FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEBERDAYAAN ANGGOTA GAPOKTAN DALAM PROGRAM PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (P-LDPM) DI DESA NAMBANGAN KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI Zufar Arifin, Sapja Anantanyu, Arip Wijianto Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126, Telp/Fax:(0271) 637457 Email:
[email protected] telp: 08562834494
Abstract: This study aims to examine the factors associated with the level of power Gapoktan members, examine the level of power Gapoktan members, and examine the relationship between the factors related to power, the power level of Gapoktan members in the Institution Strengthening Food Distribution Society Program. The basic method of this research is explanatory. The location of the research determined the purposive that Gapoktan Daya Guna Kaya in the Nambangan Villages Wonogiri District. Sampling was done by using proportional random sampling techniques to sample as many as 50respondents. The level of power Gapoktan members in the medium category. Factors associated with the power level of Gapoktanmembers in the medium category, namely the availability of resources, the level of chance, and the level of extension support. There is a significant relationship between the availability of resources, the level of chance, and the level of support for extension of the power level of members Gapoktan. Keyword: Institution, empowerment Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat keberdayaan anggota Gapoktan, mengkaji tingkat keberdayaan anggota Gapoktan, dan mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat keberdayaan, dengan tingkat keberdayaan anggota Gapoktan dalam program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat. Metode dasar penelitian ini adalah explanatory. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di Gapoktan Daya Guna Kaya Desa Nambangan Kabupaten Wonogiri. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proportional random sampling sebanyak 50 responden. Tingkat keberdayaan Anggota Gapoktan dalam kategori sedang. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat keberdayaan anggota Gapoktan dalam kategori sedang yaitu ketersediaan sumberdaya, tingkat kesempatan, dan tingkat dukungan penyuluh. Terdapat hubungan yang signifikan antara ketersediaan sumberdaya, tingkat kesempatan, dan tingkat dukungan penyuluh terhadap tingkat keberdayaan anggota Gapoktan. Kata Kunci: Lembaga, pemberdayaan
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian dalam rangka menaikkan daya saing petani, dapat ditempuh melalui pengembangan kelembagaan. Sebagaimana disebutkan oleh Herawati dan Deny (2003) untuk mewujudkan sistem pertanian dengan agrobisnis dan agroindustri yang berdaya saing tinggi memerlukan organisasi lembaga pertanian yang mampu mengemban visi dan misi pembangunan pertanian, mampu mengantisipasi tantangan pembangunan pertanian, mampu memanfaatkan peluang dan secara konsisten. Langkah untuk mencapai kesejahteraan petani, telah difokuskan pula beberapa aktifitas yang lebih spesifik misalnya upaya untuk memfasilitasi peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan, peningkatan akses terhadap sumberdaya usaha pertanian, pengembangan kelembagaan, dan perlindungan terhadap petani (Syahyuti, 2007). Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat di daerah sentra produksi, merupakan salah satu langkah operasional dalam rencana strategis Badan Ketahanan Pangan (BKP) tahun 2009-2014 dalam rangka melakukan pemantapan sistem distribusi pangan yang efeisien dan efektif. Kegiatan prioritas ini salah satunya pada sub kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM). P-LDPM adalah kegiatan pemberdayaan Gapoktan dalam rangka meningkatkan kemampuan unit usaha yang dikelolanya sehingga dapat meningkatkan posisi tawar petani, meningkatkan nilai tambah
produksi petani dan mendekatkan akses terhadap sumber pangan (Badan Ketahanan Pangan, 2009). Salah satu gapoktan yang mendapatkan Program Penguatan LDPM ini adalah Gapoktan Daya Guna Kaya yang terletak di Desa Nambangan Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. Tujuan program Penguatan LDPM sebagai upaya pemberdayaan Gapoktan tentunya memberikan dampak bagi para petani yang menjadi anggota Gapoktan tersebut juga nantinya akan berdaya dan mandiri. Sesuai dengan penjelasan dalam Petunjuk Pelaksanaan Penguatan LDPM Tahun 2009 menyebutkan bahwa program ini sebagai upaya pemberdayaan masyarakat yang mengandung arti sebagai upaya menciptakan/meningkatkan kapasitas dan kemandirian Gapoktan secara partisipatif. Permasalahan dapat muncul ketika ada kesenjangan antara anggota yang berdaya lebih dibandingkan dengan yang lainnya. Sebagaimana disebutkan oleh Makmur (2011) bahwa setiap orang dalam kelembagaan yang memiliki keberdayaan akan mendapatkan perlakuan dan penghormatan yang tinggi karena mereka dapat memainkan perannya. Persoalan yang muncul dalam proses pemberdayaan kelembagaan adalah adanya ketidak seimbangan antara anggota kelembagaan yang memperoleh kesempatan dalam proses pemberdayaan dengan anggota yang tidak mendapat kesempatan dalam pemberdayaan. