BAB 3 LANDASAN TEORI
3.1.
Six Sigma
3.1.1. Sejarah dan Perkembangan Six Sigma Pada awalnya, konsep Six sigma di dalam dunia industri diperkenalkan dan dipergunakan pertama kali oleh salah satu perusahaan peralatan elektronik yang berbasis di Amerika Serikat, yaitu Motorola Incorporated pada tahun 1979. Pada saat itu Motorola menghadapi kesulitan besar dan berada di dalam bahaya karena kemampuan bersaing yang dimiliki oleh perusahaan tertinggal cukup jauh dari para pesaingnya, terutama perusahaan-perusahaan Jepang yang dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik dengan harga yang lebih murah. Setelah menyadari bahwa permasalahan utama pada perusahaan adalah buruknya kualitas produk-produk yang dihasilkan, maka Motorola melakukan penelitian dan pengembangan yang akhirnya membawa mereka pada metodologi Six sigma. Sampai pada tahun 1993, kebanyakan proses yang ada di Motorola sudah mencapai tingkat hampir 6 sigma. Dan setelah empat tahun menerapkan Six sigma, penghematan yang diterima perusahaan mencapai $ 2,2 juta. Untuk kesuksesannya menerapkan Six sigma, Motorola mendapatkan Malcom Baldrige National Award pada tahun 1998.
45 Sekarang six sigma telah digunakan oleh beberapa perusahaan dunia seperti General Electric, Dupont Chemical, dan lain-lain dan terbukti memberikan keberhasilan dalam peningkatan produktivitas, penurunan biaya kegagalan, penghematan biaya manufaktur, dan peningkatan tingkat pertumbuhan tahunan.
3.1.2. Pengertian Six sigma Sigma adalah huruf ke-18 dari alphabet Yunani yang menggambarkan standar deviasi atau variasi. Breakthrough Management Group (2004) juga mendefinisikan Six sigma sebagai suatu filosofi total manajemen dalam artikelnya “What Is Six sigma”. Secara sederhana, Six sigma merupakan suatu pendekatan bagi pengambilan keputusan dalam usaha peningkatan proses yang didesain untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya-biaya. Pengertian mengenai Six sigma telah dicoba untuk disimpulkan oleh beberapa pakar, yaitu sebagai berikut: 1. Six sigma Institute menjelaskan bahwa Six sigma berarti pengukuran kualitas untuk mencapai kesempurnaan serta merupakan metodologi untuk mengeliminasi cacat di semua proses mulai dari manufaktur sampai transaksional dan dari produk sampai jasa. 2. Vincent Gaspersz (2002, p9) dalam bukunya “Pedoman Implementasi Program Six sigma“ mengutarakan bahwa Six sigma merupakan ukuran target kinerja industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan pelanggan (pasar). Six sigma juga dapat dipandang sebagai pengendalian proses
46 industri berfokus pada pelanggan, melalui penekanan pada kemampuan proses (process capability). 3. Six sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (Defect Per Million Opportunity – DPMO) untuk setiap transaksi produk (barang atau jasa). Six sigma merupakan sebuah terobosan baru dalam bidang manajemen kualitas berupa suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan kualitas dramatik menuju tingkat kegagalan 0 (zero defect). Masalah kualitas dapat didefinisikan sebagai kesenjangan atau gap antara kinerja kualitas aktual dan target kinerja yang diharapkan. Oleh karena target kinerja dari six sigma adalah menuju tingkat kegagalan 0 atau tingkat kepuasan 100% bagi pelanggan, maka masalah kualitas berkaitan dengan segala bentuk ketidakpuasan (terdapat kesenjangan antara kebutuhan aktual dari pelanggan dan tingkat kinerja produk dan pelayanan yang diberikan, atau merupakan kebutuhan aktual pelanggan yang tidak dapat dipenuhi melalui produk dan pelayanan yang diberikan oleh suatu proses). (Gaspersz, 2002, p236). 4. Six sigma adalah sebuah sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, mempertahankan, dan memaksimalkan sukses bisnis. Six sigma secara unik dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap kebutuhan pelanggan, pemakaian yang disiplin terhadap fakta, data, dan analisis statistik, dan perhatian yang cermat untuk mengelola, memperbaiki, dan menanamkan kembali proses bisnis. (Pande; Neuman; Cavanagh, 2002, pxi).
47
3.1.3. Six sigma dari Sudut Pandang Statistik Secara statistik, Six sigma ditandai dengan nilai 3,4 DPMO yang berarti bahwa pelanggan akan puas bila mereka menerima nilai sebagaimana yang mereka harapkan dan perusahaan boleh mengharapkan hanya akan ada 3,4 kegagalan dalam sejuta kesempatan (DPMO) atau mengharapkan bahwa 99,99966% dari apa yang diharapkan pelanggan ada di produk tersebut. Nilai DPMO atas suatu sigma diperoleh dengan cara menggunakan perhitungan distribusi normal. Misalnya untuk 3 sigma, dengan menggunakan tabel distribusi normal akan didapatkan nilai 0,998650. Kemudian dilakukan perhitungan 1-0,998650 untuk mendapatkan nilai di atas spesifikasi, sehingga hasil yang didapat adalah 0,001350. Dengan nilai mean yang berada di tengah-tengah distribusi, maka dapat disimpulkan pula bahwa jumlah kemungkinan kegagalan di bawah spesifikasi adalah sama dengan jumlah kemungkinan di atas spesifikasi. Sehingga, didapatkan jumlah kemungkinan kegagalan adalah 0,002700 atau 2700 per sejuta pada level 3 sigma. Namun, konsep Six sigma yang dikembangkan oleh Motorola berbeda dengan konsep distribusi normal yang tidak memberikan kelonggaran akan pergeseran. Sedangkan konsep Six sigma Motorola ini mengijinkan pergeseran 1,5 sigma dari nilai target. Nilai pergeseran 1,5 sigma ini diperoleh dari hasil penelitian Motorola atas proses dan sistem industri. Berdasarkan data-data historis selama bertahun-tahun yang dimiliki oleh Motorola, diperoleh bahwa proses yang terdapat pada perusahaan selalu mengalami pergeseran (drift) nilai tengah rataan (mean) sebesar 1,5σ setiap tahunnya seiring berjalannya waktu. Pergeseran ini disebut sebagai Long Term Dynamic Mean Variation. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah bahwa suatu proses industri
48 (terutama mass production) yang paling bagus sekalipun tidak akan 100% berada pada satu titik nilai target, tapi akan ada pergeseran sebesar rata-rata 1,5 sigma dari nilai tersebut. Pada perhitungan distribusi normal biasa, nilai 3,4 DPMO hanya menghasilkan 4,5σ dan bukan 6σ seperti seharusnya. Jumlah kecacatan yang diperbolehkan dalam Six sigma menurut distribusi normal adalah 2 DPBO (Defect Per Billion Opportunities). Sedangkan Dengan pergeseran nilai sesuai dengan konsep Motorola, untuk tingkat 6 sigma akan diperoleh nilai DPMO sebesar 3,4 per sejuta. Nilai DPMO tersebut juga dapat diperoleh dengan menggunakan tabel konversi nilai sigma dengan 1,5 shift berikut yang bersumber dari buku “Pedoman Implementasi Program Six sigma”. Tabel 3.1 Perbandingan True Six sigma dengan Motorola’s Six sigma True 6-Sigma Process (Normal Distribution Centered) Batas Spesifikasi (LSL – USL)
1-Sigma 2-Sigma 3-Sigma 4-Sigma 5-Sigma 6-Sigma
Persentase yang memenuhi spesifikasi (LSL – USL)
68,27% 95,45% 99,73% 99,9937% 99,999943% 99,9999998%
DPMO (kegagalan/cacat per sejuta kesempatan)
317.300 45.500 2.700 63 0,57 0,002
Motorola's 6-Sigma Process (Normal Distribution Shifted 1,5-Sigma) Batas Spesifikasi (LSL – USL)
1-Sigma 2-Sigma 3-Sigma 4-Sigma 5-Sigma 6-Sigma
Persentase yang memenuhi spesifikasi (LSL – USL)
30,8538% 69,1462% 93,3193% 99,3790% 99,9767% 99,99966%
DPMO (kegagalan/cacat per sejuta kesempatan)
691.462 308.538 66.807 6.210 233 3,4
Sumber: Gasperz, 2002,p11
3.1.4. Tujuan Six sigma Six sigma bertujuan untuk mencapai tingkat kualitas Six sigma (Six sigma Quality Level), yaitu 3,4 Defect Per Million Opportunities (DPMO) dan meningkatkan profitabilitas dari perusahaan (Harry & Schroeder, 2000, pvii). Selain itu bertentangan
49 dengan apa yang banyak dipercaya oleh beberapa perusahaan dan konsultan, tujuan daripada Six sigma bukanlah sekedar untuk mencapai tingkat kualitas enam sigma. Akan tetapi Six sigma memiliki tujuan utama untuk meningkatkan perolehan keuntungan dan daya saing perusahaan dengan menghilangkan variasi, cacat dan waste yang dapat mengurangi kepercayaan pelanggan.
3.1.5. Strategi Penerapan Six sigma The Six sigma Breakthtough Strategy atau strategi penerapan Six sigma diciptakan oleh DR. Mikel Harry dan Richard Schroeder. Strategi ini merupakan metode sistematis yang menggunakan pengumpulan data dan analisis statistik untuk menentukan sumber-sumber variasi dan cara-cara untuk menghilangkannya. Dalam penerapan Six sigma, terdapat 8 (delapan) tahap dasar, yaitu identifikasi (identify), definisi (define), pengukuran (measure), analisis (analyze), perbaikan (improve), kontrol (control), standar (standardize) dan integrasi (integrate). Inti dari strategi ini adalah tahap Measure-Analyze-Improve-Control. Namun, tahap definisi sering dimasukkan ke dalam inti strategi Six sigma, sehingga tahapannya menjadi Define-Measure-Analyze-Improve-Control. Tahapan ini dilakukan secara berulang dan membentuk siklus peningkatan kualitas Six sigma seperti dilihat pada Gambar 3.1 berikut.
