional peserta didik antara lain: a.
Membantu peserta didik dalam mempelajari bahasa emosi dan kalimat yang digunakan untuk mengekspresikannya.
b.
Membantu peserta didik untuk “merasa” dirinya diperhatikan oleh guru, bukan dikuasai oleh guru.
c.
Melatih peserta didik untuk mengenali berbagai situasi emosi dan membedakan atu emosi dengan lainnya.
d.
Guru harus memahami emosi dan ketakutannyasendiri.
e.
Guru berusaha mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan emosinya muncul dan jangan mencela murid karena emosinya sendiri.
f.
Guru berusaha mengenali kebutuhan emosinya yang belum terpenuhi, jangan sampai memenuhi kebutuhan tersebut dengan melampiaskan emosi pada peserta didik, atau jangan mengutamakan kebutuhan dirinya atas kebutuhan peserta didik.37
6.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional merupakan hasil kajian dari berbagai studi dan kajian bertahun-tahun yang membahas masalah-masalah kepribadian, psikologi sosial, industri dan profesi. Kecerdasan emosi adalah 36
Ibid., hlm. 72. Ibid., hlm. 128.
37
44
akumulasi dari beragam kecerdasan dan kemampuan yanng dikaji secara parsial selama bertahun-tahun yang khusus mengkaji masalah-masalah ilmu jiwa. Kecerdasan
emosional
mempunyai
peran
penting
dalam
menciptakan kemampuan dan keterampilan untuk memproduktif dan berhasil. Seiring dengan kemajuan kajian administrasi dan profesi yang mengakui pentingnya dimensi intelektual, emosional dan fisik dalam mendukung keberhasilan di dunia kerja diharapkan kecerdasan emosi bisa menempati posisi penting dalam praktik ilmu psikologi. Tema kecerdasan emosi ini diharapkan dapat membantu para individu dan lembaga-lembaga dalam upaya meningkatkan hasil produksi dan kerja serta dalam upaya memperbaiki kesehatan dan kondisi psikologis dan emosional para individu.38 Pada dasarnya kecerdasan emosionaldipengaruhi oleh adanya kecakapan emosi, yaitu kecakapan hasil belajar yang didasarkan pada kecerdasan emosi dan karena itu menghasilkan kinerja menonjol dalam pekerjaan. Kecerdasan emosional dipengaruhi oleh keterampilan-keterampilan sosial dalam membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional menunjukkan berapa banyak potensi yang telah direalisasikan ke dalam kemampuan di tempat kerja atau belajar.39
38
Ibid., hlm. 20. Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional untuk Mencapai Puncak Prestasi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), hlm. 39. 39
45
Menurut Afifudin dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar”, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional adalah sebagai berikut: 1) Faktor Pembawaan Pada dasarnya emosi terbentuk sejak manusia lahir dari kandugan ibunya. Selama berbulan-bulan pertama setelah dilahirkan, bayi memperlihatkan perkembangan berbagai ekspresi perasaan berbeda dan tampak jelas, seperti jeritan takut, air mata sedih, wajah memerah karena marah dan tertawa karena gembira. Bayi tak memiliki hambatan apapun dalam mengungkapkan gejolak emosinya dan hal itu membuat semua emosi negatif terlepas dengan cepat. Tetapi anak yang sudah bertambah besar harus belajar bagaimana cara menyikapi perasaannya secara osial dan ia perlu punya saluran yang membangun untuk menyalurkan energi yang besar yang dimunculkan oleh perasaan.40 Kecerdasan emosional bawaan bisa berkembang atau rusak, hal ini tergantung pada pengaruh yang diperoleh si anak di masa kecil atau remaja. Pengaruh ini bisa datang dari orang tua, keluarga, sekolah atau masyarakat. 2) Faktor Kematangan Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama kita untuk mempelajari emosi. Dalam lingkungan yang akrab ini belajar 40
Steve Biddulph, The Secrets of Happy Children (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm. 69.
46
bagaimana merasakan perasaan kita sendiri dan bagaimana orang lain menanggapi perasaan kita, bagaimana berpikir tentang perasaan ini dan pilihan-pilihan apa yang kita miliki untuk bereaksi, serta bagaimana membaca dan mengungkapkan harapan dan rasa takut. Pembelajaran emosi bukan hanya melalui hal-hal yang diucapkan dan dilakukan oleh orang tua secara langsung kepada anak-anaknya, melainkan juga melalui contoh-contoh yang mereka berikan sewaktu menangani perasaan mereka sendiri atau perasaan yang biasa muncul antara suami dan istri.41 3) Faktor Pembentukan Pelatihan kecerdasan emosi dapat diterapkan untuk mengatasi gangguan
emosi,
khususnya
yang
berkaitan
musibah
atau
kecelakaan. Pelatihan ini berguna untk mewujudkan momen yang lebih baik bagi jiwa dan emosi yang sehat, selain itu juga berfungsi sarana untuk memperbaiki hubungan antarmanusia secara umum. Upaya
pembentukan
kecerdasan
emosional
anak
dapat
dilakukan dengan cara antara lain: a.
