KORELASI ANTARA KEBUGARAN JASMANI, INTELIGENSI, DAN MOTIVASI DENGAN PRESTASI BELAJAR Dwi Yulia Nur Mulyadi 102191026 Dibawah bimbingan: Dr. H. Cucu Hidayat, M.Pd dan H. Agus Mulyadi, M.Pd Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai korelasi antara kebugaran jasmani, intelegensi, motivasi dengan prestasi belajar mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Tahun Akademik 2013/2014. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Tahun Akademik 2013/2014 sebanyak 300 orang. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive dan proporsional sampling. Dari jumlah populasi, penulis hanya menggunakan sampel sebanyak 10% dari 300 (populasi). Jadi sampel penelitian sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan uji statistik, ternyata secara empirik (a) terdapat korelasi yang signifikan antara kebugaran jasmani dengan prestasi belajar mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Tahun Akademik 2013/2014; (b) Terdapat korelasi yang signifikan korelasi antara inteligensi dengan prestasi belajar mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Tahun Akademik 2013/2014; (c) Terdapat korelasi yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Tahun Akademik 2013/2014; (4) Terdapat korelasi yang signifikan antara kebugaran jasmani, inteligensi dan Motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Tahun Akademik 2013/2014? Key words: korelasi, kebugaran jasmani, intelegensi, motivasi, prestasi belajar
THE CORELATION BETWEEN PHYSICAL FITNESS, INTELLIGENCE AND MOTIVATION WITH THE LEARNING ACHIEVEMENT Dwi Yulia Nur Mulyadi 102191026 Guidance by: Dr. H. Cucu Hidayat, M.Pd dan H. Agus Mulyadi, M.Pd Physical Education, Health, and Recreations Department Faculty of Educational Science and Teachers Training Siliwangi University Tasikmalaya 2014 ABSTRACT The aim of this research is to get informations about the correlation between physical fitness, intelligence motivation with the learning achievement of the third grade college students physical education, health and recreation department, faculty of Educational Science and Teachers Training of Siliwangi University academic year 2013/2014 The method of this research is using descriptive method. The population of this research is 300 person of third grade college students physical education, health and recreation department, faculty of educational science and teachers’ training of siliwangi university academic year 2013/2014. By using purposive and proporsional sampling technique. The amount of population only used 10% as a sample from 300 person (as populations). So the sample of the reseach only 30 person Based on the result of data processing with statistical test, turns out empirically (a) there are corelations significant between physical fitness with the learning achievement of the third college grade students physical education, health and receation department, Faculty of Educational Science and Teachers’ Training of Siliwangi University; (b) there are corelations significant between intelligence with the learning achievement of the third college grade students physical education, health and receation department, Faculty of Educational Science and Teachers’ Training of Siliwangi University; (c) there are corelations significant between larning motivations with the learning achievement of the third college grade students physical education, health and receation department, Faculty of Educational Science and Teachers’ Training of Siliwangi University; (d) there are corelations significant between physical fitness, intelligencem and learning motivations with the learning achievement of the third college grade students physical education, health and
receation department, Faculty of Educational Science and Teachers’ Training of Siliwangi University; Key word ; correlations, physical fitness, intelligence, motivations, learning achievements
Pendahuluan Prestasi belajar merupakan gambaran kemajuan kemampuan pembelajar dalam semua ranah psikologi (kognitif, afektif, dan psikomotor) setelah mengikuti proses pembelajaran atau kegiatan belajar dalam waktu tertentu. Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal (faktor dari diri si pembelajar) dan faktor eksternal (faktor dari luar). Faktor intern adalah faktor yang berkaitan dengan fisik/fisiologis (jasmaniah)
dan jiwa/psikis (mental), sedangkan faktor ekstern
berkaitan dengan hal-hal di luar individu pembelajar. Faktor intern yang berkaitan dengan fisiologis yaitu yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindra. Faktor fisiologis terdiri atas dua bagian yaitu kesehatan badan dan pancaindra. Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain inteligensi, sikap, motivasi, dan partisipasi. Kebugaran jasmani merupakan salah satu ciri seha. Yang dimaksud sehat dalam penelitian ini adalah derajat sehat dinamis menurut ilmu faal. Orang yang sehat fisik yaitu orang yang memiliki fungsi organ tubuh normal dalam keadaan bekerja atau bergerak dan pada saat beristirahat. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) merupakan kumpulan nilai hasil belajar seorang mahasiswa dari setiap semester yang sudah ditempuh,yang kemudian diakumulasikan
sehingga menjadi gambaran kemajuan hasil belajar mahasiswa
tersebut. Oleh karena itu, IPK mahasiswa sama dengan prestasi belajar karena IPK merupakan akumulasi hasil belajar dari beberapa semester.. Inteligensi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang, sebagaimana dikemukakan oleh Saefullah (2012: 166) bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal.
Motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan tujuan menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman sebagaimana dikemukakan Iskandar (2012: 182),”Motivasi dalam diri siswa dapat dianalogikan sebagai bahan bakar yang dapat menggerakkan mesin. Motivasi yang baik dan memadai dapat mendorong siswa menjadi lebih aktif dalam belajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar di kelas”. Secara teoretis sebagaimana dikemukakan pada bagian awal, jelas bahwa kebugaran jasmani dan motivasi berpengaruh terhadap prestasi belajar. Teori tersebut memunculkan pertanyaan dalam diri penulis. Bagaimana korelasi antara kebugaran jasmani dan motivasi dengan prestasi belajar secara empirik? Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis berniat melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui secara empirik korelasi antara kebugaran jasmani, inteligensi, dan motivasi dengan prestasi belajar. Dalam penelitian ini, populasi penelitian yang penulis gunakan adalah mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Tahun Akademik 2013/2014.
KAJIAN PUSTAKA 1. Konsep Kebugaran Jasmani Menurut Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi Depdikbud (1993: 1) “Kebugaran jasmani adalah kondisi Jasmani yang bersangkut paut dengan kemampuan dan kesanggupannya berfungsi dalam pekerjaan secara optimal dan efisien, kesegaran jasmani merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia, dan kesegaran jasmani senyawa dengan hidup manusia”. Kuswardoyo (1994: 5) menjelaskan kebugaran jasmani sebagai berikut. ”Kesegaran Jasmani terbagi atas 3 aspek: 1) aspek fisik yaitu kemampuankemampuan fisik (tidak cacat, tidak berpenyakit) 2) aspek sosial yaitu hidup tidak menggan- tungkan diri dari orang lain, dan 3) aspek mental yaitu dapat memberi
sumbangan kesehatan jiwa dan dapat melaksanakan sportivitas dan kemampuan jiwa yang baik”. Menurut Lutan (2001: 24–25) “Kebugaran jasmani dibagi menjadi dua kategori: pertama kebugaran
jasmani yang berkaitan dengan kesehatan, unsur-
unsurnya meliputi kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas yang berkaitan dengan derajat kesehatan dinamis; kedua, kebugaran motorik yaitu seseorang mampu melaksanakan tugas yang memerlukan keterampilan gerak, unsur-unsurnya adalah kecepatan, koordinasi, power, agiliti dan keseimbangan”. Untuk pengukuran tingkat kebugaran jasmani dilakukan dengan cara mengukur: ambilan maksimum oksigen per menit (00.2 max) dalam laboratorium, sedangkan pengukuran dilapangan dapat dilakukan dengan menggunakan tes balke yaitu tes lari atau jalan cepat dalam waktu 15 menit, tes 2,4 km, tes 12 menit, tes 160 meter, dan tes kesegaran jasmani yang 5 intim. 2. Hakikat Kecerdasan Inteligensi Kecerdasan
merupakan kemampuan yang dimiliki manusia untuk
menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru secara cepat dan efektif. Kecerdasan inteligensi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang, sebagaimana dikemukakan oleh Saefullah (2012: 166) bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Namun demikian, Saefullah mengemukakan pula bahwa taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya factor yang menentukan keberhasilan seseorang. Ada faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. Menurut Golleman (2004: 44), “Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80 % adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain antara lain kecerdasan emosional (EQ) yaitu kemampuan memotivasi diri sendiri,
mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama. Dalam proses belajar, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. Kedua inteligensi tersebut saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar setiap pembelajar. Oleh karena itu kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional memberikan pengaruh yang cukup berarti
terhadap
