BAB II LANDASAN TEORI
II.1
Analisis Saham Dedhy Sulistiawan dan Liliana (2007) menjelaskan pergerakan harga saham dipengaruhi oleh teori ekonomi yang paling dasar, yaitu hukum permintaan dan penawaran. Saham akan naik jika semakin banyak yang ingin membeli suatu saham, sedangkan saham akan turun jika semakin banyak yang ingin menjual saham. Harga saham ditentukan oleh investor yang bertransaksi di pasar modal dan harga tersebut mewakili pendapat investor (P. 3). Meskipun harga saham adalah konsensus dan ekspektasi pasar, bukan berarti harga saham tidak bisa berubah. Harga saham bisa berubah setiap saat karena ekspektasi para investor berubah sesuai dengan informasi yang mereka dapatkan. Faktor persepsi menjadi masalah yang krusial dalam perdagangan saham, di mana jenis informasi yang sama bisa menghasilkan keputusan transaksi yang berbeda karena cara pandang yang berbeda.
II.2
Analisis Teknikal Menurut Edianto Ong (2008) disebutkan bahwa analisis teknikal adalah suatu metode pengevaluasian saham, komoditas ataupun sekuritas lainnya dengan cara menganalisis statistik yang dihasilkan oleh aktivitas
9
pasar di masa lampau tujuannya untuk memprediksikan pergerakan harga di masa mendatang (P. 1). Menurut Murphy (1999) dan Luca (2000) terdapat tiga pemikiran yang menjadi dasar pada teknikal analisis, yaitu : 1. Market action discounts everything (pergerakan harga yang terjadi di pasar telah mewakili semua faktor lain). Pengguna analisis ini percaya bahwa semua peristiwa bisa berpengaruh terhadap harga saham. Peristiwa tersebut akan tercermin pada harga sahamnya. Hal itu terjadi karena harga pasar saham tersebut secara alami ditentukan oleh permintaan dan penawaran para pelaku pasar. Jika mayoritas investor memiliki persepsi yang buruk terhadap suatu saham dalam suatu waktu, maka saham akan turun. Begitu pula sebaliknya, harga saham akan naik jika mayoritas investor memiliki persepsi yang baik. Sebagai konsekuensinya, analis tidak akan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahaan harga pada market saja. 2.
Prices move in trends (terdapat suatu pola kecenderungan dalam pergerakan harga). Harga saham akan bergerak dalam suatu tren. Prinsip dasar dalam penggunaan analisis teknis adalah jangan pernah mengambil keputusan transaksi yang melawan tren harga. Pengguna analisis ini percaya bahwa semua informasi tercermin pada harga pasar saham, sehingga tren tersebut menunjukkan sikap para pelaku pasar. Pahami tren yang ada dan ikuti kemana
10
tren tersebut akan bergerak agar kita bisa memanfaatkan pergerakan harga tersebut untuk meningkatkan hasil investasi. 3. History repeats itself (sejarah akan terulang). Menggambarkan faktor psikologis para pelaku pasar, maka pergerakan historis dapat dijadikan acuan untuk memprediksi pergerakan harga di masa yang akan datang. Pola historis ini dapat terlihat dari waktu ke waktu dalam grafik. Pola-pola ini mempunyai makna yang dapat diinterpretasikan untuk memprediksi pergerakan harga.
Dalam analisis teknikal, terdapat istilah-istilah yang penting untuk diketahui, yaitu: •
Chart
•
Trend
•
Support and resistance
II.2.1 Chart Menurut Edianto Ong (2008) ”Chart adalah sebuah gambar atau grafik yang fungsi utamanya menunjukkan riwayat pergerakan nilai saham pada suatu periode tertentu, sehingga dibutuhkan sebagai alat utama untuk melakukan analisis teknikal” (p. 13). Dalam analisis teknikal, dikenal beberapa macam chart, diantaranya : •
Line chart, yang menggambarkan harga penutupan per hari.
11
•
Bar chart, yang menggambarkan harga open, high, low, dan closing price.
•
Candlestick chart, yang menggambarkan harga open, high, low, dan closing price.