50
Gambar 3.1 Siklus DMAIC Sumber: www.apertis.com/e_SSix3.html
Fase-fase DMAIC :
Define
:
mengklarifikasi masalah, tujuan dan proses
Membuat pernyataan masalah sedapat mungkin spesifik dan berdasarkan fakta, fokuskan kepada apa yang dapat diamati dan disusun, bukan pada perkiraan atau asumsi-asumsi. Kemudian tentukan tujuan yang akan dicapai.
Measure :
mendasarkan dan menyaring masalah
Memvalidasi atau menyaring masalah dan memulai meneliti akar masalah, memperhatikan Output yang dihasilkan dan melihat pengaruhnya terhadap pengguna sistem, serta menemukan komponen yang paling signifikan pada masalah, sehingga analisa dan solusi akan ditargetkan dengan baik.
Analyze :
analisa akar masalah
Melihat pada proses dan data untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab yang mungkin, menemukan penyebab yang diperkirakan dan berusaha memvalidasinya melalui analisis.
51
Improve :
menghasilkan, memilih dan mengimplementasi solusi-solusi
Menemukan ide-ide yang mungkin akan membantu kita mengatasi akar masalah dan mencapai tujuan, menentukan ide mana yang menjadi solusi-solusi potensial, dan memilih solusi yang paling tepat dengan biaya dan gangguan yang paling sedikit. Pada akhirnya menguji solusi yang kita pilih untuk memastikan keefektifannya kemudian mengimplementasikannya secara permanen.
Control :
memperbaiki
kesalahan-kesalahan
yang
muncul
setelah
pengimplementasian dan menetapkan standar untuk menjaga efektivitas kinerja serta melakukan review.
Jika ditinjau secara umum, siklus DMAIC ini sebenarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari siklus PDCA yang disusun oleh William E. Deming. Perbandingan antara siklus DMAIC dan PDCA dapat dilihat pada Gambar 3.2 di bawah ini.
Gambar 3.2 Perbandingan antara Siklus PDCA dan DMAIC
52
3.1.6. Critical To Quality (CTQ) Output dari sebuah proses dapat berupa produk maupun jasa. Variabel Output dapat berupa waktu delivery atau dimensi dari produk itu sendiri. Kunci penting dari Output (important key process Output) biasanya dikategorikan berdasarkan pengaruhnya (area of impact), yaitu critical to quality, critical to cost, critical to delivery dan critical to process (Breyfogle, 1999, p240). Critical To Quality (CTQ) adalah berbagai persyaratan yang dikehendaki oleh pelanggan terhadap suatu produk atau jasa. Dalam buku “Pedoman Implementasi Program Six sigma”, Vincent Gaspersz (2002, p73) dijelaskan bahwa CTQ merupakan karakteristik kualitas yang ditetapkan seyogyanya berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik pelanggan, yang diturunkan secara langsung dari persyaratanpersyaratan Output dan pelayanan. Kebutuhan spesifik pelanggan harus dapat diterjemahkan secara tepat ke dalam karakteristik kualitas yang ditetapkan oleh manajemen organisasi.
3.1.7. Biaya Akibat Kualitas yang Buruk (Cost of Poor Quality) Kualitas produk yang buruk akan mengakibatkan kerugian dalam suatu nilai tertentu baik bagi produsen maupun konsumen. Perusahaan yang memiliki proses pada tingkat 3 sigma akan kehilangan 25 – 40% dari total penjualan sebagai biaya kualitas (cost of quality) mereka. Sedangkan untuk perusahaan dengan tingkat sigma mencapai 6 sigma hanya akan kehilangan 5% dari total penjualan mereka sebagai biaya kualitas. Keterkaitan antara tingkat sigma, DPMO serta COPQ dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini.
53
Tabel 3.2 Hubungan Tingkat Sigma, DPMO serta COPQ Tingkat Pencapaian Sigma 1-sigma 2-sigma 3-sigma 4-sigma 5-sigma 6-sigma
DPMO 691.462 (sangat tidak kompetitif) 308.538 (rata-rata industri Indonesia) 66.807 6.210 (rata-rata industri USA) 233 3,4 (industri kelas dunia)
COPQ Tidak dapat dihitung Tidak dapat dihitung 25-40% dari penjualan 15-25% dari penjualan 5-15% dari penjualan < 1% dari penjualan
Setiap peningkatan atau pergeseran 1-sigma akan memberikan peningkatan keuntungan sekitar 10% dari penjualan
Sumber: Gasperz, 2002, p3
Pandangan tradisional mengenai perbaikan kualitas menunjukkan bahwa perbaikan kualitas merupakan hal yang sama atau sesuai dengan hukum pendapatan yang berkurang (The law of diminishing return) di dalam perbandingan antara kecacatan produk dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pengendalian atau perbaikan kualitas terhadap produk tersebut. Gambar 3.3 di bawah ini menggambarkan hubungan antara biaya dan tingkat cacat.
Gambar 3.3 Kesetimbangan antara Tingkat Cacat dengan Biaya Pengendalian Sumber: Mikel & Harry, 2000. p28
Namun DR. Mikel Harry dan Richard Schroeder mengutarakan bahwa pandangan modern mengenai perbaikan kualitas menunjukkan bahwa dapat terjadi
54 pergeseran pada titik kesetimbangan tadi seiring dengan berubahnya performansi perusahaan.
Gambar 3.4 Pergeseran Tingkat Kesetimbangan Akibat Perubahan Tingkat Sigma Sumber: Mikel & Harry, 2000, p29
DR. Mikel Harry & Richard Schroeder (2000, p30) dalam bukunya “The Breakthrough Management Strategy Brainstorming The World’s Top Corporations” menggolongkan biaya kualitas ke dalam 4 kategori, yaitu : 1. Biaya pencegahan (preventive cost) Biaya ini bersumber dari hal-hal sebagai berikut: -
Perencanaan kualitas
-
Perencanaan proses
-
Pengendalian proses
-
Pelatihan dan program pengembangan lainnya
2. Biaya penilaian (appraisal cost) Appraisal cost bersumber dari berbagai hal berikut: -
Inspeksi
-
Pengujian
55 -
Audit kualitas
-
Biaya awal (initial cost) dan biaya pemeliharaan perlengkapan pengujian
3. Biaya kesalahan internal (internal failure cost) Biaya kesalahan internal bersumber dari hal-hal berikut: -
Scrap akibat proses
-
Pengerjaan ulang (rework) akibat proses
-
Scrap dan rework yang diakibatkan oleh supplier
4. Biaya kesalahan eksternal (external failure cost) Biaya ini berumber dari hal-hal berikut: -
Biaya yang harus dikeluarkan konsumen
-
Biaya garansi produk
-
Penyesuaian
atau
tindakan
terhadap
keluhan
pelanggan
(complaints
adjustments) -
Material atau produk yang dikembalikan (returned goods) oleh konsumen
3.1.8. Pengukuran Kinerja Baseline Six sigma adalah metode yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas. Parameter yang dapat dijadikan dasar dalam pengukuran tingkat kinerja (Baseline kinerja) adalah DPMO dan/atau tingkat kapabilitas proses. Dengan demikian, peningkatan kualitas akan dapat terukur melalui perbandingan nilai-nilai tersebut. Defects Per Million Opportunities merupakan peluang terjadinya cacat untuk satu karakteristik yang penting bagi kualitas pada satu produk di dalam satu juta kemungkinan.
56
3.2.
Kualitas
3.2.1. Definisi Kualitas Kualitas atau mutu merupakan faktor penting bagi konsumen dalam menentukan pilihannya terhadap suatu produk atau jasa tertentu. Dengan demikian, kualitas dari produk atau jasa akan mempengaruhi tingkat perkembangan dan kemajuan perusahaan. Vincent Gaspersz mengutarakan bahwa kualitas memiliki definisi yang berbeda berdasarkan penerapannya di bidang kehidupan yang berbeda. Kualitas dalam bidang industri dapat didefinisikan secara konvensional dan secara strategik. Definisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk, seperti performansi (performance), keandalan (reliability), mudah dalam penggunaan (ease of use), estetika (esthetics), dan sebagainya. Sedangkan definisi strategik menyatakan bahwa kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan. Secara umum, kualitas adalah pemenuhan kebutuhan dan harapan pelanggan atau bahkan dapat melebihi kebutuhan dan harapan dari pelanggan tersebut. Karakteristik kualitas yang dipedulikan oleh pelanggan bukan hanya penilaian terhadap seberapa baik suatu produk diproduksi, tapi juga menyangkut hal-hal seperti harga, jasa, syarat pembayaran, gaya, ketersediaan, frekuensi diperbarui dan ditingkatkan serta dukungan teknis (Pyzdek, 2002, p119). Hubungan antara kualitas dan kepuasan pelanggan berdasarkan deskripsi kualitas secara umum tersebut telah dikembangkan oleh Noritaki Kano dan dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut.
57
Gambar 3.5 Model Kano Sumber: Pyzek, 2002, p122
3.2.2. Kualitas menurut Para Pakar Kualitas Beberapa pakar kualitas di antaranya William Deming, Joseph M. Juran, Armand V. Feigenbaum, Geinichi Taguchi, Philip Crosby mendefinisikan kualitas sebagai berikut: 1. Kualitas menurut Joseph M. Juran Kualitas adalah pemenuhan kebutuhan, menurut Joseph M. Juran (Kolarik, 1999, p5). Ia juga berpendapat suatu produk dapat dikatakan berkualitas apabila produk tersebut memiliki kemampuan, seperti dapat diandalkan, memiliki pelayanan yang memadai untuk perbaikan, mudah dipelihara, tahan lama serta mudah digunakan untuk memuaskan konsumen pemakainya (Quality is customer satisfaction). 2. Kualitas menurut Philip Crosby Philip Crosby mendefinisikan kualitas sebagai “conformance to requirements” yang artinya kualitas adalah kesesuaian produk dengan kriterianya (Gyrna, 2001, p2). Ia juga menekankan bahwa satu-satunya standar kinerja kualitas adalah zero defect.
