KUCH-KUCH HOTA HAI DAN PENDIDIKAN PERDAMAIAN (KAJIAN CULTURAL STUDIES) (Orasi Ilmiah Disampaikan pada Inaugurasi Mahasiswa Baru Pascasarjana Unlam yang Dilaksanakan Tanggal 1 September 2012)
OLEH DR. M. RAFIEK, S. PD., M. PD. Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2012
Asalammualaikum Wr. Wb.
Yang terhormat Rektor Universitas Lambung Mangkurat Yang terhormat Pembantu Rektor I, II, III, dan IV Universitas Lambung Mangkurat Yang terhormat Direktur Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat Yang terhormat Asisten Direktur I, II, dan III Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat Yang terhormat Dekan di lingkungan Universitas Lambung Mangkurat atau yang mewakili Yang terhormat para ketua Program Studi Magister di lingkungan Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat Yang terhormat hadirin, tamu undangan, rekan sejawat, dan mahasiswa baru
Alhamdulillahirabbil alamiin Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi karena atas perkenan-Nya jualah pada hari ini, kita bersama dapat hadir di ruangan ini dalam keadaan sehat wal afiat dan tak kurang suatu apa. Shalawat dan salam mudah-mudahan senantiasa tercurah keharibaan junjungan kita nabi besar Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan kerabatnya serta pengikutnya hingga akhir zaman. Hadirin yang terhormat, Izinkan saya dalam kesempatan yang berbahagia ini untuk menyampaikan orasi ilmiah dengan judul “Kuch-Kuch Hota Hai dan Pendidikan Perdamaian”. Kuch Kuch Hota Hai (Sesuatu Terjadi) adalah film romantik India yang dirilis di India dan Inggris pada tanggal 16 Oktober 1998. KuchKuch Hota Hai ditulis dan didirektori oleh Karan Johar dan dibintangi oleh Shahrukh Khan, Kajol, Rani Mukerji, dan Salman Khan. Film ini sangat sukses di India dan di luar negeri, memenangkan penghargaan utama dalam semua kategori termasuk the Best Film award at the 44th Annual Filmfare Awards,[3] Lux Zee Cine Awards, Sansui Viewers' Choice Awards, Aashirwad Awards, Bollywood
Movie
Awards
dan
the
National
Film
Awards.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Kuch_Kuch_Hota_Hai). Kuch-Kuch Hota Hai adalah film India yang
berhasil mengangkat perfilman India menjadi dikenal oleh khalayak di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia. Kuch-Kuch Hota Hai juga berhasil mengangkat bintang film India Shah Rukh Khan dan Kajol menjadi idola baru perfilman India setelah era Amitab Bachchan dan Hema Malini. Terkait dengan pendidikan perdamaian, film ini secara umum mengandung contoh pendidikan perdamaian yang konkret dan bisa langsung dipahami oleh siapa saja yang menontonnya. Susan Fountain mengenai Pendidikan Perdamaian di UNICEF terbitan Juli 1999 mengemukakan tiga definisi yang meliputi: Pendekatan berdasar keilmuan “Pendekatan multidisipliner akademik dan moral untuk mencari solusi bagi permasalahanpermasalahan perang dan ketidakadilan dengan konsekuensi perkembangan institusi-institusi dan pergerakan-pergerakan yang akan berkontribusi untuk perdamaian yang berdasar atas keadilan dan rekonsiliasi” (COPRED, 1986) Pendekatan berdasar keterampilan dan tingkah laku “istilah global yang menerapkan usaha dan aktivitas untuk semua pendidikan yang mengambil fokus kemajuan ilmu pengetahuan perdamaian dan pembangunan perdamaian dan perkembangannya, dalam diri pembelajar, sikap-sikap toleransi dan empati dan juga dalam kerja sama, menghindari konflik, dan penyelesaian konflik agar para pembelajar akan mempunyai kapasitas dan motivasi, secara individual dan kelompok, untuk hidup damai dengan yang lain” (Cremin, 1993) Pendekatan yang menggabungkan ilmu, ketrampilan, dan tingkah laku “Suatu proses yang menyiapkan orang muda untuk memiliki tanggung jawab global; yang memungkinkan mereka untuk memahami kealamian dan implikasi-implikasi keadaan saling ketergantungan global; dan membantu mereka untuk menerima tanggung jawab untuk bekerja pada keadilan, kedamaian, dan komunitas global yang bersemangat (Reardon, 1988) Secara umum, ketika kita berbicara mengenai pendidikan perdamaian, ada tiga aspek yang menyusunnya, yaitu: 1. Materi
