KONTROVERSI AGAMA BARU DENGAN PANCASILA SILA KEDUA DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
Diajukan oleh: Intan Nursari Nasution 11.11.4664 Kelompok C PANCASILA Teknik Informatika
Dosen : Drs. Tahajudin Sudibyo
ABSTRAK
Sila pertama pada pancasila berbunyi “KetuhananYang Maha Esa”, artinya warga Indonesia mengakui adanya Tuhan yang satu. Dan warga Indonesia harus memiliki dan memilih satu keyakinan seperti apa yang mereka yakini. Hak memilih keyakinan dalam beragamapun di atur dalam perundang-undangan di Indonesia. Warga memiliki hak untuk memilih satu keyakinan. Dan negara berkewajiban melindungi hak warga negara tersebut. Di Indonesia sendiri di akui 6 keyakinan. Yaitu Islam, Hindu, Budha, Kristen Protestan, Kristen Katolik, serta Kong Hu Chu. Baik pemuka agama maupun pemeluk agama itu sendiri memiliki hak yang sama di negara RI. Timbulnya suatu agama baru di suatu tempat yang meresahkan warga sekitar karena ajaranajaran agama tersebut yang menyimpang. Ajaran agama ini sendiri mengatasnamakan diri mereka sebagai Islam. Namun terdapat kegiatan-kegiatan keagaaman yang menyimpang di kelompok agama ini dengan ajaran yang berkembang di masyarakat. Hak memeluk agama adalah hak asasi manusia yang dijamin dan dilindungi oleh negara,namun apakah peraturan tersebut masih berlaku untuk masalah ini?. Penganut agama ini terus menyebarkan agama ini di kalangan masyarakat, namun karena ajaran tersebut menyimpang maka tidak jarang sering terjadi perselisihan antar warga. Pemujaan demokrasi liberal atas nama kebebasan dan HAM telah mendorong bangkitnya primordialisme kesukuan dan kedaerahan. Mulai praktek otoda dengan budaya negara federal sampai semangat separatisme. Fenomena ini membuktikan degradasi nasional telah makin parah mengancam integritas mental ideologi pancasila, intergritas nasional, dan intergritas moral (komponen pimpinan, manusia, bangsa). Ritus-ritus keagamaan yang dijalankan institusi agama bersama pemeluknya harus mempertegas pelaksanaan prinsip keTuhanan Yang Maha Esa dalam segala aspeknya serta dapat memperteguh persatuan dan persaudaraan dikalangan masyarakat Indonesia bukan sebaliknya menjadi pemicu terjadinya konflik horizontal. Negara-negara dalam negara agamis harus selalu menjunjung tinggi prinsip keTuhanan YME, sehingga langkah-langkah yang dilakukan agama-agama itu tidak bertentangan dengan langkahlangkah negara yang juga berlandaskan “Negara berdasarkan keTuhanan Yang Maha Esa”.
Berdasarkan kutipan di atas saya mensistesa bahwa memilih dan menjalankan keyakinan adalah hak asasi setiap individu, namun dalam tanda kutip selama agama tersebut tidak menyalahi peraturan negara serta tidak bertentangan dengan norma-norma dan adat istiadat yang berkembang di masyarakat baik dari sisi historikal, sosiologis, maupun yuridis.
LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia adalah negara agamis yang sangat mengutamakan adanya keTuahan Yang Maha Esa, semua warga Indonesia di wajibkan untuk memeluk keyakinan yang mereka yakini. Hak warga negara itupun telah disahkan dan dilindungi dalam peraturan perundangan. Dan dalam pancasila sila pertama yang berbunyi “KeTuhana Yang Maha Esa” sudah tertulis jelas peraturan yang ada di Indonesia. Sila pertama yang mengatur tentang berkeyakinan pada satu agama, dan warga Indonesia diharuskan untuk memilki satu kepercayaan masing-masing. Dan memeluk satu agama memang hak asasi setiap manusia, namun apakah itu masih berlaku apa bila agama yang di anut suatu kelompok masih belum di akui atau termasuk agama baru yang kontroversi. Itulah yang terjadi di salah satu tempat di Indonesia. Ada beberapa keluarga yang menganut golongan agama yang berbeda itu. Mereka mengaku sebagai muslim, namun ajaran-ajaran di agama mereka berbeda dengan ajaran agama muslim yang berlaku pada umumnya. Seperti sholat Jumat hanya di satu masjid khusus untuk orang-orang yang beragama seperti mereka, ada penganut agama tersebut yang mengaku bisa bertemu dengan Nabi Muhamad SAW , ada yang mengaku sudah menjadi syekh, turunan syekh, dan penganut agama itupun rutin melakukan ziarah kubur di malam hari untuk mendapatkan apa yang mereka mau, namun didalam agama Islam itu sendiri tidak di ajarkan hal yang demikian. Kejadian ini membuat resah warga sekitar, karena penganut agama tersebut mulai berdakwah dimanapun mereka mau untuk menarik minat warga lain supaya masuk ke agama tersebut. Salah satu tokoh masyarakat di tempat itupun sudah masuk ke dalam ajaran agama itu. Dan sampai saat ini belum ada tindakan yng dilakukan oleh pihak berwajib. Jika menelisik dan melihat keadaan di Indonesia waktu dekat ini, kejadian serupa bukan hal yang baru pertama kali terjadi. Namun penyelesaian masalah yang sama sampai saat ini belum cukup
jelas. Yang terjadi justru semakin banyaknya kasus-kasus kerusuhan yang terjadi dengan alasan membela agama. Dalam agama manapun pastilah tidak di ajarkan untuk saling membenci, memusuhi, bahkan saling membunuh antar manusia denganmembawa nama agama. Kiranya hal ini belum disadari oleh warga Indonesia kebanyakan. Mereka hanya mementingkan ego mereka masing-masing. Memeluk agama dan menjalankan agama memanglah hak asasi semua warga di Indonesia. Namun, agama-agama baru yang perlu di agamakan ini lah yang masih perlu dipertanyakan kebenarannya. Karena tidak jarang ajaran agama tersebut memancing emosi warga lain yang merasa terganggu atau tersinggug dengan ajaran agama baru yang mengatasnamakan agama lain, namun ajarannnya jelas sangat berbeda. Sementara itu, keadilan di Indonesia seharusnya melindungi semua warga Indonesia tanpa terkecuali. Termasuk orang bersalah yang di Indonesia juga berhak mendapatkan perlindungan dari negara. Tapi yang terjadi, tidak seperti semestinya. Kerusuhan dan perpecahanahlah berita yang sering beredar karena masalah perbedaan agama. Penyelesaian yang tepat belum dilakukan dengan maksimal. Seperti dipemukiman kecilpun yang terjadi disalah satu desa belum terjamah hukum kenegaraan.
RUMUSAN MASALAH Hak memilih agama dan menjalankan perintah agama sesuai keyakinan memang merupakan hak asasi manusia, namun apakah itu masih berlaku untuk ajaran agama yang masih belum di akui kebenarannya. Adakah hukum yang mengatur tentang kebebasan beragama tapi yang sesuai dengan agama yang sebenarnya,bukan agama baru yang menyimpang?. Lalu apakah perlindungan hak memeluk agama juga masih bisa didapatkan oleh penganut agama baru itu?. Apakah ada perlindungan untuk warga lain yang merasa terganggu dengan adanya agama baru tersebut?. Masihkan ada keadilan yang tidak memihak di negeri ini?. Benarkan keadilan sudah menjadi milik dan sudahkan dirasakan semua warga di Indonesia?