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui tingkat keberdayaan anggota Gapoktan dalam program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan, 2) mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan tingkat keberdayaan anggota Gapoktan, 3) mengetahui hubungan antara faktorfaktor yang berhubungan dengan keberdayaan, dengan tingkat keberdayaan anggota. LANDASAN TEORI Pemberdayaan Ife dan Tesoriero (2008) menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat berarti menyiapkan kepada masyarakat dengan sumber daya, kosa kata, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa depan mereka, serta berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri. Sulistiyani (2004) menyebutkan pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/kekuatan/ kemampuan, dan atau proses pemberian daya/kekuatan/ kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Menurut Rangkuti (2009) pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin bergantung pada program yang besifat pemberian (charity) karena tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat dan membangun kemampuannya untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara sinambung. Keberdayaan Petani Inti dari konsep keberdayaan menurut Page dan Czuba (1999) adalah kekuatan (power), yakni kekuatan untuk
berubah. Fujikake (2008) indikator tingkat keberdayaan yaitu tingkat partisipasi, pengemukaan opini, perubahan kesadaran, pengambilan tindakan, kepedulian dan kerjasama, kreativitas, menyusun tujuan baru, negosiasi, kepuasan, kepercayaan diri, manajemen keuangan, dan pengambilan keputusan. Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) adalah kegiatan pemberdayaan Gapoktan dalam rangka meningkatkan kemampuan unit usaha yang dikelolanya yaitu melalui pengembangan unit-unit usaha distribusi/pemasaran/ pengolahan dan pengelolaan cadangan pangan serta pembangunan sarana penyimpanan sehingga dapat meningkatkan posisi tawar petani, meningkatkan nilai tambah produksi petani dan mendekatkan akses terhadap sumber pangan. Pemberdayaan Gapoktan dilakukan di daerah sentra pangan selama 3 tahun untuk mewujudkan stabilisasi harga pangan di tingkat petani dan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani (Badan Ketahanan Pangan, 2009). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan eksplanatori. Singarimbun dan Efendi (1995) menyebutnya sebagai penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa. Penentuan lokasi secara sengaja (purposive), yaitu Gapoktan Daya Guna Kaya di Desa Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri.
Pengambilan populasi secara purposive yaitu anggota Gabungan Kelompok Tani Daya Guna Kaya di Desa Nambangan Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri dengan jumlah 721 orang. Sedangkan penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode proportional random sampling yaitu pengambilan sampel dengan menetapkan jumlah tergantung besar kecilnya sub populasi. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan pencatatan.
Pengkategorian kelas menggunakan lebar interval kelas, dan untuk mengetahui derajat hubungan variabel menggunakan uji korelasi jenjang rank spearmen. PEMBAHASAN Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Keberdayaan Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat keberdayaan, terdiri dari variabel tingkat ketersediaan sumberdaya, tingkat kesempatan, dan tingkat dukungan penyuluh. Adapun pengukuran masing-masing variabel, disajikan dalam tabel-tabel berikut :
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Tingkat Ketersediaan Sumberdaya dalam Persentase (%). Kategori Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
X1.1 8 18 18 56 0
X1.2 20 20 44 16 0
X1.3 56 28 12 4 0
X1.4 4 26 40 26 20
X1.5 10 42 34 6 8
X1 Tot. 4 28 56 12 0
Sumber : Analisis Data Primer, 2011 Keterangan :(X1.1) Tingkat Pendidikan Formal, (X1.2) Tingkat Pendidikan Non Formal, (X1.3) Tingkat Pengalaman Berusahatani, (X1.4) Besarnya Kepemilikan Lahan, (X1.5) Besarnya Modal Usahatani, (X1.Tot.)Tingkat Ketersediaan Sumberdaya.