58 3. Kualitas menurut William Edwards Deming Menurut William Deming, kualitas harus memiliki tujuan yang berdasarkan pada kebutuhan konsumen di masa sekarang maupun di masa depan (Kolarik, 1999, p5). 4. Kualitas menurut Armand V. Feigenbaum Armand Feigenbaum mengemukakan pendapatnya mengenai definisi kualitas, yaitu bahwa kualitas adalah keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa teknik, manufaktur dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan tersebut memenuhi ekspektasi konsumen (Kolarik, 1999, p5). 5. Kualitas menurut Genichi Taguchi Taguchi mendefinisikan kualitas dalam cara yang negatif, yaitu kerugian (dari variasi fungsi dan efek yang merusak) suatu produk kepada masyarakat setelah produk tersebut dikirimkan, selain dari kerugian yang disebabkan oleh fungsi intrinsik yang dimilikinya (Kolarik, 1999, p5). 6. Kualitas menurut Vincent Gaspersz Vincent Gaspersz (1998, p1) dalam bukunya “Statistical Process Control: Manajemen Bisnis Total” menjelaskan kualitas sebagai segala sesuatu yang memuaskan pelanggan atau sesuai dengan persyaratan dan kebutuhan. Ia juga mendefinisikan kualitas sebagai konsistensi peningkatan dan penurunan variasi karakteristik produk agar dapat memenuhi spesifikasi dan kebutuhan guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun eksternal.
59
3.3.
Tools Six sigma Dalam pelaksanaannya, proyek Six sigma memerlukan berbagai tools yang telah
dikenal sejak lama untuk mendukung proyek.
3.3.1. Diagram Pareto Vilfredo Pareto, seorang ahli ekonomi dari Italia pada abad ke-19 mengemukakan aturan 80/20 yang kemudian sering disebut sebagai Prinsip Pareto. Prinsip ini menjelaskan bahwa 80% dari semua masalah disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. Analisa Pareto bertujuan untuk mengurutkan dan memprioritaskan penyebab atau hasil secara sistematis serta hubungannya dengan performansi lalu sehingga dapat membantu analis untuk memvisualisasikan penyimpangan distribusi (Kolarik, 1999, p562). Analisis pareto adalah proses dalam memperingkat peluang untuk menentukan peluang potensial mana yang harus dikejar lebih dahulu. Analisis pareto harus digunakan pada berbagai tahap dalam suatu program peningkatan kualitas untuk menentukan langkah mana yang diambil berikutnya. Diagram pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling kiri, dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang terendah serta ditempatkan pada sisi paling kanan.
60 Pada dasarnya diagram pareto digunakan sebagai alat interpretasi untuk: -
Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari masalah yang ada.
-
Memfokuskan perhatian pada isu-isu kritis dan penting melalui pembuatan rangking terhadap masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari masalah itu dalam bentuk yang signifikan.
Gambar 3.6 Contoh Diagram Pareto Sumber: www.clarsandon.com/Border_PAR.htm
3.3.2. Diagram SIPOC (Supplier-Input-Process-Output-Customer) SIPOC adalah alat yang paling banyak digunakan dan penting dalam manajemen dan peningkatan proses. SIPOC merupakan singkatan dari Supplier – Input – Process – Output – Customer dan didefinisikan sebagai berikut: 1. Supplier adalah orang atau sekelompok orang yang memberikan material, informasi kunci, atau sumber daya lain kepada proses. Supplier dapat juga merupakan proses sebelum proses yang menjadi fokus. 2. Input adalah segala sesuatu yang diberikan pemasok kepada proses.
61 3. Process merupakan sekumpulan langkah yang mentransformasi input sehingga nilainya bertambah. 4. Output adalah produk, baik berupa barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses. 5. Customer adalah orang atau sekelompok orang atau sub-proses yang menerima Output.
Gambar 3.7 Diagram SIPOC Sumber: www.sixsigma.de/sixsigma/6s_env.htm
3.3.3. Peta Kendali (Control Chart) Peta kendali pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart dari Bell Telephone Laboratories, Amerika Serikat pada tahun 1924. Pembuatan peta kendali dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab khusus (special-causes variation) dan variasi yang disebabkan oleh penyebab umum (common-causes variation). Dengan peta kendali, manajemen memperoleh informasi mengenai hal-hal berikut: 1. Karakteristik operasi proses dari waktu ke waktu 2. Variasi penyebab umum yang dapat diharapkan pada proses
62 3. Apakah variasi penyebab umum memenuhi spesifikasi 4. Kehadiran variasi penyebab khusus
Peta kendali dibuat berdasarkan pada tipe datanya. Dalam konteks pengendalian proses statistik, dikenal 2 (dua) jenis data, yaitu: 1. Data variabel (variables data); adalah data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis. 2. Data atribut (attributes data); merupakan data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis.
Berdasarkan kedua tipe data tersebut, peta kendali terbagi atas peta kendali untuk data variabel dan peta kendali untuk data atribut, yaitu: 1. Peta kendali untuk data variabel -
Peta kendali x dan R; menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam ukuran titik pusat (central tendency) atau rata-rata dari suatu proses serta dan dalam ukuran variasi yang berkaitan dengan perubahan homogenitas produk yang dihasilkan melalui suatu proses.
-
Peta kendali x dan MR; diterapkan pada proses produksi yang sangat lama dan menggunakan 100% inspeksi.
2. Peta kendali untuk data atribut -
Peta kendali p; digunakan untuk mengukur proprosi ketidak sesuaian atau penyimpangan yang sering disebut sebagai cacat dari item produk yang dihasilkan dalam suatu proses.
63 -
Peta kendali np; merupakan peta kendali yang hampir sama dengan peta kendali p, kecuali bahwa dalam peta kendali np tidak terjadi perubahan skala pengukuran.
-
Peta kendali c; diterapkan pada kasus-kasus di mana toleransi atas kelemahan satu atau beberapa titik spesifik yang tidak memenuhi syarat namun tidak mempengaruhi fungsi dari item yang diperiksa.
-
Peta kendali u; mengukur banyaknya ketidak sesuaian dalam periode pengamatan tertentu yang mungkin memiliki ukuran contoh atau sampel item yang diperiksa.
Gambar 3.8 Contoh Peta Kendali Sumber: www.healthcare.isixsigma.com/control_chart/c_chart_control_chart.asp
3.3.4. Diagram Sebab-Akibat (Cause–Effect / Fishbone Diagram) Diagram sebab akibat atau yang sering disebut sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram) atau diagram Ishikawa (Ishikawa’s diagram) diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1953. Diagram sebab akibat ini merupakan diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat secara sistematis.
64 Kegunaan cause and effect (fishbone diagram adalah untuk menampilkan bentuk gambar dari hal yang diidentifikasi dan mengorganisasi kemungkinan-kemungkinan akar masalah, atau faktor-faktor yang diperlukan untuk kesuksesan suatu aktivitas. Diagram ini adalah sebuah alat yang efektif untuk melihat kaitan antar elemen dalam mempelajari proses, sistuasi dan untuk perencanaan. Diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk berbagai kebutuhan berikut: 1. Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah 2. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah 3. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut
Dalam menggambar cause and effect (fishbone) diagram ada beberapa kategori umum sumber penyebab berdasarkan prinsip 7M, yaitu : 1. Manpower (tenaga kerja); berkaitan dengan kekurangan dalam pengetahuan (tidak terlatih, tidak berpengalaman), kekurangan dalam ketrampilan dasar yang berkaitan dengan mental dan fisik, kelelahan, stress, ketidakpedulian, dll. 2. Machines (mesin-mesin) dan peralatan : berkaitan dengan tidak ada sistem perawatan preventif terhadap mesin-mesin produksi, termasuk fasilitas dan peralatan lain, tidak sesuai dengan spesifikasi tugas, tidak dikalibrasi, terlalu complicated, terlalu panas, dll. 3. Methods (metode kerja): berkaitan dengan tidak ada prosedur dan metode kerja yang benar, tidak jelas, tidak diketahui, tidak terstandarisasi, tidak cocok, dll. 4. Materials (bahan baku dan bahan penolong) : berkaitan dengan ketiadaan spesifikasi kualitas dari bahan baku dan bahan penolong yang digunakan, ketidaksesuaian dengan spesifikasi kualitas bahan baku dan bahan penolong yang
65 ditetapkan, ketiadaan penanganan yang efektif terhadap bahan baku dan bahan penolong itu, dll. 5. Media : berkaitan dengan tempat dan waktu kerja yang tidak memperhatikan aspek-aspek kebersihan, kesehatan dan keselamatan kerja, dan lingkungan kerja yang kondusif, kekurangan dalam lampu penerangan, ventilasi yang buruk, kebisingan yang berlebihan,dll. 6. Motivation (motivasi) : berkaitan dengan ketiadaan sikap kerja yang benar dan profesional (tidak kreatif, bersifat reaktif, tidak mampu bekerja sama dalam tim, dll), yang dalam hal ini disebabkan oleh sistem balas jasa, dan penghargaan yang tidak adil kepada tenaga kerja. 7. Money (keuangan) : berkaitan dengan ketiadaan dukungan finansial (keuangan) yang mantap guna memperlancar proyek peningkatan kualitas six sigma yang akan diterapkan.
Dalam
membuat
fishbone
diagram
ada
4
langkah
(http://erc.msh.org/quality/pstools/pscefdg) : 1. Gambarlah garis panah besar secara horizontal, dimana ujung panah menunjuk ke nama masalah yang akan diidentifikasi. 2. Gambarlah 4 atau lebih cabang pada panah utama, yang menunjukkan kategori utama dari sebab yang potensial. 3. sebab tersier dapat digambarkan dengan garis cabang pada garis kategori utama. 4. sebab-sebab tambahan dapat digambar dengan garis cabang pada sebab tersier.
