TESIS
KUMUR-KUMUR KOMBUCHA TEA DAPAT MENURUNKAN JUMLAH KOLONI BAKTERI RONGGA MULUT, MENURUNKAN JUMLAH BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS DAN MENINGKATKAN pH SALIVA PADA PENDERITA KARIES
KADEK LUSI ERNAWATI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
TESIS
KUMUR-KUMUR KOMBUCHA TEA DAPAT MENURUNKAN JUMLAH KOLONI BAKTERI RONGGA MULUT, MENURUNKAN JUMLAH BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS DAN MENINGKATKAN pH SALIVA PADA PENDERITA KARIES
KADEK LUSI ERNAWATI NIM 1290761032
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
KUMUR-KUMUR KOMBUCHA TEA DAPAT MENURUNKAN JUMLAH KOLONI BAKTERI RONGGA MULUT, MENURUNKAN JUMLAH BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS DAN MENINGKATKAN pH SALIVA PADA PENDERITA KARIES
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana
KADEK LUSI ERNAWATI NIM 1290761032
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 22 JANUARI 2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. dr. ID Made Sukrama, M.Si., Sp.MK (K) NIP. 195810101987021001
Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro NIP. 196404171996011001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And., FAACS NIP. 194612131971071001
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP. 195902151985102001
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai Program Pascasarjana Universitas Udayana Pada tanggal 22 Januari 2015
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No.29/UN14.4/HK/2015 Tanggal, 2 Januari 2015
Ketua: Dr. dr. I D Made Sukrama, M.Si., Sp. M.K (K) Anggota: 1. 2. 3. 4.
Dr. dr. Bagus Komang Satriayasa, M.Repro Prof. Dr.dr. J. Alex Pangkahila, M.SC.,Sp.And Dr. dr. Wayan Putu Sutirta Yasa, M.Si dr. Ni Nengah Dwi Fatmawati, Sp., MK., PhD
surat plagiat
UCAPAN TERIMA KASIH Puja dan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. dr. I Dewa Made Sukrama, M.Si, Sp.MK (K) selaku pembimbing utama yang memberikan ide, gagasan, saran dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan juga kepada Dr. dr Komang Bagus Satriyasa selaku pembimbing kedua yang telah memberikan masukan dan meluangkan waktu untuk membimbing. Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr.dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) dan kepada Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, Sp.And, FAACS selaku Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Magister Ilmu Biomedik Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Kepala Bagian Mikrobiologi Universitas Udayana yaitu Dr. dr Sri Budayanti Sp.MK atas fasilitas laboratorium yang diberikan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, MSc., Sp.And, Dr. dr. I Wayan Putu Sutirta Yasa, M.Si, dr Ni Nengah Dwi Fatmawati, Sp.MK., PhD. yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat tersusun dengan baik. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh Staf Laboratorium Mikrobiologi Universitas Udayana atas bantuan,waktu dan semangat yang telah diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian. Terimakasih penulis ucapkan kepada Dekan fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar, drg PA.Mahendri M.Kes.,FISID atas kesempatan yang diberikan dan dukungan material yang telah diberikan oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas mahasaraswati Denpasar. Terimakasih kepada Direktur RSGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas mahasaraswati Denpasar atas berkenannya beliau memberikan kesempatan pengambilan sampel dalam rangka penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang penulis sayangi I Nyoman korim dan Ni Nyoman Sulastri yang telah membesarkan, mendidik, memberikan dukungan moril dan materiil dengan penuh kasih sayang. Terimakasih buat suami tercinta I Made Mustika yang memberikan dukungan dan semangat, terimakasih kepada kedua putri tercinta Putu Gita Ginantri dan kadek Dyah Savitri Antari Laksmi yang telah sempat memberikan kebahagian dan semangat. Terimakasih untuk teman-teman yang telah membantu dan memberi dukungan dalam penyelesaian tesis ini. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan anugrah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.
ABSTRAK KUMUR-KUMUR KOMBUCHA TEA DAPAT MENURUNKAN JUMLAH KOLONI BAKTERI RONGGA MULUT, MENURUNKAN JUMLAH BAKTERI STREPTOCOCUS MUTANS DAN MENINGKATKAN pH SALIVA PADA PENDERITA KARIES
Karies gigi adalah penyakit endemik dengan prevalensi dan keparahan yang tinggi. Bakteri yang merupakan flora dalam mulut dapat berpotensi menyebabkan karies dengan menghasilkan produk asam yang mampu mendemineralisasi email gigi. Saliva merupakan faktor pengatur keadaan asam dan basa di dalam mulut yang menentukan naik dan turunnya pH. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10 hari dapat menurunkan koloni bakteri rongga mulut, menurunkan jumlah bakteri Streptococcus mutans, dan meningkatkan pH saliva pada penderita karies. Rancangan penelitian ini adalah penelitian eksperimental Randomized pretest –posttest control group design, digunakan dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan jumlah sampel 13 orang untuk masing-masing kelompok. Kelompok kontrol berkumur dengan aquadest steril dan kelompok perlakuan berkumur dengan kombucha tea hasil fermentasi 10 hari. Hasil analisis kemaknaan dengan Uji T-paired menunjukkan setelah berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10 hari terjadi penurunan signifikan jumlah koloni bakteri rongga mulut (p<0,05). Rerata jumlah bakteri S.mutans setelah diberi perlakuan (berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10 hari), menurun secara bermakna (p<0,05). Rerata pH saliva pada kelompok kontrol sebelum dan setelah diberi perlakuan hasil tidak berbeda (p>0,05), sedangkan kelompok perlakuan antara sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan hasil berbeda bermakna (p<0,05), yang berarti terjadi peningkatan pH saliva setelah berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10 hari. Simpulan dari penelitian ini adalah berkumur kombucha tea dengan fermentasi 10 hari dapat menurunkan koloni bakteri rongga mulut, menurunkan jumlah bakteri S.mutans, dan meningkatkan pH saliva pada penderita karies. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menentukan mekanisme kombucha tea dalam menurunkan jumlah koloni bakteri rongga mulut, menurunkan jumlah bakteri S. Mutans dan meningkatkan pH saliva pada penderita karies. Kata kunci: koloni bakteri rongga mulut, Streptococcus mutans, pH saliva, kombucha tea
ABSTRACT RINSING WITH THE KOMBUCHA TEA CAN REDUCE THE NUMBER OF BACTERIA COLONY OF THE ORAL CAVITY, REDUCE THE NUMBER OF BACTERIA OF STREPTOCOCCUS MUTANS AND INCREASE THE SALIVARY pH OF CARIES PATIENTS
Dental caries is an endemic disease with a high prevalence and severity. Bacteria, which are the flora in the mouth, can potentially cause caries by producing acid capable of demineralizing of tooth enamel. Saliva is a regulatory factor of the condition of acids and bases in the mouth that determines the increase and the decline of pH. This study aims to prove that kombucha tea rinsing with fermentation time of 10 days can reduce oral bacteria colonies, decrease the number of Streptococcus mutans, and increase the pH of saliva in patients with caries. This study design is was eksperimental Randomized pretest posttest.The research used two groups: the control group and the treatment group with participants of 13 people for each group. The control group rinsed with sterile distilled water and the treatment group rinsed with a 10-day fermented kombucha tea. The results of the analysis of significance with paired T-test showed the number of bacteria colonies of the oral cavity decreased after rinsing with 10 days fermented kombucha tea (p <0.05) .The mean of S. mutans bacteria after treated (rinse 10 days fermented kombucha tea) significantly decreased (p <0.05). The mean pH of saliva in the control group before and after the treatment, was not different (p> 0.05), while the treatment group, before or after treatment, was significantly different (p <0.05), which means an increase in the pH of saliva after rinsing 10 days fermented kombucha tea. It can be drawn a conclusion from the research that to rinse with kombucha tea with a 10-day fermentation can reduce the oral bacteria colonies, decrease the number of bacteria of Streptococcus mutans, and increase the pH of saliva in patients with caries. Further research is needed to determine the mechanism of kombucha tea in reducing the number of colonies bacteria of the oral cavity, lowering the S.mutans bacteria and increase the pH saliva in patients with caries Keywords: bacterial colonies of the oral cavity, Streptococcus mutans, the pH of saliva, kombucha tea
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Depan ............................................................................................
i
Lembar Prasyarat Gelar .............................................................................. ii Lembar Persetujuan ……………………………………………………… iii Penetapan Panitia Penguji ……………………………………………….. iv Surat Pernytaan Bebas Plagiat …………………………………………… v Ucapan Terima Kasih ................................................................................. vi Abstrak ........................................................................................................ vii Abstract ....................................................................................................... viii Daftar Isi...................................................................................................... ix Daftar Tabel ................................................................................................ xiii Daftar Gambar ............................................................................................. xiv Daftar Lampiran .......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karies ...................................................................................... 8 2.1.1 Klasifikasi karies gigi ................................................... 8 2.2 Flora Normal rongga mulut .................................................... 9 2.2.1 Streptoccocusmutans .................................................... 10 2.2.1.1 Klasifikasi Streptoccocusmutans ...................... 12
2.2.1.2 Virulenfaktor Streptoccocusmutans ................. 12 2.2.1.3 Peran Streptoccocusmutans terhadap Pembentukan karies........................................ 15 2.2.2 Lactobacilussp .............................................................. 16 2.3 Saliva ...................................................................................... 17 2.3.1 Komposisi saliva .......................................................... 17 2.3.2 pH saliva ...................................................................... 18 2.4 Kombucha Tea ....................................................................... 20 2.4.1 Sejarah .......................................................................... 20 2.4.2 Kultur kombucha tea .................................................... 21 2.4.3 Fermentasi kombucha tea ............................................ 22 2.4.4 Kandungan kombucha tea ............................................ 22 2.4.5 Manfaat kombucha tea ................................................. 26
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN .............................................................................. 27 3.1 Kerangka Berpikir ................................................................... 27 3.2 Konsep Penelitian ................................................................... 28 3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................ 29
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................ 30 4.1 Rancangan Penelitian .............................................................. 30 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 31 4.2.1 Lokasi............................................................................ 31 4.2.2 Waktu penelitian ........................................................... 31 4.3 Penentuan Sumber Data ......................................................... 31 4.3.1 Sampel .......................................................................... 31 4.3.2 Besar sampel ................................................................. 32 4.4 Variabel Penelitian .................................................................. 33
4.4.1 Klasifikasi dan identifikasi variabel ............................. 33 4.4.2 Hubungan antar variabel ............................................... 34 4.5 Definisi Operasional Variabel................................................. 35 4.6 Bahan Penelitian ..................................................................... 36 4.7 Instrumen Penelitian ............................................................... 37 4.8 Prosedur Penelitian ................................................................. 39 4.8.1 Pembuatan kombucha Tea ........................................... 39 4.8.2 Pembuatan media ......................................................... 39 4.8.3 Tahap persiapan sampel ................................................ 40 4.9 Protokoler Penelitian ............................................................... 41 4.9.1 Pembiakan bakteri......................................................... 43 4.10 Alur Penelitian ...................................................................... 46 4.11 Analisis Data ........................................................................ 47
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................... 48 5.1 Uji Normalitas Data ................................................................ 48 5.2 Uji Homogenitas Data............................................................. 49 5.3 koloni Bakteri Rongga Mulut ................................................. 49 5.3.1 Analisis komparatibilitas ............................................... 49 5.3.2 Analisis efek berkumur kombucha ................................ 50 5.3.3 Analisis perlakuan pada masing-masing kelompok ....... 51 5.4 Jumlah Bakteri S.mutans ......................................................... 52 5.4.1 Analisis komparatibilitas ............................................... 52 5.4.2 Analisis efek berkumur kombucha ................................ 53 5.4.3 Analisis perlakuan pada masing-masing kelompok....... 54 5.5 pH Saliva................................................................................. 55 5.5.1 Analisis komparatibilitas ............................................... 55 5.5.2 Analisis efek berkumur kombucha ................................ 56 5.5.3 Analisis perlakuan pada masing-masing kelompok....... 57
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN...................................... 59 6.1 Kumur-kumur Kombucha Tea Hasil Fermentasi 10 Hari Menurunkan Jumlah Koloni Bakteri Rongga Mulut Pada Penderita Karies ............................................................ 59 6.2 Kumur-kumur Kombucha Tea Hasil Fermentasi 10 Hari Menurunkan Jumlah Bakteri S.mutans Pada Penderita Karies ..................................................................................... 62 6.3 Kumur-kumur Kombucha Tea Hasil Fermentasi 10 Hari Meningkatkan pH Saliva Pada Penderita Karies ................... 67
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 69 7.1 Simpulan ................................................................................. 69 7.2 Saran ....................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 70
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Asam Amino Pada Kombucha Kering .................... 24 Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data Koloni Bakteri Rongga mulut, Koloni Streptococcus mutans, dan pH Saliva ............................... 48 Tabel 5.2 Homogenitas data Koloni Bakteri Rongga mulut, Koloni Streptococcus mutans, dan pH Saliva .............................. 49 Tabel 5.3 Perbedaan Rerata koloni Bakteri rongga mulut antar Kelompok Sebelum perlakuan berkumur kombucha tea ............. 50 Tabel 5.4 Perbedaan Rerata Bakteri rongga mulut antar Kelompok sesudah perlakuan berkumur kombucha ..................... 51 Tabel 5.5 Perbedaan Rerata Bakteri rongga mulut antar kelompok Sebelum dan sesudah perlakuan berkumur kombucha tea Pada Masing-masing Kelompok ................................................... 52 Tabel 5.6 Perbedaan Rerata Koloni Streptococcus mutans antar Kelompok Sebelum perlakuan berkumur kombucha tea .............. 53 Tabel 5.7 Perbedaan Rerata koloni Sreptococcus mutans Antar Kelompok Sesudah Perlakuan berkumur kombucha tea ............ 54 Tabel 5.8 Perbedaan Rerata Koloni Sreptococcus mutans Antar Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan berkumur kombucha tea ................................................................................ 55 Tabel 5.9 Perbedaan Rerata pH Saliva Antar Kelompok Sebelum Perlakuan Berkumur Kombucha tea ............................................. 56 Tabel5.10 Perbedaan Rerata pH Saliva Antar Kelompok Sesudah Perlakuan Berkumur Kombucha tea ............................................. 56 Tabel5.11Perbedaan Rerata pH Saliva Antar Kelompok Sebelum Sesudah Perlakuan Berkumur Kombucha tea ............................... 57
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 MorfologiStreptococcus mutans ............................................. 11 Gambar 2.2 Tahap-TahapAderensiStreptococcus mutas ............................ 14 Gambar 2.3 Lactobacilus ............................................................................ 16 Gambar 2.4 Starter Kombucha .................................................................... 20 Gambar 2.5 FermentasiKombucha .............................................................. 22 Gambar 2.6 Struktur Kimia Kombucha Tea .............................................. 23 Gambar 4.1 RancanganPenelitian ............................................................... 30 Gambar 4.2 HubunganAntarVariabel ......................................................... 34 Gambar 4.3 AlurPenelitian.......................................................................... 46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Ethical Clearence .................................................................... 75 Lampiran 2 Inform consendan Ethical clearance ........................................ 76 Lampiran 3 Hasil Penelitian Pendahuluan .................................................. 84 Lampiran 4 Hasil Penelitian ........................................................................ 90 Lampiran 5 Analisis data ............................................................................ 99 Lampiran 6 Hasil uji Fitokimia .................................................................. 105
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut tidak kalah pentingnya dengan kesehatan tubuh lainnya. Asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh masuk melalui mulut dan dikunyah oleh gigi geligi sehingga kerusakan pada gigi geligi akan mempengaruhi kesehatan secara umum . Karies gigi adalah penyakit endemik dengan prevalensi dan keparahan yang tinggi. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Rikesda) Kementrian Kesehatan (2013), 25,9 % penduduk Indonesia mempunyai masalah terhadap gigi dan mulut dan 68,9% tidak dilakukan perawatan. Karies gigi merupakan kerusakan dari jaringan kalsium yang disebabkan oleh aksi dari mikroorganisme dalam memfermentasi karbohidrat.Hal itu ditandai oleh demineralisasi dari mineral enamel dan dentin diikuti oleh disintegrasi material organik.Lesi yang mendekati pulpa, dapat menyebabkan reaksi dari dentin dan pulpa (kemungkinan menyebabkan sakit), jika ada invasi bakteri ke dalam pulpa, dapat menyebabkan kematian pulpa. Pulpa yang nekrotik akan menyebabkan beberapa perubahan pada jaringan periapikal (Kidd dan Smith, 1990). Karies terjadi bukan disebabkan oleh karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya, tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Keyes dan Jordan pada tahun 1960 an menyatakan bahwa
1
karies terjadi karena multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab karies. Ada tiga faktor utama yangmemegang peranan yaitu : (1) faktor host atau tuan rumah, (2) agen atau mikroorganisme, (3) substrat atau diet. Ketiga faktor utama ini dipengaruhi oleh waktu.Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor harus saling mendukung yaitu gigi yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama (Finnet al., 2006). Saliva merupakan faktor pengatur keadaan asam dan basa di dalam mulut yang menentukan naik dan turunnya pH. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada pH saliva antara lain adalah rata-rata kecepatan aliran saliva, mikroorganisme pada rongga mulut, dan buffer saliva (Sari, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Suwanto 2005, ada hubungan yang bermakna secara statistik antara derajat keasaman (pH) saliva dengan karies gigi (Suwanto, 2005) Bakteri yang merupakan flora dalam mulut dapat berpotensi menyebabkan karies dengan menghasilkan produk asam yang mampu mendemineralisasi email gigi. Untuk memperlihatkan bakteri yang spesifik dalam karies gigi sangatlah sulit karena menunjukkkan kompleksitas dan variabelitas plak flora.Lactobacilus merupakan flora normal pada manusia, hewan, bagian hijau tumbuhan, makanan, hasil peternakan terutama yang mengandung susu dan hasil fermentasi. Pada manusia terdapat pada mulut, vagina, dan usus manusia, spesies yang paling sering ditemukan pada rongga mulut yaitu: L.casei, L.fermentum, dan L.brevis. Bakteri Lactobacilus berhungan erat dengan karies gigi setelah bakteri kariogenik lain yaitu Streptococcus mutans, merupakan spesies bakteri yang paling dominan dalam mulut sebagai bakteri
penyebab utama terjadinya karies gigi
.BakteriStreptococcusmutans selalu ada
dalamsetiap keadaan karies (Loesche,1986), danLactobacilus berperan dalam proses kelanjutan dan perkembangan karies,sehingga bakteri ini telah menjadi target utama dalam upaya mencegah terjadinya karies gigi (Kidd danBechal, 1992; Hurlbuttet al., 2010). Pemerintah Indonesia saat ini sedang menggiatkan penggunaan obat-obat herbal sebagai obat alternatif sebagai pengganti atau pendamping obat berbahan kimia. Penelitian terhadap bahan herbal sangat diperlukan untuk mendapatkan data yang akurat untuk menunjang hal tersebut, sehingga banyak dikembangkan produk kesehatan yang berasal dari herbal yang mempunyai efek anti bakteri, salah satunya adalah teh kombucha (Naland,2008). Kombucha adalah jamur teh yang berasal dari Asia Timur dan tersebar ke Jerman melalui Rusia sekitar abadke - 20, sebagai penyembuh berbagai macam penyakit.Jamur kombucha merupakan membrane jaringan jamur yang bersifat gelatinoid dan liat, serta berbentuk piringan datar. Kombucha hidup dalam jaringan nutrisi teh -gula yang tumbuh dengan cara germinasi. Pada mulanya,piringan jamur tumbuh meluas pada permukaan teh lalu menebal.Bila dirawat secara benar,jamur ini akan tumbuh pesat dan sehat, sehingga akan hidup sepanjang umur pemilik serta keturunannya. Kombucha tea(teh kombucha)merupakan produk minuman tradisional hasil fermentasi larutan teh dan gula dengan menggunakan starter mikroba kombucha (Acetobacter xylium dan beberapa jenis khamir)dan difermentasi 8-12 hari (Silaban,2009).
