Ringkasan Materi Kuliah SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR (PERSAMAAN LINEAR)
1.1
Pendahuluan Persamaan diferensial yang kita pelajari dalam bab sebelumnya adalah
persamaan diferensial yang mengandung satu fungsi yang tak diketahui.. Karena beberapa alasan, antara lain termasuk penerapan dan perampatan (generalisasi), orang menjadi tertarik untuk mempelajari sistem n buah persamaan diferensial dengan n buah fungsi tak diketahui, di mana n merupakan bilangan bulat positif ≥ 2. Dalam bab ini kita hanya memperhatikan sistem dari dua persamaan diferensial dengan dua fungsi yang tak diketahui yang berbentuk .
x1 a11 (t ) x1 a12 (t ) x2 f1 (t )
(1)
.
x2 a21 (t ) x1 a22 (t ) x2 f 2 (t ) dengan koefisien a22,a12, n21, a22, dan fungsi-fungsi f1 , f2 ;semua merupakan fungsi t yang kontinu pada suatu selang I dan x1, x2 adalah fungsi t yang tak diketahui. Dalam bagian ini, kita sajikan beberapa definisi dan beberapa teorema dasar tentang sistem (1) yang disampaikan tanpa bukti. Definisi-definisi dan teorema-teorema ini dengan mudah diperluas ke sistem n persamaan diferensial linear dengan n fungsi-fungsi yang tak diketahui dalam bentuk
.
xi
n
a i 1
ij
(t ) x j f i (t ),
i 1, 2 . . . , n
(2)
Dalam bagian berikut kita akan menyajikan dua metode dasar untuk mencari penyelesaian eksplisit dari sistem (1) jika koefisien-koefisien a11, a12, a21 dan a22 semuanya konstanta. Metode-metode ini, dengan tingkat kesukaran yang berbeda, dapat diperluas untuk menyelesaikan sistem (2) jika koefisien aij semua konstanta.
1
Definisi 1 Suatu penyelesaian sistem (1) merupakan sepasang fungsi-fungsi x1(t) dan x2(t) yang masing-masing dapat diturunkan pada suatu selang I dan yang jika disubstitusikan ke dalam kedua persamaan dari (1) membuat identitas dalam t untuk semua t di dalam I.
Sebagai contoh, 3 5 3 x1 (t ) t , x2 (t ) t 2 4 2
merupakan penyelesaian sistem .
x1 x 2 t .
x 2 2 x1 3x2 1
(3)
untuk semua t, seperti pembaca dapat membuktikannya dengan mudah. Kadang-kadang tepat (dan sesuai untuk mempelajari sistem yang lebih umum) untuk menyatakan penyelesaian (1) dengan vektor kolom
x1 (t ) x (t ) 2 Sebagai contoh, 5 3 2 t 4 t 3 2
merupakan penyelesaian sistem (3). Definisi 2 Jika kedua fungsi f1 dan f2 dari (1) sama dengan not, sistem itu disebut homogen. Dalam hal lain sistem itu disebut takhomogen.
2
Sebagai contoh, sistem (3) adalah takhomogen. Sebaliknya, sistem .
x1 x 2 .
x 2 2 x1 3 x2
(4)
adalah homogen. Pembaca dapat membuktikan bahwa kedua vektor .e t ] t dan e
e 2 t 2t 2e
(5)
merupakan penyelesaian sistem (4). Untuk sebagian besar, teori sistem linear mirip teori persamaan diferensial linear. Kita perhatikan sistem homogen .
x1 a11 (t ) x1 a12 (t ) x2 .
x 2 a21 (t ) x1 a22 (t ) x2
(6)
di mana koefisien-koefisien a11, a12, a21, dan a22 merupakan fungsi-fungsi kontinu pada suatu selang I. Seperti dalam hal persamaan diferensial linear, kita mempunyai teorema berikut ini. Teorema 1 Setiap kombinasi linear dari penyelesaian-penyelesaian (6) juga merupakan suatu penyelesaian (6). Sebagai contoh, kedua vektor kolom dalam (5) masing-masing adalah penyelesaian sistem (4); karena itu, untuk setiap konstanta c1, dan c2 kombinasi linear e t e 2t c e t c2 e 2t c1 t c2 2t 1 t 2t e 2e c1e 2c2 e
(7)
juga suatu penyelesaian dari (4).