Dari Tabel 1 di atas, tingkat ketersediaan sumberdaya (X1) masuk dalam kategori sedang dengan persentase 56%. Kategori sedang ini, menunjukkan ketersediaan sumberdaya sudah cukup bagi anggota Gapoktan. Sumberdaya mengambil peranan paling utama bagi petani untuk melangsungkan usahataninya, dan untuk berperan serta di dalam organisasi kelompok tani maupun Gapoktan. Ketersediaan sumberdaya anggota Gapoktan terdiri dari: tingkat pendidikan formal persentase terbesar dalam
kategori rendah, yaitu berpendidikan tingkat Sekolah Dasar. Tingkat pendidikan non formal persentase terbesar dalam kategori sedang, yaitu: mengikuti kegiatan penyuluhan, kursus, maupun pelatihan sebanyak 4 sampai 6 kali dalam 1 tahun. Tingkat pengalaman berusahatani persentase terbesar dalam kategori sangat tinggi, yaitu telah berpengalaman usahatani selama di atas 40 tahun. Besarnya kepemilikan lahan persentase terbesar dalam kategori sedang, yaitu memiliki sawah dengan luas 0,5
sampai 0,75 hektar. Besarnya modal usahatani persentase terbesar dalam
kategori tinggi, yaitu 4,5 juta sampai 6 juta rupiah.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Tingkat Kesempatan dan Tingkat Dukungan Penyuluh dalam Persentase (%). Kategori Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
X2.1 X2.2 X2.3 X2 Tot. X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 8 0 0 4 0 0 0 4 6 44 40 16 0 6 68 52 30 36 28 66 68 56 82 78 20 8 2 0 2 16 14 52 0 0 0 0 0 12 0 2
X3 Tot 0 8 86 6 0
Sumber : Analisis Data Primer, 2011 Keterangan : (X2.1) Tingkat Kesempatan dari Pemerintah, (X2.2) Tingkat Kesempatan Mendapatkan Informasi, (X2.3) Tingkat Kesempatan Memanfaatkan Sumberdaya, (X2.Tot.) Tingkat Kesempatan, (X3.1) Peran Edukasi, (X3.2) Peran Diseminasi Inovasi, (X3.3) Peran Fasilitasi, (X3.4) Peran Konsultasi, (X3.Tot.) Tingkat Dukungan Penyuluh.
Tingkat kesempatan (X2) masuk dalam kategori sedang dengan persentase terbanyak 56%.Tingkat kesempatan mensyaratkan bahwa, semua anggota Gapoktan memiliki kesempatan yang sama antar satu anggota dengan anggota lain. Minimnya kesempatan anggota Gapoktan untuk terlibat dalam kegiatan Gapoktan, akan menghambat pula keterlibatan anggota dalam kegiatan di Gapoktan. Tingkat kesempatan anggota Gapoktan terdiri dari: tingkat kesempatan dari pemerintah persentase terbesar termasuk kategori sedang, yaitu menjadi: anggota aktif dengan memberikan usulan, bebas menentukan perencanaan dan pelaksanaan program dari pemerintah. Tingkat kesempatan mendapatkan informasi persentase terbesar termasuk kategori sedang, yaitu: mendapatkan informasi pertanian melalui pertemuan Gapoktan, dan di rumah petani lain. Tingkat kesempatan memanfaatkan sumberdaya persentase terbesar termasuk kategori tinggi, yaitu: mudah untuk mengakses dan memanfaatkan sumber pendanaan
dari pemerintah, dan fasilitas fisik yang dimiliki Gapoktan. Tingkat dukungan penyuluh (X3) masuk dalam kategori sedang dengan persentase terbanyak 86%. Perbedaan tingkat dukungan penyuluh yang dirasakan responden tidak terpaut jauh, terlihat dari tingginya frekuensi sebaran responden dalam kategori sedang sebesar 86%. Tingkat dukungan penyuluh terdiri dari: peran edukasi penyuluh persentase terbesar termasuk kategori sedang, yaitu: sikap dan tindakan bisa dijadikan contoh, mengajarkan materi sesuai kebutuhan anggota, dan pernah memberikan tugas kepada anggota Gapoktan. Peran diseminasi inovasi persentase terbesar termasuk kategori rendah, yaitu: jarang menyampaikan informasi inovasi, jarang mendemonstrasikan teknologi, dan jarang melakukan pelatihan penggunaan teknologi. Peran fasilitasi persentase terbesar termasuk kategori sedang, yaitu: memperkenalkan lembaga keuangan, menunjukkan sumber bantuan pendanaan dari pemerintah, dan memberikan informasi kebutuhan
pasar. Peran konsultasi penyuluh persentase terbesar termasuk kategori tinggi, yaitu: memberikan konsultasi dimanapun berada, dan memberikan alternatif pemecahan masalah.
