Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
KRITERIA LOKASI PENYIMPANAN LESTARI LIMBAH RADIOAKTIF TANAH DALAM (DEEP GEOLOGICAL DISPOSAL) DIINDONESIA Sucipta,
Pratomo Budiman Sastrowardoyo
Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif
ABSTRAK KRITERIA LOKASI PENYIMPANAN LESTARI LlMBAH RADIOAKTIF TANAH DALAM (DEEP GEOLOGICAL DISPOSAL) DI INDONESIA. Tujuan penyimpanan lestari iimbah radioaktif aktivitas tinggi adalah untuk mengisolasi limbah sehingga tidak ada akibat paparan radiasi terhadap manusia dan lingkungan. Tingkat pergisolasian yang diperlukan dapat diperoleh dengan mengimp.lementasikan berbagai metoce penyimpanan, di antaranya dengan model penyimpanan tanah dalam (deep geological disposal = DGD). Pengalaman dari performance assessment telah menunjukkan bahwa isolasi limbah yang efektif dan aman tergantung pad a unjuk kerja sistem disposal secara keseluruhan, yang terdiri dari tiga komponen barrier, yaitu tapak (Iokasi), fasilitas disposal dan kemasan limbah. Pemilihan lokasi DGD merupakan suatu tahapan penting dalam sistem pengembangan penyimpanan limbah yang akan memberikan kesesuaian terbaik terhadap kebutuhan akibat akumulasi limbah dari program nuklir nasional, dan secara simultan dapat memuaskan semua persyaratan aspek keselamatan, teknologi danlingkungan yang telah ditentukan dalam berbagai arahan/petunjuk internasional. Dalam rangka memenuhi persyaratan tersebut maka untuk pemilihan lokasi penyimpanan limbah tanah dalam (DGD) diperlukan kriteria sebagai pedoman dalam evaluasi lokasi. Oleh karena itu perlu dirumuskan kriteria lokasi dengan mempertimbangkan berbagai arahan/petunjuk dari lingkup internasional, serta mengacu pada pengalaman-pengalaman negara-negara maju di bidang DGD. Secara umum kriteria tersebut dapat dikelompokkan menjadi lima aspek, yaitu : 1) geometri; 2) stabilitas jangka panjang; 3) hidrologi; 4) geokimia; dan 5) geo-ekonomi.
ABSTRACT CRITERIA OF LOCA TION FOR DEEP GEOLOGICAL RADIOACTIVE WASTE DISPOSAL IN INDONESIA. The objective of high level waste (HLW) disposal is to isolate the irvaste so that there is no radiation effect to human and environment. The level of isolation needed can be obtained by implementing the various methods of disposal, one of which being a deep geological disposal (DGD). The experiences from performance assessment have shown that the effectiveness and safety of waste isolation are dependent on the performance of whole disposal system which consists of three barriesr, i.e. site (location), disposal facility and waste package. Site selection of DGD is an important step in the development system of waste disposal which will give the best suitability to cover the demand effected by accumulation of waste from national nuclear programs. Besides, simultaneously, its can fulfil all requirements in safety, technology and environment aspects determined by ir;ternational guidance. To fulfil the requirements, it needs some criteria as a guidance in site evaluation. So that, it is important to formulate the criteria of location refers to which considers various guidances from international level, and the experiences of advanced countries in DGD field. Generally, the criteria of location can be grouped in five aspects, i.e. 1) geometry; 2) longterm stability; 3) hydrology; 4) geochemistry; and 5) geo-economic.
PENDAHULUAN Pemerintah Republik Indonesia kembali mencanangkan tekadnya untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PL TN) yang akan dimulai pada tahun 2010. Kebijaksanaan yang sejalan dengan tekad pemerintah tersebut
Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
juga telah diambil oleh Badan Tenaga r-Juklir Nasional (BAT AN) dengan mencanangkan Landmark BATAN yang berkaitan dengan PL TN terseblit, yaitu : 1) Masuknya opsi nuklir dalam perencanaan sis~em energi nasional jangka panjar.g (2004); 2) Reaktor daya nuklir ;Jertama dioperasikan di Indonesia (sistem jaringan Jawa-Bali, 2016). Sehubungan dengan kedua program tersebut maka BAT AN menugaskan Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif (P2PLR) dalam penyediaan fasilitas nasional pelayanan pengelolaan limbah radioaktif PLTN. Hal tersebut karena secara yuridis formal seperti disebutkan dalam Uri.iang-Undang No.1 0 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran dan Peraturan Pemerintah RI No. 27 tahun 2002, bahwa BATAN berperan sebagai badan pelaksana ~ang bertanggungjawab dalam pengelolaan limbah radioaktif di Indonesia[1.