3
Definisi 3 Vektor kolom 0 0 ,
yaitu, x1 (t) = 0, x2 (t) ≡ 0, merupakan penyelesaian dari (6) untuk setiap pilihan koefisien-koefisiennya. Penyelesaian ini disebut penyelesaian trivial. Setiap penyelesaian dari (6) yang lain disebut penyelesaian taktrivial.
Definisi 4 Dua penyelesaian
x11 (t ) x (t ) dan 21
x12 (t ) x (t ) 22
(8)
ini berarti,
x11 (t ) x12 (t ) 0 c1 c2 untuk semua t dalam I x21 (t ) x22 (t ) 0 Ini berarti
c1 x11 (t ) c2 x12 (t ) 0 dan c1 x21 (t ) c2 x22 (t ) 0 untuk semua t dalam I mengakibatkan cl = c2 = 0. Sebaliknya pernyataan (8) dikatakan penyelesaian tergantung linear. Sebagai contoh, kita dapat menunjukkan bahwa kedua penyelesaian dalam (5) adalah penyelesaian bebas linear dari (4). Jelaslah, jika e t e 2t c1 t c2 2t e 2e
0 , 0
maka c1e t c2 e 2t 0 dan
c1e t 2c2 e 2t 0 . Kurangkan persamaan pertama
dari kedua, kita peroleh c2 e 2t 0 . Jadi c2 = 0. Akibatnya, persamaan pertama menjadi c1e t 0 dan dengan demikian c1 = 0. Jadi c1 = c2 = 0, yang menentukan tuntutan kita. Pembaca dapat membuktikan bahwa e 2 t 2t dan 2e
3e 2t 2t 6e
(9)
4
merupakan penyelesaian dari (4) yang tergantung linear. Kriteria berikut, mengingatkan bahwa determinan Wronski dapat digunakan untuk memeriksa ketergantungan atau kebebasan linear penyelesaian-penyelesaian dari sistem (6).
Teorema 2 Kedua penyelesaian
x11 (t ) x12 (t ) x (t ) dan x (t ) 21 22 dari sistem .
x1 a11 (t ) x1 a12 (t ) x2 .
x 2 a21 (t ) x1 a22 (t ) x2 adalah bebas linear pada suatu selang I, jika dan hanya jika determinan Wronski
x11 (t )
x12 (t )
x21 (t )
x22 (t )
0
Sebagai contoh, kedua penyelesaian (5) dari sistem (4) adalah bebas linear, karena e t e 2t e
t
2e
2t
2e 3t e 3t e 3t 0 untuk semua t
Sebaliknya, kedua penyelesaian (9) dari sistem (4) adalah tergantung linear, karena e 2t 3e 2t 2e
2t
6e
2t
6e 4t 6e 4t 0.
Teorema dasar keujudan dan ketunggalan untuk sistem linear berikut disajikan tanpa bukti. Pembaca akan mengakui kemiripan yang sangat antara teorema ini dan teorema keujudan-ketunggalan dari Bab 2.
5
Teorema 3 Misalkan bahwa koefisien-koefisien a11, a12, a21, a22 dan fungsi-fungsi f1 dan f2 dari sistem .
x1 a11 (t ) x1 a12 (t ) x2 f1 (t ) .
x 2 a21 (t ) x1 a22 (t ) x2 f 2 (t )
(1)
semua kontinu pada suatu selang I. Misalkan t0 sebuah titik di dalam I dan misalkan x10 dan x20 dua konstanta yang diketahui. Maka MNA yang terdiri dari sistem (1) dan syarat awal x1 (t 0 ) x10 ,
x2 (t 0 ) x20
mempunyai penyelesaian tunggal.
x1 (t ) x (t ) 2 Selanjutnya, penyelesaian tunggal ini berlaku pada seluruh selang I. Dengan menggunakan teorema di atas, pembaca dapat membuktikan (dengan substitusi langsung) bahwa penyelesaian tunggal MNA .
x1 x 2 t .
