KONTRIBUSI TAMAN NASIONAL TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) Oleh : 1) 2) Elvida Yosefi S dan Subarudi ABSTRAK Salah satu tujuan pengelolaan kawasan konservasi khususnya Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS) tidak terbatas hanya untuk perlindungan flora dan fauna, akan tetapi juga memberikan kontribusi kepada negara dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Pengembangan ekowisata di TN BTS dapat memberikan keuntungan langsung bagi masyarakat dengan penyediaan lapangan pekerjaan dan membuka peluang-peluang usaha untuk masyarakat sekitar, diantaranya adalah sebagai pedagang souvenir, pedagang makanan dan minuman, jasa porter, karyawan hotel, jasa penyewaan peralatan berkemah dan memancing, jasa menyewakan kuda dan jeep serta partisipasinya dalam upacara Kasodo. Kontribusi kegiatan ekowisata yang lain adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) berupa penerimaan negara bukan pajak yang cukup besar dari penjualan karcis masuk TN BTS, pada tahun 2003 sebesar Rp 196.029.000,-. Penerimaan lainnya berasal dari pajak rumah makan maupun hotel/penginapan yang didistribusikan kepada masing-masing daerah perbatasan TN BTS yaitu Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang. Kata Kunci: Kontribusi Taman Nasional, Kesejahteraan Masyarakat, PAD I.
PENDAHULUAN
Keanekaragaman hayati di dunia terpusat pada hutan-hutan tropis yang terletak di sekitar garis katulistiwa, termasuk negara Indonesia. Indonesia dikenal sebagai negara megabiodiversity yang memiliki beragam kekayaan alam baik di daratan maupun di perairan. Sumberdaya hutan merupakan salah satu kekayaan alam yang penting di tengah perubahan paradigma dalam pengelolaannya dari Timber Oriented Management ke Resources Based Management, bahwa peranan hutan tidak terbatas hanya untuk menghasilkan kayu tetapi menyediakan banyak manfaat lainnya. Dalam upaya peningkatan nilai sumberdaya hutan, pengembangan jasa lingkungan dan ekowisata memiliki prospek yang cerah dan menjadi sektor andalan dalam pembengunan perekonomian negara. Pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk kegiatan wisata yang bertanggung jawab terhadap 1 2
Peneliti pada Puslitsosek, Bogor Peneliti pada Puslitsosek, Bogor
Kontribusi Taman Nasional Terhadap Kesejahteraan (Elvida Yosefi, etd.)
163
kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan tetap mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat (Fandeli, 2000). Ekowisata dalam kawasan hutan meliputi Taman Hutan Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata Alam, Taman Buru termasuk Taman Nasional. Pengembangan ekowisata di dalam kawasan hutan dapat menjamin keutuhan dan kelestarian ekosistem hutan dengan memenuhi 8 (delapan) prinsip yaitu: (1) Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya masyarakat setempat, (2) Pendidikan konservasi lingkungan, (3) Pendapatan langsung untuk kawasan sehingga dapat dipergunakan untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam, (4) Peningkatan partisipasi masyarakat, (5) Penghasilan masyarakat, (6) Menjaga keharmonisan alam, (7) Daya dukung fisik, dan (8) Peluang penghasilan kepada negara, pemerintah daerah setempat (Eplerwood, 1999 dalam Fandeli, 2000). Hampir semua prinsip di atas melibatkan masyarakat sebagai subyek dan obyek dalam pelaksanaan kegiatan ekowisata. Oleh karena itu kajian tentang kontribusi Taman Nasional terhadap kesejahteraan masyarakat sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana prinsip-prinsip tersebut diterapkan dalam pengelolaan TN sebagai kawasan ekowisata. Tulisan ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang dimiliki Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, (2) Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang membuka kesempatan kerja di ODTWA, dan (3) Mengkaji penerimaan negara baik pajak maupun non pajak dari kegiatan ekowisata di TN BTS. II. OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM (ODTWA) DI TN BTS Kawasan TNBTS ini meliputi 4 kabupaten di Jawa Timur, yaitu Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang serta Kabupaten Lumajang. Untuk memasuki kawasan TNBTS dapat ditempuh melalui pintu masuk Cemorolawang (Kabupaten Probolinggo), Wonokitri (Kabupaten Pasuruan), Ngadas ( Kabupaten Malang) dan Burno ( Kabupaten Lumajang). A. Kondisi Umum Taman Nasional Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor” 1049/Kpts-II/1992 tanggal 12 Nopember 1992. berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997 ditetapkan Organisasi Taman Nasional, namun selanjutnya mengalami perubahan menjadi Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, sesuai KeputusanMenteri Kehutanan Nomor: 6186/Kpts-II/2002 tanggal 10 Juni 2002. Mengacu pada Surat Keputusan Kepala Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Nomor: 11/Kpts/VI-BTNBTS/1998 tanggal 2 Maret 1998, TN BTS terdiri dari 3 (tiga) Seksi Konservasi Wilayah yaitu: 1. Seksi Konservasi Wilayah I, berkedudukan di Cemorolawang, Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo; 2. Seksi Konservasi Wilayah II, berkedudukan di Senduro Kabupaten Lumajang; 164
Vol. 7 No. 3 September Th. 2007, 163 - 174
3. Seksi Konservasi Wilayah III, berkedudukan di Wringinanom, Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki kawasan seluas 50.273,30 ha terletak di kawasan Pegunungan Bromo Tengger dan Semeru dengan ketinggian 1.000-3.676 m dpl. Secara administratif pemerintah termasuk dalam wilayah Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Malang dan Lumajang, Propinsi Jawa Timur. Kawasan ini merupakan tujuan wisata di Jawa Timur yang cukup banyak peminatnya. Selama tahun 2002-2003 rata-rata jumlah wisatawan mencapai 133.803 orang/tahun, terdiri dari wisatawan lokal mencapai 125.859 (94.06%) dan wisatawan asing mencapai 7.944 orang (5.94%). Sedangkan Peta rute dan obyek wisata di TN BTS dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Rute dan Obyek Wisata di TN BTS (Sumber: Anonim,2003) B. Potensi Flora dan Fauna Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki tipe ekosistem sub montana, montana dan sub alpin. Diperkirakan ada kurang lebih 600 jenis flora diantaranya adalah: jamuju (Dacrycarpus imbricatus), cemara gunung (Casuarina sp), edelweis (Anaphalis javanica), pakis uling ( Cyathea tenggeriensis), putihan (Buddleja asiatica), anting-anting (Fuchsia magallanica) dan jenis rumput langka (Styphelia pungieus) (Anonim, 2004). Selain itu juga terdapat 157 jenis anggrek, diantaranya adalah: Malaxus purpureonervosa, Maleoka witteana dan Liparis rhodochila. Fauna yang terdapat di kawasan ini meliputi kurang lebih 137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis reptilia di taman nasional ini. Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional ini antara lain luwak (Pardofelis marmorata), rusa (Cervus timorensis), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak), ayam hutan merah (Gallus gallus), macan tutul (Panthera pardus), ajag (Cuon alpinus) dan berbagai jenis burung seperti alap-alap (Accipiter virgatus), rangkong (Buceros rhinoceros silvestris), elang Kontribusi Taman Nasional Terhadap Kesejahteraan (Elvida Yosefi, etd.)
