Kronologi Peristiwa Penembakan Masyarakat Kampung Pakkawa Di Lokasi Perkebunan Tebu PTPN XIV
Jumat, 10 Oktober 2008 Pukul 09.00 Wita - Beberapa warga masyarakat Kampung Pakkawa Kelurahan Parang Luara melihat 2 mobil truck Brimob berada di Blok-S lokasi perkebunan PTPN XIV, yang dimana ditempat itu pula beberapa ekor sapi masyarakat Pakkawa lagi mencari makan. - Kemudian sekitar 20-an warga 6 pria (diantaranya Dg.Genda, Dg.Tojeng, Dg.Tika) dan belasan wanita datang mendekat dan melihat beberapa personil Anggota Brimob lagi menghalau sapi-sapi warga untuk keluar dari areal perkebunan. - Warga lantas mempertanyakan kepada anggota Brimob kenapa sapi-sapi mereka dihalau keluar dari tempat mereka mencari makan, dengan menjelaskan alasan bahwa lokasi dimana sapi-sapi mereka berada sekarang, itu merupkan lahan milik masyarakat Kampung Pakkawa yang telah habis masa kontraknya oleh PTPN XIV, dan sekarang telah diambil alih kembali oleh warga masayarakat Pakkawa. Sesuai dengan kontrak yang pernah disepakati. Jadi menurut masyarakat mereka berhak untuk menggembalakan ternaknya dilokasi tersebut. Pukul 09.15 Wita - Personil Brimob yang pada saat itu berada dilokasi tersebut dan berdialog dengan warga dapat menerima dengan baik apa yang dipertanyakan dan yang dijelaskan oleh masyarakat. Tetapi pada saat warga masih berdialog dengan personil Brimob, tiba-tiba muncul satu turck personil anggota Brimob lainnya yang kemudian turun dan bergabung dengan personil yang terlebih dahulu datang. - Anggota Brimob yang terakhir datang inilah yang kemudian memerintahkan warga untuk membubarkan diri dan pulang sambil mendorong-dorong warga dengan senjata yang mereka bawa dan disertai kata-kata/ungkapan yang melecehkan (tailaso, telang/alat kelamin perempuan, gerombolan/pemberontak), kemudian juga ada seorang Brimob yang melepaskan senjatanya dan mengajak warga masyarakat untuk berduel/berkelahi. karena di dorong-dorong dan beberapa warga dipepet dan dipiting pada leher, dan karena juga tidak mau bersitegang dan melihat gelagat yang tidak baik, maka masyarakat berinisiatif mundur dan berbalik untuk pulang. Pukul 09.25 Wita - Pada saat warga berbalik untuk pulang tiba-tiba terdengar suara rentetan senjata yang diarahkan ke bawah tepat dibelakang warga. Karena terkejut mendengar bunyi suara senjata, sebagian warga spontan berhamburan menyelamatkan diri ke berbagai arah sedangkan sebagian lainnya tetap berjalan menuju kearah perkampungan, tetapi rentetan suara senjata justeru tidak berhenti, tetapi terus terdengar mengiringi langkah kaki warga yang lari maupun yang berjalan dan terus berlanjut sampai 10 menit kemudian. - Disaat warga berlari menuju perkampungan, Dg Tojeng merasakan sesuatu benda menabrak tangannya hingga tangannya terhempas kedepan dan terasa nyeri, demikian pula dengan dua orang perempuan (Dg Bunga & Ria) merasakan ada yang menabrak kaki dan bahunya tapi mereka mereka semua tidak sempat terjatuh. Nanti setelah tiba diperkampungan warga baru menyadari bahwa ada seseorang yang terluka cukup parah dan mengeluarkan banyak darah, yaitu Abidin Dg Tika. Lalu warga berinisiatif untuk segera membawanya ke Pustu (Puskesmas Pembantu). Korban lainnya yang mengalami luka dan berdarah adalah Dg Tojeng, tapi pendarahannya tidak berlangsung lama karena
diobati dengan cara pengobatan tradisionil, dua korban lainnya yaitu perempuan mengalami memar satunya dibagian kaki dan yang satunya lagi dibagian bahu. (Data Korban Terlampir) Info lainnya : - Pada saat korban Abidin Dg Tika dibawa ke Rumah Sakit, salah seorang anggota keluarga (Satuha Dg Jarre) yang mengantar korban ditangkap oleh aparat polisi tetapi kemudian dilepaskan kembali pada sore hari itu juga. Satuha Dg Jarre inilah yang kemudian dikabarkan hilang oleh warga Pakkawa. - Pada hari Selasa 7 Oktober 2008, dua orang warga yang berdomisili di sekitar lokasi yang disengketakan yaitu Dg Luru (warga Bonto Ba’do) dan Dg Tayang (warga Pangkaje’ne) berangkat ke Polres untuk mengurus peristiwa tabrakan yang dialami oleh keluarganya, tetapi kemudian di kantor polisi keduanya lantas ditahan oleh pihak kepolisian dengan sangkaan telah melakukan provokasi kepada warga masyarakat yang kemudian menyebabkan warga melakukan pembakaran di lokasi perkebunan PTPN XIV. Sampai saat ini keberadaan Dg Luru dan Dg Tayang tidak diketahui, Karena ketika keluarga dari kedua orang yang ditahan tersebut datang ke kantor polisi menanyakan dimana kedua orang tersebut ditahan, pihak polisi memberikan jawaban yang tidak jelas dengan menunjukkan lokasi tempat penahanan yang tidak diketahui oleh warga. Sumber : Walhi Sulsel
Profil Kasus Sengketa Lahan KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PTPN XIV Konflik tanah antara masyarakat dengan perusahaan kembali terjadi, kali ini antara masyarakat di sembilan desa di kec. Polombangkeng selatan dengan PTPN XIV. Konflik ini bermula ketika masyarakat mengetahui masa kontrak lahan mereka dengan pihak PTPN XIV sudah berakhir sejak tiga tahun yang lalu. Sehingga masyarakat mulai melarang para pekerja tebu untuk melakukan aktifitas. Sejarah pengambilalihan lahan masyarakat oleh PTPN XIV terjadi pada tahun 1983 – 1984, ketika PT. Perkebunan Nusantara XIV (PTPN XIV) mendapatkan izin HGU untuk penanaman tebu di Kab. Takalar. Pihak PTPN IV melakukan perjanjian kontrak lahan masyarakat dengan masa kontrak 25 tahun, lahan masyarakat dihargai oleh pihak PTPN XIV sebanyak Rp. 50.000/ha. Proses pembayaran juga disertai dengan intimidasi dari aparat waktu itu baik dari pemerintah desa maupun dari tentara sehingga mau tida mau lahan mereka harus diserahkan. Karena lahan masyarakat sudah tidak ada sehingga masyarakat banyak yang merantau ke Kalimantan, Malaysia, Mamuju, Makassar dan Kabupaten lain di sulaesi selatan. Tahapan konflik di lahan tebu Takalar: No
Tgl
1
Masyarakat
PTPN XIV
Tuntutan masyarakat: Lahan yang dikuasai oleh PTPN segera dikembalikan karena masa kontrak sudah leawat tiga tahun.
