Kontroversi Pencabutan Gigi Permanen Muda Pada Perawatan Ortodonsi Alifuddin Zuhri* Adam Malik Hamudeng,* Ardiansyah S. Pawinru** Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Bagian Ilmu Teknologi Material KG Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar; Indonesia ABSTRACT Permanent tooth extraction in the children and teenager patients, either due to of tooth decay or esthetical orthodontic reason, will have direct effect to central nervous system and disturb the growth and development process of the children and teenager patient's tooth and jaw and indirect effect in closing of the opportunities of the patient entering some vital job, like army cadet, pilot and stewardess. If extraction is based on orthodontic analyses, there are at least 3 : new problems will arise, namely neurological effect to central nervous system, non-optimal occlusion and disturbance on growth and development process of the patient tooth and jaw, and there is a legal problem if some day the patient realize that they lost their vital opportunity due to of irrational intervention to their tooth. Are the worldwide orthodontists theory will safe us from the claim of Indonesian Act No. 23 Year 2002 and Act No. 29 Year 2005? This paper aim to realize dentist that the old orthodontic theory is not always true at all time; society, either physically or economically lost some intact tooth, due to of unrevised theory; and to warrant the dentist that permanent tooth extraction is an illegal intervention in conjunction with the Acts, because dentists do not protect the existence of the intact tooth. There are some preventive measures alternative to safe the children and teenager intact tooth, started from oral health for all, optimalization of space-maintaining and regaining concept, i and better understanding about orthodontic myofunctional theory. Key word : permanent tooth extraction, Act No. 23 and 29, spacemaintaining and regaining concept and minor tooth movement and myofunctional teory.
ABSTRAK Pencabutan gigi permanen pada pasien anak dan remaja, baik oleh alasan kerusakan gigi, ataupun oleh karena alasan estetik dalam perawatan ortodontik, akan mempunyai dampak langsung berupa degenerasi neurologis di sistem sarafpusat dan mengganggu proses tumbuh kembang gigi dan rahang pasien. Selain itu, juga mempunyai dampak tidak langsung berupa tertutupnya peluang pasien memasuki profesi penting seperti TNI, Pilot, dan Pramugari. Jika dicabut karena menghindari focal infection, bias dimaklumi. Akan tetapi jika karena pertimbangan analisis ortodontik, minimal tiga persoalan baru akan muncul, yaitu bagaimana ' pengaruh secara neurologis bagi pasien yang tercabut gigi permanennya, bagaimana kondisi oklusi dan proses tumbuh kembang gigi dan rahang pasien, dan jika pasien kemudian hari sadar atau disadarkan tentang makna kehilangan gigi bagi diri dan karirnya. Apakah teori para ahli ortodontik mampu menyelamatkan kita dari tuntutan UU No. 29 Tahun 2005, serta UU No. 23 Tahun 2002? Tulisan ini bertujuan untuk memberi pemahaman kepada dokter gigi bahwa teori ortodontik yang ada tidak semuanya benar, kerugian masyarakat akibat teori yang tidak direvisi dengan cepat baik secara fisik maupun ekonomi telah banyak, dan secara hakiki adalah pelanggaran etik dan hukum UU No. 23 Tahun 2002, karena kita tidak melindungi harkat dan martabat manusia, yaitu mengeksekusi gigi yang utuh karena kekurangan ruang. Banyak alternatif tindakan pencegahan untuk menyelamatkan gigi permanen pada pasien anak dan remaja, misalnya kampanye "gigi penting untuk semua," optimalisasi konsep "space maintaining fan regaining" serta pemahaman lebihjauh tentang teori miofungsional ortodontik akhir-akhir ini. Kata kunci: Pencabutan gigi permanen, UU No. 23 dan 29, Space maintaining-regaining, teori pergerakan-minor gigi, teori miofungsional. Koresponden: Alifuddin Zuhri, Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Jl. KandeaNo.5 Makassar, Indonesia.
