EDISI 11 • TAHUN VI • DESEMBER 2015
Presiden Tinjau Sekolah Aman Asap Peringatan HAI ke-50 Indonesia Menuju World Culture Forum 2016 Membangun Karakter dan Budaya Bangsa
Langkah Kemendikbud di
ISSN : 2355-8156
Langkah Kemendikbud untuk
Daerah Terdampak Asap
2
EDISI 11 • TAHUN VI • DESEMBER 2015 • TABLOID ASAH ASUH
DAPUR REDAKSI
Daftar Isi
dari Mas Menteri
BERANDA
Hlm. 3
LAPORAN UTAMA
Hlm. 4
Tinjau Pelaksanaan UKG Mendikbud: UKG sebagai Cermin bagi Guru..................................................3
Presiden Tinjau Sekolah Aman Asap Kelas Nyaman Tanpa Asap.............................................................................4 Sistem Sekolah Aman Asap Kelas Terbebas dari Asap dengan Teknologi Sederhana................................5 Sekolah Terdampak Asap Mendikbud Harap Siswa Tetap Giat Belajar....................................................6
Upaya Kemendikbud untuk Daerah Terdampak Asap Utamakan Kesehatan, Sekolah Diminta Diliburkan........................................ 7 Empat Kebijakan bagi Guru di Daerah Terdampak Asap............................... 8
LIPUTAN KHUSUS
Hlm. 9
Peringatan HAI ke-50 6.000 Mantan Warga Belajar Deklarasikan “Gerakan Indonesia Membaca”...................................................................... 9 Tantangan Keberaksaraan di Indonesia “Tugas Kita: Mengubah Generasi Nol Buku” ............................................... 10
Profil Penerima Penghargaan HAI 2015 Semangat Tak Henti Berdayakan Masyarakat............................................. 11
GALERI FOTO
Hlm. 12
PERISTIWA
Hlm. 13
Ratusan Siswa Saksikan Film-Film Sains Bersama Mendikbud.................. 13 Kemendikbud Upayakan Cara Tangani Pendidikan Anak TKI di Malaysia yang Tersebar..........................................13
101 Guru Dikirim untuk Mengajar Anak-Anak Indonesia di Sabah dan Mindanao................................................................................14 Lanjutkan Penataan Organisasi, Mendikbud Lantik Sisa 57 Eselon III dan IV Kemendikbud...........................14
KEBUDAYAAN
Hlm. 15
Indonesia Menuju World Culture Forum 2016.............................................. 15
SIAPA DIA
Kesehatan Adalah Prioritas Utama Hari itu, tepatnya Rabu (28/11), saya berada di Jambi. Lawatan ke Jambi bertujuan melihat secara dekat penanganan asap di sekolah-sekolah. Sejak pagi hari, dengan membonceng motor, saya mengunjungi beberapa SD dan SMP. Dalam perjalanan saya kerap tertegun melihat beberapa anak tidak menggunakan masker. Melihat itu, kontan saya meminta guru dan kepala sekolah untuk menghimbau agar semua warga sekolah menggunakan masker. Saat itu kondisi udara sangat tidak bersahabat. Kabut asap masih tebal. Ketebalan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) dalam kondisi berbahaya, yakni di atas angka 400. Sebelum kunjungan tersebut, Kemendikbud telah melakukan serangkaian langkah untuk melakukan respons cepat gangguan asap. Pengalaman di Jambi itu menjadi refleksi bahwa respons terhadap gangguan asap harus terus kita kawal bersama. Dalam merespons gangguan asap hal pertama dan utama adalah bahwa kesehatan adalah prioritas utama. Kita ingin siswa, guru, dan orangtua dapat berinteraksi dalam proses belajar yang sehat dan menyenangkan. Saat bicara mengenai prioritas kesehatan tentu terkait erat dengan kondisi daerah masing-masing. Karena itu kita mengupayakan mendorong musyawarah di tingkat lokal untuk menentukan proses kegiatan belajar mengajar sesuai kondisi daerahnya. Kita meyakini bahwa semua pelaku pendidikan di daerah juga menjadikan kesehatan warga sekolah sebagai prioritas. Selama gangguan asap pun kita melakukan beberapa solusi dalam proses belajar. Solusi ini tentu tak mengorbankan kesehatan siswa untuk proses belajar mengajar. Kita meyakini bahwa pendidikan adalah interaksi antara pengajar dan peserta didik. Interaksi ini bisa dilakukan di mana saja dan dengan bantuan medium apa saja. Karena itu kegiatan belajar bisa dilakukan secara mandiri di rumah dengan beragam cara. Cara belajarnya beragam, tapi tujuannya satu, yakni agar siswa dapat belajar secara sehat dan nyaman. Ragam cara itu antara lain: pemberian tugas secara terstruktur dengan beragam medium, misalnya telepon atau surat elektronik. Kemendikbud pun menambah jam tayang TV Edukasi dan media belajar berjaringan. Cara lain yakni dengan mengirimkan bahan ajar dalam berbagai format dan alternatif. Beragam pertanyaan juga kerap datang mengenai bagaimana efek gangguan asap pada kalender akademis, misalnya Ujian Akhir Semester ataupun Ujian Nasional (UN). Pertanyaan tersebut biasanya beranjak dari kekhawatiran materi belajar yang belum tuntas karena sekolah meliburkan diri selama beberapa hari sesuai dengan kondisi daerahnya masing-masing. Kemendikbud telah membuat skenario pasca gangguan asap untuk menjawab beragam kekhawatiran tersebut. Ada tiga skenario pasca gangguan asap. Ketiga skenario ini disesuaikan dengan kondisi sekolah pada saat gangguan asap terjadi. Pada intinya ketiga skenario ini beranjak pada hak siswa untuk menerima pembelajaran secara tuntas. Saya teringat kembali saat melihat secara langsung kondisi gangguan asap pada beberapa sekolah di Jambi. Pengalaman itu menjadi sebuah refleksi, bahwa ikhtiar merespons gangguan asap membutuhkan kerja sama semua pelaku pendidikan. Ragam praktik di lapangan bisa beragam, satu keyakinan yang harus kita pegang adalah kesehatan semua warga sekolah harus jadi yang pertama dan terutama. (*)
Hlm. 16
Eka Susilawati: Film Ijolan..................................................................................................... 16 Nadia Syafiana Rahma: Penulis Cilik Produktif................................................................................... 16
TABLOID ASAH ASUH EDISI 11• TAHUN VI • DESEMBER 2015 Foto Sampul: Arif BKLM Keterangan Foto: Saat mengunjungi sekolah-sekolah di daerah
terdampak asap, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan ikut membagikan masker kepada para siswa. Mendikbud berpesan agar senantiasa menggunakan masker setiap kali beraktivitas di luar rumah karena kesehatan yang utama.
Pelindung: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan; Penasihat: Sekretaris Jenderal, Didik Suhardi; Pengarah: Rahman Ma’mun; Penanggung Jawab: Asianto Sinambela; Pemimpin Redaksi: Eka Nugrahini; Redaktur Pelaksana: Emi Salpiati; Staf Redaksi: Ratih Anbarini, Desliana Maulipaksi, Agi Bahari, Seno Hartono, Nur Widianto, Kresna Aditya, Billy Antoro; Fotografer: Ridwan Maulana, Arif Budiman, Jilan Rifai, Billy Antoro; Desain dan Artistik: Shahwin Purnomo Aji; Sekretaris Redaksi: Heri Kurnia, Bayu Pratama, Ryka Hapsari Putri, M. Adang Syaripudin, Zainuddin, Fadly Syah, Mohtarom; Alamat Redaksi: Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat, Kemendikbud, Gedung C Lt.4, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta, Telp 021-5711144 Pes. 2413, 021-5701088
kemdikbud.go.id
Kemdikbud.RI
Kemdikbud_RI
ISSN: 2355-8156
BERANDA
TABLOID ASAH ASUH • DESEMBER 2015 • TAHUN VI • EDISI 11
3
Tinjau Pelaksanaan UKG
FOTO: Arif
Mendikbud: UKG Cermin bagi Guru
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan berbincang singkat dengan guru sebelum pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) di SMP Negeri 19 Jakarta, Selasa (10/11). Mendikbud mengatakan, UKG merupakan cermin bagi para guru untuk melihat kompetensi yang dimiliki.
Selama November 2015 ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar uji kompetensi guru (UKG). UKG adalah tes bagi para pendidik aktif yang terdaftar di Data Pokok Pendidikan dan memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK). UKG dilakukan untuk memetakan kompetensi guru sebagai cermin bagi pemerintah untuk menentukan jenis pelatihan yang sesuai.
M
enteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan meninjau pelaksanaan hari pertama Uji Kompetensi Guru (UKG) 2015 untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Selasa (10/11) pagi. Lokasi tinjauan dilakukan di SMP Negeri 19 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Saat memasuki ruang pelaksanaan UKG, Mendikbud sempat menyapa para guru, sebelum sesi pertama dimulai pukul 8.00 WIB. “Bagaimana, bisa? Susahkah?” tanyanya. Secara serempak guru menjawab, “Insya Allah, bisa!” Mendikbud mengatakan, UKG ini sebagai cermin bagi para guru untuk melihat sejauh mana kompetensi yang dimiliki selama ini. “Kami bertugas menyiapkan alat untuk bercermin dan guru-guru siapkan kompetensinya untuk diukur,” tuturnya. Ia menambahkan, dari hasil UKG akan ditentukan jenis pelatihan yang sesuai bagi para guru. “Tiap guru akan berbeda pelatihannya. Ada yang kelas jauh, ada yang
seminar, bergantung masing-masing hasil (UKG)-nya,” imbuh Mendikbud. Kepala SMP Negeri 19 Jakarta, Joko Suramto menjelaskan, terdapat sebanyak 688 guru yang mengikuti UKG di sekolahnya sebagai Tempat Uji Kompetensi (TUK). Adapun penyelenggaraan UKG di SMP Negeri 19 berlangsung selama 10 hari, yaitu sejak 10 November s.d. 19 November 2015. Sebagai TUK, SMP Negeri 19 melaksanakan UKG berbasis komputer dengan menyediakan sebanyak 27 unit komputer. “Kami siapkan 27 komputer, 25 untuk peserta ujian, sisanya untuk cadangan kalau ada yang bermasalah,” jelas Joko. Joko menuturkan, pembagian para peserta UKG 2015 dilakukan ke dalam tiga sesi setiap harinya, yang terdiri dari 25 peserta ujian di setiap sesinya. “Jadi ada 75 orang guru yang mengikuti UKG dalam sehari,” ujar Joko. Tiga sesi pelaksanaan UKG di SMPN 19, yaitu sesi pertama 07.30-10.00 WIB. Sesi kedua, UKG dilaksanakan pada 10.30-13.00 WIB. Sesi ketiga, UKG dilak-
sanakan pada pukul 14.00-16.30 WIB. Walaupun UKG berlangsung saat jam pelajaran sekolah, namun tidak sampai mengganggu kegiatan para siswa yang sedang belajar. “UKG dilaksanakan di ruang komputer di lantai satu, sedangkan siswa berada di lantai dua. Jadi tidak sampai mengganggu siswa yang sedang belajar,” ungkap Joko.
