eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
KONSTRUKSI REALITAS PEMBERITAAN BRANKAS NAZARUDDIN DALAM LAPORAN UTAMA MAJALAH TEMPO Raisa Januarti1, Dede Mulkan2, Herlina Agustin 3 Jurusan Ilmu Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas padjadjaran
Corresponding Author :
[email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Majalah Tempo menyusun fakta (struktur sintaksis), mengisahkan fakta (struktur skrip), menulis fakta (struktur tematik), dan menekankan fakta (struktur retoris) dalam pemberitaan mengenai brankas Nazaruddin sesuai dengan elemen analisis framing model Zhongdang Pan dan Kosicki dan bagaimana konteks realitas sosial wartawan dalam menuliskan pemberitaan mengenai brankas Nazaruddin. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif analisis framing dengan elemen model Zhongdang Pan dan Kosicki. Pada elemen Struktur Sintaksis, Majalah Tempo ini berangkat dari kesaksian para pegawai staf keuangan Grup Permai dan catatan pengeluarannya, juga memperlihatkan sosok Nazaruddin dan perusahaannya dengan proyek – proyek yang dikerjakan oleh Grup Permai yang dibantu oleh pihak – pihak tertentu sehingga keluarlah “dana support”. Pada elemen Struktur Skrip, Majalah Tempo hendak memberitahukan pembacanya bahwa kasus Angie – Nazar tersebut adalah peristiwa besar, karena didalamnya turut campur tokoh politikus. Pada elemen Struktur Tematik, Majalah Tempo menggunakan koherensi penjelas, koherensi penegas serta detail. Koherensi-koherensi tersebut selain diarahkan dalam segenap data seputar kasus Angie - Nazar, rupanya Majalah Tempo juga hendak memberitakan kepada khalayak mengenai posisi Angie dalam kasus tersebut dan perincian perusahaan apa saja yang berada di naungan Grup Permai yang mengerjakan proyek pemerintahan. Pada elemen Struktur Retoris, Majalah Tempo menggunakan leksikon dan gaya bahasa, pemilihan kata yang berkarakter untuk menekankan suatu istilah. Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah mengharapkan pemberitaan yang terbuka, jelas, dan adil tanpa berpihak pada suatu kepentingan dengan memberikan berita yang jujur kepada khalayak.
Keywords
: konstruksi realitas wartawan
1
Penulis Pembimbing Utama 3 Pembimbing Pendampin 2
Raisa Januarti - Konstruksi Realitas Pemberitaan Brankas Nazaruddin... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 1 of 16
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
PENDAHULUAN
Hampir setiap negara di dunia memiliki penyakit yang sama, yakni korupsi. Negara Indonesia pun tidak luput dari ‘penyakit’ tersebut. Di tahun 20032004 Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Cina sebagai negara terkorup di dunia, dan di tahun 2011 Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara terkorup di Asia. Tentunya ini bukanlah hal yang membanggakan. Korupsi sendiri diambil dari kata corruptio yang berasal dari bahasa latin yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi berarti penyelewengan atau penggelapan (uang) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Pengertian korupsi dalam arti modern baru terjadi kalau ada konsepsi dan pengaturan pemisahan keuangan pribadi dan sebagian pejabat sangat penting, sebab seorang raja tradisional tidak dianggap sebagai koruptor jika menggunakan uang negara, karena raja adalah negara itu sendiri. Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Di Indonesia terdapat berbagai kasus korupsi, namun kebanyakan dari kasus tersebut yang sering diangkat ke ruang publik melalui perangkat media massa adalah korupsi di pemerintahan. Korupsi seakan – akan menjadi topik terfavorit setelah kriminal untuk masyarakat Indonesia. Korupsi lahir di tengah situasi dimana oligharki politik mendominasi dalam pembuatan kebijakan publik di
satu
sisi
dan
tiadanya
public
accountability
sebagai
mekanisme
pertanggungjawaban kekuasaan di sisi yang lain. Kondisi ini diperparah dengan sempitnya ruang partisipasi politik karena tidak adanya peluang dalam sistem politik yang dapat digunakan untuk meminta pertanggungjawaban wakil rakyat di parlemen. Tali mandat antara pemilih dengan wakilnya di parlemen terputus karena para wakil rakyat yang dipilih melalui mekanisme pemilu justru mengabdi pada kepentingan partai politik dan kelompok kepentingan yang menjadi cukong politiknya, daripada menyuarakan kepentingan rakyat.
Raisa Januarti - Konstruksi Realitas Pemberitaan Brankas Nazaruddin... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 2 of 16
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
Realitas oligharki elit politik kian korup karena ditopang oleh struktur sosial paternalistik dan patriarkhis yang melahirkan ketidakberdayaan rakyat dalam mengontrol pemerintahan. Sebaliknya, kesadaran politik rakyat dikontrol oleh tokoh-tokoh yang sebagian besar adalah perpanjangan tangan kekuasaan. Perselingkuhan elit masyarakat dengan penguasa menyebabkan tiadanya peluang bagi rakyat untuk dapat mendesakkan kepentingannya. Lemahnya kontrol publik memiliki dampak yang sangat luas terutama pada usaha reformasi birokrasi pemerintahan. Korupsi berkembang subur di birokrasi, terutama yang menjadi ujung tombak pelayanan mendasar kebutuhan publik seperti pendidikan, kesehatan, air minum, dan listrik. Dengan pelayanan yang buruk, publik harus membayar mahal. Kekuasaan politik tidak memiliki prioritas untuk membuat perubahan di birokrasi dan memperbaiki pelayanan kebutuhan dasar yang menjadi hak rakyat. Birokrasi justru menjadi mesin keuangan politik bagi kekuatan oligharki yang berkuasa. Hal inilah yang menjadikan media massa selalu menggangkat topik tersebut. Seperti media massa di Indonesia yang sekarang sedang gencar – gencarnya memberitakan korupsi yang terjadi atas pembangunan Wisma Atlet di Palembang, Salah satunya Majalah Mingguan Tempo. Berawal dari kasus Nazarrudin mengenai korupsi yang terjadi di Partai Demokrat hingga merembet ke kasus korupsi lainya, salah satunya kasus korupsi Wisma Atlet yang menyeret banyak “nama besar”.
Raisa Januarti - Konstruksi Realitas Pemberitaan Brankas Nazaruddin... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 3 of 16
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
LATAR BELAKANG
Komisi Pemberantasan Korupsi akhirnya menetapkan Angelina Sondakh, anggta Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Demokrat, sebagai tersangka suap kasus Wisma Atlet SEA Games. Mantan Puteri Indonesia ini menyusul M. Nazaruddin, rekan separtainya yang sudah lebih dulu menjadi terdakwa kasus yang sama. Yulianis dan Oktarina Furi adalah staf keuangan Grup Permai, kelompok perusahaan Nazaruddin, yang mengetahi betul keluar-masuknya uang kas Group Permai. Kesaksiannya membuat Angelina Sondakh menjadi tersangka. Yulianis mengaku Rosalina pernah memintanya untuk memberikan uang kepada Angelina. Yulianis beserta Oktarina menyiapkan uang sebesar Rp 2,5 miliar atas persetujuan Nazaruddin dari kas Grup Permai. Namun, Angelina Sondakh terus meminta sisa dari “utang” sebanyak Rp 3 miliar. Seperti yang dikatakan Majalah Tempo edisi 6-12 Februari 2012 : “Ketika ditemui, kata Rosa, Angelina marah – marah dan meminta sisa “semangka” sebanyak tiga kilogram. Maksudnya, Angelina minta kekurangan duit sebanyak Rp 3 miliar. Tak dijelaskan Rosa mengapa “utang” yang tadinya Rp 6-8 miliar tinggal Rp 3 miliar. “Dia merasa tidak enak karena ditanyai oleh Ketua Bangar dan Ketua Komisi X,” kata Rosa.” Hal inilah yang menjerat Angelina Sodakh menjadi tersangka. Angelina diduga menerima jatah dari Rp 5 miliar yang diantarkan Lutfhi Ardiansyah, sopir Yulianis, dua kali keruangan klega Angelina Olahraga, I Wayan Koster. Masing – masing Rp 3 miliar dan Rp 2 miliar pada Mei 2010. Pengeluaran uang tersebut dicatat dengan baik oleh Yulianis dan Oktarina. Bukan hanya Nazaruddin dan Angelina Sondakh, nasib sejumlah politikus kini berada di ujung telunjuk Yulianis dan Oktarina. Kesaksian mereka bisa membuat seorang politikus masuk jurang. Salah satunya adaalh Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Gara – gara kasus Nazar, sejumlah politikus di Partai Demokrat bahkan meminta Anas mundur. Apalagi tersiar kabar Anas segera menjadi tersangka, entah dari kasus Nazar yang mana. Diurutkan menurut tanggal, semua pengeluaran dicatat dalam enam belas kolom laporan kas. Di antaranya berisi tanggal pengajuan, pengambilan, Raisa Januarti - Konstruksi Realitas Pemberitaan Brankas Nazaruddin... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 4 of 16
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
penerimaan uang, keperluan, juga mata uang yang dikeluarkan. Di situ tercantum nama politikus, menteri, hingga pejabat badan usaha milik negara. Laporan keuangannya dicatat sejumlah anggota staf, termasuk Yulianis dan Oktaria Furi. Catatan mereka yang disita Komisi Pemberantasan Korupsi hampir setahun lalu, kini menjadi peluru untuk membidik Nazaruddin sebagai tersangka tindak pencucian uang. Seperti yang terdapat dalam laporan utama “Brankas Nazaruddin” Majalah Tempo 13 – 19 Februari 2012 : “Lazimnya, pengeluaran perusahaan berhubungan dengan biaya operasional dan biaya tetap semacam ongkos listrik. Tapi, dalam catatan brankas Grup Permai, ada komponen lain dalam pengeluaran perusahaan. Para pegawai di Menara Permai, Mampang, menyebutnya “biaya support” karena duit dikucurkan untuk “belanja” proyek melalui Dewan Perwakilan Rakyat dan kementrian. “Dipakai untuk menggiring suatu proyek,” kata Yulianis ketika menjadi saksi untuk terdakwa Nazaruddin, Rabu dua pekan lalu” Tiga politikus Senayan tercantum dalam daftar, yakni, Tamsil Linrung dari Partai Keadilan Sejahtera, I Wayan Koster dari Partai Demokrai Indonesia Perjuangan, dan Angelina Sondakh dari Partai Demokrat. Angelina telah ditetapkan sebagai tersangka dalam perkara suap pembangunan Wisma Atlet Jakabaring, Sumatera Selatan. (Wikipedia/Nazarudin). Hal inilah yang membuat peneliti tertarik mengangkat masalah mengenai Nazaruddin – Angelina Sondakh yang diberitakan oleh Majalah Tempo. Peneliti mengambil satu majalah mingguan untuk diteliti, yakni Majalah Tempo edisi 13 – 19 Februari. Hal ini dikarenakan Majalah Tempo satu – satunya yang menuliskan laporan mengenai “brankas” Nazaruddin sebagai laporan utama mereka dengan headline ‘APEL’ ANGIE BRANKAS NAZAR. Dan merupakan isu sosial yang sedang aktual saat ini. Majalah Tempo mengkaji berita menganai Angie-Nazar dari sisi lain, tidak seperti media massa yang lainnya. Majalah Tempo membahas mengenai keuangan perusahaan Nazaruddin dan juga data pengeluarannya. Dalam laporan keuangan Nazaruddin inilah yang membuat Angelina Sondakh dan pejabat lainnya terkena kasus suap. Suatu berita memiliki nilai layak jika di dalamnya ada unsur kejelasan (clarity) tentang kejadiannya, ada unsur kejutan (surprise), ada unsur kedekatannya (proximity) secara geografis, serta ada dampak (impact) dan konflik Raisa Januarti - Konstruksi Realitas Pemberitaan Brankas Nazaruddin... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 5 of 16
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
persoalannya. Dalam pandangan positivis, media dilihat sebagai saluran. Media adalah sarana bagaimana pesan disebarkan dari komunikator ke penerima (khalayak), media disini murni sebagai saluran tempat bagaimana transaksi pesan dari semua pihak yang terlibat dalam berita. Media dilihat sebagai sarana netral, pendeknya, media disini tidak
berperan dalam membentuk realitas. Namun
pandangan ini ditentang oleh konstruksionis menurutnya, media dilihat sebaliknya. Media massa juga menjadi sebuah tempat pertarungan ideologi. Antonio Gramsci (dalam Sobur, 2002:30) melihat media sebagai ruang di mana berbagai ideologi direpresentasikan. Ini berarti, di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebar ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana publik. Namun di sisi lain, media juga bisa menjadi resistensi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideologi dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus juga bisa menjadi instrumen perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan. Setiap pemberitaan pasti memiliki gagasan sentral terhadap peristiwa dalam laporan pemberitaannya. Selain itu juga memiliki interaksi simbolik, yang akan menunjukan pembenaran terhadap cara pandang terhadap isu yang diberikan. Dari berita yang dimuat dan kronologis yang telah diuraikan tersebut, ada kesan beberapa informasi yang ditampilkan dalam pemberitaan di media massa menggambarkan adanya proses seleksi dan penonjolan aspek tertentu dari realitas. Dalam menyajikan berita, media cetak tidak terlepas dari visi dan misinya. Keberadaan media cetak dalam teori sosial tidak terlepas dari interaksi sosial. Hal ini berarti bahwa kebebasan pers yang bertanggungjawab, menghendaki tingkat kehati-hatian, kecerdasan pengelola media massa dalam mensiasati pasar pendukungnya. Pilihan berita oleh setiap media ditentukan dengan berbagai pertimbangan, Shoemaker dan Reese (1991:223) misalnya, menyebutkan ada lima faktor yang mempengaruhi kecenderungan berita suatu media, yaitu : individu pekerja media, rutinitas media, organisasional, ekstra media dan ideologi. Dari kelima faktor yang mempengaruhi kecenderungan berita suatu media diatas, kognisi sosial wartawan/individu pekerja media akan mempengaruhi perbedaan Raisa Januarti - Konstruksi Realitas Pemberitaan Brankas Nazaruddin... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 6 of 16
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
kecenderungan berita setiap media. Kognisi sosial merupakan kesadaran mental wartawan, karena setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa. Faktor tersebut
juga
akan
memungkinkan
setiap
media
berbeda
dalam
mengkonstruksikan (memberitakan) tentang realitas yang sama.
Raisa Januarti - Konstruksi Realitas Pemberitaan Brankas Nazaruddin... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 7 of 16
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
PENJELASAN
Jurnalisme adalah fenomena sosial dan merupakan kenyataan bagi masyarakat yang terlibat di dalamnya. Artinya masyarakat menyadari dan merasakan bahwa jurnalisme itu muncul dalam dunia sehari – hari, masyarakat menyimpan pengalaman tentang jurnalisme sebagai pengetahuan dan realitas sosial mereka, karena jurnalisme tak lain adalah system yang dilahirkan masyarakat untuk memasok berita (Bill Kovach & Tom Rosentiel, 2003:2). Wartawan bagian dari masyarakat yang menciptakan sebuah kenyataan atau realitas. Realitas muncul akibat adalanya tindakan sosial. Realitas sosial menurut Berger dan Luckmann adalah suatu kualitas yang terdapat dalam fenomena – fenomena yang kita akui memiliki keberadaan yang tidak bergantuk pada kehendak kita (Peter Berger dan Thomas Luckmann, 1989:1) Realitas yang tampil dalam produk media merupakan hasil konstruksi yang telah mengalami penambahan maupun penguragan karena turut campurnya faktor subjektivitas dari pelaku representasi orang – orang yang terlibat dalam media. Bahwa apa yang tersaji di media serigkali tidak selalu persis dengan apa yang ada di realitas sebenarnya. Pada akhirnya peran pemaknaan oleh pembaca menjadi hal penting karena pembacalah yang mempunyai otoritas yang melihat sejauh mana realitas yang sesungguhnya. Dalam bahasa konstrukvis, peran pembaca untuk mengidentifikasi bagian – bagian yang seringkali tak terlihat atau dihilangkan itu disebut sebagai “memaknai”. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut menentukan bentuk konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna yang muncul darinya. Bahkan menurut Hamad (2001:57) bahasa bukan cuma mampu mencerminkan realitas, tetapi sekaligus menciptakan realitas. Dalam konstruksi sosial, bahasa merupakan unsur utama. Ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualitasi dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita, cerita, atau pun ilmu pengetahuan tanpa ada bahasa. Istilah konstruksi atas realitas sosial (social construction of reality) menjadi terkenal seja diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul The Sosial Construction of Reality: A Treatise in the Raisa Januarti - Konstruksi Realitas Pemberitaan Brankas Nazaruddin... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 8 of 16
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
Sociological of Knowledge (1966). Ia memperkenalkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, di mana individu menciptakan secara terus-menerus suatu
realitas
yang
dimiliki
dan
dialami
bersama
secara
subyektif.
(Bungin,2008:13) Berger dan Luckmann memulai penjelasan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman “kenyataan” dan “pengetahuan”. Mereka mengartikan realitas sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas, yang diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik secara spesifik. Isi media adalah hasil para pekerja media yang menkonstruksi realitas. Isi media adalah hasil para pekerja media yang menkonstruksi realitas yang dipilihnya, diantaranya realitas sosial dan kemasyarakatan. Sifat dan fakta pekerjaan media masa adalah menceritakan peristiwa – peristiwa, oleh karena itu seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality). Pembuatan berita di media massa pada dasarny tidak lebih dari penyusunan realitas – realitas hingga membentuk sebuah berita. Konstruksi realitas melalui isi media menggunakan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Selain mengkonstruksikan realitas, bahasa pun bisa menentukan relief apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Hasilnya, media massa berpeluang besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya. Media dapat membuat asumsi bahwa kenyataan yang dialami sehari – hari dapat dikonstruksikan secara sosial (socially constructed). Kenyataan yang dialami manusia sehari – hari berupa simbol yang materil dan non materil dikonstruksikan melalui tindakan dan interaksi manusia. Peran ini sekarang dimungkinkan dapat dilakukan oleh media. Menurut Berger dan Luckmann, realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Konstruksi sosial dalam pandangan mereka, tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingankepentingan. Gagasan konstruki sosial telah dikoreksi oleh gagasan dekonstruksi
Raisa Januarti - Konstruksi Realitas Pemberitaan Brankas Nazaruddin... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 9 of 16
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
yang melakukan interpretasi terhadap teks, wacana, dan pengetahuan masyarakat (Sobur,2009) Frans M. Parera (Berger dan Luckmann, 1990:xx) menjelaskan tugas pokok sosiologi pengetahuan adalah menjelaskan dialektika antara diri (self) dengan dunia sosiokultural. Dialektika ini berlangsung dalam proses tiga “moment” simultan. Pertama, eksternalisasi (pemyesuaian diri) dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia. Kedua, obyektivasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubyektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. Sedangkan ketiga, internalisasi, yaitu proses dimana individu mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga – lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya. (Bungin, 2008 : 15) Peter
L.
Berger
dan
Thomaas
Luckman
memperkenalkan
konsep
konstruksionisme melalui tesisnya tentang konstruksi atau realitas. Teori konstruksi sosial Peter L. Berger menyatakan, realitas kehidupan sehari – hari memiliki dimensi subjektif dan objektif. Manusia merupakan instrumen dalam menciptakan realitas sosial
yang objektif melalui proses eksternalisasi,
sebagaimana ia mempengaruhi proses internalisasi. Masyarakat merupakan produk manusia dan manusia merupakan produk masyarakat. Baik manusia dan masyarakat saling berdialektika di antara keduanya. Masyarakat tidak pernah sebagai produk akhir, tetapi tetap sebagai proses yang sedang terbentuk (Eriyanto, 2002:xi) Penulisan berita berhubungan dengan bagaimana rutinitas yang terjadi dalam ruang pemberitaan. Aspek konstruksi berhubungan dengan bagaimana wartawan atau media massa menampilkan sebuah peristiwa sehingga relevan bagi khalayak. Aspek ini dilakukan dengan memutuskan item yang dipandang dapat dipahami oleh khalayak. Karena realitas dan peristiwa itu begitu kompleksnya dan acak, ia harus diidentifikasi dan ditempatkan dalam konteks sosial tertentu dimana khalayak tersebut berada.
Raisa Januarti - Konstruksi Realitas Pemberitaan Brankas Nazaruddin... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 10 of 16
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
METODE PENELITIAN
Peneliti menggunakan metode kualitatif yang pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Ada empat dasar penyusunan teori dalam penelitian kualitatif yakni pendekatan fenomenologik, pendekatan interaksi simbolik, pendekataan kebudayaan dan pendekatan etnometodologik. Dalam penelitian framing, yang menjadi titik persoalan adalah bagaimana realitas
atau
peristiwa
dikonstruksi
oleh media, bukan
apakah
memberitakan negatif atau positif, melainkan bagaimana bingkai
media yang
dikembangkan oleh media. Bagaimana realitas dan peristiwa dikonstruksi dalam pemberitaan media menjadi sikap positif atau negatif hanyalah efek dari bingkai yang dikembangkan oleh media. Peneliti memilih analisis framing yang dikembangkan oleh Zhongdang Pan dan Kosicki. Alasannya karena model analisis framing milik Zhongdang Pan dan Kosicki bisa melihat bagaimana berita diproduksi dan peristiwa dikonstruksi oleh wartawan. Wartawan bukan agen tunggal yang menafsirkan peristiwa, sebab paling tidak ada tiga pihak yang saling berhubungan : wartawan, sumber, dan khalayak. Setiap pihak menafsirkan dan mengkonstruksi realitas, dengan penafsiran sendiri dan berusaha agar penafsirannya yang paling dominan dan menonjol. (Eriyanto, 2002 : 254) Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi framing yang saling berkaitan, yakni konsepsi psikologis dan konsepsi sosiologis. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Zhongdang Pan dan Kosicki Raisa Januarti - Konstruksi Realitas Pemberitaan Brankas Nazaruddin... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 11 of 16
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
membuat perangkat framing dalam empat struktur besar, seperti yang tergambar dalam table berikut ini : Perangkat Framing menurut Zhongdang Pan dan Kosicki UNIT YANG STRUKTUR
PERANGKAT FRAMING
SINTAKSIS Cara
DIAMATI
Headline, 1. SKEMA BERITA
informasi,
wartawan
sumber,
menyusun
penutup
lead,
latar
kutipan pernyataan,
fakta SKRIP Cara wartawan
2.
KELENGKAPAN
BERITA
5W + 1H
mengisahkan fakta TEMATIK
3. DETAIL 4. KOHERENSI
Cara wartawan
5. BENTUK KALIMAT 6. KATA GANTI
Paragraf,
proposisi,
kalimat, hubungan antar kalimat
menulis fakta RETORIS Cara
7. LEKSIKON
wartawan
8. GRAFIS
menkankan
9. METAFORA
Kata,
idiom,
gambar/info, grafik
fakta (Sumber: Eriyanto, 2002: 256)
Raisa Januarti - Konstruksi Realitas Pemberitaan Brankas Nazaruddin... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 12 of 16
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
HASIL
Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan teks berita pada kasus Nazaruddin dan Angelina Sondakh dalam pemberitaan brankas Nazaruddin di Majalah Tempo edisi 13 – 19 Februari 2012 dengan menggunakan studi analisis pembingkaian Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, maka penulis menetapkan sebagai berikut : Dilihat dari struktur sintaksis, ketiga berita dari laporan utama Majalah Tempo edisi 13 -19 Februari 2012 mengangkat tentang alur keuangan perusahaan – perusahaan yang berada di bawah Grup Permai pimpinan Nazaruddin, dugaan penggelapan pajak dan pencucian uang serta pihak – pihak yang terkait dengan kasus – kasus yang sedang diselidiki oleh KPK, termasuk keterlibatan anggota komisi Olahraga DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Angelina Sondakh. Dalam hal ini,
wartawan
mengkonstruksi
kejadian
di
lapangan,
dengan
cara
mengeksternalisasikan kejadian tersebut dan mengobjektivasikannya sebagai kasus korupsi, pencucian uang, dan penggelapan pajak. Lalu, wartawan menginternalisasikan berbagai peristiwa tersebut yang dilihatnya sehingga jadilah tiga buah berita utama. Bedasarkan sembilan elemen jurnalistik, Majalah Tempo memilih menuliskan berita utamanya dilihat dari sudut pandang yang berbeda dari majalah lain, yakni mengenai brankas Nazaruddin. Hal ini selain dianggap penting oleh Majalah Tempo, juga dianggap menarik oleh pembacanya. Dan unsur tersebut termasuk dalam sembilan elemen jurnalistik. Dilihat dari struktur skrip, ketiga buah berita yang menjadi laporan utama di Majalah Tempo cenderung menonjolkan unsur-unsur: who (siapa), what (apa), when (kapan), where (di mana), why (kenapa), dan how (bagaimana). Dalam laporan utamanya, Majalah Tempo berusaha untuk mengkonstruksi dengan cara menggiring opini pembaca dengan menyampaikan data – data yang berkaitan dengan alur keuangan perusahaan Grup Permai pimpinan Nazaruddin, serta anak perusahaannya. Catatan yang berupa laporan keuangan itu mencantumkan namanama besar seperti politikus, menteri hingga pejabat BUMN. Data-data tersebut dianggap sebagai temuan penting karena akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap penyelidikan kasus suap dan pencucian uang yang sedang Raisa Januarti - Konstruksi Realitas Pemberitaan Brankas Nazaruddin... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 13 of 16
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, dimana Nazarudin serta Angelina Sondakh telah ditetapkan sebagai tersangkanya. Dalam menyebutkan narasumber yang dianonimkan oleh Majalah Tempo masih dalam takaran wajar sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik. Dilihat dari struktur tematik, beragam tema yang hendak dimuncukan teks berita pada Majalah Tempo terlahir dari: koherensi penjelas, koherensi penegas serta detail. Koherensi-koherensi tersebut pertama-tama disampaikan melalui berbagai data yang didapat dari temuan KPK atas laporan keuangan Grup Permai pimpinan Nazarudin. Laporan yang berisi alur keuangan Grup Permai dan brankas “eksternal” Nazarudin itu menyebutkan nama-nama politikus, menteri serta pejabat BUMN. Laporan tersebut mengarahkan penyelidikan menuju anggota Komisi Olahraga DPR, Angelina Sondakh beserta nama-nama lain yang diduga terkait dengan kasus tersebut. Pembentukan konstruksi realitas tersirat wartawan pada dalam menuliskan kronologis serta data keuangan Grup Permai, dan judul headline yang provokatif. Hal ini membuat seseorang tertarik untuk membaca Majalah Tempo yang secara tidak langsung pembaca bersedia dikonstruksi pikirannya oleh media tersebut. Dilihat dari segi retoris, penekanan fakta di media tersebut oleh penggunaan elemen leksikon dan gaya bahasa. Adapun penggunaan elemen leksikon dan gaya bahasa tersebut datang dari ragam pemilihan kata/diksi yang berkarakter
kata
majemuk.
Majalah
Tempo
mengkonstruksikan
pikiran
pembacanya dengan menggunakan kata – kata yang sedikit “diperbuas”, hal tersebut tidak menyalahi aturan kode etik asalkan tidak mengandung unsur pelecehan. Kata majemuk yang dikenakan (bingkai) wartawan hadir dalam bahasa/istilah-istilah seperti: money laundering, “dikucurkan”, biaya support, pelat merah, politikus senayan, dan sebagainya, karena masing-masing media baik cetak maupun elektronik mempunyai visi dan misi, kepentingan yang berbedabeda bahkan keberpihakan secara terang–terangan pada salah satu pihak pun terlihat pada tajuk rencana yang dibuat oleh editorial masing-masing media, bentuk pemberitaan, serta gaya bahasa antara satu media dengan media lainnya juga berbeda.
Raisa Januarti - Konstruksi Realitas Pemberitaan Brankas Nazaruddin... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 14 of 16
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
DAFTAR PUSTAKA Buku Berger, L. Peter dan Thomas Luckmann. 1966. The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge. New York, USA: Penguin Books. Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Prenada Media Group. Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS. Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2005. Jurnalistik: Teori dan Praktik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rolnicki, Tom. E., C. Dow Tate, dan Sherri A. Taylor. 2008. Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic Journalism). Jakarta: Kencana Prenada Media. Santana, Septiawan. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Raisa Januarti - Konstruksi Realitas Pemberitaan Brankas Nazaruddin... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 15 of 16
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks
Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, analisis Semiotika, dan Analisis Framing . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Situs Internet
www.tempointeraktif.com
www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1komunikasi/205612060/bab4.pdf
id.wikipedia.com/Nazaruddin
Majalah Majalah Tempo edisi 6-12 Februari 2012
Raisa Januarti - Konstruksi Realitas Pemberitaan Brankas Nazaruddin... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 16 of 16