Sekretariat Negara Republik Indonesia
Kuliah Umum Presiden RI - Dies Natalis ke-47 dan Lustrum ke-8 UNS, Solo, 11 Maret 2016 Jumat, 11 Maret 2016
KULIAH UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DIES NATALIS KE-47 DAN LUSTRUM KE-8
UNIVESITAS NEGERI SEBELAS MARET
SOLO, JAWA TENGAH
11 MARET 2016
Â
Â
 http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Â
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja,
Yang saya hormati Bapak Rektor UNS beserta seluruh Civitas Academica dan Keluarga Besar UNS,
Yang saya hormati Gubernur Jawa Tengah, seluruh Wali Kota, Bupati, Gubernur yang hadir, Pimpinan dan Anggota DPR, DPRD,
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Hadirin, Bapak-Ibu sekalian yang berbahagia,
Â
Alhamdulillah saya sudah jadi kakek. Saya kaget. Perasaan saya, saya masih muda. Apa pun, saya syukuri.
Â
Hari ini saya akan berbicara yang berkaitan dengan persaingan. Kalau UNS pada lustrum kali ini mengangkat tema Internasionalisasi UNS Berbasis Budaya Nasional, saya kira apa yang saya sampaikan juga berkaitan dengan itu, berkaitan dengan persaingan global, berkaitan dengan keterbukaan, berkaitan dengan kompetisi.
Â
Â
Â
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Dari detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari, sekarang kita dihadapkan pada yang namanya kompetisi, yang namanya persaingan. Tidak hanya kota dengan kota, provinsi dengan provinsi, individu dengan individu, tetapi juga sekarang sudah masuk kepada persaingan negara dengan negara.
Â
Kalau kita lihat di gambar, ini kepala negara, kepala pemerintahan di ASEAN setiap bertemu pasti bergandengan tangan seperti yang ada di gambar, bergandengan tangan. Tetapi di dalam pikiran saya, mereka adalah pesaing-pesaing kita. Kita berkompetisi dengan mereka. Iya karena kita juga rebutan dengan mereka untuk arus modal masuk, arus investasi masuk, arus uang masuk ke negara mereka, rebutan dengan kita, menawarkan fasilitas-fasilitas, menawarkan insentif-insentif.
Â
Itulah persaingan. Dan sudah tidak bisa kita tolak lagi. Tidak bisa kita bilang, “Nanti dulu.― Sudah tidak bisa. Inilah keterbukaan yang akan terus kita hadapi. Bukan hanya di Masyarakat Ekonomi ASEAN, mau tidak mau sebentar lagi kita dihadapkan pada blok-blok perdagangan yang, kalau kita tidak siapkan SDM-SDM kita, akan ditinggal kita oleh yang namanya kompetisi dan persaingan itu.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Â
Ada FTA (Free Trade Agreement) EU (Uni Eropa). Ada RCEP (bloknya China). Ada TPP (bloknya Amerika). Sudah ngeblok, ngeblok, ngeblok, ngeblok.
Â
Kita ikut atau tidak? Kalau bilang, “Kita tidak ikut. Saya enggak mau ikut RCEP, enggak mau ikut FTA-nya EU, enggak mau ikut TPP-nya bloknya Amerika,― apa yang terjadi? Begitu kita kirim barang ke sana, dikenai pajak 20%. Begitu kita kirim produk ke negara sana, kita kena pajak 15%.
Â
Artinya apa? Barang kita enggak mungkin bisa bersaing dengan negara lain karena negara lain nol pajaknya, negara yang ikut. Yang tidak, kena 20%.
Â
Oleh sebab itu, sekali lagi semuanya harus dikalkulasi, harus dihitung: ikut, untungnya apa; tidak ikut, ruginya apa. Ini kompetisi. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Â
Kemudian, kalau kita melihat, sebenarnya tantangan ke depan, visi jauh ke depan itu, akan seperti apa sih kita ini? Kita lihat masalah pertambahan penduduk dunia. Coba kita lihat.