2. Proses 3. Hubungan Swee-Hin Toh dan Virginia Cawagas, secara sederhana, membagi enam materi dasar yang diberikan dalam pendidikan perdamaian, yaitu: - Pendidikan untuk menghapus budaya perang dan kekerasan - Pendidikan untuk menjunjung hak asasi manusia dan menjadi manusia yang bertanggung jawab - Pendidikan untuk hidup dengan adil dan penuh kasih - Pendidikan untuk membangun solidaritas lintas kultur - Pendidikan untuk memelihara lingkungan - Pendidikan untuk kedamaian pribadi Keenam materi itu diberikan dengan tujuan akhir, yaitu untuk membangun budaya perdamaian dalam masyarakat. Dalam pendidikan perdamaian, proses belajar itu adalah proses yang menyenangkan. Pembelajar belajar sesuai dengan apa yang diperlukan oleh dirinya dan diarahkan untuk membentuk pribadi yang damai. Ada empat prinsip dasar pedagogi pendidikan perdamaian yang dikembangkan oleh Swee-Hin Toh dan Virginia Cawagas, yaitu: a. Holistik atau menyeluruh b. Melalui dialog c. Mendorong pemikiran kritis d. Membentuk nilai-nilai perdamaian Di dalam hubungan ini, yang perlu diperhatikan adalah kedudukan guru dan pembelajar adalah sama dan setara. Keduanya berfungsi sebagai sumber ilmu dan keterampilan, tetapi keduanya juga berfungsi sebagai pembelajar. Guru lebih berfungsi sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran ini.
Di mata Mr Tan Sri Lee Kim Yew, Ketua Cheng Ho “Multi Culture Education Trust” mengatakan seluruh bangsa di dunia dihadapkan pada kondisi yang hampir sama, yaitu kekerasan dalam berbagai tingkatan mulai dari keluarga, teroris, dan kekerasan dari alam. “Dunia dalam kondisi sakit. Jika manusia sakit, maka sudah ada dokter yang siap menyembuhkan. Tetapi apabila dunia sakit akibat kekerasan, maka satu-satunya obat yang tepat adalah pendidikan, yaitu pendidikan perdamaian,” katanya. (Antara, 1/7) Upaya menumbuhkan nilai-nilai perdamaian harus dimulai dari keluarga. Ini yang digalakan Mari Alkatiri, tokoh perdamaian Timor Leste, Ia menegaskan perlunya nilai-nilai perdamaian ditumbuhkan mulai dari lingkungan keluarga. Berdasarkan pendapat Mari Alkatiri tersebut, kiranya film Kuch-Kuch Hota Hai mampu dijadikan tontonan sebagai contoh dalam penumbuhan nilai-nilai perdamaian dalam lingkungan keluarga. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengembangkan konsep One Humanity, One Destiny, One Responsibility sebagai filosofi dasar pendidikan perdamaian. “Untuk menyukseskan program pendidikan damai, UNESCO mengajukan sepuluh dasar budaya damai, sebagai berikut. (1) Terpenuhinya kebutuhan dasar, termasuk kebutuhan material, politis, sosial, hukum, dan sebagainya, (2) Pendidikan bagi perubahan untuk meningkatkan nilainilai yang menentukan tindakan manusia sehari-hari, (3) Terbebas dari mitos-mitos yang menyebabkan manusia menghindari tanggung-jawab, (4) Demilitarisasi pertahanan: konflik tidak harus diselesaikan dengan kekuatan militer. (5) Demistifikasi atas ancaman, (6) Feminisasi budaya: ditandai otoritas sosial yang didominasi pria, (7) Ketidakpatuhan sebagai kebijakan: kesadaran kritis untuk menyelesaikan konflik, (8) Menghargai identitas kultural, menghilangkan kebijakan imperialisme dan kolonialisme, dan menghindari kecenderungan memaksakan terbentuknya sebuah budaya semesta, (9) Mengatasi logika polarisasi blok, menerima dunia yang
plural,
dan
membangun
toleransi,
dan
(10)
Memberdayakan
yang
kecil
(http://www.um.ac.id/news/2008/12/92/). Samsu Rizal, Peneliti Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, memaparkan situasi pendidikan perdamaian di Indonesia baik dalam bentuk pengajaran formal, pelatihan, dan program yang dilakukan berbagai lembaga dan organisasi
masyarakat. "Pendidikan perdamaian itu meliputi program resolusi konflik, pencegahan kekerasan, pendidikan perdamaian dan pembangunan, pendidikan nirkekerasan, pendidikan perdamaian mendunia atau global, dan pendidikan perdamaian inovatif berbasis sekolah (http://www.csrc.or.id/berita/index.php?detail=072303021159).
