PENGARUH AIR KELAPA (Cocos nucifera L.), ASAM GIBERELAT (GA3) DAN INTERAKSINYA TERHADAP PROSES SENESCENCE PADA BUNGA POTONG KRISAN PUTIH (Dendranthema grandiflora L.) (Skripsi)
Oleh
Ade Silvinia
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
PENGARUH AIR KELAPA (Cocos nucifera L.), ASAM GIBERELAT (GA3) DAN INTERAKSINYA TERHADAP PROSES SENESCENCE PADA BUNGA POTONG KRISAN PUTIH (Dendranthema grandiflora L.)
Oleh Ade Silvinia
ABSTRAK
Bunga potong krisan (Dendranthema grandiflora L.) rentan mengalami kerusakan misalnya perubahan bentuk, warna bunga dan layu pada daun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh air kelapa dan GA3 terhadap senescence pada bunga potong krisan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2016 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Variabel pada penelitian ini yaitu berat segar bunga, berat kering bunga, kadar air relatif, kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total. Parameter pada penelitian ini adalah nilai tengah (µ) semua variabel. Penelitian ini disusun dalam rancangan faktorial 2x3, faktor A: air kelapa dengan konsentrasi 0% v/v dan 50% v/v. Faktor B: GA3 dengan konsentrasi 0 ppm, 250 ppm, 500 ppm. Analisis homogenitas ragam (uji Levene) dan analisis ragam pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukan GA3 250 ppm meningkatkan berat segar bunga krisan sebesar 36%. Pada variabel berat kering dan kadar air relatif, air kelapa ataupun GA3 dan interksinya tidak berpengaruh secara nyata terhadap penundaan senescence. Kombinasi antara air kelapa 50% dan GA3 500 ppm dapat meningkatkan kandungan klorofil a sebesar 59%, kombinasi air kelapa 50% dan GA3 500 ppm meningkatkan kandungan klorofil b sebesar 79%, dan kombinasi antara air kelapa 50% dan GA3 500 ppm meningkatkan kandungan klorofil total sebesar 64%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan kombinasi air kelapa 50% v/v dan GA3 dapat menunda senescence pada bunga potong krisan, konsentrasi yang efektif untuk meningkatkan kandungan klorofil adalah air kelapa 50% dan GA3 500 ppm.
Kata kunci : D. grandiflora, GA3, Bunga potong, Senescence, air kelapa.
PENGARUH AIR KELAPA (Cocos nucifera L.), ASAM GIBERELAT (GA3) DAN INTERAKSINYA TERHADAP PROSES SENESCENCE PADA BUNGA POTONG KRISAN PUTIH (Dendranthema grandiflora L.)
Oleh
Ade Silvinia
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA SAINS pada JurusanBiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ade Silvinia, dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 November 1994 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari Ayahanda Jon Isman dan Ibunda Gusniar. Penulis mengawali pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK DharmaWanita Unila Bandar Lampung Pada Tahun 2000 dilanjutkan Sekolah Dasar (SD) di SDN 3 Bukit Kemiling Permai pada tahun 2001, kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 28 Bandar Lampung pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung pada tahun 2010. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Gulma, dan Genetika di Jurusan Biologi.
iii
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata pada bulan Januari-Maret 2016 di desa Mutar Alam, Kecamatan Way Tenong, Kabupaten Lampung Barat. Pada bulan Juli-September 2016 penulis melaksanakan Kerja Praktik (KP) di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandar Lampung dengan judul “Analisis Parameter Umum Mikrobiologis Pada Sampel Makanan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Bandar Lampung”
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Seiring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati. Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku: Ibu Bong dan Bapak Bong ku tercinta, yang sangat menyayangiku, mendoakan keberhasilanku, dan memberikan segalanya yang terbaik untukku. Kakak-kakak dan seluruh keluarga besarku, yang selalu memberikan doa, semangat, dan dukungan untuk keberhasilanku hingga saat ini. Para pendidikku, atas bimbingan dan ajarannya, serta limpahan ilmuilmu yang bermanfaat. Seluruh sahabat-sahabatku dan teman-teman biologi 2013, yang telah menemaniku saat suka dan duka, memberikan pengalaman serta kebersamaan Seluruh guru kehidupan yang pada mereka aku belajar tentang arti kehidupan. Almamater tercinta Universitas Lampung.
MOTTO
“Hal yang luar biasa adalah semakin banyak yang kita bagikan semakin banyak yang kita terima” (Leonard Nimoy)
“Bukan ketidakmampuanmu yang membatasi dirimu, tapi bagaimana kamu menghadapi ketidakmampuanmu itu. Kita berkewajiban menggunakan kemampuan yang kita punyai, bukan ketidakmampuan kita” (Jim Abbott)
“Saya adalah yang terhebat. Saya katakan itu bahkan sebelum saya mengetahuinya” (Muhammad Ali)
“Sukses bukanlah sesuatu yang mistik atau misterius. Sukses adalah hasil dari melakukan hal-hal mendasar secara konsisten” (Jim Rohn)
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillah Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menjelaskan kepada manusia tentang isi kandungan Al-Qur’an sebagai petunjuk jalan menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Air Kelapa (Cocos nucifera L.), Asam Giberelat (GA3) dan Interaksinya Terhadap Proses Senescence pada Bunga Potong Krisan Putih (Dendranthema grandiflora L.)”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, motivasi, saran dan kritik yang telah diberikan oleh semua pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih seluruh kepada : 1.
Ibu Dra. Martha Lulus Lande, M.P, selaku pembimbing I yang telah memberikan perhatian, pengertian, bimbingan, kesabaran, serta dukungan selama pembuatan skripsi ini dari proses awal hingga akhir.
