Lampiran Materi Kuliah IKA
Pokok Bahasan: NEFROLOGI ANAK 1. Sindroma Nefrotik (SN) dr. M. P. Damanik, Sp. A(K) Difinisi: Ialah suatu penyakit dengan kumpulan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia Klasifikasi SN: 1. Klinis: A. 1. S.N. Bawaan (kongenital). - Edema pada masa neonatus. - Resisten terhadap pengobatan. - Prognosis infaust. 2. SN Primer/Idiopatik. 3. SN Sekunder: a. Penyakit keturunan dan metabolik: Diabetes, Amilodoisis, Sindrom Alport, Myxederma. b. Penyakit Infeksi: Hepatitis B, Malaria, Schistosoma, Lepra, Sifihis, Post. Streptokok c. Akibat toksin dan alergi: Logam berat (Au.Hg) probenicid, serangga dan bisa ular. d. Penyakit sistemik dan penyakit immune mediated: SLE, Sindrom vaskulitis, Poliarteritis, Henoch Scholein Purpura, Sarcoid Dermatitis, Herpetifomis. e. Penyakit Neoplasma : Penyakit Hodskin B. Respon steroid: sensisitif steroid dan resisten steroid. 2. Histopatologi: a. Kelainan minimal b. Kelainan non minimal c. Endapan Ig G, Ig A, Ig M, C3, fibrinogen Kriteria Diagnostik SN Primer pada Anak 1. Edema 2. Proteinuria masif (++ atau dengan pemeriksaan protein kuantitatif > 40 mg/m2/jam) atau 1 gr/L dalam 24 jam (Esbach).
3. Hipoproteinemia (< 2,5 mg/dl). 4. Hiperkolesterolemia (> 250 mg/dl). 5. C3 normal. Patofisiologi: 1. Akibat proteinuria. 2. Gangguan permeabilitas Pembagian morfologik kelainan glomerulus (Churg, Habib dan White, 1970) 1. Kelainan minimal 2. Glomerulosklerosis Fokal 3. Glomerulonefritis Proliferatif 4. Difus Eksudatif 5. Mesangial 6. Dengan Crescent 7. Fokal 8. Membrano-Proliferatif 9. Nefropati Membranosa 10. Glomerulonefritis Kronik Lanjut Laboratorium: •
Urin:
BD. Urin menetap (1008 -1012). Albuminuria. Eritrosit ±. Leukosit (hilang timbul).
•
Darah: L.E.D Ureum Fasfor Kalsium Kalium
•
Test fungsi ginjal dapat menurun
Pengobatan: 1. Kortikosteroid 2. Diuretika 3. Imusupresif
Diit: •
Rendah garam (1-2 mg/han)
•
Protein 2-3 mg/kg BB/hari
DOSIS OBAT YANG DIANJIJRKAN PADA PENGOBATAN SN •
Prednison: Tiap harinya
: 60 mg/m2/hari dibagi dalam 3 dosis
Intermiten
: 40 mglm2/hari dibagi dalam 3 dosis tiga hari berturut-turut dalam 7 hari atau dengan dosis alternate (selang sehari) dosis tunggal pada pagi hari.
•
Sikiofosfamid: 2 - 3 mg/kg/hari selama tidak lebih dari 6 minggu sampai 8 minggu
•
Kiorambusil : Dosis 0,1 - 0,2 mg/kg/hari dalam dosis terbagi dengan kortikosteroid selang sehari.