Walaupun UKG berlangsung saat jam pelajaran sekolah, namun tidak sampai mengganggu kegiatan para siswa yang sedang belajar. Usai mengikuti UKG, guru SMP PSKD IV Bulungan Jakarta, Erry Happy Prihatiningsih mengungkapkan, tidak ada masalah selama mengerjakan soal-soal UKG. “Insya Allah bisa dikerjakan, komputernya juga bisa karena tadi sempat diajari setengah jam sebelumnya, diajari apa yang harus diklik, apa yang harus dilakukan kalau ada yang mau diperbaiki,” ujar Erry.
Terkait persiapan ujian, Erry, peserta UKG dari mata pelajaran 097 Ilmu Pengetahuan Alam, mengungkapkan cenderung proaktif untuk mempersiapkan diri. “Selama dua minggu sebelum ujian, saya rajin buka-buka di internet kisi-kisi soal. Tapi, kalau kisi-kisi kan hanya tema materi, jadi saya buka-buka lagi buku, kumpulkan yang sesuai dengan materi kisi-kisi,” jelasnya. Selain itu, dia pun aktif mencari contoh soal tahun lalu untuk dibahas sendiri di rumah. “Soal tahun lalu itu saya dapat contohnya tapi hanya soal pedagogik, dikombinasi dengan materi kisi-kisi. Misalnya, materi tentang suhu, cari semua yang berkaitan dengan suhu,” ujarnya. Tinjauan di SMA Negeri 70 Usai meninjau TUK di SMP Negeri 19 ini, Mendikbud melanjutkan tinjauan pada lokasi TUK kedua yaitu di SMA Negeri 70 Jakarta. Saat dikunjungi, para peserta UKG sedang melaksanakan ujian sesi kedua, yaitu 10.3013.00 WIB. Kepala SMA Negeri 70, Mukhlis menjelaskan, ada sebanyak 1.500 guru yang terdaftar mengikuti UKG di sekolanya. “Data yang kami miliki, seluruh peserta UKG di sekolah ini berjumlah 1.500 orang. Mereka terbagi atas dua kelas tempat ujian, jadi masing-masing kelas ada 750 guru,” ujarnya. (Gloria, Ratih)
4
EDISI 11 • TAHUN VI • DESEMBER 2015 • TABLOID ASAH ASUH
LAPORAN UTAMA
Presiden Tinjau Sekolah Aman dari Asap
Kelas Nyaman Tanpa Asap Setelah lebih dari satu bulan terpaksa belajar di rumah, para siswa yang berada di daerah terdampak asap dapat kembali beraktivitas di sekolah. Sebuah teknologi sederhana yang dikembangkan seorang pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mampu menyaring udara dari luar, sehingga kualitas udara di dalam kelas menjadi nyaman dan bebas dari dampak asap yang berbahaya. Presiden Joko Widodo berkesempatan meninjau sekolah aman asap tersebut.
M
SUMBER: Dok. BKLM
eski perjalanan menuju daerah terdampak asap tidak mudah, Presiden Joko Widodo didampingi sejumlah menterinya tetap berangkat menuju Jambi dan Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Kunjungan pertama dilakukan Presiden pada Jumat (30/10) bersama Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan. Presiden menyambangi sekolah yang menggunakan sistem sekolah aman asap di Jambi. Sekolah tersebut adalah SD Negeri 181 Kelurahan Lebak Bandung, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi. Kunjungan Presiden ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Mendikbud tiga hari sebelumnya. Saat Mendikbud berkunjung pada Selasa (27/10) lalu, sekolah tersebut belum dipasangi perangkat sekolah aman asap. Para siswa masih belajar di ruangan menggunakan masker. Mendikbud lalu memutuskan menerapkan sistem sekolah aman asap
di sekolah tersebut.
Mendikbud memberi nama sekolah tersebut sebagai sekolah aman asap karena terbukti dengan peralatan sederhana mampu mengurangi kepekatan asap dalam ruangan secara signifikan. Teknologi ini sederhana dan bisa dikerjakan oleh siapa saja. Ia memberi nama sekolah tersebut sebagai sekolah aman asap karena terbukti dengan peralatan sederhana mampu mengurangi kepekatan asap dalam ruangan secara signifikan. Teknologi ini sederhana
dan bisa dikerjakan oleh siapa saja. Caranya dengan memasang kain kasa dakron pada setiap lubang ventilasi ruangan, memasang kipas exhauster untuk mengeluarkan udara kotor, dan memasang sistem aerasi pada akuarium yang diletakkan di dalam ruangan. Saat Presiden memasuki ruangan, ia menyapa para siswa dan menanyakan bagaimana kondisi udara setelah dipasang peralatan sekolah aman asap. Dengan serentak, para siswa menjawab, “Dingin!” Presiden bahkan membandingkan langsung antara ruang kelas yang dipasangi perangkat dengan yang tidak. “Wah terasa beda ya, yang tadi lebih segar udaranya,” kata Presiden saat berpindah ke ruang kelas tanpa perangkat sekolah aman asap. Kunjungan di Palangka Raya Keesokan harinya, Sabtu (31/10), Presiden melanjutkan kunjungan kerja ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Tiba bersama rombongan di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, sekitar pukul 11.00 waktu setempat, Presiden langsung meninjau sekolah aman asap di kota tersebut. SD Negeri 8 Pahandut Kota Palangka Raya di Jalan Dr Murjani, Gang Purwosari, Kota Palangka Raya merupakan salah satu sekolah yang juga sudah dipasangi perangkat sekolah aman asap. Untuk mencapai lokasi, Presiden dan
Presiden Joko Widodo meninjau langsung sekolah yang telah dipasangi teknologi sederhana “Sekolah Aman Asap” di SD Negeri 181 Kelurahan Lebak Bandung, Kota Jambi, Selasa (27/10). Presiden merasakan sendiri perbedaan antara udara di dalam dan di luar kelas.
rombongan harus melewati permukiman padat penduduk yang rata-rata berupa rumah panggung yang terbuat dari kayu. SD Negeri 8 Pahandut juga terbuat dari kayu, termasuk lapangan upacara sekolah. Di sekolah ini terdapat satu kelas yang disebut kelas aman asap. Setibanya di SD Negeri 8 Pahandut, Presiden dan Ibu Iriana berbincang dengan sejumlah murid. “Selamat siang anak-anak,” kata Iriana menyapa anak-anak kelas 2 SD Negeri 8 Pahandut. “Belajar ya biar pintar,” tuturnya. Presiden juga sempat bertanya soal aktivitas sekolah yang libut akibat kabut asap. Para siswa yang ditanya menjawab, “Libur sebulan, Pak.”
Presiden membandingkan langsung antara ruang kelas yang dipasangi perangkat sekolah aman asap dengan yang tidak. “Wah terasa beda ya, (ruang kelas) yang tadi lebih segar udaranya,” katanya. SD Negeri 8 Pahandut merupakan sekolah yang telah menggunakan sistem sekolah aman asap di kelasnya. Kelas aman asap di sekolah ini merupakan hasil gotong royong Satgas Asap Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama masyarakat di sekitar sekolah. Teknologi yang digunakan untuk kelas aman asap ini sama dengan teknologi sederhana yang telah terbukti lewat uji coba di Sekolah Percobaan Kota Padang pada 27-28 Oktober lalu. Juga pada sekolah yang dikunjungi Presiden dan Mendikbud di SDN 181 Kelurahan Lebak Bandung, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, Jumat (30/10). Mendikbud berharap sekolah-sekolah lain yang terkena dampak kabut asap dapat menerapkan Sekolah Aman Asap dengan penggunaan isolasi, dan penjernihan udara. “Kemdikbud pasti akan bergerak cepat dan serius. Namun kami juga mengajak masyarakat dan pihak swasta untuk membantu percepatan penerapan Sekolah Aman Asap, agar anak-anak kita dapat melanjutkan kegiatan belajarnya dengan rasa tenang dan aman,” ujarnya beberapa waktu lalu. (Rahman Ma’mun, Desliana, Ratih)
LAPORAN UTAMA
TABLOID ASAH ASUH • DESEMBER 2015 • TAHUN VI • EDISI 11
5
Sistem Sekolah Aman dari Asap
Kelas Terbebas dari Asap dengan Teknologi Sederhana Meski sederhana dan dapat dikerjakan oleh siapa saja, teknologi yang dinamakan sekolah aman asap sudah terbukti mampu mengurangi kepekatan asap di dalam ruangan. Perangkat sekolah aman asap hanya terdiri dari beberapa peralatan dan mudah diperoleh. Untuk satu ruang kelas, biaya yang dikeluarkan untuk peralatan ini senilai Rp 2 juta. Harga yang cukup terjangkau dibandingkan dampak kesehatan yang timbul akibat menghirup asap terus menerus.
K
ementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan Sistem Sekolah Aman Asap. Uji coba secara sederhana telah terbukti sukses di SD Negeri Percobaan Kota Padang, pada 27-28 Oktober lalu. Nilai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kota Padang saat itu mencapai 288, sedangkan nilai ISPU setelah pemasangan sistem instalasi udara di kelas turun menjadi 78. Sistem Sekolah Aman Asap juga sudah diterapkan di SD Negeri 181 Kelurahan Lebak Bandung, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi dan SD Negeri 8 Pahandut Kota Palangka Raya. Di kedua sekolah ini pula Presiden Joko Widodo membuktikan sendiri teknologi sekolah aman asap yang mampu menyaring udara berpolusi asap dari luar.