keberhasilan seseorang belajar. Kecerdasan intelektual (IQ) merupakan salah satu dari ketiga jenis kecerdasan dasar yang dimiliki manusia. Danah Zohar dan Ian Marshall (dalam Agus Efendi, 2005: 82)menyebutkan ada tiga ragam kecerdasanyang dimiliki manusia,yaitu IQ (IntelligenceQuotient), EQ(Emotional Quotient), dan SQ (SocialQuotient). IQ memungkinkan manusia untuk berpikir secara rasional dan logis. EQ memungkinkan manusia untuk menggunakan perasaan yang terwujud dalam tingkah laku dan emosi. Dan SQ memungkinkan manusia untuk berpikir bahwa ada hal-halyang tidak bisa dicapai dengan logika dan perasaan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan intelektual manusia. Menurut Ngalim Purwanto (dalam DennyMahendra Kushendar, 2010:23) kecerdasan intelektual manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor pembawaan, faktor kematangan, faktor pembentukan, dan faktor minat. Berikut penjelasan mengenai ketiga faktortersebut. Pembawaan adalah sifat serta ciri yang dimiliki manusia yang dibawa manusia sejak lahir (Ngalim Purwanto dalam Denny Mahendra Kushendar, 2010: 23). Faktor pembawaan sangat identik dengan faktor biologis. Kondisi biologis seseorang dapat dibentuk semenjak masih dalam kandungan. Asupangizi yang baik melalui makanan yang dikonsumsi akan memberikan dampak positif pada perkembangan kecerdasan intelektualmanusia. Kematangan adalah proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerjaorgan-organ tubuh kearah keadaan yang makin terorganisasi dan terspesialisasi
(Endang RiniS., Panggung Sutapa, & B. Suhartini, 2007:2). Kematangan seseorang sangat Purwanto dalam
Denny Mahendra Kushendar, 2010: 23). Faktor
pembentukan erat kaitannya dengan faktor lingkungan sekitar. Lingkungan tersebut dipengaruhi oleh usia. Dengan semakin bertambahnya usia maka pengalamannya pun akan semakin banyak dan secara tidak langsung berpengaruh pada bertambahnya kecerdasan intelektual. Pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan (Ngalim mencakup lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan sekolah. Semakin positif lingkungan
dimana
seseorang berada akan sangat berpengaruh positif juga pada perkembangan pola pikir seseorang tersebut. Minat mengarahkan perilaku pada suatu tujuan dan merupakan dorongan manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar (Ngalim
Purwanto dalam Denny
Mahendra Kushendar, 2010:23). Minat merupakan aspek utama yang mendorong seseorang untuk terus maju dan berkembang. Seseorang dengan pola pikir majuakan terus belajar dan berusaha hingga yang dicita-citakan tercapai. Proses belajar tersebut yang membuat kecerdasan intelektual berkembang. 1) Penggolongan Kecerdasan Intelektual Menurut Anne Anastasia dan Susana Urbina (2007:227-228), pada (alat uji) yang digunakan untuk mengukur IQ manusia. Alat uji tersebut didasarkan pada temuan skala yang diperkenalkan oleh Stanford dan Binet. Tes ini kemu dianterkenal dengan istilah Tes IQ. Hingga saat ini Tes IQ masih sering digunakan untuk mengukur tingkat kecerdasan intelektual manusia. Beberapa jenis alat uji yang lazim digunakan dalam Tes IQ, antara lain: (a) Stanford-Binnet Intelligence Scale (Skala Kecerdasan Stanford-Binet (b) Wechsler Scales (Skala Wechsler) yang terbagi menjadi beberapa turunan alat ujis eperti:
1) WB (untuk dewasa) 2) WAIS (untuk dewasa versi lebih baru) 3) WISC (untuk anak usia sekolah) 4) WPPSI (untuk anak pra sekolah) 5) TIKI (Tes IQ Khas Indonesia). Tes IQ berisi pertanyaan-pertanyaan yang tujuannya membuat testor berpikir. Hasil dari tes ini berwujud dalam akumulasi skor yang kemudian diklasifikasikan berdasar tingkatan
kecerdasan yang sesuai. Syamsu Yusuf (2004: 114)
menggolongkan kecerdasan ke dalam sembilan kriteria seperti dalam kutipan berikut. Klasifikasi kecerdasan: 1) Nilai 140 – keatas tergolong jenius. 2) Nilai 130 – 139 tergolong sangat cerdas. 3) Nilai 120 – 129 tergolong cerdas. 4) Nilai 110 – 119 tergolong di atas normal. 5) Nilai 90 – 109 tergolong normal. 6) Nilai 80 – 89 tergolong dibawah normal. 7) Nilai 70 – 79 tergolong bodoh. 8) Nilai 50 – 69 tergolong terbelakang (moron/debil). Nilai 49 – kebawah tergolong idiot.” (Syamsu Yusuf, 2004:114
3. Hakikat Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indicator atau unsure yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indicator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya perhargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam
belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Peran dan Fungsi Motivasi dalam Proses Belajar Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat beljar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, (d) menentukan ketekunan belajar. 1. Peran Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerl;ukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Sebagai contoh, seorang anak akan memcahkan materi matematika dengan bantuan table logaritma. Tanpa bantuan table tersebut anak itu tidak dapat menyelsaikan tugas matematika. Dalam kaitan itu, anak berusaha mencari buku table matematika. Upaya untuk mencari table matematika merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar. Peristiwa diatas dapat dipahami bahwa sesuatu dapat menjadi penguat belajar untuk seseorang, apabila dia sedang benar-benar mempunyai motivasi untuk