Kombucha berfungsi sebagai penyembuh terhadap berbagai macam penyakit, ini telah digunakan berulang kali dirumah tangga di berbagai negara Asia. Jamur tersebut terdiri dari gelatinoids serta membran jamur yang liat dan berbentuk piringan bulat serta hidup dalam lingkungan nustrisi teh manis yang akan tumbuh secara berulang sehingga membentuk susunan piringan berlapis. Piringan pertama akan tumbuh pada lapisan paling atas yang akan memenuhi lapisan, kemudian disusul oleh pertumbuhan piringan berlapis-lapis dibawahnya yang akan menebal. Perawatan jamur secara benar akan membuat jamur tumbuh secara pesat dan sehat(Naland, 2008). Selama proses fermentasi dan oksidasi
berlangsung, terjadi bermacam-
macam reaksi pada larutan teh manis secara asimilatif dan disimilatif. Jamur teh memakan gula, dan sebagai gantinya jamur memproduksi zt-zat yang bermanfaat dalam minuman tersebut seperti asam glukorunat, asam laktat, vitamin, asam amino, antibiotik, serta zat-zat lain (Naland,2008). Telah banyak penelitian tentang teh kombucha diantaranya oleh Rahayu dan Rahayu (2009) tentang uji anti jamur kombucha coffe terhadap Candida albicans danTrycophiton mentagrophytes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kombucha Coffee mempunyai potensi antijamur terhadap Tricophyton mentagrophytes dan Candida albicans.Milanda dkk.(2005) meneliti isolasi dan identifikasi salah satu senyawa fraksi kombucha dengan aktifitas antibakteri terbesar terhadap Salmonela typhi. Hasil penelitian menunjukkan teh kombucha memberikan aktifitas antibakteri, dan fraksi yang memberikan aktivitas anti bakteri adalah fraksi etil asetat. Peniliti
selanjutnya Aryadnyani (2010), meneliti Peningkatan waktu fermentasi kombucha tea meningkatkan daya hambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli secara in vitro, dan didapatkan hasil bahwa fermentasi 10 hari, 14 hari, dan 18 hari adalah waktu fermentasi yang baik dalam aktifitas anti bakteri ini. Dari penelitian pendahuluan yang peneliti lakukan secara in vitro, kombucha fermentasi 10 hari mempunyai daya hambat lebih besar daripada kombucha fermentasi 14 hari terhadap bakteri S.mutans. Penelitian yang dilakukan terhadap beberapa sampel, menunjukkan 15 menit setelah berkumur kombucha tea dapat menurunkan jumlah koloni bakteri dalam rongga mulut dan menurunkan jumlah bakteri S.mutans (Ernawati, 2014) Berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa kombucha mempunyai daya sebagai antibakteri, sehingga peneliti berkeinginan untuk meneliti efek kombucha dalam media teh (kombucha tea)dalammenghambat pertumbuhan bakteridanmeningkatkan pH salivapadapenderita karies gigi.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan diatas, maka dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah berkumur kombucha teahasil fermentasi 10 hari menurunkan jumlah koloni bakteri rongga mulut pada penderita karies? 2. Apakah berkumur kombucha teahasil fermentasi 10 hari menurunkan jumlah bakteri S.mutans pada penderita karies?
3. Apakah
berkumur
kombucha
teahasil
fermentasi
10
hari
meningkatkanpHsaliva pada penderita karies? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membuktikanefektifitaskombucha tea dalammencegah karies. 1.3.2
Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Untuk membuktikan berkumur dengan kombucha teahasil fermentasi 10 hari dapat menurunkan koloni bakteri rongga mulut pada penderita karies gigi. 2. Untuk membuktikan berkumurkombucha teahasil fermentasi 10 hari dapat menurunkan jumlah bakteri S.mutansrongga mulut padapenderita karies gigi. 3. Untuk membuktikan berkumur kombucha teahasil fermentasi 10 hari dapat meningkatkan pH rongga mulut pada penderita karies gigi.
1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat akademik 1. Dapat memberikan kontribusi ilmiah bidang functional food khususnya efek kombucha tea sebagai antibakteri dan meningkatkan pH rongga mulut yang asam. 2. Dapat dijadikan masukan untuk penelitian lebih lanjut
1.4.2 Manfaat praktis Dapat diinformasikan kepada masyarakat luas, bahwa ada minuman kesehatan yang efisien dan murah untuk mencegah karies gigi .
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Karies Karies gigi adalah proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi antara produk-produk mikroorganisme, saliva, bagian-bagian dari makanan dan email. Mikroorganisme mengubah sisa-sisa makanan yang tersisa pada gigi menjadi senyawa asam. Senyawa asam inilah yang mengikis lapisan email gigi dan menghilangkan mineral-mineral yang ada di gigi (Kiddetal., 2005). Terdapat empat faktor utama yang berperan dalam proses terjadinya karies yaitu host, mikroorganisme, substrat, dan waktu. Faktor-faktor tersebut bekerja sama dan saling mendukung stu sama lain. Bakteri akan memfermentasikan karbohidrat (misalnya sukrosa) dan menghasilkan asam, sehingga menyebabkan penurunan pH dalm waktu1-3 menit sampai pH 4,5-5,0. Pada menit ke 30-60 maka pHakan kembali normal sekitar 7, dan jika penuruna pH ini terjadi secara terus menerus maka akan terjadi demineralisasi pada permukaan gigi (Soesilo, 2005). 2.1.1 Klasifikasi karies gigi Tarigan
(2006),
menyatakan
bentuk-bentuk
diklasifikasikan berdasarkan kedalaman karies gigi yaitu
dan
letak
karies
gigi
1. Karies superfisialis 8 Karies yang sudah mengenai email, sedangkan bagian dentin belum terkena. 2. Karies media
Karies yang
sudah mengenai bagian dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin atau belum mengenai pulpa gigi. 3. Karies profunda Karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan masih selapis dentin.
2.2 Flora Normal Rongga Mulut Flora normal adalah sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada kulit dan selaput lendir/mukosa manusia yang sehat maupun sakit.Pertumbuhan flora normal pada bagian tubuh tertentu dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, nutrisi dan adanya zat penghambat. Keberadaan flora normal pada bagian tubuh tertentu mempunyai peranan penting dalam pertahanan tubuh karena menghasilkan suatu zat yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Adanya flora normal apada bagian tubuh tidak selalu menguntungkan, dalam kondisi tertentu flora normal dapat menimbulkan penyakit, misalnya bila terjadi perubahan substrat atau berpindah dari habitat yang semestinya (Jawetz et al., 2012).
Rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan atau minuman. Tetapi tidak semua mikroorganisme tersebut bersifat patogen, di dalam rongga mulut mikroorganisme yang masuk akan dinetralisir oleh zat anti bakteri yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan berkompetisi dengan bakteri flora normal di rongga mulut untuk dapat berkembang pada lingkungan tersebut (Caranza and Newman, 2002). Lebih dari 700 taxon bakteri ditemukan di dalam rongga mulut, tetapi tidak semua spesies ada pada setiap rongga mulut orang, pada beberapa kondisi bakteri tersebut dapat menyebabkan infeksi seperti karies dan penyakit periodontal (Forsstenetat., 2010). Flora normal dalam rongga mulut terdiri dari S.mutans/Streptococcus viridans, Staphylococcusspdan Lactobacillus sp.
Flora normal dalam keadaan
tertentu bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena adanya faktor predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut. Sisa-sisa makanan dalam rongga mulut akan diuraikan oleh bakteri menghasilkan asam, asam yang terbentuk menempel pada email menyebabkan demineralisasi akibatnya terjadi karies gigi (Jawetzetal, 2012). 2.2.1 Streptococcus mutans Merupakan bakteri gram positif ,facultative anaerob. Bakteri ini pertama kali diisolasi oleh Clark pada tahun 1924 yang memiliki kecendrungan berbentuk coccus dengan formasi rantai panjang apabila ditanam dalam medium yang diperkaya seperti Brain Heart Infusion(BHI) Broth, sedangkan berbentuk rantai pendek bila ditanam
dalam
media
agar,
katalase-negatif,
dan
non
motile
(Hamada,
1980).
S.mutanstermasuk jenis bakteri golongan Streptococcusα-hemoliticus secara normal dapat ditemukan dalam rongga mulut dan saluran napas bagian atas (Jawetz etal, 2012). Bentuk oval dengan berdiameter kurang dari 0,5-0,75 µm, tanpa alat gerak (non motile). Tumbuh optimal pada suhu 37◦C, untuk permulaan isolasi S.mutans biasanya menggunakan medium mitis bacitracin (MSB) agar yang mana menggabungkan sukrosa, bacitracin, dan potassium tellurite.S.mutans yang tumbuh pada media mitis Salivarius memperlihatkan bentuk koloni hijau berdiameter 0,51,5mm, cembung, warna biru tua,
dan pada pinggiran koloni kasar dan berair.
S.mutans tumbuh dalam suasana fakultatif anerob, bakteri ini memerlukan 5% CO 2 dan 95 % Nitrogen, serta memerlukan amonia sebagai sumber Nitrogen agar dapat bertahan hidup dalam plaq yang tebal (Nolte, 1982).
Gambar 2.1 Morfologi S.mutans (Manton,2010)
2.2.1.1 Klasifikasi S.mutans Pada analisis DNA, kandungan guanine (G) dan sitisin (C) berbeda-beda, karena itu secara genetik S.mutanssangat heterogen, walaupun fenotipnya sama. Atas dasar kandungan guanine dan sitosin yang terdapat dalam DNA nya strain ini dikelompokkan menjadi tujuh genotip yaitu Streptococcus cricetus, Streptococcus ratus, S.mutans, Streptococcus macacae, Streptococcus ferus, Streptococcus sobrinus, Streptococcus downei (Roeslan, 2001). Komposisi dinding sel S.mutansmenunjukkan adanya variasi genotip dalam hal pola isozim, aldolase, invertase, glukosiltransferase, reaksi biokimia, bahkan morpHologinya (Newbrun, 1989). Pada tahun 1970 , Bratthal berhasil menentukan lima serotipe Streptoccus mutansyaitu a,b, c, d dan e , dan kemudian Perch dan kawan-kawannya mengidentifikasi serotipe f dan g. Pada kera, telah diidentifikasi serotype c yang disebut Streptococcus macace oleh Beighton dan koleganya pada 1988. Pada tahun 1988, Whiley dan kawan-kawannya menemukan strain baru Streptococcus downei yang disebut serotype h. Kedelapan serotype ini ditentukan berdasarkan struktur antigennya yang spesifik dan komposisi dinding selnya sehingga dapat dibedakan serologi, genetik dan biokimia (Newbrun, 1989). 2.2.1.2 Faktor VirulenStreptococcus mutans Kemampuan bakteri Streptococcus mutansdalam mengekspresikan berbagai faktor virulensi merupakan patogen utama dalam keterlibatan karies. Faktor-faktor
virulensi yang terdapat pada Streptococcus mutans antara lain: adhesin yang memiliki fungsi melekatkan Streptococcusmutans secara awal pada pelikel di permukaan gigi melalui sel reseptor saliva dan berperan dalam ko-agregasi dengan bakteri lain glukositransferase yang berfungsi mensintesa sukrosa menjadi adhesive glukan, dan glukan binding protein yaitu interaksi Streptococcus mutans dengan glukan. Faktor virulensi inilah yang menyebabkan S.mutans tahan hidup dalam biofilm. Menurut Hutagalung (2010), tahap-tahap adherensi Streptococcus mutans adalah: Tahap I:Transportasi ke Permukaan Tahap ini merupakan transportasi awal bakteri ke permukaan.Kontak acak mungkin terjadi, misalnya melalui gerak Brown (perpindahan rata-rata 40 µm/h), melalui sedimentasi melalui cairan (beberapa kali lebih cepat dari difusi), atau melalui gerak aktif bakteri (aktivitas kemotaktik). Tahap II: Adhesi Awal Hasil tahap kedua dibalik awal adhesi dari bakteri, yang diawali oleh interaksi antara bakteri dan permukaan dari jarak tertentu (50nm) melalui gaya jangka panjang dan jangka pendek. Tahap III: Perlekatan Setelah adhesi awal antara bakteri dan permukaan akan dibentuk oleh interaksi spesifik (kovalen, ion atau hidrogen) setelah kontak langsung dengan atau menjembatani oleh ekstraseluler berserabut (dengan panjang sampai 10nm). Ikatan seperti itu ditengahi oleh komponen protein ekstraseluler spesifik organisme (adhesins) dan saling melengkapi reseptor pada permukaan dan spesies-spesifik.
Pelikel di rongga mulut terdiri dari mucins, glikoprotein, protein yang kaya prolin, histidin-kaya protein, enzim -amilase, dan molekul-molekul lain. Beberapa molekul dari pelikel (misalnya, prolin-kaya protein) jelas mengalami perubahan yang sedang terjadi ketika mereka melekat ke permukaan sehingga reseptor baru telah tersedia. Tahap IV: Kolonisasi Pada tahap ini mikroorganisme yang melekat erat mulai tumbuh dan sel-sel baru dibentuk tetap erat, sebuah biofilm dapat berkembang.Mulai dari sekarang, peristiwa-peristiwa baru yang terlibat, karena koneksi inbakterial (ko-agregasi) dapat terjadi. Pada permukaan kasar bakteri dilindungi terhadap gaya geser, sehingga perubahan dari perlekatan bakteri yang reversibel menjadi ireversibel lebih mudah dan lebih sering terjadi.
Gambar 2.2. Tahap-tahap aderensi Streptococcusmutans
(Hutagalung, 2010)
2.2.1.3 Peran Streptococcus mutans terhadap pembentukan karies S.mutans merupakan agen penyebab utama karies pada manusia.Kemampuan bakteri ini melekat pada permukaan gigi merupakan hal terpenting bagi perkembangan karies.Sukrosa dari makanan dapat digunakan S.mutans untuk meningkatkan koloninya dalam rongga mulut.S.mutans mempunyai dua enzim pada dinding selnya yang dapat membentuk dua macam polisakarida ekstraseluler dari sukrosa. Fruktosa (levan) dihidrolisis
olehenzimfructosyltransferase dan glukosa
(dekstran) dihidrolisis oleh enzim glucosyltransferase (Willett et al., 1991). Patogenesis S.mutans terjadi melalui erosi hidroksiapatit seperti mineral dari enamel oleh asam laktat yang merupakan hasil akhir metabolik dari pertumbuhan bakteri. Konsentrasi destruksi yang signifikan dari asam ini membutuhkan akumulasi yang banyak dari Streptococcus asidogenik dalam plak gigi. Proses akumulasi diawali oleh aktivitas extracellular glucosyltransferase (GTF) yang beberapa disekresikan oleh S.mutans. Dengan keberadaan sukrosa, GTF mensintesa beberapa bentuk glukan ekstrakseluler dengan berat molekular tinggi. Polimer glukosa ini akan membantu agregasi dariStreptococcuslainnya melalui interaksi protein ikatan glukan (glucan binding protein). S.mutans merupakan penghasil asam laktat yang paling banyak dalam proses akumulasi ini meskipun pH yang rendah dari bakteri lainnya juga memberikan kontribusi (Roeslan, 2001).