II.2.2 Trend Menurut Achelis (2000) “A trendline is a sloping line that is drawn between two or more prominent points on a chart” (p. 106). Sementara Menurut Hendra Syamsir (2004), “Tren adalah kecenderungan pergerakan dalam satu arah” (p. 10). Trend adalah salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis teknikal, karena tujuan analisis teknikal itu sendiri salah satunya adalah untuk mendapatkan indikasi apakah trend harga itu muncul, berakhir, berlanjut atau berbalik arah. Garis tren dapat dibagi menjadi 3, yaitu : 1) Tren naik (uptrend). Uptrend adalah garis yang memiliki kemiringan (slope) positif. Kecenderungan harga akan naik. Grafik II.1. Contoh Up Trend Line
Uptrend : BUMI 12
2) Tren menurun (downtrend). Downtrend adalah kebalikan dari uptrend, yaitu garis yang memiliki kemiringan negatif. Kecenderungan harga akan turun.
Grafik II.2. Contoh Down Trend Line
Downtrend : BUMI 3) Tren menyamping (horizontal trend). Horizontal trend, atau disebut
juga
sideways
trend,
adalah
garis
yang
menggambarkan trend yang bergerak secara mendatar.
Grafik II.3. Contoh Horizontal Trend
13
II.2.3 Support dan Resistance Menurut Edianto Ong (2008) “Support line adalah level dimana terdapat kecenderungan harga akan naik, karena pembeli yang lebih banyak dari pada penjual, atau demand lebih besar daripada supply. Sedangkan resistance line adalah level di mana terdapat kecenderungan harga akan turun, karena penjual yang lebih dari pada pembeli, atau supply lebih besar daripada demand.” (p. 49). Support dan resistance merupakan batas psikologis kenaikan atau penutunan suatu saham. Karena merupakan batas psikologis, penentuan support dan resistance oleh tiap investor atau metode akan berbeda.
Grafik II.4. Contoh Support – Resistance
II.3
Pola Grafik II.3.1 Candlestick Candlestick pertama kali ditemukan oleh orang Jepang dan digunakan dalam perdagangan beras di awal abad ke-16. Kemudian di 14
tahun 1700-an dikembangkan oleh seorang pengusaha beras bernama Munehisa Homma. Homma menyadari bahwa hukum supply and demand sangat mempengaruhi pergerakan harga di pasar, sehingga dia secara khusus mendalami psikologi dari pada pedangang ( traders) beras di era tersebut, dan menformulasikannya menjadi beberapa prinsip kunci pola dalam candlestick yang digunakan sampai saat ini. Ilmu ini lama tertutup selama ratusan tahun di Jepang. Baru pada tahun 1990-an, candlestick untuk pertama kalinya diperkenalkan kepada dunia Barat oleh seorang pelopor bernama Steve Nison. Nama formasi candlestick dalam bahasa Jepang tersebut diterjemahkan oleh Steve Nison menjadi istilah dalam bahasa Inggris, yang kemudian dijadikan standar internasional hingga saat ini. Namanya disebut sebagai candlecharts atau candlestick karena bentuknya yang menyerupai “batang lilin” (candlestick). Candlestick dengan cepat menjadi populer di kalangan technicalist Barat, yang aslinya menggunakan Bar Charts, karena candlestick dapat dengan cepat menafsirkan sentiment pasar yang merupakan salah satu pion terpenting dalam charting atau technical analysis. Candlestick merupakan molekul terkecil dalam technical analysis. Hanya dengan satu batang candle atau beberapa batang candle saja technicalist sudah bisa mendapatkan sinyalsinyal yang di pancarkan pola tersebut, sehingga bisa mengambil langkah-langkah persiapan yang tepat (Edianto Ong 2008 P. 211).
15
II.3.1.1 Bentuk Dasar Candlestick Edianto Ong (2008) candlestick dapat memberikan sinyal yang terpancar dari formasi yang terbentuk di dalamnya. Formasi itu dikatagorikan menjadi
pola 1 candle sampai 5 candle.