belajar sesuatu. Dengan perkataan lain, motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar. Untuk seorang guru perlu memahami suasana itu, agar dia dapat membantu siswanya dalam memilih factor-faktor atau keadaan yang ada dalam lingkungan siswa sebagai bahan penguat belajar. Hal itu tidak cukup dengan memberitahukan sumber-sumber yang harus diperlajari melainkan yang lebih penting adalah mengaitkan isi pelajaran sengan perangkat apapun yang berada paling dekat dengan siswa di lingkunganya. 2. Peran Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitanya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu joka yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Sebagai contoh, anak akan termotivasi belajar elektronik karena tujuan belajar elektronik itu dapat melahirkan kemampuan anak dalam bidang elektronik. Dalam suatu kesempatan misalnya anak tersebut diminta membetulkan radio yang rusak, dan berkat pengalamanya dari bidang elektronik, maka radio tersebut menjadi baik setelah diperbaikinya. Dari pengalaman itu, anak makin hari makin termotivasi untuk belajar, karena sedikit anak sudah mengetahui makna dari belajar itu. 3. Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapanm memperoleh hasil
yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar. Prestasi Belajar Sudjana (1995), prestasi hasil belajar adalah proses penentuan tingkat kecakapan penguasaan belajar seseorang dengan cara membandingkannya dengan norma tertentu dalam sistem penilaian yang disepakati. Objek prestasi hasil belajar diwujudkan dengan perubahan tingkah laku seseorang dalam ranah kognitif, apektif dan psikomotorik. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi hasil belajar adalah (1) ada materi atau mata pelajaran yang dipelajari, (2) faktor lingkungan siswa, (3) faktor instrumental, (4) keadaan individu siswa, dan (5) proses belajar mengajar. Jenis mata pelajaran atau materi yang dipelajari juga turut mempengaruhi proses dan hasil belajar (Suryabrata, 1978), misalnya belajar tentang pengetahuan yang bersifat konsep berbeda dengan belajar tentang pengetahuan yang bersifat prinsip (Cecco, 1968). Menurut Gagne (1988), hasil belajar dapat dikaitkan dengan terjadinya perubahan kepandaian, kecakapan, atau kemampuan seseorang, dimana suatu proses kepandaian itu terjadi tahap demi tahap. Hasil belajar diwujukan dalam lima kemampuan yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap.
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati pada penampilan seseorang. Penampilan yang merupakan bukti proses belajar, dapat beranekaragam dari yang sederhana seperti menggambarkan garis lurus atau mengucapkan suku kata di lingkungan anak-anak, sampai yang paling komplek seperti pemecahan masalah dikalangan anak muda atau orang dewasa.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan alasan ingin mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena yang terjadi pada saat penelitian berlangsung sehingga data yang diperoleh bersifat apa adanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Nana (2005: 54) yang mengatakan bahwa “metode deskriptif adalah satu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau”. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANYA Sesuai dengan permasalahan yang penulis bahas dalam penelitian ini, berikut ini penulis kemukakan data penelitian berupa hasil tes kebugaran jasmani, intelegendi, motivasi belajar dan prestasi belajar pada mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) FKIP Universitas Siliwangi
Tasikmalaya Tahun Akademik 2013/2014. Sesuai dengan
permasalahan yang penulis telah bahas pada bab sebelumnya, berikut ini penulis kemukakan nilai hasil tes tersebut. Untuk lebih jelasnya data tersebut penulis deskripsikan pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian
No.
Nama
Kebugaran Jasmani (X1)
Motivasi Belajar (Y)
IQ
IPK
1.
Agung Adit
15
86
124
3,24
2.
Anggi
13
75
91
3,46
3.
Dede Amins Nasir
18
77
93
2,68
4.
Dede Ridwan
15
74
91
3,20
5.
Dena Mulyana
15
77
91
3,09
6.
Deni Badul Ghani
15
70
105
3,26
7.
Deswan Faedawan
17
73
105
3,24
8.