Kriteria pengobatan (Standar Nasional/ISKDC) 1. Pengobatan dengan prednison. 2. Dosis prednison 60 mg/m2/hari atau 2 mg/kg BB selama 4 minggu dilanjutkan dengan dosis 40 mg/m2/hari secara intermiten yaitu 3 hari dalam 1 minggu selama 4 minggu berikutnya atau secara alternate (selang sehari). 3. Penderita dinyatakan Sensitif Steroid (SS) bila menunjukan hasil remisi pada pengobatan 8 minggu tersebut sedangkan yang tidak menunjukan remisi disebut Resisten Steroid (SS). 4. Kriteria remisi ialah edema menghilang dan proteinuria negatif selama 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu. Efek Toksin Pengobatan Steroid Jangka Panjang Chuhingoid
Oftalmologi
Moon Face
Katarak
Akne Triae
Psikologis Euforia
Resistensi Cairan
Iritabilitas
Edema
Insomnia
Hipokalemia
Kelainan Endokrin
Sirkulasi
Supresi Pertumbuhan
Hipertensi
Supresi Fungsi Adrenal
Edema Otak
Kel. Hematologi
Tulang
Leukositosis
Fraktur Osteoporosis
Ekimosis G.I. Sistem Otot
Tungkak lambung
Kelemahan
Pankreatitis akut
Atropi Immunologi Infeksi Jamur Aktivasi TBC 2. GLOMERULONEFRITIS (GN) dr. M. P. Damanik, Sp. A(K) Definisi: GN ialah suatu reaksi imunologik terhadap bakteri/virus tertentu pada jaringan ginjal. •
Sering akibat infeksi kuman streptococcus
•
Perjalanan klinis GNA: dapat akut (GNA) maupun kronis (GNK).
A. Glomerulonefritis Akut (GNA) Insidens: •
2/3 GNA pada anak berumur antara 3-7 tahun
•
Penderita pria > wanita
•
Jarang pada umur < 3 tahun
Etiologi: • •
Streptococcus hemoloticus Gol. A tipe 12 dan 25 Infeksi ekstra- renal : Traktus Respiratorius bagian atas atau infeksi pada kulit (piodermia)
Gejala Klinik +Edema pada kelopak mata dan atau tungkai +Hematuria (kencing berwarna merah daging) +Panas +OligurialAnuria +Hipertensi +Gejala penyerta dapat disertai: muntah, anoreksia, konstipasi atau diare Hipertensi: Terdapat pada 60 - 70 % penderita Karena vasospasme atau iskemia ginjal Komplikasi : Hipertensi ensepalopati Kegagalan fungsi jantung Hipertensi ensepalopati Tekanan darah naik • vasospasme pembuluh darah otak • Iskemia otak • Hipertensi ensepalopati (pusing, muntah, gelisah, kejang). Komplikasi jantung Gejala: + Kelainan Elektrokardiografi (T-Wave Flate) + Kalau berat dapat menyebabkan gagaijantung Patofiologi: + Oliguria • rentensi Na dan air + Cardiac out put naik • hipertensi Bila diuresis membaik • gejala jantung menghilang. Partogenesis Hipotesis: (1). Kompleks antigen-antibodi melekat pada membran basalis glomerulus, mengaktivir komplemen dan merusak membrana basalis glomerulus. (2). Proses autoimun Autoimun antibodi langsung memsak membran basalis glomerulus.