Masing-masing bisa memberikan sinyal jual ataupun sinyal beli, yang disebut dengan reversal candle Patterns. Di samping itu, dalam pola candlestick juga dikenal pola kelanjutan (continuation candle patterns). Pada sebuah tercermin 4 komponen harga yaitu: nilai harga pembukaan (opening price), nilai harga tertinggi (highest price), nilai harga terendah (lowest price), dan nilai harga penutupan (closing price) dari sebuah saham dalam sebuah periode yang hendak ditampilkan dalam candlestick tersebut (p. 213) Gambar II.1. Tubuh dan ekor Candlestick
Bagian yang kosong atau yang berwarna tersebut disebut dengan tubuh dari candle atau disebut juga the real body. Garis 16
tipis pada atas atau bawah dari the real body mewakili nilai harga tertinggi atau terendah yang disebut dengan ekor atau shadows. Nilai harga tertinggi yang terjadi pada suatu jenis saham yang terbentuk pada candlestick di sesi perdagangan yang terjadi di bursa diwakili oleh ekor atas. Sementara nilai harga terendah yang terjadi pada suatu jenis saham diwakili oleh ekor bawah. Candlestick berwarna putih berarti harga saham ditutup lebih tinggi dari harga pembukaan yang menunjukkan besarnya keinginan membeli, sementara candlestick berwarna hitam berarti harga saham ditutup lebih rendah dari nilai harga pembukaan, yang berarti menunjukkan besarnya keinginan untuk menjual.
II.3.1.2 Formasi Umum Grafik Candlestick a. Long Candle dan Short Candle Panjang pendeknya body candlestick yang terbentuk mencerminkan seberapa kuat dominasi bull maupun bear pada sesi perdagangan. Body candle putih yang panjang berarti demand yang jauh lebih besar dibandingkan dengan supply, atau menandakan dorongan beli sangat kuat. Sebaliknya body candlestick hitam yang panjang berarti supply jauh lebih besar dibandingkan demand, menandakan tekanan jual yang sangat besar.
17
Gambar II.2. Long Candle dan Short Candle
b. Doji Star Doji merupakan salah satu candlestick yang penting untuk menunjukkan informasi dan bentuk dari doji itu sendiri merupakan bagian penting dari grafik. Bentuk dari doji menunjukkan bahwa nilai dari pembukaan dan penutupan sepanjang sesi adalah sama.
Gambar II.3 Doji Star
18
II.3.1.3 Pola Candlestick (Reversal Candle Patterns) Edianto Ong (2008) pola candlestick terdiri dari 3 pola candle. Dan ke 3 candle di bagi menjadi bullish reversal dan bearish reversal.
II.3.1.3.1 Pola 1 candle a) Bullish Reversal -
Southern Doji Keterangan
:
format
1
candle,
diawali
downtrend, open price dan close price hampir sama, candle tampak seperti tidak memiliki body.
Gambar II.4 Southern Doji
-
Southern Long-Leg Doji Keterangan
:
format
1
candle,
diawali
downtrend, open price dan close price hampir sama, candle tampak seperti tidak memiliki body, perbedaan dengan southern doji terletak pada panjang shadow, memiliki upper shadow maupun lower shadow yang lebih panjang. 19
Gambar II.5 Southern Long-Leg Doji
-
Dragonfly Keterangan
:
format
1
candle,
diawali
downtrend, candle memiliki lower shadow yang panjang, open price, close price dan high price hampir sama, sehingga candle tampak seperti tidak memiliki body.
Gambar II.6 Dragonfly
-
Hammer Keterangan
:
format
1
candle,
diawali
downtrend, candle memiliki lower shadow yang panjang, open price dan close price berjauhan 20
sehingga candle tampak memiliki body yang kecil, candle boleh berwarna hitam ataupun putih.
Gambar II.7 Hammer
-
Inverted Hammer Keterangan
:
format
1
candle,
diawali
downtrend, candle memiliki upper shadow yang panjang, open price dan close price berdekatan sehingga candle tampak memiliki body yang kecil, candle boleh berwarna hitam ataupun putih.