66
Gambar 3.9 Contoh Diagram Fishbone Sumber: www.cyberworksinc.com/amex/action/fish.htm
3.3.5. Histogram Histogram
memberikan
gambaran
mengenai
sekumpulan
data
dengan
menunjukkan perbandingan satu kelompok data dengan kelompok data lainnya berdasarkan kategori tertentu dalam suatu observasi. Tujuan dari histogram ini adalah untuk menyediakan gambaran secara grafis dari suatu fokus pengamatan dan dispersinya dalam suatu kelompok data yang sama.
3.3.6. Kapabilitas Proses Hubungan antara variasi natural dari proses dan spesifikasi desain produk dihitung dengan pengukuran yang disebut kapabilitas proses. Vincent Gaspersz (1998, p30-31) dalam bukunya “Statistical Process Control: Manajemen Bisnis Total” menjelaskan bahwa dalam mendiskusikan kapabilitas proses, pertimbangan akan 2 konsep berikut pun harus diperhatikan, yaitu: 1. Kapabilitas proses ditentukan oleh variasi yang bersumber dari variasi penyebab umum.
67 2. Pelanggan (internal atau external) biasanya lebih memperhatikan Output secara keseluruhan dari proses dan bagaimana Output itu memenuhi kebutuhan mereka tanpa mempedulikan variasi dari proses.
Kriteria yang digunakan untuk indeks kapabilitas proses (Cp) adalah: 1. Cp > 1,33; kapabilitas proses sangat baik 2. Cp = 1,00 – 1,33; kapabilitas proses baik namun perlu pengendalian ketat apabila Cp telah mendekati 1,00 3. Cp < 1,00; kapabilitas proses rendah, sehingga perlu ditingkatkan performansinya melalui perbaikan proses.
3.3.7. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) FMEA adalah suatu cara di mana suatu bagian atau suatu proses yang mungkin gagal memenuhi suatu spesifikasi, menciptakan cacat atau ketidak sesuaian dan dampaknya pada pelanggan bila mode kegagalan itu tidak dicegah atau dikoreksi (Brue, 2002, p130).
Definisi serta pengurutan atau pemberian ranking dari berbagai terminologi dalam FMEA adalah sebagai berikut: 1. Akibat potensial adalah akibat yang dirasakan atau dialami oleh pengguna akhir. 2. Mode kegagalan potensial adalah kegagalan atau kecacatan dalam desain yang menyebabkan cacat itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
68 3. Penyebab potensial dari kegagalan adalah kelemahan-kelemahan desain dan perubahan dalam variabel yang akan mempengaruhi proses dan menghasilkan kecacatan produk. 4. Occurance (O) adalah suatu perkiraan tentang probabilitas atau peluang bahwa penyebab akan terjadi dan menghasilkan modus kegagalan yang menyebabkan akibat tertentu. Tabel 3.3 Rating Occurrence Rangking
Kriteria Verbal
1
Tidak mungkin penyebab ini mengakibatkan kegagalan
2
Kegagalan akan jarang terjadi
3 4
ProbabilitasKegagalan 1 dalam 1000000 1 dalam 20000 1 dalam 4000
Kegagalan agak mungkin terjadi
1 dalam 1000
5
1 dalam 400
6
1 dalam 80
7
Kegagalan adalah sangat mungkin terjadi
8 9
1 dalam 40 1 dalam 20
Hampir dapat dipastikan bahwa kegagalan akan terjadi
10
1 dalam 8 1 dalam 2
Catatan : probabilitas kegagalan berbeda beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan rating disesuaikan dengan proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa (engineering judgement)
Sumber : Gasperz, 2002, p251 5. Severity (S) adalah suatu perkiraan subyektif atau estimasi tentang bagaimana buruknya pengguna akhir akan merasakan akibat dari kegagalan tersebut.
69 Tabel 3.4 Rating Severity Rangking
Kriteria Verbal
1
Neglible Severity, kita tidak perlu memikirkan akibat ini akan berdampak pada kinerja produk. Pengguna akhir tidak akan memperhatikan kecacatan atau kegagalan ini.
2
Mild Severity, akibat yang ditimbulkan hanya bersifat ringan, pengguna akhir tidak merasakan perubahan kinerja.
3 4
Moderate Severity, pengguna akhir akan merasakan akibat penurunan kinerja atau penampilan namun masih berada dalam batas toleransi.
5 6 7
High Severity, pengguna akhir akan merasakan akibat buruk yang tidak dapat diterima, berada di luar batas toleransi.
8 9
Potential Safety Problem, akibat yang ditimbulkan adalah sangat berbahaya dan bertentangan dengan hukum.
10 Catatan : Tingkat severity berbeda beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan rating disesuaikan dengan proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa (engineering judgement)
Sumber: Gasperz, 2002, 250 6. Detectibility (D) adalah perkiraan subyektif tentang bagaimana efektivitas dan metode pencegahan atau pendeteksian. Tabel 3.5 Rating Detectability Rangking
Kriteria Verbal
Tingkat Kejadian Penyebab
1
Metode pencegahan atau deteksi sangat efektif. Tidak ada kesempatan bahwa penyebab akan muncul lagi.
1 dalam 1000000
2
Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi adalah sangat rendah.
3 4 5
1 dalam 4000 Kemungkinan penyebab bersifat moderat, Metode deteksi masih memungkinkan kadang kadang penyebab itu terjadi.
6 7 8 9 10
1 dalam 20000
1 dalam 1000 1 dalam 400 1 dalam 80
Kemungkinan bahwa penyebab itu masih tinggi. Metode pencegahan atau deteksi kurang efektif, karena penyebab masih berulang lagi
1 dalam 40
Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi sangat tinggi. Metode deteksi tidak efektif. Penyebab akan selalu terjadi
1 dalam 8
1 dalam 20
1 dalam 2
Catatan : tingkat kejadian penyebab berbeda beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan rating disesuaikan dengan proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa (engineering judgement)
Sumber: Gasperz, 2002, p254
70 7. Risk Priority Number (RPN) merupakan hasil perkalian antara rating severity, detectibility dan rating occurance.
3.4.
Variasi Penyebab utama terjadinya masalah kualitas menurut McNeese & Klein adalah
variasi. Variasi terjadi di dalam proses, baik proses manufaktur maupun nonmanufaktur. Variasi-variasi ini dapat terjadi disebabkan karena adanya variasi dalam elemen-elemen proses, yaitu manusia, mesin, metode, material serta lingkungan. Gaspersz (1998, p28-29) menuliskan definisi bagi variasi dalam bukunya yang berjudul “Statistical Process Control: Manajemen Bisnis Total”, yaitu bahwa variasi adalah
ketidakseragaman
dalam
sistem
produksi
atau
operasional
sehingga
menimbulkan perbedaan dalam kualitas pada Output (barang dan/atau jasa) yang dihasilkan. Menurutnya pula, terdapat dua klasifikasi sumber atau penyebab timbulnya variasi, yaitu: 1. Variasi penyebab khusus (Special causes of variation) Variasi
penyebab
khusus
adalah
kejadian-kejadian
di
luar
sistem
yang
mempengaruhi variasi dalam sistem. Sumber dari penyebab khusus ini dapat berasal dari faktor-faktor seperti manusia, peralatan, material, lingkungan, metode kerja. Penyebab khusus ini mengambil pola-pola non-acak (non random patterns) sehingga dapat diidentifikasi. 2. Variasi penyebab umum (Common causes of variation) Variasi penyebab umum merupakan faktor-faktor di dalam sistem atau yang melekat pada proses yang menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem serta hasil-hasilnya.
71 Variasi ini sering disebut sebagai penyebab acak (random causes) atau penyebab sistem (system causes).
3.5.
Sistem Informasi Manajemen (Management Information System)
3.5.1. Sistem Sistem dapat diartikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari elemen-elemen terintegrasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Suatu sistem mempunyai berbagai elemen, namun tidak semua sistem mempunyai semua elemen tersebut. Sistem pada umumnya memiliki elemen-elemen, seperti input, transformasi (transformation element), Output, kontrol (control mechanism), feedback loop dan tujuan (objective element). Sistem yang memiliki 3 (tiga) elemen – control, feedback loop dan tujuan – adalah sistem yang dapat melakukan kontrol terhadap kegiatannya sendiri dan disebut sebagai closed-loop system. Model dari sistem ini dideskripsikan pada Gambar 3.10 berikut. Objectives
Control Mechanism
Input
Transformation
Output
Gambar 3.10 Model Closed-Loop System Sumber : Mcleod, 2001, p12
72 Di samping itu, sistem tanpa ketiga elemen tersebut disebut sebagai open-loop system. Elemen-elemen dalam sistem tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.11. Input
Transformation
Output
Gambar 3.11 Model Open-Loop System Sumber: Mcleod, 2001, p13
Berdasarkan hubungan sistem dengan lingkungannya, terdapat 2 jenis sistem. Sistem terbuka atau open system adalah sistem yang terhubung dengan lingkungannya oleh karena aliran sumber daya antara sistem dan lingkungannya. Sedangkan sistem yang tidak terhubung dengan lingkungannya disebut dengan sistem tertutup atau closed system. Berdasarkan bentuk sumber daya yang membentuk sistem, sistem terbagi menjadi 2 jenis, yaitu sistem fisik (physical ystem) dan sistem konsep (conceptual system). Sistem fisik adalah sistem yang terbentuk dari sumber daya fisik. Perusahaan adalah salah satu contoh sistem fisik. Sedangkan sistem konsep adalah sistem yang menggunakan sumber daya konsep untuk menggambarkan sistem fisik. Sumber daya konsep terdiri dari informasi dan data.