J.
.Strategi daur bahan bakar nuklir yang akan dipilih oleh Indonesia adalah daur terbuka, sehingga perlu dipersiapkan sistem renyimpanan limbah aktivitas tinggi yang berupa bahan bakar bekas dari PLTN[3 .Sistem penyimpanan lestari limbah aktivitas tinggi yang akan dipilih adalah deep geological disposal (DGD). Juga perlu diingat bahwa ada satu masalah yang sangat penting yang berkaitan dengan penerimaan masyarakat atas pengembangan industrj nuklir Indonesia dalam hubungannya dengan pengelolaan limbah radioaktif adalah pertanyaan "akan dikemanakan limbah radioaktif yang ditimbulkan PL TN kelak?". Dengan kata lain di mana tempat penyimpanan lestari limbah radioaktif tersebut dilaksanakan kalau PLTN akan dibangun di Indonesia. Meski sebenarnya penyimpanan lestari ini baru dilaksanakan setelah 50 -70 tahun sejak PL TN beroperasi, namun jawaban atas pertanyaan ini perlu disiapkan dengan cermat untuk mE:rlguatkan penerimaan masyarakat terhadap pembangunan PLTN. Oengan demikian studi tentang kriteria lokasi penyimpanan lestari limbah radioaktif aktivitas tinggi perlu dilakukan sebagai dasnr pemilihan lokasi/tapak OGO untuk mendukung landmark BAT AN tersebut. Tujuan penyimpanan lestari limbah radioaktif ialah untuk mengisoJasi limbah sehingga tidak ada akibat paparan radiasi terhadap manusia dan lingkungan. Tingkat pengisoJasian yang diperlukan dapat diperoleh dengan mengimplementasikan berbagai metode penyimpanan, di antaranya dengan model deep geological disposal (OGO) sebagai pjlihan yang umum dan digunakan di beberapa negara. Oi dalam DGO, fasilitas penyimpanan diletakkan beberapa ratus meter hingga seribu meter di bawah permukaan tanah. Fasilitas-fasilitas tersebut dikhususkan untuk limbah aktivitas tinggi dan mengandung radionuklida berumur panjang. Deep geological disposal baru merupakan konsep, belum ada negara yang melakukan konstruksi dan operasi. Pengalaman dalam performance assessment telah menunjukkan bahwa isolasi limbah yan.Q efektif dan aman tergantung pada unjuk kerja sistem disposal secara keseiuruhan, yaitu terdiri dari 3 (tiga) komponen penghalang (barrier) : tapak, fasilitas disposal dan kemasan limbah.
63
Hasi! Penelifian P2PLR Tahun 2002
METODOLOGI Penentuan kriteria lokasi penyimpanan limbah tanah dalam dilakukan dengan metode deskriptif melalui survey I:teratur atau kajian pustaka. Kriteria lokasi yang diperoleh dari berbagai rustaka disajikan secara deskriptif dal) tabulasi. Selanjutnya dilakukan studi komparasi dan evaluasi untuk menentukan kriteria atau kombinasi kriteria yang sistematis, lengkap, tepat dan dapat diaplikasikan di Indonesia. Banyak kriteria lokasi yang telah dikembangkan oleh berbagai negara yang telah melakukan pemilihan tapak, yaitu Amerika Serikat, Belgia, Ceko, Finlandia, Inggris, Jepan~, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Siowakia, Spanyol, Swedia dan Switzerland 4]. Pad a tulisan ini diuraikan beberapa kriteria yang bervariasi menurut sistematika, substansi dan tingkat kerincian dari berbagai badan/i~stitusi/negara, yaitu 1) Panel on Geological Site Ci iteria; 2) IAEA; 3) Roxburgh; 4) Kovacikova, dkk.; dan 5) Peraturan Pemerintah RI n6mor 27 tahun2002. Sistematika dan substansi kriteria yang ditinjau meliputi kriteria geometri, kriteria stabilitas jangka panjang, kriteria hidrologi, kriteria geokimia dan kriteria geo-ekonomi. Kriteria lokasi yang dikembangkan menyangkut kriteria untuk prosedur pemilihan tapak dalam tahap pengembangan konsep dan perencanaan, survey daerah, karakterisasi dan konfirmasi tapak.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria lokasi menurut Panel on Geological Site Criteria, Committee on Radioactive Waste Management, Commission on Natural Resources, National Research Council USA (1978)[5] :