Gambar II.8 Inverted Hammer
21
-
Bullish Belt Hold Keterangan
:
format
1
candle,
diawali
downtrend, open candle ini gap-down dari candle sebelumnya, tapi kemudian close price ditutup menguat jauh di atas open price, candle tampak memiliki body yang kecil, body candle berwarna putih dan panjang, mirip white morubazu.
Gambar II.9 Bullish Belt Hold
b) Bearish Reversal -
Northern Doji Keterangan : format 1 candle, diawali uptrend,
open price dan close price hampir sama, candle tampak seperti tidak memiliki body.
Gambar II.10 Northern Doji
22
-
Northern Long-Leg Doji Keterangan : format 1 candle, diawali uptrend,
open price dan close price hampir sama, candle tampak seperti tidak memiliki body, perbedaan dengan northern doji hanya terletak pada panjang shadow, memiliki upper shadow maupun lower shadow yang lebih panjang.
Gambar II.11 Northern Long-Leg Doji
-
Gravestone Keterangan : format 1 candle, diawali uptrend,
candle memiliki upper shadow yang panajng, open price, close price dan low price hampir sama, candle tampak seperti tidak memiliki body.
Gambar II.12 Gravestone
23
-
Shooting Star Keterangan : format 1 candle, diawali uptrend,
candle memiliki upper shadow yang panajng, open price dan close price berdekatan sehingga candle tampak memiliki body yang kecil, candle boleh berwarna hitam maupun putih.
Gambar II.13 Shooting Star
-
Hanging Man Keterangan : format 1 candle, diawali uptrend,
candle memiliki lower shadow yang panjang, open price
dan close price berdekatan sehingga candle
tampak memiliki body yang kecil, candle berwarna hitam ataupun putih.
Gambar II.14 Hanging Man
24
-
Bearish Belt Hold Keterangan : format 1 candle, diawali uptrend,
open candle ini gad up dari close candle sebelumnya, kemudian close price ditutup melemah jauh di bawah open price, sehingga body candle berwarna hitam dan panjang mirip black marubozu. Gambar II.15 Bearish Belt Hold
II.3.1.3.2 Pola 2 candle a. Bullish Reversal -
Bullish Pregnant Keterangan : nama lain dari bullish harami,
format 2 candle, diawali downtrend, candle pertama berwarna hitam, candle kedua berwarna putih, body candle kedua berada di dalam body candle pertama.
Gambar II.16 Bullish Pregnant
25
-
Bullish Pregnant Cross Keterangan : nama lain dari bullish harami
cross, format 2 candle, diawali downtrend, candle pertama berwarna hitam, candle kedua berbentuk doji, doji tersebut berada di dalam body candle pertama.
Gambar II.17 Bullish Pregnant Cross
-
Bullish Homing Pigeon Keterangan
:
format
2
candle,
diawali
downtrend, candle pertama berwarna hitam, candle kedua juga berwarna hitam, body candle kedua berada di dalam body candle pertama. Gambar II.18 Bullish Homing Pigeon
26
-
Matching Low Keterangan
:
format
2
candle,
diawali
downtrend, candle pertama berwarna hitam, candle kedua juga berwarna hitam, sangat mirip dengan bullish homing pigeon, perbedaannya hanya terletak pada close candle kedua yang sama dengan close pertama pada pola mactcing low ini.
Gambar II.19 Bullish Homing Pigeon
-
Bullish Engulfing Keterangan
:
format
2
candle,
diawali
downtrend, candle pertama berwarna hitam, candle kedua berwarna putih, body candle pertama berada di dalam body candle kedua.
Gambar II.20 Bullish Engulfing
27
-
Piercing Line Keterangan
:
format
2
candle,
diawali
downtrend, candle pertama berwarna hitam, candle kedua berwarna putih, open candle kedua berada di bawah close candle pertama, kemudian close candle kedua melewati (di atas) pertengahan body candle pertama. Gambar II.21 Piercing Line
-
Tweezer Bottom Keterangan
:
format
2
candle,
diawali
downtrend, candle pertama berwarna hitam, candle kedua berwarna putih, yang diperhatikan pada pola ini adalah low candle pertama dan low candle kedua yang sama. Gambar II.22 Tweezer Bottom
28
b. Bearish Reversal -
Bearish Pregnant Keterangan : nama lain dari bearish harami,
format 2 candle, diawali uptrend, candle pertama berwarna putih, candle kedua berwarna hitam, body candle kedua berada di dalam body candle pertama.