PENDAHULUAN
setelah
sekian
lama
mengadopsi
Pencabutan gigi permanen pada
hukum produk Belanda. Di bidan'g
pasien anak dan remaja, seharusnya
kesehatan telah dihasilkan Undang-
merupakan
diagnostik,
undang No.29 tentang Praktek Dokter
tetapi sering terjadi karena faktor
dan Dokter Gigi. Sebenarnya ada
pilihan
Undang-Undang
keharusan
untuk
alasan
estetik.
walaupun
bukan
Keharusan diagnostik berkaitan erat
mengurusi kesehatan, tetapi sangat
dengan
potensial menjadi masalah di dunia
pertimbangan
etik,
ilmiah-
prosedural medis di pihak dokter gigi.
kedokteran,
Sedangkan
pasien,
kedokteran gigi anak, yaitu Undang-
penyelamatan
Undang No. 23 tentang Perlindungan
di
merupakan
pihak
upaya
khususnya
dunia
pasien dari potensi keadaan infektif.
Anak.
Pada kondisi ini, biasanya gigi sudah
tumbuh kembang gigi anak ini adalah
berada pada tahap gangrene, jika
bila masyarakat telah sadar akan hak
tidak
mereka
dilakukan
pencabutan
maka
Sehubungan
di
untuk
dengan
aspek
tumbuh
resiko infeksi dan semua ikutannya
berkembang
sebagai infeksi fokal akan terjadi pada
kebutuhan
gigi tersebut. Pencabutan gigi karena
bidang kedokteran dan kedokteran gigi
faktor pilihan sangat erat kaitannya
semakin penting. Banyak tindakan
dengan
estetika,
dokter dan dokter gigi anak sangat
khususnya perawatan ortodontik pada
potensial mengganggu hak anak untuk
anak dan remaja. Faktor pilihan ini
hidup optimal dan bermartabat.
kepentingan
semakin
menunjukkan
peningkatan
kecenderungan
karena
merupakan
bagian
dampak
kemajuan
dari
secara
dan
akan
Produk terbukti
aspek
hukum
mampu
pembuktian
optimal
maka
hukum di
kita
sudah
melakukan
upaya
terbalik,
dengan
masyarakat yang semakin butuh untuk
banyaknya mantan pejabat diseret dan
cantik dan indah.
dijebloskan ke penjara, lama setelah
Dampak
aspek
mereka berkuasa. Potensi masalah
tumbuh-kembang juga sudah harus
besar bagi dunia kedokteran gigi anak
menjadi perhatian dokter gigi. Hal ini
di masa mendatang adalah tuntutan
tidak
hukum terhadap dokter gigi dengan
melulu
terhadap
berhubungan
aspek
ortodontik, tetapi lebih ke arah aspek
pembuktian
hukum
terbalik
ini.
Hal
ini
dengan
lahirnya
beberapa
menyebabkan dokter gigi bisa dituntut
Undang-Undang
produk
Indonesia
oleh bekas pasiennya yang gagal
masuk profesi impiannya, karena gigi
Profesi dokter gigi masih jarang
permanennya telah dicabut di masa
sekali membahas aspek neurologis
lalu.
dari sudut pandang fungsi neuron gigiTujuan tulisan ini adalah untuk
memberikan
pemahaman
geligi terhadap gigi dan terhadap
akan
manusia
pentingnya gigi permanen bagi hidup
Terdapat
dan kehidupan manusia serta sebagai
terdapat pada suatu gigi, yaitu slow
peringatan dini bagi profesi dokter gigi
adapting type, fast adapting type, dan
akan
aspek hukum yang
coordinating type. Jenis ketiga ini,
mengancam
sesuai namanya, merupakan serabut
bahaya
berpotensi
penyelenggaraan profesinya.
secara tiga
keseluruhan.
jenis
neuron
yang
saraf yang mengontrol serabut saraf lainnya dan menjadi pusat sistem
TINJAUAN PUSTAKA
somatognathiyang
Aspek neurologis
terdapat pada gigi premolar.2 Hal ini
Dokter
gigi
seharusnya
menyebabkan
diduga
seseorang
kehilangan
yang berbeda, yaitu neurologi dari segi
mengalami masalah-masalah seperti
efeknya
lidah dan pipi sering tergigit. Meskipun
fungsionalnya.