1 Kriteria geometri dan dimensi Repositori ditempatkan c~kup dalam untuk memisahkannya dari prosesproses permukaan. Ukuran dan bentuk tubuh batuan tempat repositori harus cukup memadai untuk bangunan repositori dan buffer-zone di sekitarnya. Informasi tentang geometri, fisika, kimia dan mineralogi dari batuan pengungkung harus diketahui untuk pengembangan tapaknya. 2
Kriteria stabilitas jangka panjang Repositori ditempatkan pad a suatu blok geologi yang stabil dan tidak dekat dengan batas tek'ionik. Daerah dengan patahan aktif harus dihindari. Dae:-ah dengan gradien geotermal tinggi yang tidak normal atau dengan aktivitas volkanisme regen harus dihindari. Sifat mekanik dan geofisik dari batuan pengungkung harus memadai untuk menjamin stabillitas j-efJositori selama operasi. Material penutup dan penyekat dari tiap-tiap segmen dari lubang harus segera diberikan setelah limbah ditempatkan. Untuk menyederhanakan desain dan operasi serta untuk mengurangi variabel sistem secara total, maka elemen bakar ~{ang tidak dipotong-potong dan tidak diproses ulang seyogyanya tidak ditempatkan pad a penyimpanan yang dapat dipungut kembali dalam repositori geologi yang dirancang untuk penyimpanan lestari limbah radioaktif. 64
3.
HasH Pene/itian P2PLR Tahun 2002
Kriteria hidrologi Analisis hidrologi dari sistem geologi yang melingkupi repositori harus menjC:J.min bahwa transport fluida tidak akan membawa material berbahaya ke blaster melebihi batas yang ditentukail. Karena susunan vertikal dari repositori bawah permukaan yang paling memungkinkan terjadinya transport radionuklida ke biosfer, maka kondi~i geologi harus diseleksi sehingga dapat ditutup dan dapat dipantau untuk menjamin keamanan sistem hidrogeologi. Sejarah kondisi hidrologi, atau catalan paleohidrologi harus cukup untuk prediksi yang baik sebagai isolasi hidrologi jangka panjang.
4
Kriteria geokimia Panas radioaktif dan r~diasi harus tidak mencapai tingkat yang tinggi sehingga menyebabkan reaksi fisik dan kimia yang membahayakan pengungkungan geologis. Interaksi' antara air, batuan dan material limbah harus dikontrol sehingga laju pelarutan limbahnya dapat diminimalkan. Repositori harus dihindarkan dari reaksi kimia dan fisika antara air (b,ila ada) dengan batuan yang dapat meningkatkan permeabilitas dan membahayakan pengungkungan geologis. Sitat geokimia dari radionuklida, batuan dan air yang ada seyogyanya mampu menahan mobilitas radionuklida dan mengurangi atau menahan migrasi ke blaster.
5
Kriteria geo-ekonomi Oaerah yang sekarang memiliki potensi sumberdaya mineral seyogyanya dihindari untuk tapak penyimpanan limbah. Oaerah yang potensial untuk tapak kegiatan yang penting perlu dihindari.
Kriteria
lokasi
menurut
IAEA (1983)[6]
1
Konfigurasi tapak (G.1) Tapak seharusnya memiliki formasi geologi yang cukup besar sehingga mencukupi sebagai ruang sistem disposal, termasuk untukzona penyangga bawah permukaan dan daerah eksklusif di permukaan bumi.
2
Geologi (G.2) Repositori harus ditempatkan dalam medium geologi dengan kondisi litologi dan kedalaman yang memadai untuk limbah dengan kategori dan kuanritas tertentu.
3
Hidrogeologi (G.3) Karakteristik hidrogeologi dari lingkungan geologi harus mampu membatasi aliran air tanah dalam sistem repositori.