Pembentukan dekstran sangat penting artinya dalam kaitannya dengan sifat kariogenik bakteri ini. Dekstran ini merupakan polimer yang terdiri dari ikatan glukosa a(1→3) dan a(1→6 ). Pembentukan a(1→3) ini sangat lengket dan seperti detergen sehingga tidak larut air.Kolonisasi S.mutans yang dilapisi dekstran dapat menurunkan sifat saliva sebagai pelindung dan antibakteri pada permukaan gigi.Secara fisik dekstran dapat menghambat difusi asam ke dalam saliva, akibatnya terjadi lokalisasi produk asam dengan konsentrasi yang tinggi pada permukaan enamel. Asam ini akan menurunkan pH rongga mulut sehingga mampu menyebabkan demineralisasi enamel. Apabila terjadi terus menerus akan memicu terjadinya dekalsifikasi dentin dan mempercepat terjadinya karies gigi (Roeslan, 2001) 2.2.2 Lactobacillus sp Lactobacillus adalah genus bakteri gram positif, anaerob fakultatif atau mikroaerofilik . Genus bakteri ini membentuk sebagian besar dari kelompok bakteri asam laktat, dinamakan demikian karena kebanyakan anggotanya dapat merubah laktosa dan gula lainnya menjadi asam laktat. Kebanyakan bakteri ini umum terdapat pada manusia dan tidak membahayakan bagi kesehatan.Pada manusia merupakan flora normal yang terdapat pada vagina, sistem pencernaan, dimana mereka bersimbiosis dan merupakan sebagian kecil dari flora normal usus.Banyak spesies dari Lactobacillus memiliki kemampuan membusukkan materi tanaman yang baik. Pruduksi asam laktatnya membuat lingkungan bersifat asam dan menganggu pertumbuhan beberapa bakteri merugikan (Jawetz, 2005 ).
Gambar 2.3.Lactobacillus(Hart et al., 1997). 2.3 Saliva Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga mulut. Saliva merupakan hasil sekresi dari beberapa kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva mayor yang meliputi kelenjar parotid, submandibular, dan sublingual, sedangkan sisa 7% lainnya disekresikan oleh kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar bukal, labial,
palatinal,
glossopalatinal,
dan
lingual.
Kelenjar-kelenjar
minor
ini
menunjukkan aktivitas sekretori lambat yang berkelanjutan, dan juga mempunyai peranan yang penting dalam melindungi dan melembabkan mukosa oral, terutama pada waktu malam hari ketika kebanyakan kelenjar-kelenjar saliva mayor bersifat inaktif (Nancy,2008). 2.3.1 Komposisi saliva Saliva terdiri dari 99% air, dan komposisi saliva yang disekresi oleh kelenjar salivarius dapat dibedakan menjadi komponen anorganik dan komponen organik. Nilai komponen sangat bervariasi tergantung dari faktor-faktor berikut antara lain : sifat dan besar stimulus, keadaan psikis, diet, kadar hormon, Irama siang dan malam, gerak badan dan obat yang dikonsumsi. Komponen anorganik saliva terutama adalah
elektrolit dalam bentuk ion, antara lain : Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-, HCO 3 - dan fosfat. Ion Na+, K+ mempunyai konsentrasi tertinggi di dalam saliva.Ion Cl- merupakan komponen penting untuk aktivitas enzim amilase. Kalsium dan fosfat dalam saliva penting untuk remineralisasi email dan berperan pada pembentukan plak bakteri dan karang gigi Rodanida atau thiocynate (CNS-) sebagai antibakteri dalam kerjasama dengan sistem laktoperoksidase. Bikarbonat adalah ion bufer terpenting di dalam ludah (Amerongen, 1991). Komponen organik saliva terutama tersusun oleh protein, musin, ureum, asam lemak, glukosa, asam amino, dan sejumlah kecil lipida. Produk-produk ini tersusun tidak hanya dari kelenjar ludah, akan tetapi juga berasal dari sisa makanan dan hasil pertukaran zat bakterial. Musin merupakan protein yang mempunyai molekul tinggi yang terikat oleh rantai hidrat arang pendek, oleh karena strukturnya yang memanjang dan sifatnya yang dapat menarik air sehingga membuat saliva menjadi pekat (Amerongen, 1991) 2.3.2 pH saliva Derajat keasaman suatu larutan dinyatakan dengan pH untuk larutan yang netral sama dengan 7 dan turun dengan naiknya kekuatan asam pH<7, suatu larutan adalah basa pada pH>7. Derajat keasaman suatu cairan adalah penting (Amerongen, 1991).Susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit di dalam saliva menentukan pH dan kapasitas bufer. Dalam keadaan normal, pH saliva berkisar antara 6,8-7,2 bergantung pada perbandingan antara asam dan basa konjugat yang bersangkutan (Armand, 2011).
Saliva merupakan faktor pengatur keadaan asam dan basa di dalam rongga mulut yang menentukan naik dan turunnya pH rongga mulut. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada pH saliva antara lain adalah rata-rata kecepatan aliran saliva, mikroorganisme pada rongga mulut, dan buffer saliva (Prasetya, 2008). Hasil metabolisme karbohidrat oleh mikroorganisme dalam rongga mulut juga akan menghasilkan asam yang akan memicu proses demineralisasi enamel dan dentin, sehingga akan memicu terjadinya karies (Stooky, 2008). Penurunan pH saliva dapat meningkatkan frekuensi karies gigi. Derajat keasaman (pH) pH saliva yang rendah optimum untuk pertumbuhan bakteri, mikroorganisme dapat berkembang dengan baik, sedangkan padapH saliva yang tinggi dapat mencegah terjadinya karies gigi (Soesilo, 2005) Penelitian yang dilakukan oleh Suwanto 2010, ada hubungan yang bermakna secara statistik antara derajat keasaman (pH) saliva dengan karies gigi (Suwanto, 2010).pH saliva yang berdasarkan jumlah elemen gigi berkaries menunjukkan semakin banyak jumlah gigi yang karies, semakin asam pH salivanya. Hoewen mengatakan meningkatnya mikroorganisme berbanding lurus dengan penurunan pH saliva dengan adanya sifat darimikroorganisme yaitu menghasilkan asam dan berkembang biak dengan baik pada suasana asam (Maryati, 2000). Subjek karies, terutama pada lubang gigi, banyak terdapat bakteri yang dapat menghasilkan asam (asidurik) dan bakteri yang mampu hidup dalam suasana asam (asidogenik). Dengan demikian
memiliki potensi pembentukan asam yang lebih
tinggi dari sisa-sisa makanan yang terdapat pada lubang gigi, dan penurunan pH lebih terlihat pada intensitas karies yang lebih tinggi (Nolte, 1982).
2.4 KombuchaTea Kombucha adalah jamur teh yang berasal dari Asia Timur, dan tersebar ke Jerman melalui Rusia sekitar abad ke 20 sebagai penyembuh berbagai macam penyakit.Jamur kombucha merupakan membrane jaringan jamur yang bersifat gelatinoid dan liat, serta berbentuk piringan datar.Kombucha tea(teh kombucha) merupakan produk minuman tradisional hasil fermentasi larutan teh dan gula dengan menggunakan starter mikroba kombucha (acetobacter xylium dan beberapa jenis khamir) dan difermentasi selama 8-12 hari (Naland, 2008)
Gambar 2.4 Starter kombucha Starter Kombucha (Naland, 2008) 2.4.1 Sejarah Banyak orang menduga bahwa kombucha pertama kali dikonsumsi oleh masyarakat di daratan Cina yang sudah mengenal teh fermentasi ini sejak 3000 tahun yang lalu. Nama kombucha berasal dari dua kata yaitu “kombu” dan ”cha”. Cha berasal dari bahasa Cina yang berarti teh sedangkan Kombu adalah nama seorang tabib Korea dari abad ke-5 masehi yang berhasil menyembuhkan kaisar Jepang yang bernama Inkyo sekitar tahun 414 SM. Kaisar menderita sembelit berkepanjangan dan disembuhkan oleh tabib dengan teh hasil fermentasi. Atas jasa tabib tersebut sang kaisar memberi nama ramuan tersebut “kombucha” yang berarti teh ramuan dari seorang tabib yang bernama Kombu (Naland, 2008). 2.4.2 Kultur kombucha tea Kultur kombucha adalah organisme berbentuk gelatin (gel) berwarna putih dengan ketebalan antara 0,3-1,2 cm dan terbungkus selaput liat yang dihasilkan dari proses bakteri Acetobacter xylinum. Kultur kombucha berbentuk seperti pancake yang berwarna putih (pucat) dan bertekstur kenyal seperti karet dan menyerupai gel. Kultur yang disebut pelikel ini terbuat dari selulosa hasil metabolisme bakteri asam asetat.Kultur kombucha dapat terletak mengapung di permukaan cairan atau kadang dijumpai tenggelam di dalam cairan teh kombucha. Kultur kombucha mencerna gula menjadi asam-asam organik, vitamin B dan C, serta asam amino dan enzim, juga berperan sebagai mikroorganisme probiotik yang baik bagi kesehatan. Kombucha merupakan koloni dari ragi (yeast) dengan beberapa bakteri. Dalam istilah asing
kultur kombucha disebut dengan scoby atau Symbiotic Colony of Bactery and Yeast. Kultur kombucha merupakan simbiosis dari beberapa bakteri antara lain: Acetobacter xylinum, Acetobacter ketogenum, Torula sp, Brettanomyces, PHicia fermentans, dan Saccharomyces ludwiggii, serta jamur-jamur lain (Jarrel and Bennet,2000).
Gambar 2.5Fermentasi Kombucha(Naland, 2008) 2.4.3 Fermentasi kombucha Proses fermentasi dimulai ketika kultur mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2, kemudian bereaksi dengan air membentuk asam karbonat. Alkohol akan teroksidasi menjadi asam asetat. Asam glukonat terbentuk dari oksidasi glukosa oleh bakteri dari genus Acetobacter, glukose dilepaskan dari sukrose yang dimetabolisme untuk sintesis selulosa dan glukonat asam oleh Acetobacter strains.Fruktosa dimetabolisme menjadi etanol dan karbon dioksida oleh ragi, kemudian Acetobacter mengoksidasi etanol menjadi asam asetat (Aryadnyani, 2012).
2.4.4 Kandungan kombucha Naland (2008), menyatakan bahwa kandungan kimia yang terdapat pada kombucha antara lain vitamin B1 (Tiamin), B2 (Riboflavin), B3 (Niasin), B6 (Piridoksin), B12 (Sianokobalamin),B15, dan vitamin C, asam folat, asam glukoronat, asam asetat, asam laktat, asam amino, enzim, serta antibiotic (Naland, 2008) Kandungan asam glukoronat dalam kombucha tea mampu membentuk sistem pertahanan tubuh dengan mengikat toxin (racun) yang selanjutnya akan dikeluarkan oleh tubuh. Kombinasi asam laktat dan asam glukoronat dalam kombucha sangat efektif menghancurkan mikroorganisme yang merusak seperti bakteri, virus dan jamur serta membuang kotoran dan racun dalam tubuh, sehingga dengan meminum kombucha maka mikroorganisme yang merugikan dalam tubuh dapat dikurangi (Dufresne, 1999).
Gambar 2.6 Struktur kimia beberapa kandungan kombucha tea (Dufresne, 1999)
Tabel 2.1 Kandungan Asam Amino Pada Kombucha Kering (Jayabalan et al., 2010)
Hasil uji fitokimia terhadap Kombucha tea dengan fermentasi 10 hari dan 14 hari adalah terdapat triterpenoid, alkaloid, fenolat, tannin, saponin, flavonoid. Hasil fitokomia ini tidak dapat menentukan perbedaan komposisi masing masing zat antara kombucha fermentasi 10 hari dan kombucha fermentasi 14 hari, namun pada kombucha hasil fermentasi14 hari terdapat juga steroid. 2.4.4.1 Tannin Tannin merupakan senyawa polifenol berukuran besar yang mengandung banyak gugus hidroxil dan gugus lain seperti carboxil untuk membentuk perikatan kompleks yang kuat dengan protein dan makromolekul yang lain, berasal dari tumbuhan, berasa pahit, dan kelat (Hayati, 2010).
2.4.4.2. Flavonoid Senyawa ini termasuk dalam senyawa phenolik dengan struktur kimia C 6 C 3 C 6 .Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatic B, dan cincin tengah berupa heterosiklikyang mengandung oksigen, bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub kelompoknya (Redha, 2010). 2.4.4.3 Triterpenoid Senyawa triterpenoid memiliki kerangka dasar yang terdiri dari enam unit satuan isoprene dan dalam biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik yaitu skualen.senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan bersifat optis aktif (Rindia dkk.,2013) 2.4.4.4 Saponin Senyawa saponin adalah suatu glikosida alamiah yang terikat dengan steroid atau triterpena. Saponin mempunyai aktifitas farmakologi yang cukup luas diantaranya meliputi: immunomodulator, antitumor, anti inflamasi, antivirus, anti jamur, dapat membunuh kerang-kerangan, hipoglikemidan
efek hypokholesterol.
Saponin juga mempunyai sifat bermacam-macam, misalnya: terasa manis, ada yang pahit, dapat berbentuk buih, dapat menstabilkan emulsi, dapat menyebabkan hemolisis (Rahayu, 2009). 2.4.4.5 Alkaloid Alkaloid adalah senyawa yang mengandung basa nitrogen, biasanya dalam bentuk heterosiklik.Alkaloid terdistribusi luas pada tanaman. Banyak alkaloid merupakan turunan asam amino lisin,ornitin, fenilalanin, asam nikotin, dan asam
antralinat. Alkaloid diklasifikasikan berdasarkan tipe dasar kimia pada nitrogen yang terkandung (Mursiti, 2013)
2.4.5 Manfaat kombucha Laporan pertama datang dari Rusia, saat perang dunia pertama digunakan oleh tentara untuk menolong saat sakit kepala, mengatasi gangguan pencernaan. Pada tahun 1925 an sanpai 1950 diadakan penelitian oleh tenaga medis di Rusia dan dilaporkan bahwa kombucha tea bermanfaat mengatasi gejala flu, gangguan pencernaan, dan pengeluaran sekresi, haemoroid, rheumatik persendian, mengatasi kolesterol yang tinggi, arteriosclerosis, membersihkan darah, mengeluarkan racun, diabetes, dan mengatasi masalah penuaan dini (Dufresne and Farnworsh, 1999). Banyak testimoni maupun hasil penelitian tentang kombucha tea, studi saat ini mengungkapkan Helicobacter
kombucha
pyllori,
tea
E.coli,
menunjukkan Staphylococcus
aktivitas aureus,
antibiotik dan
terhadap
Agrobacterium
tumefacien.Kombucha tea juga menunjukkkan aktifitas anti jamur,yaituTricophiton mentagropytes dan Candida albicans (Rahayu, 2007).
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir Flora normal dalam rongga mulut terdiri dari S.mutans/Streptococcus viridans, Staphylococcusspdan Lactobacillus sp.
Flora normal dalam keadaan
tertentu, bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena adanya faktor predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut.Bakeri-bakteri tersebut menghasilkan produk akhir asam, asam ini akan meningkatkan pHadalahrongga mulut sehingga mampu menyebabkan demineralisasi enamel. Apabila terjadi terus menerus akan memicu terjadinya dekalsifikasi dentin dan mempercepat terjadinya karies gigi. Pada penderita dengan karies gigi pH saliva cendrung asam, karena metabolisme dari bakteri yang terdapat pada gigi yang karies. Kombucha tea merupakan minuman tradisional yang mempunyai daya antiseptik karena menghasilkan asam-asam organik seperti asam glukoronat, asam laktat, asam asetat, asam suksinat, dan asam glukonat sebagai produk fermentasi yang sangat efektif untuk menghancurkan mikroorganisme (bakteri, virus, dan jamur). Beberapa penelitian telah menunjukkan kombucha tea telah menunjukkan sebagai antibiotik terhadap bakteri maupun jamur.Disini kombucha tea diharapkan mampu efektif menurunkan jumlah bakteri dalam rongga mulut pada gigi yang karies dan menetralkan pH rongga mulut. Lama waktu fermentasi mempengaruhi asam organik yang dihasilkan oleh kombucha tea, dari penelitian pendahuluan yang telah
27
dilakukan, waktu fermentasi yang baik dalam menurunkan jumlah bakteri rongga mulut dan menurunkan jumlah bakteri S.mutans adalah fermentasi 10 hari.