Meski cara itu sangat sederhana, namun teknologi ini terbukti efektif menurunkan nilai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di dalam kelas. Dalam uji coba sederhana, nilai ISPU di Kota Padang yang saat itu mencapai 288 dapat diturunkan menjadi hanya 78 di dalam kelas setelah sistem instalasi sekolah aman asap dipasang. “Tujuan Sistem Sekolah Bebas Asap ini untuk menyiapkan sekolah dengan kualitas udara yang aman sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan normal pada saat terdapat kondisi kabut asap,” kata pakar dari ITB, Zeily Nurachman, dalam rapat koordinasi (rakor) penanggulangan dampak bencana asap di Kantor Kemendikbud, Jakarta,
Kamis (29/10). Rakor dihadiri para pejabat Kemendikbud dan perwakilan dinas pendidikan dari 66 kabupaten/kota di Indonesia yang terkena bencana asap. Kepada peserta rakor, Zeily menjelaskan penggunaan inovasi penyaring udara di kelas sehingga siswa tetap bisa belajar dengan nyaman. Inovasi tersebut, katanya, disebut bungker perlindungan asap dengan konsep menggunakan peralatan murah meriah untuk mengisolasi ruangan dari partikel berbahaya asap. Cara Kerja Alat Ia mengatakan, saat uji coba di SD Negeri Percontohan Kota Padang, bahan-bahan yang digunakan cukup sederhana, yaitu kasa filter/penyaring, akuarium kecil/ember, kipas angin dan tumbuhan ganggang atau alga hijau. Pertama, semua ventilasi ruangan kelas ditutup dengan kasa penyaring air akuarium atau bisa diganti dengan kain basah. Kemudian sediakan akuarium ukuran kecil atau bisa diganti dengan ember. Lalu ganggang atau alga hijau diletakkan dalam akuarium. Terakhir kipas angin untuk mendorong percepatan sirkulasi udara. “Cara kerjanya, semua ventilasi ruangan yang ditutup dengan kasa penyaring atau kain menyaring udara yang masuk ke ruangan,” katanya. Jika menggunakan kain, maka kain harus dibasahi setiap 30 menit agar proses penyaringan lebih baik. Zeily menuturkan, udara yang lolos dari penyaringan ini akan disaring lagi secara alami oleh ganggang dalam akuarium. Secara alami, makanan ganggang itu adalah partikel asap yang membahayakan kesehatan manusia, jadi semakin banyak ganggang akan semakin baik. Kemudian kipas angin dihidupkan untuk mempercepat sirkulasi udara. Meski cara itu sangat sederhana, namun teknologi ini terbukti efektif menurunkan nilai ISPU di dalam kelas. Zeily melakukan uji coba itu di SDN Percontohan Kota Padang dengan dibantu Staf Ahli Mendikbud Bidang
Inovasi dan Daya Saing, Ananto Kusuma Seta. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, Syamsulrizal mengatakan, sistem instalasi yang diujicobakan itu cukup sederhana dan bisa dilakukan guru dan siswa bersama-sama. “Biayanya kami hitung saat uji coba itu, hampir Rp2 juta untuk pemasangan tiap kelas,” katanya. Hasil penghitungan itu, ujar Syamsulrizal, termasuk pembelian akuarium, kasa
filter untuk menutup ruang kelas, kipas angin, serta tumbuhan ganggang atau alga hijau. Zeily mengatakan, dalam mengembangkan Sistem Sekolah Aman Asap, ada yang prinsip yang harus dipenuhi, yaitu terbukti, mudah, murah, edukasi, mumpuni dan kontinyu. Pemasangan penyaring udara di dalam kelas pada SDN Percobaan Kota Padang itu terbukti memenuhi lima prinsip tersebut. (Desliana)
Cara Kerja Sistem Sekolah Aman Asap Hanya membutuhkan empat alat utama untuk mendapatkan udara yang nyaman di dalam ruangan saat kondisi udara di luar ruangan terkepung asap yang menyesakkan dada. Alat-alat tersebut adalah kain kasa dakron, kipas exhauster, akuarium beraerasi, dan ganggang hijau. Menurut penemunya, Zeily Nurachman dari Institut Teknologi Bandung (ITB), kasa dakron (biasa digunakan untuk saringan aerasi akuarium) berguna untuk menangkap partikel-partikel asap yang terbang di udara sehingga udara yang melewati kain kasa tersebut sudah dalam keadaan bersih. “Syaratnya, kasanya harus dibasahi. Gunanya basah, agar partikel-partikel yang melewati pori-pori kain kasa tertangkap air dan menempel pada kasa,” ujarnya.
Sementara itu kipas exhauster (kipas yang biasa digunakan untuk exhaust kamar mandi) dapat mengusir udara dari dalam ruangan kelas ke luar kelas. Kemudian akuarium yang ada aerasinya berguna untuk menangkap partikel-partikel mineral yang masih masuk ke dalam ruangan kelas. “Tapi jangan lupa, akuariumnya harus diisi oleh tumbuhan ganggang yang biasa kita dapatkan di kolam-kolam. Ganggang juga berguna untuk menyerap CO2 dan memproduksi oksigen dalam ruangan. Oleh karena itu akuarium perlu dipasang lampu ultraviolet agar fotosintesis terjadi,” kata Zeily. Ia menambahkan, di samping akuarium juga sebaiknya diletakkan tanaman-tanaman berdaun lebar agar fotosintesis semakin banyak. (Desliana)
Ilustrasi sekolah aman asap dengan menggunakan kipas exhauster, dakron, dan akuarium sebagai perangkat untuk membersihkan udara yang tercemar oleh kabut asap.
6
LAPORAN UTAMA
EDISI 11 • TAHUN VI • DESEMBER 2015 • TABLOID ASAH ASUH
Sekolah Terdampak Asap
Mendikbud Harap Siswa Tetap Giat Belajar dengan menggunakan jalur darat. Saat itu penerbangan menuju Jambi ditiadakan mengingat kondisi udara yang tidak memungkinkan. Nilai ISPU di Jambi saat itu mencapai angka 744.
FOTO: Arif
Kedatangan Mendikbud di daerah terdampak bencana asap juga untuk menyerahkan bantuan berupa masker untuk para peserta didik.
Mendikbud, Anies Baswedan menyambangi salah satu sekolah yang terdampak kabut asap di Jambi (27/10). Walaupun harus berhadapan dengan kabut asap dan mengurangi aktivitas belajar di sekolah, para siswa tetap diharapkan rajin belajar sehingga tidak sampai tertinggal materi pelajaran.
Dalam kunjungan kerjanya ke daerah terdampak asap, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan langsung menyambangi sejumlah sekolah yang masih melakukan untuk melihat aktivitas para siswa. Walaupun harus berhadapan dengan kabut asap dan mengurangi aktivitas belajar di sekolah, para siswa tetap diharapkan rajin belajar sehingga tidak sampai tertinggal materi pelajaran.
M
enteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan meninjau sekolah-sekolah di daerah terdampak asap. Daerah pertama yang ia kunjungi adalah Palembang, Sumatera Selatan pada Senin (26/10). Mendikbud mendarat di Bandara Sultan Mahmud Baddarudin Palembang sekitar pukul 17.10 WIB dan melanjutkan perjalanan darat menuju sekolah yang masih melakukan kegiatan belajar mengajar. Mendikbud mengatakan, peninjauan langsung ke lapangan dilakukan karena ternyata masih ada sekolah yang belum meliburkan siswanya. Padahal kondisi kabut asap di Palembang saat itu hanya memiliki jarak pandang sekitar 300 meter. Nilai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) juga melebihi ambang toleransi. Dalam surat edaran yang dikeluarkan Mendikbud disebutkan agar sekolah meli-
burkan seluruh siswanya dan memberikan tugas kepada para siswa. Mendikbud juga menegaskan bahwa tunjangan guru dan dana BOS akan tetap dihitung, meski sekolah diliburkan. Sementara itu, dalam kunjungannya ke SMP Al-Furqon, Kota Palembang, Mendikbud mengharapkan para siswa untuk tetap rajin belajar. “Harus tetap giat belajar ya, dan jangan lupa belajar hal-hal yang lain dengan ekstra kurikuler, dan belajar kepemimpinan,” pesannya. Dalam kesempatan itu juga Mendikbud berpesan agar seluruh insan pendidikan berperan aktif memastikan proses pendidikan tetap berjalan, meskipun tatap muka di kelas berkurang. Sekolah, tambah Mendikbud, harus diupayakan aman dari asap. Untuk itu, inovasi sekolah aman asap patut diterapkan di sekolah-sekolah yang berpotensi terdampak asap.
Sejumlah siswa SMP Al-Furqon menyampaikan aspirasi kepada Mendikbud terkait bencana kabut asap. “Kami ingin belajar, asap ini sangat mengganggu. Hukum yang berat para pembakar hutan,” kata Nafia Azzahra, siswi kelas 9. Mendikbud menyambut gembira masukan dari para siswa, dan meyakinkan bahwa penegakan hukum bagi pihak-pihak yang bersalah tetap berjalan.