Gambar II.23 Bearish Pregnant
-
Bearish Pregnant Cross Keterangan : nama lain dari bearish harami
cross, format 2 candle, diawali uptrend, candle pertama berwarna putih, candle kedua berbentuk doji, doji tersebut berada di dalam body candle pertama.
Gambar II.24 Bearish Pregnant Cross
29
-
Bearish Homing Pigeon Keterangan : format 2 candle, diawali uptrend,
perbedaan dengan bearish pregnant hanya terletak pada warna candle kedua, candle pertama berwarna putih, candle kedua juga berwarna putih, body candle kedua berada di dalam body candle pertama. Gambar II.25 Bearish Homing Pigeon
-
Matching High Keterangan : format 2 candle, diawali uptrend,
candle pertama berwarna putih, candle kedua juga berwarna putih, sangat mirip dengan bearish homing pigeon, perbedaannya terletak pada close candle kedua yang sama dengan close candle pertama pada pola matching high ini. Gambar II.26 Matching High
30
-
Bearish Engulfing Keterangan : format 2 candle, diawali uptrend,
candle
pertama
berwarna
putih,
candle
kedua
berwarna hitam, body candle pertama berada di dalam body candle kedua. Gambar II.27 Bearish Engulfing
-
Dark Cloud Cover Keterangan : format 2 candle, diawali uptrend,
candle
pertama
berwarna
putih,
candle
kedua
berwarna hitam, open candle kedua berada di atas close candle pertama, namun kemudian close candle kedua melewati (di bawah) pertengahan body candle pertama. Gambar II.28 Dark Cloud Covers
31
-
Tweezer Top Keterangan : format 2 candle, diawali uptrend,
candle
pertama
berwarna
putih,
candle
kedua
berwarna hitam, yang diperhatikan pada pola ini adalah high candle pertama dan high candle kedua yang sama.
Gambar II.29 Tweezer Top
II.3.1.3.3 Pola 3 candle a. Bullish Reversal -
Morning Star Keterangan : formasi terbentuk dari 3 candle, diawali downtrend, candle pertama berwarna hitam, candle kedua memiliki body yang kecil dan gap down dari candle pertama boleh berwarna hitam ataupun putih, candle ketiga harus ditutup menguat atau berwarna putih.
32
Gambar II.30 Morning Star
-
Morning Doji Star Keterangan : formasi terbentuk dari 3 candle,
diawali downtrend, candle pertama berwarna hitam, candle kedua berbentuk doji
dan
gap down dari
candle pertama, candle ketiga harus ditutup menguat atau berwarna putih.
Gambar II.31 Morning Doji Star
-
Bullish Abandoned Baby Keterangan : formasi 3 candle, diawali
downtrend, candle pertama berwarna hitam, candle kedua gap down dari candle pertama boleh berwarna
33
putih ataupun hitam, candle ketiga berwarna putih dan gap up dari candle kedua. Gambar II.32 Bullish Abandoned Baby
-
Morning Tri Star Keterangan : formasi 3 candle, diawali
downtrend, candle pertama, candle kedua maupun candle ketiga berbentuk doji atau memiliki body yang kecil. Gambar II.33 Bullish Abandoned Baby
-
Three White Soldiers Keterangan : formasi 3 candle, diawali
downtrend,
candle
pertama,
kedua
dan
ketiga
semuanya berwarna putih dan umumnya memiliki 34
body yang panjang, open candle kedua dan ketiga berada di bawah close candle sebelumnya, namun close candle kedua dan ketiga ditutup di atas candle sebelumnya. Gambar II.34 Three White Soldiers
b. Bearish Reversal -
Evening Star Keterangan : format 3 candle, diawali uptrend,
candle pertama berwarna putih, candle kedua memiliki body yang kecil, gap up dari candle pertama, boleh berwarna putih ataupun hitam, candle ketiga harus melemah atau berwarna hitam. Gambar II.35 Evening Star
35
-
Evening Doji Star Keterangan : format 3 candle, diawali uptrend,
candle
pertama