2. Ibu Dra. Tundjung Tripeni Handayani, M.S , selaku pembimbing II yang telah memberikan perhatian, pengertian, bimbingan, kesabaran, serta dukungan
masukan, kritik, dan sarannya agar tulisan ini menjadi lebih baik 3. Bapak Ir, Zulkifli, M.Sc, selaku Dosen Pembahas yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan kritik, koreksi dan masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Dra. C. N Ekowati, M.Si , selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran, pengertian, nasihat, dan bimbingan selama penulis menyelesaikan studi. 5. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung. 6. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung dan selaku Pembimbing Akademik. 7. Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas ilmu yang sudah diberikan selama penulis melaksanakan studi di Jurusan Biologi. 8. Kedua orangtua tercinta, Bapak Jon Isman, dan Ibu Gusniar , abang Irwan, Ayu Bongju dan seluruh keluarga besarku terimakasih atas doa, dukungan moril dan materil, kasih sayang, semangat, kepercayaan, dan nasihatnasihatnya selama ini. 9. Teman-teman seperjuangan selama penelitian Gia Kerlin, Karlisa A, Rizka Devi, Herta Maniara, Dini Ambarwati, Sabti Martini yang selalu mendukung serta menilai tulisan saya, terimakasih atas bantuan kalian semua. 10. Teman-teman Biologi angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimakasih atas kebersamaan, dukungan, motivasi, dan semangat untuk penulis.
11. Kakak tingkat 2011,2012 , adik-adik tingkat 2014, 2015, 2016, dan seluruh Wadya Balad HIMBIO terimakasih atas dukungan dan kebersaam bagi penulis. 12. Sahabat-sahabar SMP cuu Fitri Weliya dan Tiara Wahyuni S. Trimakasih atas kebersamaan dan dukungannya selama ini 13. Almamater tercinta.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penyusunan skripsi ini dan masih dibutuhkan kritik serta saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Bandar Lampung, 16 Februari 2017 Penulis
Ade Silvinia
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ...............................................................................................
i
RIWAYAT HIDUP .................................................................................
ii
PERSEMBAHAN ...................................................................................
iv
MOTTO ...................................................................................................
v
SANWACANA ........................................................................................
vi
DAFTAR ISI ............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xiii
I.
II.
III.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah .................................................. B. Tujuan Penelitian. ................................................................... C. Manfaat Penelitian .................................................................. D. Kerangka Pemikiran ............................................................... E. Hipotesis. ................................................................................
1 4 4 4 6
TINJAUAN PUSTAKA A. Bunga Krisan Putih ((Dendranthema grndiflora L.)....... 1. Klasifikasi Bunga Krisan Putih (D. grndiflora) ................. 2. Sejarah Singkat Bunga Mawar ........................................... 3. Morfologi Tanaman Krisan ................................................ B. Pengertian Sensecence ........................................................... 1. Pengertian Sensecence........................................................ 2. Pengertian Sensecence Bunga ............................................ 3. Pengertian Sensecence Daun .............................................. C. Asam Giberelat (GA3)............................................................ D. Sitokinin Dalam Air Kelapa ...................................................
7 7 8 9 10 10 11 12 13 15
METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ................................................................ B. Alat dan Bahan .......................................................................
17 17
x
IV.
V.
C. Rancangan Percobaan ............................................................. D. Variabel dan Parameter .......................................................... E. Pelaksanaan ............................................................................. F. Pengamatan ............................................................................. G. Analisis Data .......................................................................... HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ....................................................................................... 1. Berat Segar Bunga Krisan .................................................. 2. Berat Kering Bunga Krisan ................................................ 3. Kadar Air Relatif ................................................................ 4. Kandungan Klorofil a ......................................................... 5. Kandungan Klorofil b......................................................... 6. Kandungan Klorofil Total .................................................. B. Pembahsan ..............................................................................
18 19 19 20 23 24 24 25 26 27 29 30 33
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................. B. Saran. .......................................................................................
38 38
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
39
LAMPIRAN ..............................................................................................
41
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1
Notasi Faktor, Taraf dan Kombinasi Perlakuan.........................
18
Tabel 2
Pengenceran air kelapa sesuai konsentrasi.................................
20
Tabel 3
Uji BNT Berat Segar Bunga Krisan...........................................
25
Tabel 4
Rata-rata Berat Kering Bunga Krisan ........................................
26
Tabel 5
Rata-rata Kadar Air Relatif Bunga Krisan .................................
27
Tabel 6
Uji F Kandungan Klorofil a .......................................................
28
Tabel 7
Uji F Kandungan Klorofil b .......................................................
29
Tabel 8
Uji F Kandungan Klorofil Total ................................................
31
Tabel 9
Efek Kombinasi GA3, Air Kelapa dan Interaksi terhadap Senescence bunga ......................................................................
33
Tabel 10 Rata-rata, Standar deviasi,ragam, standar error, koefisien keragaman (Berat Segar ) .........................................................
42
Tabel 11 Residual treatment berat segar bunga krisan putih ....................
42
Tabel 12 Uji BNT untuk penentuan Main Effect GA3 .............................
45
Tabel 13 Rata-rata, Standar deviasi,ragam, standar error, koefisien keragaman (Berat Kering) ........................................................
46
Tabel 14 Residual treatment berat kering bunga krisan putih...................
46
Tabel 15 Rata-rata, Standar deviasi,ragam, standar error, koefisien keragaman (Kadar Air Relatif) .................................................
49
Tabel 16 Residual treatment Kadar Air Relatif ........................................