Dalam surat edaran yang dikeluarkan Mendikbud disebutkan agar sekolah meliburkan seluruh siswanya dan memberikan tugas kepada para siswa. Kunjungan di Jambi Pada hari kedua kunjungannya ke daerah berdampak asap, Mendikbud bersama rombongan tiba di Jambi sejak pagi hari
Di Jambi, Mendikbud berkunjung ke SD Negeri 181, SD Negeri 153, SMP Negeri 5, dan menjenguk siswa yang sakit akibat terdampak bencana asap di RSU Baiturrahim Jambi. Selain meninjau kondisi penanganan pendidikan, Mendikbud juga akan melakukan koordinasi terkait bencana asap dengan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Luhut Binsar Pandjaitan di Jambi. Kedatangan Mendikbud di daerah terdampak bencana asap juga untuk menyerahkan bantuan berupa masker untuk para peserta didik. Setiap mengunjungi sekolah, Mendikbud selalu mengingatkan peserta didik dan guru serta tenaga kependidikan akan pentingnya penggunaan masker dalam kondisi bencana asap. Mendikbud berpesan kepada para siswa agar peduli kesehatan diri masing-masing. Memakai masker adalah salah satu upaya melindungi diri dari efek negatif asap. “Bencana kabut asap ini temporer, namun masa depan kalian masih jauh. Jadi jangan korbankan kesehatan kalian,” pesannya. Ada sembilan provinsi yang terdampak bencana asap. Empat provinsi berada di Pulau Sumatera dan lima provinsi di Pulau Kalimantan. Dari sembilan provinsi itu, terdapat 67 kabupaten/kota dengan jumlah sekolah sekitar 25.000 sekolah dan 2,5 juta siswa yang terdampak bencana asap. (Nur Widianto, Ratih)
LAPORAN UTAMA
TABLOID ASAH ASUH • DESEMBER 2015 • TAHUN VI • EDISI 11
7
Upaya Kemendikbud untuk Daerah Terdampak Asap
Utamakan Keselamatan, Sekolah Diliburkan Selama lebih dari dua bulan, sejumlah wilayah di Indonesia mengalami musibah berupa kabut asap yang telah menganggu aktivitas masyarakatnya. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di daerah-daerah terdampak asap tersebut sudah mencapai angka yang membahayakan kesehatan. Kondisi ini tidak boleh dibiarkan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan kebijakan di bidang pendidikan terkait bencana tersebut. Namun selama diliburkan, sekolah diharapkan memberikan tugas-tugas terstruktur yang mendorong siswa untuk tetap belajar dan melakukan kegiatan positif di rumah. Pemerintah daerah juga diminta untuk tetap memberikan tunjangan profesi dan tunjangan lainnya secara penuh kepada pendidik dan tenaga kependidikan yang sekolahnya diliburkan. Penyesuaian Kalender Akademik Sebelumnya, pada pertengahan September lalu, Mendikbud juga telah melakukan telekonferensi dengan kepala dinas pendidikan yang daerahnya terdampak bencana asap. Salah satunya dengan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan. Dalam telekonferensi itu, Mendikbud mengatakan, selama sekolah diliburkan, para guru diharapkan dapat memberikan tugas mandiri kepada siswa untuk dapat dikerjakan di rumah. Tugas mandiri itu diberikan
Langkah-langkah tersebut antara lain meminta kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan diliburkan jika Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di atas ambang batas berbahaya. Selain itu, dalam acara Ngopi Pagi Kemendikbud, bertema “Setahun Kinerja Kemendikbud” pada 19 Oktober lalu, Mendikbud juga telah menjelaskan rencana
penyesuaian kalender akademik bagi sekolah yang meliburkan kegiatan belajar mengajar lebih dari 28 hari. Hal itu juga tertulis dalam Surat Edaran tentang Penanganan Pendidikan pada Daerah Terdampak Bencana Asap. Bagi sekolah yang diliburkan lebih dari 28 hari akibat bencana asap, maka akan diberikan kebijakan fleksibilitas waktu belajar, termasuk penyesuaian kalender akademik, target capaian kurikulum, jadwal ujian sekolah, jadwal dan bobot ujian nasional (UN), serta jadwal dan bobot ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri yang akan dikoordinasikan dengan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Rincian fleksibilitas waktu belajar dan penyesuaian kalender akademik dikoordinasikan oleh Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah setelah mengetahui jumlah hari belajar efektif yang hilang. Dalam surat edaran itu, Mendikbud juga menyatakan, Kemendikbud akan menyediakan bantuan sosial secara selektif kepada Kelompok Kerja Guru/Musyawarah Guru Mata Pelajaran yang melakukan pengayaan atau remedial kepada siswa terdampak bencana asap. Mekanisme pemberian bantuan sosial akan disampaikan dalam rapat koordinasi dengan kepala dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota. (Desliana)
FOTO: Arif
K
ementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kamis (29/10) menggelar rapat koordinasi (rakor) dengan pemerintah daerah yang terdampak asap terkait penanggulangan dampak bencana asap di bidang pendidikan. Sebelumnya, terkait bencana asap, pada 23 Oktober 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan telah mengeluarkan Surat Edaran tentang Penanganan Pendidikan pada Daerah Terdampak Bencana Asap. Kemudian pada 26 Oktober, Mendikbud juga meninjau langsung ke daerah terdampak bencana asap di Palembang dan Jambi. Dalam surat edaran itu, Mendikbud meminta kepala daerah mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, serta tenaga kependidikan. Bagi sekolah yang diliburkan selama lebih dari 28 hari, akan dilakukan penyesuaian kalender akademik melalui koordinasi dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Surat Edaran bernomor 90623/MPK/ LL/2015 itu dikirimkan Mendikbud ke gubernur provinsi seluruh Indonesia dan bupati serta wali kota seluruh Indonesia pada 23 Oktober 2015. Di surat itu Mendikbud menyatakan, penyelenggaraan pendidikan di daerah terdampak bencana asap perlu dilakukan penyesuaian dan perlakuan khusus. Setidaknya ada sembilan langkah yang telah dirumuskan Kemendikbud untuk dijalankan oleh pemerintah daerah pada daerah terdampak bencana asap dengan koordinasi dan dukungan penuh dari Kemendikbud. Langkah-langkah tersebut antara lain meminta kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan diliburkan jika Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di atas ambang batas berbahaya. Nilai ambang batas ISPU berbahaya untuk meliburkan kegiatan belajar mengajar adalah 200 untuk tingkat PAUD dan SD, serta 300 untuk seluruh tingkat, mulai dari PAUD sampai SMA/sederajat.
sebagai pengganti jam belajar yang seharusnya berlangsung di sekolah. Tidak hanya itu, Mendikbud juga meminta guru dan siswa aktif mengakses informasi pendidikan lain melalui layanan program mendidik yang disajikan Kemendikbud melalui TV Edukasi dan media belajar berjaringan, yaitu belajar.kemdikbud.go.id.
Seorang siswa SD mengenakan masker kain untuk mengurangi dampak berbahaya dari kabut asap. Meski pendidikan penting, namun Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan meminta agar sekolah diliburkan saat kondisi udara berada dalam level berbahaya.
8
LAPORAN UTAMA
EDISI 11 • TAHUN VI • DESEMBER 2015 • TABLOID ASAH ASUH
Empat Kebijakan bagi Guru di Daerah Terdampak Asap mohon sejak terjadinya musibah, hak guru tetap diberikan,” ujar Pranata dalam rapat koordinasi (rakor) penanggulangan dampak bencana asap antara Kemendikbud dengan dinas pendidikan provinsi terdampak bencana asap, di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Kamis (29/10).
Bagi para pendidik yang bertugas di daerah terdampak asap, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menelurkan kebijakan yang memperhatikan nasib mereka. Salah satunya, guru tidak perlu khawatir saat tidak dapat mengajar ketika sekolah diliburkan karena tunjangan sertifikasi tidak berpengaruh pada absesnya mereka mengajar.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tidak membiarkan nasib guru terabaikan di daerah terdampak asap. Guru yang tidak dapat memenuhi kewajiban 24 jam mengajar per minggu, karena sekolah diliburkan, tidak perlu khawatir kehilangan haknya atas tunjangan sertifikasi. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan menegaskan, kesehatan adalah nomor satu. Ia pernah berpesan, jangan memaksakan diri mengajar di sekolah jika kualitas udara berada dalam level berbahaya.
D
irektur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Sumarna Surapranata mengatakan, ada empat kebijakan yang diterapkan terhadap guru di daerah terdampak bencana asap. Kebijakan tersebut yakni, pertama, tetap dibayarkannya tunjangan
profesi guru tanpa terkena aturan kewajiban mengajar 24 jam, dan pengunduran jadwal uji kompetensi guru (UKG) sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. “Tunjangan profesi guru bagi guru-guru di daerah (terdampak asap) tetap dibayarkan, tidak terkena aturan 24 jam. Karena sekarang sedang dapat musibah maka kami
“Tunjangan profesi guru bagi guru-guru di daerah (terdampak asap) tetap dibayarkan, tidak terkena aturan 24 jam. Karena sekarang sedang dapat musibah maka kami mohon sejak terjadinya musibah, hak guru tetap diberikan,” ujar Pranata. Kedua, terkait uji kompetensi guru (UKG) secara nasional yang berlangsung pada 9-27 November 2015, Pranata mengatakan UKG di sembilan provinsi yang terdampak bencana asap tidak perlu mengikuti jadwal nasional sehingga bisa ditunda sesuai kondisi daerahnya masing-masing. “Bisa Desember atau Januari 2016. Per kabupaten tidak perlu sama,” katanya. Ketiga, lanjut Pranata, Kemendikbud siap memberikan bantuan sosial dalam bentuk block grant untuk Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Hal ini juga sesuai dengan Su-
rat Edaran Mendikbud tentang Penanganan Pendidikan pada Daerah Terdampak Bencana Asap. Bantuan sosial akan diberikan secara selektif kepada KKG/MGMP yang melakukan pengayaan atau remedial kepada siswa terdampak bencana asap. “Contoh proposalnya nanti kita berikan,” tutur Pranata. Kebijakan keempat, lanjut Pranata, adalah Kemendikbud siap memberikan tenaga pendidik tambahan apabila ada permintaan dari daerah terdampak bencana asap. “Apabila diperlukan tenaga tambahan untuk pendidik kami siapkan dari P4TK. Kami minta daftar kebutuhan dari bapak-ibu,” katanya. Rakor Penanggulangan Dampak Bencana Asap dihadiri perwakilan dinas pendidikan dari sembilan provinsi yang terdampak bencana asap, yaitu Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Masing-masing daerah memberikan laporan singkat mengenai perkembangan terkini di bidang pendidikan di daerahnya. Selanjutnya rakor membahas tindak lanjut penanganan pendidikan di daerah-daerah tersebut dengan prinsip tidak merugikan peserta didik maupun guru dan tenaga kependidikan. Beberapa pejabat Kemendikbud yang hadir dalam rakor antara lain Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), Kemendikbud, Totok Suprayitno, Sekretaris Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud, Thamrin Kasman, dan Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik), Nizam. (Desliana)
Pelaksanaan UKG di Provinsi Jambi Mengikuti Jadwal Nasional Provinsi Jambi menjadi salah satu wilayah yang sempat terkena dampak asap. Meski demikian, pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) di provinsi ini tetap mengikuti jadwal nasional, yaitu pada November 2015. Seluruh kabupaten/kota di Jambi melaksanakan UKG dengan jadwal yang dibuat bertahap. Kabupaten Batanghari dan Bungo, misalnya, menggelar UKG pada 9-15 November 2015. Sementara untuk Kabupaten Sarolangun dan Kerinci digelar pada 18-27 November 2015. Kepala Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Bidang Pendidikan Jasmani dan Bimbingan Konseling yang bertanggung jawab untuk UKG wilayah Jambi, Aceh, dan Banten, Mansur Fauzi mengatakan, antusiasme guru di Jambi mengikuti UKG tergolong tinggi. Tidak hanya guru yang bertugas di sekolah negeri, para pendidik yang mengajar di sekolah swasta pun antusias mendatangi tempat uji kompetensi (TUK) yang telah ditentukan. Menurut Mansur, meski antusias, para guru yang ditemui sebelum pelaksanaan UKG berlangsung mengaku khawatir tidak dapat melalui UKG dengan baik. Kekhawatiran
tersebut, misalnya karena ada anggapan hasil UKG akan mempengaruhi tunjangan sertifikasi yang selama ini telah diterima guru. Mansur menilai, guru di daerah masih belum sepenuhnya menerima informasi lengkap mengenai pelaksanaan UKG. “Saya jelaskan kepada para guru peserta UKG bahwa ini tidak berpengaruh pada (tunjangan) sertifikasi. Tujuan UKG itu, pertama untuk pemetaan kompetensi guru. Kedua, untuk menentukan jenis diklat apa yang cocok bagi guru setelah pemetaan itu. Ketiga, sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan dalam rangka memberikan penghargaan maupun apresiasi kepada guru-guru,” tuturnya. Mansur mengaku, setelah mendengar penjelasan tersebut, wajah para peserta UKG terlihat tidak lagi khawatir dan harapannya dapat melewati UKG dengan baik. Sementara itu, wilayah Jambi yang memasuki musim penghujan, menghadapi kendala listrik padam. Beruntung, kondisi listrik padam ini tidak berlangsung berjam-jam, sehingga meski terhambat beberapa menit, pelaksanaan UKG tetap berjalan. “Karena kendala ini, waktu pelaksanaan UKG untuk satu sesi agak mundur sedikit, tapi tidak sampai mengganggu pelaksanaan sesi lainnya,” ujar Mansur. (Ratih)
LIPUTAN KHUSUS
TABLOID ASAH ASUH • DESEMBER 2015 • TAHUN VI • EDISI 11
9
Peringatan HAI ke-50
50.000 Surat untuk Mendikbud
Ada yang berbeda pada peringatan puncak Hari Aksara Internasional (HAI) ke-50 tahun 2015 ini. Persembahan surat yang ditulis sendiri oleh 50.000 mantan warga belajar ditujukan kepada Menteri Pedidikan dan Kebudayaan. Pula, sebanyak 6.000 mantan warga belajar membacakan deklarasi Gerakan Indonesia Membaca.