neurologi
segi dunia
demikian,
mayoritas
hanya
dalam penelitian. Apakah pencabutan
memandang dari segi efeknya. Hal ini
gigi berhubungan dengan penurunan
wajar karena profesi ini didominasi
tingkat IQ dan penurunan prestasi
oleh cara pandang kuratif saja. Topik
belajar
yang sering dibahas dan menjadi
Sulawesi Selatan? Hal perlu diteliti
perhatian adalah topik-topik seperti
lebih jauh karena penurunan tingkat IQ
masalah
dan
gigi
nyeri
orofasial dan cara
fungsi ketiga ini
akan
ini,
kedokteran
Selama
dari
permanen
yang
memandang aspek ini dari dua sisi
dan
gigi
kuat
murid
prestasi
Sekolah
belajar secara
masih
Dasar
di
ditemukan
penatalaksanaan/pengobatannya nyeri
berhubungan
bermakna
orofasial terdiri atas nyeri vaskuler dan
dengan tingkat kerusakangigi.1,4
nyeri neuropatik. Nyeri orofasial lebih banyak
berhubungan
dengan
N.
Aspek tumbuh-kembang
Trigeminus (N.V) dibanding dengan N.
Hubungan yang bermakna antara
Fasialis (N.VII), N. Glossopharingeus
pencabutan gigi permanen dengan
(N.IX), dan N. Vagus (N.X).1
oklusi gigi anak dan remaja telah dipahami oleh semua dokter gigi.
Akan tetapi, pencabutan hanya
gigi
berakibat
tidak
hubungan
pada oklusi
harmonis.5
semata, ada beberapa prinsip yang perlu disepakati
oleh dokter
gigi,
oklusi
yang
kurang
Mengenai masalah pencabutan gigi permanen pada anak dan remaja
khususnya internal Kolegium Spesialis
dengan
Gigi Anak dan Bagian Ilmu Kesehatan
Noerdin6
Gigi Anak (IKGA).
kekurangan ruangan lebih besar dari 5
Mengenai batasan ruang lingkup
kekurangan menetapkan
parah
Gigi
pencabutan
Fakultas
dan
Bagian
Kedokteran
IKGA
Gigi
di
harus
bahwa
mm disertai anterior crowding yang
pasien anak dan remaja, Kolegium Anak
ruangan,
adalah
indikasi
gigi
untuk
permanen.
Ini
merupakan contoh dari pemberlakuan
mampu me-lobby kolegium dan bagian
prinsip
lain tentang hal ini. Hal ini bukan
orang dewasa yang keliru pada anak
didasari atas ekspansi lahan, tetapi
dan remaja. Sama halnya dengan
karena alasan kepentingan' pasien.
prinsip serial extraction (pencabutan
Pasien yang masih bertumbuh dan
beranting) yang telah ditinggalkan 70
berkembang
jika
tahun lalu di negara-negara moderen,
dirawat dengan prinsip pasien dewasa
di Indonesia malah sebagian dokter
yang
gigi
secara
dinamis
pertumbuhan
dan
perkembangannya sudah statis, akan 2
perawatan
masih
ortodontik
pada
memprataktekkannya.
Terdapat dua persoalan di sini, yaitu
berakibat jelek bagi pasien. Penulis
pertama, tidak seorangpun dokter gigi
telah sering menemukan pasien pasca
mampu memprediksi dengan tepat
perawatan
Bagian
posisi oklusi akhir dari seorang pasien,
Ortodontik ketika masih anak-anak,
sehingga sulit kita menetapkan situasi
datang dengan kondisi oklusi gigi-
kekurangan ruang pada periode gigi
geligi
bercampur.7 Kedua, tahap akhir dari
maloklusi
yang
(relaps). perawatan
di
bermasalah
Menurut di
kembali
pasien,
Bagian
ketika
pencabutan
beranting
adalah
Ortodontik
pencabutan salah satu gigi premolar
tersebut, umurnya baru 12 tahun atau
yang selalu menjadi korban eksekusi.
ketika dia masih di bangku SMP kelas
Telah dilakukan pendekatan space
I, dan oklusi giginya sudah baik, tetapi
regaining
ketika dia di bangku SMU kelas III,
maloklusi anak dan remaja dengan
giginya
kekurangan ruang lebih dari 10 mm.
kembali
memperlihatkan
pada
beberapa
kasus
Oklusi gigi pasien menjadi harmonis
dan teratur, tanpa pencabutan gigi
peluang
permanen, bahkan tanpa klamer aktif,
penting seperti yang disebutkan di
kecuali
atas. Bila hal ini kemudian menjadi
sekrup
ekspansi.