4. Karakteristik migrasi radionuklida (G.4) Karakteristik fisiko-kimia dan geokimia dari lingkungan geologi harus mampu membatasi transportasi radionuklida.
65
3.
Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
5
Tektonik dan kegempaan (G.5) Repositori harus ditempatkan dalam suatu daerah dengan aktivitas tektonik dan seismik rendah, dan cukup jauh dari daerah dengan aktivitas tektonik mayor untuk menjamin integritas repositori dari ancaman bahaya tf":ktonik tersebut.
6,
Keberadaan "features" buatan manusia dan alamiah (G.6) Lokasi repositori harus memperhitungkan keberadaan "features" buatan manusia dan alamiah untuk mengetahui kemungkinan ketidakstabilan struktur. Potensi sumberdaya alam (G.7) Lokasi sumberdaya alam geologi yang bernilai ekonomi atau sumberdaya masa depan yang potensial perlu dipertimbangkan. Kebutuhan untuk repositori, pada tempat dan waktu tertentu, harus diseimbangkan dengan kebutuhan dan nilai sumberdaya alam sekarang dan yang akan datang.
8,
Pertimbangan permukaan lahan (G.8) Keberadaan lingkungan yang tak stabil secara geomorfologi, kondisi iklim ekstrim dan proses-proses lain yang berpotensi mengganggu permukaan lallan harus diperhitungkan, untuk menjamin bahwa proses-proses tersebut tidak akan mempengaruhi secara signifikan terhadap unjuk kerja repositori.
Kriteria
lokasi
menurut
ROXBURGH
(1987)[7], modifikasi
IAEA
1
Kondisi geologi daerah untuk calon lokasi repositori harus diselidiki dalam lingkup zona repositori yang luas sehingga dapat dilakukan evaluasi unjuk kerja yang efektif.
2
Paket limbah harus ditempatkan pad a kedalaman yang cukup sehingga tidak akan tersingkap oleh proses-proses alamiah (seperti erosi atau pengangkatan) pada tingkat radioaktivitas yang masih tinggi atau melampaui am bang batas yang diijinkan.Kemungkinan perubahan iklim di masa depan harus diperhitungkan. Medium geologi untuk zona penempatan limbah harus cukup tebal dan luas sehingga memenuhi sebagai zona penyangga di sekitar repositori. Hal itu akan mendukung adanya zona pemisah yang cukup dengan strata batuan di bawah dan di atas, serta terhadap zona transisi dalam arah lateral, patahan dan zona lemah lainnya.
4
Medium geologi dan sekitarnya harus dalam kondisi stabil, dan berada dalam daerah yang stabil hingga periode waktu yang telah ditentukan untuk
fungsipengungkungan.
66
harus
Hasil Penelitian P2PLR
5.
Tahun 2002
Zona ekskavasi dan lubang bar eksplorasi harus diurug dan atau ditutup rapat untuk menjam:n tidak terjadinya migrasi limbah ke biosfer sesuai batasan yang telah ditentukan.
6. Repositori ditempatkan
dalam lokasi yang di masa depan tidak menarik untuk dieksplorasi karena adanya sumberdaya alam, yang akibatnya akan mengurangi integritas pengungkungan limbah.
7 Karakteristik hidrogeologi dalam kesatuan lingkungan geologi dari repositori harus menjamin sekecil mungkin. adanya aliran air tanah melalui zona penempatan limbah.
8 Repositori bawah permukaan harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat mengantisipasi perubahan-perubahan lingkungan geologi dan bila mungkin mampu meningkatkan karakteristik hidrogeologi. 9
Bila perlu harus diperhatikan antara limbah, kemasan dan sifat korosif dari air tanah diperhatikan dalam pemilihan
adanya reaksi kimia yang tidak dikehendaki air tanah. Kemungkinan adanya peningkatan yang dapat menyebabkan radiolisis harus bahan wadah.
10. Retardasi dari migrasi radionuklida melalui interaksi dengan material alam bawah permukaan atau bahan urug harus dipertimbangkan. 11. Struktur konstruksi repositori dan perlapisan geol.ogi harus tahan terhadap efek radiasi dan panas yang ditimbulkan oleh limbah. 12. Reoositori -,
pembentukan
jalur
dirancang untuk meminimalkan kemungkinan kritis migrasi limbah karena kegagalan struktur
konstruksi.