(10)
x t 2 x1 3x 2 1 x1 (0) 1 x 2 (0)
berbentuk
5 4
1 3 5 x1 (t ) e t t 4 2 4 x2 (t )
(11)
1 t 3 e t 4 2
Teorema 4 Ada dua penyelesaian bebas linear dari sistem .
x1 a11 (t ) x1 a12 (t ) x2 .
x 2 a21 (t ) x1 a22 (t ) x2
(6) 6
Selanjutnya, jika kedua vektor kolom
x11 (t ) x12 (t ) x (t ) dan x (t ) 21 22
merupakan penyelesaian bebas linear dari (60, maka penyelesaian umum dari sistem (6) diberikan oleh
x1 (t ) x11 (t ) x12 (t ) x (t ) c1 x (t ) c2 x (t ); 2 21 22 ini berarti, x1(t ) c1 x11 (t ) c2 x12 (t ) x2 (t ) c1 x21 (t ) c2 x22 (t ),
dimana c1 dan c2 konstanta sebarang Sebagai contoh, penyelesaian umum dari (4) diberikan oleh e t e 2 t ] x1 (t ) x (t ) c1 t c2 2t ; e 2e 2
ini berarti, x1 (t ) c1e t c2 e et dan x2 (t ) c1e t 2c2 e 2t
(12)
Teorema 5 Jika kedua peyelesaian
x11 (t ) x12 (t ) dan x (t ) x (t ) 21 22 dari sistem . .
x1 a11 (t ) x1 a12 (t ) x 2 .
x 2 a 21 (t ) x1 a 22 (t ) x 2 adalah bebas linier dan jika
7
x1 p (t ) x 2 p (t )
merupakan penyelesaian khusus dari sistem .
x1 a11 (t ) x1 a12 (t ) x2 f1 (t ) .
x 2 a21 (t ) x1 a22 (t ) x2 f 2 (t )
(1)
penyelesaian umum dari (1) diberikan oleh x1 (t ) x (t ) c1 2
x11 (t ) x12 (t ) x1 p (t ) x (t ) c2 x (t ) x (t ); 21 22 2 p
ini berarti
x1 (t ) c1 x11 (t ) c2 x12 (t ) x1 p (t ) x2 (t ) c1 x21 (t ) c2 x22 (t ) x2 p (t ) 1.2
Metode Eliminasi
. Tujuan metode ini ialah untuk mengubah sistem linear yang diberikan ke suatu persamaan diferensial tunggal dalam satu fungsi yang tak diketahui dengan mengeliminasikan peubah bebas lainnya. Contoh 1 Cari penyelesaian umum sistem linear homogen x x 2 x 2 2 x1 3x2
(1)
Penyelesaian Dengan menurunkan kedua ruas dari persamaan pertama menurut t, dan menggunakan persamaan kedua kita peroleh
x1 x 2 2 x1 3x2 . Dari persamaan pertama dalam (1) diketahui bahwa x1 x1 , jadi
x 2 x1 3x1 x1 3x1 2 x1 0
(2)
. Penyelesaian umum Persamaan (2) berbentuk 8
x1 (t ) c1e t c2 e 2t
(3)
x2 (t ) c1e t 2c2 e 2t
(4)
Metode eliminasi dapat juga diterapkan pada sistem takhomogen. Contoh 2 Cari penyelesaian umum sistem takhomogen
x1 x2 t x 2 2 x1 3x2 1
(5)
Penyelesaian Seperti pada contoh sebelumnya, dengan menurunkan kedua ruas dari persamaan pertama menurut t dan menggunakan persamaan kedua, kita peroleh
x1 x 2 1 2 x1 3x2 2. Dengan menggunakan persamaan pertama dalam (5) did apat
x1 2 x1 3( x1 t ) 2. x1 3x1 2 x1 3t 2.
(6)
Jadi, kita telah berhasil mengeliminasikan peubah x2 dari sistem (5), dan memperoleh diferensial takhomogen (6), yang memuat satu fungsi dan dapat diselesaikan. Penyelesaian persamaan homogen yang berkaitan dengan Persamaan (6) berbentuk.