Â
Pada tahun 2043, jumlah penduduk dunia akan 12,3 miliar, meningkat drastis dua kali. Apa yang akan terjadi pada tahun-tahun itu, yang harus kita persiapkan dari sekarang? Pada saat itu orang akan rebutan, dunia akan rebutan dua hal.
Â
Yang pertama energi. Pasti rebutan.
Â
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Yang kedua masalah pangan. Pasti rebutan. Akan rebutan dua hal itu.
Â
Dan keuntungan kompetitif kita adalah kita mempunyai itu. Energi fosil, kita punya. Energi yang baru terbarukan, kita juga mempunyai.
Â
Pangan kita punya tetapi belum dikelola dengan baik. Energi kita juga punya tapi belum dikelola dengan baik sehingga memerlukan sebuah strategi besar negara ini, strategi besar ekonomi, strategi besar politik global, strategi besar pemikiran-pemikiran ke depan.
Â
50 tahun yang akan datang, 100 tahun yang akan datang, 1.000 tahun yang akan datang harus dihitung dari sekarang dan harus dipersiapkan dari sekarang karena sekali lagi, kalau jumlah penduduk sudah lipat dua, rebutannya hanya ada dua nantinya, sekali lagi pangan dan energi. Dan kita memiliki potensi dan kekuatan itu.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Â
Pada saat saya ke Merauke—tapi bukan di kotanya, masih dua jam dari Merauke—saya melihat hamparan datar, luas, ada air, 4,2 juta hektare. Setelah saya hitung-hitung, kalau itu ditanami padi semuanya, itu sudah lebih dari produksi nasional kita sekarang. Kalau dikelola dengan manajemen yang baik, dikelola dengan cara-cara pertanian modern, itu sudah lebih dari produksi nasional kita, yang kurang lebih sekarang ini di atas 70 juta ton. Di sana saya hitung kurang lebih bisa mencapai 100-110 juta ton, hanya satu kabupaten. Padahal di situ kanan-kirinya ada empat kabupaten yang memiliki kurang lebih hal yang sama. Inilah kekuatan ke depan kita.
Â
Energi, kita semuanya punya. Yang fosil, minyak, gas, kita ada semuanya. Batu bara, kita punya semuanya. Hanya, sekali lagi, kesempatan itu sering hilang karena strategi manajeman ekonomi kita tidak kita rancang secara baik.
Â
Angin, kita ada. Yang terbarukan, geothermal, matahari, yang tanaman, kita ada semuanya. Sawit bisa jadi biofuel, biodiesel. Semuanya ada, semuanya. Ini hanya masalah manajemen, masalah pengelolaan.
 http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Inilah saya kira tantangan kita ke depan, dan harus kita persiapkan dari sekarang. Perguruan tinggi semestinya juga menyesuaikan itu: apa tantangan ke depan, dan apa yang harus disiapkan oleh SDM-SDM di perguruan tinggi, konsentrasi kita ke mana. Ini harus ditentukan dari sekarang.
Â
Oleh sebab itu, dalam persaingan, kembali kepada persaingan, yang kita perlukan adalah semua hal yang berkaitan dengan produktivitas, semua hal yang berkaitan dengan kecepatan, semua hal yang berkaitan dengan etos kerja, semua hal yang berkaitan dengan efisiensi. Kita harus punya hal-hal itu, yang kita siapkan SDM ke depan karena persaingan nantinya bukan persaingan barang dan jasa saja, melainkan persaingan individu, SDM kita dengan SDM negara lain.
Â
Sudah ndak bisa kita cegah arus dokter masuk, arus profesional yang lain masuk. Kita masuk ke sana bisa, tapi mereka juga bisa masuk ke sini.