49
xii
Tabel 17 Rata-rata, Standar deviasi,ragam, standar error, koefisien Keragaman (Klorofil a) ...........................................................
52
Tabel 18 Residual treatment kandungan klorofil a ...................................
52
Tabel 19 Uji F GA3 pada setiap konsentrasi air kelapa klorofil a ............
54
Tabel 20 Rata-rata, Standar deviasi,ragam, standar error, koefisien keragaman (Klorofil b) .............................................................
56
Tabel 21 Residual treatment kandungan klorofil b ..................................
56
Tabel 22 Uji F GA3 pada setiap konsentrasi air kelapa klorofil b............
58
Tabel 23 Rata-rata, Standar deviasi,ragam, standar error, koefisien keragaman (Klorofil Total).......................................................
60
Tabel 24 Residual treatment kandungan klorofil total..............................
60
Tabel 25 Uji F GA3 pada setiap konsentrasi air kelapa klorofil Total .....
62
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Tanaman Krisan Putih (D. grandiflora L.) ..........................
8
Gambar 2. Morfologi Tanaman Krisan..................................................
10
Gambar 3. Struktur Kimia GA3 ..............................................................
14
Gambar 4. Struktur Kimia Zeatin...........................................................
16
Gambar 5. Grafik Main Effect Berat Segar Bunga ................................
25
Gambar 6. Kurva Simple Effect Klorofil a .............................................
28
Gambar 7. Kurva Simple Effect Klorofil b.............................................
30
Gambar 8. Kurva Simple Effect Klorofil Total ......................................
32
Gambar 9. Proses Penimbangan GA3....................................................
64
Gambar 10. Perendaman bunga krisan selama 4 jam ............................
64
Gambar 11. Pengamatan hari ke-1 setelah perendaman ........................
65
Gambar 12. Pengamatan hari ke-2 setelah perendaman ........................
66
Gambar 13. Pengamatan hari ke-3 setelah perendaman ........................
67
Gambar 14. Pengamatan hari ke-4 setelah perendaman ........................
68
Gambar 15. Pengamatan hari ke-5 setelah perendaman ........................
69
Gambar 16. Pengamatan hari ke-6 setelah perendaman ........................
70
Gambar 17. Pengamatan hari ke-7 setelah perendaman ........................
71
xiv
Gambar 18. Proses penimbangan berat kering bunga ...........................
72
Gambar 19. Bunga krisan yang telah dikeringkan ................................
72
Gambar 20. Ekstrak daun krissn ...........................................................
73
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah Bunga krisan putih (Dendranthema grandiflora L.) merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki penampilan, keragaman bentuk dan manfaat yang mampu mengikat banyak orang untuk menyukai dan memanfaatkannya. Penampilan dan keragaman bentuk yang dimiliki bunga krisan berpotensi tinggi sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat. Bunga krisan menjadi kelompok tanaman hias yang banyak diminati oleh konsumen. Tanaman krisan dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hais, tanaman obat, dan sebagai penghasil racun serangga. Oleh sebab itu bunga krisan banyak dibudidayakan oleh petani tanaman hias diberbagai sentra produksi tanaman hias. Permintaan akan bunga krisan yang tinggi menjadikan nilai jual bunga krisan meningkat.
Bunga potong krisan putih (D. grandiflora L.) dipanen oleh petani dalam keadaan segar dan harus segera didistribusikan menuju berbagai tempat untuk memenuhi permintaan konsumen. Dalam proses pendistribusian ini, bunga potong krisan rentan mengalami kerusakan misalnya perubahan bentuk dan warna bunga (Gan, 2007).
2
Untuk menghindari kerusakaan bunga krisan saat proses distribusi perlu penanganan pascapanen yang tepat untuk menjaga kualitas bunga potong krisan. Hal ini bertujuan agar bunga potong krisan masih dalam kondisi yang segar dan berkualitas baik ketika sampai di tangan konsumen. Menunda kelayuan tanaman hias termasuk bunga potong dengan menggunakan bahanbahan preservatif (pengawet) merupakan salah satu cara penanganan pascapanen. Penundaan kelayuan bunga potong dapat dilakukan dengan menambahkan hormon yang dapat menghambat kelayuan pada bunga potong. Hormon yang dapat digunakan dalam penundaan kelayuan bunga potong antara lain sitokinin dan giberelin (Eason, 2002).
Kemampuan hormon giberelin dalam mempertahankan kualitas bunga potong berkaitan erat dengan peranan hormon giberelin yang dapat meningkatkan permeabilitas liposom (lipid bilayer) pada membran sel terhadap glukosa (Wood & Pleg, 1974), meningkatkan tekanan osmotik sel dan penyerapan air sehingga berat segar bunga terpelihara. Selain itu, hormon giberelin juga terlibat dalam mobilisasi fotoasimilat dan pertahanan kapasitas air pada beberapa jaringan tanaman (Srivastava, 2002).
Sitokinin memiliki peran yang bersifat menunda senescence bunga. Konsentrasi sitokinin pada bunga anyelir dan Cosmos sulfureus yang masih muda sangat tinggi, dan menurun selama pembukaan corolla dan perkembangan bunga. (Mayak dkk, 1970). Penambahan sitokinin eksogen dapat memperlambat proses penuaan. Namun tidak semua bunga potong akan
3
merespon adanya sitokinin eksogen untuk menanggulangi efek etilen yang dihasilkan oleh bunga tersebut. Respon sitokonin tergantung dari jenis bunga, tingkat perkembangan bunga dan konsentrasi sitokinin. Air kelapa yang mengandung sitokinin alami dapat menunda senescence pada tingkat sel dan jaringan tanaman. Hormon sitokinin pada air kelapa berguna sebagai sumber energi dan penundaan senescence pada bunga potong (Woodson dkk, 1991).