Kunci
untuk
yaitu
memasuki
perawatan di sini adalah penyesuaian
masalah,
arah vektor ekspansi sesuai jenis
kegagalan dia masuk AKABRI karena
wajah pasien sehingga gerakan yang
pencabutan
dihasilkan adalah semikontinyu. Teknik
menuntut
perawatan ini memerlukan penjelasan
mencabutnya,
tersendiri.
consent dan Hukum
Aspek penutupan peluang profesi
pasien
profesi
menuntut
gigi
permanen
dan
dokter
gigi
yang
apakah informed Majelis
Perlindungan
PB-PDGI mampu melindungi
dokter gigi anggotanya?
bagi anak dan remaja Beberapa
profesi
penting
mempersyaratkan kesehatan gigi yang optimal,
yaitu
tanpa
adanya
PEMBAHASAN Kecenderungan
dominan
profesi
dokter gigi pada aspek kuratif telah
kehilangan gigi permanen satupun,
mennyebabkan
seperti TNI, pramugari, pilot pesawat
penelitian
kedokteran
tempur, dan beberapa profesi lain."
berupaya
menjawab
Prosedur sistem rekam medis yang
fenomena gigi dan rongga mulut.
semakin
Sebenarnya,
menjadi
keharusan
dari
minimnya
secara
yang
fenomena-
agamawi-pun
Undang-undang Kesehatan No. 29,
khususnya
akan semakin memungkinkan untuk
sampaikan dalam beberapa hadist
munculnya klaim masyarakat di masa
oleh Nabi Muhammad SAW. Salah
yang akan datang. Bila ini terjadi,
satu
maka akan ada dokter gigi yang
"Seandainya tidak memberatkan umat-
dituntut terhadap pelanggaran pasal 4
Ku, maka akan Aku wajibkan untuk
UU Noj 23 "" tentang perlindungan
bersiwak (sikat gigi) setiap sebelum
anak. Sewaktu dokter gigi mencabut
shalat". Pasti ada yang sangat penting
gigi permanen, baik itu untuk alasan
sehingga Nabi harus
menghilangkan infeksi, maupun hanya
sebuah hadist. Belum menemukan
karena
estetik-ortodontik,
sebuah hadist tentang organ tubuh
dokter gigi lupa bahwa pada saat yang
lain, kecuali fungsinya yang harus
bersamaan dengan tercabutnya gigi
dijaga, seperti jagalah pandangan dan
permanen, pasien sudah kehilangan
pendengaranmu dari hal-hal maksiat.
alasan
umat
gigi
hasil
yang
Islam,
terkenal
telah
di
adalah
membuatkan
Fenomena dalam rongga mulut sering
merawat kasus dengan kekurangan
diabaikan,
ruang
padahal
rongga
mulut
yaitu
gigi
akan
melakukan
merupakan pintu gerbang masuknya
penyesuaian sendiri selama ada ruang
makanan dan juga, penyakit-penyakit.
untuknya. Jadi, penetapan 5 mm yang
Masalah pencabutan gigi permanen
selama
mengemuka karena ulah Mr. Pon dan
berdasar sama sekali.
Howes dan ahli-ahli yang Iain, yang
ini
dikenal
adalah
tidak
Potensi masalah yang kelak bisa
menetapkan perintah eksekusi cabut
muncul
untuk pengaturan oklusi. Bukankah
adalah ketika masyarakat semakin
Tuhan sudah menciptakan manusia
pintar atau dipintarkan oleh pengacara
dalam bentuk sebaik-baiknya? Ulah
yang kekurangan pekerjaan, terhadap
manusia, baik yang turunan ataukah
malpraktek
yang
tidak disengaja. Dokter gigi harus
didapat
{acquired),
sehingga
di
dunia
yang
kedokteran
gigi
disengajaataupun
menyimpang dari sebaik-baiknya. Oleh
mengantisipasi
karena itu, tugas manusia termasuk
IPTEKGIMUL dan nilai masyarakat
dokter gigi untuk mengembalikannya
yang senantiasa berubah, sebagai
ke bentuk sebaik-baiknya. Gigi, adalah
konsekuensi
bukti cintah-kasih Tuhan agar manusia
bantuan Komisi Hukum di PB-PDGI,
menjaga karunia cinta-kasih tersebut.