Â
Tapi, sekali lagi, jangan takut dan jangan khawatir dengan itu. Kenapa saya http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
sampaikan seperti ini? Karena juga kepala negara yang lain, presiden, perdana menteri yang lain di lingkup ASEAN bisik-bisik ke saya, “Pak, kami takut, kami khawatir nanti orang-orang Indonesia yang jumlahnya 252 juta itu akan masuk semuanya ke negara kami.―
Â
Artinya apa? Negara-negara sekitar kita takut semua dengan kita. Jadi—saya titip—kita jangan takut. Wong orang lain takut kok, presiden negara lain takut. Kalau perlu, kita takut-takuti supaya makin takut.
Â
Janganlah kita, “Aduh.― Saya, kalau mendengar komentar terutama di media sosial, itu yang harus kita benahi. Budaya-budaya etos kerja, budaya-budaya berpikir positif (positive thinking), budaya-budaya optimisme, ini yang harus kita bangun sehingga negara lain melihat kita itu betul-betul, bukan hanya takut, melainkan sudah ngeri dulu. Itu benar karena mereka ngomong sendiri, “Bayangkan, Pak, kalau separuh dari penduduk Indonesia masuk ke negara kami, bagaimana kami bisa bersaing?―
Â
Mereka takut lo. Jangan dipikir mereka enggak takut dengan kita. Oleh sebab itu, yang diperlukan adalah bagaimana kita ini membenahi hal-hal yang kurang dan dalam waktu yang secepat-cepatnya. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Â
Sekali lagi, ini persaingan, ini kecepatan. Tadi tertulis di situ: dwelling time. Hal-hal yang seperti itu. Ini masalah bongkar muat saja di pelabuhan, yang saya ngamuk betul di situ, tapi tidak kelihatan wartawan. Saya masukkan ke dalam ruangan, betul-betul saya marah betul.
Â
Bongkar muat di pelabuhan di Singapura hanya satu hari. Di Malaysia hanya dua hari. Kita masih 6-7 hari saat itu, waktu saya masuk Tanjung Priok, saya datang ke sana.
Â
Tapi memang, tiga hari sebelumnya, mereka tahu saya akan ke sana. Disiapkan monitor-monitor, “Pak, ini, Pak. Kalau invoice, packing list, kami seperti ini. Harus ini, Pak.― Saya sampaikan, “Saya hidup ngurusi impor dan ekspor di pelabuhan itu 24 tahun. Enggak usah diterangkan.―
 http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Saya tanya sampai saya ulang tiga kali, “Ini yang enggak benar siapa? Bea Cukai, atau Pelindo, atau Kementerian Perdagangan, atau Kementerian Pertanian?― Yang terlibat di situ banyak sekali ternyata. Enggak dijawab. Malah jawabnya bolak-balik ke invoice, packing list, ke IT. “Apa? Enggak usah diterangkan itu. Pertanyaan saya, siapa sih yang paling lambat?― Enggak dijawab-jawab.
Â
Ya sudah, saya masukkan ke ruangan, saya marahi habis. Dan ada satu menteri dengan terpaksa saya ganti, saya copot gara-gara dwelling time. Enam bulan saya beri waktu, saya minta turun, enggak turun sama sekali.
Â
Tapi saat ini, sudah masuk Januari, ke 4,7. Sekarang sudah masuk antara 3 dan 4 hari. Turun terus sudah. Dan kita harapkan, saya targetkan bulan depan sudah masuk pada posisi angka 3.
Â
Kalau angka 3, sudah mendekati 2, bolehlah. Tapi kalau 7, 6 hari ngurus kayak gitu, biaya—setelah saya hitung-hitung—biaya yang hilang hampir 740 http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
triliun karena ketidakefisienan seperti itu.
Â
Ini masalah kecepatan, hanya masalah kecepatan. Tapi saya yakin tahun ini 3 hari itu insya Allah akan kita dapatkan dengan cara apa pun, apa ganti menterinya lagi atau yang lain.
Â
Yang kedua, ini juga kecepatan. Dan saya sudah tekankan. Saya dapat banyak masukan lagi dari daerah. Baik di kabupaten, kota, provinsi, juga sama: masalah perizinan.