Penanganan bunga potong menggunakan bahan-bahan preservatif baik secara alami ataupun kimia diharapkan dapat mempertahankan kesegaran bunga potong dan kualitas bunga potong. Baik dalam proses distribusi hingga ke tangan konsumen. Sehingga produksi tanaman hias semakin bertambah, kualitas semakin meningkat dan pemintaan akan bunga potong bertambah serta meningkatkan nilai jual dari bunga potong tersebut.
4
B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kombinasi sitokinin dari air kelapa dan GA3 berpengaruh terhadap penundaan senescence daun bunga potong krisan putih, dan untuk mengetahui konsentrasi dari kombinasi air kelapa dan GA3 yang optimum untuk mempertahankan kesegaran bunga potong krisan putih.
C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh air kelapa, GA3 dan interaksinya untuk mempertahankan kesegaran bunga potong krisan putih pasca panen, dan dari sudut pandang budidaya tanaman hias, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan bahan alami yang dapat menunda senescence daun bunga potong krisan putih.
D. Kerangka Pemikiran Bunga krisan termasuk tanaman hias yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Bunga krisan sering digunakan sebagai bunga potong untuk penghias ruangan dalam bentuk rangkaian bunga dan dekorasi. Namun, ketahanan simpan dan kualitas bunga krisan putih (D. grandiflora) sebagai bunga potong tidak sebaik ketahanannya sebagai tanaman hias dalam pot, karena setelah panen bunga akan mengalami kelayuan lebih cepat dari biasanya. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan ketahanan simpan bunga potong
5
krisan putih agar kesegaran (vase life) dan kualitas bunga krisan putih yang telah di panen ini dapat maksimal.
Menurut penelitian terdahulu menyatakan bahwa hormon sitokinin dan giberelin dapat menunda penguningan daun pada bunga potong. Penggunaan hormon giberelin yang dikombinasikan dengan thidiazuron (sitokinin sintetis) pada konsentrasi 0 mM Gibberellin Acid (GA3), 5,10 µM Thidiazuron (TDZ), dan 0,5 mM GA3, 5 µM TDZ. Serta penelitian sebelumnya yang menggunakan air kelapa dengan konsentrasi 0%, 30%, 40%, 50%, dan 60% untuk menjaga kesegaran bunga potong mawar merah (Rosa hybrida).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut sitokinin yang berasal dari air kelapa dan GA3 diduga dapat menunda penguningan daun krisan putih. Kombinasi Air kelapa dan GA3 digunakan sebagai larutan untuk perendaman bunga potong krisan putih. Pada penelitian ini pengaruh pemberian sitokini dari air kelapa dan GA3 terhadap penundaan senescence daun bunga potong krisan putih akan dievaluasi berdasarkan berat segar pada bunga, berat kering pada bunga, kadar air relatif, klorofil a, klorofil b, klorofil total, dan rasio b/a. Konsentrasi kombinasi sitokinin dari air kelapa yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0% v/v dan 50% v/v, dan larutan GA3 dengan konsentrasi 0 ppm, 250 ppm, dan 500 ppm dengan lama perendaman selama 4 jam.
6
E. Hipotesis Kombinasi sitokinin dari air kelapa dan GA3 dapat menunda senescence daun bunga potong krisan putih dan mempertahankan kesegaran bunga potong krisan putih. Hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1. Kombinasi sitokinin dari air kelapa dan GA3 dapat menunda senescence daun bunga potong krisan putih. H0 : µ 0 = µ 1 H1 : µ 0 < µ 1 µ 0 = nilai tengah seluruh variabel yang digunakan (berat segar pada bunga, berat kering pada bunga, kadar air relatif, klorofil a, klorofil b, klorofil total, dan rasio b/a) kontrol. µ 1 = nilai tengah seluruh variabel yang digunakan (berat segar pada bunga, berat kering pada bunga, kadar air relatif, klorofil a, klorofil b, klorofil total, dan rasio b/a) perlakuan. Hipotesis diterima jika H0 ditolak atau H1 diterima.
2. Konsentrasi dari kombinasi sitokinin dari air kelapa dan GA3 berkorelasi positif sekurang-kurangnya dengan salah satu variabel pada penundaan penguningan daun bunga krisan putih.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bunga Krisan Putih (Dendranthema grandiflora L.) 1.
Klasifikasi Bunga Krisan Putih (D. grandiflora L.) Klasifikasi tanaman krisan putih menurut Natural Resources Conservation Service, USDA (2016) adalah sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Superdivision
: Spermatophyta
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Subclass
: Asteridae
Order
: Asterales
Family
: Asteraceae / Compositae
Genus `
: Dendranthema
Spesies
: Dendranthema grandiflora L.
8
Gambar krisan putih dapat dilihat pada Gambar 1.
l Gambar 1. Bunga Potong krisan putih (D. grandiflora L.)
(Sumber: Dokumen pribadi, 2016).
2.
Sejarah Singkat Bunga Krisan Tanaman krisan merupakan tanaman hias yang berasal dari dataran Cina. Tanaman yang memiliki nama lain seruni atau bunga emas (Golden Flower) berdasarkan morfologinya masuk ke dalam golongan perdu. Tanaman krisan mulai menyebar ke Jepang pada abad ke-4 dan mulai dibudidayakan pada tahun 1797. Di jepang bunga krisan dijadikan symbol kekaisaran. Tahun 1795 krisan menyebar ke benua eropa dan pada tahun 1808 seorang kebangsaan Inggris bernama Colvil dari Chelsea mengembangkan 8 varietas krisan. Tanaman krisan baru masuk ke Indoneesia pada abad ke-17 dan dikembangkan secara komersil pada tahun 1940. Hingga kini krisan telah menjadi tanaman hias yang memiliki jenis beragam.