3.2 Konsep Penelitian
-Berkumur Kombucha tea fermentasi 10 hari pada penderita karies
Faktor Endogen
Faktor Eksogen
- usia -Susunan gigi geligi - Genetik - Mikroorganisme -berkumur
-
pp
Lingkungan Stress Infeksi Makanan
-Jumlah koloni bakteri rongga mulut penderita karies -Jumlah Streptococccusmutans pada penderita karies -pH saliva penderita karies
=variabel bebas = faktor endogen
= variabel tergantung = faktor eksogen
3.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian pustaka, kerangka pikir, dan konsep penelitian yang telah diuraikan di atas ditetapkan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Berkumur kombucha tea dengan waktu fermentasi 10 hari menurunkan jumlah koloni bakteri rongga mulut pada penderita karies gigi. 2. Berkumur kombucha tea dengan waktu fermentasi 10 hari menurunkan jumlah bakteri S.mutansrongga mulutpada penderita karies gigi 3. Berkumurkombucha tea dengan waktu fermentasi 10 hari meningkatkan pH rongga mulut pada penderita karies gigi.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah penelitian eksperimental Randomized pretest-posttest control group design (Pocock, 2008).
R
K P
RA
O2
O1
S O3
P
O4
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Keterangan : P
= Populasi
R
=Random
S
= Sampel
Ra
= Random alokasi
O1
= Observasi hasil penghitungan jumlah koloni bakteri,
jumlah bakteri
S.mutansdan pH, sebelum perlakuan pada kelompok kontrol. O2
=Observasi hasil penghitungan jumlah koloni bakteri, jumlah bakteri S.mutans dan pHpada kelompok kontrol.
O3
= Observasi hasil penghitungan jumlah koloni bakteri, jumlah bakteri S.mutansdan pH sebelum perlakuan pada kelompok perlakuan
30
O4
= Observasi hasil penghitungan jumlah bakteri, jumlah bakteri S.mutansdan pHsetelah perlakuan pada kelompok perlakuan.
K
= Perlakuan berkumuraquadest steril sebagai kontrol.
P
= Perlakuan berkumur kombucha dengan waktu fermentasi 10 hari.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian akan dilaksanakan di Bagian Ilmu Konservasi Gigi RSGM FKG Universitas Mahasaraswati dan Laboratorium Mikrobiologi FK Universitas Udayana Denpasar. 4.2.2
Waktu penelitian Januari – November 2014
4.3 Penentuan Sumber Data Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien remaja dan dewasa dengan umur 15 sampai dengan 40 tahun, dengan DMF-T lebih besar atau sama dengan tiga dan minimal terdapat tiga karies.
Populasi terjangkau adalah
pasienyangdatang memeriksakan giginya di Bagian Ilmu Konservasi Gigi RSGM FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar. 4.3.1 Sampel Sampel
penelitian yang dipilih dari anggota
populasi yang
memenuhi
kriteria inklusi dan ekslusi.Kriteria sampel yang diterapkan untuk dapat dipilih sebagai sampel adalah sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi Kriteria sampel inklusi adalah: 1. Usia 15 – 40 tahun 2. Berbadan sehat 3. DMF-T >3 4. Bersedia sebagai subyek penelitian dari awal sampai selesai dengan menandatangani informed consent. b. Kriteria Eksklusi Kriteria ekslusi adalah: Tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi rongga mulut. 4.3.2Besar sampel Menghitung jumlah sampel (Pocock, 2008)
Keterangan : n
= jumlah sampel
σ
= simpangan baku : 1,96
α
= tingkat kesalahan I (α = 0,05)
β
= tingkat kesalahan II (β = 0,1)
(µ1-µ2)
= 6,6(Selisih rerata hasil pengurangan jumlah bakteri Streptococcusmutans sebelum dan sesudah berkumur kombucha tea).
Nilai σ = 1,96 Nilai f(α β), untuk α = 0,05 dan β = 0,1 dari tabel didapatkan 10,5 (Pocock, 2008). Nilai µı - µ 2 ditetapkan sebesar = 6,6. Dengan memasukkan harga-harga tersebut pada persamaan di atas, maka didapat nilai n = 11,48. Mempertimbangkan
terjadinya
drop out
sebesar 10%
maka
jumlah sampel
menjadi 12,68 dibulatkan menjadi 13 orang sehingga untuk 2 kelompok diperlukan 26 orang.
4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Klasifikasi dan identifikasi variabel Variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 4 kelompok variabel, yaitu : 1. Variabel bebas: kumur-kumurkombucha tea dengan waktu fermentasi 10 hari 2. Variabel tergantung: a.jumlah koloni bakteri rongga mulut b. pH rongga mulut c. Jumlah bakteri Streptococcusmutans 3. Variabel terkendali : a. Suhu dan waktu pengeraman bakteri. b. Cara penghitungan jumlah koloni bakteri.
c. Sterilisasi alat dan bahan. 4. Variabel rambang : Pola makan/minum subjek.
4.4.2 Hubungan antar variabel Variabel bebas Kombucha tea fermentasi 10 hari Variabel terkendali • Suhu dan waktu pengeraman koloni bakteri • Cara penghitungan jumlah koloni • Sterilisasi alat dan bahan • DMF-t
Variabel rambang Pola makan dan minum subjek
Variabel tergantung • • •
Jumlah koloni bakteri Jumlah bakteri Streptococcusmutans pH saliva
Gambar 4.2 Hubungan Antar Variabel
4.5 Definisi operasional variabel Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian dan menghindari pengertian variabel yang diteliti, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut: 1. Kumur-kumur kombucha tea adalah berkumur dengankombucha teayang telah difermentasi 10 hari, denganwaktu berkumur selama 30 detik. 2. Waktu fermentasi Kombucha teaadalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk fermentasi teh dengan starter kombucha. Dalam penelitian ini waktu fermentasi yang digunakan adalah 10 hari. 3. Koloni bakterirongga mulut adalah jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada cawan petri, selain koloni bakteri tersangka Streptococcus. Penghitungan dengan cara menghitung jumlah bakteri yang ada pada cawan petri dikalikan dengan faktor pengenceran. Satuan pengukuran jumlah pertumbuhan koloni milliliter
adalah
Colony
Forming
Unit
per
(CFU/ml).
4. Jumlah bakteri S.mutans adalah jumlah koloni bakteri Streptococcus yang tumbuh pada cawan petri. Penghitungan dengan cara menghitung jumlah bakteri yang ada pada cawan petri dikalikan dengan faktor pengenceran. Satuan pengukuran jumlah pertumbuhan koloni Forming
Unit
per
milliliter
Colony
(CFU/ml).
5. DMF-T adalah mengambarkan banyaknya karies Decay adalah jumlah
adalah
gigi pada penderita.
gigi yang karies yang tidak ditambal / yang masih
dapat ditambal. Missing adalah
jumlah gigi yang hilang karena karies/
yang diindikasikan cabut. Filling adalah jumlah gigi yang ditambal karena karies dan masih baik. Pada penelitian ini, kasus karies minimal 3 gigi dan sedang dalam perawatan ataupun belum dirawat. 6. Media
pengeraman
menumbuhkanbakteri
adalah dalam
media hal
yang
dipakai
untuk
ini berbentuk agar, yang dipakai
adalah agar Mueller-HintonBlood(MHB). 7. pH saliva adalah derajat keasaman saliva, suatu larutan netral samadengan 7 dan alat ukur yang digunakan adalah pH meter, merk suncare buatan Amerika. Pengecekan sebanyak tiga kali, hasil pengukuran dirata-ratakan. 8. Sterilisasi alat dan bahan dengan autoclave adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan–bahan
dari
segala
macam
kehidupan terutama kehidupan mikroorganisme. 9. Pola makan/minum adalah pola makan/minum yang biasa mereka terapkan sehari-hari dan diatur sendiri oleh subjek
4.6Bahan Penelitian Bahan penelitian yang dipakai adalah: 1. Starter Kombucha, teh hitam, dan gula pasiruntuk membuat kombucha tea. 2. Media Mueller Hinton Blood (MHB) 3. Latex Streptococcal Grouping Kit merk Oxoid 4. NaCl 5. Methyl red
6. H 2 O 2 3% 7. Gentian violet. 8. Oil Immersi
4.7Instrumen Penelitian. 4.7.1 Instrumen untuk perlakuan pada pasien 1.Formulirinformed consent, sebagai bukti kesediaan yang bersangkutan diteliti. 2. Kartu status lengkap dengan biodata subjek untuk pemeriksaan keadaan rongga mulut yang sudah ada pada Bagian Ilmu konservasi Gigi RSGM FKG Universitas Mahasaraswati-Denpasar. 3. Kaca mulut untuk memeriksa keadaan mulut 4. Pinset untuk memegang kapas. 5. Pot saliva untuk menampung saliva 6. pH meter merk suncare buatan USA 4.7.2
Alat yang digunakan pada pembuatan kombucha tea
1. Kompor gas 2. Panci stainless stell 3. Toples kaca 4. Saringan teh 5. Kain penutup toples 6. Karet gelang
4.7.3
Instrumen yang digunakan pada pembuatan media 1. Kompor gas 2. Labu erlenmeyer
3. Batang pengaduk 4. Neraca digital 5. Beaker glass 6. Autoclave 7. Petridisk 8. Tabung reaksi kecil dan rak tabung 9. Sumbat kapas 4.7.4
Instrumen yang digunakan pada penanaman bakteri
1. Pipet ukur 2. Mikropipet dan tip 3. Tabung reaksi 4. Lampu spiritus 5. Petridisk steril 6. Sengkelit/ose 4.8
Prosedur Penelitian
4.8.1 Pembuatan kombucha tea (Hidayat et al., 2006 dan Naland, 2008) 1. Direbus satu liter air hingga mendidih dalam wadah stainless steel, kemudian dituangkan gula pasir 100 gr. Dimasukkan 2 kantong teh celup ke dalamnya. Dibiarkan sekitar 15 menit hingga teh larut.
2. Disaring teh dengan penyaring kain atau yang terbuat dari Stainless steel 3. Dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari kaca yang sudah disterilkan. 4. Setelah teh dingin (25-27°C), ditambahkan Starter Kombucha yang berbentuk padat dan cairan induk yang berasal dari fermentasi sebelumnya sebanyak 10%. 5. Ditutup bagian atas wadah dengan kain kasa steril yang diikat dengan karet gelang untuk memberikan oksigen dalam jumlah kecil (mikroaerofilik) 6. Diinkubasi selama10 hari dalam suhu ruangan. Suhu optimal adalah 23-27°C, terhindar dari sinar matahari serta bebas goncangan/getaran. 7. Setelah fermentasi selesai, saring teh hasil fermentasi. Masukkan dalam botol yang bersih dan steril. Dapat disimpan dalam lemari es untuk menghindari fermentasi lanjutan.
4.8.3 Pembuatan media 4.8.2.1 Pembuatan media agar Mueller-Hinton Blood 1. Ditimbang 41gr erlenmeyer
bubuk
agar
Mueller-Hintondimasukkan
ke dalam
yang berisi 1500ml akuades steril (75 petri) dan dilarutkan.
2. Diautoclave dengan tekanan, 121 ̊C selama 15 menit. 3. Didinginkan denganwaterbath hingga
suhu 50ºC, ditambahkan 75ml
darahkambing yang telah dihomogenkan. 4. Setelah
itu
dituang ke dalam
cawan
petri
dan
didinginkan.
5. Ambil
5%
dari
jumlah
total
petri
yang
berisi
media
dan
diinkubasiselama 24 jam pada suhu 37ºC. 6. Keesokan harinya dicek sterilitas media, kalau steril bisadipakai untuk media penanaman. 4.8.2.2 Pembuatan media Mannitol Broth 1. Ditimbang 3 gr bubuk mannitol, dilarutkan pada tabung Erlenmeyer yang berisi 150 ml NaCl 0,9%. 2. Ditambahkan methyl red dan digoyangkan sampai warna merah stabil. 3. Mannitol broth dituang ke dalam tabung masing masing sebanyak 2 ml, dimasukkan ke dalam autoclave dengan suhu 121 ̊C selama 15 menit. 4. Masukkan ke dalam inkubator, setelah 18- 24 jam dilihat, apabila media jernih dapat digunakan.
4.8.3 Tahap Persiapan sampel 1.Pemeriksaanklinis
dilakukan pada pasien yang berumur 15-40 tahun, di
BagianIlmu Konservasi Gigi
RSGM FKG Universitas Mahasaraswati
Denpasardan dipilih 30 orang dengan DMF-t sama atau lebih besar dari 3 2. Mempersiapkan
petugas
untuk
membantu
jalannya penelitian danalat-
alat yang digunakan. 3. Memberikan
pengarahan
dan
pemahaman
prosedurpelaksanaan penelitian kepada petugas.
tentang
tujuan
dan
4. Memberikan
pengarahan
kepada subjek penelitian tentang prosedur
yangharus ditaati selama proses penelitian. 5.Memberikan
panduan
prosedur penelitian
kepada subjek penelitian.
6. Dalam pelaksanaan penelitian semua alat-alat/instrumen dalam keadaan steril. 7. Subjek mengisi informed consent yang telah diberikan oleh peneliti.
4.9 Protokol penelitian Kelompok kontrol 1. Sampel menyikat giginya sesuai dengan kebiasaan sampel(menghomogenkan sampel) 2. Setelah 5 menit ( untuk menetralkan kembali kondisi rongga mulut), pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari bagian bukal gigi molar atas, turun ke mukosa bukal, dilanjutkan bagian bukal gigi molar bawah (kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB. 3. Subyek diintruksikan untuk mencucurkan salivanya ke dalam pot saliva selama 5 menit,kurang lebih 2 ml saliva, kemudian dihitung pH saliva dengan pH meter dan dicatat pada form yang telah disediakan. 4. Subyek berkumur dengan aquadest steril selama 30 detik dengan tehnik berkumur yang benar. 5. Setelah berkumur, subyek tidak makan dan minum selama
pengambilan
sampel. Setelah 15 menit, pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari bagian bukal gigi molar atas , turun ke mukosas bukal, dilanjutkan bagian
bukal gigi molar bawah ( kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB. 6. Hasil swab dalam media TSB segera dibawa ke laboratorium mikrobiologi FK Unud untuk diproses lebih lanjut. 7. Subyek mencucurkan salivanya ke dalam pot saliva setelah 30 menit kurang lebih 3 ml saliva.Dihitung pH saliva dengan pH meter dan dicatat pada form yang telah disediakan. Kelompok perlakuan 1. Sampel menyikat giginya sesuai dengan kebiasaan sampel(menghomogenkan sampel) 2. Setelah 5 menit ( untuk menetralkan kembali kondisi rongga mulut), pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari bagian bukal gigi molar atas, turun ke mukosa bukal, dilanjutkan bagian bukal gigi molar bawah (kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB. 3. Subyek diintruksikan untuk mencucurkan salivanya ke dalam pot saliva selama 5 menit,kurang lebih 2 ml saliva, kemudian dihitungpH saliva dengan pH meter dan dicatat pada form yang telah disediakan. 4. Subyek berkumur dengan kombucha teaselama 30 detik dengan tehnik berkumur yang benar. 5. Setelah berkumur, subyek tidak makan dan minum selama
pengambilan
sampel. Setelah 15 menit, pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari bagian bukal gigi molar atas , turun ke mukosas bukal, dilanjutkan bagian
bukal gigi molar bawah ( kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB. 6. Hasil swab dalam media TSB segera dibawa ke laboratorium mikrobiologi Unud untuk diproses lebih lanjut. 7. Subyek mencucurkan salivanya ke dalam pot saliva selama setelah 30 menitkurang lebih 3 ml saliva. Dihitung pH saliva dengan pH meter dan dicatat pada form yang telah disediakan. 4.9.1 Pembiakan bakteri Cara yang paling umum digunakan untuk menghitung jumlah bakteri adalah dengan pengenceran: 1. Dibuat seri pengenceran 10-1 - 10-5. Pengenceran dilakukan dengan cara mengambil 1 ml pada media TSB menggunakan mikro pipet steril dimasukkan ke dalam tabung 9 ml NaCl seri pengenceran 10-1. Setelah sampel masuk lalu dihomogenkan dengan menarik dan melepaskan pipet tersebut secara berulang –ulang. Diambil lagi sebanyak 1 ml dari tabung 10-1 dan dipindahkan ke tabung 10-2 secara asepsis dan dihomogenkan kembali dengan cara menarik dan melepas pipet tersebut. Hal terebut terus dilakukan sampai pada pengenceran 10-5. Setiap tingkat pengenceran digunakan pipet yang baru sehingga hasil benar-benar akurat, kemudian ditanam pada media. Diinkubasi pada suhu 37◦C, hasil pembiakan dilihat 2x 24jam.