Memasukkan unsur-unsur pendidikan emosi dalam materi pelajaran yang sudah ada.
b.
Memasukkan unsur-unsur pendidikan emosi melalui perilaku guru dalam membenarkan dan meluruskan perilaku murid.
41
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996),
hlm. 268.
47
c.
Mengembangkan
Emotional
Intelligence
murid
dengan
mengarahkan mereka bagaimana cara mengatasi konflik yang mungkin timbul di antara mereka, baik itu konflik di dalam kelas maupun di luar kelas. d.
Menganalisa kejadian atau peristiwa yang terjadi di masyarakat dan memahaminya dengan benar.42 Selain hal di atas, pembentukan dan pengembangan kecerdasan
emosional juga dapat dilakukan dengan berolahraga. Banyak bukti menunjukkan bahwa olahraga tidak hanya penting untuk kesehatan fisik, tetapi juga untuk kesehatan emosional dan intelektual. Manfaat olahraga untuk emotional Intelligence sama besarnya atau lebih besar terutama jika emosi yang tergali dalam membangun otot emosional adalah emosi yang menekan. Gerakan dan olahraga, dengan merangsang produksi endorfin, peningkat alamiah suasana hat dalam tubuh, menunjukkan bahwa perasaan berpotensi untuk menjadi sebuah proses yang menyenangkan sehingga meningkatkan motivasi untuk membangun otot emosional.43 7.
Pentingnya Kecerdasan Emosional Ada pengaruh timbal balik antara kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual. Berbagai studi menunjukkan bahwa kecerdasan
42
Makmun Mubayidh, Op. Cit., hlm.100. Jeanne Segal, Op. cit., hlm. 85.
43
48
emosional dan sosial sangat membantu seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas intelektual. 44 Intelegensi emosional tidak hanya berfungsi untuk mengendalikan diri, tetapi lebih dari itu juga mencerminkan kemampuan dalam “mengelola” ide, konsep, karya atau produk. Sehingga hal itu menjadi minat bagi orang banyak. Sebuah konsep atau karya yang bagus, tanpa adanya manajemen pemasaran yang baik, mungkin saja konsep atau produk tersebut tidak sampai pada khalayak. Tetapi dengan kemampuan mengekspresikan ide dan memasarkannya, memungkinkan ide tersebut bisa dimanfaatkan dan dinikmati oleh orang banyak. Ada banyak keuntungan jika seseorang memiliki kecerdasan emosional secara memadai. Pertama, kecerdasan emosional mampu menjadi alat untuk pengendalian diri, sehingga seeorang tidak terjerumus ke dalam tindakan-tindakan bodoh yang merugikan dirinya sendiri maupun
orang
lain.
Kedua,
kecerdasan
emosional
bisa
diimplementasikan sebagai cara yang sangat baik untuk memasarkan atau membesarkan ide, konsep atau bahkan sebuah produk. Dengan pemahaman tentang diri, kecerdasan emosional juga menjadi cara terbaik dalam membangun lobby, jaringandan kerjasama. Ketiga, kecerdasan emosional adalah modal penting bagi seseorang untuk mengembangkan bakat kepemimpinan dalam bidang apapun juga. Karena setiap kepemimpinan seseungguhnya membutuhkan visi, misi, konsep, program
44
Makmun Mubayidh, Op. Cit., hlm. 17.
49
dan yang tak kalah penting dukungan dan partisipasi dari para angota. Dengan bekal kecerdasan emosional tersebut, seeorang akan mampu mendeterminasi kesadaran setiap orang untuk mendapatkan simpati dan dukungan
serta
kebersamaan
dalam
melaksanakan
atau
mengimplementasikan sebuah ide atau cita-cita.45 Kecerdasan emosional membantu manusia untuk menentukan kapan dan dimana ia bisa mengungkapkan perasaan dan emosinya serta mengarahkan dan mengendalikan emosinya.46
45
Suharsono, Membelajarkan Anak Dengan Cinta (Jakarta: Inisiasi Press, 2003), hlm.
237. 46
Makmun Mubayidh, Op. cit., hlm 18.