165
ular bido (Spilornis cheela bido), srigunting hitam (Dicrurus macrocercus), elang bondol (Haliastur indus), dan belibis yang hidup di Ranu Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo (Dephut, 2003). C. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) di TN BTS Secara umum terdapat 5 (lima) ODTWA dalam kawasan TN BTS yaitu Cemorolawang, Gunung Pananjakan-Dingklik, Danau Ranu Durungan, Danau Ranu Pani, dan Ranu Regulo, antara lain: 1. Cemorolawang Cemorolawang merupakan salah satu pintu masuk menuju TN BTS sekaligus ODTWA yang terletak di Kabupaten Probolinggo. Daya tarik obyek ini adalah adanya pemandangan hamparan indah laut pasir yang sangat luas. Beberapa pengunjung dapat menyewa Jeep untuk menyusuri hamparan lautan pasir yang luas maupun melakukan kegiatan berkemah. 2. Laut Pasir Tengger dan Gunung Bromo Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar. Salah satu ODTWA adalah Laut Pasir Tengger yang merupakan dasar lava dari kaldera Tengger dengan diameter 8-10 km. Didalamnya terdapat beberapa buah gunung yaitu Gunung Bromo, Gunung Kursi, Gunung Watangan, Gunung Widodaren. Pengunjung dapat melakukan kegiatan berekreasi di alam terbuka, mendaki Gunung Bromo melalui anak-anak tangga (sejumlah 255 buah) dan menikmati kawah yang unik. Bila ingin mencapai puncak Bromo, para pengunjung harus melewati lautan pasir sepanjang tiga kilometer dan menaiki 255 anak tangga. Sebenarnya untuk menuju kawasan ODTWA ini dapat melaui 4 pintu, akan tetapi pintu masuk terdekat menuju kawasan ini dapat ditempuh melewati pintu Cemorolawang. Suku Tengger yang berada di sekitar taman nasional merupakan suku asli yang beragama Hindu. Menurut legenda, asal-usul suku tersebut dari Kerajaan Majapahit yang mengasingkan diri. Uniknya, melihat penduduk di sekitar (Suku Tengger) tampak tidak ada rasa ketakutan walaupun mengetahui Gunung Bromo itu berbahaya, termasuk juga wisatawan yang banyak mengunjungi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru pada saat Upacara Kasodo. Daya tarik pada kawasan ini, wisatawan dapat menikmati Upacara Kasodo diselenggarakan setiap tahun pada bulan purnama. Melalui upacara tersebut, masyarakat Suku Tengger memohon panen yang berlimpah atau meminta tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit, yaitu dengan cara mempersembahkan sesaji dengan melemparkan ke kawah Gunung Bromo, sementara masyarakat Tengger lainnya menuruni tebing kawah dan meraih untuk menangkap sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah, sebagai perlambang berkah dari Yang Maha Kuasa. 3. Gunung Pananjakan-Dingklik Obyek wisata lain dari TN BTS adalah Gunung Penanjakan (2.774 m dpl), dari puncak dengan suhu yang sangat rendah yaitu sekitar 50C, Gunung ini dapat terlihat pemandangan yang mempesona berupa hamparan laut pasir Tengger pada saat matahari terbit, keindahan Gunung Batok, Gunung Bromo dan Gunung Semeru. Hutan di Blok Penanjakan-Dingklik merupakan hutan campuran yang didominasi cemara dan Acacia decuren, dan tumbuhan daun lebar lainnya. Blok ini merupakan 166
Vol. 7 No. 3 September Th. 2007, 163 - 174