2. Penghitungan jumlah bakteri dihitung secara manual dari koloni bakteri yang tumbuh dengan menggunakan colony counter. Beri tanda pada dasar petri dan dihitung jumlah koloni dengan mengalikan faktor pengenceran. 3. Koloni
yang
tumbuh
diidentifikasidengan pewarnaan Gram untuk
memastikan bahwa koloni tersebut adalah Streptococcus. 4. Setelah memastikan koloni tersebut adalah Streptococcus, kemudian dibuat sub kultur untuk mendapatkan koloni Streptococcus yang murni. 5. Koloni bakteri yang murni tersebut digunakan pada uji katalase, uji latex dan uji biokimia. 6. Uji katalase menggunakan H 2 O 2 3% yang diteteskan pada kaca objek, apabila tidak ada gelembung berarti katalase negatif. 7.
Dilanjutkan dengan uji Latex Streptococcal Grouping Kit, untuk menentukan fenotip Streptococcusmutans apakah termasuk grup a,b,c,d, g,h. caranya: a. Ambil 1ml larutan serum latex masukkan ke dalam tabung, kemudian masukkan
2-3
koloni
Streptococcus
yang
telah
dimurnikan,
disuspensikan agar merata. b. Masukkan tabung tersebut ke dalam incubator selama 5 menit. c. Dikeluarkan dari incubator dikocok sehingga merata,
masukkan
kembali ke dalam incubator selama 5 menit. d. Ambil 1 tetes larutan tersebut dan letakkan pada kertas objek dan diteteskan reagen latex, diaduk dengan menggunakan stik, digoyang –
goyangkan sesuai arah jarum jam. Apabila terjadi aglutinasi maka berarti positif. 8. Dilanjutkan uji mannitol, dengan cara memasukkan 2-3 koloni bakteri ke dalam tabung telah berisi mannitol broth. Dimasukkan dalam incubator dan dilihat hasilnya 18-24 jam. Terjadi perubahan warna darimerah menjadi kuning, bertarti positif.
4.10 Alur Penelitian POPULASI Kriteria inklusi
Kriteria ekslusi
Pengambilan sampel
Random alokasi
Observasi: - Koloni bakteri selain S.mutans - pH saliva - jumlah bakteriStreptococcus t
Observasi: - Koloni bakteri selain S.mutans - pH saliva - jumlah bakteri Streptococcusmutans
kontrol
Perlakuan
Kunur-kumur kombucha tea fermentasi 10 hari
Kunur-kumur aquades steril
Observasi: - Koloni bakteriselain S.mutans - pH saliva - jumlah bakteri Streptococcusmutans
Observasi: - Koloni bakteriselain S.mutans - pH saliva - jumlah bakteri Streptococcusmutans
Analisis data
Gambar 4.3 Alur Penelitian
4.11 Analisis Data Untuk menganalisis data hasi penelitian,dipakai : 1. Analisis deskriptif : analisis data untuk memberikan gambaran tentang karakteristik data yang didapatkan dari hasil penelitian 2. Uji Normalitas dan Homogenitas a. Uji Normalitas dengan uji Shapiro-Wilk (SW) karena sampelnya < 30. b. Uji Homogenitas dengan uji Levene’s test. 3. Uji efek perlakuan /analisis komparasi Data berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik parametrik yaitu: a. Paired Sample test untuk analisis perbandingan post-test pada masingmasing kelompok. Membandingkan data jumlah koloni bakteri rongga mulut, jumlah bakteri S. mutans dan pH saliva setelah perlakuan, antara kelompok perlakuan (berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10 hari) dengan kelompok kontrol (berkumur aquadest). b. Independent t-test untuk membandingkanpre- test dan post –test masingmasing kelompok. Membandingkan data jumlah koloni bakteri rongga mulut, jumlah bakteri S. mutans dan pH saliva sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Uji Normalitas Data Data koloni bakteri rongga mulut, jumlah bakteri S.mutans, dan pH saliva sebelum dan sesudah perlakuan diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan bahwa data koloni bakteri rongga mulutkedua kelompok tidak berdistribusi normal, namun sesudah dilakukan transformasi data dalam bentuk log distribusinya menjadi normal (p>0,05), hasil analisis disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data Koloni Bakteri Rongga Mulut, Koloni Streptococcus, dan pH Saliva Kelompok Data
n
p
Ket.
Koloni bakteri rongga mulut control pre Koloni bakteri rongga mulut perlakuan pre Koloni bakteri rongga mulut control post Koloni bakteri rongga mulut perlakuan post Koloni Streptococcus control pre Koloni Streptococcus perlakuan pre Koloni Streptococcus control post Koloni Streptococcus perlakuan post pH saliva control pre pH saliva perlakuan pre pH saliva control post pH saliva perlakuan post
13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
0,205 0,651 0,285 0,105 0,114 0,231 0,117 0,089 0,655 0,059 0,2950,2 35
Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
48
5.2 Uji Homogenitas Data Data koloni bakteri rongga mulut, koloni Streptococcus, dan pH saliva diuji homogenitasnya dengan menggunakan Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2 Homogenitas Data Koloni Bakteri Rongga Mulut, Koloni S.mutans, dan pH Saliva antar Kelompok Perlakuan Variabel
F
p
Keterangan
Koloni bakteri rongga mulut pre
0,059
0,107
Homogen
Koloni bakteri rongga mulut post
1,210
0,189
Homogen
Koloni Streptococcus pre
1,480
0,142
Homogen
Koloni Streptococcus post
1,100
0,279
Homogen
pH saliva pre
0,143
0,709
Homogen
pH saliva post
0,046
0,832
Homogen
5.3 Koloni Bakteri Rongga Mulut 5.3.1 Analisis komparabilitas Analisis komparabilitas bertujuan untuk membuktikan perbandingan rerata koloni bakteri rongga mulut antar kelompok sebelum diberikan perlakuan.Berkumur aqudest pada kelompok kontrol, dan berkumur kombucha dengan waktu fermentasi 10 hari pada kelompok perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3 Perbedaan Rerata Koloni Bakteri Rongga Mulut Antar Kelompok SebelumPerlakuan
n
Rerata Koloni Bakteri Rongga Mulut(CFU/ml)
SB
Kontrol
13
4136,77
4881,28
Perlakuan
13
4479,46
3844,12
Kelompok Subjek
t
p
0,199
0,844
Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata koloni bakteri rongga mulut kelompok kontrol adalah 4136,77±4881,28 CFU/ml dan rerata kelompok berkumur kombucha dengan waktu fermentasi 10 hari adalah 4479,46±3844,12CFU/ml. Analisis kemaknaan dengan uji t-independen menunjukkan bahwa nilai t = 0,199 dan nilai p = 0,844. Hal ini berarti bahwa rerata koloni bakteri rongga mulut pada kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan tidak berbeda (p>0,05).
5.3.2 Analisis efek berkumur kombucha teahasil fermentasi 10 hari Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata koloni bakteri rongga mulut antar kelompok sesudah diberikan perlakuan. Berkumur aqudest pada kelompok kontrol, dan
berkumurkombucha tea hasil fermentasi 10 hari pada kelompok
perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.4 berikut.
Tabel 5.4 Perbedaan Rerata Koloni Bakteri Rongga Mulut Antar Kelompok Sesudah Perlakuan
Kelompok Subjek Kontrol Perlakuan
n
Rerata Koloni Bakteri Rongga Mulut(CFU/ml)
13
2307,08
13
253,62
SB
t
p
2,26
0,033
3274,87 130,22
Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata koloni bakteri rongga mulut kelompok kontrol adalah 2307,08±3274,87 CFU/ml dan rerata kelompok berkumur kombucha dengan waktu fermentasi 10 hari adalah 253,62±130,22CFU/ml. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 2,26 dan nilai p = 0,033. Hal ini berarti bahwa rerata koloni bakteri rongga mulut pada kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
5.3.3 Analisis efek perlakuan pada masing-masing kelompok Analisis efek perlakuan pada masing-masing kelompok diuji berdasarkan rerata koloni bakteri rongga mulut pada masing-masing kelompok antara sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan.Berkumur aqudest pada kelompok kontrol, dan berkumur kombucha hasil fermentasi 10 hari pada kelompok perlakuan. analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 5.5 berikut.
Hasil
Tabel 5.5 Perbedaan Rerata Koloni Bakteri Rongga Mulut antaraSebelumdengan Sesudah Perlakuan pada Masing-masing Kelompok Rerata Koloni Bakteri Rongga Mulut Sesudah Perlakuan(CFU/m l) 2307,08±3274,87
t
p
Kontrol
Rerata Koloni Bakteri Rongga Mulut Sebelum Perlakuan(CFU/ ml) 4136,77±4881,28
1,149
0,237
Perlakuan
4479,46±3844,12
253,62±130,22
4,045
0,002
Kelompok
Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa dengan uji t-paired didapatkan masingmasing nilai t = 1,149 dan t = 4,045 dengan nilai kemaknaan masing-masing yaitu nilai p = 0,237 dan nilai p = 0,002. Hal ini berarti bahwa rerata koloni bakteri rongga mulut pada kelompok kontrol pebedaannya tidak signifikan (p>0,05) sedangkan kelompok perlakuan antara sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). 5.4 Jumlah Bakteri S.mutans 5.4.1 Analisis komparabilitas Analisis komparabilitas bertujuan untuk membuktikan perbandingan rerata Koloni Streptococcusantar kelompok sebelum diberikan perlakuanberkumur aqudest pada kelompok kontrol, dan berkumur kombucha hasil fermentasi 10 hari pada kelompok perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.6 Perbedaan Rerata Jumlah BakteriS.mutansAntar Kelompok SebelumPerlakuan Rerata Koloni S.mutans(CFU/ SB t p Kelompok Subjek n ml) Kontrol 13 6131,38 3717,74 1,500 0,147 Perlakuan 13 4348,92 2132,37
Tabel 5.6 di atas, menunjukkan bahwa rerata koloni S.mutanskelompok kontrol adalah 6131,38±3717,74 CFU/ml dan rerata kelompok berkumur kombucha dengan waktu fermentasi 10 hari adalah 4348,92±2132,37 CFU/ml. Analisis kemaknaan dengan uji t-independen menunjukkan bahwa nilai t= 1,500 dan nilai p= 0,147. Hal ini berarti bahwa rerata jumlah bakteri S. mutanspada kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan tidak berbeda (p>0,05). 5.4.2 Analisis efek berkumur kombucha teahasil fermentasi 10 hari Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata jumlah bakteri S. mutansantar kelompok sesudah diberikan perlakuan.Berkumur aqudest pada kelompok kontrol, dan berkumurkombucha tea hasil fermentasi 10 hari pada kelompok perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.7 berikut.
Tabel 5.7 Perbedaan Rerata Koloni Streptococcusmutans Antar Kelompok Sesudah Perlakuan Rerata Koloni S.mutans(CFU/m SB t p Kelompok Subjek n l) Kontrol 13 6176,46 4456,28 3,074 0,005 Perlakuan 13 2093,08 1754,15 Tabel
5.7
di
atas,
menunjukkan
bahwa
rerata
jumlah
bakteri
S.mutanskelompok kontrol adalah 6176,46±4456,28 CFU/ml dan rerata kelompok berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10 hari adalah 2093,08±1754,15CFU/ml. Analisis kemaknaan dengan uji T-independent menunjukkan bahwa nilai t= 3,074 dan nilai p = 0,005. Hal ini berarti bahwa rerata jumlah bakteri S. mutanspada kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). 5.4.3 Analisis efek perlakuan pada masing-masing kelompok. Analisis efek perlakuan pada masing-masing kelompok diuji berdasarkan rerata jumlah bakteri S. mutans pada masing-masing kelompok antara sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan.Berkumur aqudest pada kelompok kontrol, dan berkumurkombucha teahasil fermentasi 10 hari pada kelompok perlakuan.Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 5.8 berikut.
Tabel 5.8 Perbedaan Rerata Koloni Streptococcusmutans antaraSebelumdengan Sesudah Perlakuan pada Masing-masing Kelompok Rerata Koloni Streptococcusmuta nsSebelum Perlakuan(CFU/ml )
Rerata Koloni S.mutans Sesudah Perlakuan(CFU/ml )
t
p
Kontrol
6131,38l ±3717,74
6176,46±4456,28
0,025
0,980
Perlakuan
4348,92±2132,37
2,924
0,013
Kelompok
2093,08±1754,15
Tabel 5.8 di atas, menunjukkan bahwa dengan uji t-paired didapatkan masingmasing nilai t = 0,025 dan t = 2,924 dengan nilai kemaknaan masing-masing yaitu nilai p = 0,980 dan nilai p = 0,013. Hal ini berarti bahwa rerata koloni Streptococcuspada kelompok kontrol tidak berbeda (p>0,05) sedangkan kelompok perlakuan antara sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
5.5 pH Saliva 5.5.1 Analisis komparabilitas Analisis komparabilitas bertujuan untuk membuktikan perbandingan rerata pH Saliva antar kelompok sebelum diberikan perlakuan.Berkumur aqudest pada kelompok kontrol, dan berkumur kombucha hasi fermentasi 10 hari pada kelompok perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.9 berikut.
Tabel 5.9 Perbedaan Rerata pH Saliva Antar Kelompok SebelumPerlakuan Kelompok Subjek Kontrol Perlakuan
n
Rerata pH Saliva
SB
13
6,25
0,57
13
6,50
t
p
1,166
0,255
0,51
Tabel 5.9 di atas, menunjukkan bahwa rerata pH saliva kelompok kontrol adalah
6,25±0,57 dan rerata kelompok berkumur kombucha dengan waktu
fermentasi 10 hari adalah 6,50±0,51. Analisis kemaknaan dengan uji t-independen menunjukkan bahwa nilai t = 1,166 dan nilai p = 0,255. Hal ini berarti bahwa rerata pH Saliva pada kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan tidak berbeda (p>0,05). 5.5.2 Analisis efek berkumur kombucha hasil fermentasi 10 hari Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata pH saliva antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa berkumur kombucha dengan waktu fermentasi 10 hari. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.10 berikut. Tabel 5.10 Perbedaan Rerata pH Saliva Antar Kelompok Sesudah Perlakuan Rerata pH Kelompok Subjek
n
SB
t
p
4,651
0,001
Saliva Kontrol
13
6
0,44
Perlakuan
13
6,6
0,46
Tabel 5.10 di atas, menunjukkan bahwa rerata pH saliva kelompok kontrol adalah
5,96±0,44 dan rerata kelompok berkumur kombucha dengan waktu
fermentasi 10 hari adalah 6,78±0,46. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 4,651 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata pH Saliva pada kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). 5.5.3 Analisis efek perlakuan pada masing-masing kelompok. Analisis efek perlakuan pada masing-masing kelompok diuji berdasarkan rerata pH Saliva pada masing-masing kelompok antara sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan berupa berkumur kombucha dengan waktu fermentasi 10 hari. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 5.11 berikut. Tabel 5.11 Perbedaan Rerata pH Saliva antaraSebelumdengan Sesudah Perlakuan pada Masing-masing Kelompok
Kelompok Kontrol Perlakuan
Rerata pH Saliva Sebelum Perlakuan 6,25±0,57
Rerata pH Saliva Sesudah Perlakuan 5,96±0,44
t
p
1,715
0,112
6,50±0,51
6,78±0,46
2,682
0,020
Tabel 5.11 di atas, menunjukkan bahwa dengan uji t-paired didapatkan masing-masing nilai t = 1,715 dan t = 2,682 dengan nilai kemaknaan masing-masing yaitu nilai p = 0,112 dan nilai p = 0,020. Hal ini berarti bahwa rerata pHsaliva pada
kelompok kontrol tidak berbeda (p>0,05) sedangkan kelompok perlakuan antara sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
BAB VI PEMBAHASAN
6.1Kumur-Kumur
Kombucha
Tea
Hasil
Fermentasi
10
Hari
MenurunkanJumlah Koloni Bakteri Rongga Mulut pada Penderita Karies Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan jumlah koloni bakteri rongga mulut sebelum dan sesudah berkumur kombucha tea hasilfermentasi 10 hari(p<0,05), dibandingkan dengan kelompok kontrol sebelum dan sesudah berkumur aquadest tidak ada perbedaan (p>0,05), berarti bahwa terjadi penurunan jumlah bakteri rongga mulut setelah berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10 hari. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Naland (2008), Dufresne dan Farnworsh (1999), yang menyatakan kombucha berfungsi sebagai penyembuh terhadap berbagai macam penyakit. Selama proses fermentasi dan oksidasi berlangsung pada kombucha, terjadi bermacam-macam reaksi pada larutan teh manis secara asimilatif dan disimilatif. Jamur teh memakan gula, dan sebagai gantinya jamur memproduksi zat-zat yang bermanfaat dalam minuman tersebut seperti asam glukorunat, asam laktat, vitamin, asam amino, antibiotik, serta zat-zat lain (Naland, 2008). Diketahui bahwa rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan atau minuman.Tidak semua mikroorganisme tersebut bersifat patogen, di
59
dalam rongga mulut mikroorganisme yang masuk akan dinetralisir oleh zat anti bakteri yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan berkompetisi dengan bakteri flora normal di rongga mulut untuk dapat berkembang pada lingkungan tersebut (Caranza, 2002). Lebih dari 700 taxon bakteri ditemukan di dalam rongga mulut, tetapi tidak semua spesies ada pada setiap rongga mulut orang, pada beberapa kondisi bakteri tersebut dapat menyebabkan infeksi seperti karies dan penyakit periodontal (Forsstenet al., 2010). Flora normal dalam rongga mulut terdiri dari S.mutans/Streptococcus viridans, Staphylococcusspdan Lactobacillus sp.