T
ahun ini Kabupaten Karawang, Jawa Barat didaulat sebagai tuan rumah tingkat nasional penyelenggaraan peringatan ke-50 Hari Aksara Internasional (HAI) tahun 2015. Tema yang diangkat Indonesia dalam HAI 2015 adalah “Aksara untuk Menumbuhkan Budi Pekerti”, dengan sub tema “Melalui Peringatan HAI, Kita Tingkatkan Kualitas Pendidikan Keaksaraan untuk Memberdayakan Masyarakat dan Menumbuhkembangkan Budi Pekerti”. Tema ini menjadi pengingat dan penguat komitmen para pemangku kepentingan dalam upaya percepatan penuntasan tuna aksara di Indonesia. Tema ini juga memberi inspirasi kepada kita untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan sebagai fondasi gerakan pemberdayaan. Pemilihan tema ini sejalan dengan tema global HAI yang diangkat oleh United Nations Educational, Scientific ,and Cultural Organization (UNESCO) tahun ini, yaitu Literacy and Sustainable Societies atau Keaksaraan untuk Masyarakat Berkelanjutan.
langsung pada Sabtu (24/10) di Lapangan Karangpawitan, Karawang ini, sebanyak 6.000 mantan warga belajar membacakan secara serentak deklarasi “Gerakan Indonesia Membaca”. Sebelumnya panitia hanya menargetkan sebanyak 5.000 mantan warga belajar yang akan membacakan deklarasi tersebut. Ternyata antusiasme mantan warga belajar cukup tinggi sehingga peserta yang hadir hingga mencapai 6.000 orang.
Sebanyak 50.000 surat yang ditulis sendiri oleh para mantan warga belajar ini mendapat apresiasi dari MURI. Rekor MURI ini berupa tulisan tangan berisi pesan-pesan dari para mantan warga belajar keaksaraan. FOTO: Arif
Pada puncak peringatan HAI yang berlangsung pada Sabtu (24/10) di Lapangan Karangpawitan, Karawang ini, sebanyak 6.000 mantan warga belajar membacakan secara serentak deklarasi “Gerakan Indonesia Membaca”. Pada puncak peringatan HAI yang ber-
Pembacaan secara serentak deklarasi “Gerakan Indonesia Membaca” juga dinobatkan sebagai peristiwa membaca koran bersama oleh warga belajar terbanyak di Indonesia serta dunia dan resmi dicatat Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI). Selain itu, ada pula dua mantan warga belajar terpilih yang membacakan suratnya untuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan. Mereka adalah perwakilan dari 50.000 mantan warga belajar yang menuliskan suratnya untuk disampaikan kepada Mendikbud. Kedua perwakilan mantan warga belajar ini adalah Satiman (45) dan Yati Royahati (50) yang merupakan peserta keaksaraan fungsional inovatif-kreatif tahun 2008 dari Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sebanyak 50.000 surat yang ditulis
6.000 mantan warga belajar yang berkumpul di Lapangan Karangpawitan, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (24/10) membacakan secara serentak deklarasi “Gerakan Indonesia Membaca”. Dalam deklarasi itu mereka menyuarakan manfaat membaca yang mampu menjadikan diri berdaya guna, berarti, dan siap berkarya.
sendiri oleh para mantan warga belajar ini mendapat apresiasi dari MURI. Rekor MURI ini berupa tulisan tangan berisi pesan-pesan dari para mantan warga belajar keaksaraan. Mereka adalah warga masyarakat yang baru bisa menulis dan membaca di usianya yang tidak muda lagi. Mereka yang telah lulus program keaksaraan ditandai dengan Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA). Surat itu berisi harapan dan keinginan mereka yang disusun menjadi sebuah katalog buku berjumlah 50 buku tebal. Masing-masing buku berisi 1.000 surat dan masing-masing surat ini pun disisipkan SUKMA penulisnya. Rangkaian kegiatan dalam perayaan HAI 2015 berlangsung selama tiga hari, yai-
tu dari 22 s.d. 24 Oktober 2015. Kegiatan yang diselenggarakan antara lain Lomba Keberaksaraan Peserta Didik Pendidikan Keaksaraan, Lomba Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Lomba Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kreatif, Lomba Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Berprestasi, dan Lomba Rumah Pintar (Rumpin) Berprestasi. Perayaan HAI tingkat nasional secara bergiliran dilaksanakan di tiap provinsi, dan perayaan yang sama juga dilaksanakan di setiap provinsi untuk tingkat provinsi. Penyelenggaraan ini sebagai bukti komitmen berkesinambungan terhadap kemajuan pencapaian keaksaraan setiap individu sebagai kunci pembangunan sosial ekonomi di dalam budaya damai, dan berkarakter. (Ratih)
LIPUTAN KHUSUS
EDISI 10 11 • TAHUN VI • NOVEMBER DESEMBER 2015 • TABLOID ASAH ASUH
FOTO: Arif
10
Satiman (45), mantan warga belajar asal Karawang, Jawa Barat membacakan deklarasi “Gerakan Indonesia Membaca” yang diikuti oleh 6.000 mantan warga belajar lainnya. Pria ini merupakan satu dari 50.000 mantan warga belajar yang menuliskan surat dengan tulisan tangannya sendiri kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai bukti dirinya telah melek aksara.
Tantangan Keberaksaraan di Indonesia
Generasi Nol Buku Harus Diubah
Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebut, hingga 2014 hanya tersisa 3,7 persen atau sekitar 5,3 juta orang yang belum terentaskan dari tuna aksara. Semakin berkurangnya penyandang tuna aksara di Indonesia, maka upaya selanjutnya yang digencarkan pemerintah adalah dorongan agar masyarakat gemar membaca.
B
ertepatan dengan puncak peringatan ke-50 Hari Aksara Internasional (HAI) 2015, Sabtu (24/10), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) yang diwakili Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas), Kemendikbud, Harris Iskandar mencanangkan Gerakan Indonesia Membaca. Pencanangan dilakukan di Lapangan Karangpawitan, Karawang, Jawa Barat, bersamaan dengan peluncuran aplikasi data pokok pendidikan PAUD dan Dikmas. Harris menyebut, tantangan keberaksaraan sebenarnya lebih besar dari sekadar mampu menuliskan kata dalam secarik kertas. Jika dilihat dari konteks itu, maka bisa jadi angka tuna aksara di Indonesia masih mengkhawatirkan. Ia menyinggung ucapan sastrawan kenamaan Indonesia, Taufik Ismail yang pernah menyebut bahwa Indo-
nesia masih diselimuti generasi nol buku, yaitu generasi yang tidak membaca satu pun buku dalam satu tahun, generasi yang rabun membaca, dan lumpuh menulis. Harris juga mengutip penyataan sastrawan besar Buya Hamka yang pernah mengatakan bahwa setiap insan perlu membaca buku sebab pena seseorang tidak pernah berisi kalau dia kurang membaca. “Pernyataan kedua sastrawan ini seperti sebuah lonceng yang nyaring berbunyi. Data Program Penilaian Pelajar Internasional, PISA tahun 2012 menyatakan bahwa kemampuan literasi siswa Indonesia jauh tertinggal. Maka, tugas kita adalah bagaimana generasi nol buku ini harus kita ubah,” ujarnya. Keberaksaraan, lanjut Harris, bukan sekadar mengubah yang tidak bisa membaca menjadi bisa membaca, tetapi mendorong yang bisa membaca untuk terus membaca. Mendorong agar menjadi generasi yang
menjelajah dunia lewat aksara yang dibacanya. Menurut Harris, Kemendikbud terus berikhtiar meningkatkan keberaksaraan, misalnya dengan mendorong percepatan program keberaksaraan pada daerah-daerah yang masih memiliki angka tuna aksara tertinggi. Ikhtiar lainnya juga dilakukan melalui Peraturan Mendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti yang di dalamnya memuat kewajiban seluruh warga sekolah meluangkan waktu 15 menit membaca buku non teks pelajaran sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. “Tujuannya jelas, yakni menggiatkan budaya membaca dan menghapus generasi nol buku,” tegas Harris. Kontribusi Publik Secara konstitusi, pendidikan memang menjadi tanggung jawab pemerintah. Namun, secara moral, pendidikan juga merupakan tanggung jawab setiap orang terdidik. Publik sebenarnya dapat ikut berkontribusi meningkatkan keberaksaraan masyarakat dengan melakukan langkah-langkah konkret. “Ada beberapa langkah yang bisa publik lakukan untuk meningkatkan keberaksaraan
ini,” lanjut Harris. Langkah pertama adalah dengan mengenalkan aksara pada anak sejak dini. Mengenalkan aksara, jelas Harris, bukan berarti langsung mengajarkan membaca dan menulis. Perkenalan pertama anak-anak pada aksara adalah merangsang ketertarikannya pada bacaan. Orangtua bisa membacakan buku cerita pada anak-anaknya. “Praktik baik ini bisa kita lakukan dengan memberikan alokasi khusus membacakan buku cerita untuk anak,” tambahnya. Langkah kedua adalah sekolah bisa membuka diri sebagai agen perubahan keberaksaraan. Caranya dengan berkolaborasi bersama warga sekitar untuk mengelola kegiatan membaca, baik di perpustakaan atau di fasilitas membaca yang sudah ada. Perpustakaan sekolah perlu lebih terbuka dengan memberikan akses pada warga sekitar untuk ikut membaca dan beraktivitas di sana. “Warga sekitar juga bisa berperan aktif menghidupkan perpustakaan dengan ikut bertukar bacaan, mengadakan kegiatan literasi bersama siswa dan guru di sekolah dengan melibatkan pegiat sastra lokal,” ujar Harris. Lewat keterbukaan dan kolaborasi itu, sekolah dan warga bisa mengambil peran sebagai balai pemberantasan buta aksara. Guru, kepala sekolah, dan siswa berkolaborasi dengan pemangku kepentingan daerah bisa bergantian mengajar bagi warga yang belum bisa baca-tulis. “Untuk guru, saya berpesan, jadilah inspirator membaca. Jika guru aktif membaca, maka muridnya pasti gemar membaca. Tugas kita adalah menimbulkan dan menumbuhkan kecintaan membaca. Kebiasaan membaca tumbuh karena kecintaan bukan karena paksaan,” pesannya. Langkah ketiga adalah mengambil peran aktif dalam kegiatan menulis. Membaca dan menulis adalah padu padan roda peradaban. Melalui membaca, manusia menjelajah dunia tanpa batas. Lewat menulis, penjelajahan itu akan dilestarikan. Maka, seluruh warga sekolah perlu mengaktifkan kegiatan menulis. Cara yang bisa dilakukan, misalnya mengaktifkan kembali majalah dinding sekolah, membuat resensi atas buku yang warga sekolah baca, dan latih kegiatan menulis dengan praktik langsung atau melalui diskusi-diskusi sederhana di sekolah. “Upaya-upaya tersebut adalah praktik-praktik sederhana yang bisa kita lakukan. Kita percaya bahwa masing-masing kita punya praktik baik yang bisa menjadi inspirasi bagi semua. Saya minta bagikan dan ceritakan praktik baik keberaksaraan yang sudah Ibu/Bapak lakukan. Sehingga praktik-praktik baik itu menjadi inspirasi untuk meningkatkan keberaksaraan di titik-titik penjuru negeri ini,” pungkas Harris. (Ratih)
LIPUTAN KHUSUS
TABLOID TABLOID ASAH ASAH ASUH ASUH •• DESEMBER NOVEMBER2015 2015••TAHUN TAHUNVI VI••EDISI EDISI11 10
11
Profil Penerima Penghargaan HAI 2015
Berdayakan Masyarakat untuk Angkat Derajat Meningkatkan kapasitas masyarakat menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi para peraih penghargaan Hari Aksara Internasional (HAI). Para pengelolanya selalu bertekad memberdayakan terus masyarakat di sekitarnya sehingga mampu mengangkat derajat hidup diri dan keluarganya. Lewat program-program yang dilakukan terbukti berhasil membawa perubahan positif dalam hal pemberdayaan masyarakat.