Kriteria menurut KOVACIKOVA, A
M., dkk. ('1995)[8]
Kriteria Eksklusif :
1 Kondisi keruangan Host geological structure (HGS) harus memenuhi dimensi yang cukup untuk repositori. Volume ruang untuk zona penyangga Uarak antara repositori terhadap patahan atau zona geologi lemah lainnya) tergantung pada karakteristik HGS (kapasitas sorpsi, permeabilitas, persesaran dan lain-lain). Menurut estimasi yang didasarkan pada kerapatan penempatan limbah yang diijinkan dan sifat host geological environment (HGE), maka HGS harus memiliki luas antara 8-10 km2 dan ketebalan minimum 200 m (batuan plastis), atau 500 m (batuan padat). Kedalaman minimum repositori dalam HGE antara 300-500 m dari permukaan bumi.
67
Hasil Pene/itian P2PLR Tahun 2002
2. Kondisi hidrogeologi Arah dan kecepatan aliran air tanah dalam HGE, sifat sorpsi dari HGE bersamaan dengan dimensi dan kedalaman -HGS harus ma;npu me nahan lepasnya radionuklida ke biosfei sampai dengan 100.000 tahun. Lingkungan geologi yang sesuai untuk repositori memiliki permeabilitas dan gradien hidrolik sangat rendah. Oari berbagai penulis diperoleh harga permeabilitas antara 1x10-9 ms-1 sampai dengan 1x10-11 ms-1,
3
Kondisi tektonik HGS yang dipengaruhi aktivitas tektonik berat dan keberadaan patahan aktif dalam HGE harus dihlndarkan dalam eksplorasi tapak DGD. Pengaruh tektonik dalam HGS akan berbeda terh3dap batuan padat rigid (granit, migmatit, batugamping) dan batuan plastis (batuan garam, lempung, batulempung). Pada batuan padat rigid akan mengakibatkan retakan-retakan (fissures) ya~g merupakan jalur sirkulasi air tanah. Pada batuan plastis menyebabkan ketidak-homogenan dan ketidak-teraturan dimensi dan bentuk tubuh formasi geologi, tetapi batuan plastis mampu melakukan self-sealing terhadap adanya fissures pada kedalaman lebih dari 30 m.
4
Evolusi geomorfologi dari relief permUKaan bumi Pergerakan vertikal kerak bumi yang disertai dengan proses-proses denudasi akan mengurangi kedalaman repositori, karena lapisan penutup atas repositori akan tererosi terus-menerus. Untuk mengkaji perkembangan relief dlperlukan model geomorfologi untuk memprediksi relief masa depan sampai dengan periode umur pengungkungan limbah dalam repositori (10.000 sId 100.000 tahun).
5
Kriteria lain Daerah dengan nilai strategis untuk keamanan, ekonomi dan ekologi harus dihindarkan. Ditinjau dari segi keutuhan HGE (masa lalu, kini dan masa depan) maka keberadaan daerah bekas tambang, aktivitas penambangan yang sedang berlangsung, zona proteksi tambang masa depan dan potensi cebakan mineral yang kemungkinan bisa dieksploitasi di masa depan harus dipertimbangkan. Repositori harus ditempatkan dalam HGS yang bebas dari akuvitas survey pemboran atau aktivitas manusia di masa depan. Keberadaan air tanah dalam HGS, geotermal dan air mineral dalam HGE juga harus dihindarkan. Termasuk yang harus dihindari adalah kawasan lindung seperti taman nasional, daerah kawasan konservasi dan lain-lain.
68
Hasil Penelitian
8
P2PLR i-ahun 2002
Kriteria Pembatas
1 Kondisi hidrogeologi pada perlapisan di atas HGE Keberadaan daerah infiltrasi, transport dan akumulc3i air t2nah pada perlapisan di atas HGS merupakan faktor pembatas yang harus lebih diperhatikan pada penelitian lebih lanjut. Dalam merancang repositori akan sangat penting untuk mencegah ruang bawah tanah dari ancaman banjir akibat penetrasi air tanah melewati terowongan akses repositori.