Tingkat Keberdayaan Anggota Gapoktan Tingkat keberdayaan anggota Gapoktan merupakan kemampuan responden dalam menentukan dan mempengaruhi perilakunya dalam upaya mencapai tujuan program PLDPM.
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keberdayaan dalam Persentase (%). Kategori
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8 Y1.9 Y1.10 Y1.11 Y1.12 Y1.Tot.
Sangat tinggi
0
2
0
0
0
0
10
0
14
6
6
0
0
Tinggi
0
22
26
16
40
36
14
72
46
40
42
52
24
Sedang
56
22
38
46
52
54
46
28
30
48
44
44
56
Rendah
36
38
32
30
8
10
26
0
10
6
8
4
20
Sangat Rendah
18
16
4
8
0
0
4
0
0
0
0
0
0
Sumber : Analisis Data Primer, 2011 Keterangan: (Y1.1) Tingkat Partisipasi, (Y1.2) Pengemukaan Opini, (Y1.3) Perubahan Kesadaran, (Y1.4) Pengambilan Tindakan, (Y1.5) Kepedulian dan Kerjasama, (Y1.6) Kreativitas, (Y1.7) Menyusun Tujuan Baru, (Y1.8) Negosiasi, (Y1.9) Kepuasan, (Y1.10) Kepercayaan Diri, (Y1.11) Keterampilan Mengelola Keuangan, (Y1.12) Pengambilan Keputusan, (Y1.total) Tingkat Keberdayaan.
Dari Tabel 3 di atas, tingkat keberdayaan anggota Gapoktan dalam kategori sedang yaitu sebesar 56%. Tingkat partisipasi dalam pertemuan kelompok persentase terbesar termasuk kategori sedang, yaitu: kehadiran dalam kegiatan Gapoktan maupun kelompok tani sebanyak 2 kali dalam 1 bulan, dan memberikan informasi kebutuhan pasar saat panen saja. Pengemukaan opini dalam pertemuan kelompok persentase terbesar termasuk kategori rendah, yaitu memberikan masukan sebanyak 1 kali dalam 2 pertemuan kelompok. Perubahan kesadaran terhadap program P-LDPM persentase terbesartermasuk kategori sedang, yaitu menyadari namun kurang bisa mendukung karena keterbatasan kemampuan. Pengambilan tindakan dalam setiap kegiatan P-LDPM persentase terbesartermasuk kategori sedang,
yaitu berperan aktif jika ada orang lain yang ikut melakukan. Kepedulian dan kerjasama terhadap anggota lain persentase terbesar termasuk kategori sedang, yaitu peduli terhadap anggota lain namun masih kurang bisa bekerjasama. Kreativitas dalam pemecahan masalah persentase terbesar termasuk kategori sedang, yaitu memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan solusi dari masalah. Kemampuan menyusun tujuan barupersentase terbesartermasuk kategori sedang, yaitu telah memikirkan namun tidak merencanakan. Kemampuan negosiasi dalam penentuan harga hasil usahatani persentase terbesar termasuk kategori tinggi, yaitu melakukan penawaran dan mendapatkan harga sama dengan/diatas HPP. Kepuasan terhadap manfaat dari program persentase terbesar termasuk kategori
tinggi, yaitu merasa cukup puas karena program bemanfaat. Kepercayaan diri berpendapat persentase terbesar termasuk kategori sedang, yaitu berani berpendapat namun sulit untuk menyampaikan. Ketrampilan mengelola keuangan usahatani persentase terbesar termasuk kategori sedang, yaitu telah mencatat pengeluaran dan pemasukan usahatani. Pengambilan keputusan dalam setiap kegiatan PLDPM persentase terbesar termasuk kategori tinggi, yaitu pengambilan
keputusan berdasarkan pertimbangan pribadi dan didukung dengan keputusan kelompok. Hubungan Antar Variabel Untuk menganalisis hubungan antara tingkat ketersediaan sumberdaya, tingkat kesempatan, dan tingkat dukungan penyuluh dengan tingkat keberdayaan anggota Gapoktan digunakan uji korelasi rank Spearman dengan program SPSS 17.0 for windows.