habitat alam hutan. Selain itu juga terdapat sumber air yang sangat penting bagi masyarakat sekitar, pengusaha hotel, camp intelejen, dan kantor TN BTS di Seksi Konservasi Wilayah I. Pintu masuk terdekat menuju kawasan ini dapat ditempuh melewati pintu Wonokitri (Pasuruan). 4. Danau Ranu Darungan Obyek wisata lain yang dapat dinikmati adalah Ranu Darungan, yang merupakan salah satu dari danau yang terdapat di TN BTS tepatnya Seksi Konservasi Wilayah II, Resort Pronojiwo. Secara administrasi pemerintahan Ranu Darungan termasuk dalam wilayah Kab. Lumajang di Dukuh Darungan Desa Pronojiwo Kecamatan Pronojiwo. Untuk mencapai Ranu Darungan dari Pronojiwo hanya bisa menggunakan kendaraan pribadi karena tidak ada angkutan umum. Danau Ranu Darungan mempunyai luas sekitar ±0,5 ha, terletak pada ketinggian diatas 750m dari permukaan laut (Anonim, 2003). Pintu masuk terdekat menuju kawasan ini dapat ditempuh melewati pintu Burno (Kabupaten Lumajang). Daya tarik Ranu Darungan terutama adalah kekhasan alam yaitu adanya hutan disekitar danau yang relatif masih terjaga kondisinya. Di Ranu Darungan pengunjung bisa menikmati suasana alam yang tenang dan dapat menyaksikan keanekaragaman flora dan fauna, termasuk satwa liar yang hidup bebas. Pengunjung juga dapat berkemah dan memancing. 5. Danau Ranu Pani, dan Ranu Regulo Ranu Pani (1 ha) dan Ranu Regulo (0,75 ha) merupakan dua dari empat danau yang terdapat di TN BTS. Untuk mencapai Ranu Pani-Regulo dapat melalui dua jalur yaitu dari arah Lumajang melalui Senduro (±50 km) melalui pintu masuk Burno dan dari arah Tumpang-Malang (±53 km) yang dapat dicapai melalui pintu masuk Ngadas. Kedua danau ini berada pada ketinggian 2.200 meter dari muka laut memiliki keindahan alam cukup menarik. Dari tempat ini dapat disaksikan keindahan panorama Gunung Semeru dengan kepulan asapnya, menikmati keindahan alam sekitar danau, mengamati kehidupan satwa liar khususnya satwa migran burung belibis, dan mengamati budaya/adat istiadat penduduk setempat. Meskipun sudah ada kegiatan camping, dan penelitian di kawasan tersebut, Danau Ranu Pani belum menjadi tujuan utama pengunjung; para pendaki hanya memanfaatkan sebagai tempat singgah sebelum mendaki Gunung Semeru (Anonim, 2003). Sebagian besar motivasi wisatawan mengunjungi Danau Ranu Darungan, Ranu Pani dan Ranu Regulo adalah menikmati keindahan alam, menyaksikan keanekaragaman flora dan fauna, termasuk satwa liar yang hidup bebas, berkemah dan memancing. Selain KelimaODTWA diatas, masih ada potensi sumberdaya alam yang belum dikembangkan dalam pengelolaan TN BTS ini, antara lain adalah Hutan Alam (Ledok Malang-Ireng-Ireng) dan Blok Adasan. 6. Hutan Alam (Ledok Malang-Ireng-ireng) Hutan disepanjang jalur Ledok Malang-Ireng-ireng merupakan hutan alam tropis yang didominasi oleh tumbuhan sepat, suren, rotan, liana, piji, bambu, pisang. Satwa liar yang dapat dijumpai di blok tersebut adalah jenis burung, macan tutul, babi hutan, rusa, lutung. Sedangkan di hutan alam sepanjang jalur pendakian (Ranu PaniWatu Rejeng-Ranu Kumbolo) didominasi oleh tumbuhan sepat, suren, rotan, liana, piji, cemara, senduro, anggrek dan edelwis. Daya tarik kawasan ini terletak pada tumbuhan dan satwa liar yang masih asli serta pemandangan hutan tropis yang Kontribusi Taman Nasional Terhadap Kesejahteraan (Elvida Yosefi, etd.)