Menurut
Kawuryan,
pendidikan perdamaian didasarkan pada filosofi untuk mengajar tanpa kekerasan, penuh cinta, mengembangkan perasaan belas kasih, kepercayaan, kejujuran, keadilan, kerjasama dan penghormatan kepada seluruh umat manusia dan semua kehidupan di bumi ini. Pendidikan perdamaian adalah pendidikan budaya, pengembangan karakter, dan metanoia diri pribadi dan masyarakat sehingga nilai-nilai seperti integrasi, tenggang rasa, saling menghargai, menghormati dan melihat konflik sebagai yang positif dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=18099). Limas
Sutanto
(http://www.unisosdem.org/kliping_detail.php?aid=3805&coid=1&caid=52)
menyatakan bahwa pendekatan immediate-intuitive menekankan proses eksperiensial (pengalaman nyata, hal-hal yang sungguh teralami), yang benar-benar menumbuhkembangkan kepekaan dan kesadaran atas perilaku pribadi lewat komunikasi verbal dan nonverbal serta penyampaian umpan balik yang relevan dan kontekstual. Pendekatan immediate-intuitive menggarisbawahi pengalaman riil pribadi dalam pembelajaran. Di Indonesia, penelitian terhadap film Kuch-Kuch Hota Hai memang pernah dilakukan oleh Saptyasari dan Moerdijati (2007) dengan judul Nilai-Nilai Budaya dalam Komunikasi antarpersona di Film Drama. Dalam penelitian mereka tersebut hanya mengkaji budaya dan komunikasi antarpersona dalam film Kuch-Kuch Hota Hai. Selain itu, terdapat juga penelitian Rafiek (2000) yang menyoroti Representasi Perempuan dalam Film Kuch-Kuch Hota Hai. Kedua penelitian tersebut sangat berbeda dengan penelitian yang dijadikan orasi ilmiah ini yang difokuskan pada pendidikan perdamaian yang ada dalam film Kuch-Kuch Hota Hai. Yang terpenting dari pengkajian ini adalah penggunaan pendekatan cultural studies yang sangat berbeda dengan studi film. Kalau studi film lebih memfokuskan pada pemosisian kepenontonan, analisis tekstual, makna sebagai ditentukan oleh produksi, pemirsa pasif, ketidaksadaran, dan pesimistis, maka cultural studies lebih fokus pada membaca khalayak,
metode etnografis, makna sebagai ditentukan oleh konsumsi, pemirsa aktif, kesadaran, dan optimistis (Storey, 2008: 86). Hadirin yang saya hormati, Film Kuch-Kuch Hota Hai dalam kaitannya dengan pendidikan perdamaian sangat penting dijadikan sebagai materi pembelajaran. Film tersebut dapat dijadikan materi pembelajaran sastra dalam kaitannya dengan studi-studi budaya (cultural studies). Menurut Barker (2006: 50), studi-studi budaya bekerja dengan konsepsi positif tentang budaya pop yang dinilai dan dianalisis secara kritis. Studi-studi budaya menolak pandangan elitis mengenai budaya tinggibudaya rendah atau kritik atas budaya massa. Oleh karena itu, studi budaya atas film Kuch-Kuch Hota Hai, sekalipun merupakan film India, tetaplah kita pandang sebagai film yang bagus dan berbobot. Dalam film Kuch-Kuch Hota Hai bukan saja representasi perempuan India yang dikedepankan tetapi juga pria India juga dimunculkan. Representasi perempuan India yang semula dimunculkan pada tokoh Tina yang diperankan oleh Rani Mukerjee disambung oleh Anjali yang diperankan oleh Kajol. Memang semula kajol terlihat tomboy akan tetapi seiring dengan bertambah usia dan kedewasaan, ternyata Anjali mampu menunjukkan eksistensi seorang wanita India yang tetap menjaga adat dan tradisi India. Sementara representasi pria India diwakili oleh Rahul Khanna yang diperankan oleh Shah Rukh Khan. Rahul Khanna mampu menunjukkan bahwa dia adalah seorang pria India yang tetap mencintai budaya India (Rafiek, 2010: 67-68). Hadirin yang terhormat, Di manakah letak materi pendidikan perdamaian dalam film Kuch-Kuch Hota Hai itu? Dalam film Kuch-Kuch Hota Hai, materi yang bisa dijadikan bahan ajar pendidikan perdamaian terletak pada percakapan tokoh Rahul Khanna yang hormat dan patuh pada ibunya, tokoh Rahul Khanna yang sangat mencintai istri pertamanya, tokoh Rahul Khanna yang sangat menyayangi anaknya, tokoh Rahul Khanna yang menyayangi orang-orang di sekitarnya. Dengan munculnya percakapan yang berisi dan menggambarkan rasa kasih sayang kepada orang lain akan menimbulkan kehidupan yang aman dan damai. Tokoh Rahul Khanna mampu berbicara dan