9
3.
Morfologi Tanaman Krisan Menurut Rukmana & Mulyana (1997), morfologi tanaman krisan sebagai berikit : a. Akar Tanaman krisan memiliki akar serabut dan system perakaran yang dangkal sehingga dibutuhkan tanah yang gembur, subur dan cukup air.
b. Batang Tanaman krisan memiliki morfologi batang yang tegak, bewarna hijau dan berstuktur lunak yang apabila dibiarkan terus-menerus batang krisan akan menjadi keras (berkayu) dan warnanya menjadi kecoklat-coklatan.
c. Daun Tanaman krisan memiliki daun yang berwarna hijau, bagian tepi daun begerigi, dan tersusun berselang-seling pada cabang atau batang.
d. Bunga Tanaman krisan mempunyai bunga yang bentuk dan warnanya beragam. Bunga krisan digolongkan dalam dua tipe : 1.
Tipe standar Dimana hanya kuncup bunga bagian atas yang dipelihara yang sering disebut bunga terminal, sedagkan kuncup bunga yang lain (bunga internal) dibuang atau dihilangkan.
10
2.
Tipe spray Tipe spray merupakan kebalikan dari tipe standar dimana bunga kuncup bagian atas (terminal) dibuang dan memelihara bunga yang lain (internal).
Morfologi tanaman krisan dapat dihihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Morfologi Tanaman Krisan (Sumber: Rukmana & Mulyana 1997).
B. Pengertian Senescence (Penuaan) 1. Pengertian Senescence Senescence (penuaan) tanaman ialah proses penurunan kondisi dan aktivitas metabolisme yang disertai pertambahan umur dan mengarah pada kematian tanaman. Senescence dapat terjadi secara alami atau karena pengaruh eksternal seperti lingkungan abiotik (suhu ekstrem, keterbatasan hara) dan biotik (patogen, naungan). Senescence berkaitan dengan proses absisi, dimana senescence biasanya akan diikuti oleh proses absisi. Proses senescence dimulai dengan berkurangnya suplai nutrisi pada suatu organ, penurunan aktivitas metabolisme dan pertambahan umur. Senescence pada
11
tanaman, baik pada bunga atau daun dipengaruhi dan dikontrol oleh interaksi beberapa hormon yaitu etilen, asam absisat (ABA), dan sitokinin. Perubahan yang terjadi akibat adanya interaksi ketiga hormon merupakan hasil interaksi signaling dalam proses penuaan.
2. Senescence bunga Senescence bunga merupakan tahap akhir dari perkembangan bunga yang ditandai dengan kelayuan bunga dan gugurnya perhiasan bunga (corolla). Proses senescence keseluruhan bunga diatur oleh mekanisme genetik dan tergantung pada energi. Senescence petal diinduksi oleh peningkatan aktvitas RNAase, kadar etilen meningkat memacu terjadinya perombakan komponen sel dan degradasi antosianin sehingga warna bunga menjadi pudar. Senescence bunga juga terjadi karena adanya polinasi yang menyebabkan degradasi makromolekul dan remobilisasi nutrisi untuk proses perkembangan jaringan seperti ovarium (O’Donoghue, 2006). Produksi etilen meningkat saat senescence dan perlakuan etilen eksogenous akan mempercepat proses senescence mahkota bunga. Selain etilen, ABA juga merupakan hormon pengatur utama dalam senescence bunga, dan penggunaan ABA secara eksogenous akan mempercepat gejala senescence dan mengatur transkripsi gen-gen senescence (Yang & Hoffman , 1984). Sehingga dapat disimpulkan bahwa etilen dan ABA akan memicu adanya senescence bunga. Sedangkan sitokinin memliki peran yang berkebalikan dengan etilen dan ABA. Sitokinin bersifat menunda senescence bunga.
12
Konsentrasi sitokinin pada mahkota bunga anyelir menurun sejalan dengan bertambahnya umur, dan penambahan sitokinin eksogen dapat memperlambat proses penuaan. Namun tidak semua bunga potong akan merespon adanya sitokinin eksogen untuk menanggulangi efek etilen yang dihasilkan oleh bunga tersebut. Respon sitokonin tergantung dari jenis bunga, tingkat perkembangan bunga dan konsentrasi sitokinin (Woodson, 1991).
3. Senescence Daun Sama halnya dengan senescence bunga, senescence pada daun ditandai dengan menguningnya daun tersebut, hal ini karena daun mulai kehilangan klorofil yang digantikan oleh pembentukan pigmen lain (xantofil atau karoten), RNA, protein, dan lipid dari membran plasma serta level HPR dan rubisco menurun pada daun tua. HPR merupakan enzim-enzim yang terlibat dalam proses fotosintesis, diantaranya plastidic Fru-1,6bisphosphatase, plastidic aldolase, NADP-dependent glyceraldehyde-3phosphate dehydrogenase, dan NADP-dependent malate dehydrogenase (Wingler, 1998).