FOTO: Aji
Rumah Pintar Pijoengan, Provinsi DI Yogyakarta Juara 1 Rumah Pintar Berprestasi
Sriyono
Rumah pintar (rumpin) ini memiliki program andalan yaitu pengembangan pertanian terpadu. Program ini memadukan antara pertanian, peternakan, dan perikanan dengan memberikan pelatihan kepada para petani dan peternak. Pengembangan program ini dilakukan dengan melihat situasi masyarakat di kawasan rumpin yang mayoritas merupakan petani dan buruh tani. Koordinator Pelaksana Program, Sriyono mengatakan, rumpin yang didirikan pada 2008 ini merupakan lembaga nonformal yang memberikan layanan pemberdayaan masyarakat. Rumpin ini mengembangkan peternakan kambing, budidaya lele dan sayuran organik dengan sistem hidroponik dan vertikultur. Masyarakat diberikan pelatihan tentang budidaya ini.
FOTO: Aji
SKB Kota Pekan Baru, Provinsi Riau Juara 1 Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Berprestasi
Nila Resmita
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) ini telah berdiri sejak 2005. Selama perjalanannya SKB ini melayani seluruh 12 kecamatan yang ada di Kota Pekan Baru, Riau. Ketertarikan masyarakat memanfaatkan layanan yang disediakan, membuat SKB ini kemudian membentuk SKB Wilayah II pada 2014 untuk memfasilitasi banyaknya permintaan. Kini masing-masing SKB melayani enam kecamatan. Kepala SKB Kota Pekan Baru, Nila Resmita mengatakan, program-program yang diberikan di SKB ini antara lain, kesetaraan, keaksaraan, pemberdayaan perempuan, dan kecakapan hidup yang diberikan bagi masyarakat putus sekolah dan pengangguran. “Program pemberdayaan perempuan dan kecakapan hidup ini kami berikan kepada mereka yang masih berada pada usia produktif namun ti-
FOTO: Aji
PKBM Fajar Talenta, Provinsi Papua Peningkatan Budaya Tulis
Adriana Mariana
Pada peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) 2015 yang lalu, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Fajar Talenta berhasil mengantarkan warga belajarnya menjadi juara III lomba keberaksaraan yang diselenggarakan Kemendikbud. Dalam perlombaan itu, empat orang warga belajar PKBM Fajar Talenta menampilkan sosiodrama keaksaraan. PKBM yang terletak di Kampung Pobaim Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura, Papua ini memberikan program pengenalan huruf kepada warga di sekitar wilayah tersebut. Menurut pengelola PKBM, Adriana Mariana, sebagian besar masyarakat di sekitar PKBM-nya masih minim mengenal huruf. “Mereka terlalu tertutup, tidak ingin membuka diri untuk maju. Kami harus memberikan pemahaman ke-
Sriyono menjelaskan, tidak hanya orang dewasa yang mengikuti kegiatan di program pengembangan pertanian terpadu. “Khusus untuk anakanak, kami berikan materi pelatihan yang ringan yang dikemas dalam bentuk outbound. Materinya berupa kegiatan menanam beragam jenis tanaman yang memanfaatkan polybag dan kaleng atau wadah bekas,” tutur Sriyono yang dihubungi melalui telepon, Kamis (26/11). Rumpin ini juga memiliki sembilan sentra pelayanan, di antaranya sentra buku berupa perpustakaan, sentra panggung untuk memberikan ruang bagi aktivitas masyarakat berkreasi, sentra komputer yang memberikan akses internet gratis kepada masyarakat, dan sentra kriya yang memberikan pelatihan kepada masyarakat berupa menjahit dan kerajinan tangan. “Di sentra kriya ini, kami bekerja sama dengan ibu-ibu PKK dan masyarakat sekitar memproduksi mukena anak. Hasil produksi ini kemudian dijual untuk memberikan tambahan penghasilan kepada ibu-ibu yang membuatnya,” katanya. (Ratih)
dak menghasilkan. Maksudnya mereka tidak bekerja karena tidak memiliki keterampilan dan keahlian tertentu. Mereka ini perlu dibantu agar memiliki kecakapan hidup sehingga dapat hidup lebih baik,” ujar Nila dalam hubungan telepon, Kamis (26/11). SKB ini langsung mengenalkan warga belajar kepada para mitra. Diharapkan dengan langsung berhubungan bersama mitra, kata Nila, warga belajarnya dapat mengembangkan diri lebih baik lagi. Setidaknya sudah ada 58 kelurahan yang bermitra dengan SKB yang dibina Nila. “Setiap tahun, mulai Januari, kami selalu mengirimkan surat ke kelurahan untuk meminta data mengenai jenis keterampilan yang sedang diminati warga di kelurahan tersebut. Data ini menjadi bahan untuk membuat program yang diminati dan sesuai keinginan masyarakat selama setahun ke depan,” ungkapnya. Contoh sukses kemandirian, kata Nila, bisa dilihat dari seorang buruh cuci yang akhirnya bekerja bersama penjahit dan mampu mengangkat derajat hidupnya lebih baik. (Ratih)
pada mereka bahwa aksara itu penting,” tutur Adri saat dihubungi, Kamis (26/11). Saat ini, warga belajar di PKBM-nya yang belajar mengenal huruf mencapai 200 orang. Mereka adalah warga usia antara 45 hingga 50 tahun ke atas. Adri mengungkapkan, program keaksaraan dasar yang mereka berikan diselipi kegiatan pelatihan kewirausahaan untuk menarik minta masyarakat. Kegiatan kewirausahaan yang pernah dilakukan, misalnya memberikan pelatihan budidaya ayam boiler, anyaman piring dari lidi, budidaya ikan lele sangkuriang. “Saat ini kami memberikan pelatihan pembuatan tepung sagu dan sabun mandi buah merah,” ujarnya. Dalam memberikan pendidikan keaksaraan kepada masyarakat, Adri dibantu oleh sekitar 20 tutor. Sebagian dari tutor ini merupakan guru, namun sebagian lagi adalah dari kalangan masyarakat yang peduli terhadap pendidikan keaksaraan di wilayah sekitar mereka. (Ratih)
12
GALERI FOTO
EDISI 11 • TAHUN VI • DESEMBER 2015 • TABLOID ASAH ASUH
FOTO: Arif
Tekad Berdayakan Diri dengan Keaksaraan Wirausaha Mampu membaca dan menulis saja tidak cukup. Maka, setelah lulus mendapatkan Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA), para mantan warga belajar keaksaraan dasar terus dibina agar keberdayaan diri mereka semakin berkembang. Menyelipkan program kewirausahaan menjadi salah satu cara yang dilakukan agar para mantan warga belajar ini tidak melupakan begitu saja kemampuan aksara yang telah mereka miliki. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bertekad memberdayakan terus para mantan warga belajar ini, salah satunya dengan “Gerakan Indonesia Membaca”. Ini merupakan gerakan bersama membudayakan kegiatan membaca dalam kehidupan sehari-hari. (Ratih)
FOTO: Dok. BKLM
TABLOID ASAH ASUH • DESEMBER 2015 • TAHUN VI • EDISI 11
Ratusan Siswa Saksikan Film-Film Sains Bersama Mendikbud Ratusan siswa memadati Plasa Insan Berprestasi, Gedung Ki Hajar Dewantara, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senayan, Jakarta, Jumat (13/11) siang. Mereka terdiri dari siswa-siswi pendidikan anak usia dini (PAUD), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), hingga siswa SMA. Siswa-siswi PAUD tampak ditemani orang tua mereka. Mereka berkumpul untuk menyaksikan film-film sains yang akan diputar dalam rangka Science Film Festival 2015. Sebuah layar besar telah disiapkan di ruang tersebut, dan dilengkapi sistem tata suara yang mendekati standar
PERISTIWA
13
bioskop. Science Film Festival merupakan program menampilkan film-film yang mengomunikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dengan cara mudah dan menghibur bagi anak-anak berusia 9-14 tahun dan khalayak yang lebih luas. Melalui pendekatan tersebut, festival ini membangkitkan sebuah budaya film iptek yang secara efektif menggabungkan pendidikan dan hiburan, menunjukkan bahwa mengomunikasikan dan mempelajari IPTEK sangatlah menyenangkan. Pada tahun 2015 ini, Science Film Festival kembali hadir di Indonesia untuk yang ke- 6 kalinya dengan tema “Cahaya”. Sebelum film diputar, Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Georg Witschel menyampaikan sambutannya dalam bahasa Indonesia. “Kami bangga bahwa tahun ini Science Film Festival dibuka di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” katanya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan selaku tuan rumah acara pembukaan tersebut, merasa terhormat bahwa Science Film Festival 2015 di Indonesia dibuka di kantornya. Ia mengatakan bahwa sains yang dikemas dengan seni atau kreativitas akan menghasilkan konten yang kuat. “Kita harus belajar dari film-film yang nanti diputar, bagaimana sains dibingkai dengan seni sehingga belajar sains menjadi menarik,” ujar Mendikbud. Ia berharap para guru mengembangkan kreativitasnya dalam menyajikan pelajaran sains di sekolah. Setelah acara pembukaan yang ditandai dengan pemukulan gong, diputar film dari Jerman berjudul “The Show with the Mouse - Glass Engraving”. Film yang telah dialihbahasakan ke bahasa Indonesia itu bercerita tentang ukiran blok kaca. Setelah film bertema optik dan cahaya tersebut, diputar sebuah film Indonesia tentang sampah plastik yang akan menjadi polutan di lautan. Film berjudul “I got it! Sampah Plastik di Samudera” mengisahkan Dodok, seorang anak Bali yang tiap hari menyisir desa dan sekolahnya untuk mengumpulkan sampah plastik. Sampah plastik yang dikumpulkannya ditukar dengan sejumlah uang di bank sampah di desanya. Dodok ingin membantu agar desanya bebas dari sampah plastik. Di film tersebut digambarkan bagaimana akibat jika sampah-sampah plastik memenuhi laut, berbagai dampak seperti kematian ikan dan terumbu karang akan terjadi. Para siswa tampak gembira menyaksikan film-film yang diputar. Beberapa siswa menyempatkan diri berfoto dengan Duta Besar Jerman dan Mendikbud. Dalam acara pembukaan tersebut, panitia juga menggelar aneka kuis dan permainan untuk menambah semarak suasana. (Nur Widiyanto)