Â
Sehari setelah dilantik, yang saya urus itu. Saya datang ke BKPM. Ini masalah modal, penanaman modal. Saya tanya ke sana, saya tanya ke pemohonnya, “Bagaimana izin di sini?― “Pak, bisa’’—yang saya tanya pemohon kan—“bisa enam bulan, bisa delapan bulan, bisa setahun.―
 http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Saya sudah mikir, ini pasti tergantung: kalau enam bulan, berapa; kalau delapan bulan, berapa; kalau setahun, berapa. Saya sudah ngerti. Itu makanan sehari-hari sebelum saya masuk ke pemerintahan. Saya mengertilah sudah.
Â
Saya perintah saat itu, “Semua kementerian yang ada izin-izin, masukkan semua ke satu pintu di BKPM.― Ada 21 kementerian harusnya masuk ke sana. Saya tunggu tiga bulan, masih separuh.
Â
Memberikan, mendelegasikan kewenangan ke BKPM, itu saya ngerti kenapa pada sulit: karena di situ ada ‘kue’-nya, ada ‘kue’-nya. Bapak-Ibu tahu ya, ‘kue’ ya? Karena ada ‘kue’-nya, ya enggak mau.
Â
Tapi begitu saya sudah ngomong, “Tidak ada tawar-menawar lagi. Saya beri waktu.― Akhirnya 21 menyerahkan ke sana kewenangannya.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Â
Tiga bulan setelah itu—saya cek lagi—masih seminggu-dua minggu kalau izin. Tapi kan sebelumnya bulan. Setelah itu, menjadi seminggu-dua minggu.
Â
Saya sampaikan, “Saya enggak mau. Kenapa masih seminggu-dua minggu?― “Pak, memang sudah diserahkan ke sini, Pak. Tetapi tanda tangannya masih di kementerian.―
Â
Ini akal-akalan saja ini. Saya sampaikan kepada menteri, “Sudah, serahkan total ke BKPM.― Saya sampaikan kepada Kepala BKPM, “Saya minta tidak minggu lagi. Saya enggak mau hari, tidak mau minggu. Ngurus izin, jam, jam.
Â
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Apa sih? Ini zamannya zaman computerized, zamannya IT. Saya pernah coba yang namanya ngurus SIUP, TDP.
Â
SIUP itu apa sih? Hanya ada enam: nama perusahaan, nama pemilik, alamat, modal usaha, jenis usaha. Hanya gitu-gitu.
Â
“Coba, saya mau coba dengan yang di meja front (depan).― Dicoba. Saya hitung: dua menit. “Ini kok masih minggu, masih bulan ngurus kayak gitu? Kenapa? Ini dua menit, jadinya kok masih minggu? Ini gimana?― Saya tanya langsung.
Â
Saya memang senang ke daerah, ke lapangan karena saya ingin ngerti detail hal-hal seperti itu. Saya ingin ngerti mikro, tapi saya juga ingin ngerti makronya seperti apa. Saya ingin nguasai itu.
 http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Apa jawabnya? “Kenapa ini dua menit? Ini tadi saya tanya ke pemohon, bisa seminggu-dua minggu.― “Iya, Pak. Kalau di saya, Pak, dua menit bisa, Pak. Tapi yang di lantai 3, Pak, yang di atas itu yang lama.― “Lo? Siapa yang di atas itu?― “Yang tanda tangan, Pak, Pak Kepala.―
Â
Ini ternyata yang tanda tangan malah dua minggu, coba. Tanda tangan satu detik kan rampung. Hal-hal seperti ini yang kita akan kalah dalam berkompetisi kalau tidak dihilangkan.
Â
Saya sudah minta bupati, wali kota, gubernur, semuanya harus ngikuti hal-hal seperti itu kalau kita ingin memenangkan kompetisi. Kalau tidak, kita ditinggal oleh negara lain. Pilihannya hanya itu, menang atau kita ditinggal. Kalau saya, saya ingin menang. Dan saya harapkan seluruh rakyat juga ingin negara kita menang.