Abd Kadir Sibali (Administratur) Tidak mengenal istilah kontrak karena tidak ada istilah kontrak, hanya menggunakan sistim Hak Guna Usaha (HGU) sampai 2025. luas lahan yang diduduki masyarakat 1050 ha dari 6.500 ha luas keseluruhan
Aparat
Pemerintah
2
17 – 09 – 2008
Memburu karyawan dan melempari mobil
Karyawan yang melakukan pemupukan dan mobil yang mengangkut pupuk
Polres Takalar dan Brimob POLDA
Pihak DPRD mendesak Pemkab atasi kasus PTPN XIV
2
4 – 10 2008
Pembakaran dan pembabatan
1,5 ha Lahan tebu terbakar
100 personel dari polres Takalar dan Brimiob POLDA
Surat edaran Bupati Takalar No. 500/4001/Ekonomi / 2008 pada tanggal 29 september 2008 tentang pemberian HGU kepada pabrik gula selama 25 tahun ke depan, dengan ancaman ke masyarakat yang melepas ternak ke lahan kebun akan ditindak tegas.
3
6 – 10 2008
Pembakaran lahan tebun kembali dilakukan oleh masyarakat tapi dalam skala kecil
4
7 – 10 – 2008
5
8 – 10 2008
Sekitar 500 warga melempari pekerja dan mobil traktor perusahaan, kemudian melanjutkan aksi demo di kantor DPRD Takalar
6
10 – 10 - 2008
Awalnya ke empat warga menghalau sapinya yang masuk ke lahan PTPN XIV namun dipergoki oleh aparat yang mengira sapi warga dilepas di lahan tebu yang akhirnya aparat menembak ke Empat warga masing-
Blok D petak 30, sejak konflik pertama sudah ada sekitar 1.600 ha dengan kerugian Rp. 20 miliar.
Aparat memburu pelaku pembakaran bermodal hasil foto-foto dari pihak pabrik.
Ir. Amrullah (direktur Produksi PTPN XIV) mengatakan telah melibatkan masyarakat dan tiap tahun mengeluarkan anggaran Rp. 80 M untuk biaya operasional, kerugian sudah 27 Miliar.
Wakil Gubernur Agus Arifin Nu’mang turun lapangan dan ketemu pemkab Takalar. Wakil gubernur mendukung apa yang telah dilakukan pemkab takalar dan aparat. Sementara Bupati Takalar Ibrahim Rewa sudah menyerah menghadapi konflik tersebut karena sudah menempuh berbagai cara tetapi tidak berhasil. 200 aparat dari direktorat pengendali massa (dalmas), brimob dan polres takalar, yang dilengkapi denga water cannon. Aparat juga sudah mengamankan 3 orang warga yaitu Luru, Esa, Tayang Subuh. Bahkan Luru dan Tayang Subuh sudah ditetapkan sebagai tersangka
Lokasi penembakan dilokasi PTPN XIV dusun Pakawa, Desa Parangluara, kec. Polongbangkeng Utara.
Pihak aparat melakukan penembakan terhadap warga
masing Dg. Bunga (41 tahun), Dg. Ria (25), Dg. Tojeng (40) dan Abidin dg Tika (37). Abidin dg tika yang kena tembakan pinggang kanan dan tembus dilarikan ke RS Bayangkara Makassar. Sedangkan yang tiga orang hanya dirawat dipuskesmas Takalar. 7
11 – 10 - 2008
Masyarakat setuju dengan tiga agenda yang ditawarkan oleh gubernur.
Sumber : AMAN Sulawesi Selatan
Pihak PTPN setuju dengan tiga agenda yang ditawarkan oleh gubernur.
Dari tinjauan Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengusulkan tiga agenda dalam penyelesaian konflik untuk tiga bulan kedepan 1. Darurat, dalam jangka dua pekan mendatang kedua bela pihak menahan diri sambil melengkapi data masing-masing. 2. Temporer, pihak PTPN lahan yang tidak mendapat klaim dari masyarakat tetap digarap sedangkan yang diklaim jangan disentuh dulu. 3. Permanen, pencari penyelesaian yang bisa menguntungkan untuk kepentingan rakyat.