bersikap sebagai seorang anak yang bakti pada ibunya, sebagai seorang ayah yang sayang pada anaknya, dan sebagai seorang lelaki (suami) yang sayang pada istrinya. Apa yang membuat saya pribadi sampai menyempatkan diri menonton film Kuch-Kuch Hota Hai di rumah berulang kali bahkan hingga sekarang adalah karena di dalam film tersebut terdapat nilai pendidikan perdamaian seperti kasih sayang, hormat-menghormati, penuh cinta, dan sabar serta pantang menyerah. Rahul Khanna mampu membuktikan bahwa kekuatan cinta mampu meredam amarah Aman yang diperankan oleh Salman Khan. Satu yang membuat saya merasa salut dengan akting Shah Rukh Khan adalah kemampuan dia membuat haru penonton. Nilai-nilai pendidikan perdamaian terasa nyata adanya dalam film tersebut. Menonton film ini, kita akan hanyut terbawa alur cerita yang begitu menyentuh perasaan seperti bagaimana Rahul Khanna mendapatkan cinta Anjali, teman kuliahnya dulu. Di sinilah tempat tokoh Rahul Khanna membangun identitas diri yang kuat untuk tetap diingat sebagai figur idaman. Idaman sebagai tokoh yang baik, yang penyayang, yang hormat dan patuh, dan penuh cinta. Hal ini sangat sesuai dengan komentar, Giddens (dalam Barker, 2006: 171) yang menyatakan bahwa identitas diri terbangun oleh kemampuan untuk melanggengkan narasi tentang diri, sehingga membangun suatu perasaan terus-menerus tentang adanya kontinuitas biografis. Pembentukan identitas diri Rahul Khanna terbentuk dari narasi diri sepanjang cerita dalam film Kuch-Kuch Hota Hai. Hal ini senada dengan pandangan Giddens (dalam Barker, 2006: 183) yang menyatakan bahwa beragamnya narasi diri bukan semata-mata hasil dari makna bahasa yang terus berubah, melainkan juga menjadi konsekuensi bagi begitu banyaknya dan diversifikasi hubungan sosial, konteks, dan arena interaksi (kendati dibangun di dalam dan melalui diskursus). Rahul Khanna berusaha menumbuhkembangkan nilai kasih sayang dalam keluarganya terutama pada istri, ibu, dan anaknya. Penumbuhkembangkan nilai kasih sayang dalam keluarga ini akan memberikan pelajaran yang berharga kepada para penonton. Oleh karena itu, Thwaites, Davis, dan Mules (2009: 215) memberikan komentarnya bahwa komunitas penonton itu diimajinasikan memiliki nilai tertentu (kesatuan, kekuatan, tujuan, sifat moral) bukan karena kualitas esensial yang mungkin dimilikinya, tetapi karena sirkulasi nilai ini
di dalam cerita dan representasinya. Dengan demikian, dengan menonton film, penonton akan memiliki nilai tertentu itu yang pada gilirannya secara tidak langsung akan mendukung pendidikan perdamaian. Media film sangat baik digunakan untuk mengajarkan pendidikan perdamaian pada anak dan orang dewasa. Dalam film Kuch-Kuch Hota Hai ada satu ungkapan yang mendasari pentingnya perdamaian dimiliki oleh setiap orang, yaitu cinta adalah persahabatan. Cinta adalah persahabatan mempunyai makna yang sangat dalam yang menggambarkan betapa pentingnya rasa persaudaraan. Dengan tumbuhnya rasa persaudaraan, diharapkan setiap orang menyadari bahwa nilai perdamaian itu penting untuk diwujudkan. Suasana hidup damai penuh rasa kasih sayang dan kekeluargaan terbentuk dalam keluarga Rahul Khanna. Rahul Khanna pun juga berusaha menjaga hidup damai dengan tokoh-tokoh (pemeran-pemeran) di sekitarnya hingga sangat jarang terjadi konflik. Hadirin yang terhormat, Demikianlah, nilai-nilai pendidikan perdamaian dalam film Kuch-Kuch Hota Hai hendaklah dapat kita ambil manfaatnya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam keluarga, berteman, dan bermasyarakat. Nilai-nilai pendidikan perdamaian dalam film Kuch-Kuch Hota Hai hendaklah dapat memberi semangat baru guna menciptakan kehidupan yang aman, tertib, dan damai. Saya akhiri dengan ucapan Wabillahittaufiq walhidayah, wasalammualaikum Wr. Wb.