3.5.2. Informasi Sistem memerlukan sumber daya untuk menjalankan sistem itu sendiri. 5 (lima) sumber daya utama yang diperlukan oleh sistem adalah manusia (man), bahan (material), mesin (machines), uang (money) dan informasi (information). Sumber daya
73 seperti manusia, bahan, mesin dan uang digambarkan sebagai sumber daya fisik (physical resource), karena tersedia secara fisik, dapat dirasakan dan dapat diukur. Lain halnya dengan sumber daya informasi, karena itu informasi disebut sebagai sumber daya konsep (conceptual resource). Informasi adalah data yang telah diproses dan telah mempunyai arti bagi pihak tertentu, misalnya manajer. Sedangkan data itu sendiri adalah berbagai fakta dan gambaran dari keadaan atau situasi yang belum mempunyai arti apa-apa bagi penggunanya. Proses transformasi dari data menjadi informasi dapat dilakukan dengan menggunakan information processor yang dapat berupa komputer, bukan komputer maupun kombinasi dari kedua metode tersebut. Sistem informasi yang diproses berdasarkan computer (Computer-Based Imformation System) atau yang lebih sering dikenal dengan singkatan CBIS mempunyai 5 subsistem atau aplikasi yang menggunakan komputer dalam information processes. Kelima subsistem tersebut adalah: 1. AIS (Accounting Information System), yaitu sistem yang melakukan pemrosesan terhadap data-data perusahaan. 2. MIS
(Management
Information
System),
yaitu
sistem
komputer
yang
diimplementasikan bagi tujuan utama untuk menghasilkan informasi manajemen. 3. DSS (Decision Support System), yaitu sistem penghasil informasi yang bertujuan memberikan dukungan bagi pemecahan masalah serta bagi pengambilan keputusan oleh manajer. 4. Virtual office, yaitu sistem pengaturan modern bagi pekerjaan di perusahaan yang dapat dilakukan dengan mudah menggunakan otomatisasi kantor (office automation) dan aplikasi elektronik lainnya.
74 5. Knowledge-based system, yaitu sistem yang mencakup ragam sistem dengan tujuan mengaplikasikan intelejensi buatan (artificial intelligence) untuk kepentingan pengambilan keputusan. Output yang dihasilkan oleh CBIS akan menjadi informasi bagi pengambilan keputusan. Model CBIS ini dapat dilihat pada Gambar 3.12.
Accounting Information System
Management Information System Problem
Decisions
Information
Decision Information System
The Virtual Office Problem Solution
Knowledgebased Systems
Gambar 3.12 Model Computer Based Information System (CBIS) Sumber: Mcleod, 2001, p18
3.5.3. Sistem Informasi Manajemen Arti informasi manajemen adalah keseluruhan kegiatan pengumpulan data, penggunaan data secara efektif serta menghapus data pada saat yang tepat. Sedangkan sistem informasi manajemen dalam konteks sistem atau aplikasi memiliki arti sistem penghasil informasi yang memberikan dukungan bagi pihak manajer maupun dari
75 berbagai unit organisasi, baik yang berasal dari tingkat manajemen maupun area bisnis untuk kepentingan pengambilan keputusan terhadap pemecahan masalah perusahaan. Gambar 3.13 berikut memperlihatkan model sistem informasi manajemen. Environment
Organizational Problem Solvers
Report Writing Software
Mathematical Models
Database Management Information System
Environment
Gambar 3.13 Model Sistem Informasi Manajemen Sumber: Mcleod, 2001, 327
Sistem informasi manajemen bagi satu perusahaan mencakup area atau unit organisasi yang sangat luas. Oleh sebab itu, desain sistem informasi manajemen sering diimplementasikan secara tersendiri bagi manajer beserta kepentingannya di dalam area fungsionalnya (functional area) masing-masing. Marketing information system, manufacturing information system, human resources information system, marketing information sistem, financial information system adalah subsistem informasi manajemen yang diaplikasikan bagi area fungsional di dalam perusahaan. Seluruh subsistem informasi ini terintegrasi dalam enterprise information system yang menggambarkan
76 seluruh proses komputer dalam perusahaan mulai dari pemrosesan data sampai persiapan informasi manajemen.
3.6.
Daur Hidup Sistem (System Life Cycle) Daur hidup sistem atau SLC merupakan aplikasi dari pendekatan terhadap
konsep sistem untuk pengembangan subsistem atau sistem informasi kmputer. SLC sering disebut sebagai pendekatan waterfall (waterfall approach) dari pengembangan sistem dan penggunaan sistem. Hal ini disebabkan tingkatan atau fase daur hidup sistem yang terdiri dari daur hidup pengembangan sistem (System Development Life Cycle) dan penggunaan sistem (use phase). Fase SDLC dengan metode pendekatan daur hidup waterfall yang biasa digunakan disebutkan sebagai berikut: 1. Analisa awal (preliminary analysis) 2. Analisa (analyze) 3. Perancangan (design) 4. Pemrograman (programming) 5. Pengujian (testing) 6. Konversi sistem (conversion) Gambar 3.14 berikut menampilkan daur hidup waterfall (waterfall life cycle) yang biasa digunakan.
77 Preliminary Analysis
Analysis
Design
Programming
Testing
Conversion
Gambar 3.14 Daur Hidup dengan Pendekatan Waterfall (Waterfall Life Cycle)
Dengan penambahan fase penggunaan (use), maka tahapan-tahapan dalam daur hidup sistem telah lengkap. Tahapan ini akan terus berlanjut sampai saatnya untuk membuang atau merancang ulang sistem dengan melakukan kembali lingkaran daur hidup sistem dari awal.
3.7.
Analisa dan Perancangan Berorientasi Obyek (Object Oriented Analysis and Design) Object Oriented Analysis and Design merupakan tahap awal dalam pembuatan
software berbasis objek, Tujuan dari analisa dan desain ini adalah untuk mengembangkan garis besar dari keseluruhan kebutuhan sistem dan sebagai landasan utuk implementasi sistem. Analisa lebih berfokus kepada konteks sistem, sedangkan desain lebih berfokus pada sisi teknis dari perancangan software itu sendiri. Mathiassen(2000,p13). Object oriented telah menjadi pendekatan yang dominan dalam kegiatan analisa dan perancangan sistem terkomputerisasi. Analisa berorientasi obyek (object oriented
78 analysis) dapat diartikan sebagai kegiatan penelitian terhadap problem domain untuk mendapatkan spesifikasi dari behavior yang dapat diamati secara eksternal, juga mendapatkan pernyataan yang layak, konsisten dan lengkap terhadap apa yang dibutuhkan serta mendapatkan karakteristik fungsional dan operasional terkuantifir. OOAD merupakan kegiatan untuk mengambil behavior yang dapat diamati secara eksternal dan menambahkan detail yang dibutuhkan bagi implementasi sistem komputer actual, termasuk di dalamnya intraksi manusia, manajemen tugas serta detail manajemen data. Secara singkat, analisis adalah kegiatan melakukan investigasi dari permasalahan yang ada. Sedangkan perancangan atau desain adalah solusi logis (logical solution) dari permasalahan yang ada agar sistem dapat memenuhi kebutuhan yang ada. Dengan demikian, OOAD dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mencari problem domain dan solusi logisnya dari perspektif obyek. Penggunaan metode object oriented ini mempunyai keunggulan dibandingkan dengan metode lainnya dalam pengembangan sistem. Keunggulan tersebut adalah: 1. Menyatakan situasi yang nyata dalam konteks yang intuitif dan natural 2. Lebih mudah pada saat melakukan implementasi 3. Hemat dalam hal biaya perawatan sistem Encapsulation, Inheritance dan Polymorphism merupakan konsep pemrograman berbasis objek, dimana sebuah pemrograman berbasiskan objek harus memenuhi kriteria tersebut, pengertian dari masing – masing kriteria tersebut adalah :
Encapsulation dalam OOAD memiliki definisi bahwa sebuah objek harus memiliki kemampuan untuk menyembunyikan informasi penting dan tidak dapat diakses oleh
79 objek lain yang tidak memiliki akses dalam objek itu, hal ini dapat direalisasikan dalam bentuk penggunaan variabel Private, Public, dan Protected, dimana variabel Public dapat diakses oleh semua objek, sedangkan protected hanya dapat diakses oleh class turunan dari class tersebut. Dan variabel private hanya dapat diakses oleh fungsi dalam class itu sendiri. Polymorphism merupakan kemampuan untuk mendefinisikan beberapa class dengan fungsi yang berbeda, namun memiliki nama metode dan properti yang identik dan dapat digunakan secara bergantian pada saat program dijalankan.
Inheritance merupakan kemampuan objek untuk menurunkan sifat, metode, atribut, dan variabel yang dimiliki oleh class dasarnya tanpa menggunakan banyak kode program, serta dapat ditambahkan metode , atribut, dan variabel baru. Kemampuan diatas dibutuhkan untuk mendapatkan sebuah software yang fleksibel, karena dapat disesuaikan dengan kondisi kebutuhan, juga sangat dinamis dalam penggunaannya, karena dapat menggunakan ulang class yang telah dibuat sebelumnya.
Sistem secara konteks dalam OOAD dideskripsikan terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu problem domain dan application domain. Sistem secara nyata mempunyai beberapa komponen di dalamnya. Arsitektur dari komponen sistem ini merefleksikan konteks dari sistem. Gambaran mengenai sistem konteks dapat dilihat pada Gambar 3.15 berikut, sedangkan arsitektur sistem ditampilkan pada Gambar 3.16.
80
Gambar 3.15 System Context Sumber: Mathiassen, 2000, p7
Gambar 3.16 System Architecture Sumber: Mathiassen, 2000, p10
Aktivitas dalam OOAD terdiri dari beberapa aktivitas yang menjadi aktivitas utama dan aktivitas tambahan. Aktivitas utama ini terdiri dari beberapa kegiatan, seperti problem domain analysis, application domain analysis, architectural design dan component design. Keempat aktivitas ini merupakan aktivitas analisa dan perancangan pada daur hidup dalam pengembangan sistem. Gambar 3.17 berikut akan menampilkan berbagai aktivitas tersebut serta hubungannya.