Laboratorium : Urin
: Jumlah menurun Berat Jenis meningkat Eritrosit: (+ +)
Darah : Laju Endap Darah meningkat Ureum sedikit meningkat Kreatinin sedikit meningkat B 1C — Globulin (C3) menurun Adeno Streptolicin O (ASTO) meningkat Pengobatan : (1). Istirahat-total: 3 - 4 minggu (2). Prokain Penisilin 10 hari atau Ampisilin 100 mg/Kg BB/hari (3). Dietetik : • Rendah protein (1 gm/kg bb/hari) • Rendah garam (1 gm/hari) (4). IVFD Glukose 10 - 15 % pada penderita Anuria/muntah bila terjadi Anuria selama (5- 7 hari) maka dilakukan: a. Dialisis peritoneum b. Hemodialisis c. Tranplanstasi Pengobatan (lanjutan) (5). Diuretika: Bila ureum meningkat • “Forced diurestics” (lasix: furosemid). (6). Simtomatik : Hipertensi reserpin, hidralisin Mg SO4 Hypertensive encephalopathy ditambah sedativa (luminal, valium). Dekompensasi jantung: digitalis sedativa, dan o2 B. Glomerulonefritis Kronis (GNK) Definisi : Kelainan hematologis dan proteinuria menetap. Eksaserbasi berulang terhadap GNA (beberapa bulan/tahun). Gejala Klinik : Tanpa gejala gagal ginjal yang spesifik
Edema sedikit Suhu subfebril Fase nefrotik : Edema tambah jelas Ratio Alb/Glob. terbalik Kolesterol meningkat Fungsi Ginjal dapat menurun: kadar ureum dan kreatinin meningkat
Patologi-Anatomi Makroskopik : Ginjal mengecil/mengerut. Permukaan berbutir (contracted kidney). Mikroskopik : Glomerulus bergenerasi hialin, tubulus atrofik. Pada nefron jaringan ikat meningkat dengan infiltrasi limfosit. Pengobatan : 1. Gejala klinis diatasi Gagguan elektrolit dikoreksi Hipertensi
• Antihipertensi
Anemia
• Transfusi
Infeksi
• Antibiotika
2. Bila diperlukan Dialisis
• Pencangkokan ginjal
Prognosis Fungsi ginjal perlahan-lahan menurun, lama kelamaan meningkat. cepat berkisar antara 5 3. Infeksi Saluran Kemih dr. M.P. Damanik, Sp.A(K)
• Obstruksi Urin (Kongenital atau didapat) •Batu • Refluks VU • Konstipasi
Kelainan Kongenital Traktus Urinarius I. Non Obstruktif 1. Ginjal Polikistik 2. Ginjal Hipoplasia 3. Ektrovi Kandung Kemih 4. Urachus Paten II. Obstruktif 1. Dibawah Kandung Kemih Fimosis Valvula Uretra Posterior Obstruksi Leher Kandung Kemih 2. Diatas Kandung Kemih Strikture Ureter Pembuluh Darah Aberan Stenosis hubungan Vesiko Ureter atau Pelvio-Ureter Etiologi Infeksi Saluran Kemih RSCM, (1982) Damanik(1990) E. Coli
42 %
60,7 %
Proteus
20%
10,7%
Pseudomonas
8%
14,3 %
Aerobacter Aerogenes
8%
-
Basil gram Negatif
4%
3,6 %
Difteroid
4%
-
Staphylococcus
4%
10,7 %
Gejala Klinik I. Asimtomatik II. Simtomatik Neonatus : panas, muntah, cengeng, ikterus, hambatan pertumbuhan dan sepsis. Bayi/Balita: panas (tanpa sebab jelas, diare, cengeng, diaper rash, gangguan tumbuh Usia Sekolah : Gejala Spesifik - disuria - polakisuria - ngompol (eneuresis)
- sakit perut/pinggang Diagnosis Infeksi Saluran Kemih Pemeriksaan air kemih: •Bakteriuria bermakna dengan atau tanpa lekosituria lekositur •Silinder Lekosit
infeksi Ginjal
Cara Penampungan Air Kemih 1. Urine Pancar Tengah (UPT). 3. Kateterisasi Kandung Kemih. 2. Fungsi ungsi Kandung KemihlSuprapubik. 4. Kantung plastik. Pengiriman engiriman urin ke laboratorium 2 jam setelah pengambilan urin segera cli periksa di laboratorium. Bila lebih dan 2 jam sample urine haruss ha s disimpan 40 C (Termos/Lemari Es).
bar 1 Tehnik pelaksanaan Pungsi Kandung Kemih Gambar Evaluasi Hasil Biakan Aspira suprapubik: 1 atau lebih > 200 kuman dianggap positif(Margileth, 1976). Urine pancar tengah: <10.000: kontaminasi. 104 - 105 : meragukan maka diulang. > 105 : bermakna. Pemeriksaan Radiologi 1. Foto polos abdomen (BNO). 2. Pielografi Intravena (Ply). Kedua pemeriksaan ini tujuannya melihat: a. Kerusakan traktus urinarius akibat infeksi. Kelainan kongenital.
b. Kelainan 3. Miksio Sisto Uretrografi (MSU) melihat: a. Refluks vesiko ureter b. Kelainan uretra.
asifikasi refliks vesiko Gambar 2 : Klasifikasi I.