PENDEKATAN Sejarah agama telah memberikan bukti bahwa bentuk-bentuk agama yang ada telah mewarnai segala kegiatan sosial, ekonomi, dan politik, khususnya pada umat-umat zaman dahulu. Bahkan dapat dikatakan bahwa gambaran peradaban purbakala merupakan refleksi dari keyakinankeyakinan beragama yang mereka anut serta ritualisme yang mereka praktekkan. Untuk hal ini, kita akan mendapatkan gambaran yang nyata jika kita memperhatikan peradaban Dunia Timur yang mempunya berbagai ajaran agama dan filsafat, seperti peradaban Mesir kuno, India, Persia, Cina, dan Yunani kuno. Walaupun manusia modern telah gagal memberikan batasan sejarah awal berkembangnya agama di muka bumi, tetapi ia tidak menerima pendapat bahwa agama itu tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan manusia. Bahkan ada sebagian filsuf dan pemikir yang mengatakan bahwa “Pemikiran tentang agama dan keberagaman itu dikembangkan oleh manusia manusia sendiri pada masa-masa akhir dari awal berkembangnya manusia. Dengan kata lain, agama berkembang setelah manusia merekayasanya”. Dalam hal ini mereka (sebagian filsuf dan pemikir) mengatakan bahwa sebelum munculnya agama, manusia berkembang atas dasar kebendaan yang bersendikan keindahan, seperti ukiran, gambar, dan bangunan. Manusia tidak berfikir untuk beragama atau mencoba membuat ritual agama dan keyakinan untuk diri mereka. Menurut kelompok ini pemikiran tentang agama tidak mempunya andil dalam kehidupan manusia karena pemikiran agama hanyalah ciptaan para pemuka agama, penyihir atau pendeta. Inilah pendapat yang dianut oleh Vol-taire. Dalam berjalannya keagamaan di Indonesia, dan dengan banyaknya bermunculan agama baru yang bertentangan dengan ajaran yang umumnya berkembang dimasyarakat. Saling menyalahkan dan terjadi perselisihan bahkan perang dingin pun sering terjadi antar umat. Disinilah yang mengakibatkan ketidaknyamanan warga sekitar. Dalam hukum pun hal demikian tidak di benarkan. Sebab diwajibkan agama yang dianut adalah agama yang benar dan tetap menjunjung persatuan negara bukan malah sebaliknya memicu perpecahan antar warga. Semua itu sudah di atur dalam UUD 1945 dan Pancasila sendiri sudah menegaskan hal yang demikian. Dalam berkehidupan sosial bernegara di Indonesia sendiri tidak terlepas dari syariat agama yang berlaku di masing-masing agama. Tidak dapat dipungkiri persamaan agama juga mempengaruhi
hubngan yang dijalin antar warga negara. Namun, apa bila kegiatan agama suatu kelompk sudah menimbulkan keresahan antar warga, tidak jarang perselisihan dan kericuhan yang terjadi.
PEMBAHASAN
Dalam buku Proceeding Kongres Pancasila dikemukakan: Berkaitan dengan hak individu, negara menjamin hak setiap warga negara untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya dan kepercayaannya masing-masing. Meskipun demikian, negara berkewajiban untuk mengatur hubungan antar individu dengan negara dan kehidupan antar umat beragama berdasarkan prinsip yang berkeadilan dan berkeadaban. KeTuhanan Yang Maha Esa merupakan dasar kerohanian bangsa dan menjadi penopang utama bagi persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka menjamin keutuhan NKRI. Karena itu agar terjalin hubungan selaras dan harmonis antara agama dan negara, maka negara wajib memberikan perlindungan kepada agama-agama di Inonesia. Pemujaan demokrasi liberal atas nama kebebasan dan HAM telah mendorong bangkitnya primordialisme kesukuan dan kedaerahan. Mulai praktek otoda dengan budaya negara federal sampai semangat separatisme. Fenomena ini membuktikan degradasi nasional telah makin parah mengancam integritas mental ideologi pancasila, intergritas nasional, dan intergritas moral (komponen pimpinan, manusia, bangsa). Begitu juga yang terjadi di negara kita sekarang. Semua orang selalu mengatasnamakn HAM untuk melakukan sesuatu yang mereka kehendaki. Maupun hak mereka tersebut turut mengganggu peraturan yang berlaku, dan hak-hak warga negara lain. Seperti halnya dalam memilih dan menjalakan keyakinan yag mereka anut. Seperti tak ada yang mengatur akan HAM yang kita miliki, banyak orang yang melakukan halhal diluar kewajaran dan menyimpang dari adat stiadat yang berkembang dengan mengatasnamakan HAM itu sendiri. Secara Yuridis, keTuhanan Yang Maha Esa tercantum dalam sila pertama dan terkandung dalam UUD 1945. Dalam ilmu hukum kedudukan UUD 45 yang didalamnya terkandung nilai keTuhanan Yang Maha Esa merupakan suatu staatsfundamentalnorm dalam negara Indonesia.