Erwin Ruswin
14
67
112
3,27
9.
Esa Kurnia Sanjaya
18
87
93
3,09
10.
F. Fratama
15
69
93
3,46
11.
Faiz Abdul Aziz
17
82
126
3,05
12.
Faizal Muhajirin
12
73
93
2,50
13.
Fajar Anugrah Sidiq
12
65
105
2,99
14.
Farid Ridwan
15
65
92
3,12
15.
Iman Arisman
15
83
105
2,98
16.
Ince Ari Z.
11
68
128
3,83
17.
Indra Mardiana
17
76
112
3,00
18.
Kadarisman
11
50
82
3,43
19.
M. Restu
16
80
163
3,21
20.
Muhamad
16
70
105
3,19
21
Nirpan Nuresha
12
71
91
2,83
22
Rai M .Azis
13
67
92
3,09
23
Rian Nur Hidayat
15
71
92
3,26
24
Rian P.
18
72
111
2,99
25
Rifa Septian
13
76
91
2,96
26
Ruhian Ismail
11
68
105
3,34
27
Sigit Khaerul
17
92
128
3,33
28
Susilo
16
70
127
3,24
29
Wahyu Nurizki
18
72
105
2,98
30
Yoga Irawan
15
72
92
3,37
Agar data penelitian dapat memberi makna, maka data tersebut diolah dan dianalisis dengan pendekatan statistika. Dari data hasil penelitian, setelah dihitung mengenai nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi dari setiap butir tes yaitu : tes kebugaran jasmani, intelegensi, motivasi belajar, dan prestasi nelajar. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini: Tabel 4. 2 Hasil Penghitungan Skor Rata-rata, dan Standar Deviasi dari Tiap-tiap Tes
Variabel Tes 1. Kebugaran jasmani (X1) 2. Motivasi belajar (X2) 3. Intelegensi (X3) 4. Prestasi belajar (Y)
Rata-rata 14,9
Standar Deviasi 2,21
73,1
7,72
104,8
17,2
3,16 0,25 Untuk memenuhi nilai korelasi dari hasil pengetesan itu bermakna, maka perlu pengujian korelasi. Hasil perhitungan korelasi dari keempat butir tes dalam penelitian ini, yaitu kebugaran jasmani (X1), motivasi belajar (X2), intelegensi (X3), dengan prestasi belajar (Y),. Hasil perhitungan korelasi dari keempat variabel butir tes tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3 Hasil Penghitungan Uji Signifikasi Korelasi Multiple
Butir Tes 1. Kebugaran jasmani (X1) dengan
Nilai (r)
Kategori
t-hitung
t-tabel
Kesimpulan
0,74
Tinggi
5,85
2,05
Signifikan
0,62
Cukup
4,15
2,05
Signifikan
0,52
Cukup
3,24
2,05
Signifikan
Prestasi belajar (Y) 2. Motivasi belajar (X2) dengan Prestasi belajar (Y) 3. Intelegensi (X3) dengan Prestasi belajar (Y) 4. Kebugaran jasmani (X1) dengan Motivasi belajar (X2)
5. Kebugaran jasmani (X1) dengan
0,55
Cukup
3,46
2,05
Signifikan
0,39
Cukup
2,24
2,05
Signifikan
0,22
Rendah
2,46
2,05
Tidak
Intelegensi (X3) 6. Motivasi belajar dengan (X2) dengan intelegensi (X3)
Signifikan
Sesuai dengan perhitungan uji signifikan korelasi tersebut, maka dapat dikemukakan beberapa analisa data, yaitu : Hasil uji t menunjukkan t-hitung dari variabel kebugaran jasmani dengan prestasi belajar, motvasi belajar dengan prestasi belajar, intelegensi dengan prestasi belajar, kebugaran jasmani dengan motivasi belajar, kebugaran jasmani dengan intelegensi nilainya lebih besar dari t-tabel tingkat kepercayaan 0,975 (18). Hal ini berarti bahwa t-hitung berada di luar batas penerimaan hipotesis, jadi hipotesis diterima dan mempunyai korelasi yang signifikan. Sedangkan korelasi motivasi belajar dengan intelegensi mempunyai korelasi yang tidak signifikan. Untuk mengetahui mana yang paling berhubungan dengan prestasi belajar antara kebugaran jasmani, motivasi belajar, intelegensi diperlukan perhitungan dengan rumus koefisien korelasi berganda (multiple correlation). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 4.4
Hasil Interkorelasi antara Keempat Variabel Variabel
KJ (X1)
Kebugaran jasmani (X1)
#
MB (X2)
IQ (X3)
Motivasi belajar (X2)
0,55
#
Intelegensi (X3)
0,39
0,22
#
Prestasi belajar (Y)
0,74
0,62
0,52
PB (Y)
#
Tabel 4.5 Mencari R dengan Metode Doolittle A (X1)
B (X2)
C (X2)
I (Y)
1.