Daftar Pustaka Barker, Chris. 2006. Cultural Studies, Teori dan Praktik. Terjemahan oleh Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana. http://agama.kompasiana.com/2010/07/03/world-peace-forum-iii-wujudkan-pendidikanperdamaian/ diakses 20 Mei 2011 http://en.wikipedia.org/wiki/Kuch_Kuch_Hota_Hai diakses 9 Agustus 2012 http://namakudodie.wordpress.com/2008/01/03/apa-itu-pendidikan-perdamaian/ diakses 20 Mei 2011 http://www.csrc.or.id/berita/index.php?detail=072303021159 diakses 20 Mei 2011 http://www.um.ac.id/news/2008/12/92/ diakses 20 Mei 2011 http://www.unisosdem.org/kliping_detail.php?aid=3805&coid=1&caid=52 diakses 20 Mei 2011 http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=18099 diakses 20 Mei 2011 Rafiek, M. 2010. Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik. Bandung: Refika Aditama. Saptyasari, Andria dan Moerdijati, Sri. 2007. Nilai-Nilai Budaya dalam Komunikasi Antarpersona di Film Drama. Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik, XX (2): 53-75. Storey, John. 2008. Pengantar Komprehensif Teori dan Metode Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Terjemahan oleh Layli Rahmawati. Yogyakarta-Bandung: Jalasutra. Thwaites, Tony, Davis, Lloyd, dan Mules, Warwick. 2009. Introducing Cultural and Media Studies, Sebuah Pendekatan Semiotik. Terjemahan oleh Saleh Rahmana. Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra.
BIOGRAFI Nama
: Dr. M. Rafiek, S. Pd., M. Pd. (34 Tahun)
Agama
: Islam
NIP
: 197808062002121002
TTL
: Sampit, 6 Agustus 1978
Golongan
: IV/a tmt 1 April 2012
Jabatan Fungsional
: Lektor Kepala (550 Ak.kum).
Keahlian
: Sastra, kekhususan Teori Sastra, Aliran Sastra, dan Cultural Studies
Istri
: Raudhatun Nisa, M. Pd.