Dalam pengertian ini keTuhanan Yang Maha Esa merupakan prinsip konstitutif maupun regulatif bagi tertib hukum Indonesia sehingga merupakan tolak derivasi bagi tertib hukum Indonesia serta hukum positif yang berada di bawahnya. Dengan kata lain, kehidupan beragama di Indonesia memang sejak awal sudah diatur didalam pancasila sila pertama maupun dalam UUD negara. Berhasil atau tidaknya bangsa Indonesia dalam menjalankan sila-sila dalam pancasila serta peraturan yang lain dapat dilihat dari bagaimana kehidupan beragama yang sedang berjalan di Indonesia. Ritus-ritus keagamaan yang dijalankan institusi agama bersama pemeluknya harus mempertegas pelaksanaan prinsip keTuhanan Yang Maha Esa dalam segala aspeknya serta dapat memperteguh persatuan dan persaudaraan dikalangan masyarakat Indonesia bukan sebaliknya menjadi pemicu terjadinya konflik horizontal. Sebagai warga negara yang taat hukum negara dan taat terhadap hukum Tuhan, hendaknya bisa lebih bisa menilai mana yang baik dan buruk. Tidak hanya berpedoman pada salah satu pemuka agama yang dianggap benar. Karena agama yang dianut harus dijalankan sesuai aturan yang berlaku. Baik peraturan agama yang dianut, aturan yang berhubungan dengan warga negara lain, maupun aturan yang ada di negara itu sendiri. Pemuka agama yang dianggap benarpun tidak selalu benar seperti yang kita harapkan.banyak terjadi kasus-kasus menyimpan yang justru dilakukan oleh pemuka agama yang didewa-dewakan oleh kaumnya. Maka dari itu,alangkah lebih baikya kita menjalankan agama yang baik dan berperilaku sebagai warga negara yang baik dan makhluk ssial yang menjunjung tinggi rasa toleransi. Disini kita akan memaparkan beberapa perilaku moral pemuka agama yang kurang tepat, sebagaimana yang dijelaskan Peter Deroza: a.
Paus Yoanes XII (955 M).
Paus ini menjadi lambang kebejatan moral di zamannya karena dia melakukan kejahatan-kejahatan dan dosa model baru. Dia menggauli ibunya sendiri layaknya suami istri dan menghadiahkan beberapa kekayaan gereja kepada para penyanyi wanita yang menjadi teman-temannya. Dia memiliki 2000 kuda yang diberi makan buah tin dan diberi minum arak. Secara nyata, dia juga menyembah dewa-dewa orang Roma. Dia sukamengganggu kaum-kaum wanita sehingga pada saat itu, perbuatan pergi ke Gereja merupakan kegiatan beresiko tinggi bagi kaum wanita! Dia mati ditangan suami yang cemburu mendapati istrinya sedang bergaul dengan sang Paus.
b.
Paus XXII (1316 M)
Dia membolehkan para pendeta memelihara teman wanita mereka dengan syarat membayar pajak setoran kepada Paus. c.
Pius V (1566 M)
Paus ini memutuskan untuk mengusir semua pelacur dari Roma, namun keputusan ini oleh para pendeta dengan alasan bahwa para wanita tidak mau lagi datang ke Gereja setelah keputusan tersebut. Karena begitu takutnya pada pemuka agama, para wanita zaman itu terpaksa membawa pisau belati jika mau ke Gereja. Entah itu pemuka agama terpandang atau siapapun, tidak ada manusia yang paling benar di bumi ini. Namun tidak ada salahnya kita berusaha untuk berbuat kebenaran dan tidak melanggar hukum apapun yang nantinya memicu konflik dinegara ini. Dan pada dasarnya semua agama itu baik, hanya saja umat agama itu sendiri yang berbeda-beda dalam menjalankan agama yang mereka yakini. Maka tidak benar apa bila kita saling menyalahkan penganut agama yang lain dengan kita bahkan memicu perselisihan antar warga negara. Menurut Sigmud Freud (93:2006) mengatakan: “Agama tumbuh dari kelemahan manusia dalam menghadapi kekuatan alam dan kekuatan insting yang berada dalam jiwa. Agama telah tumbuh sejak dahulu tatkala manusa belum lagi dapat menggunakan akal untuk menghadapi tantangan dari luar dan dari dalam dirinya. Hal ini sebagai ganti dari bentuk melakukan kontak langsung dengan kekuatan tersebut melalui penggunaan akal. Tindakan seperti ini merupaakan bentuk kekuatan menghadapi kekuatan “Anti Emosi” yang fungsinya untuk mengekang atau mengontrol apa-apa yang tidak dapat dikendalikan oleh mausa secara akal.” Dalam paragraf di atas dijelaskan bahwa sesungguhnya agama atau keyakinan iyu lahir ntuk memberi pengawasan dan pengntrolan diri kita sendiri. Agar kita bisa lebih menggunakan akal dan insting, bukan hanya emosi yang tidak