Refluks sampai 1/3 bagian bawah ureter.
II.
Refluks sampai pelvis tanpa kerusakan koliks.
III. Refluks sampai pelvis dengan kerusakan koliks. IV. Refluks disertai hidro ureter dan hidro nefrosis. Penanggulangan I.S.K. Tujuan: 1. Eradikasi infeksi akut. 2. Pencegahan dan pengobatan infeksi berulang. 3. Deteksi dan koreksi bedah, bila ada kelainan anatomik. ISK Simpleks (tanpa kelainan radiologik) Infeksi pertama Pengobatan fase akut: 7 han Pilihan pertama
: obat primer
Pilihan kedua
: obat sekunder
Bila relaps> 2 kali Pengobatan fase akut diberikan profilaksis p 3 bulan Penanganan ISK: A. Umum B. Khusus
A. Umum 1. Simtomatis: panas, muntah, dan lain-lain. 2. Banyak minum - sering kencing 3. Menjaga kebersihan perineum 4. I.S.K. simpleks. (tanpa kelainan radiologik) -
Infeksi pertama: pengobatan fase akut: selama 7 han dengan pilihan pertama obat primer, pilihan kedua obat sekunder
-
Infeksi ke dua (bila relaps > 2 kali):
-
pengobatan fase akut
-
-profilaksi 3 bulan
B. Khusus I.S.K. komplek (dengan Kelainan radiologik) pengobatan fase akut (7 hari) dan profilaksis minimum 6 bulan. Tindak lanjut Kultur ulang: - minggu pertama - setelah 1 bulan - selanjutnya tiap 3 bulan Reinfeksi:
- Pengobatan = Fase akut - Antibiotika sesuai uji retensi kuman
Jenis obat 1. Pengobatan Infeksi Akut a. Obat primer
b. Sekunder
Ampisilin
Gentamisin
Kotrimoksasol
Amikasin
Sulfisazol
Dibekasin
Asam Nalidiksat
Kanamisin
Nitrofurantoin
Sefatoksin
Sefaleksin
Karbenisilin
2. Pengobatan Profilaksis - Nitroflirantoin - Kotrimoksazol
Dosis 1/4 diberikan
- Asam Mandelamin
1 kali malam han
- Sefaleksin
4. GAGAL GINJAL AKUT PADA ANAK Dr. M. P. Damanik, Sp. A(K) Difinisi Gagal ginjal akut ialah : suatu sindrom yang yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang mendadak dengan akibat terjadinya penimbunan hasil hasil metabolit persenyawaan nitrogen seperti, ureum dan kreatinin (anderson dan Schrier, 1980, Bresis dkk, 1986). Hal mi dapat terjadi dalam beberapa, jam sampai beberapa, han, Fine (1987) mempertajam definisi mi dengan menambahkan peningkatan kreatinin darah 0,5 % han sebagai kriteria diagnosis. Secara klinis GGA dapat dibagi 2 golongan 1. GGA oligurik : definisi oliguria pada anak adalah <240 ml!m2!hari atau 8-10 ml! kgBB/hari. Pada neonatus < lml/kgBB/jam (James, 1986; Anand, 1982. Penulis lain memberi batasan < 0,5 ml!kgBB!jam (Ingelfinger, 1985). Sedangkan Gandio dan Siegel (1989) berpendapat bahwa pada setiap anak dapat dipakai definisi < 0,8 cc/kg BB/jam 2. GGA non oligurik: pada kondisi mi tidak dijumpai oliguria terapi kadar ureum dan kreatinin meningkat. Hal mi sering dijumpai pada GGA akibat pemakaian obat-obat nefrotoksik Etiologi GGA A. GGA pra renal, terjadi akibat hipovolemia, hipotensi dan hipoperfIisi ginjal sbb: 1. Kehilangan darah : trauma, perdarahan. 