x1h c1e t c2 e 2t
(7)
Penyelesaian khusus dari Persamaan (6) berbentuk x1 p At x1 p A, x1 p 0 3 A 2 At 2B 3t 2 2 A 3
dan 3 A 2B 2 A 32 dan B 54 x1 p 32 t
5 4
(8)
Dengan menjumlahkan (7) dan (8), kita peroleh penyelesaian umum Persamaan (6)
x1 (t ) c1e t 2c2 e 2t t 32 t
5 4
(9)
Sekarang dari persamaan pertama (5), kita punyai x2 x1 t , jadi
x2 (t ) c1e t 2c2 e 2t t
3 2
(10) 9
Persamaan (9) dan (10) merupakan penyelesaian umum dari (5) Contoh 3 Selesaikan MNA
x1 3x1 4 x2
(11)
x 2 2 x1 3x2
(12)
x1 (0) 1,
(13)
x2 (0) 3
Penyelesaian Dengan menurunkan kedua ruas dari (11) dan dengan menggunakan (12) kemudian menggunakan (11) lagi, kita peroleh x1 3x1 4 x 2 3x1 4 (2 x1 3x2 ) 3x1 8 x1 12 x2 3x1 8 x1 3( x1 3x1 )
x1 x1 0, Jadi, x1 (t ) c1e t c2 e t .
(14)
Jadi, dari Persamaan (11) kita dapatkan 4 x2 x1 3x1 c1e t c2 e t 3c1e t 3c2 e t 4c1e t 2c2 e t ,
Dan juga.
x2 (t ) c1e t 12 c2 e t
(15)
Dengan menggunakan syarat awal (13) dalam persamaan (14) dan (15), kita peroleh
c1 c 2 1 c1 12 c2 3. Jadi, c1 = 7, c2 = -8, dan penyelesaian MNA (11)-(13) berbentuk
x1 (t ) 7e t 8e t x 2 (t ) 7e t 4e t .
10
Contoh 4 Cari penyelesaian umum sistem
x1 x2 1 x 2 x1 Penyelesaian Turunkan kedua ruas dari persamaan pertama menurut t dan gunakan persamaan kedua, kita peroleh x1 x 2 x1 x1 x1 0 x1 t c1e t c2 e t . Setelah kita mendapatkan x1(t), kita cari x2(t) dari persamaan pertama atau dari persamaan kedua dalam sistem itu. Jika kita gunakan persamaan pertama, kita dapatkan x2 t c1e t c2 e t 1 , dan bagaimana kita harapkan, penyelesaian umum sistem
itu mengandung dua konstanta sebarang. Tetapi, jika kita mencari x2(t) dari persamaan kedua dalam sistem itu, kita harus mengintegralkan dan menghasilkan konstanta sebarang yang ketiga. Dalam hal ini
x1 t c1e t c2 e t
dan
x2 t c1e t c2 e t c3 . Jika kita substitusikan fungsi-fungsi itu ke dalam sistem di atas dan suku-suku yang serupa disamakan, kita dapatkan bahwa c3 sama dengan -1. Jadi penyelesaian umum itu berbentuk x1 t c1e t c2 e t ,
x2 t c1e t c2 e t 1
1.3. Metode Matriks Metode dalam bagian ini, yang dikenal sebagai metode matriks, mempunyai keuntungan karena dapat dengan mudah dikembangkan ke sistem persamaan diferensial linear dalam n buah fungsi yang takdiketahui dan dengan koefisien konstan. Demi kemudahan, kita sajikan segi utama dari metode ini dalam kasus khusus dari sistem linear homogen dengan koefisien konstanta dari bentuk x1 a11 x1 a12 x 2 x 2 a12 x2 a 22 x 2
(1)
Kita akan mencari penyelesaian sistem (1) dalam bentuk 11
t x1 A1e x t 2 A2 e
(2)
Konstanta A1, A2, dan akan ditentukan kemudian dengan persyaratan bahwa x1 A1e t dan x2 A2 e t memenuhi sistem (1). Dengan melakukan substitusi (2) ke dalam (1), kita dapatkan bahwa A1, A2, dan harus memenuhi persamaan A1e t a11 A1e t a12 A2 e t A2 e t a21 A1e t a22 A2 e t
Dengan membagi seluruhnya oleh e t dan mengelompokkan suku-suku yang serupa, kita peroleh padanan sistem
a11 A1 a12 A2 0 a 21 A1 a 22 A2 0.
(3)
Sistem (3) hanya terdiri dari dua persamaan, yang memuat tiga besaran yang takdiketahui, , A1, dan A2. Meskipun demikian, kita dapat menyelesaikan sistem ini dengan cara berikut. Kita tinjau sistem (3) sebagai suatu sistem persamaan diferensial linear homogen, karena
A1 , A2 0,0
menghasilkan peyelesaian
trivial x1 t 0, x2 t 0 dari sistem (1). Jadi, A1 , A2 harus berbeda dari (0,0). Sekarang kita tinjau kembali (Apendik A) bahwa suatu sistem persamaan aljabar yang homogen mempu nyai penyelesaian taktrivial jika dan hanya jika determinan koefisiennya sama degan nol. Dalam hal sistem (3), ini berarti ada penyelesaian
A1 , A2 0,0 jika dan hanya jika a11
a12
a 21
a 22
0;
(4)
atau
2 a11 a22 a11a22 a12a21 0.