81
Gambar 3.17 Aktivitas-aktivitas dalam OOAD
3.7.1. Pemilihan sistem (system choice) Awal dari suatu proyek pengembangan sistem informasi adalah pengumpulan ide yang berbeda-beda mengenai sistem yang diinginkan. Analisa awal ataupun daftar keputusan yang telah dibuat dapat menjadi awal yang baik. System choice ini dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mendeskripsikan sistem yang diinginkan. Untuk dapat memformulasikan sistem yang akan digunakan, perlu dilakukan pengamatan terhadap situasi yang terkait dengan sistem serta pemahaman orang-orang yang berhubungan dengan situasi tersebut. Pengamatan terhadap situasi ini pun perlu didukung dengan penciptaan dan evaluasi ide untuk desain sistem. Dengan demikian, pemilihan sistem akan menjadi maksimal setelah melakukan diskusi serta evaluasi terhadap alternatif-alternatif dari sistem yang lain.
82 Sistem yang telah disepakati akan didokumentasikan ke dalam bentuk narasi atau gambar. Bentuk narasi yang dimaksud disebut dengan system definition, sedangkan gambar dikenal dengan sebutan Rich pictures. Untuk memberikan dukungan bagi definisi sistem tersebut, pengujian dilakukan dengan menganalisa 6 elemen yang sering disingkat menjadi FACTOR. Keenam elemen tersebut adalah functionality, application domain, conditions, technology, objects serta responsiliility. FACTOR dapat juga menjadi kriteria yang dapat memberikan penilaian kepuasan dari system definition.
3.7.2. Problem Domain Analysis Tujuan dari problem domain analysis ini adalah untuk mengidentifikasi dan memodelkan problem domain. Aktivitas yang dilakukan dalam problem domain analysis ini adalah aktivitas pendefinisian class, structure serta behavior.
Aktivitas class: Aktivitas ini bertujuan untuk mencari elemen dari problem domain, yaitu objects, classes dan events yang terdapat dalam sistem. Object adalah suatu entitas yang mempunyai identitas, state dan behavior. Class adalah deskripsi dari kumpulan object yang mempunyai struktur, behavior pattern dan attribute yang sama, sedangkan event adalah kejadian yang terjadi seketika yang melibatkan satu atau lebih object. Contoh dari object adalah satu orang mahasiwa, sedangkan class-nya adalah kumpulan dari mahasiswa kelas PAX.
83 Aktivitas structure : Aktivitas structure bertujuan untuk membuat model dengan didasarkan pada hubungan struktural antara class dan object yang dipilih. Aktivitas ini dimulai dengan berdasarkan pada event table. Setelah itu, struktur antara object dan class dapat ditentukan dan hubungan struktur tersebut digambarkan dalam class diagram. Class diagram adalah diagram dari problem domain secara umum yang menggambarkan seluruh hubungan struktural antara class dan object yang terdapat di dalam model sistem yang telah ditetapkan. Untuk menggambarkan hubungan antar object, terdapat 2 jenis hubungan struktural yang dapat digunakan, yaitu aggregation dan association. Struktur object ini mengekspesikan hubungan yang dinamis dan konkrit antara object yang ada. Hubungan ini dapat berubah secara dinamis tanpa membuat perubahan pada class description. Aggregation adalah hubungan definitif dan fundamental object-superior yang terdiri dari beberapa inferior-object. Association adalah hubungan atau relasi yang menyerupai hubungan aggregation, namun hubungannya tidak tetap. Contoh dari kedua hubungan object ini ditampilkan pada Gambar 3.18 dan Gambar 3.19.
Gambar 3.18 Contoh Hubungan Aggregation Sumber: Mathiassen, 2000, p76
84
Gambar 3.19 Contoh Hubungan Association Sumber: Mathiassen, 2000, p77
Hubungan antar class dapat digambarkan dalam 2 jenis hubungan, yaitu generalization dan cluster. Struktur class ini mengekspresikan hubungan konseptual yang statis antar class yang tidak akan berubah-ubah. Generalization adalah suatu hubungan antara 2 subclass atau lebih dengan satu atau lebih super class. Super class atau general class ini merupakan deskripsi properties umum dari subclass atau specialized class. Cluster adalah sebuah kumpulan dari class yang saling berhubungan. Contoh dari generalization dan cluster dapat dilihat pada Gambar 3.20 dan Gambar 3.21 berikut ini.
Gambar 3.20 Contoh Hubungan Generalization Sumber: Mathiassen, 2000, p74
85
Gambar 3.21 Contoh Hubungan Cluster Sumber: Mathiassen, 2000. p75
Aktivitas behavior : Aktivitas ini adalah aktivitas yang bertujuan mendefinisikan interaksi atau dynamic properties antara object dan class serta behavior dari object dan class tersebut. Behavior perlu dibuat bagi semua class dan dapat dibuat dengan terlebih dulu membuat event trace yang akan menghasilkan behavioral pattern. Yang dimaksud dengan event trace adalah rangkaian atau urut-urutan event yang meliputi suatu object tertentu, sedangkan behavioral pattern adalah deskripsi dari event trace yang mungkin untuk seluruh object dalam sebuah class. Behavioral pattern ini ditampilkan dalam bentuk statechart diagram yang merupakan bentuk yang paling umum digunakan, regular expression atau state table. Contoh dari statechart diagram ditampilkan pada Gambar 3.22 di bawah ini.
86 Gambar 3.22 Contoh Statechart Diagram Sumber: Mathiasssen. 2000, p90
Di dalam aktivitas ini, juga akan didefinisikan attribute bagi setiap class yang ada. Class attribute dibuat dengan berdasarkan pada behavioral pattern yang telah diidentifikasi sebelumnya pada aktivitas behavior pula.
3.7.3. Application Domain Analysis Application domain analysis bertujuan untuk mendefinisikan fungsi dan interface dari sistem. Aktivitas yang akan dilakukan pada tahap analisa ini mencakup definsi dari usage, functions dan interfaces.
Usage : Dalam aktivitas analisa mengenai usage ini, hasill yang ingin didapatkan adalah jawaban dari pertanyaan bagaimana sistem berinteraksi dengan orang dan sistem lain. Hasil dari usage adalah use case. Use case adalah suatu gambaran umum dari kebutuhan sistem dari sudut pandang pengguna (user) dan menyediakan suatu dasar untuk menentukan dan melakukan evaluasi basic function dan kebutuhan interface secara lebih mendalam. Secara singkat, use case memberikan gambaran pola interaksi antara sistem dan actor. Actor adalah abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan target sistem. Penggambaran hubungan antara actor dan use case dapat ditampilkan dalam actor table maupun use case diagram yang lebih sering digunakan. Contoh dari use case diagram diperlihatkan pada Gambar 3.23 berikut ini.
87
Gambar 3.23 Contoh Use Case Diagram Sumber: Mathiassen, 2000, p129
Functions : Aktivitas functions bertujuan untuk mendefinisikan properties dari pemrosesan informasi dari sistem (system information processing capabilities) untuk membantu actor. Hasil akhir dari aktivitas ini adalah daftar lengkap dari fungsi-fungsi dengan spesifikasi dari fungsi-fungsi yang kompleks. Sebuah fungsi atau function akan diaktifkan, dieksekusi dan pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu. Fungsi yang dieksekusi akan merubah state dari model component’s state atau menciptakan reaksi di application domain dan problem domain. Interfaces Aktivitas interfaces mempunyai tujuan untuk mengidentifikasikan kebutuhan akan interface dari sistem. Interface adalah suatu fasilitas yang membuat model dan function dapat berinteraksi dengan actor. Interface terdiri dari user interface dan system interface. Hasil dari aktivitas ini adalah perancangan screen atau form, navigation diagram dan deskripsi lainnya.
88
3.7.4. Architecture Design Perancangan arsitektur dari sistem terdiri dari 2 bagian, yaitu arsitektur komponen dan arsitektur proses. Arsitektur komponen (component architecture) adalah struktur sistem yang terdiri dari komponen yang saling berhubungan. Arsitektur proses (process architecture) adalah struktur sistem eksekusi yang terdiri dari proses yang interdependen. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan adalah mendefinisikan criteria, components dan processes.
Criteria : Yang dimaksud dengan criteria adalah property yang diinginkan dari suatu arsitektur. Pada aktivitas ini, hasil yang diinginkan adalah criteria dan kondisi yang tepat bagi suatu desain. Kriteria umum bagi suatu desain meliputi usable, secure, efficient, correct, reliable, maintainable, testable, flezible, comprehensible, reusable, portable dan interoperable. Namun, kriteria utama bagi desain yang baik mencakup 3 kriteria, yaitu usable, flexible dan comprehensible. Selain itu pula, desain yang baik tidak mempunyai kelemahan utama dan memiliki beberapa kriteria yang seimbang.
Components : Komponen atau components adalah suatu kumpulan bagian-bagian program yang mempunyai tugas yang telah ditentukan. Arsitektur komponen dapat dirancang berdasarkan beberapa pola, yaitu layered architecture, generic architecture atau clientServer architecture.
89 Komponen dari sistem terdiri dari 3 bagian, yaitu model, function dan user interface component. Komponen model mempunyai tugas untuk menampung objects yang merupakan bentuk dari problem domain. Komponen function bertugas menyediakan functionality dari model. Komponen user interface bertanggung jawab atas interaksi di antara actor dan functionality.
Processes : Process atau proses adalah sekumpulan operasi yang dieksekusi dalam urutan yang terbatas dan terhubung. Jika terdapat proses yang banyak dengan sumber daya yang digunakan bersama, maka perlu koordinasi antara sumber daya tersebut, seperti processors, program components atau external devices. Hasil yang diharapkan dari aktivitas ini adalah deployment diagram dan solusi dari mekanisasi koordinasi. Depleyment diagram adalah diagram yang menggambarkan processors, assigned components dan active objects. Contoh deployment diagram diperlihatkan pada Gambar 3.24.