167
menarik. Terdapat tebing batu yang bernama Waturejeng yang dapat digunakan sebagai latihan panjat tebing. Juga terdapat padang rumput Klosot dengan tumbuhan khas padi semeru. Untuk mencapai kawasan ini dapat dicapai melalui pintu masuk Ngadas ataupun Burno. 7. Blok Adasan Blok Adasan terletak di laut pasir sebelah tenggara ke arah Jemplang. Dinamakan Adasan karena merupakan habitat dari adas (Foeniculum vulgare). Hal ini unik dan menjadi daya tarik dari blok ini adalah proses suksesi dari tumbuhan adas. Di musim kemarau tumbuhan ini sengaja dibakar oleh masyarakat agar muncul permudaan (trubusan) yang lebih baik di musim penghujan. Selain itu penyebarannya berpindah-pindah menurut arah mata angin yang menyebarkan bijinya. Untuk mencapai kawasan ini dapat dicapai melalui pintu masuk terdekat yaitu Ngadas. III. MANFAAT EKONOMI TN BTS BAGI MASYARAKAT SEKITAR Pengelolaan kawasan konservasi khususnya taman nasional dimaksudkan untuk perlindungan dan pelestarian ekosistem alami. Disisi lain ternyata kawasan konservasi tersebut mampu memberikan manfaat ekonomi yang cukup besar untuk negara dan memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat sekitar. Manfaat ekonomi yang diperoleh masyarakat sekitar, sesuai dengan lokasi masing-masing ODTWA TN BTS adalah sebagai berikut: A. Cemorolawang Cemorolawang di Kabupaten Probolinggo merupakan pintu masuk menuju kawasan menuju taman nasional yang paling banyak dikunjungi wisatawan, karena memiliki aksesibilitas yang cukup baik. Mata pencaharian utama masyarakat Cemorolawang adalah petani, akan tetapi mereka juga memiliki pekerjaan sampingan, baik sebagai pedagang souvenir, porter dan lainnya. Kegiatan masyarakat yang dapat memberikan tambahan ekonomi di daerah ini, diantaranya adalah: 1. Penjualan Souvenir Masyarakat setempat membuat dan menjual souvenir seperti pin, badge dan gantungan kunci seharga Rp 4.000,- sampai dengan Rp 7.500,- Beberapa kios souvenir menjual kaos bergambar Gunung Bromo seharga Rp 50.000,- per buah. Selain itu juga dijual jaket, celana, perlengkapan berkemah maupun memancing dengan harga yang bervariasi. 2. Penjualan Makanan dan Minuman Wisatawan yang berkunjung ke kawasan ini tidak perlu kuatir akan kekurangan bahan makanan, karena banyak terdapat pedagang yang menawarkan makanan dan minuman. 3. Jasa Porter Sebagian masyarakat setempat memanfaatkan ekowisata di TN BTS dengan menjadi porter. Para wisatawan dapat menggunakn jasanya untuk mengangkat barangbarang seperti tas, perlengkapan camping dan lain-lain. Porter ini berperan sekaligus sebagai pemandu wisata dengan tarif Rp 35.000-Rp 40.000 perharinya untuk wisatawan nusantara. 168
Vol. 7 No. 3 September Th. 2007, 163 - 174
4.
Karyawan Hotel Penginapan Di pintu masuk daerah Cemorolawang terdapat banyak hotel dan penginapan, sehingga membuka peluang kerja untuk masyarakat setempat untuk menjadi office boy, pegawai front office hingga juru masak hotel. B. Laut Pasir Tengger dan Gunung Pananjakan Pintu masuk terdekat untuk mencapai kawasan ini adalah Cemorolawang. Aksesibilitas menuju kawasan ODTWA Laut Pasir Tengger dan Gunung Pananjakan sangat rendah untuk dijangkau kendaraan bermotor (roda 4 dan roda 2), karena kondisi jalan yang kurang memadai. Namun hal ini justru membuka peluang usaha bagi masyarakat berupa penyewaan kuda , jeep, jaket dan sweater. 1. Menyewakan Kuda Bagi wisatawan yang membawa kendaraan pribadi hanya bisa dipergunakan sampai Desa Ngadisari atau Desa Cemorolawang. Selanjutnya perjalanan menuju Bromo dapat mempergunakan kuda milik penduduk setempat, yang memang disewakan untuk keperluan tersebut. Bagi yang enggan berjalan kaki bisa menyewa kuda dengan tarif Rp 20.000 hingga Rp 50.000,- tergantung jarak yang ditempuh. Masyarakat setempat mendapat tambahan penghasilan dari menyewakan kuda untuk wisatawan. 2. Menyewakan Jeep Apabila wisatawan ingin mengeliligi hamparan laut pasir, Desa Cemorolawang dan melihat sunrise di Gunung Penanjakan dapat menyewa jeep milik masyarakat setempat. Biasanya mereka menyewakan jeep untuk wisatawan dengan tarif kurang lebih Rp 100.000,3. Menyewakan Jaket dan Sweater Suhu digunung Pananjakan yang sangat rendah yaitu sekitar 5ºC, dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk menyewakan sweater maupun jaket tebal dengan tarif Rp 20.000,- perharinya. C. Gunung Bromo Pada kesempatan Upacara Kasodo, sebagian masyarakat memanfaatkannya dengan menjual makanan maupun menyediakan jasa porter untuk wisatawan yang hendak melihat uapacara tersebut. Selain itu, masyarakat Tengger juga terlibat dalam pementasan Sendratari Rara Anteng Jaka Seger di panggung terbuka Desa Ngadisari, Kabupaten Probolinggo. D. Danau Ranu Darungan, Ranu Pani dan Ranu Regulo Masyarakat setempat biasanya menjual jasa dengan menyewakan beberapa peralatan seperti tenda, sleeping bed, alat pancing, jaket dan lain-lain. Sebagai contoh, mereka menyewakan tenda (kapasitas 2 orang) kepada wisatawan sebesar Rp 25.000,/hari sedangkan sleeping bed disewakan dengan tarif yang lebih murah yaitu Rp 15.000,/hari.