Flora normal dalam keadaan
tertentu bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena adanya faktor predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut. Sisa-sisa makanan dalam rongga mulut akan diuraikan oleh bakteri menghasilkan asam, asam yang terbentuk menempel pada email menyebabkan demineralisasi akibatnya terjadi karies gigi (Jawetzet al., 2012). Naland (2008), menyatakan bahwa kandungan kimia yang terdapat pada kombucha antara lain vitamin B1 (Tiamin), B2 (Riboflavin), B3 (Niasin), B6 (Piridoksin), B12 (Sianokobalamin), B15, dan vitamin C, asam folat, asam glukoronat, asam asetat, asam laktat, asam amino, enzim, serta antibiotik. Kandungan asam glukoronat dalam kombucha tea mampu membentuk sistem pertahanan tubuh dengan mengikat toxin (racun) yang selanjutnya akan dikeluarkan oleh tubuh. Sklenar (1964) dan Frank (1996) menyatakan bahwa kombinasi asam laktat dan asam glukoronat dalam kombucha sangat efektif menghancurkan mikroorganisme yang merusak seperti bakteri, virus dan jamur serta membuang kotoran dan racun dalam
tubuh, sehingga dengan meminum kombucha maka mikroorganisme yang merugikan dalam tubuh dapat dikurangi (Dufresne and Farnworsh,2000). Milanda dkk.(2005), meneliti isolasi dan identifikasi salah satu senyawa fraksi kombucha dengan aktifitas antibakteri terbesar terhadap Salmonela typhi. Hasil penelitian menunjukkan teh kombucha memberikan aktifitas antibakteri, dan dan fraksi yang memberikan aktivitas anti bakteri
adalah fraksi etil asetat. Peniliti
selanjutnya Aryadnyani (2010), meneliti Peningkatan waktu fermentasi kombucha tea meningkatkan daya hambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli secara in vitro, dan hasilnya kombucha dapat menghambat pertumbuhan bakteriEscherichia coli. Kombucha dalam hasil fermentasinya mengandung asam asetat dan asam laktat, dari penelitian yang dilakukan oleh Andriani bahwa asam asetat dan asam laktat mampu menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella sp pada karkas ayam(Andriani dkk.,2007). Pada penelitian Lb. pantarum kik dan MAG minyak kelapa, dimana mengandung senyawa asam asetat, asam laktat, asam sitrat, terhadap bakteri gram positif (L. monocytogenes dan B. cereus)dan bakteri gram negatif (S. Typhirium), terjadi lisis pada dinding sel ditandai dengan pelepasan ion Ca2+ dan terjadi kebocoran membran sel dengan melepaskan protein, asam nukleat, dan ion K+ ke lingkungan (Asriani dkk., 2007). Ultee pada tahun 1998 menyatakan bahwa ion K+ merupakan kation utama yang terkandung dalam sitoplasma pada sel yang sedang tumbuh, sedangkan ion Ca2+ dan Mg2+ terdapat di bagian sitosol yaitu cairan sitoplasma. Kedua jenis ion ini juga ditemukan pada dinding sel yang turut berperan dalam aktifitas enzim.Ion
K+memiliki peran dalam mengaktifasi enzim sitoplasma, menjaga tekanan turgor, serta mengatur pH sitoplasma. Ion Ca2+
dan Mg2+
berfungsi menghubungkan
lipopolisakarida (LPS) pada dinding sel bakteri gram negatif dan pada bakteri gram positif ion Ca2+ dan Mg2+ berfungsi menghubungkan asam teikoat sebagai penyusun peptidoglikan (Arsiani dkk.,2007). Uji fitokimia yang dilakukan terhadap kombucha tea hasil fermentasi 10 hari, terdapat senyawa triterpenoid, alkaloid, fenolat, tannin, saponin, flavonoid.Senyawa –senyawa tersebut memiliki sifat sebagai antibakteri (Pratiwi, 2014).
6.2Kumur-Kumur Kombucha Tea Hasil Fermentasi 10 Hari
Menurunkan
Jumlah Bakteri S.mutansPenderita Karies Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan jumlah bakteri S.mutans sebelum dan sesudah berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10 hari(p<0,05), dibandingkan dengan
kelompok kontrol sebelum dan sesudah
berkumur aquadest tidak ada perbedaan (p>0,05), berarti bahwa terjadi penurunan jumlah bakteri S.mutans setelah berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10 hari. Berdasarkan hasil penelitian diatas, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh pratiwi (2014), bahwa senyawa triterpenoid, alkaloid, fenolat, tannin, saponin, flavonoid memiliki sifat sebagai antibakteri.Uji fitokimia yang dilakukan terhadap kombucha tea hasil fermentasi 10 hari, terdapat senyawa triterpenoid, alkaloid, fenolat, tannin, saponin, flavonoid.
S. mutans merupakan bakteri gram positif, dimana kelompok bakteri grampositif dapat menghasilkan polisakarida permukaan yang spesifik (10-50% dari dinding sel) dan protein yang berhubungan dengan peptidoglikan.Dinding sel bakteri gram positif mempunyai peptidoglikan yang tebal dibandingkan bakteri gram negatif.Polisakarida yang sangat dikenal adalah asam teikoat.Bakteri ini tahan tehadap suasana asam dalam lingkungannya (ferdiaz, 1992). S.mutans merupakan agen penyebab utama karies pada manusia.Kemampuan bakteri ini melekat pada permukaan gigi merupakan hal terpenting bagi perkembangan karies.Sukrosa dari makanan dapat digunakan S.mutans untuk meningkatkan koloninya dalam rongga mulut.S.mutans mempunyai dua enzim pada dinding selnya yang dapat membentuk dua macam polisakarida ekstraseluler dari sukrosa. Fruktosa (levan) dihidrolisis
olehenzimfructosyltransferase dan glukosa
(dekstran) dihidrolisis oleh enzim glucosyltransferase (Willett et al., 1991). Patogenesis S.mutans terjadi melalui erosi hidroksiapatit seperti mineral dari enamel oleh asam laktat yang merupakan hasil akhir metabolik dari pertumbuhan bakteri. Hasil uji fitokimia terhadap kombucha tea, terdapat tannin. Tannin merupakan senyawa polifenol berukuran besar yang mengandung banyak gugus hidroxil dan gugus lain seperti karboxil untuk membentuik perikatan kompleks yang kuat dengan protein dan makromolekul yang lain, berasal dari tumbuhan, berasa pahit, dan kelat (Hayati, 2010).Mekanisme kerja antibakteri tanin mempunyai daya antibakteri dengan cara memprepitasi protein. Efek antibakteri tanin melalui reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim dan inaktivasi fungsi materi genetik. Mekanisme kerja
tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk (Nuria dkk., 2009). Kompleksasi dari ion
besi dengan
tanin dapat menjelaskan toksisitas tanin.
Mikroorganisme yang tumbuh di bawah kondisi aerobik membutuhkan zat besi untuk berbagai fungsi, termasuk reduksi dari prekursor ribonukleotida DNA. Enzim reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sel bakteri tidak dapat terbentuk oleh kapasitas pengikat besi yang kuat oleh tannin (Pratiwi, 2014). Tannin memiliki aktivitas antibakteri.Toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri, senyawa astringen tanin dapat menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau subtrat mikroba dan pembentukan suatu kompleks ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri. Mekanisme kerja senyawa tanin dalam menghambat sel bakteri, yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri, menghambat fungsi selaput sel (transpor zat dari sel satu ke sel yang lain) dan menghambat sintesis asam nukleat sehingga pertumbuhan bakteri dapat terhambat (Roslizawatydkk., 2013). Hasil uji fitokimia terhadap kombucha hasil fermentasi 10 hari, terdapat senyawa flavonoid.Senyawa ini termasuk dalam senyawa phenolik dengan struktur kimia C 6 C 3 C 6 .Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatic B, dan cincin tengah berupa heterosiklikyang mengandung oksigen, bentuk teroksidasi cicncin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub kelompoknya
(Redha,
2010).Mekanisme
penghambatan
flavonoid
terhadap
pertumbuhan bakteri diduga karena kemampuan senyawa tersebut membentuk
komplek dengan protein ekstraseluler, mengaktivasi enzim, dan merusak membran sel. Pada umumnya senyawa flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif.Flavonoid dapat berfungsi sebagai bahan antimikroba dengan
membentuk
ikatan
komplek
dengan
dinding
sel
dan
merusak
membran.Senyawa ini merupakan antimikroba karena kemampuannya membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler terlarut serta dinding sel mikroba. Flavonoid yang bersifat lipofilik akan merusak membran mikroba (Roslizawaty dkk., 2013). Hasil uji fitokimia terhadap kombucha teahasil fermentasi 10 hari, terdapat senyawa triterpenoid. Senyawa triterpenoid memiliki kerangka dasar yang terdiri dari enam unit satuan isoprene dan dalam biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik yaitu skualen (Rindia dkk.,2013). Penelitian yang dilakukan oleh Murdianto senyawa triterpenoid menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli( Murdiantodkk., 2014). Hasil penelitian ini sesuai juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukadana (2008),aktifitas antibakteri senyawa golonga triterpenoid dari biji papaya (carica papaya L.), bahwa senyawa triterpenoid mempunyai sifat anti bakteri (Sukadana dkk., 2008). Hasil uji fitokimia terhadap kombucha tea hasil fermentasi 10 hari, terdapat senyawa saponin.Senyawa saponin adalah suatu glikosida alamiah yang terikat dengan steroid atau triterpena. Saponin mempunyai aktifitas farmakologi yang cukup luas diantaranya meliputi: immunomodulator, antitumor, anti inflamasi, antivirus, anti jamur, dapat membunuh kerang-kerangan, hipoglikemidan efek hypokholesterol. Saponin juga mempunyai sifat bermacam-macam, misalnya: terasa manis, ada yang
pahit, dapat berbentuk buih, dapat menstabilkan emulsi, dapat menyebabkan hemolisis (Rahayu, 2009). Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri yaitu dapat menyebabkan kebocoran protein dan enzim dari dalam sel. Saponin dapat menjadi anti bakteri karena zat aktif permukaannya mirip detergen, akibatnya saponin akan menurunkan tegangan permukaan dinding sel bakteri dan merusak permebialitas membran. Rusaknya membran sel ini sangat mengganggu kelangsungan hidup bakteri (Pratiwi, 2014).Penelitian yang dilakukan oleh Rosyidah (2010), bahwa saponin menghambat pertumbuhan S.aureus dan E.coli. Hasil uji fitokimia terhadap kombucha tea hasil fermentasi 10 hari, terdapat senyawa alkaloid.Alkaloid adalah senyawa yang mengandung basa nitrogen, biasanya dalam bentuk heterosiklik.Alkaloid terdistribusi luas pada tanaman. Banyak alkaloid merupakan turunan asam amino lisin,ornitin, fenilalanin, asam nikotin, dan asam antralinat. Alkaloid diklasifikasikan berdasarkan tipe dasar kimia pada nitrogen yang terkandung (Mursiti, 2013) Penelitian terhadap alkaloid , bahwa alkaloid mempunyai sifat antibakteri yaitu terhadap bakteriS.aureus Pen-,S.aureus Pen+, S.aureus ATCC 25923, S.aureus ATCC 53154, S.carmonum LMG13567, B.cereus LMG 13569, E. faecalis, E. faecalis CIP 103907, Sh. bodii, Sh. flexneri, Sh. dysentriae, Sh. dysentriae CIP54501, Sal. Thyphi, sal. Parathyphi, E.coli, E.coliCIp 105182 (Korou et al, 2005). Uji fitokimia pada penelitian ini tidak dapat menentukan persentase zat-zat aktif yang terdapat dalam kombucha tea, sehingga tidak diketahuizat aktif yang paling memegang peranan sebagai antibakteri.
6.2Kumur-Kumur Kombucha Tea Hasil Fermentasi 10 Hari Meningkatkan pH saliva pada penderita karies. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan pH sebelum dan sesudah berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10 hari(p<0,05), dibandingkan dengan
kelompok kontrol sebelum dan sesudah berkumur aquadest tidak ada
perbedaan (p>0,05),berarti bahwa terjadi peningkatan pH setelah berkumur kombucha tea hasil fermentasi 10 hari pada penderita karies. Berdasarkan hasil penelitian diatas, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetya (2008), Perbedaan jumlah koloni bakteri saliva antara kelompok non karies dan kelompok karies disebabkan karena derajat kebersihan rongga mulut pada kelompok karies lebih rendah dari pada kelompok non karies. Pada kelompok karies media mempunyai derajat keasaman saliva yang tinggi ( angka pH saliva makin rendah ) maka makin banyak karies dan makin rendah kebersihan mulut anak, yang merupakan tempat yang baik untuk tumbuh dan berkembang biak bakteri rongga mulut, memperlihatkan bahwa penurunan pH plak lebih besar pada individu karies dibandingkan individu yang bebas karies (Prasetya, 2008). Penurunan pH saliva dapat meningkatkan frekuensi karies gigi.Derajat keasaman (pH) pH saliva yang rendah optimum untuk pertumbuhan bakteri, mikroorganisme dapat berkembang dengan baik. Sebaliknya pada pH saliva yang tinggi dapat mencegah terjadinya karies gigi (Soesilo,
2005). Penelitian yang
dilakukan oleh Suwanto , ada hubungan yang bermakna secara statistik antara derajat keasaman (pH) saliva dengan karies gigi (Suwanto, 2005).
pH saliva yang
berdasarkan jumlah elemen gigi berkaries menunjukkan semakin banyak jumlah gigi yang karies, semakin asam pH salivanya.
Hoewen mengatakan meningkatnya
mikroorganisme berbanding lurus dengan penurunan pH saliva dengan adanya sifat dari mikroorganisme yaitu menghasilkan asam dan berkembang biak dengan baik pada suasana asam (Maryati, 2000). Strptococcus mutans merupakan bakteri penyebab karies gigi yang terdapat dalam rongga mulut dalam pertumbuhannya memproduksi asam yang menyebabkan penurunan pH saliva, asam tersebut dalam pejalanannya akan mendemineralisasi enamel gigi yang dapat menyebabkan terjadinya karies
(Lenander et al.,
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian berkumur dengan kombucha didapatkan simpulan sebagai berikut: 1. Berkumur kombucha tea dengan waktu fermentasi 10 hari menurunkan jumlah koloni bakteri rongga mulut pada penderita karies gigi. 2. Berkumur kombucha tea dengan waktu fermentasi 10 hari menurunkan jumlah bakteri S.mutans rongga mulut pada penderita karies gigi. 3. Berkumurkombucha tea dengan waktu fermentasi 10 hari meningkatkan pH rongga mulut pada penderita karies gigi. 7.2 Saran Sebagai saran dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan mekanisme kombucha tea dalam menurunkan jumlah koloni bakteri rongga mulut, menurunkan jumlah bakteri S.mutans dan meningkatkan pH saliva pada penderita karies.
69
DAFTAR PUSTAKA
Amerongen, A.V.N., Michels, L.F.E., Roukema, P.fA, Veerman, E.C.L. 1991. Ludah dan kelenjar ludah arti bagi kesehatan gigi. Abyono R, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1-40; 194 Armand and Andrew. 2011. “Perubahan pH Saliva Setelah Minum Minuman berkarbonasi dan Minuman Poduk Olahan Susu pada mahasiswa FKG USU”. (skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara. Aryadnyani, 2012.“Peningkatan Waktu fermentasi Kombucha Tea Meningkatkan Daya Hambat Pertumbuhan Bakteri E.Coli Penghasil Extended Beta laktamase (ESBL) Secara In Vitro”. (tesis). Denpasar: Universitas Udayana Asriani, Betty L., Sedarnawati,Idwan S. 2007. Mekanisme Antibakteri Metabolit Lb. pantarum Kik dan Monogliserol Minyak kelapa terhadap Bakterri Patogen Pangan.Jurnal Teknol dan Industri Pangan, 18(2) : 152-9 Carranza, F.A., Newman,M. G.2002. PhiladelphiaWb, Saunders.
Clinical
Periodontology
9th
Ed.
Cowan, S.T. 1974. Cowan and Steel’sManual For The Identification of Medical Bacteria. Cambridge: Cambridge University Press. p. 30-37. Dipti, P. B. , Yogesh. 2003. Lead Induced Oxidative Stress- Beneficial Effect of kombucha Tea .Biomedical andEnviromental Science.276-82 Dufresne ,C., Farnworsh, E. 1999. Tea, kombucha and Health.Review Article. Food Research and development Centre Agriculture and agri-food Canada Elsevier.33(2000) 409-42. Fardiaz, S. 1992. Analisa KuantitatifMikrobiologi Pada Bahan Pangan. Mikrobiologi Pangan I . Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Finn,S.B., 2006. Clinical Pedodontic 4 edition, W.B saunders .Philadelphia company Forssten, S., Marika, B., Arthur. 2010. Streptococcus mutans, Caries and Simulation Models. Nutrient journal.290-8. p: 119 - 29.