Gambar 3.24 Contoh Deployment Diagram
90 Mekanisasi koordinasi yang dimaksudkan mencakup hal-hal berikut: 1. Melakukan pengawasan akan kepastian akses tunggal terhadap sumber daya yang digunakan bersama. 2. Melakukan pengiriman tugas tersentralisasi untuk koordinasi semua proses yang bersamaan. 3. Melakukan pengawasan secara periodik terhadap perubahan state bagi proses awal dalam situasi yang tepat 4. Melakukan sinkronisasi pertukaran data untuk mencegah penundaan yang tidak perlu terjadi dengan operasi read dan write.
3.7.5. Component Design Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk menentukan kebutuhan bagi implementasi dalam suatu kerangka arsitektur. Hasil yang diinginkan dari component design adalah deskripsi dari komponen sistem. Aktivitas yang dilakukan dalam perancangan komponen ini adalah desain model component, function component dan connecting component.
Model Component : Model component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan model dari problem domain. Tujuan dari aktivitas model component adalah mengirimkan data saat ini dan data historic ke function, interface dan kepada user atau sistem lain. Fokus utama dari perancangan model component adalah struktur. Dengan demikian, hasil yang diharapkan dari aktivitas ini berhubungan dengan struktur pula,
91 yaitu revised class diagram dari hasil aktivitas analisa. Revisi dari class diagram mencakup penambahan class baru, attributes dan structures untuk menggambarkan events.
Function Component : Function
component
diartikan
sebagai
bagian
dari
sistem
yang
mengimplementasikan kebutuhan fungsional. Aktivitas desain function component bertujuan untuk menentukan kemampuan akses ke model bagi user interface dan sistem komponen yang lain. Hasil yang diharapkan dari aktivitas ini adalah sebuah class diagram dengan operasi dan spesifikasi dari operasi yang kompleks. Spesifikasi bagi operasi yang kompleks dapat digambarkan dalam bentuk operation specification, sequence diagram atau statechart diagram.
Connecting Component : Aktivitas desain connecting component bertujuan untuk mengkoneksikan komponen dari sistem. Hasil dari aktivitas ini adalah class diagram dengan komponenkomponen yang termasuk di dalamnya. Koneksi antar komponen yang baik disyaratkan sebagai berikut: 1. Memaksimalkan cohesion; di mana cohesion menggambarkan property positif sebagai ukuran seberapa baik class atau komponen terikat bersama. 2. Meminimasi coupling; di mana coupling merupakan property negatif sebagai ukuran seberapa dekat dua class atau komponen terhubung.
92
3.7.6. Tahapan Pengembangan Software Berorientasi Objek Dalam Perancangan Software berorientasi Objek, dilakukan beberapa tahapan yang menggunakan metode Unified Software Deployment. Metode ini digunakan untuk melakukan Anailsis dan Desain Software berorientasi objek secara cepat dan sederhana, sedangkan untuk programming tidak termasuk dalam Desain ini. Tahapan-tahapan yang dilakukan dapat dilihat pada Aktivitas-aktivitas dalam OOAD (Gambar 3.17). Terdapat 4 kegiatan utama yang digunakan dalam menggunakan metode Unified Software Deployment untuk OOAD (Object Oriented Analysis and Design) yang dibahas oleh Mathiassen (2000, p14) : 1. Problem Domain Analysis Tahap ini adalah tahapan dimana sistem akan dirancang sesuai dengan kebutuhan informasi dari pengguna, tahapan ini menentukan hasil dari keseluruhan akivitas analisis dan perancangan. Tahapan dari Problem Domain Analysis ini adalah : a) Menentukan Class yang ada dalam sistem dengan melakukan proses identifikasi dari definisi sistem yang telah dikembangkan b) Menganalisa dan mengembangkan struktur hubungan dari class-class yang ada c) Menganalisa Behaviour dari class-class tersebut.untuk menentukan state chart setiap class yang termasuk dalam sistem ini. Hasil laporan perancangan yang dihasilkan dari tahapan ini adalah : a) System Definition : mendefinisikan seluruh sistem sebagai sebuah model yang akan dilihat user saat sistem jadi
93 b) Class Diagram : untuk menggambarkan hubungan antara class-class dalam sebuah sistem c) State Diagram : untuk menggambarkan bagaimana state dari daur hidup class yang ada di dalam sistem ini. Dapat dilihat dari tahap ini telah dapat dilihat model aplikasi secara keseluruhan bagaimana aplikasi tersebut akan terbentuk.
2. Application Domain Analysis Tahapan ini berfokus pada bagaimana sistem akan digunakan oleh pengguna. Tahap ini dan tahap sebelumnya dapat dimulai secara bergantian, tergantung pada kondisi pengguna menurut Mathyassen(2000, p116) Terdapat 3 tahapan yang akan dilakukan dalam Aplication Domain Analysis, yaitu : a) Menentukan Penggunaan (usage), yaitu menentukan Actor dan use case yang terlibat dan interaksinya. b) Menenetukan Fungi sistem untuk memproses informasi dan membuat daftar fungsi. c) Menetukan
Antarmuka
pengguna
dan
sistem,
untuk
interaksi
sesungguhnya dari pengguna dan sistem informasi yang dirancang. Laporan yang akan dihasilkan dari tahapan ini adalah : a) Use Case Diagram, yang menggambarkan interaksi pengguna sebagai aktor dengan sistem informasi . b) Function List, yaitu kemampuan yang harus dimiliki sistem sebagai kebutuhan dasar dari user
94 c) User
Interface
Navigation
Diagram,
yaitu
diagram
untuk
menggambarkan tampilan layar yang akan dirancang untuk memenuhi kebutuhan user.
3. Architectural Design Dalam tahap ini, akan dirancang arsitektur hubungan antara Client dan server yang memadai untuk sistem dapat berjalan dengan baik. Perancangan diisini akan menentukan bagaimana struktur sistem fisik akan dibuat dan bagaimana distribusi sistem informasi pada rancangan fisik tersebut. Laporan yang dihassilkan adalah Component Diagram dan Deployment Diagram.
4. Component Design Ini merupakan tahap terakhir dalam Unified Software Deployment
sebelum
melakukan programming. Dimana sistem akan dimodelkan secara lengkap dalam diagram yang disebut sebagai Component Diagram. Dari sini akan terlihat bagaimana sistem bekerja dan interaksi yang terjadi antara sistem dan pengguna.
3.7.7. Keuntungan OOAD dibanding FOAD OOAD memiliki keungulan dibanding FOAD (Function Oriented Analysis and Desig ) , yaitu dimana OOAD dapat memberikan gambaran yang jelas tentang konteks dari sistem. Cara tradisional dengan menggunakan FOAD sangat sesuai untuk mengembangkan sistem yang awal, dimana tujuan dari pengembangan adalah untuk otomatisasi tugas – tugas pemrosesan informasi yang banyak menggunakan tenaga kerja
95 manusia. Sedangkan banyak sistem baru telah dikembangkan, yang memiliki fokus kepada pemecahan masalah, komunikasi, dan koordinasi. Fungsi dari sistem ini bukan saja untuk menangani data yang bersifat seragam, tapi juga untuk menyebarkan data yang spesifik ke seluruh organisasi, maka dibutuhkan OOAD yang berfokus secara seimbang antara sistem dan konteks dari sistem tersebut. Keunggulan lain dari OOAD adalah kesinambungan antara Analisa, Desain, Antarmuka pengguna, dan Programming. Dimana dalam saat analisa, objek bisa saja berbentuk kondisi sosial , ekonomi, dan kondisi organisasi, sedangkan dalam desain bisa berupa antarmuka sistem, fungsi, proses, dan komponen.
Sehingga dalam desain,
developer menggunakan objek untuk menentukan kebutuhan sistem, dalam desain, developer menggunakna untuk mendeskripsikan sistem , dan saat programming, objek digunakan untuk konsep struktur pemrograman.
3.7.8. Kaitan OOAD dan OOP Karena pembuatan program berorientasi obyek memungkinkan penggunaan kembali objek-objek yang ada, maka dalam pengembangan software berbasis obyek mengikuti suatu langkah-langkah iterative, yang dimulai dengan pencarian class yang ada dalam library, yaitu class- class yang pernah di develop sebelumnya. Apabila sebuah class tidak dapat ditemukan, maka seorang software engineer akan melakukan OOA (Object Oriented Analysis) untuk menganalisa masalah, OOD (Object Oriented Design) untuk membuat desain class, lalu OOP (Object Oriented Programing) untuk membuat program class tersebut. Terakhir ia akan melakukan (OOT) Object Oriented
96 Testing untuk membuat class dan juga objek yang diturunkan dari class. Setelah objek jadi, class tersebut disimpan dalam library untuk digunakan pada masa depan.
3.8.
Perancangan Basis Data Database merupkan kumpulan data dalam jumlah besar yang terdiri dari tabel –
tabel dengan susunan yang terstruktur. Database umumnya tidak berdiri sendiri dan terhubung dengan software yang menggunakan database tersebut. Untuk mengatur struktur penyimpanan data, keamanan, dan penggunaan data Database memiliki sebuah software sendiri, yaitu Database Management System ( DBMS )
3.8.1. Normalisasi Normalisasi adalah proses pembentukan untuk menentukan atribut mana yang harus dikelompokkan dalam satu relasi yang sama sehingga menjadi lebih terstruktur. Normalisasi dilakukan dalam beberapa tahap untuk memperoleh suatu bentuk normal, dimana bentuk normal atau normal form. Tahap-tahap normalisasi ini adalah sebagai berikut : 1. First normal form First normal form (1NF) adalah keadaan dimana tidak terdapat perulangan dalam suatu relasi. Jadi, pada tahap normalisasi yang pertama ini, semua perulangan harus dihilangkan.