berwarna
putih,
candle
kedua
berbentuk doji (long leg doji) dan gap up candle pertama, candle ketiga harus melemah dan berwarna hitam. Gambar II.36 Evening Doji Star
-
Bearish Abandoned Baby Keterangan : format 3 candle, diawali uptrend,
candle pertama berwarna putih, candle kedua gap up dari candle pertama boleh putih ataupun hitam, candle ketiga berwarna hitam dan gap down dari candle kedua. Gambar II.37 Bearish Abandoned Baby
36
-
Evening Tri Star Keterangan : format 3 candle, diawali uptrend,
candle pertama, kedua, ketiga berbentuk doji atau memiliki body yang kecil. Gambar II.38 Evening Tri Star
-
Three Black Crows Keterangan : format 3 candle, diawali uptrend,
candle pertama, kedua dan ketiga semuanya berwarna hitam dan memiliki body yang panjang, open candle kedua dan ketiga berada di atas close candle sebelumnya, namun close candle kedua dan ketiga ditutup di bawah close candle sebelumnya. Gambar II.39 Three Black Crows
37
II.3.1.4 Pola Kelanjutan Candlestick (Continuation Candle Patterns) II.3.1.4.1 Bullish Continuation Patterns -
Upward Gap Tasuki Keterangan : format 2 candle, diawali uptrend,
candle pertama berwarna putih dan gap up dari candle sebelumnya, candle kedua berwarna hitam, low candle kedua tidak menembus high candle sebelum candle pertama.
Gambar II.40 Upward Gap Tasuki
-
Rising Three Keterangan : format 5 candle, diawali uptrend,
candle pertama berwarna putih dan memiliki body yang panjang, diikuti 3 candle lebih pendek di dalam range candle pertama, candle kedua, ketiga dan keempat boleh berwarna putih maupun hitam, candle kelima harus berwarna putih dan memiliki body yang panjang, close candle kelima di atas high candle pertama. 38
Gambar II.41 Rising Three
II.3.1.4.2 Bearish Continuation Patterns -
Downward Gap Tasuki Keterangan
:
format
2
candle,
diawali
downtrend, candle pertama berwarna hitam dan gap down dari candle sebelumnya, candle kedua berwarna putih, high candle kedua tidak menembus low candle sebelum candle pertama.
Gambar II.42 Downward Gap Tasuki
39
-
Falling Three Keterangan
:
format
5
candle,
diawali
downtrend, candle pertama berwarna hitam dan memiliki body yang panjang, diikuti 3 candle lebih pendek di dalam range candle pertama, candle kedua, ketiga dan keempat boleh berwarna putih maupun hitam, candle kelima harus berwarna hitam dan memiliki body yang panjang, close candle kelima di bawah low candle pertama.
Gambar II.43 Falling Three
II.4 Moving Average (MA) Menurut Edianto Ong (2008) moving average (MA) adalah indikator yang paling luas digunakan oleh para teknikal karena sangat mudah digunakan ataupun dianalisis. Berdasarkan indikator ini nantinya berkembang menjadi banyak varian.
40
Data pergerakan harga saham digunakan pada suatu formula dan hasilnya ditampilkan sebagai sebuah garis pada charts. Garis ini digunakan untuk mendeteksi tren pergerakan harga saham, yaitu memberikan sinyal suatu tren baru atau sebagai konfirmasi bahwa tren yang sedang berlangsung akan reversal. Garis moving average (MA) juga dapat digunakan sebagai pengganti garis tren konvensional dalam fungsi menentukan support dan resistance. Fungsi lain pada moving average (MA) adalah untuk meredam fluktuasi yang terlalu liar pada harga saham maupun indicator lainnya (P.277). Moving average (MA) terbagi menjadi tiga jenis yaitu : 1. SMA (simple moving average) 2. WMA (weighted moving average) 3. EMA (exponential moving average ) Namun dalam skripsi ini hanya dibahas mengenai metode simple moving average.