Â
Kecepatan pelayanan. Kemudian apa lagi yang tidak efisien? Itu yang terus akan kita lakukan. Yang lama, yang tidak efisien, yang http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
menyebabkan kartelisasi, yang menyebabkan oligopoli, semuanya harus hilang.
Â
Kayak Petral, ini juga sama. Bapak-Ibu tahu Petral ya? Beli minyak, beli minyak, kita kan beli bisa yang G to G langsung, pemerintah ke pemerintah. Jelas lebih murah. Ini kenapa lewat orang yang ketiga, yang di tengah? Bertahun-tahun enggak bisa hilang.
Â
Saya sudah perintah ke menteri, “Bubarkan itu! Bekukan! Bubar!― Menterinya tanya saya lagi, “Pak, Bapak serius?― “Sudah diperintah, bubarkan! Bubarkan!― Menteri kerjanya masih ragu-ragu. Kalau dua kali tanya, baru. Ditegasin itu, baru.
Â
Ya bubar sekarang. Ini yang menyebabkan ketidakefisienan. Tapi banyak yang enggak senang—saya tahu—banyak sekali karena di sini bukan puluhan triliun lagi. Hem, ngerti saya.
 http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Jadi, untuk memperkuat daya saing, pemerintah melakukan perubahan-perubahan yang fundamental: pengalihan subsidi yang konsumtif kepada yang produktif.
Â
Coba, setiap tahun kita dulu kehilangan 300 triliun untuk subsidi. Yang disubsidi siapa? Yang disubsidi siapa?
Â
Saya cek di data, 82% itu yang disubsidi ternyata yang punya mobil, yang punya mobil. Bapak-Ibu, Saudara-saudara semuanya dapat subsidi, coba. Terus yang di desa, yang petani, yang nelayan, yang usaha-usaha mikro kecil-kecil dapat apa?
Â
Oleh sebab itu, perubahan itu harus dilakukan, termasuk pembubaran Petral. Politik anggaran yang sekarang ini memang kita baru konsentrasi dan fokus pada infrastruktur, pada pendidikan, dan kesehatan. Kemudian pembangunan yang tidak Java-sentris tetapi Indonesia-sentris, itu yang akan terus kita lakukan. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Â
Kemudian hilirisasi, industrialisasi, enggak bisa lagi kita kirim ke luar sekarang mentahan (raw material), enggak. Harus diolah di sini karena nilai tambah itu harus berada di Indonesia.
Â
Juga infrastruktur kita karena dua menurut saya yang sangat penting. Selain tadi masalah aturan-aturan, kecepatan, pelayanan, infrastruktur menjadi sangat penting sekali. Percuma kita melayani cepat tetapi, begitu masuk ke pelabuhan, pelabuhannya terlalu kecil, kapal besar enggak bisa masuk.
Â
Yang dibangun harus pelabuhan. Ini di Kuala Tanjung sudah mulai tahun kemarin. Makassar New Port sudah mulai tahun ini. Di Sorong akan kita mulai.
Â
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Sudah, enggak ada pilihan-pilihan. Konektivitas, hubungan antarprovinsi, antarpulau karena kita harus sadar kita mempunyai 17.000 pulau.
Â
Kemudian infrastruktur yang lain, kayak jalan tol, jangan di Jawa saja dong. Di luar Jawa juga sangat penting karena ini, sekali lagi, kecepatan mobilitas barang, mobilitas manusia.
Â
Ini di Trans-Sumatera. Ini sudah seperti gambar ini meskipun baru kecil sekali yang jadi. Tapi yang penting buat saya, dimulai. Masalah diselesaikan kalau ada, tapi dimulai dan di luar Jawa.