Kontribusi Taman Nasional Terhadap Kesejahteraan (Elvida Yosefi, etd.)
169
IV. PENERIMAAN NEGARA DAN PAD Suatu kawasan wisata yang dikelola dan dikembangkan secara menarik akan memberikan nilai tambah yang sangat besar pada penerimaan negara dan PAD. Penerimaan negara tersebut terdiri Penerimaan Negara dari Pajak (PNP) dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). A. Penerimaan Negara dari Pajak Penerimaan negara dari pajak yang dikelola oleh TN BTS antara lain bersumber dari pajak penghasilan (PPh), pajak sewa rumah dinas, pajak pendapatan dan pengadaan barang proyek pembangunan TN BTS. Pada tahun 2003, penerimaan pajak yang dilaksanakan oleh Bendaharawan dan telah disetorkan kepada Kas Negara di Malang sejumlah Rp 30.783.505,- adalah dari PNP yang disetor ke Kas Negara di wilayah kabupaten-kabupaten lain (Probolinggo, Pasuruan dan Lumajang). Selain itu pemerintah daerah juga menerima pendapatan dari pajak pengembangan sarana pendukung kegiatan ekowisata, dengan adanya hotel-hotel maupun rumah makan yang ada sebagai sumber PAD. Adapun daftar hotel-hotel yang ada di sekitar kawasan terdapat pada tabel 1 di bawah ini: Tabel 1. Daftar Beberapa Hotel yang Berada di Sekitar Kawasan TN BTS No
Nama Hotel
Lokasi
1
Yochis
Wonokerto, Probolinggo
2
Bromo Permai
Cemorolawang
3
Raya Bromo
Sukapura, Probolinggo
4
Bromo Tosari
Raya Tisari, Pasuruan
5
Bromo Homestay
Sukapura, Probolinggo
6
Cemara Indah
Cemorolawang, Probolinggo
7
Puri Lava
Cemorolawang, Probolinggo
8
Sang Dimur
Sukapura,Probolinggo
9
Bukit Lava
Cemorolawang, Probolinggo
10
Bromo Surya Indah
Wonokitri, Pasuruan
11
Pendopo Agung
Wonokitri, Pasuruan
12
Pondok Wisata Surya Nata
Wonokitri, Pasuruan
13
Hotel Aloha
Malang
*Data Dikumpulkan dari Berbagai Sumber
170
Vol. 7 No. 3 September Th. 2007, 163 - 174
B. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dikelola TN BTS berupa restribusi/karcis masuk kawasan adalah sebesar Rp 196.029.000,-yang diterima dari 4 lokasi masuk ke dalam kawasan, yang meliputi pintu masuk Cemorolawang (Kabupaten Probolinggo), Wonokitri (Kabupaten Pasuruan), Ngadas (Kabupaten Malang) dan Burno ( Kabupaten Lumajang). Jumlah PNBP yang diterima TN BTS tahun 2003 sebesar Rp 196.029.000,- yang secara rinci dijelaskan pada tabel 2. Tabel 2. Pungutan Retribusi Berdasarkan Jumlah Pengunjung TN BTS Tahun 2003 No
Lokasi Pungutan
1
Cemorolawang Kab.Probolinggo
2
3
4
Wonokitri Kab. Pasuruan
Ngadas Kab. Malang
Burno Kab. Luma jang
Jenis Pengunjung Biasa Pelajar Kendaraan roda 4 Kendaraan roda 2 Biasa Pelajar Kendaraan roda 4 Kendaraan roda 2 Biasa Pelajar Kendaraan roda 4 Kendaraan roda 2 Biasa Pelajar Kendaraan roda 4 Kendaraan roda 2
Jumlah Pengunjung Jumlah Kendaraan roda 4 Jumlah Kendaraan roda 2
Total Jumlah Pengunjung WISNU WISMAN Pengunjung 49.976 4.580 54.556 24.134 24.134
Jumlah Pendapatan 109.112.000 24.134.000
1.462
714
2.176
4.352.000
15.138 7.737
5.269 -
20.407 7.737
40.814.000 7.737.000
702
319
1.021
2.042.000
937 1.523 1.541
17 -
937 1.540 1.541
937.000 3.080 1.541.000
-
-
-
-
329 1.420
97 -
426 1.420
825.000 1.420.000
4
-
4
8.000
101.798 2.168 937