jarang berdampak kurang baik untuk diri kita sendiri maupun dalam kehidupan bersosialisasi. Namun apa yang terjadi, agama justru yang menjadi alasan banyak orang untuk saling berbuat kerusakan di negara kita Indonesia. Banyak diantara kita yang belum menyadari arti dari kata “KeTuhanan Yang Maha Esa”. Sebagaimana yang akan kita lihat bahwa agama pada kenyataannya adalah permasalahan akal semata. Atau dengan kata lain, agama masuk dalam katagori permasalahan umum (general), sementara watak (sifat) dari setiap kekuatan dalam dan luar manusia adalah hanya masuk dalam katagori permasalahan parsial. Permasalahan watak itu sendiri adalah permasalahan yang sangat
khusus, yang merupakan bagian permasalahan umum yaitu agama. Dari kenyataan ini tercerminlah ketidaktahuan Freud tentang agama. Realita seperti ini adalah suatu sikap yang wajar, yang didapat dari pengalaman agama yang dianutnya yaitu: agama Yahudi dan Kristen dimana Freud sendiri adalah seorang keturunan Yahudi. Freud Menambahkan: “Agama bagaikan bentuk pengulangan suatu kejadian ketika seorang anak sedang bersama bapaknya. Sikap manusia yang berinteraksi dengan kekuatan yang dapat membahagyakan itu persis seperti sikap anak-anak yang sedang menghadapi bahaya dimana ia hanya akan merasa aman ketika berpegang atau berlindung kepada bapaknya.” Dalam arti lain, agama akan terasa melindungi kita dan menjadi pedoman kita atau pegangan dalam melangkah. Maka sebab itu, diwajibkan warga negara Indonesia harus memiliki satu keyakinan. Dengan demikian diharapkan warga negara selain warga yang taat hukum juga umat yang menjalani hidup dengan selaras sejalan dan semestinya. Dalam buku Syariah al-Mawaqif, an-Nafari mengatakan: “Tingkatkan ilmu mendekatkan diri pada Allah yang paling rendah adalah ketika kamu melihat seseorang atau sesuatu yang dapat dirasakan atau dipikirkan, kamu merasa dapat melihat Alloh pada sesuatu tersebut lebih jelas dari pada melihat apa yang kamu lihat itu. Kemampuan dalam melihat tersebut mempunyai tingkatan berbeda-beda. Sebagian sufi mengatakan mereka tidak melihat apapun apapun kecuali telah melihat Alloh. Sedangkan sebagian lagi mengatakan bahwa mereka tidak melihat sesuatu apapun kecual melihat Allah bersamanya. Ada juga yang menyatakan bahwa mereka tidak meihat apa-apa kecuali hanya Allah.” Ma’ruf al-Karfi mengatakan, “Ketika mata hati seorang sufi telah terbuka, maka tidurlah penglihatan jasadnya. Dan dia tidak melihat apa-apa kecuali hanya Alloh SWT.” Diatas dijelaskan bahwa orang yang beragama selalu mengutamakan Tuhan mereka. Semua yang dilakukan semata-mata hanya dijalan yang diridoi oleh agamanya. Hal inilah yang disalah artikan oleh pihak-pihak tertentu. Mereka dengan sengaja melakukan kericuhan dan kerusakan di negara ini atas nama Tuhan mereka. Itu sebenarnya tidak dibenarkan diagama manapun. Mereka hanya korban dari salah pemikiran yang terus mereka kembangkan menjadi sebuah kesalahan yang terus berlanjut. Akhirakhir ini banyak terjadi doktrin tau pencucian otak dengan mengatasnamakan kebenaran agama yang sesungguhnya. Hal tersebut menimbulkan kerugian yang besar bagi negara ini. Banyak keluarga yang kehilangan anggota keluarga mereka.banyak mahasiswa yang gagal melanjutkan study. Dan setelah
mereka dikembalikanpun tidak ada pertanggugjawaban yang nyata. Mereka hanya menjadi korban dari pihak-pihak tertentu yang menginginkan keuntungan semata. Agama harus memberikan bukti yang lazim dan cukup kepada manusia agar dapat menyakininya sampai pada derajat yang meyakinkan dan sempurna, sebagaimana manusia meyakini kebenaran eksperimen yang dilakukan untuk masalah-masalah ilmiah atau masalah yang dapat dirasakan oleh panca indera secara langsung. Tetaplah hendaknya berpegang pada satu agama yang kita yakini dan kita anggap benar. Banyak agama baru yang bermunculan tentunya. Tapi kebenaran tentang agama baru tersebut apakah sudah jelas? Negara-negara dalam negara agamis harus selalu menjunjung tinggi prinsip keTuhanan Yang Maha Esa, sehingga langkah-langkah yang dilakukan agama-agama itu tidak bertentangan dengan langkah-langkah negara yang juga berlandaskan “Negara berdasarkan keTuhanan Yang Maha Esa”. Dalam UUD dasar negara 1945 Pasal 28E