Penurunan protein dan klorofil pada kondisi senescence dapat diinduksi oleh meningkatnya gula. Gula berupa glukosa dan fruktosa meningkat pada daun yang sudah tua dan disertai dengan pati yang rendah pada daun tua. Level sukrosa lebih tinggi pada daun tua daripada daun dewasa dan daun muda. Akumulasi heksosa pada daun tua disebabkan oleh penghambatan gen-gen fotosintesis, dan interaksi antara sitokinin dan gula
13
dalam pengaturan senescence. Selain akumulasi gula pada daun tua yang menyebabkan senescense, paparan cahaya merah atau merah jauh yang rendah juga dapat menginduksi senescence. Hal ini berkaitan dengan penerimaan cahaya merah atau cahaya merah jauh oleh fitokrom. Paparan cahaya merah atau merah jauh yang rendah akan mengganggu proses fotosintesis karena fitokrom merupakan penerima cahaya pada proses fotosintesis. (Skutnik dkk, 2004).
Pada senescence daun, terjadi proses transportasi nutrisi seperti nitrogen dan fosfor dari daun yang mengalami senescence menuju daun yang sedang aktif tumbuh dan berkembang. Senescence dapat diperlambat dengan pengaturan sitokinin, sehingga menyebabkan masa hidup fotosintesis lebih panjang (Gan & Amasino, 1995). Sitokinin dapat secara langsung mempengaruhi jumlah enzim oleh berbagai mekanisme yang mempengaruhi tingkat sintesis atau degradasi protein. Sitokinin dapat meningkatan aktivitas Rubisco, Fru-1,6-bisphosphatase, NADP-dependent glyceraldehyde-3-phosphate dehydrogenase, NADP-dependent malate dehydrogenase dan HPR. Jadi, keterlibatan hormon memang sangat mempengaruhi senescence bunga dan daun.
C.
Asam Giberelat (GA3) Giberelin (GA3) merupakan senyawa tetrasiklik diterpenoid dengan sistem cincin ent-giberelan yang ditemukan pada tahun 1926 oleh E. Kurosawa, ilmuwan Jepang. GA3 ini merupakan salah satu ZPT yang diketahui dapat mendorong terjadinya pembungaan. Giberelin dapat menggantikan kondisi
14
lingkungan spesifik guna mengendalikan pembentukan bunga. Inisiasi pembungaan yang disebabkan oleh giberelin merupakan peran pengganti hari panjang dan menginduksi pembungaan pada tanaman hari pendek (Sponsel, 1995). Struktur kimia dari GA3 pada Gambar 2.
Gambar 3. Struktur Kimia GA3 (Sumber : Salisbury & Ross, 1995).
Semua molekul giberelin mengandung ‘Gibban Skeleton’. Giberelin dapat dikelompokkan mejadi dua kelompok berdasarkan jumlah atom C, yaitu yang mengandung 19 atom C dan 20 atom C. Sedangkan berdasarkan posisi gugus hidroksil dapat dibedakan menjadi gugus hidroksil yang berada di atom C nomor 3 dan nomor 13. Tindakan menambahkan giberelin mungkin memang mengaktifkan meristem sub apikal dan karenanya menghasilkan bolting (pelompatan dari batang untuk membentuk bunga) yang sebaliknya memungkinkan mulai terjadinya pengeluaran bunga. Sejauh ini pengaruh GA3 yang paling nyata adalah memperpanjang batang dan tangkai bunga bukan karena jumlah buku bertambah, melainkan oleh pembesaran dan pembelahan sel (Wilkins, 1992).Ada berbagai macam teknik aplikasi yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, salah satunya adalah
15
perendaman. Perendaman yang dilakukan pada tangkai bunga potong dengan larutan GA3 dapat menggantikan sebagian atau seluruh fungsi nutrisi dari sintesis yang dilakukan pada tanaman bunga sebelum dipotong. Hasil percobaan Ferrante dkk, (2009) menyimpulkan bahwa bunga potong yang diberi perlakuan GA3 memiliki masa simpan lebih lama.
D.
Sitokinin Dalam Air Kelapa Air kelapa merupakan salah satu produk tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan dan pertumbuhan tanaman. Menurut Dwijoseputro (1994), air kelapa selain mengandung sitokinin, fosfor dan kinetin yang berfungsi mempergiat pertumbuhan tunas dan akar. Air kelapa mengandung auksin dan sitokinin. Auksin yang berfungsi dalam menginduksi pemanjangan sel, mempengaruhi dominansi apikal, penghambatan pucuk aksilar dan adventif serta inisiasi pengakaran sedangkan sitokinin berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dalam jaringan dan merangsang pertumbuhan tunas. Air kelapa yang baik adalah air kelapa muda yang daging buahnya berwarna putih, belum keras (Haryadi & Pamenang, 1983).
Sitokinin bersama dengan auksin mempunyai peranan penting untuk kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel dan diferensiasi jaringan tertentu dalam pembentukan tunas pucuk dan pertumbuhan akar. Namun demikian, peranan sitokinin dalam pembelahan sel tergantung pada adanya fitohormon lain terutama auksin. Air kelapa adalah salah satu
16
bahah alami, di dalamnya terkandung hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin sedikit sekali serta senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan (Bey dkk, 2006).
Zeatin merupakan sitokinin yang disintesis oleh tumbuhan dan diketahui bahwa sitokinin merupakan derivat purin (adenin). Trans-zeatin dan isopentenyl-adenin merupaka jenis sitokinin yang aktif. Gambar struktur kimia dari Zeatin dapat diihat pada Gambar 3.
Gambar 4. Struktur Kimia Zeatin (Sumber : http://goth-id.blogspot.co.id/2012/03/hormon-sitokinin.html).
Menurut Intan (2008), sitokinin mempunyai beberapa fungsi,antara lain : 1) Memacu pembelahan sel dalam jaringan meristematik. 2) Merangsang diferensiasi sel -sel yang dihasilkan dalam meristem. 3) Mendorong pertumbuhan tunas samping, dominasi apikal 4) Menunda penuaan daun. 5) Merangsang pembentukan pucuk serta merangsang pertumbuhan embrio.