9.963 1.033 -
111.761 3.495 196.029.000
Sumber : Laporan Akuntabilitas Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semereu tahun 2004 Keterangan : WISNU = Wisatawan Nusantara WISMAN = Wisatawan Mancanegara
Selama ini total penerimaan dan retribusi yang selanjutnya didistribusikan, sesuai Keputusan Menteri Kehutanan No. 878/Kpts-II/1999 kepada masing-masing pihak. Adapun rincian pembagian rincian pembagian hasil penjualan retribusi/karcis masuk tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 3.
Kontribusi Taman Nasional Terhadap Kesejahteraan (Elvida Yosefi, etd.)
171
Tabel 3. Alokasi Penerimaan Retribusi dan TN BTS, 2003 No 1 2 3
4 5 6
Pihak Terkait Kas Negara BUN Departemen Kehutanan PEMKAB - Probolinggo - Pasuruan - Malang - Lumajang PEMPROP JAWA TIMUR Badan Koordinasi wilayah III Jawa Timur Balai TN BTS Total
Persentase (%)
20 5
Jumlah Penerimaan (Rp) 29.404.350 29.404.350 78.411.600 55.039.200 20.612.000 1.848.400 912.000 39.20 5.800 9.801.450
5 100
9.801.450 196.029.000
15 15 40
Tabel 3 menunjukkan bahwa besarnya penerimaan masing-masing PEMKAB ditetapkan secara proporsional dengan besarnya penerimaan retribusi di pintu masuk wilayahnya. Sebagai contoh, penerimaan di Kabupaten Probolinggo adalah yang terbesar diantara 3 kabupaten lainnya, karena jumlah pengunjung yang masuk melalui pintu Cemorolawang yang berada di Kabupaten Probolinggo adalah yang terbesar. Dari penerimaan total PEMKAB, prosentase masing-masing kabupaten adalah sebagai berikut: Kabupaten Probolinggo (71,02 %), Kabupaten Pasuruan (26,60%), Kabupaten Malang (2,29%) dan Kabupaten Lumajang (0,001). Adanya pembagian masing-masing 5 % hasil penerimaan retribusi untuk Bakorwil dan Balai TN BTS merupakan kebijakan lokal dari Gubernur Jawa Timur, bukan kebijakan dari Departemen Kehutanan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Balai TN BTS sebagai pengelola hanya menerima proporsi yang sangat kecil (5%) dari hasil pendapatan hasil ekowisata, padahal Balai TN BTS sendiri yang mengelola dan mencetak karcis masuk kawasan ekowisata tersebut. Semangat otonomi daerah telah mendorong PEMKAB untuk menggali sumber PAD tidak terkecuali dari kegiatan ekowisata di TN BTS. Terlebih dalam Inpres No. 9 tahun 1969 menyebutkan bahwa tujuan pengembangan pariwisata, antara lain adalah meningkatnya pendapatan devisa khususnya dan pendapatan negara dan masyarakat, perluasan kesempatan kerja dan mendorong kegiatan industri penunjang dan industri sampingan lainnya (Santoso, 2000). V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Taman nasional memiliki konsep biospher reserve yaitu perlindungan dan pelestarian terhadap tipe-tipe ekosistem dan pemanfaatan secara terkendali dari sebagian sumberdaya alam didalamnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Konsep ini membuka kemungkinan bahwa taman nasional tidak hanya untuk protection dan conservation utilization tetapi juga other benefits. Hal ini 172
Vol. 7 No. 3 September Th. 2007, 163 - 174