Layanan Pendidikan untuk Anak TKI di Malaysia SIKK. PB Humana adalah pusat belajar yang bersifat non formal dengan kurikulum perpaduan Malaysia dengan Indonesia, dan difasilitasi oleh perusahan tempat pusat belajar tersebut berada, dan orang tua siswa. Pendidik yang ditugaskan oleh pemerintah Indonesia berstatus bukan Pegawai Negeri Sipil. (Gloria)
FOTO: Grace
Pemenuhan layanan pendidikan Wajib Belajar 9 Tahun untuk anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Sabah, Malaysia masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Menengah Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen GTK Kemendikbud), Anas M. Adam mengungkapkan, dari total 53.687 anak TKI berusia 1-18 tahun, yang baru terlayani pendidikan di Sabah Malaysia hanya sebanyak 24.856 anak. Mereka mendapat layanan pendidikan di tiga lembaga pendidikan, yaitu Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Community Learning Center Sekolah Dasar (CLC SD), dan Pusat Belajar (PB) Humana. Anas mengungkapkan, persoalan tersebut muncul salah satunya karena persebaran anak TKI yang masih terpencar-pencar. “Kita ada sekitar empat distrik sebagai lokasi penempatan guru dengan tambahan Distrik Tawau. Persoalannya, banyak anak TKI yang terpencar-pencar padahal ladang itu luas, seringkali akses yang ditempuh siswa itu jauh,” ujarnya. Ke depan, lanjut Anas, Kemendikbud akan mencarikan alternatif solusi untuk melayani pendidikan bagi anak-anak TKI yang terpencar. “Mungkin dengan guru kunjung dengan jadwal tertentu, atau model pendidikan kejar paket A atau B dengan materi yang disesuaikan dengan kemampuan soft skill anak tersebut,” ujarnya. Anas menambahkan, anak-anak TKI yang selama ini telah terlayani pendidikan merupakan anak TKI yang bekerja di ladang-ladang kelapa sawit. Penyebarannya, sebanyak 927 siswa di satu lembaga (Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), 8.122 siswa di 69 lembaga Community Learning Center Sekolah Dasar (CLC SD), 3.224 siswa di 140 CLC Sekolah Menengah Atas, dan 12.583 siswa di 134 Pusat Belajar (PB) Humana. Data ini bersumber dari Data Kemendikbud per September 2015. SIKK merupakan sekolah formal yang diselenggarakan pemerintah Indonesia. Di sekolah ini, para anak TKI mendapatkan kurikulum, pengajaran, evaluasi yang mengikuti sistem Indonesia. Sedangkan, CLC merupakan pusat kegiatan belajar yang dikelola oleh
14
PERISTIWA
EDISI 11 • TAHUN VI • DESEMBER 2015 • TABLOID ASAH ASUH
SUMBER: Dok. BKLM
101 Guru untuk Anak-anak Indonesia di Sabah dan Mindanao
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kembali mengirim guru untuk ditempatkan di Sabah, Malaysia dan Mindanao, Filipina. Tahun ini Kemendikbud mengirimkan 101 orang guru hasil seleksi beberapa bulan yang lalu. Guru-guru tersebut terdiri dari 92 guru pendidikan dasar dan enam guru pendidikan menengah yang dikirim ke Sabah, serta tiga orang guru pendidikan dasar ke Mindanao. Guru-guru tersebut akan mengajar anak-anak Indonesia di kedua tempat tersebut.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Sumarna Surapranata melepas guru-guru muda tersebut, Rabu (11/11) malam di Jakarta. Ia mengatakan, pengiriman guru-guru ke Sabah dan Mindanao ini merupakan komitmen pemerintah untuk memenuhi hak atas layanan pendidikan bagi anak-anak Indonesia di luar negeri. “Mereka ini akan mengajar anak-anak Indonesia yang tidak bisa bersekolah di sana, biasanya karena orang tuanya adalah tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal,” ujar pria yang biasa disapa Pranata tersebut. Guru-guru ini nantinya tidak hanya mengajar anak-anak TKI saja, namun juga membina para guru dan calon guru di kedua tempat tersebut. “Guru yang dikirim nanti akan mengajar calon guru, yaitu mereka yang permanen tinggal di Malaysia dan Filipina,” kata Pranata. Ke depan pemerintah juga akan mengupayakan pengiriman guru ke tempat lain seperti Serawak Malaysia. Pranata menambahkan bahwa guru-guru yang dikirim ini merupakan hasil seleksi ketat dan mereka merupakan guru-guru muda yang potensial. “Indeks prestasi mereka minimal 3,0, dan mereka selama ini aktif berorganisasi dan banyak di antara mereka yang menguasai berbagai keahlian,” katanya. Proses seleksi mereka dilakukan di Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) di seluruh Indonesia. Sebelum keberangkatan mereka ke luar negeri, dilakukan pembekalan selama tiga hari pada awal November 2015 yang lalu di Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan data Kemendikbud, sejak tahun 2011 sebanyak 299 guru PNS dan nonPNS ke Sabah dalam lima tahap. Jumlah siswa Indonesia di Sabah tercatat sebanyak 24.856 anak dari total 53.687 anak berusia 1 hingga 18 tahun. Dari total jumlah siswa di Sabah tersebut, 927 siswa bersekolah di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), 8.122 siswa di 69 lembaga Community Learning Centre jenjang sekolah dasar (CLC SD), 3.224 siswa di 140 lembaga CLC SMP, dan 12.583 siswa di 134 lembaga Pusat Belajar Humana. (Nur Widiyanto)
Lanjutkan Penataan Organisasi, 57 Eselon III dan IV Dilantik “Peningkatan akses dan keberpihakan pada masyarakat kurang mampu serta masyarakat di daerah terdepan dan terluar harus menjadi program prioritas pemerintah sehingga mereka mendapatkan layanan yang sama dengan masyarakat yang ada di perkotaan”, tutur Mendikbud. Kemudian dalam rangka peningkatan layanan, Mendikbud juga meminta para pejabat untuk meningkatkan kapastitas SDM dan menjadikan tata kelola dan akuntabilitas yang baik sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. “Saya ucapkan selamat kepada yang dilantik dan selamat menjalankan tugas”, ujar Mendikbud menutup sambutannya. (Desliana)
FOTO: Arif
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan melantik 57 pejabat eselon III dan IV di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Ke-57 pejabat tersebut terdiri dari 18 pejabat eselon III-a dan 39 pejabat eselon IV-a. Mendikbud mengatakan, pelantikan ini melanjutkan penataan pegawai di lingkungan Kemendikbud. Dengan pelantikan ini, praktis semua posisi di lingkungan Kemendikbud pusat telah terisi, kecuali Direktur Sejarah dan pelantikan Kepala Pusat Pengembangan Perfilman. “Agenda tersisa tinggal penataan di lingkungan UPT (unit pelaksana teknis) Kemendikbud yang melingkupi lebih dari 500 posisi eselon III dan IV,” katanya saat acara pelantikan di Plasa Insan Berprestasi Kemendikbud, Jakarta, Selasa (17/11) pagi. Ia mengatakan, pengembangan penataan pegawai di lingkungan Kemendikbud menggunakan praktik yang berdasarkan meritokrasi dan alat ukur modern. Dalam UU Aparatur Sipil Negara (ASN), seleksi pejabat eselon I dan II diwajibkan menggunakan proses terbuka. Tetapi di Kemendikbud, proses terbuka seleksi pejabat digunakan untuk semua eselon. Proses penataan pegawai juga menggunakan prinsip-prinsip kebaruan. “Dulu kita tahu pejabat yang akan dilantik beberapa saat sebelum pelantikan, sekarang kita tahu prosesnya, termasuk juga dari jadwal tes, jadwal pendaftaran, dan lain sebagainya”, ujar Mendikbud. Ia juga meminta semua pejabat bisa membawa kebaruan dalam menjalankan amanat, dan berharap agar roda organisasi bisa berjalan dengan kecepatan tinggi. Sedangkan dalam menjalankan program dan kegiatan tahun 2016, para pejabat harus memastikan bahwa program dan kegiatan tersebut sudah sesuai dengan undang-undang dan Nawa Cita.
KEBUDAYAAN
TABLOID ASAH ASUH • DESEMBER 2015 • TAHUN VI • EDISI 11
15
Indonesia Menuju World Culture Forum 2016 guna mendukung pembangunan berkelanjutan. Budaya dianggap menjadi komponen penting dalam pembangunan manusia. Tujuan utama WCF adalah untuk mempromosikan budaya tidak hanya sebagai elemen konektivitas sosial tapi juga sebagai salah satu pendukung penting untuk memperkuat globalisasi. Diskusi antar budaya dalam WCF memiliki potensi untuk menciptakan sesuatu yang tidak layak menjadi sebaliknya. Ini menjadi kesempatan bagi komunitas dunia untuk bertransformasi menjadi peradaban baru, khususnya dalam globalisasi saat ini, di mana dunia secara berangsur-angsur menjadi lebih dinamis karena mobilisasi dan perdagangan menjadi tanpa batas. (Ratih)
FOTO: Yus BKLM
Sekilas World Culture Forum Salah satu tarian khas Bali disajikan dalam kegiatan World Culture Forum (WCF) yang diselenggarakan pertama kalinya pada 2013 silam. Tahun 2016 mendatang, Bali kembali akan menggelar kegiatan yang sama dengan tema “Culture of Peace: Towards Global Harmony”.
Setelah sukses menggelar Forum Kebudayaan Dunia atau World Culture Forum (WCF) untuk pertama kalinya pada 2013 yang lalu, Indonesia kembali bersiap menyambut perhelatan akbar itu pada 2016 mendatang. Segala persiapan telah dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan WCF 2016 berjalan sesuai rencana. Masih mengambil tempat di Bali, Indonesia, WCF 2016 yang bertema “Culture of Peace: Towards Global Harmony” diharapkan menghasilkan rekomendasi yang mendukung harmoni dan perdamaian dunia melalui jalur budaya.