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan waktu Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung pada bulan Oktober sampai November 2016.
B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa jenis alat. Alat gelas yang digunakan adalah Erlenmeyer, beaker glass, gelas ukur, tabung reaksi dan rak tabung reaksi, corong, batang pengaduk, pipet tetes, pipet volume. Alat analisis yang digunakan adalah timbangan digital dan spektrofotometer. Alat penggerus mortar porselin dan alu. Alat lain yang digunakan adalah oven, centrifuge, gelas media plastik, pisau karter, pinset, gunting dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga potong mawar yang diperoleh dari toko bunga Irene di Bandar Lampung, GA3, alkohol 95%, kertas saring Whatman no.1, akuades, tissue, kertas label.
18
C. Rancangan Percobaan Penelitian ini disusun menggunakan metode percobaan faktorial 2x3. Faktor A adalah air kelapa dengan 2 taraf konsentasi yaitu 0% v/v dan 50% v/v, dan faktor B adalah GA3 dengan taraf konsentrasi 0 ppm, 250 ppm dan 500 ppm. Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 4 kali, sehingga jumlah satuan percobaan adalah 24. Notasi faktor, taraf, dan kombinasi perlakuan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Notasi faktor, taraf dan kombinasi perlakuan percobaan faktorial 2x3. Faktor
B (GA3)
A (Air kelapa) Taraf
a1(0% v/v)
a2 (50% v/v)
b1 (0 ppm)
a1b1
a2b1
b2 (250 ppm)
a1b2
a2b2
b3 (500 ppm)
a1b3
a2b3
Keterangan : a1b1 : air kelapa 0% v/v, 0 ppm GA3 a2b1 : air kelapa 50% v/v, 0 ppm GA3 a1b2 : air kelapa 0% v/v, 250 ppm GA3 a2b2 : air kelapa 50% v/v, 250 ppm GA3 a1b3 : air kelapa 0% v/v, 500 ppm GA3 a2b3 : air kelapa 50% v/v, 500 ppm GA3
19
D. Variabel dan parameter Variabel dalam penelitian ini adalah berat segar, berat kering, kadar air relatif, klorofil a, klorofil b, klorofil total. Parameter dalam penelitian ini adalah nilai tengah (µ) semua variabel.
E. Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahap yaitu penyiapan satuan percobaan, pembuatan larutan air kelapa dan GA3.
1. Penyiapan Satuan Percobaan Bunga potong krisan dipilih dan diseleksi sebanyak 24 potong dengan ukuran dan mekar bunga yang seragam. Tangkai bunga krisan dipotong sepanjang 25 cm, ujung tangkai dipotong miring untuk meningkatkan luas permukaan bidang penyerapan. masing-masing bunga potong krisan dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi kombinasi air kelapa dan GA3. Seluruh satuan percobaan diletakkan pada suhu kamar (27oC).
2. Pembuatan Larutan Air Kelapa dan GA3 Digunakan sebanyak 1200 ml air kelapa yang diperoleh dari buah kelapa muda, kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman no.1 sehingga diperoleh air kelapa dengan konsentrasi 100% v/v. Agar memperoleh konsentrasi air kelapa yang dibutuhkan (0% v/v dan 50% v/v)untuk perlakuan, dilakukan pengenceran seperti pada Tabel 2.
20
Tabel 2. Pengenceran air kelapa sesuai konsentrasi. Konsentrasi (v/v)
Volume air kelapa (ml)
Volume akuades(ml)
0%
0
200
50%
100
100
Pada setiap gelas plastik yang berjumlah 24 buah, dimasukkan 200 ml pengenceran air kelapa sesuai konsentrasinya, kemudian ditambahkan larutan GA3 0 ppm (kontrol), 250 ppm dan 500 ppm sesuai dengan rancangan percobaan. Bunga potong krisan yang telah diseleksi selanjutnya direndam dalam larutan kombinasi air kelapa dan GA3 tersebut selama 4 jam.
F. Pengamatan Pada penelitan ini dilakukan pengamatan pada parameter berat segar bunga, berat kering bunga, kadar air relatif, kandungan klorofil a, kandungan klorofil b dan kandungan klorofil total. Pengamatan dilakukan setiap hari setelah dikeluarkan dari perendaman sampai kesegaran (vase life) bunga potong tersebut berakhir.
1.
Berat Segar (Bunga) Berat segar bunga diukur dengan cara bunga dipisahkan dari batang dan daun. Kemudian bunga ditimbang dengan neraca digital dan dinyatakan dalam gram (g).
21
2.
Berat Kering (Bunga) Bunga yang sudah diukur berat segarnya, dikeringkan dalam oven pada temperature 105-110oC selama 2 jam. Kemudian bunga yang sudah kering ditimbang dengan neraca digital dan dinyatakan dalam gram (g).
3. Kadar Air Relatif Kadar air relatif bunga dihitung menggunakan rumus berikut :
Kadar air relaatif bunga =
X 100%
Keterangan : BS = berat segar bunga BK = berat kering bunga
4. Kandungan Klorofil (klorofil a, klorofil b, klorofil total ). Penentuan kandungan klorofil menggunakan metode menurut Wintermans dan De Mots (1965) diakukan dengan cara menggerus 0,5 gram daun bunga krisan dalam mortar, kemudian ditambahkan 50 ml alkohol 95%. Ekstrak disaring ke dalam Erlenmeyer. Sisa gerusan yang masih tertinggal di kertas saring digerus kembali, kemudian disaring kembali ke dalam Erlenmeyer. Volume disesuaikan menjadi 100% dengan menambahkan alkohol 95%. Ekstrak siap ditentukan kandungan klorofil a, klorofil b dan klorofil total.