dimungkinkan untuk dilaksanakan, karena adanya pengelolaan taman nasional dengan sistem zonasi baik zona inti, zona rimba bahkan zona pemanfaatan intensif untuk kegiatan ekowisata. Sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan ekowisata mempunyai dampak sosial ekonomi yang dapat diperhitungkan. Kontribusi atau manfaat ekonomi dari kegiatan ekowisata di kawasan TN BTS telah membuka kesempatan kerja untuk masyarakat sekitar bahkan menghasilkan penerimaan negara dan PAD. Kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar adalah sebagai pedagang souvenir, pedagang makanan dan minuman, jasa porter, karyawan hotel, jasa penyewaan peralatan berkemah dan memancing, jasa menyewakan kuda dan jeep serta partisipasinya dalan upacara Kasodo. Adanya ODTWA yang belum dikembangkan seperti Hutan Alam (Ledok Malang-Ireng-ireng) dan Blok Adasan, apabila dikembangkan akan mendorong industri penunjang pariwisata dan menyediakan kesempatan pekerjaan bagi masyarakat sekitar TN BTS. Penerimaan negara yang cukup besar yaitu Rp 196.029.000,- dari kegiatan ekowisata (penjualan karcis masuk) di TN BTS telah didistribusikan kembali kepada masing-masing daerah yaitu Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang. Kabupaten Probolinggo menerima hasil penjualan karcis masuk kawasan paling besar karena rute ataupun jalan menuju kawasan yang relatif baik. Sedikitnya pengunjung melalui pintu masuk Burno, Kabupaten Lumajang menyebabkan sedikitnya penerimaan untuk daerah. Selain dari penjualan karcis masuk, PEMKAB masih memperoleh penerimaan dari pajak rumah makan maupun hotel dan penginapan yang banyak terdapat di sekitar kawasan taman nasional. B. Saran 1. Balai TN BTS diharapkan dapat mengembangkan kesempatan kerja yang sudah ada dan membuka ODTWA yang potensial untuk dikembangkan dengan melibatkan masyarakat sebagai upaya mewujudkan pengelolaan taman nasional berbasis masyarakat. 2. Balai TN BTS hendaknya tidak menitikberatkan pengelolaan kawasan untuk aspek perlindungan dan pengawetan kawasan beserta isinya (Security Approach), tetapi juga mengembangkan aspek pemanfaatan untk kesejahteraan masyarakat (Prosperity Aprroach) DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003. Penyempurnaan Data Potensi ODTWA Taman ansional Bromo tengger Semeru. http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDOENGLISH/peny_tnbts.htm Anonim. 2003. Bromo Tengger Semeru Park: Route Map to Bromo Tengger Semeru National Park. http://eastjava.com/books/bromo/html/tourism_ cultraction.html Anonim. 2004. Kawasan Konservasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Http://www.vision.net.id/detail.php Kontribusi Taman Nasional Terhadap Kesejahteraan (Elvida Yosefi, etd.)
173
Dephut.2003. taman Nasional Bromo Tengger Semeru. http://www.dephut.go.id/ INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn-bromo.htm Epleerwood,M.1999. Successful Ecotoursm Business The Right Approach. Word Conference. Kota Kinibalu, Sabah Fandeli. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Santoso, P.2000. Pembangunan Pariwisata dan Peran serta Masyarakat G. Bromo. Masyarakat Kebudayaan dan Politik XIII, No.2, April 2000, 37-44.
174
Vol. 7 No. 3 September Th. 2007, 163 - 174