2
Kondisi seismik Sebagian besar getaran seismik biasanya hanya berbahaya terhadap fasilitas di permukaan bumi. Bila terjadi gempa bumi dalam HGE, fasilitas akses bagian etas dan ventilasi akan terancam, demikian jUg3 peralatan di permukaan, sedangkan bagian bawah permukaan dari repositori relatif aman. Dalam kasus di mana jalur akses diterowong melalui akuifer maka akan terjadi banjir. Bahaya langsung terhadap bagian bawah permukaan dari repositori adalah kemungkinan (kecil) terjadinya pergeseran pada bidang patahan yang baru terbentuk dalam
HGS. 3,
Kondisi strukturgeologi Kondisi struktur yang kompleks mencerminkan proses tektonik yang kompleks di masa !alu, yang mengacaukan integritas batuan masif (batuan rigid) dan mengubah bentuk geometri batuan plastis. Kondisi struktur yang buruk akan melemahkan sifat geologi teknik dari HGS, yang aka!1 mempengaruhi rekayasa terowongan bawah permukaan dan fasilitas keselamatan.
4
Kondisi geologi teknik ~epositori DGD merupakan suatu fasilitas bawah permukaan yang besar pada kedalaman antara 300 hingga 1500 m, yang terbuka selanla konstruksi dan operasi. Setelah pengurugan dan penutupan repositori, maka batuan akan menanggung semua efek dan proses-proses jangka pendek dan jangka panjang karena penempatan limbah. Nilai karakteristik fisik-mekanik dari batuan harus memadai terhadap kondisi baru tersebut.
5.
Homogenitas batuan dari HGE Ditinjau dari segi keselamatan repositori diperlukan tingkat homogenitas yang tinggi dari komposisi batuan HGS, dan juga sekaligus homogenitas sifat fisik-mekaniknya. Ketidak-homogenan dari HGS menyebabkan rendahnya akurasi analisis keselamatan repositori.
69
Hasil
Penelitian
P2PLR
Tahun
2002
6. Sifat geokimia Sifat geokimia batuan memegang peranan yang penting dalam keselamatan jangka panjang repositori. Sifat sorpsi batuan, agresivitas air tanah, kelarutan tinggi dari batuan dan lain-lainnya akdn mempengaruhi seleksi lokasi yang sesuai untuk repositori. Reaksi kimia dapat menyebabkan perubahan sifat engineering bar:ier dan berpengaruh terhadap kemampuannya menghambat lepasan radionuklida. 7
Sifat panas Bahan bakar b~kas dalam penyimpanan sementara mengalami pendinginan ke tingkat suhu yang dapat diterin1;a secara t~knis (60° 140°C). Penempatan limbah akan meningk3tkan suhu alamiah di lingkungan repositori. HGS dengan suhu alamiah rend'ah akan membentuk batuan dan minaral dengan konduktivitas termal tinggi, dan merupakan hal yang menguntungkan. Ketidak-stabilan termal dari mineral dapat menyebabkan terjadinya alterasi dan perubahan sifat mekanik.
8
Cebakan mineral Keberadaan cebakan mineral pada perlapisan di atas NGS masih dapat diterima. Oari sudut pandang keselamatan repositori diperlukan ketentuan batas kedalaman dan jarak antara cebakan mineral dengan
HGS.
Kriteria menurut Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2002[3] : 1. Lokasi bebas banjir dan terhindar dari erosi; 2. Lokasi tahan terhadap gempa dan memenuhi karakteristik materi bumi dan sifat kimia air; 3. Didesain sehingga terhindar dari terjadinya kekritisan; 4. Dilengkapi dengan sistem pemantau radiasi dan radioaktivitas lingkungan; 5. Dilengkapi dengan sistem pendingin; 6. Dilengkapi dengan sistem penahan radiasi; 7. Dilengkapi dengan sistem proteksi fisik; 8. Memenuhi distribusi populasi penduduk dan tata wilayah sekitar lokasi penyimpanan. ~ Dari berbagai acuan tentang kriteria lokasi DGD yang diuraikan di atas dapat dirangkum dan dikombinasikan sehingga bisa dirumuskan kriteria lokasi yang lebih sistematis, lengkap dan memenuhi tuntutan akan kebutuhan kriteria untuk diterapkan di Indonesia. Sistematika dan substansi dari kriteria lokasi DGD perlu ditetapkan dengan urutan sebagai berikut : 1) kriteria geometri; 2) kriteria stabilitas jangka panjang; 3) kriteria hidrologi; 4) kriteria geokimia; dan 5) kriteria geo-ekonomi. Rumusan kriteria lokasi DGD hasil kajian dari berbagai acuan adalah seperti berikut :
70
Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
1 Kriteria geometri Lokasi seharusnya memiliki formasi geologi yang cukup luas dan tebal sehingga mencukupi sebagai ruang sistem disposal, zona penyangga bawah perniukaan (buffer zone) dan daerah eksklusif di permukaan bumi. Menurut estimasi yang didasarkan pada kerapatan penempatan limbah yang diijinkan dan sifat HGE, maka HGS harus memiliki luas antara 8-10 km2 dan ketebalan minimum 200 m (untuk batuan plastis) atau 500 m (untuk batuan padat keras). Kedalaman minimum repositori antara 300-500 m dari permukaan bumi.