Tabel 4. Analisis Hubungan Antara Tingkat Ketersediaan Sumberdaya, Tingkat Kesempatan, Dan Tingkat Dukungan Penyuluh dengan Tingkat Keberdayaan Anggota Gapoktan No 1 2 3
Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat keberdayaan (X) Tingkat Ketersediaan Sumberdaya (X1) Tingkat Kesempatan (X2) Tingkat Dukungan Penyuluh (X3)
Keberdayaan Anggota Gapoktan (Y) rs 0.615** 0.588** 0.454**
t hitung 5.403 5.036 3.530
Sumber : Analisis Data Primer, 2011 Keterangan:
(rs) Korelasi rank Spearman, t0,05 = 2,009; t0,01 =2,678 (**) Signifikan taraf kepercayaan 99%, (*) Signifikan taraf kepercayaan 95%
Hubungan Antara Tingkat Ketersediaan Sumberdaya (X1) dengan Tingkat Keberdayaan Anggota Gapoktan (Y) Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai rs sebesar 0,615 pada α = 0,05 dengan thitung sebesar 5,403 > ttabel (2,009) maka H1 diterima, artinya ada hubungan signifikan antara tingkat ketersediaan sumberdaya dengan tingkat keberdayaan anggota Gapoktan. Semakin tinggi ketersediaan sumberdaya semakin tinggi pula tingkat keberdayaan anggota Gapoktan. Sumber daya pertanian mencakup sumber daya alam, sumber daya manusia, kapital fisik dan teknologi, modal sosial dan
kelembagaan. Sumber daya tersebut dapat dikembangkan sebagai kegiatan agribisnis untuk meningkatkan keberdayaan, kemandirian, dan kesejahteraan petani (Rangkuti, 2009). Dari pernyataan Rangkuti di atas, menunjukkan bahwa sumberdaya yang dimiliki seseorang merupakan bekal utama untuk berdaya seorang petani di dalam lingkungannya. Penyiapan sumberdaya dimaksudkan agar ketersediaan sumberdaya mampu memberikan daya untuk anggota Gapoktan dalam membangun Gapoktan, khususnya pada program Pengutan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat.
Hubungan Antara Tingkat Kesempatan (X2) dengan Tingkat Keberdayaan Anggota Gapoktan (Y) Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai rs sebesar 0,588 pada α = 0,05 dengan thitung sebesar 5,036 > t tabel (2,009) maka H1 diterima, artinya terdapat hubungan signifikan antara tingkat kesempatan dengan tingkat keberdayaan anggota Gapoktan. Semakin besar nilai tingkat kesempatan maka semakin besar pula tingkat keberdayaan anggota Gapoktan. Aanggota yang memiliki kesempatan yang lebih, akan semakin berdaya dibandingkan dengan anggota yang berkesempatan sedikit. Tingkat kesempatan mampu mempengaruhi keberdayaan seseorang di dalam program PLDPM. Tingkat kesempatan yang terdiri dari kesempatan dari pemerintah, kesempatan untuk mendapatkan informasi dan kesempatan memanfaatkan sumberdaya bisa dijadikan ukuran keberdayaan anggota dalam program P-LDPM. Hubungan Antara Tingkat Dukungan Penyuluh (X3) dengan Tingkat Keberdayaan Anggota Gapoktan (Y) Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai rs sebesar 0,454 pada α = 0,05 dengan thitung sebesar 3,530 > t tabel (2,009) maka H1 diterima, artinya terdapat hubungan signifikan antara tingkat dukungan penyuluh dengan tingkat keberdayaan anggota Gapoktan. Semakin besar nilai tingkat dukungan penyuluh maka semakin besar pula tingkat keberdayaan anggota Gapoktan. Anggota yang mendapatkan dukungan lebih dari penyuluh akan
semakin berdaya dibandingkan dengan anggota yang kurang mendapatkan dukungan. Tingkat dukungan penyuluh terhadap anggota Gapoktan mampu mempengaruhi keberdayaan seseorang di dalam program P-LDPM. Oleh karena itu, tingkat dukungan penyuluh yang terdiri peran edukasi, peran diseminasi inovasi, peran fasilitasi dan peran konsultasi, bisa dijadikan ukuran tingkat keberdayaan anggota dalam program P-LDPM. Hubungan tersebut di atas didukung dengan pernyataan Firmansyah (2012) yang menyebutkan faktor fasilitator atau pendamping program pemberdayaan sangat menentukan tingkat keberdayaan masyarakat sasaran program. Sejalan dengan pernyataan Firmansyah di atas, peranan penyuluh berpengaruh positif dan nyata terhadap keberdayaan (Yunasaf dan Ginting, 2009). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Faktor yang berhubungan dengan tingkat keberdayaan tergolong kategori sedang, yang terdiri dari tingkat ketersediaan sumberdaya, tingkat kesempatan, dan tingkat dukungan penyuluh terhadap anggota Gapoktan. Tingkat keberdayaan anggota Gapoktan dalam Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat masuk dalam kategori sedang. Aspek yang masuk dalam kategori tinggi yaitu kemampuan negosiasi, kepuasan terhadap manfaat program, dan pengambilan keputusan. Aspek yang masuk dalam kategori sedang, yaitu tingkat partisipasi, perubahan kesadaran, pengambilan tindakan, kepedulian dan kerjasama, kreativitas dalam
pemecahan masalah, kemampuan menyusun tujuan baru, kepercayaan diri berpendapat, dan keterampilan mengelola keuangan. Sedangkan aspek keberdayaan yang masuk kategori rendah, yaitu kemampuan pengemukaan opini dalam pertemuan kelompok. Hubungan antara faktorfaktor yang berhubungan dengan tingkat keberdayaan dengan tingkat keberdayaan anggota Gapoktan dalam Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat sebagai berikut, berhubungan signifikan yaitu tingkat ketersediaan sumberdaya, tingkat kesempatan, dan tingkat dukungan penyuluh. Saran Tingkat keberdayaan anggota Gapoktan pada aspek pengemukaan opini dalam pertemuan kelompok, masih dalam kategori rendah. Maka perlu ditingkatkan dengan cara, anggota Gapoktan dilatih untuk percaya diri mengutarakan pendapat dalam pertemuan kelompok. Peningkatan kesempatan untuk anggota Gapoktan dapat ditempuh dengan pengurus Gapoktan tidak boleh mendominasi dalam semua kegiatan Gapoktan, melainkan melibatkan peran anggota Gapoktan secara bergilir. Anggota Gapoktan lebih meningkatkan kerjasama antar anggota. Kerjasama ini dapat diawali dengan cara diskusi kelompok kecil untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul, serta bekerja secara bersama untuk mempercepat selesainya masalah.
DAFTAR PUSTAKA Badan Ketahanan Pangan. 2009. Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan.http://bkp.deptan.go.id / Pusat_ Distribusi _ dan_ Cadangan_ Pangan.Diakses tanggal 19 Maret 2011. Firmansyah, H. 2012. Tingkat Keberdayaan Masyarakat dalam Program Pemberdayaan Masyarakat di Kota Banjarmasin dan Kabupaten Tanah Laut. Jurnal Agribisnis Pedesaan. Vol. 02 No. 01 Maret 2012 : 53-67. Fujikake, Yoko. 2008. Qualitative Evaluation: Evaluating People’s Empowerment. Japanese Journal of Evaluation Studies Vol. 8, No. 2, March 2008. http://www.journalarchive.jst.g o.jp/english//jnltoc_en. php?cdjournal=jjoes2001&cdv ol=8&noissue=2. Diakses tanggal 28 April 2011. Herawati, A. Rina dan Deny Junanto. 2003. Pemberdayaan Masyarakat Daerah: Tantangan Dalam Mengelola Sumber Daya Manusia Di Era Otonomi Daerah (Kasus Pembangunan Masyarakat Pertanian Di Beberapa Negara). http://www.pkailan.com/pdf/Pe mberdayaan_masyarakakat_ daerah_pertanian.pdf.Diakses tanggal 11 Juni 2011. Ife,
J. dan Tesoriero F. 2008.Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Makmur. 2011. Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Refika Aditama. Bandung. Page, N., dan Czuba C.E. 1999 .Empowerment: What is it?.Journal of Extension, Vol. 37 Number 5. http://www.joe.org/joe/2006au gust/rb4.php. Diakses tanggal 9 Juni 2011. Rangkuti, P. A. 2009. Strategi Komunikasi Membangun Kemandirian Pangan. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 28.No. 2. Tahun 2009 : hal. 39-45. Singarimbun, M dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Gava Media. Yogyakarta. Syahyuti. 2007. Penerapan Pendekatan Pemberdayaan Dalam Kegiatan Pembangunan Pertanian: Perbandingan Kegiatan P4k, Pidra, P4mi, Dan Primatani.Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume 25 No. 2, Desember 2007 : 104 – 116. Yunasaf, U. Ginting, B. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberdayaan Peternak Sapi Perah Di Kabupaten Bandung. http://pustaka.unpad.ac.id. Diakses tanggal 5 Mei 2011.