Masukkan nilai-nilai r
1,0000
0,550
0,390
-0,740
2.
Bagi baris 1 dengan -1
-1,0000
-0,550
0,390
0,740
3.
Masukkan nilai-nilai r
1,000
0,220
-0,620
4.
Kalikan butir-butir tes 1 B s.d I dengan B2
-0,3025
0,2145
0,4070
5.
Jumlahkan baris 3 dan 4
0,6975
0,0055
-0,2130
6.
Bagi baris 5 dengan – B5
-1,000
0,0079
0,3054
7.
Masukkan nilai-nilai r
1,000
-0,520
8.
Kalikan butir-butir tes dalam baris 1 C s.d I dengan C2
-0,1404
0,2886
9.
Kalikan butir tes dalam baris 5 C s.d I dengan C6
-0,0000
0,0017
10. Jumlahkan baris 7, 8, 9
0,8596
-0,2672
11. Bagi baris 10 dengan –C10
-1,000
0,2672
B3 = I11 = 0,2672 B2 = (B3) C2 + I6 = 0,2672 x -0,0079 + 0,3054 = -0,0021+0,3054 = 0,3033 B1 = (B3) C2 + (B2) B2 + I2 = 0,2672 x -0,390 + 0,3033 x -0,555 + 0,740 = -0,1042 + -0,1668 + 0,740 = 0,4690
1r01 2 r02 3 r03
Ro123 =
=
=
(0,1469)(0,74) (0,3974)(0,62) (0,2674)(0,52)
0,3471 0,1880 0,1389 0,674 0,82
= Korelasi tinggi Pembahasan Penelitian Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi dan hubungan antara kebugaran jasmani, motivasi belajar dan intelegensi dengan prestasi belajar pada mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) FKIP Universitas Siliwangi
Tasikmalaya Tahun Akademik
2013/2014. Dari hasil perhitungan tersebut besarnya dukungan kebugaran jasmani terhadap prestasi belajar termasuk kategori tinggi dengan tingkat korelasi sebesar 0,74, motivasi belajar terhadap prestasi belajar berkategori cukup 0,62, intelegensi terhadap prestais belajar nilai korelasinya termasuk kategori cukup yaitu sebesar 0,52. Adapun hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. Terdapat korelasi yang signifikan antara kebugaran jasmani dengan prestasi belajar mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Tahun Akademik 2013/2014? 2. Terdapat korelasi yang signifikan korelasi antara inteligensi dengan prestasi belajar mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Tahun Akademik 2013/2014? 3. Terdapat korelasi yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa semester III
Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan
Rekreasi (PJKR) FKIP Universitas Siliwangi
Tasikmalaya Tahun Akademik
2013/2014? 4. Terdapat korelasi yang signifikan antara kebugaran jasmani, inteligensi dan Motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Tahun Akademik 2013/2014? Dari perhitungan dan analisis data, maka hipotesis diterima dan terbukti. Jelas bahwa dukungan dari ketiga komponen tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar, kebugaran jasmani, motivasi belajar dan intelegensi sangat berhubungan dengan prestasi belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Badriah, Dewi Laelatul. (2002). Fisiologi Olahraga dalam Perspektif Teoretis dan Praktik. Bandung: Pustaka Ramadhan. Giriwijoyo, Santosa dan Dikdik Zafar Sidik. (2012). Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga): Fungsi Tbuh Manusia untuk Kesehatan dan Prestasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Irwanto. (1997). Peikologi Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Iskandar. (2012). Psikologi Pendidikan sebuah orientasi Baru. Jakarta: REFERENSI. Suryabrata, Sumadi. (1993). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Slameto. (2003). Belajar dan factor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Saefulloh, U. (2012). Psikologi Perkembangan dan Pensisikan. Bandung: Pustaka Setia Winkel, WS. (1997). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi belajar. Jakarta: Gramedia. Jamaris, Martini. (2013). Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Bogor: Ghalia Indonesia Sudjana, Nana. (2005). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bndung: Sinar Baru Algensindo. Surachmad, Winarno. 1998. Dasar dan Teknik Research, Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung: Tarsito.