ayat 2 dijelaskan bahwa Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaanny, menyatakan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. Dan dalam Pasal 29 ayat 2 terkandung nilai Negara menjamin kemedekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaanya. Menurut Notonagoro (2008:60): nilai kerokhanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerokhanian dapat dibedakan menjadi empat: a) nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta manusia); b) nilai keindahan (nilai estetis) nilai yang ersumber pada intuisi perasaan; c) nilai kebaikan (nilai moral) yang bersumber kehendak manusia (will, wollen, karsa manusia); d)nilai religius yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber pada kepercayaan. Ahmad Syafi’i Ma’arif (2008:151): Bila agama disalahgunakan, akibatnya bisa amat destruktif dan mengerikan. Orang akan dengan mudah salinh membunuh atas nama Tuhan. Fenomena ini tidak saja terjadi antar pemeluk agama yang berbeda, tetapi juga terjadi dikalangan intern pemeluk agama yang sama. Bila keadaan semacam ini berlaku, ketulusan dan kejujuran
sebagai manifestasi otentik dari iman sudah tidak berdaya lagi. Yang berkuasa adalah bisikkan setan yang menjerumuskan. Noor Ms Bakry dalam bukunya Pancasila Yuridis Kenegaraan : Konsekwensi sila pertama: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan beribadat menurut keyakinannya masing-masing Negara mengakui kebebasan agama-agama dan kebebasan beragama bagi tiap penduduk Agama mengatur syariatnya sendiri tidak di atur oleh negara Negara menghargai dan menghormati agama-agam dan diberi hak dan perlindungan yang sama Negara tidak mewajibkan atau melarang atau memaksakan siapa saja untuk memilih, memeluk, atau pindah agama, Negara menjunjung tinggi dan mewajibkan toleransi agama, dan melarang segala macam bentuk pelanggaran agama. Agama dalam suatu negara harus diatur oleh hukum dasar dan perundang-undangan negara dengan selalu mengingat dan dijiwai oleh firman-firman Tuhan, serta menyadari tanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian pembangunan negara yang dilaksanakan adalah dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat dengan memenuhi perintah Tuhan, yang harus dipertanggungjawabkan juga kepada Tuhan. Nilai-nilai religius sila pertama: Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat-sifatya yang sempurna, yakni Maha Kasih, Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Bijaksana, dan lain-lain sifat suci. Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan menjalankan semua perintahnya dan menjauh laranganNya. Nilai keTuhanan sebagai nilai religius meliputi nilai kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Merujuk dari studi kasus yang kita bahas tadi bisa saya sintesa bahwa keanekaragaman budaya dan keagamaan cukup beragam di Indonesia jadi sebagai warga negara Indonesia yang mempunyai landasan pancasila dan UUD 1945, warga negara mempunyai hak untuk memeluk agama dan kepercayaan yang yang dipercayainya selama agama dan kepercayaan yang mereka yakini tidak menyimpang dari norma kesusilaan dan adat yang berkembang serta tidak melanggar peraturan yang berlaku di masyarakat yang berbangsa, bernegara dan beragama. Perlunya ada ketegasan hukum yang lebih jelas tentang perlindungan hak memilih agam di negeri ini. Pengawasan serta rasa toleransi yang tinggi antar umat beragama. Agar permasalhan yang tidakseharusnya menjadi masalah bisa diatasi dengan tepat tanpa adanya perselisihan yang menimbulkan korban. Sebab di agama manapun tidak di benarkan adanya tindak kekerasan. Dengan begitu diharapkan kesejahteraan akan semakin mudah untuk dicapai di negara ini. Dan perpecahan yang mengatasnamakan agam bisa sedikit berkurang. Namun hal itu perlu didukung oleh banyak pihak yang bersangkutan. Semoga bisa dijadikan pertimbangan...
REFERENSI Effendy Slamet Yusuf, dkk. 2009. Proceeding Kongres Pancasila, Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Ms Bakry Noor. 1994.Pancasila Yuridis Kenegaraan, Yogyakarta: Liberty. Al-Husaini Ismail Muhammad. 2006. Kebenaran Mutlak Tuhan, Jatiwaringin:SAHARA PUBLISHER. Purwastuti L. Andriani Buku . 2008. Pendidikan Pancasila, Yogyakarta:UNY Press.