Â
Biasanya, kalau Presiden itu groundbreaking, sudah, iya kan? Memang seharusnya seperti itu, tapi saya enggak. Setelah groundbreaking, dua bulan kemudian saya cek lagi, tiga bulan kemudian saya cek lagi, empat bulan kemudian saya cek lagi. Saya ke Tol Trans-Sumatera ini sudah lima kali.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Â
Semua yang besar-besar pasti akan saya kontrol. Saya cek, saya kontrol, saya cek, saya cek, saya cek lagi pasti, saya pastikan. Saya ingin melakukan ini agar yang bekerja di bawah itu betul-betul, pertama semangat, yang kedua merasa bahwa dia bekerja diawasi.
Â
Kadang-kadang juga ada yang merasa-merasa, “Ini Presiden tretean tiap hari ke sini?― Biar, enggak apa-apa.
Â
Bandara kecil-kecil, yang di Rembele, di Bener Meriah, di Sorong, ini sekali lagi konektivitas. Saya ngerti.
Â
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Begitu saya cek ini Trans-Sulawesi, kereta api ini transportasi yang paling murah. Moda transportasi darat itu yang paling murah ya kereta api. Ini sudah direncanakan 30 tahun yang lalu. Tol Trans-Sumatera juga katanya sudah 35 tahun yang lalu sudah direncanakan, direncanakan. Kalau saya, enggak berpikir panjang-panjang: sudah putuskan, jalan; putuskan, jalan.
Â
Kenapa seperti itu? Infrastruktur itu semakin diundur akan semakin mahal. Saya berikan contoh MRT di Jakarta. Pembebasan lahan ada yang 100 juta, ada yang 150 juta, ada yang 200 juta per meter. Coba itu dibangun 25 tahun yang lalu. Paling hanya masih 1 juta-5 juta. Itu baru pembebasan lahan, belum harga keretanya, sudah lipat.
Â
Jalan-jalan desa juga perlu karena komoditas produk itu dimulai dari desa. Oleh sebab itu, Dana Desa tahun kemarin 21 triliun, tahun ini 47 triliun.
Â
Kenapa ini penting? Karena desa itu adalah dimulainya produk-produk itu berangkat, entah yang namanya beras, entah yang namanya palawija, entah yang namanya hortikultura. Semuanya asalnya dari situ. Kalau jalannya enggak baik, bagaimana mobil bisa datang di desa itu? Produk-produk bagaimana bisa dikirim ke kota kalau jalannya seperti yang ada di sebelah sana, menyeberang sungai dengan seperti itu? Padahal hanya delapan bulan bisa dibangun seperti yang sebelah kanan. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Â
Kita sudah bangun ini. Saya coba saja ke Menteri PU, “Dicoba saja di satu provinsi saja, yang jembatan kecil-kecil coba. Yang bergelantungan seperti itu, bangun semuanya.―
Â
Di Banten kemarin, dibangun sepuluh. Tapi setelah ini, akan lipat lebih banyak karena saya mau ngecek dulu harganya berapa.
Â
Saya itu paling cerewet hal-hal masalah harga. Cek dulu. Benar, oke jalan.
Â
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Kalau saya ke lapangan ngecek—ini masalah cek—ngecek lima kali, Pak Menteri PU pasti sepuluh kali. Iya dong. Kalau Presidennya lima kali, menterinya pasti sepuluh kali, dua kali lipat. Ini pasti. Nanti dirjennya pasti ngecek ke bawahnya 20 kali. Nanti bawahnya lagi, direktur atau kepala bagian, pasti 40 kali, pasti seperti itu. Ini manajemen kontrol ya seperti itu.
Â
Manajemen itu apa sih? Merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan, dan mengontrol, mengawasi. Hanya itu.
Â
Kemudian masuk kita tadi ke masalah pangan. Bagaimana kita bisa menanam, menanam, menanam kalau air tidak disediakan? Memang kita gila-gilaan. Saya sudah sampaikan ke menteri, “Sudah, bangun.― Setelah lihat lapangan semuanya, 49 waduk dalam lima tahun ini. Tahun kemarin, sudah 13. Tahun ini, delapan. Tahun depan lagi, tambah, tambah, tambah karena kuncinya di situ.