mungkin
Sebenarnya Tuhan menciptakan organ
tuntutan hukum, tetapi secara hati-
tubuh manusia dengan kemampuan-
nurani dan etik kedokteran, sulit kita
kemampuan biologis-fisiologik tertentu,
terhindar, apalagi kalau berbicara nilai
termasuk
agama.
mentoleransi
perbaikan
kemajuan
logisnya.
kita
bisa
Dengan
terhindar
dari
oklusi termasuk kekurangan ruang lebih dari
5
mm.
Bahkan telah
SIMPULAN
dilakukan perawatan pasien maloklusi
Setelah membahas kontroversi
remaja dengan kekurangan tempat
pencabutan gigi permanen muda pada
lebih dari 10 mm. Hal ini secara ilmiah
perawatan
dapat dibuktikan, selama dokter gigi
disimpulkan
menjaga profil
penting
asli wajah pasien,
ortodonsi,
maka
gigi permanen
dari
aspek;
dapat sangat
neurologis,
kemampuan fisiologis-biologis pasien,
tumbuh-kembang dan nilai etika serta
dan tekanan yang diberikan tidak
hukum.
melebih fenomena
tekanan yang
kapiler. menarik
Ada ketika
SARAN
Kabupaten
Dua hal yang dapat disarankan kepada
insititusi
yang
berwenang
adalah
Kolegium
Gigi
Anak
Maros.
Makassar:
[thesis]. Universitas
Hasanuddin;
2003.
dan
4. Zuhri A. Hubungan antara tingkat
Bagian IKGA harus bersama-sama
kerusakan gigi dan tingkat IQ pada
memperjuangkan
sosialisasi
murid sekolah dasar di Kecamatan
pendekatan tumbuh-kembang dinamis,
Mamajang, Kota Makassar, [thesis].
dalam
Makassar: Universitas Hasanuddin;
semua
aspek
perawatan
kelainan susunan gigi-geligi anak dan remaja.
Selain
diperlukan
5. Sim JM. Minor tooth movement in
peninjauan kembali, semua teori dan
children. St. Louis: The Mosby
pendapat
Company; 1977.
ahli
itu
2004.
yang
selama
ini
dijalankan dan diajarkan di fakultasfakultas kedokteran gigi.
6. Noerdin S. Penanganan ruang pada gigi susu dan campuran. Jurnal Persatuan Dokter Gigi Indonesia,
DAFTARPUSTAKA
Edisi Khusus Kongres XXI Maret
1. Meliala KL, Pinson R. Mekanisme
2002.Solo; 2005.p.494-500.
dan terapi farmaka nyeri orofasial. Jurnal
Persatuan
Dokter
Gigi
7. McDonald
A.
movement,
Minor
tooth
in dentistry for the
Indonesia, Edisi Khusus Kongres
child and adolescence. St.Louis:
XXII Maret 2005.Makassar; 2005.
The CV. Mosby Company; 1987.
p. 25-36.
8. Yuyus,
2. Kansi MA. Central projection of masticatory
Tonny. Derajat kesehatan gigi anak murid SD Kab.Bekasi 1997/1998.
trigeminal sensory nuclear complex
Jurnal Fakultas Kedokteran Gigi
and upper cervical spinal cord,
Universitas Indonesia 2001;
Hiroshima:
fiber
Sintawati,
to
[disertasi].
afferent
Magdarina,
Hiroshima
University; 1989. 3. Bennu
I.
kerusakan
Hubungan
9. Undang-Undang
Perlindungan
Anak 2002. UU No.23Tahun2002. antara
gigi dengan prestasi
belajar murid sekolah dasar di
10. Undang-Undang
Praktek
Dokter
dan Dokter Gigi 2005.UUNo. 29 Tahun 2005