(4’)
Definisi 1 Persamaan (4’) dsebut persamaan karakteristik dari sistem (1), dan akar-akar persamaan karakteristik itu disebut akar-akar karakteristik dari sistem. 12
Akan berguna bagi pembaca untuk mencatat keadaan ini, bahwa determinan dalam persamaan (4) diperoleh dari determinan
a11 a12 a 21 a 22 Dari koefisien sistem (1) dengan mengurangi unsur diagonal utamanya oleh . Dalam analisis matriks, persamaan (4) disebut persamaan karakteristik dari matriks
a11 a12 a 21 a 22
(5)
Dan akar-akar persamaan karakteristik itu disebut akar-akar karakteristik atau nilai eigen matriks (5). Andaikan 1 dan 2 akar-akar karakteristik sistem (1), maka ada tiga kemungkinan yang terjadi, yaitu; 1) 1 2 . selesaiannya adalah t t x1 A1e x1 A1e dan x t t 2 A2 e x 2 A2 e
2) 1 2 , selesaiannya adalah t t x1 a1t b1 e 1 x1 A1e dan x t t x2 a 2 t b2 e 1 2 A2 e
3) 1 a bi,2 a bi .. ( a bi) t x1 A1e ( a bi)t x A1e dan ( a bi ) t ( a bi ) t 1 x 2 x 2 A2 e A2 e
(6) Contoh 1 Cari penyelesaian umum sistem homogen x1 2 x1 x 2 x 2 3x1 6 x 2
(7)
13
Penyelesaian Akan kita cari suatu penyelesaian dari sistem (7) yang berbentuk t x1 A1e 1 x t 2 A2 e 1
adalah
akar
(8) persamaan
karakteristik
(ingat
bahwa
a11 2, a12 1, a21 3, dan a22 6 ) 2 1 3
6
0, atau 2 8 15 0.
Akar-akar karakteristiknya adalah 1 3 dan 2 5 . Jika 1 3 , konstanta A1 dan A2 dari penyelesaian (8) harus memenuhi sistem homogen (3), yaitu, A1 A2 0 3 A1 3 A2 0
A1 A2
Dengan memilih A1 = A2 = 1, kita dapatkan penyelesaian e 3t 3t e
(9)
Jelaslah, setiap penyelesaian taktrivial dari sistem ini (misalnya, A1 = A2 = 2) akan memberikan penyelesaian lain yang bergantung linear dengan (9)]. Jika
2 5, sistem (3) menjadi 3 A1 A2 0 3 A1 3 A2 0
A2 3A1
Pilihan A1 = 1 memberikan A2 = 3, dan kita peroleh penyelesaian lain dari (7) e 5 t 5t 3e
(10)
Mudah dilihat (dengan menerapkan Teorema 2 daei Bagian 3.1) bahwa kedua penyelesaian (9) dan (10) dari sistem (7) adalah bebas linear, dan karena itu penyelesaian umum dari (7) adalah e 3t e 5t x1 x c1 3t c2 5t ; 2 e 3e
Ini berarti, 14
x1 c1e 3t c2 e 5t x2 c1e 3t 3c2 e 5t Contoh 2 Cari penyelesaian umum sistem x1 2 x1 x 2 x 2 9 x1 2 x 2
(11)
Penyelesaian Persamaan karakteristik dari sistem (11) adalah 2 1 9
2
0, atau 2 4 13 0.