Hamada, S., and H.D.Slade, 1980.Immunology and Cariogenenecity of Streptococcus mutans.Microbiologycal review. Jun 44(2): 331-384 Hart, Tony, Shears, Paul. 1997. Atlas Berwarna Mikrobiologi Kedokteran. Hipokrates, Jakarta. Hayati E.K. 2010.Fraksinasi dan Identifikasi Senyawa Tannin dari Daun belimbing wuluh. Jurnal Kimia, 4(2) :193-200 Hurlburt,M., Brian,M.S., Novy, Dauglass, 2010. Dental Caries: a pH Mediated Disease,CDHA journal –winters, (9-18) Hutagalung, M., Zahara.2010. “Pengaruh The kombucha TerhadapKekerasan Enamel dan Adhesi Streptococcus mutans”.(skripsi).Medan: Universitas Sumatera Utara. Jarrel J., Cal T., Bennet. The kombucha Consartia of Yeast and Bacteria.Micologist. 2000:14 166-7 Jawetz, Melnick, and Adelberg’s. 2012. Medical Microbiology, Mc Graw-Hill Companies Inc, page 327-9. Jayabalan, R., Malini, K., Sathishkumar, M., Swaminathan, K., and Yun, S.E. 2010.Biochemical Characteristic of Tea Fungus Produced During Kombucha Fermentation.Food Sci. Biotechnol. 19(3): 843-47. Kidd, A.M., Joyston., Bechal, S. 1992. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya.(Narlan Sumawinata).Jakarta :EGC. Kiddman, 2005.Essential of Dental Caries.Third edition, ebook download pdf file. Korou,D ,savadogo, Canini, Yamego. 2005. Antibacteryal Actyvity of Alkaloid fromSida Acuta. African Journal of Biotechnology,4(12) :1452-7 Lenander,M., Lumikari,Loimaranta. 2000. Saliva and Dental caries. Adv Dent Res. 14:40-7. Mahon, C., Lehman D., Manuselus,G. 2011. Textbook of Diagnostic Microbiology.Fifth edition. Saunders Elsivier. Page 407- 8
Manton, J.W. 2010.Streptococcus mutans and You; Home Sweet Home in YourMouth.[cited 2014 Jan 5].Avaible from: http://www.freewebs.com/naguiar/Microbiology Fall Marisi Silaban.2009. “Pengaruh Jenis Teh dan Lama fermentasi pada Proses Pembuatan Teh Kombucha”(tesis).Medan: Universitas Sumatera Utara. Maryati. 2008. “Derajat Keasaman (pH) Saliva pada Rongga Mulut Berkaries dan Tidak Berkaries” (skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara. Mikrobiologi Pangan I . Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Milanda, T., Susilawati, Y., Mutakin, Indah, B. D. 2005 .Isolasi dan Identifikasi salah satu senyawa dalam Fraksi kombucha dengan Aktifitas Antibakteri terbesar Tehadap Salmonella typhi. Farmaka, 3 (2) :1-10 Mursiti S.,Matsjeh, Jumina, Mustofa. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Eklusidasi Struktur Senyawa Alkaloid dari Biji Mahoni Bebas Minyak (Swietenia macrophylia). Jurnal MIPA, 36(2): 167-77 Naland, H. 2008. Kombucha Teh Dengan Seribu Khasiat. Agromedia Pustaka. Jakarta: 2-58. Nancy, A. 2000, Ten Cate’s Oral Histology: Developmental, Structure andFunction Saliva. Louis: Mosby Elsevier,2008:290-2 Newbrun, E.1989 ,Cariology ,Ed.3: 46-52, 73-84 , Quintessnce . Chicago Nirmaladewi ,A.,Juni. H. Tandelilin R. Status Saliva dan Gingivitis pada penderita Gingivitis Setelah berkumur Epigalochatecingallat (EGCG) dari Ekstrak Teh Hijau (Camelia Sinensis).[cited2013 Nov 20]. Available from: farmasi ugm.ac.id Nolte. 1982. Basic Microbiology. CV Mosby Company. New York Pocock, S.J. 2008. Clinical Trials A Practical Approach.John Wiley&Sons Ltd. England Prasetya, R.C.2008. Perbandingan Jumlah Koloni Bakteri Saliva Anak-Anak Karies dan Non Karies.Indonesian journal of Dentistry 15(1):65-70. Puspitasari F.2005.“Pengaruh pemberian jus buah pear terhadap pembentukan plak gigi”.(skripsi). Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Rahayu I.D. 2009. Isolasi dan Identifikasi Saponin dari Aloe barbadensis.Jurnal Gamma, 5(1): 22-8 Rahayu, Rahayu, 2009 T. t.t. Uji Antijamur Kombucha Coffee terhadap Candida albicans dan Tricophyton mentagrophytes.(tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. Redha A. 2010. Flavonoid, Struktur, Sifat Antioksidatif dan Perananya dalam Sistem Biologis.Jurnal Belian, 9(2): 196-202 Rijayanti P.R., Luliana, Trianto. 2014. “Uji Aktifitas Antibakteri Ekstrak etanol daun Mangga Bacang (Mangifera foetida L.)terhadap Staphylococcus aureus secara In Vitro”. (Skripsi). Pontianak: Universitas Tanjung Pura Rindia, Sanusi, Ibrahim, Mai Efdi. 2013. Isolasi dan karakterisasi Triterpenoid dari Fraksi N-heksana pada kulit batang Srikaya (Canona Squamosa L). Jurnal Kimia Unand, ISSN No: 2303-3401, 2(1): 165-9 Riskesdas, 2013.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan kementrian Kesehatan RI. Roeslan, B. U. 2001. “Hambatan terjadinya Karies Gigi Setelah Diimunisasi dengan Glukosiltranferase Streptococcus mutans INA99 yang diaplikasikan pada Mukosa Rongga Mulut” (Disertasi). Jakarta: Universitas Indonesia Roslizawaty, Ramadani N.Y, Fakhruransi, Herrialfian, 2013.Aktifitas Antibakteri Ekstrak Etanol dari Rebusan sarang Semut (Myrmecodia sp) Terhadap Bakteri E.coli. Jurnal MedikaVeterinaria ,ISSN: 0853-1943. 7(2): 205-9 Rosyidah K., Nurmuhaimina S., Astuti, Komasi. 2010. Aktifitas Antibakteri Fraksi Saponin dari Kulit Batang Tumbuhan Kasturi. ACCHEMY ,1(2):53-105 Sari, G., 2009. “Permen Karet Xilitol yang Dikunyah Selama 5 Menit Meningkatkan dan Mempertahankan pH Saliva Perokok Selama 3 Jam” (Tesis). Denpasar: UNUD Silaban,S., 2009. “Pengaruh Jenis The dan lama fermentasi pada Pembuatan Teh kombucha”. (Skripsi) Medan: USU repository
Soesilo, D. 2005. Peranan Sorbitol dalam Mempertahankan Kestabilan pH Saliva pada Proses Pencegahan Karies.Majalah kedokteran gigi (Dent J). 38 (1)
Stookey, G.K. 2008.The Effect of Saliva on Dental Karies.JADA. 139 (S): 11-7 Sukadana, I.M. ,Sri Rahayu, Juliarti. 2008. Aktifitas Antibakteri Senyawa Triterpenoid dari Biji Pepaya.Jurnal Kimia,1(2):15-8 Sulistyawan, H. 2007. “Uji Antijamur Kombucha Coffee (KC) terhadap C. albicans” (skripsi). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Suryadinata, 2012.Kadar Bicarbonat karies.Sainstis. 1(1): 35-42
Saliva
Penderita
karies
dan
Bebas
Suwanto, Martini, Sayono. 2005. “Hubungan Derajat Keasaman Saliva dengan Karies Gigi pada Siswa SD Negeri Jakenan Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati Tahun 2005”. (Skripsi) Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhamaddiyah Semarang. Tarigan, Rasinta. 2006. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti),Ed.2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Todar, K. 2005. Phycialand Environmental Requirements for Growth. University of Wisconins. Madison. 20: 32-35. Willett, N.P., White, R.R., and Rosen, W. 1991.Essential Dental Microbiology.Connecticut : Appleton & Lange A Publishing Division of Prentice Hall.p:303-8
LAMPIRAN 1 ETHICAL CLEARENCE
LAMPIRAN 2 PENJELASAN YANG DISAMPAIKAN KEPADA PENDERITA SEBELUM MENANDATANGANI FORMULIR PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
Pendahuluan Informed Consent
pada dasarnya bertujuan melindungi hak-hak individu
guna memperoleh penjelasan yang penuh dan tepat berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan sebelum membuat persetujuan dengan benar. Informed Consent mengandung hal-hal sebagai berikut: 1. Penjelasan yang terperinci serta pemakaian bahasa yang mudah dimengerti berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. 2. Adanya jaminan bahwa penderita mendapat kebebasan untuk memutuskan apakah akan ikut serta atau menolak, sebab secara moral dan legal penderita memiliki hak untuk itu.
Penelitian ini berjudul:
KUMUR KUMUR KOMBUCHA TEA DAPAT MENURUNKAN JUMLAH KOLONI BAKTERI RONGGA MULUT, MENURUNKAN JUMLAH BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS DAN MENINGKATKAN pH SALIVA PADA PENDERITA KARIES
Latar Belakang
Karies gigi adalah penyakit endemik dengan prevalensi dan keparahan yang tinggi. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Rikesda)
Kementrian
Kesehatan (2007), 72% penduduk Indonesia mempunyai pengalaman karies (gigi berlubang) dan 46,5% merupakan karies aktif yang belum pernah dirawat. Karies terjadi bukan disebabkan oleh karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya, tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Keyes dan Jordan pada tahun 1960 an menyatakan bahwa karies terjadi karena multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab karies. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu : (1) factor host atau tuan rumah, (2) agen atau mikroorganisme, (3) substrat atau diet. Ketiga faktor utama ini dipengaruhi oleh waktu.Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor harus saling mendukung yaitu gigi yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama (Finn et al., 2006). Streptococcus mutans selalu ada dalam setiap keadaan karies (Loesche, 1986), danLactobacilus berperan dalam proses kelanjutan dan perkembangan karies, sehingga bakteri ini telah menjadi target utama dalam upaya mencegah terjadinya karies gigi (Kidd danBechal, 1992; Hurlbuttet al., 2010). Saliva merupakan faktor pengatur keadaan asam dan basa di dalam mulut yang menentukan naik dan turunnya pH. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada pH saliva antara lain adalah rata-rata kecepatan aliran saliva, mikroorganisme pada rongga mulut, dan buffer saliva (Sari, 2009). Dari
penelitian yang dilakukan oleh Suwanto 2010, ada hubungan yang bermakna secara statistik antara derajat keasaman (pH) saliva dengan karies gigi. Pemerintah Indonesia saat ini sedang menggiatkan penggunaan obat-obat herbal sebagai obat alternatif sebagai pengganti atau pendamping obat berbahan kimia. Penelitian terhadap bahan herbal sangat diperlukan untuk mendapatkan data yang akurat untuk menunjang hal tersebut, sehingga banyak dikembangkan produk kesehatan yang berasal dari herbal yang mempunyai efek anti bakteri, salah satunya adalah teh kombucha (Naland, 2008). Telah banyak penelitian tentang teh kombucha diantaranya oleh Rahayu dan Rahayu (2009) tentang uji anti jamur kombucha coffe terhadap Candida albicans danTrycophiton mentagrophytes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kombucha Coffee mempunyai potensi antijamur terhadap Tricophyton mentagrophytes dan Candida albicans.Milanda dkk.(2005) meneliti isolasi dan identifikasi salah satu senyawa fraksi kombucha dengan aktifitas antibakteri terbesar terhadap Salmonela typhy. Hasil hasil penelitian tersebut menunjukkan teh
kombucha memberikan
aktifitas antibakteri.
Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitaskombucha tea dalam menurunkan koloni bakteri rongga mulut, jumlah bakteri Streptococcus mutans dan meningkatkan pH saliva pada penderita karies.
Manfaat Penelitian 1. Dapat memberikan kontribusi ilmiah bidang functional food khususnya efek kombucha tea sebagai antibakteri dan meningkatkan pH rongga mulut yang asam. 2. Dapat dijadikan masukan untuk penelitian lebih lanjut Manfaat praktis Dapat diinformasikan kepada masyarakat luas, bahwa ada minuman kesehatan yang efisien dan murah untuk mencegah karies gigi .
Tatalaksana Penelitian Protokoler penelitian Kelompok 1 1. Sampel menyikat giginya sesuai dengan kebiasaan sampel(menghomogenkan sampel) 2. Setelah 5 menit ( untuk menetralkan kembali kondisi rongga mulut), pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari bagian bukal gigi molar atas, turun ke mukosa bukal, dilanjutkan bagian bukal gigi molar bawah (kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB.
3. Sampel diintruksikan untuk mencucurkan salivanya ke dalam pot saliva selama 5 menit,kurang lebih 2 ml saliva, kemudian dihitung pH saliva dengan pH meter dan dicatat pada form yang telah disediakan. 4. Sampel berkumur dengan aquadest steril selama 30 detik dengan tehnik berkumur yang benar. 5. Setelah berkumur, sampel tidak makan dan minum selama
pengambilan
sampel. Setelah 15 menit, pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari bagian bukal gigi molar atas , turun ke mukosas bukal, dilanjutkan bagian bukal gigi molar bawah ( kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB. 6. Hasil swab dalam media TSB segera dibawa ke laboratorium mikrobiology Unud untuk diproses lebih lanjut. 7. 30 menit kemudian, sampel mencucurkan salivanya ke dalam pot saliva selama 5 menit kurang lebih 3 ml saliva.Dihitung pH saliva dengan pH meter dan dicatat pada form yang telah disediakan. Kelompok 2 1. Sampel menyikat giginya sesuai dengan kebiasaan sampel(menghomogenkan sampel) 2. Setelah 5 menit ( untuk menetralkan kembali kondisi rongga mulut), pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari bagian bukal gigi molar atas, turun ke mukosa bukal, dilanjutkan bagian bukal gigi molar bawah (kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB.
3. Sampel diintruksikan untuk mencucurkan salivanya ke dalam pot saliva selama 5 menit, kurang lebih 2 ml saliva, kemudian dihitung pH saliva dengan pH meter dan dicatat pada form yang telah disediakan. 4. Sampel berkumur dengan kombucha teaselama 30 detik dengan tehnik berkumur yang benar. 5. Setelah berkumur, sampel tidak makan dan minum selama
pengambilan
sampel. Setelah 15 menit, pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari bagian bukal gigi molar atas , turun ke mukosas bukal, dilanjutkan bagian bukal gigi molar bawah ( kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB. 6. Hasil swab dalam media TSB segera dibawa ke laboratorium mikrobiologi Unud untuk diproses lebih lanjut. 7. Setelah 30 menit, kemudian sampel mencucurkan salivanya ke dalam pot saliva selama 5 menit kurang lebih 3 ml saliva. Dihitung pH saliva dengan pH meter dan dicatat pada form yang telah disediakan.
Risiko Penelitian dan Cara Penanggulangan Pada saat penelitian berlangsung ada beberapa kemungkinan risiko yang terjadi diantaranya adalah 1.
Rasa haus saat penelitian berlangsung. Hal ini dapat ditanggulangi dengan segera diberikan air minum setelah pengumpulan saliva terakhir selesai.
2.
Adanya
pemeriksaan
rongga
mulut
untuk
mengetahui
indeks
DMF-t
memungkinkan terjadi infeksi silang apabila ada subjek yang menderita penyakit
tertentu. Hal ini telah ditanggulangi dengan digunakannya alat diagnosa steril pada saat pemeriksaan serta perlengkapan alat dan bahan sterilisasi selalu siap di lokasi penelitian yaitu RSGM FKG Unmas Denpasar.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan: 1.
Penelitian ini bersifat sukarela
2.
Walaupun prosedur penelitian ini telah dilakukan secara cermat, apabila terjadi ketidak nyamanan selama penelitian maka akan dirundingkan bersama
3.
Penelitian ini bersifat sukarela, maka peserta penelitian dapat mengundurkan diri jika menemukan hal-hal yang dirasa merugikan.
4.
Hasil penelitian akan sepenuhnya digunakan untuk kepentingan keilmuan tidak untuk kepentingan publikasi komersial.
5.
Kerahasian peserta penelitian akan dijaga dengan tidak mencantumkan nama pada hasil penelitian.
6.
Penjelasan dan surat persetujuan dibuat rangkap dua, satu untuk peneliti dan satu untuk peserta penelitian.
Penutup Demi terselenggaranya penelitian ini dengan baik, maka mutlak diperlukan kerjasama yang baik antara peserta penelitian dan peneliti.
Kode:
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: ................................................................................................
Umur
: ................................................................................................
Jenis Kelamin
: ................................................................................................
Alamat
: ................................................................................................
No KTP
: ................................................................................................
Setelah mendapatkan penjelasan secukupnya serta memahami dan menyadari manfaat dan risiko penelitian yang berjudul:
KUMUR KUMUR KOMBUCHA TEA DAPAT MENURUNKAN JUMLAH KOLONI BAKTERI RONGGA MULUT, MENURUNKAN JUMLAH BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS DAN MENINGKATKAN pH SALIVA PADA PENDERITA KARIES
Saya dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian serta mematuhi segala ketentuan-ketentuan penelitian yang sudah saya pahami, dengan catatan apabila pada saat penelitian merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini.