II.4.1 SMA (Simple Moving Average) Simple moving average mencerminkan harga rata-rata dari nilai pergerakan suatu saham di dalam rentang waktu tertentu secara sederhana. Harga rata-rata yang paling umum digunakan adalah harga penutupan. Semakin singkat periode waktu yang digunakan maka akan menghasilkan sinyal yang semakin sensitif. Sisi negatifnya akan terdapat lebih banyak whipsaws. Sedangkan semakin panjang periode waktu yang digunakan sebaliknya akan 41
menghasilkan sinyal yang lebih lambat namun efektif meredam whipsaws. Menurut Dedhy Sulistiawan dan Liliana (2007) simple moving average adalah indikator analisis teknikal modern yang paling sederhana cara perhitungannya dan mudah dipelajari. Simple moving average dihitung dari penjumlahan harga saham X hari sebelumnya dibagi dengan X hari. Harga saham yang biasa dipakai adalah harga penutupan, namun harga rata-rata maupun pembukaan juga dapat digunakan. Dalam analisis teknikal ini simple moving average yang digunakan adalah MA5 dan MA20. MA5 dan MA20 digunakan sebagai indikator untuk memprediksi trend harga pergerakan saham dari saham BUMI yang akan mendatang. MA5 adalah harga rata-rata 5 hari perdagangan sebelumnya. MA20 adalah harga rata-rata 20 hari perdagangan sebelumnya.
Rumus MA5 adalah : MA (5) = (P5+P4+P3+P2+P1) / 5 Keterangan : MA (5 )
: rata-rata bergerak sederhana 5 periode
P5
: harga saham 5 hari sebelumnya
P4
: harga saham 4 hari sebelumnya
P3
: harga saham 3 hari sebelumnya
P2
: harga saham 2 hari sebelumnya
42
P1
: harga saham 1 hari sebelumnya
Contoh : harga saham BUMI dari tanggal 1-7 September 2009 ( dengan catatan tanggal atau hari kerja bursa efek) adalah 2825, 2725, 2900,2875, 2925 dan n = 5.
MA (5) = (2825+2725+2900+2875+2925) / 5 = 2850 Rumus MA20 adalah :
MA (20) = (P20+P19+P18+..........+P5+P4+P3+P2+P1) / 20 Nilai-nilai perhitungan tersebut ditampilkan menjadi sebuah garis dalam charts yang dapat memberikan sinyal kepada traders. Sinyal tersebut bisa berupa sinyal beli maupun sinyal jual tergantung pada pergerakan harga saham yang melintasi garis SMA tersebut. Bila harga bergerak dari bawah memotong ke atas garis SMA maka menghasilkan sinyal beli. Sebaliknya bila harga bergerak dari atas memotong ke bawah garis SMA maka menghasilkan sinyal jual. Bila MA5 memotong dari atas kebawah MA20 maka harga akan turun (death cross) menghasilkan sinyal beli, bila MA5 memotong dari bawah ke atas MA20 maka harga akan naik dan menghasilkan harga naik (golden cross) menghasilkan sinyal jual. Moving Average dinyatakan telah tertembus (valid break) bila harga penutupan telah berada di luar garis MA. 43
Garis SMA mempunyai periode lebih singkat akan menempel lebih dekat dengan harga saham. Artinya garis SMA tersebut lebih cocok digunakan untuk traders yang memiliki time horizon lebih short term.
Contoh analisis moving average dapat dilihat pada gambar berikut ini . Grafik II.5 Contoh Moving Average
Bila diperhatikan maka terlihat jelas bahwa semua moving average adalah lagging indicator yang selalu berada di belakang harga. Dalam kategori sebagai trend following indicators, bila harga saham sedang uptrend maka garis MA akan membayangi dari bawah, bila harga sedang downtrend maka garis MA akan membayangi dari atas.
44
Rangkuman SMA (Simple Moving Average): -
Menentukan trend, support dan resistance.
-
Menandakan sinyal bullish dan sinyal bearish.
-
Bila harga saham di atas garis SMA = buliish.
-
Bila harga saham di bawah garis SMA = bearish.
-
Sebagai filter pada pergerakan harga/ indikator lain.
45