2. Kehilangan plasma: luka bakar, peritonitis. 3. Kehilangan air dan elektrolit: gastroenteritis akut. 4. Hipoalbuminemia pada sindrom nefrotik. 5. Dekompensasi jantung: infark miokard. 6. Pada neonatus akibat syok septik atau asfiksia berat. B. GGA renal terjadi karena: 1. Kerusakan epitel tubulus: nekrosis tubuler akut 1.1. Tipe iskemik: karena GGA pra renal yang akut berlangsung lama. 1.2. Tipe nefrotoksik karena obat antara lain: aminoglikosida, zat kontras radiopak
2. Kerusakan glomerulus 2.1. Glomerulonefritis akut 2.2. Sindrom hemolitik uremik 3. Penyakit vaskuler : trombosis, hipertensi 4. Pada neonatus dapat terjadi karena anomali ginjal yaitu polikistik infantil, ginjal multikistik, displastik bilateral. C. GGA pasca renal Obstruksi bisa disebabkan oleh: 1. Kelainan kongenital: mis: valvula uretrovesikal 2. Batu. 3. Bekuan darah. 4. Tumor. 5. Kristal (asam jenggol, asam urat). Perbedaan pemeriksaan laboratorium pada GGA pra renal dan renal intrinsik Pemeriksaan
GGA pra renal
GGA Renal intrinsi
Osmolalitas urin
> 400 m OsmJL
<400 m Osmi/L
NaUrin
>4OmEqIL
Fraksi ekskresi
<1 %
>3%
UUreum
>20
<10
>20
<15
> 1,1
<1,1
> 1,020
1,012-1,018
P U kreatinin P IjOsmolalitas P BJ Penatalaksanaan gagal ginjal Gagal ginjal pra renal •
Jenis cairan yang diberikan tergantung etiologi hipovolemia. Pada gastroenteritis dehidrasi diberikan Ringer Laktat atau Dextrose 1/2 salin sesuai protokol. Pada syok hemoragik diberikan trannsfusi darah
•
Pada syok yang terjadi pada sindrom nefrotik akibat hipoalbuminemia diberikan infus albumin atau plasma
•
Pada dehidrasi yang tak jelas etiologinya sebaiknya diberi Ringer Laktat 20 ml/kg BB dalam waktu 1 jam. Biasanya terjadi diuresis setelah 2-4 jam pemberian terapi rehidrasi
Gagal ginjal akut pasca renal •
Bila ditemukan GGA pasca renal pada USG maka perlu ditentukan lokalisasi dengan pielografi arterad atau retrograt.
•
Tindakan bedah tergantung pada situasi, dapat bertahap dengan melakukan nefrostomi dulu untuk mengeluarkan urin dan memperbaiki keadaan umum atau segera melakukan pembedahan definitif dengan menghilangkan obstruksinya.
Gagal ginjal renal Tujuan pengobatan GGA renal ialah: mempertahankan hemostasis tubuh sambil menunggu ginjal beriuingsi kembali. Pemantauan yang perlu dilakukan ialah: 1. Tanda-tanda vital
: tensi, nadi, pernafasan, ritme jantung.
2. Pemeriksaan darah
: Hb, Ht, Trombosit.
3. Darah
: ureum & kreatinin.
4. Elektrolit
: K, Na, Cl, Ca, P dan asam urat.