Anak
: 1. Fatimah Az Zahra (4 Tahun) 2. Muhammad Zaini (4 Bulan)
Orang Tua
: H. Rusbandi (Alm., Ayah) Hj. Siti Aminah (Ibu)
Riwayat Pendidikan: S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP, Unlam (Lulus 2001) S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP, Unlam (Lulus 2005) S3 Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Negeri Malang (Lulus Januari 2010) Disertasi : Mitos Raja dalam Hikayat Raja Banjar (Tebal 1345 halaman) Jabatan Struktural: Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Unlam (2011-2015) Kabid Akademik Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PPs Unlam (20102014) Sekretaris Program Studi Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia Unlam kerja sama dengan UM (20122016) Kegiatan lain Ketua Penyunting Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya PSM PBSI PPs Unlam (2011-2015)
Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia Cabang Universitas Lambung Mangkurat (2012-2016)
Prestasi dan Penghargaan: Juara 1 Mahasiswa Berprestasi Utama FKIP Unlam tahun 2001 Juara 1 Dosen Berprestasi FKIP Unlam tahun 2011 Juara 1 Dosen Berprestasi Unlam tahun 2011 Penerima Insentif Buku Ajar DP2M Dikti tahun 2008 Penerima Insentif Buku Ajar DP2M Dikti tahun 2012
Pengalaman Publikasi di Berkala Ilmiah 10 Tahun Terakhir Nama (nama Penulis) M. Rafiek
Tahun Terbit
Judul Artikel
Nama Berkala
Volume dan Halaman
Status Akreditasi
Institusi
2003
Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran Metafor ISSN 14110407
Tahun VI, Nomor 2, Desember 2003 Halaman 92-101
Nasional Belum Terakreditasi
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Unlam
M. Rafiek
2004
Realitas Imajinatif Versus Realitas Objektif dalam Cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan karya Umar Kayam Eksistensi Wiramartas dalam Hikayat Banjar
Jurnal Sosial dan Pendidikan Wiramartas
Belum Terakreditasi
Jurusan IPS FKIP Unlam
M. Rafiek
2004
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan Vidya Karya ISSN 02159619
Nasional Terakreditasi
FKIP Unlam
M. Rafiek
2005
Rekonstruksi Strukturalisme Hermeneutik terhadap Novel Fofo karya Budi Darma Gangguan Berbahasa pada Masyarakat Banjar
Tahun 1, Nomor 1, November 2004 Halaman 1-10 Tahun XXII, Nomor 3, Oktober 2004, Halaman 225233
FKIP Unlam
2006
Tahun XXIII, Nomor 3, Oktober 2005, Halaman 267274 Nomor 67 Tahun XXIV Volume April
Nasional Terakreditasi
M. Rafiek
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan Vidya Karya ISSN 02159619 Kalimantan Scientiae, Majalah Ilmiah Universitas
Nasional Belum Terakreditasi
Lemlit Unlam
Poligami dalam Hikayat Banjar
M. Rafiek
2006
M. Rafiek
2006
M. Rafiek
2007
M. Rafiek
2007
M. Rafiek
2007
Claude LeviStrauss di Tengah-Tengah Para Tokoh Mitologis Banjar, Lambu Mangkurat, Putri Junjung Buih, dan Raden Putra (Pangeran Suryanata) yang Takkan Pernah Terlupakan Versus Wiramartas yang Terlupakan (Sebuah Kajian Strukturalisme Hermeneutik atas Naskah Hikayat Banjar, Suatu Historiografi Etnik) Pembacaan Levi-Strauss atas Resep Masakan Padang Terapi Wicara pada Anak Autis dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Madihin Banjar: Suatu Tinjauan Etimologi dan Struktur Pementasannya di Kalimantan Selatan Pemertahanan Bahasa: Studi Kasus Bahasa
Lambung Mangkurat Sosial dan Humaniora ISSN 0216-2601 Jurnal Pendidikan dan Humaniora ISSN 1412-5706
2006 Halaman 58-67
Volume 5, Nomor 2, Oktober 2006, Halaman 263279
Nasional Belum Terakreditasi
FKIP Universitas Pattimura Ambon
Ansos, Jurnal Analisis Sosial ISSN 1693-3184
Volume 4, Nomor 2, Tahun 2006 Halaman 3953 Volume 6, Nomor 1, April 2007 Halaman 347-368
Nasional Belum Terakreditasi
Forum Ilmu Sosial Universitas Pattimura Ambon FKIP Universitas Pattimura Ambon
Ansos, Jurnal Analisis Sosial ISSN 1693-3184
Volume 5, Nomor 1, Tahun 2007 Halaman 6980
Nasional Belum Terakreditasi
Forum Ilmu Sosial Universitas Pattimura Ambon
Jurnal Tahuri ISSN 1693-7481
Volume 4, Nomor 2, Agustus 2007
Nasional Belum Terakreditasi
Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Jurnal Pendidikan dan Humaniora ISSN 1412-5706