97 2. Second normal form Second normal form (2NF) adalah suatu keadaan dimana suatu relasi dalam 1NF yang mana setiap atribut yang bukan merupakan atribut pokok secara penuh bergantung pada primary key. Pada 2NF setiap bagian yang terikat secara fungsional dihilangkan. 3. Third normal form Third normal form (3NF) adalah suatu relasi yang ada pada 2NF dan tidak memiliki tampilan keterikatan transitif (transitive dependencies). Transitive dependencies dalam suatu relasi adalah keterikatan fungsional antara dua atau lebih atribut pendukung. Jadi, pada 3NF yang dihilangkan adalah transitive dependencies tersebut. 4. Boyce/Codd normal form Dimana, pada tahap ini setiap penyimpangan yang ada karena keterikatan fungsional dihilangkan. 5. Fourth normal form Pada tahap ini, keterikatan yang memiliki nilai yang sama telah dihilangkan 6. Fifth normal form Penyimpangan yang ada pada tahap ini telah dihilangkan.
Untuk normalisasi yang biasa digunakan adalah first normal form, second normal form, dan third normal form, karena melalui ketiga tahap tersebut, data yang diperoleh telah dianggap sebagai data normal dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
98
. Gambar 3.25 Urutan Proses Normalisasi
3.8.2. Entity Relationship Diagram E-R (Entity Relationship) model adalah sebuah representasi logis dari data untuk suatu organisasi atau untuk suatu area bisnis. E-R model mengekspresikan hubungan dari entity dalam lingkungan bisnis, hubungan (atau asosiasi) antara entity tersebut, dan atribut dari entity dan hubungannya. E-R model ini biasanya digambarkan sebagai suatu E-R diagram, dimana E-R diagram ini adalah representasi grafis dari sebuah E-R model.
99
3.9.
SQL Server 2000 Database adalah tempat penyimpanan data. Database tidak secara langsung
menampilkan data ke user, tetapi user harus menjalankan aplikasi yang mengakses data dari database dan menampilkan dalam bentuk yang mudah dimengerti. Untuk bekerja dengan database, harus dipakai sebuah bahasa. Bahasa database yang paling banyak dipakai adalah SQL (Structured Query Language). Micorosoft SQL Server 2000 adalah sistem manajemen basis data yang memakai perintah-perintah Transact-SQL untuk mengirim perintah dari kompuer client ke komputer server. Transact-SQL adalah bahasa SQL yang dikembangkan oleh Microsoft dengan menambahkan dialek-dialek tertentu. Microsoft SQL Server 2000 berisi database, mesin database, dan aplikasi yang diperlukan untuk mengelola data dan komponen-komponennya. Microsoft SQL Server diperkenalkan pada tahun 1990 untuk platform Microsoft OS/2 dalam kerjasamanya dengan Sybase. Produk ini berasal dari Sybasse SQL Server 4.x untuk platform UNIX. Dengan adanya Windows NT, muncul inisiatif untuk membangun SQL Server versi Windows NT sehingga dihasilkan Microsoft SQL Server versi 4.2 untuk platform Windows NT. Kerjasama dengan Sybase masih berlanjut dan diluncurkan SQL Server versi 6.0 dan versi 6.5 SQL Server 6.5 memperbarui performansi transaksi dan menjadi produk database client/Server yang banyak dipakai pada platform Windows NT. Untuk memenuhi kebutuhan SQL Server, perlu disain ulang dan kerjasama dengan Sybase diberhentikan dan Microsoft mengembangan SQL Server 7.0. SQL Server 2000 dibangun berdasarkan SQL Serverl 7.0
100 SQL Server 2000 dikomersialkan pada tahun 2000 dan mempunyai disain modern. SQL Server 2000 adalah mesin database client/server yang berbeda dengan database komputer tunggal tradisional yang memakai sistem pemakaian file secara bersama-sama. Database sistem memakai file secara bersama-sama bergantung pada sebuah proses client tunggal per user untuk memanipulasi data pada file yang dipakai bersama pada server jaringan.
3.10. Visual Basic .NET Visual Basic .NET merupakan salah satu produk untuk pengembang aplikasi dari Microsoft. Apikasi yang dapat dikembangan dengan Visual Basic .NET salah satunya adalah aplikasi database. Untuk aplikasi database ini, Visual Basic .NET mempunyai komponen pendukung, yaitu ADO.NET. ADO.NET merupakan bagian dari Visual Studio .NET. Selain dari itu juga pada Visual Studio .Net terdapat alat untuk membuat laporan, yaitu Crystal Report. Pada Visual Studio .NET terdapat juga perangkat lunak, seperti Visual C# .NET dan Visual C++ .NET, selain visual Basic .NET. Visual Studio .NET adalah kumpulan perangkat lunak atau alat yang digunakan untuk pengembangan aplikasi desktop, aplikasi mobile, aplikasi Web ASP dan Web Service XML. Ketiga bahasa pemograman pada Visual Studio. NET tersebut menggunakan IDE (Integrated Development Environment) yang sama sehingga dapat saling berbagi pakai fasilitas dalam pengembangan aplikasi. Framework .NET adalah sebuah platform baru atau lingkungan kerja dari beberapa macam bahasa pemograman untuk membangun, mengembangkan dan menjalankan aplikasi dan Web service XML.
101
3.11. ADO .NET Pemograman database dengan menggunakan Visual Basic menggunakan teknologi ADO yang merupakan kependekan dari ActiveX data Objects. Saat ini ADO telah dikembangkan menjadi ADO.NET yang jauh lebih canggih dari ADO. ADO. NET tidak digunakan untuk menggantikan ADO, karena ADO.NET lebih sesuai digunakan untuk pada kasus-kasus tertentu saja. Sehingga bukan menjadi masalah jika mengggunakan ADO pada kasus yang sesuai. ADO didesain untuk penggunaan database dalam koneksi yang tidak terputus, misalnya dalam LAN, tidak perlu memutuskan koneksi saat selesai melakukan operasi database. Akan tetapi, lain halnya dengan web di mana koneksi dengan database tidak bisa dilakukan terus menerus. Oleh karena itu, Microsoft menciptakan arsitektur baru yang lebih sesuai untuk kondisi di mana database tidak selalu terkoneksi yaitu ADO.NET. ADO.NET didesain untuk memenuhi kebutuhan model pemrograman baru, yaitu: •
Arsitektur untuk disconnected data
•
Integrasi erat dengan XML
•
Representasi data umum
•
Kemampuan mengkombinasikan dari banyak sumber data dan berbagai sumber data
•
Mengoptimalkan fasilitas interaksi dengan database
•
Dijalankan dalam .NET Framework
•
Penggunaannya mirip dengan ADO sehingga mudah dipelajari
102 •
Tetap dapat menggunakan ADO
Ada dua komponen utama dari ADO.NET, yaitu DataSet dan .Net Dataprovider. Dimana .NET Data Provider terdiri dari Connection Command, DataReader dan DataAdapter. DataSet dari ADO.NET adalah komponen utama dari arsitektur disconnected ADO.NET. DataSet secara eksplisit didesain
untuk akses data yang independen
terhadap sumber data. Hasilnya kemudian dapat menggunakan dengan banyak sumber data yang berbeda, misalnya data XML atau untuk data lokal dari aplikasi. DataSet terdiri atas satu atau lebih koleksi objek DataTable yang masing-masing terdiri atas baris dan kolom data, serta primary key, foreign key, constraint, dan informasi relasi data dalam objek Data Tabel. Komponen utama lainnya adalah .NET data provider yang memiliki komponenkomponen yang didesain khusus untuk manipulasi data dan cepat. Objek Connection menyediakan konektifitas dengan sumber data. Objek Command mengizinkan akses ke Command database untuk mendapatkan data, memodifikasi data, menjalankan stored procedures, dan mengirimkan atau mendapatkan informasi parameter. DataReader menyediakan aliran data high performance dari sumber data. Dan DataAdapter menyediakan jembatan antara objek DataSet dan sumber data. DataAdapater menggunakan objek Command untuk menjalankan perintah SQL pada sumber data untuk mengisi DataSet dengan data dan melakukan perubahan data pada DataSet kembali ke sumber data.
103 Dapat dituliskan .NET data provider untuk bermacam-macam sumber data. .Net Framework sudah menyediakan .Net data provider yaitu SQL Server .Net data provider dan OLE DB .NET Data Provider. Untuk dapat memahami lebih jelas mengenai komponen dalam arsitektur ADO.NET, perhatikan gambar dibawah.
Gambar 3.26 Komponen ADO.NET
3.12. .NET Framework .NET adalah sebuah kerangka yang memungkinkan sebuah aplikasi yang dikembangkan oleh Visual Studio .NET dapat dijalankan dalam beberapa sistem operasi secara mudah. Keuntungan yang dapat diperoleh dengan penggunaan .NET adalah Kehandalan, Fleksibilitas, dan kemudahan untuk dikembangkan. Dengan .NET framework, sistem operasi dapat menjadi sebuah lingkungan yang memungkinkan untuk menjalankan dan menghubungkan berbagai macam aplikasi yang dikembangkan oleh microsoft dengan Visual Studio .NET nya.
104 Karena .NET Framework menggunakan platform yang umum dikenali dan digunakan oleh semua sistem operasi, sehingga Aplikasi yang dikembangkan dengan menggunakan .NET dapat diakses oleh semua platform sistem operasi tanpa harus melakukan penyesuaian dalam sistem itu sendiri. .NET Framework juga mendukung beberapa bahasa pemrograman, yang dapat mempermudah programmer dan analis sistem untuk menyesuaikan diri dengan platform baru ini, walaupun sebelumnya meereka memiliki pengetahuan dan kebiasaan menggunakan bahasa pemrograman yang berbeda. Saat ini .NET Framework mendukung bahasa pemrograman Visual Basic, ASP, Jscript, Visual C++, Mercury, COBOL, C#, Python, Perl, Pascal, SmallTalk, Delphi.