Â
Sekali lagi, energi dan pangan. Konsentrasi kita untuk memenangkan pertarungan global itu hanya dua itu. Orang nanti, kalau kita sudah betul-betul bangun bendungan, semuanya ada.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Â
Suatu saat—saya enggak tahu tahun berapa—orang akan bisa datang, kepala pemerintahan, kepala negara, “Pak Presiden, mohon kami bisa dikirim dari Indonesia beras sekian juta ton.― Akan bisa berbondong-bondong seperti itu karena jumlah penduduk sudah lipat dua kali. Akan ada kejadian seperti itu.
Â
Ini yang harus kita persiapkan. Mulai dari bendungan sampai irigasi kecil, itu harus diurus. Enggak tahu berapa puluh tahun irigasi kecil kita ini? Kita suruh cek kemarin, 52% rusak total, rusak berat.
Â
Dan terakhir, saya ingin mendorong UNS untuk juga konsentrasi mengembangkan riset serta hilirisasi yang kompetitif untuk menjawab keperluan-keperluan tadi, kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan kebutuhan pasar yang ada. Ini harus menyesuaikan. Perguruan tinggi mestinya menyesuaikan itu. Kalau kebutuhan pasar, kebutuhan masyarakatnya di pangan, ya mestinya heavy-nya agak ke sana. Energi, heavy-nya juga ke sana.
 http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Saya minta riset-riset yang memperkuat inovasi, yang memperkuat competitiveness, daya saing, itu terus dilakukan. Dan perguruan tinggi juga perlu mengembangkan tema-tema riset yang strategis. Tidak hanya kita riset untuk kita sendiri, tapi betul-betul tematis. Dan arahnya, goal-nya ke mana, itu harus kepentingan masyarakat, kebutuhan masyarakat, dan bisa dipakai oleh pasar, baik industri, baik manufaktur, dan juga sisi pertanian, sisi nelayan.
Â
Dan proyek-proyek nasional yang berbasis riset—saya tahu UNS juga sudah melakukan di bidang mobil listrik maupun sepeda motor listrik—saya kira harus terus dikembangkan.
Â
UNS sebagai universitas yang berkembang menuju kelas dunia harus aktif dan juga mempersiapkan diri menjadi perguruan tinggi yang mandiri, dan menjadikan UNS tidak kalah dengan universitas-universitas lain di dunia, dan nantinya menjadi kebanggan kita, menjadi kebanggaaan Indonesia. Standar-standar internasional karena sekali lagi kompetisi ini tidak hanya kota dengan kota, tidak hanya negara dengan negara, tapi univesitas di sini dengan universitas di negara yang lain, saya kira ini yang harus menjadi standar-standar kita.
Â
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Dan saya memberikan penghargaan, memberikan apresiasi kepada UNS yang telah diterima kehadirannya sebagai kampus yang peduli pada rakyat, kepada wong cilik, khususnya yang fokus pada pemberdayaan UMKM, yang saya lihat dari dulu konsistensi UNS dalam pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah yang mengakar dalam masyarakat. Dan saya kira ini bisa diangkat dalam forum-forum nasional maupun global.
Â
Dan pada saat ini, UNS juga telah memiliki pusat studi UMKM dan prodi S2, S3 mengenai pemberdayaan mayarakat, dengan bidang konsentrasi salah satunya adalah pemberdayaan UMKM. Ini memang harus fokus, harus tematis. Maka UNS juga harus hadir di ujung-ujung pelayanan pendidikan dengan tridarma perguruan tingginya, dengan mengedepankan kepentingan rakyat.
Â
Demikian yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Selamat dies natalis ke-47 dan lustrum ke-8 kepada seluruh Keluarga Besar UNS. Selamat bekerja, selamat berkarya. Terima kasih.
Â
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12
Sekretariat Negara Republik Indonesia
*****
Biro Pers, Media dan Informasi
Sekretariat Presiden
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 17 February, 2017, 19:12