5. Analisis gas darah. 6. Pengukuran diuresis. Terapi GGA renal dapat dibagi dua yaitu: A. Terapi konservatif 1. Terapi cairan dan kalori Perhitungan IWL didasarkan pada caloric expenditure (Trainin dan Spitzer, 1978) sbb: Berat Badan - 0-10 kg : 100 kal/kg BB/hari - 11-20 kg: 1000 kal + 50 kallkg BB/hr diatas 10 kg BB - >20kg : 1500 kal + 20 kallkg BBIhr diatas 20kg BB Jumlah IWL = 25 ml per 100 kal.
Secara praktis dapat dipakai perkiraan perhitungan sebagai berikut : anak < 5 th = 30 mi/kg BB/hari, anak> 5 th = 20 mi/kg BB/hari 2. Asidosis Bila hasil pemeriksaan gas darah menunjukan hasil asidosis metabolik, dikoreksi dengan cairan natrium bikarbonat sesuai dengan hasil analisis gas darah yaitu ekses basa x berat badan x 0,3 (mEq), atau kalau hal mi tidak memungkinan maka dapat diberikan koreksi buta 2-3 mEq/kg BB/hari 3. Hiperkalemia Hiperkalemia perlu segera ditanggulani karena bisa membahayakan jiwa penderita. Bila kadar K serum 5,5-70 mEq/L perlu diberi kayexalat yaitu kation exchange resin (Resonium A) 1 mg/kg BB per oral atau perektal 4 x sehari. Bila kadar K> 7,0 mg/L atau ada kelainan EKG atau aritmia jantung perlu diberikan: -
Glukonas kalsikus 10 % 0,5 ml/kg BB i.v. dalam 5- 10 menit.
-
Natrium bikarbonat 7,5 % 2,5 mEq/kg BB i.v. dalam 10-15 menit.
4. Hiponatremia Hiponatremia < 30 mEq/L sering ditemukan karena pemberian cairan yang berlebihan sebelumnya dan cukup dikoreksi dengan restriksi cairan. Bila disertai dengan gejala serebral maka perlu dikoreksi dengan cairan Na Ci hipertonik 3 % (0,5 mmol) = (140Na darah)x0,5x33 5. Tetani Bila timbul gejala tetani akibat hipokalsemia perlu diberikan glukonas kaisium 10 % i.v. 0,5 mi/kg BB pelan-pelan 5-10 menit dilanjutkan dengan dosis rumat kalsium oral 1-4 gram/hari 6.Kejang Bila terjadi kejang dapat diberikan diazepam 0,3-0,5 mg/kg BB I.v. dan diianjutkan dengan dosis rumat luminal 4-8 mg/kg BB/hari atau difenil hidantoin 8 mg/kg BB.
7. Anemia Transfusi dilakukan bila kadar Hb <6 g/dl atau Ht <20 % sebaiknya diberikan packed red cel untuk mengurangi penambahan volume darah. 8. Hipertensi Hipertensi ditanggulangi dengan diuretika, bila perlu dikombinasi dengan captopril 0,3 mg/kg BB/kali diberikan 2-3 kali sehari dinaikan secara bertahap sampai 2 mg/kg BB/kali. Pada hipertensi krisis dapat diberikan kionidin drip 0,002 - 0,006 mg/kg BB. 9. Edema paru Merupakan hal yang sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat, sebagai tindakan percobaan dapat diberikan furosemid I.v. 1 mg/kg BB. Bila tindakan tersebut tidak memberi hasil yang efektif dalam waktu 20 menit maka dialisis harus segera dilakukan. B. Tindakan Dialisis. Jenis dialisis pada anak biasanya dilakukan: Peritoneal Dialisis, anak yang lebih besar dapat dilakukan Hemodilaisis. B. Gagal ginjal kronik pada anak Diagnosis: -
50 % penderita GGK riwayat tidak jelas Riwayat penyakit tidak nyata: lesu, letih, malas makan, nyeri abdomen, gangguan pertumbuhan, dll