Dengan akar-akar karakteristtik 1 2 3i dan 2 2 3i . Bila 1 2 3i , konstanta-konstanta A1 dan A2 dari penyelesaian (8) memenuhi sistem homogen (3) dengan a11 2, a12 1, a22 2, dan 1 2 3i . Jadi, 3iA1 A2 0 9 A1 3iA2 0
A2 3iA1
Dengan memilih A1 = 1, kita dapatkan A2 = -3i, dan karena itu. e 23i t 2 3i t 3ie
(12)
Merupakan sebuah penyelesaian dari (11). Jika 2 2 3i , konstanta-konstanta A1 dan A2 dari penyelesaian (8) memenuhi sistem homogen (3) dengan
a11 2, a12 1, a22 2, dan 1 2 3i . Jadi e 23i t 23i t 3ie
(13)
Merupakan penyelesaian (11). Dengan menerapkan Teorema 2 dari Bagian 3.1, mudah dilihat bahwa penyelesaian (12) dan (13) dari sistem (11) adalah bebas linear, dan karena itu penyelesaian umum dari (11) berbentuk e( 2 3i )t e( 2 3i )t x1 c c , 2 x 1 ( 2 3i ) t ( 2 3i ) t 3ie 3ie 2
(14)
Di mana c1 dan c2 konstanta-konstanta sebarang. 15
Contoh 3 Cari penyelesaian umum sistem x1 x 2 x 2 x1 2x 2
(15)
Penyelesaian Persamaan karakteristik dari (15) adalah 1 1 2
0, atau 2 2 1 0.
Dengan akar-akar karakteristik 1 2 1. Karena itu, konstanta A1 dan A2 dari sistem
(8)
memenuhi
sistem
homogen
(3)
dengan
a11 0, a12 1, a22 2, dan 1. Jadi A1 A2 0 A1 A2 0
A1 A2.
Dengan memilih A1 = A2 = 1, kita peroleh penyelesaian e t t e
(16)
Karena akar-akar karakteristiknya sama, kita cari penyelesaian kedua dari (15) yang bebas linear, berbentuk (6), t x1 a1t b1 e , x t 2 a 2 t b2 e
(17)
Dimana konstanta-konstanta a1, b1, a2, dan b2 ditentukan demikian sehingga (17) penyelesaian dari (15) yang bebas linear dari (16). Dengan mensubstitusikan x1 a1t b1 e t dan x2 a2 t b2 e t ke dalam (15), kita peroleh
a1e t a1t b1 e t a 2 t b2 e t
a 2 e t a 2 t b2 e t a1t b1 e t 2a 2 t b2 e t . Dengan membagi oleh e t dan menyamakan koefisien dari t yang berpangkat sama, kita dapatkan
16
a1 b1 b2 ,
a1 a 2
a 2 b2 b1 2b2 , a 2 a1 2a 2
(18)
Atau karena dua persamaan terakhir dalam (18) sepadan dengan dua yang pertama
a1 b1 b2 ,
a1 a2
(19)
Sekarang sebarang pilihan dari a1, b1, a2, dan b2 yang memenuhi (19) dan memberikan suatu penyelesaian yang bebas linear dari (16), dapat diterima. Misalnya, pilihan a1 = a2 = 1 dan b1 = 0, dan b2 = 1 menghasilkan penyelesaian te t , t t 1e
(20)
Yang bebas linear dari (16) (Mengapa ?). jadi, penyelesaian umum dari (15) berbentuk e t te t x1 c c ; x 1 t 2 t 2 e t 1e
atau x1 c1e t c2 te t dan x2 c1e t c2 t 1e t ,
Dimana c1 dan c2 konstanta-konstanta sebarang. Contoh 4 Cari penyelesaian umum sistem x1 x1 x 2 x 2 .
(21)
Penyelesaian Persamaan karakteristik dari sistem (21) adalah 1 1 2
0, yakni, 2 2 1 0.
Dengan akar-akar karakteristik 1 2 1. Karena itu, konstanta-konstanta A1 dan A2 dari penyelesaian (8) memenuhi sistem homogen (3) dengan a11 = 1, a12 = 0, a21 = 0, a22 = 1, dan 1. Maka,
17
0. A1 0. A2 0 0. A1 0. A2 0
A1 dan A2 merupakan konstanta sebarang.
Mula-mula kita pilih A1 1, A2 0 dan kemudian A1 0, A2 1, kita peroleh dua penyelesaian yang bebas linear.
e t 0 dan t 0 e Jadi, penyelesaian umum dari sistem (21) berbentuk
e t 0 x1 c c t ; 1 2 x 2 0 e atau x1 c1e t dan x2 c2 e t .
Sumber Bacaan: Santoso, Widiarti. (1998). Persamaan Diferensial Biasa Dengan Penerapan Modern edisi 2. Jakarta: Erlangga
18