2. Kriteria stabilitas jangka panjang Lokasi DGD harus merupakan suatu blok geologi yang stabil, tidak dekat dengan batas tektonik, aktivitas dan intensitas kegempc?!:1 rendah, bebas dari aktivitas volkanisme. Sifat mekanik dan geofisik batuan pengungkung harus memadai untuk menjamin stabilitas disposal. Loka,si repositori harus memperhitungkan keberadaan features alamiah dan buatan untuk prediksi kemungkinan ketidakstabilan struktur. Lokasi repositori harus ditempatkan pada daerah yang be bas atau kecil pengaruh proses-proses alamiah denudasi dan pengangkatan (up-lift).
3
Kriteria hidrologi Karakteristik hidrologi dari lingkungan geologi harus mampu membatasi aliran air tanah dalam sistem repositori. Arah dan kecapatan aliran air tanah dalam HE, sifat sorpsi dari HE bersamaan dengan dimensi dan kedalaman HGS harus mampu menahan lepasnya radionuklida ke biosfer sampai dengan 100.000 tahun. Lingkungan geologi harus memillki permeabilitas dan gradien hidro1ik sangat rendah (antara 1x10-9 sId 1x10-11 m/detik).
4 Kriteria geokimia Karakteristik fisiko-kimia dan geokimia dari lingkungan geologi (batuan dan air) harus rnampu menahan mobilitas dan migrasi radionuklida ke biosfer. 5
Kriteria geo-ekonomi Oaerah dengan potensi sumberdaya mineral, geotermal, air mineral dan air tanah pe:-!u dihindari. Lokasi repositori juga harus memenuhi kriteria distribusi penduduk dan tata guna lahan masa kini dan yang akan datang.
KESIMPULAN Kriteria lokasi penyimpanan lestari limbah radioaktif aktivitas tinggi telah dikembangkan oleh banyak negara maju dan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Sistematika, substansi dan tingkat kerincian kriteria dari berbagai negara dan lembaga tersebut berbeda-beda sehingga kurang sesuai kalau langsung dijadikan acuan secara nasional maupun internasional. 71
Hasil Penelitian
P2PLR Tahun 2002
Kriteria lokasi yang memenuhi syarat dari segi sistematika, substansi dan tingkat kerincian dirumuskan menjadi 5 (lima) kategori pokok yaitu kriteria geometri, kriteria stabilitas jangka panjang, kriteria hidrologi, kriteria geokimia dan kriteria geo-ekonomi. Kriteria lokasi yang dikembangkan dan dirumusk8n meliputi kriteria yang bisa diterapkan untuk prosedur pemilihan tapak, terutama untuk tahap pengembangan konsep dan perencanaan serta survey daerah, belum menjangkau untuk tujuan karakterisasi tapak dan konfirmasi tapak.