Denpasar, ....................................
Mengetahui, Penanggung Jawab Penelitian
Menyetujui, Peserta Penelitian
Drg. Kadek Lusi Ernawati
(.........................................)
LAMPIRAN 3 PENELITIAN PENDAHULUAN Protokol penelitian : 1. Sampel menyikat giginya 2. Setelah 5 menit ( untuk menetralkan kembali kondisi rongga mulut), pengambilan sampel dengan tehnik swab(pre perlakuan), dari bagian bukal gigi molar atas , turun ke mukosas bukal, dilanjutkan bagian bukal gigi molar bawah ( kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB. 3. Sampel berkumur dengan kombucha tea, selama 30 detik dengan tehnik berkumur yang benar. 4. Setelah berkumur, sampel tidak makan dan minum selama pengambilan sampel. Setelah 10 menit, pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari bagian bukal gigi molar atas , turun ke mukosas bukal, dilanjutkan bagian bukal gigi molar bawah ( kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB. 5. Setelah 30 menit, pengambilan sampel kembali, pengambilan sampel dengan tehnik swab,
dari bagian bukal gigi molar atas , turun ke mukosas bukal,
dilanjutkan bagian bukal gigi molar bawah ( kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB. Kumur dengan kombucha tea tetap dalam pengawasan petugas.
HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan menggunakan 3 sampel : Sampel kelompok A (untuk kombucha dengan fermentasi 10 hari) 2 sampel Sampel kelompok B (untuk kombucha dengan fermentasi 14 hari) 1 sampel
Sampel 1A Preperlakuan ditemukan koloni Streptococcus mutans
Sampel 1 APost perlakuan 10 menit (fermentasi 10 hari) ditemukan koloni Streptococcus mutans berkurang
Sampel 1 A Post perlakuan 30 menit (fermentasi 10 hari) ditemukan koloni Streptococcus mutans tetap seperti semula
Sampel 2A Post perlakuan 10 menit (fermentasi 10 hari) ditemukan koloni Streptococcus mutans berkurang
Sampel 2A Post perlakuan 30 menit (fermentasi 14 hari) ditemukan koloni Streptococcus mutans tetap seperti semula
Sampel 1 B, kombucha fermentasi 14 hari
Pre perlakuan terdapat koloni Streptococcus mutans
Sampel 1B Post perlakuan 10 menit (fermentasi 10 hari) ditemukan koloni Streptococcus mutans berkurang
Sampel 1B Post perlakuan 30 menit (fermentasi 14 hari) ditemukan koloni Streptococcus mutans tetap seperti semula
Secara in vitro: K ombucha fermentasi 10 hari mempunyai zona hambat lebih besar dari 14 hari.
Jumlah bakteri S.mutans sebelum dan setelah berkumur kombucha tea NO 1 2 3 4 5 6
PRE 61 10 61 9 50 45
POST 51 4 56 1 45 39
Lampiran 4 HASIL PENELITIAN Identifikasi Streptococcusmutans Pengenceran secara tehnik dilusi dilakukan sebelum pembiakan bakteri pada media MHB, untuk memudahkan dalam perhitungan jumlah bakteri (Ferdiaz, 1992).Dilakukan pengenceran 10 -1 sampai dengan 10-5 terlihat pada gambar 5.1.
Gambar 5.1.pengenceran dengan tehnik dilusi
Mengidentifikasi viridian group ke level spesies sangatlah sulit, pemeriksan secara
klinis
dan
laboratories
harus
dilakukan
pada
isolat.
Tampilan
Streptococcusmutans pada media biakan adalah seperti Streptococcuspada umumnya yaitu koloni berbentuk cembung, kecil, terjadi α homolisa, ß hemolisa atau tanpa hemolisa seperti tampak pada gambar 5.2.
Pengecatan gram, uji katalase,
Streptococcal grouping kit, dan uji biokomia dengan gula-gula perlu dilakukan untuk memastikan Streptococcusmutans (Mahon et al, 2011).
Gambar koloni bakteri Streptococcus
Tampilan Streptococcus pada mediabiakan dapat dihitung secara manual dengan menggunakan colony counter seperti pada gambar 5.3.
Gambar colony counter dan biakan Streptococcus
Pewarnaan gram
Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, untuk melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit , maka untuk identifikasi digunakan tehnik pengecatan. Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri pada mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel, vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas dari bakteri tersebut terhadap zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya. Bakteri gram positive memiliki dinding sel yag lebih sederhana dengan peptidoglikan yang tebal, bakteri ini akan berwarna ungu jika diwarnai dengan pewarnaan gram(ferdiaz, 1992). Hasil
pewarnaan Gram terhadap isolat bakteriStreptococcus viridans
menunjukkanbahwa seluruhnya merupakan bakteri gram positif yang ditandai denganterbentuknyawarna ungu pada sel bakteri. Morfologi memperlihatkancoccus berpasangan
atau
berantai ditunjukkan pada Gambar
Gambar Morfologi Streptococcusmutans (Manton,2010)
Uji katalase Uji katalase digunakan untuk membedakan Streptococcus (katalase negatif) dengan Staphylococcus yang menghasilkan enzim katalase (katalase positif).Enzim ini berperan dalam memecah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Uji ini penting dilakukan untuk membuktikan sifat bakteri terhadap kebutuhan akan oksigen (Todar, 2005). Hasil uji katalase yang dilakukan terhadap seluruh isolat adalah negative. Hal ini membuktikan bahwa isolate tersebut adalah Streptococcus.
Gambar uji katalase, tidak ada gelembung berarti negatif.
Uji Latex Streptococcal Grouping Kit Pada tahun 1970 , Bratthal berhasil menentukan lima serotipe Streptoccus mutansyaitu a,b, c, d dan e , dan kemudian Perch dan kawan-kawannya mengidentifikasi
serotipe
f
dan
g.Whiley,
1988
strainbaruStreptococcus downei yang disebut serotipe h.
menemukan Kedelapan
serotipe
iniditentukan berdasarkan struktur antigennya yang spesifik dan komposisi dinding selnya
sehingga
(Newburn,1989).
dapat dibedakan secara serologik, genetik,
dan biokimia
Berdasarkan penelitian ini ditunjukkan dengan adanya aglutinasi (seperti berbutir) berarti
positif
terlihat
pada
Gambar
5.6.penelitian ini
ditemukanserotipe c, d, dan g, bisa dilihat pada lampiran.
Gambar Hasil UjiLatex StreptococcalGrouping Kituntuk mengidentifikasi Streptococcus viridans menunjukkan adanya aglutinasi pada serotipe c dan d dan g
Uji biokimia (Mannitol) Uji
biokimia
untuk
menentukan
genusdan spesiesdari masing-masing
bakteri.Uji biokimia yang dilakukan antara lain uji fermentasi mannitol dan glukosa. Ujiini ditujukan untuk manitolmaupun
menentukan
glukosa.
Pada
bakteri yang mampu memfermentasikan uji
gula-gula
hanya
terjadiperubahan
warnapadamedia glukosa yang berubah menjadi warna kuning, artinya bakteri ini membentuk asamdan gas dari fermentasi glukosa(Cowan, 1974). Hasil uji mannitol pada penelitian ini membuktikan isolate menghasilkan asam karena mampu memfermentasikan maninitol, dilihat dari terjadinya perubahan warna dari merah menjadi kuning seperti terlihat pada gambar
Gambar Uji mannitol perubahan warna mannitol dari merah menjadi kuning
HASIL PENELITIAN Jumlah koloni S. mutans pada kelompok perlakuan No
KODE
PRE
POST
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13
94160 3160 23100 460 180500 3290 5600 420 530 4795 2260 2900 6900
21433 200 3545 210 5100 1895 139000 380 310 3400 1740 1650 5250
Jumlah koloni bakteri rongga mulut pada kelompok perlakuan No KODE PRE POST 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13
16333 3925 600 350 4600 1680 249500 120 310 350 1800 500 5100
4875 0 400 0 0 0 120000 100 0 0 0 0 3400
Jumlah koloni Streptococus mutans pada kelompok kontrol No
KODE
PRE
POST
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 K13
20670 1480 430 46000 78433 227500 52900 176700 39166 42300 42600 15400 1109650
1730 380 0 45000 252000 40600 314166 244600 22500 22500 15183 50300 347333
Jumlah koloni bakteri rongga mulut pada kelompok kontrol No
KODE
PRE
POST
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 K13
380 1240 1340 49000 192833 300 346000 30800 19750 28750 3800 46250 26800
0 1080 0 55833 123000 0 354666 22250 30.95 23500 3600 200750 24100
pH saliva kelompok perlakuan No
KODE
PRE
POST
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13
5,6 6,8 5.9 7,1 5,7 6,1 6,5 6,8 7,0 6,8 6,8 6,9 6,5
5,8 6,8 6,1 7,1 6,2 6,1 6,1 6,8 7,1 6,9 6,8 7,0 6,5
pH saliva kelompok kontrol No
KODE
PRE
POST
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 K13
5,6 7,1 7,3 5,5 5,6 5,4 5,5 6,2 6,0 6,0 6,0 6,5 5,8
5,6 7,1 7,3 5,5 5,6 5,4 5,5 6,2 6,0 6,0 6,0 6,5 5,8
Lampiran 5 ANALISISI DATA Uji Normalitas Data Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok Koloni_Bakteri_rongga_mulut_pre Koloni_Bakteri_rongga_mulut_post Koloni_streptococus_pre Koloni_streptococus_post pH_saliva_pre pH_saliva_post
Statistic
df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
Kontrol
.361
13
.000
.582
13
.000
Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol
.282 .270 .155 .205 .152 .221 .182 .130 .261 .182
13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
.006 .011 .200* .139 .200* .142 .200* .200* .056 .200*
.677 .652 .923 .895 .917 .832 .887 .954 .874 .925
13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
.000 .000 .026 .114 .231 .117 .089 .655 .059 .295
Perlakuan
.289
13
.104
.857
13
.235
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
log_Bakteri_pre
Kontrol
.196
13
.186
.913
13
.205
log_Bakteri_post
Perlakuan Kontrol Perlakuan
.142 .148 .166
13 13 13
.200* .200* .200*
.953 .924 .892
13 13 13
.651 .285 .104
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Uji t-independent Group Statistics Kelompok
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Koloni_Bakteri_rongga_mul Kontrol ut_pre Perlakuan
13
4136.77
4881.277
1353.823
13
4479.46
3844.124
1066.168
Koloni_Bakteri_rongga_mul Kontrol ut_post Perlakuan
13
2307.08
3274.865
908.284
13
253.62
130.224
36.118
Koloni_streptococus_pre
Kontrol
13
6131.38
3717.737
1031.115
Perlakuan
13
4348.92
2132.365
591.412
Kontrol
13
6176.46
4456.280
1235.950
Perlakuan
13
2093.08
1754.146
486.512
Kontrol
13
6.2538
.56659
.15714
Perlakuan
13
6.5000
.50827
.14097
Kontrol
13
5.9615
.43501
.12065
Perlakuan
13
6.7769
.45854
.12718
Koloni_streptococus_post pH_saliva_pre pH_saliva_post
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F
Sig.
t-test for Equality of Means
t
Koloni_Bakt Equal variances assumed eri_rongga_ Equal variances not mulut_pre assumed
.059 .810
Koloni_Bakt Equal variances assumed eri_rongga_ Equal variances not mulut_post assumed
1.21 .189 2.259
Koloni_stre Equal variances assumed ptococus_pr Equal variances not e assumed
1.48 .142 1.500
Koloni_stre Equal variances assumed ptococus_po Equal variances not st assumed
1.10 .279 3.074
pH_saliva_p Equal variances assumed re Equal variances not assumed
.143 .709 -1.166
-.199
df
Std. Mean Error Sig. (2- Differen Differen tailed) ce ce
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
24
.844 -342.692 1723.23 -3899.28 3213.89
-.199 22.750
.844 -342.692 1723.23 -3909.65 3224.26
24
2.259 12.038
.033 2053.46 909.002 177.374 3929.55 .043 2053.46 909.002
73.608 4033.31
24
.147 1782.46 1188.68 -670.858 4235.78
1.500 19.124
.150 1782.46 1188.68 -704.384 4269.30
24
.005 4083.38 1328.25 1341.99 6824.77
3.074 15.632
.007 4083.38 1328.25 1262.20 6904.56
24
.255 -.24615
.21111 -.68186
.18955
-1.166 23.72
.255 -.24615
.21111 -.68213
.18982
pH_saliva_p Equal variances assumed ost Equal variances not assumed
.046 .832 -4.651
24
.000 -.81538
.17530 -1.17718 -.45359
-4.651 23.934
.000 -.81538
.17530 -1.17724 -.45353
Uji t-paired Paired Samples Statisticsa Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
pH_saliva_pre
6.5000
13
.50827
.14097
pH_saliva_post
6.7769
13
.45854
.12718
a. Kelompok = Perlakuan Paired Samples Correlationsa N Pair 1
pH_saliva_pre & pH_saliva_post
Correlation 13
Sig.
.708
.007
a. Kelompok = Perlakuan Paired Samples Testa Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference
Std. Std. Error Mean Deviation Mean Pair pH_saliva_pre 1 pH_saliva_post
.27692
.37228
Lower
.10325
Upper
-.50189
t
Sig. (2tailed)
df
-.05196 -2.682
12
.020
a. Kelompok = Perlakuan
Paired Samples Statisticsa Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
pH_saliva_pre
6.2538
13
.56659
.15714
pH_saliva_post
5.9615
13
.43501
.12065
a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Correlationsa N Pair 1
pH_saliva_pre & pH_saliva_post
a. Kelompok = Kontrol
Correlation 13
.269
Sig. .373
Paired Samples Testa Paired Differences
Std. Std. Error Mean Deviation Mean Pair pH_saliva_pre 1 pH_saliva_post
.29231
.61436
.17039
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
-.07895
t
Sig. (2tailed)
df
.66356 1.715
12
.112
a. Kelompok = Kontrol Paired Samples Statisticsa Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Koloni_streptococus_pre
4348.92
13
2132.365
591.412
Koloni_streptococus_post
2093.08
13
1754.146
486.512
a. Kelompok = Perlakuan
Paired Samples Correlationsa N Pair 1
Correlation
Koloni_streptococus_pre & Koloni_streptococus_post
13
Sig.
-.015
.960
a. Kelompok = Perlakuan Paired Samples Testa Paired Differences
Mean
Std. Std. Error Deviation Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
Pair Koloni_streptococus_pre 1 Koloni_streptococus_post 2.256E3 2781.864 771.5 574.782 3936.910
t
Sig. (2tailed)
df
2.924
12
.013
a. Kelompok = Perlakuan
Paired Samples Statisticsa Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Koloni_streptococus_pre
6131.38
13
3717.737
1031.115
Koloni_streptococus_post
6176.46
13
4456.280
1235.950
a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Correlationsa N Pair 1
Koloni_streptococus_pre & Koloni_streptococus_post
Correlation 13
Sig.
-.247
.417
a. Kelompok = Kontrol Paired Samples Testa Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference
Std. Std. Error Mean Deviation Mean
Lower
Upper
t
Pair Koloni_streptococus_pre -45.077 6469.433 1794.298 -3954.516 3864.362 -.025 1 Koloni_streptococus_post
Sig. (2df tailed) 12
.980
a. Kelompok = Kontrol Paired Samples Statisticsa Mean Pair 1
Koloni_Bakteri_rongga_mulut_pre
Koloni_Bakteri_rongga_mulut_post a. Kelompok = Perlakuan
N
Std. Deviation Std. Error Mean
4479.46
13
3844.124
1066.168
253.62
13
130.224
36.118
Paired Samples Correlationsa N Pair 1
Koloni_Bakteri_rongga_mulut_pre & Koloni_Bakteri_rongga_mulut_post
Correlation 13
Sig.
.605
.028
a. Kelompok = Perlakuan Paired Samples Testa Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference
Mean
Std. Std. Error Deviation Mean Lower
Upper
Pair Koloni_Bakteri_rongga_ 1 mulut_pre 4.226E3 3766.745 1044.707 1949.625 6502.067 Koloni_Bakteri_rongga_ mulut_post a. Kelompok = Perlakuan
t 4.045
Sig. (2df tailed) 12
.002
Paired Samples Statisticsa Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Koloni_Bakteri_rongga_mulut_pre
4136.77
13
4881.277
1353.823
Koloni_Bakteri_rongga_mulut_post
2307.08
13
3274.865
908.284
a. Kelompok = Kontrol Paired Samples Correlationsa N Pair 1
Koloni_Bakteri_rongga_mulut_pre & Koloni_Bakteri_rongga_mulut_post
Correlation 13
Sig.
.050
.870
a. Kelompok = Kontrol Paired Samples Testa Paired Differences
Mean Pair Koloni_Bakteri_rongga_mulut_pre 1 Koloni_Bakteri_rongga_mulut_post a. Kelompok = Kontrol
95% Confidence Interval of the Std. Std. Difference Deviati Error on Mean Lower Upper
t
Sig. (2taile df d)
1.830E3 5739.6 1591 -1638.7 5298.12 1.149 12 .273
Lampiran 6 HASIL UJI FITOKIMIA