22
Kandungan klorofil ditentukan dengan cara diukur absorbansinya pada panjang gelombang 649 dan 665 nm. Kandungan klorofil dinyatakan dalam miligram/gram jaringan yang diekstrak dan dihitung berdasarkan persamaan berikut :
Chla = 13.7.A665- 5.76.A649 (
)
Chlb = 25,8.A649- 7,6.A665 (
)
Chltotal = 20,0.A649 + 6,10.A665 (
)
Keterangan : Chla
: Klorofil a
Chlb
: Klorofil b
Chltotal
: Klorofil Total
A665
: Absorbansi pada panjang gelombang 665 nm
A649
: Absorbansi pada panjang gelombang 649 nm
v
: Volume alkohol 95 %
w
: Berat daun
23
G. Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh air kelapa dan GA3 beserta interaksinya, maka homogenitas ragam diuji menggunakan uji Levene. Kemudian data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam pada taraf nyata 5%. Jika interaksi faktor A dan faktor B tidak nyata maka ditentukan main effect dengan uji BNT pada taraf nyata 5%. Jika interaksi nyata maka ditentukan simple effect GA3 (faktor B) pada setiap konsentrasi air kelapa (faktor A) dengan uji F pada taraf nyata 5 %.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kombinasi air kelapa 50% (v/v) dengan GA3 250 ppm dan 500 ppm dapat menunda senescence pada bunga potong krisan. 2. Kombinasi air kelapa 50% (v/v) dengan GA3 500 ppm memberikan efektif yang signifikan dalam menunda senescence pada bunga potong krisan.
B. Saran Perlu dilakukan penelitian tentang efek kombinasi air kelapa dan GA3 terhadap bunga potong lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bey, Y,. W Syafii dan Sutrisna. 2006. Pengaruh Pemberian Giberelin dan Air Kelapa Terhadap Pertumbuhan Anggrek Bulan. Universitas Riau. Riau. Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi.Djambatan. Jakarta. Dwidjoseputro. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia. Eason, J.R. 2002. Sandersonia aurantiaca: An evaluation of postharvest pulsing solutions to maximise cut flower quality. New Zealand Journal Of Crop and Horticultural Science. Eason, J.R. 2002. Sandersonia aurantiaca: An evaluation of postharvest pulsing. Ferrante, A., Sodi, A.M., and Serra, G. 2009. Effect Of Thidiazuron and gibberellin acid on laef yellowing of cut stock flowers. Department of Plant Production, Universita degli Studi di Milano. Italy. Gan, S. 2007. Senescence Processes in Plants. USA : Blackwell Publishing Ltd. Gan, S.,& Amasino, R. M. 1995. Inhibition of leaf senescence by autoregulated production of cytokinin. Haryadi & Pamenang.1983. Pengaruh sukrosa dan air kelapa pada kultur jaringan anggrek bulan. Agron. UI Press. Jakarta. Intan, R.D.A. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhan Tanaman. Bandung: Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung. Kartapradja, R. 1997. Perbaikan varietas dan teknologi produksi bunga mawar. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Hias. Puslitbang Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Mayak, S., Halevy, A.H., Sagie, A., Baryoseph, A. & Bravdo, B. 1974. The water balance of cut rose flower. Physiol Plant.
O’Donoghue, E.M. 2006. Flower petal cell wall: changes associated with flower opening and senescence. New Zealand Journal of Foresty Science. 36(1): 130-144. Rukmana, R. dan A.E. Mulyana. 1997. Krisan (seri bunga potong). Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 108 hal.
Salisbury, F. B., and Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3 (diterjemahkan oleh Diah dan Sumaryono). Penerbit ITB Bandung. Bandung. Skutnik, E., Rabiza-wider, J., Wachowicz, M., and Łukaszewska, A.J. 2004. Senescence of cut leaves of Zantedeschia aethiopica and Z. elliottiana. Part III. The reducing sugars content. Acta Scientiarum Polonorum, Hortorum Cultus. 3: 219-227. Sponsel, V.M. 1995. Giberelin Biosynthesis and Metabolism in Davies PJ 9 (Ed). Plant Hormones Physiology, Biochemistry, and Molecular Biologi. Kluwer, Doerdrecht. Srivastava, L.M. 2002. Plant Growth and Development. Canada : Academic Press. USDA. 2016. Klasifikasi Tanaman Krisan Putih. Natural Resources Conservation Service.USA. Wilkins, M.B., 1992. Fisiologi Tanaman. Penerjemah Sutedjo M.M dan Kartasapoetra A.G. penerbit Bumi Aksara: Jakarta. Wingler, Astrid, Antje von Schaewen and Richard C. Leegood. 1998. Regulation of Leaf Senescence by Cytokinin, Sugars, and Light. NCBI (Plant Physiology). Wintermans, J. F. G. M & De Mots, A. 1965. Spectrophotometric characteristics of Chlorophylls a and b their pheophytins in etanol. Biochimia Biophysica Acta, 109: 448-453. Wood A. & Pleg L.G. 1974. Alteration of liposomal membrane fluidity by gibberellic acid. Plant Physiol. Woodson, William R. and Amanda S.B . 1991. Role of the Gynoecium in Cytokinin-induced Carnation Petal Senescence. J. Amer Soc. Hort. Sci. Yang, S.F. & Hoffman, N.E. 1984. Ethylene biosynthesis and its regulation in higher plants. Ann. Review Plant Physiology. 35: 155-189.