Khas : sembab perlahan-lahan - poli dipsi - poli uriluliguria - pucat, kekuning-kuningan - gatal-gatal - sakit tulang - parastesi Pemeriksaan fisik: - edema
- tekanan darah naik
- bekas garukan kulit
- gangguan retina
Laboratorium, pesarat diagnostik lain Biopsi ginjal -
-
Mencari & mengobati komplikasi: •
Hiperkalemia
•
Hipertensi
•
Asidosis berat
•
Dehidrasi
•
Infeksi
•
Gagal jantung
Ditentukan apakah penyakit ginjalnya reversible -
Obstrukrif, ISK, Hipertensi reno vaskuler fungsi ginjal kadang-kadang dapat dipertahankan
-
Glomerulonefritis
Dinilai Kegagalan Ginjal Renal Failure Tingkat I Glomeruler Clearence: 15-30 mI/min/1,73 m2 Renal Falure Tingkat II Glomeruler Clearence: 5-15 ml/min/1,73 m2 Renal Failure Tingkat UI: Glomeruler Clearence: <5 ml/min/1,73 m2 (Renal Failure Terminal) (Roven, 1974) Dialisis Transpiantasi Laboratorium
: Radiologik Biopsi ginjal
Penatalaksanaan : GGK
Perlu kesabaran ketelitian frustasi sukses
Tahapan: 1. Tegakan diagnosis 2. Dinilai kegagalan ginjal 3. Cara dan obati kompilkasi yang mengancam jiwa anak
antara lain: •
Hiperkalemia
•
Hipertensi
•
Infeksi
4. Apakah penyakit ginjalnya reversibel 5. Rencana pengobatan: •
Konservatif
•
Dialisis
•
Transplantasi
Pengobatan Konservatif: A. Diit: •
Rendah protein: 1-2 gr/kg BB (As. Amino esensial, Protein hewan)
•
GGN ginjal berat: 0,3-0,5 gr/kg BB
•
Karbohidrat & lemak sesuai kebutuhan
•
Susu dibatasi: Kadar fosfat , kalium tinggi
•
Vitamin D: 2000-25.000 unti per hari
B. Natrium dan air: -
Hiponatremia (oleh akrena ginjal tidak dapat menahan Na, intake ketat, diuretika, muntah dan diare) •
Na Cl per oral
•
Larutan isotonik I.V.
•
koreksi hipertensi
C. Asidosis Metabolik ringan : koreksi dengan pemberian natrium bikarbonat berat : dialysis D. Hiperkalemia dan Hipokalemia •
Hiperkalemia: komplikasi akhir GGK, asidosis, infeksi
•
Hipokalemia: GGK, diuretika
E. Anemia •
Normositik normokromk
•
Hb: 7-8 gr % - tidak perlu transfusi bila ku anak baik
astrup
•
Hb: 6 gr % (HMT <20 %) bahaya D.C.Ihipoxia packed red cell (30-100)
•
Zat besi dalam makanan
F. Infeksi •
mudah kena infeksi
•
biakan darah
segera terkena infeksi
1 Antibiotik hati-hati GGK •
biakan urin
G. Osteo Distrofi Renal •
Intake fosfat dikurangi
•
Aluminium hidroxid gel dapat mengurangi absorbsi fosfat
•
Parsial para tiroidiktomi
H. Obat-obat pada GGK
hati-hati pemberian obat, harus atas indikasi
yg. benar Dialisis dan Transplantasi Tujuan : mengembalikan fungsi ginjal menjadi normal. Dialisis
Transpiantasi
Problem untuk anak : •
Kesukaran teknik.
•
Perkembangan psikososial dan emosi.
•
Pertumbuhan fisik.
Kesimpulan 1. Penanganan GOK pada anak merupakan seni tersendiri: kesabaran, kejutan, frustasi, sukses 2. Dinegara maju: penanganan konservatif merupakan antara dialisis transplantasi 3. Di negara berkembang: kadang-kadang penaganan konserfatif merupakan titik akhir mempertahankan hidup penderita. 4. Perlu peningkatan kemampuan dan fasilitas.