I
ndonesia, melalui World Culture Forum (WCF) 2013, telah menunjukkan kepada dunia bahwa budaya dapat diposisikan sebagai ikon diplomasi internasional, khususnya dalam mengampanyekan keberagaman budaya dan kebudayaan untuk perdamaian. Melalui “Bali Promise”, para peserta forum sepakat untuk secara eksplisit mengintegrasikan budaya di semua agenda pemba- ngunan berkelanjutan. Untuk kedua kalinya, Forum Kebudayaan Dunia ini akan kembali digelar pada 2016 mendatang. Bali masih menjadi tuan rumah penyelenggaraan forum dunia itu. Selama dua tahun terakhir ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan telah menggelar berbagai persiapan menyam-
but perhelatan akbar tersebut. Pada 2014 misalnya, diselenggarakan focus group discussion (FGD) di lima kota, yaitu Aceh, Kupang, Jakarta, Bali, dan Manado dengan tema beragam. Pada tahun yang sama, persiapan dilakukan dengan mengembangkan portal resmi WCF, publikasi, dan menyiapkan sekretariat WCF. Sementara itu pada 2015 ini, FGD juga dilakukan dengan memilih lokasi di 16 kota, yaitu Tambora, Bima, Bandung, Jakarta, Bali, Sawahlunto, Singkawang, Ternate, Baubau, Pekalongan, Yogyakarta, Banda Aceh, Kupang, Semarang, Gorontalo, dan Sial. Sepanjang 2016 nanti, menjelang penyelenggaraan WCF 2016, akan digelar berbagai kegiatan, seperti festival kota tua, festival seni dan literatur di Bali, dan wirabu-
daya. Saat pergelaran WCF 2016 sendiri disusun enam tema simposium internasional, yaitu “Conflict and Global Resolution Mechanisms”, “Cultural Foundation in the Participation of Economic Development”, “The Rice of New Culture Force”, “The Role of Women in the Promotion of the Culture of Peace”, “Local Wisdom and the World of Peace”, dan “Local Values and Environment Sustainability: A Necessity of Peace”. Senada dengan WCF 2013, dalam pembukaan WCF 2016 nanti akan digelar karnival yang menampilkan beragam jenis kebudayaan dari berbagai negara peserta. Indonesia sendiri akan memamerkan pertunjukan terbaiknya, sehingga diharapkan mampu memukau pengunjung yang hadir dalam acara tersebut. Forum Kebudayaan Dunia 2016 ini bercita-cita merekomendasikan saling pengertian dan menghargai antar budaya yang berbeda, mengurangi konflik dan perang internal dan eksternal, dan membangun masyarakat global yang harmonis. Ajang ini digagas oleh Presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono pada 2005 lalu sebagai upaya menjalin dialog kebudayaan dan menjadikan budaya sebagai kekuatan
Tema besar World Culture Forum (WCF) atau Forum Kebudayaan Dunia adalah “Kekuatan Budaya dalam Pembangunan Berkelanjutan”. WCF merupakan respons atas ide pentingnya menyelenggarakan pertemuan tingkat tinggi tentang kebudayaan. WCF hadir atas dasar keinginan dan tekad Indonesia untuk melaksanakan pertemuan tersebut pada tingkat yang setara dengan pertemuan tingkat global lainnya, seperti Forum Lingkungan Internasional yang membahas tentang isu lingkungan dan Forum Ekonomi Dunia yang terkait dengan persoalan ekonomi global. Kebudayaan merupakan instrumen yang mampu menyatukan komunitas dunia untuk bekerja bersama-sama, bersinergi dan berkolaborasi dalam memecahkan persoalan global melalui kekuatan yang dikenal sebagai “soft power”. Untuk alasan itulah, diperlukan sebuah “rumah global” untuk mengadakan diskusi budaya yang serius antar negara yang mampu menciptakan agenda kebudayaan internasional, yang disepakati oleh semua negara di dunia, untuk menjaga harmoni antar bangsa. Selain itu, diskusi budaya ini juga diharapkan mampu memberikan nilai keunikan dan keragaman, serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat global. WCF merupakan beranda global yang menampung aspirasi itu. (Ratih)
16
SIAPA DIA
FOTO: Jilan BKLM
Eka Susilawati
P
Film Ijolan
restasi tidak harus selalu di bidang akademik. Prestasi juga bisa diperoleh dari bidang non-akademik. Seperti yang berhasil diraih siswa SMA Negeri 1 Purbalingga, Eka Susilawati dalam ajang Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2015. Pada kegiatan yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ini, Eka berhasil menyabet penghargaan Apresiasi Fiksi Pendek Kategori Pelajar untuk film garapannya berjudul “Ijolan”. Bahkan sebelum diganjar penghargaan di ajang AFI 2015 ini, film tersebut juga pernah mendapatkan penghargaan di festival film lain. “Film Ijolan menceritakan tentang dua saudara kembar, Nur dan Ratih. Berbeda dengan Ratih, Nur terlahir sebagai seorang tunawicara. Meski memiliki kekurangan, dalam
FOTO: Komite Nasional, Indonesia untuk Tamu Kehormatan FBF 2015
Nadia Syafiana Rahma
Penulis Cilik Produktif
EDISI 11 • TAHUN VI • DESEMBER 2015 • TABLOID ASAH ASUH
hal akademik, Nur lebih pandai daripada Ratih,” tutur Eka usai acara malam puncak AFI 2015 di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Minggu (25/10). Suatu hari, Nur diminta Ratih untuk menggantikannya dalam ujian matematika di sekolah, demi uang Rp100 ribu yang akan digunakan untuk membeli pulsa listrik di rumah. Namun meski mereka membutuhkan uang itu, Nur menolak untuk berbuat tidak jujur. Pesan moral tentang nilai kejujuran inilah yang ingin disampaikan Eka dalam film besutannya itu. Pelajar kelas XII SMA ini juga mengisahkan awal perkenalannya dengan dunia film. SMP Negeri 4 Satu Atap Karangmoncol Purbalingga adalah tempatnya pertama kali mengenal film. Sekolah ini memiliki kegiatan ekstrakurikuler film yang dinamai Sawah Artha Film. Saat masih duduk di bangku SMP ini pula Eka memproduksi film pertamanya, “Langka Receh”. Film ini berhasil meraih penghargaan khusus dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2012. Seperti halnya “Ijolan”, “Langka Receh” juga mengandung pesan moral kejujuran. Saat duduk di bangku SMA, sekolahnya tidak memiliki kegiatan ekstrakurikuler film. “SMA Negeri 1 Purbalingga masih menitikberatkan pada akademis, misalnya Olimpiade Sains Nasional (OSN), jadi perhatian untuk dunia seperti ini (bidang kreatif film) kurang,” ujarnya. Namun ia tidak berkecil hati. Bersama teman-teman alumni SMP Negeri 4 Satu Atap Karangmoncol, Eka tetap aktif mengembangkan kreativitasnya di bidang perfilman dengan bergabung dalam Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga. Lewat CLC Purbalingga, Eka dan teman-temannya aktif mengikuti berbagai festival film untuk menggalang dana. Ia mengaku, hampir tidak ada bantuan dari pemerintah daerah untuk mengembangkan dunia perfilman di daerahnya. Padahal CLC Purbalingga sudah cukup terkenal dengan prestasinya. “Kami selalu ikut festival-festival supaya dapat dana untuk menutupi biaya produksi dan untuk biaya ke depannya. Pernah dari seluruh biaya festival, kami berhasil menyumbang dana untuk pembangunan masjid di SMP Negeri 4 Satu Atap Karangmoncol,” tutur Eka. Ia berharap, pemerintah daerahnya bisa memberikan dukungan terhadap perkembangan film di daerah Purbalingga. Apalagi Purbalingga memiliki CLC dan Festival Film Purbalingga (FFP) yang juga mendapat penghargaan di AFI 2015 untuk kategori Festival Film. “Purbalingga wisatanya tidak maju, karena memang potensi pariwisatanya kurang. Tapi ada kelebihan di komunitas film, kenapa tidak mengembangkan potensi film pendek?” katanya. Dukungan itu, lanjutnya, tidak harus berupa dana, namun bisa juga berupa kemudahan perizinan atau birokrasi, misalnya saat meminjam lokasi untuk keperluan syuting. Kepada pelajar di seluruh tanah air, Eka juga berpesan untuk terus berprestasi tidak hanya di bidang akademik, tetapi juga di bidang nonakademik. “Kalau kita berprestasi pada bidang seperti ini, kita punya kepuasan batin, refreshing, bisa kenal banyak orang dan banyak pengalaman,” ucap Eka. (Desliana)
U
sianya baru 11 tahun, namun ia begitu produktif menulis cerita dan menerbitkannya. Setidaknya sudah ada lima buku yang diterbitkan dan saat ini masih ada enam karyanya yang masih dalam proses cetak di penerbit. Dia adalah Nadia Syafiana Rahma. Dalam ajang Frankfurt Book Fair (FBF) pertengahan Oktober 2015 yang lalu, ia menjadi satu-satunya penulis cilik yang diundang tampil dalam acara “Fun and Share: Learning to Write with Nadia”. Ia diminta menceritakan pengalamannya di hadapan pengunjung pameran. “Wah kaget saya, dan sempat bingung ketika diberitahu bahwa nama saya satu-satunya yang terpilih mewakili penulis cilik, diundang untuk menghadiri Frankfurt Book Fair. Saya senang sekali, dan menjadi pengalaman tak terlupakan,” ucap Nadia ketika ditemui di paviliun Indonesia di Frankfurt, Jerman, Kamis (15/10). Putri kedua pasangan Nurul Huda dan Siti Jumaroh ini mengaku mulai menulis sejak usia lima tahun. Kegemaran Nadia menulis seperti tertular dari sang kakak yang juga produktif menulis buku cerita. Bahkan sang Ayah mengaku kedua anaknya itu seakan bersaing menyelesaikan naskah cerita paling cepat. Awalnya Nadia menuliskan pengalaman sehari-hari lalu naskah cerita itu ia kirimkan ke media massa. Nadya mengaku, seluruh ide cerita buku yang ditulisnya diperoleh dari pengalamannya sehari-hari, baik di sekolah, di rumah, atau saat di jalan, dan saat bersama teman-temannya. Siswi kelas VI SD Negeri Glagah Kota Yogyakarta ini bercita-cita ingin menjadi penulis yang baik dan terkenal. Ia juga memiliki kegemaran lain di bidang desain. “Saya juga ingin menjadi desainer dan illustrator,” katanya menambahkan. Sukses ya, Nadia! (Jusman, Ratih)