Nasional Belum Terakreditasi
Banjar di Kalimantan Tengah M. Rafiek
2007
M. Rafiek
2011
M. Rafiek
Halaman 93107
Teori Tindakan Komunikatif Jurgen Habermas dalam Analisis Wacana Interaksi Kelas Hikayat Raja Banjar: Kajian Jenis, Makna, dan Fungsi Mitos Raja
Jurnal Pendidikan dan Humaniora ISSN 1412-5706
Volume 6, Nomor 2, Oktober 2007 Halaman 450465
Nasional Belum Terakreditasi
Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya, ISSN 2089-0117
Jilid 1 Nomor 1 Halaman 327
Nasional Belum Terakreditasi
2011
Mitos Dampuawang di Nusantara: Kajian Sastra dan Sejarah
Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya, ISSN 2089-0117
Jilid 1 Nomor 2 Halaman 7986
Nasional Belum Terakreditasi
M. Rafiek
2011
Borneo Research Journal ISSN 19855443
Volume 5 December 2011 Halaman 187-200
Internasional
M. Rafiek
2012
Kapal dan Perahu dalam Hikayat Raja Banjar: Kajian Semantik (Ships and Boats in The Story of King Banjar: Semantic Studies) Hikayat Raja Banjar, Tutur Candi, dan Pararaton: Suatu Perbandingan
Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya, ISSN 2089-0117
Jilid 2 Nomor 1 Halaman 517
Nasional Belum Terakreditasi
M. Rafiek
2012
Kearifan Lokal dalam Hikayat Raja Banjar
International Journal of the Malay World and Civilization, ISSN Cetak 0127-2721 dan ISSN Elektronik 2231-9530
Jilid/Volume 30 No. 1 Halaman 67104
Internasional Bereputasi SJI=Singapore Journal Index, SASI=Southeast Asia Serial Index (Excerpta
Seni, FKIP Universitas Pattimura Ambon FKIP Universitas Pattimura Ambon
Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PPs Unlam Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PPs Unlam Universitas Malaya
Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PPs Unlam Institut Alam dan Tamadun Melayu, Universitas Kebangsaan Malaysia
M. Rafiek
2012
M. Rafiek
2012
Pantun Madihin: Kajian Ciri, Struktur Pementasan, Kreativiti Pemadihinan, Pembangunan dan Pembinaannya di Kalimantan Selatan (Madihin Poem: Study of Characteristic, Performance Structure, Creativity Players, Design and Development in South Kalimantan) Bahasa Perumpamaan dalam Hikayat Raja Banjar
Jurnal Pendidikan Bahasa Melayu Universitas Kebangsaan Malaysia (Malay Language Education JournalMyLEJ, ISSN 21804842
Volume 2 Bilangan 2 Halaman 106117
Jurnal Bahasa dan Sastra, ISSN 20890117
Jilid 2 Nomor 2 Halaman
IndonesicaLeiden), MyAis=Malaysian Abstracting and Indexing System, MO=Melayu Online, SM=Siri Malaysia Internasional
Nasional Belum Terakreditasi
Fakulti Pendidikan Universitas Kebangsaan Malaysia
Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PPs Unlam
Pengalaman Penerbitan Buku 10 Tahun Terakhir Nama M. Rafiek
M. Rafiek
Judul Buku Sosiologi Bahasa, Pengantar Dasar Sosiolinguistik Sosiolinguistik:
Tahun 2007
Penerbit LKiS Yogyakarta
ISBN 979-17094-3-2
2009
Universitas Negeri
979-495-660-0
M. Rafiek
M. Rafiek
M. Rafiek
M. Rafiek M. Rafiek M. Rafiek
M. Rafiek
M. Rafiek
M. Rafiek M. Rafiek
Kajian Multidisipliner Psikolinguistik: Kajian Bahasa Anak dan Gangguan Berbahasa Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik Dasar-Dasar Sosiolinguistik Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Transformasi Kisah Nabi dan Rasul dalam Hikayat Raja Banjar dan Kota Waringin Ipit: Kisah Hilangnya Gagap Anak Banjar, Indonesia (Kajian Jenis, Pola, Faktor Penyebab, dan Strategi Menghilangkan Gagap pada Anak Usia Sekolah Dasar) Menyelami Rahasia Kata-Kata, Kajian dan Apresiasi Puisi Indonesia Pengkajian Sastra: Kajian Praktis Hikayat Raja Banjar, Tutur Candi, dan Hikayat Hang Tuah: Suatu Perbandingan
Malang Press 2010
Universitas Negeri Malang Press
979-495-913-8
2010
Universitas Negeri Malang Press
979-495-914-6
2010
Refika Aditama Bandung
978-602-8650-120
2010
Pustaka Prisma Yogyakarta Pustaka Prisma Yogyakarta Aswaja Pressindo Yogyakarta
979-17082-9-0
2012
Aswaja Pressindo Yogyakarta
979-26-8546-4
2012
Pustaka Pelajar Yogyakarta
2013
Refika Aditama Bandung Aswaja Pressindo Yogyakarta
2011 2011
2013
979-17085-3-3 979-26-8575-8