DAFT AR PUST AKA 1. Undang-undang Nomor 10 tahun 1997 tentang Ketendg~rlu;';liran 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif . 3. SOENTONO, S., GUNANDJAR dan SALIMIN, Z., National Policy and Current Status of Radioactive Waste Management in Indonesia, tidak diterbitkan. 4. IAEA, Experience in selection and characterization of sites for geological disposal of radioactive waste, IAEA-TECDOC-991, IAEA, Vienna, 1997. 5. COMMITTEE ON RADIOACTIVE WASTE MANAGEMENT, Geological Criteria for Repositories for High Level Radioactive Wastes, National Academy of Sciences, Washington D.C., 1978 6. IAEA, Criteria for Underground Disposal of Solid Radioactive Wastes, Safety Series No. 60, Recommendations, IAEA, Vienna, 1983 7. ROXBURGH, I.S., Geology of High Level Nuclear Waste Disposal: An Introduction, Chapman and Hall, London, 1987 8. KOVAC IKOVA, M., ONDRASIK, M., KOVACIK, M. and JETEL, J., Site Selection Methodology for Deep Repository of Radioactive Waste and Prospective Sites in Slovakia, Slovak Geological Magazine 3/95/ Dior.iz Stur Institute of Geology, Bratislava, Slovak Republic, 1995
72
-.k~--" --r~:~; ~ ~=~k:a =;;::~
Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
Tabel1. NO.
Rangkuman tanah dalam
kriteria lokasi (DGD)[2;4-7]
penyimpanan
lestari
limbah
radioaktif
~IA
-
-o'!!;::;=';'rr"r!f;;""""'.'"
1
~11iI
~(~). " "~.;iC;"'C'i ~(!l1, (Gw') ~~ _=;~~l..-
==~)
2
~
~
r-~ ~
~'1lL TMOM
O'JcA~.I.,.
=.,~"
12)
~'Co.
"A
...
-T~k-~):~"'
==~ ~.. '";=:);:' {~> ~'m' " ~~~
t,1
}('
~3~,~ --~l' - "'
In:=~km-~
~j
.~"~.I~;
m"~~
~~~
...A.2);
(Dr)
I ""'-""'..~--,... ~",;p(Dt), #,~.'c r1.~,~ t~!tM
m.Qh m~t Sot..
~--
~. "~... -. -""'"
~~.f~)~
')\!:I_~
=~; ~7.
,
~Jlt
c~~)
(~),R~
~~(#)'
~
'ffJ
R".~ " ~ .
f4~!
Q~""'"'I<m-M ~
Hit1~
~ ..
~it~, ~(DtI). ~
.ii~::~
~~klf"~n1;' ~rr~...
~..tI13" r~~~~~E;~~rn\! (64.), "",-',
(51 ~u-
~If\ii:$i
~.t.,.,(f$7}
-.-, ""
~"$j,, r~~*Jt~. '4' """"""'"'
",. -,...,." ~~~9ift (tit
t...,~t.~hr"~$j (*)c
~~O!i'
d~n p,pt..k.\ ~..
"-"'~' ~ ~-~
(7)
('1' 0.- ~
..~ il~):".J Tabel 2. Rumusan kriteria lokasi DGD hasil kajian dari berba~ai acuan
KR"'~R~
NO. 1--
-u
DE$:KR.:PS"KRJT:ERJA Foona*.i ~ogi
Krlt~na ge;onmtn
OOKupI~
: tobal ~t!#hingg3me:ooukVpj: d~n
'-
-~ nJang .~.. ~~ p@;nY~p ~h~rmQ~:ail) da~ ~h ek*iu. f d.i po~khh ~tm (Ju..$ 8 .,Okm: Z, .e;b~j :min, m d:~,. -" "..~, "_';;"~ t ~-~ .~ ~~,., ~.,..,.~"i""""""" ..~""'" " m,.f, ),
2.
KrltMia ~«ta$
j;.,~A"""""
_1.Aftn ,
.FiOtmMi~i
,
s:taJ:>I jauh dati t>a_tektonik:akti;.:'""""""
~ miOni.mmIitabil~.d~L until.Jkp~
.'-" "'_:
Lokasi :fePo$itoriMtUli
Qm~
ke~bBan
bOibaa"0 "..v- ttM ~ ': ~' ..~"C '-
i"~--'-'fl ' ~
.ruktur,
P~.'~.mObft~Hi.~~n!ngketnn
3.
K~~ 7;;j':::;:;~~""~C
-'-
C~a""""""CC" g~0n()m:4
---h
-""" i'\ _,..n
""""-'--
a
..,,~ -"~"t:':"""""""""'-~ci""'n
'
ff __'f
~mn
'n "". IV
QUa"
(up..J.,").. ~$
,-~"".,
.
mam~
.-
.. .'_b,
~ ~~
,
.--"-1.--", "",_i daftta. ~~ gunaIa_n mMa'"~~.~~ ~b"'o-",cJaft~ng ~
d$taftg.
73
: