KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
BUKU-1 KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN PESAWAT LIFT (ELEVATOR)
Ditulis oleh: Ir. Sarwono Kusasi 69
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
KATA PENGANTAR
Materi pelatihan ini disajikan sebagai pendahuluan dalam rangka program pelatihan system transportasi vertical dalam gedung (TVG). Bagi mereka yang terlah terjun dalam praktek lapangan sebagai pemasang instalasi (fitter) lift selama dua atau tiga tahun tentunya telah paham dengan tiap-tiap komponen dan fungsinya. Kami berpendapat pelatihan pengenalan konstruksi peralatan harus dibarengi dengan tinjauan dilapangan pada instalasi beberapa jenis lift yang berbeda kecepatannya, agar memahami bahwa banyak komponen yang berbeda bentuk dan konstruksinya berdasarkan beda kecepatan dan kapasitas daya angkutnya. Tinjauan dilapangan harus dibimbing oleh tenaga ahli atau terampil dibidang lift, dan harus memperhatikan syarat-syarat keselamatan, terutama saat naik keatas atap kereta atau masuk kedalam pit harus mengikuti SOP pemeriksaan. Setelah memahami materi ini, peserta pelatihan tidak canggung untuk mengikuti pelatihanpelatihan berikutnya jika diperlukan, dan banyak diantaranya materi pelatihan dalam tahap persiapan, yaitu : 1.
Pekerjaan pemasangan dan perakitan
2.
Teknik perawatan dan Reparasi (perbaikan)
3.
Konstruksi peralatan eskalator
4.
Manajemen Perawatan
5.
Syarat-syarat K3 operasi pesawat lift dan eskalator
6.
Perencanaan teknis sistem mekanik lift
7.
Pemilihan sistem TVG
8.
Panduan tata cara pemeriksaan (audit)
9.
Prinsip kinematika gerakan
10. Kendali operasi kerja dan kendali gerak (drive) 11. Tata cara pengujian layak fungsi sistem dan pelaporan Demikianlah, mudah-mudahan informasi kata pengantar ini berguna adanya. Kami tetap menantikan saran dari rekan-rekan agar tulisan ini makin sempurna. Jakarta, Mei 2012 Penulis i 66
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
URAIAN SINGKAT
1.
Judul Pelatihan
: Instalasi Lift dan Eskalator
2.
Mata Pelajaran
: “Konstruksi Peralatan dan Komponen”
3. Peserta
: Tehnisi lapangan, Perencana dan Penyelia bangunan
4. Waktu
: 2 JP
5.
: Tiap-tiap bagian dari suatu pesawat lift mempunyai fungsi
Uraian Singkat
tersendiri, baik yang aktif bergerak, maupun yang diam (tidak bergerak). Juga ada bagian-bagian yang sifatnya sebagai pelengkap saja (sebutlah asesories), sehingga tidak ada pengaruh terhadap kerja pesawat, tetapi tidak boleh diabaikan. Bahan dan bentuk rekayasa komponen mempunyai
maksud-maksud
tertentu
dalam
melaksanakan fungsinya. 6.
Tujuan Instruksional
:
A.
: Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan mampu
Umum
mengenali fungsi tiap-tiap komponen lift. B.
Khusus
: Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta pelatihan akan mampu : 1. Menyebutkan fungsi jenis-jenis komponen. 2. Membedakan komponen utama dan pelengkap.
7.
Acuan
: 1. Vertical Transportation, Elevators and Escalators 2nd edition 1982, George R. Strakosch John Waley & Sons, New York. 2. Elevator mechanical design. Lubomir Janousky 3. Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 03-2190-1999 “Syarat-syarat Umum Konstruksi Lift yang dijalankan dengan motor traksi”.
67 ii
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
……………………..
i
…………………
ii
……………………..
iii
..............................................
1
Uraian Singkat Daftar Isi BAB I
: Pendahuluan
BAB II
: Komponen yang tetap (tidak berpindah tempat)
..........................
6
....................................
6
..................................
11
................................
11
...........................
22
..........................................
22
………………………..
23
…………………..
23
....................................
25
BAB IV : Komponen Pelengkap
........................................
29
1. Sinyal dan Indikator
......................................
29
2. Saklar (switches)
....................................
34
3. Pesawat pengaman kereta (safety device)
.....................................
35
.........................................
46
…………….…….
48
..............................
50
………………….
61
……………………
62
…………………………
63
1. Rel pemandu (guide rails) 2. Penyangga dan peredam (buffer) 3. Mesin, motor dan rem mesin (machine brake) BAB III
: Komponen Bergerak (moving components) 1. Kereta (car) 2. Bobot imbang (counterweight) 3. Tali baja traksi (steel wire ropes) 4. Pintu lantai dan pintu kereta (landing doors)
BAB V
: Kesimpulan
BAB VI : Latihan Lampiran : 1.
Kata Padanan
2.
Rujukan
3.
Daftar Gambar
4.
Daftar Singkatan
iii 68
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
BAB I PENDAHULUAN
1.
Ditinjau dari sistem transportasi vertikal dalam gedung (TVG), secara garis dasar komponen lift dibagi menjadi empat bagian, yaitu : Bagian 1 :
Komponen diam (tidak berpindah tempat) a. Rel pemandu (guide rails) b. Penyangga / peredam (buffer) c. Mesin traksi / mesin hidrolik d. Motor penggerak (drive) e. Pintu - pintu lantai (landing doors)
Bagian 2 :
Komponen-komponen bergerak a. Kereta (car, cabin) b. Bobot imbang (counterweight) c. Tali baja tarik (hoist ropes)
Bagian 3 :
Komponen pelengkap a. Di ruang mesin : kendali, pengindra kecepatan (speed governor) b. Di ruang luncur : sinyal, saklar-saklar dan indikator
Bagian 4 :
Alat pengaman atau keselamatan a. Mekanis (safety devices) b. Elektris (switches)
Untuk menghasilkan kerja yang sempurna semua komponen saling mendukung, masing-masing sesuai peranan fungsinya. Tidak semua komponen akan diuraikan disini karena telah/akan dibahas pada mata pelajaran lain, diantaranya pekerjaan pemasangan dan perawatan (lihat kata pengantar). 2.
Sejarah perkembangan pesawat lift sejak 1855 telah menghasilkan banyak sekali penemuan-penemuan jenius, dan bermacam-macam paten. Sebagai contoh, rel pemandu pada masa awal lift komersil, dibuat dari kayu dan berbentuk profil bulat atau segi empat. Pada waktu itu operasi lift berangkat dan berhenti harus dilakukan oleh seorang pelayan (atendan) didalam kereta yang memutar roda kemudi. Atendan juga harus membukakan pintu secara manual jika kereta telah sampai, dan menutup pintu dahulu jika lift mau berangkat. 1
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
3.
KUSASI,
2012
Sejak tahun 1924 pesawat lift telah mengalami kemajuan luar biasa, karena serba electric, yaitu electric signal control, electric door operation. Seorang atendan masih diperlukan untuk menutup pintu cukup dengan menekan tombol. Atendan harus memutar roda kendali untuk memulai berangkat. Hebatnya lift telah pandai berhenti sendiri pada tiap-tiap lantai dimana ada calon penumpang, dan akan berbalik arah dengan sendirinya, jika semua perlayanan pada arah tertentu diselesaikan.
4.
Sejak tahun 1955 pesawat lift sudah dilengkapi dengan peralatan atau aparatus serba “electronic”, seperti : rectifiers, transistors, electronic vacum-tube, semi-conductor, dan sebagainya. Secara umum “electric control” berubah menjadi “electronically controlled” operation. Istilah - istilah berikut timbul : a. electronic call button b. electronic detector c. electronic digital indicator d. electronic decoder (tacho, generator atau transducer) e. electronic chime f. electronic speech sythesizer g. electronic display (liquid crystal) Seorang atendan tidak diperlukan lagi, karena pesawat lift sudah tahu apa tugasnya, bahkan jika ada seorang atendan, maka akan mengurangi kinerja lift, karena kerja lift lebih mementingkan efisiensi kelompok (group operation). Jika ada seorang atendan dipasang didalam kereta, maka dia lebih cenderung bertugas untuk mengelu-elukan tamu. Di Jepang dikenal dengan nama girl starter.
5.
Lift modern dilengkapi dengan saran aparatus yang tidak ada hubunganya dengan operasi lift dan dipasang atas permintaan (bersifat optional). Diantaranya ialah : a. Information display (biasa dipasang pada hotel) b. Speech synthesizer (berguna bagi penumpang yang mudah lalai/lupa) c. Close circuit TV (berguna mencegah tindakan jahil) d. Addressing systems (public address)
2
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Asesories berikut dipasang dan ada manfaatnya, diantaranya merupakan keharusan:
6.
1.
Electronic key card (option)
2.
Alarm bell (keharusan)
3.
Emergency lighting automatic charger (keharusan)
4.
Emergency Rescue Device (ERD atau ARD) (option)
5.
Fire operation (keharusan untuk 8 lantai keatas)
6.
Earthquake operation pada zona 3 (option)
7.
Fasilitas bagi penumpang cacat (option)
8.
Intercom didalam kereta (keharusan)
Semua komponen lift harus diproduksi mengikuti standar nasional. Pesawat lift yang diimpor, mengikuti standar negara asalnya, umpamanya merk dagang dari USA mengikuti ASME 17.1 dari Jepang mengikuti JIS (Japanese Industrial Standard), dari Eropa mengikuti EN.81, SNI di Indonesia dibuat berdasarkan ASME dan BSI (British Standard Institute), isinya cukup memenuhi kebutuhan, mendukung mutu dan keselamatan. Lihat gambar 1 dan 2.
SNI nomor
Judul
SNI 05-2189-1999
Definisi dan Istilah
SNI 03-2190-1999
Syarat-syarat Umum Konstruksi Lift dengan Motor Traksi
SNI 03-2190.2-2000
SUK Lift pelayan (dumbwaiter)
SNI 03-6247.1-2000
SUK Lift pasien (bed elevator)
SNI 03-6247.2-2000
SUK Lift khusus perumahan
SNI 03-6247-2000
SUK Eskalator
SNI 03-2190.1-2000
SUK Lift dengan transmisi hidrolik
SNI 03-6573-2001
Tatacara perancangan sistem transportasi vertikal
SNI 03-7017.1-2004
Pemeriksaan dan Pengujian Serah Terima
SNI 03-7017.2-2004
Pemeriksaan dan Pengujian Berkala
SNI 05-7052-2004
Syarat Umum Konstruksi Lift tanpa kamar mesin
3
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
Gambar-1 : Typical Installation, geared machine
4
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
Gambar-2 : Typical Installation, gearless machine
5
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
BAB II KOMPONEN DIAM (stand still components)
1.
Rel Pemandu (guide rails) Fungsi rel ada empat macam, yaitu : 1) Sebagai pemandu jalannya kereta dan bobot imbang. 2) Sebagai penahan gaya-gaya reaksi saaat bongkar muat. 3) Sebagai penahan gaya reaksi saat pesawat pengaman bekerja 4) Sebagai tempat memasang saklar dan tuas (cam). Rel pemandu dibuat dari baja canai liat (ductile steel) dengan tegangan batas (yield point) maksimal 370 N/mm2 biasa disebut structural steel. Pengerjaan mesin dengan skrap (planed) pada muka bidang kepala (web) sampai kehalusan 2,0 m, dan pada bagian kaki (base) tidak dimesin. Kelurusan yang dituntut ialah penyimpangan maksimal (maximum desplacement) 0,3 mm per meter untuk kecepatan lebih rendah dari 240 m/m, sampai 0,2 mm per meter untuk kecepatan mencapai 420 m/m. Rel-rel yang bengkok, terputir atau berubah bentuk dan sebagainya tidak boleh dipasang, oleh karena itu cara pengepakan dan handling selama transport harus mengikuti aturan, dan petunjuk produsennya.
Rel pemandu harus dipasang secara vertikal dan diikat dengan braket dan diangker baut ke dinding beton ruang luncur. Masing-masing kereta dan bobot imbang bergerak mengikuti sepasang rel yang kekar. Jarak spasi (rentang) braket-braket harus mengikuti perhitungan agar tidak terjadi tegangan tekuk (buckling stress) saat rel berfungsi no.3, menahan gaya reaksi pesawat pengaman. Tegangan tekuk maksimal yang diizinkan sebesar 140 N/mm2 untuk baja mutu st 370. Batang rel panjang 5 m disambung satu sama lain dengan plat fishplate. Ada dua versi ukuran rel, yaitu versi Amerika mengikuti ASME dan versi Eropa mengikuti ISO, BS dan EN.81. Berikut ini ukuran fisik dengan berat per meter lari. Rel versi Eropa, mengikuti ISO 7465, perbatang = 5 meter. Contoh beberapa rel tersebut ialah sebagai berikut :
6
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
ISO Code
Berat dalam kg/m
B
T 70 - 1/A T 75 - 3/A/B T82 /A/B T89 /A/B T90 /A/B T125 /B T127 - 1/B T127 - 2/B T140 - 1/B T140 - 2/B
7,5 8,6 8,5 12,3 13,5 18,0 17,8 22,7 27,6 33,6
70 75 82,5 89 90 125 127 127 140 140
Dimensi (mm) H t 65 62 68,25 62 75 82 89 89 108 102
9 10 9 16 16 16 16 16 19 28
n
Luas irisan (cm2)
34 30 25,4 33,4 42 42 44,5 50,8 51 51
9,51 10,99 10,90 15,70 17,20 22,90 22,60 28,90 35,10 42,90
2012
Penjelasan gambar -1 : H = tinggi badan B = lebar dasar / kaki t
= tebal rel
n = tinggi kepala (web) g = tebal kaki
Rel versi Amerika dari Jepang = kadang-kadang perbatang panjangnya 16 feet. No.Kode K12 T 75 K 16 K 18 125/B K 22 T127-2/B K 27 T140-1/B K 34 T140-2/B K 45
Berat kg/m
B
H
t
n
Luas irisan (cm2)
8 16,4 18 22 27 34 44,7
89 114 127 127 140 140 140
62 89 89 89 114 102 127
16 16 16 16 19 28,5 31,7
31,7 38,1 44 49 49 50,8 57
10,2 22,90 28,90 35,20 42,90 -
7
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Fixing guide rail by means of pressed clips
Gambar 3A : Atas Bawah
Gambar 3B :
: Penjepit rel mati (fixed clip) dengan dua buah moer baut dan cincin pegas : Penjepit rel luwes dengan clip pegas (1), baut (2), lapisan slip anti karat (3), braket (4), plat shims (5)
Penyambungan rel dengan fishplate dan dibaut 8 buah 10 s/d 16M
8
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
Gambar 4 : Roda pemandu kereta Satu satuan terdiri dari 3 roda masing-masing dilengkapi dengan pegas agar roda menekan secukupnya pada permukaan rel, tiga arah. 1. Rol glinding (roller wheel ) 2. Ban karet 3. Bantalan peluru (ball bearing) 4. Tap poros 5. Batang goyang (rocker arm) 6. Badan dari baja tuang 7. Pegas spiral 8. Moer untuk menyetel tekanan roda glinding
9
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
Gambar-5 : Sepatu Luncur Pemandu
10
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
2.
KUSASI,
2012
Penyangga dan Peredam (buffer) a. Penyangga dan peredam ialah alat penahan atas kemerosotan kereta atau bobot imbang yang masuk kedalam pit melewati batas seharusnya. Penyangga (bumper) berupa bahan masif kenyal (polyurethane) untuk lift berkecepatan maksimal 45 m/m, dan jarak tekan maksimal 10 cm terhadap bahan tersebut. Peredam (buffer) berupa dua macam, yaitu pegas (spring buffer) untuk lift berkecepatan maksimal 90 m/m dan oil (hydraulic) buffer untuk lift berkecepatan 90 m/m keatas, lihat gambar 6A dan 6B. b. Peredam pegas bersifat mengumpulkan energi kinetis (energy absorption) saat kereta atau bobot imbang membentur padanya, sedangkan oil buffer bersifat menyerap energi kinetis (dissipated energy), sehingga lebih nyaman, jika memang direncanakan jarak langkah (stroke) torak dengan betul. c. Jika peredam dipasang pada bagian bawah dari bobot imbang, sebagai bagian dari pemberat, maka pada dasar pit harus dipasang penyangga dari kayu sebagai penahan benturan. Juga harus diperhitungkan tinggi overhead agar bagian atas dari bobot imbang tidak membentur lantai ruang mesin, saat kereta dilantai terbawah. d. Penyangga dan peredam adalah suatu keharusan dalam instalasi lift, sebagai pengaman keadaan darurat, walaupun alat ini lebih banyak diam bahkan tidak pernah bekerja. Alat ini bekerja saat terjadi overspeed kereta arah turun menjelang kelantai-1 (terminal bawah). e. Rekayasa peredam hidrolis harus mempunyai lisensi, setelah mengalami uji-coba di laboratorium resmi, atau di pabrik dengan saksi. Ditempat kerja dilapangan peredam tersebut tidak perlu lagi mengalami uji coba, jika ditunjukkan bukti lisensi dari pabrik.
3.
Mesin dan Motor (traction machine, drive) Mesin dan motor merupakan kesatuan penggerak jalannya kereta yang duduk mati diruang mesin, diatas ruang luncur atau alternatif dipasang dilantai dasar. Kesatuan komponen ini terdiri dari :
11
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Penyangga polyurathane atau karet sintetis, duduk pada plat baja 5 mm, diameter luar 125 mm, diameter dalam 35 mm (lubang) tinggi 100 mm
Gambar 6A : Peredam pegas ulir (spiral) dari baja 1. Profil pegas : bulat 2. Plat dasar 3. Plat atas 4. Karet penahan benturan 5. Tabung baja pelurus (pendukung)
12
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
Gambar 6B : Peredam hidrolik (minyak) dengan gas nitrogen didalam piston (bikinan Leo International Ltd) Plunger = torak (bergerak turun karena benturan) Orifices = lubang-lubang aliran minyak Metering tube = tabung (silinder) minyak Oil reservoir = bak cadangan minyak
13
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
14
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
1. Motor listrik penggerak poros berputar (drive) 2. Mesin berupa roda gigi reduksi (reduction gear) 3. Rem mesin (machine brake) Catatan: Lift berkecepatan tinggi (diatas 150 m/m) tidak menggunaan roda gigi reduksi. Poros motor langsung sebagai pemutar roda puli dan dinamakan gearless machine. Lift berkecepatan dibawah 150 m/m menggunakna transmisi roda gigi dan dinamakan geared machine. Lihat gambar 8. a. Roda gigi reduksi : gigi ulir (worm gear) Fungsi roda gigi reduksi ialah untuk mengurangi putaran poros motor (, dalam rpm) oleh karena putaran motor terlalu tinggi sedangkan kecepatan lift rendah. Contoh pada lift dengan sistem pentalian 1:1, dimana kecepatan linier tali sama dengan kecepatan kereta, umpama S = 60 m/m, maka : Dimana : S S = D 2
= kecepatan tali, m/m
D
= diameter puli, m
= 3.14
2 = putaran puli yang diminta Jika D = 0,8 meter, maka 2 = S / D = 60/3.14 x 0.8 = 23.8 ~ 24 rpm Sedangkan putaran motor = 120 f (1 - S) / P = 120 x 50 (1 - 0,03) / 4 = 1455 rpm Maka diperlukan roda gigi ulir (worm gear) dengan gear ratio 1/2 = 1455 : 24, sama dengan 60 : 1 (60 gigi dengan 1 ulir). Jika sistem pentalian 2 : 1, kecepatan linier tali 2 x kecepatan lift, dimana 2 = 2 x 24 = 48 rpm, maka diperlukan roda gigi ulir dengan gear ratio 1455 : 48, atau 30:1 atau 60 : 2, yaitu dengan menggunakan roda gigi ulir = 2 ulir. Lihat gambar 7. b. Roda gigi reduksi : gigi helical Bentuk gigi miring - spiral dan biasanya bertahap 2 kali reduksi, yaitu untuk lift-lift berkecepatan 150 m/m s/d 210 m/m. Contoh lift berkecepatan 180 m/m, dengan sistem roping 1:1, maka kecepatan tali sama dengan kecepatan kereta, S = D , jika D = 0,8 meter, maka = S / D = 180 / 3.14 x 0.8 = 71,6 rpm atau 72 rpm. Gear ratio 1/2 = 1455 / 72 = 20.25 : 1. Gigi tahap pertama gunakan ratio 45:10. Gigi tahap kedua gunakan ratio yang sama 45:10 (total ratio 4.5 x 4.5 = 20.25).
15
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Gambar 7 : Atas : Gigi reduksi jenis ulir (worm gear) Bawah : Gigi reduksi jenis helical 1. Bed plate mesin 2. Rumah gigi reduksi 3. Tutup 4. Roda baja tuang 5. Roda tarik (puli) besi tuang molebdenum 6. Poros baja tempa, untuk puli dan roda gigi 7. Gigi ulir dari tembaga campuran 8. Poros gigi ulir
16
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Gambar 8 : Atas
: mesin tarik roda gigi reduksi dan motor AC (AC geared machine) Bawah : mesin tarik tanpa gigi - motor DC (DC gearless machine)
c. Roda puli penarik (traction sheave) 17
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Puli dibuat dari besi tuang campuran molebdenum dengan kekerasan seragam HB220 (Brinell Hardness). Diameter roda puli minimal 40 kali diameter tali baja. Jika diameter tali sama dengan 5/8 in = 16 mm, maka diameter puli minimal
40 x 16
= 640 mm. Dari segi keawetan tali baja, diameter diperbesar 10% menjadi 700 mm, sebagai diameter minimal. Umur puli dapat mencapai 15 tahun jika tegangan tali baja traksi dijaga senantiasa seragam. d. Rem mesin (machine brake) Rem mesin lift menggunakan tenaga elektromagnetik (solenoid) untuk membuka rem tiap-tiap kali lift mau berangkat, dan rem bekerja atas gaya pegas tiap-tiap kali lift berhenti. Sepatu rem dibuat dari bahan ferodo, berjumlah sepasang. Jarak celah antara sepatu rem dengan tabung rem maksimum 0,1 mm. Sedangkan jarak solenoid intimagnet (magnetic core) antara yang kiri dan kanan kira-kira 1,0 mm, sehingga perlu perbandingan batang-batang tuas 10 : 1, untuk membuka rem. Semua dapat disetel, dan biasanya telah dilakukan di pabrik. Disamping jenis rem tabung, sekarang banyak digunakan jenis rem cakram (disc brake). Kekuatan rem disetel oleh moer dibelakang pegas. Rem harus cukup kuat menahan kereta dengan beban muatan sampai 125% kapasitas angkat, tanpa merosot, jika tiba-tiba sumber tenaga listrik putus. Hal ini harus diuji coba, sebelum instalasi diserah terimakan oleh kontraktor kepada pemilik. Proses berhentinya liftlift modern tidak lagi dengan pengereman. Lift berhenti karena kendali kontroler, motor berhenti, setelah kereta tepat rata dengan lantai (dynamic braking). Sesaat kemudian rem baru bekerja menahan kereta, agar tetap diam dan tidak merosot. Lift dengan motor AC-2 speed, dimana speed control tidak menggunakan inverter, maka kecepatan lift diturunkan seperempatnya untuk kira-kira 8 detik, kemudian 2 detik sebelum berhenti rem membantu bekerja (drop hold braking). Lihat contoh gambar 9 dan 10: 1. External, permukaan luar tabung yang dipeluk sepatu rem. Tabung langsung berhubungan dengan as motor. 2. Internal, expanding brake, pada mesin gearless. Permukaan dalam tabung yang ditekan oleh sepatu rem.
18
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
Gambar 9 : Rem mesin tarik gearless Untuk mesin-mesin gearless, jenis rem internal. Sepatu rem dengan lining dari ferodo menekan bagian dalam tabung dengan kekuatan pegas spiral. Penumpuan dari sepatu rem berbentuk eksentris agar dapat menyetel celah rem dengan tabung. Celah berkisar 0.1 s/d 0.15 mm. Celah udara antara kern (inti) magnet solenoid = 0.4 mm, sehingga perbandingan tuas ungkit 0.4 s/d 0.15 = + 1 : 3 atau 0.4 / 0.1 = 1 : 4
19
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Gambar 10 : Rem mesin tarik jenis external Untuk mesin-mesin dengan roda gigi reduksi. Sepatu rem dapat “main” oleh karena duduk pada rem, pivot pins, sehingga permukaan rem dapat menekan secara merata.
20
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
Pesawat atau alat atau rem pengaman, pada kereta yang bekerja menjepit rel akibat terjadi kecepatan lebih, sehingga kereta terhenti pada jarak kemerosotan tertentu
21
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
BAB III KOMPONEN BERGERAK
Komponen yang senantiasa bergerak dalam sistem pesawat lift ialah : 1. Kereta, termasuk pintu kereta (car and car door) 2. Bobot imbang (counterweight) 3. Tali baja (steel wire ropes, hoistrope) 4. Pintu lantai dan pintu kereta (landing door and car door) Keempat komponen tersebut telah diuraikan pada mata pelajaran sebelumnya, sehingga hanya akan disinggung sedikit mengenai kereta dan pintu. Lihat gambar-gambar. 1.
Kereta (car, cabin) atau cab) Kereta sebagai sarana penumpang yang digerakkan oleh motor listrik (drive), melalui beberapa power transmission (roda puli traksi, roda gigi reduksi dan tali baja traksi) kereta bergerak mengikuti rel pemandu vertikal dengan dibantu oleh 2 pasang roller guide (untuk kecepatan diatas 90 m/m) atau dengan sepatu luncur (untuk kecepatan) lift dibawah 90 m/m). Lihat gambar 4 dan 5. Banyak orang lebih suka menyebut sangkar (cage) dari pada kereta, walaupun jelasjelas yang menggunakan lift itu manusia, bukan binatang. Berdasar penggunaannya kereta dibagi menjadi tiga jenis yaitu kereta penumpang, kereta barang dan kereta lift pelayan (dumbwaiter). Kereta penumpang (passenger cab) banyak variasinya. Ukuran yang dianjurkan seperti tersebut dalam mata pelajaran “tata letak” atau SNI 03-65732001 “Tata cara perancangan”. Sedangkan bentuk kereta lift kaca (observation elevator) tergantung arsitek perencana. Tetapi semua harus memenuhi syarat luas kereta atas dasar 0,16 m2/orang (kecuali lift-lift kecil untuk perumahan mencapai
0,2 m2 tiap
orang). Semua kereta harus dilengkapi dengan pintu, kecuali lift pelayan (dumbwaiter), walaupun pintu tidak harus otomatis (untuk lift barang dan lift perumahan dipakai pintupintu manual). Pintu kereta dilengkapi dengan tuas ungkit pelepas (seperti pedang) yang digerakan oleh door operator. Gunanya agar pintu lantai dapat ikut terbuka/tertutup mengikuti pintu kereta. Tuas tersebut mendorong roller kereta yang dipasang pada pintu lantai. Lihat gambar 12A dan 12B. Tinggi kereta minimal 2,0 m, tetapi tinggi yang normal
22
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
dapat diterima ialah 2,2 m sampai langit-langit atau 2,4 m sampai ke atap. Atas permintaan khusus tinggi kereta dapat mencapai 3.0 m, demi prestige. 2.
Bobot imbang (counterweight) Bobot imbang atau bandul adalah pemberat yang berfungsi mengimbangi berat kereta dan muatannya agar daya motor yang terpakai cukup rendah. Jika berat kereta sebesar P kg dan kapasitas lift = Q kg, maka perlu dipasang bobot imbang seberat Z, dimana : Z = P + 1/2 Q kg Dimana angka ½ (atau 50%) disebut counterweight overbalance, yaitu kelebihan berat bobot imbang terhadap berat kereta kosong. Nilai overbalance untuk lift-lift kecil (kapasitas 60 kg dan kebawah) = 50%. Lift-lift dengan kapasitas daya angkut 750 kg s/d 1150 kg, nilai overbalance = 45%, sedangkan lift yang kapasitasnya diatas 1150 kg, nilai overbalance = 42.5%, bahkan 40%. Hal ini berdasarkan observasi lapangan sepanjang waktu dimana sirkulasi digedung yang lengang (tidak padat) agar efisien jika diperoleh keseimbangan saat naik-turun. Bobot imbang terdiri dari rangka dari baja profil kanal, bentuk konstruksi segi empat dan diisi dengan fillerweight dari besi tuang dan dikencangkan dengan 2 baut tie rod. Bobot imbang bergerak meluncur mengikuti rel pemandu vertikal dengan sepatu luncur atau dengan roller guide jika kecepatannya melebihi 120 m/m. Lihat gambar 1:1 Rakitan bobot imbang.
3.
Tali kawat baja traksi (hoist steel wire ropes) Gerakan naik-turun kereta dan bobot imbang ditarik oleh tali. Ujung tali yang satu diikatkan pada rangka kereta dan ujung tali yang lain pada rangka bobot imbang. Talitali memeluk puli roda traksi dan duduk dialur-alur disediakan pada sisi muka sekeliling puli. Tali memperoleh gaya gesek dari puli, cukup kuat karena bentuk alur dan koefisien gesek antara baja (tali) dan besi tuang (puli) sangat laik (f = 0.11, jika kering tidak berminyak). Lihat gambar 22 dan 23, ada 4 macam sistem pentalian. Pengikatan ujung-ujung tali pada rangka kereta dan rangka bobot imbang dengan baut soket tirus atau baut soket baji (wedge socket). Konstruksi tali yang disetujui oleh semua pihak untuk dipakaikan pada instalasi lift, ialah: Seale type, 8 x 19 FC, yaitu dengan 8 stand (pilinan) dari 19 elemen kawat dan ditengahnya terdapat fibre core (FC) dari serat manila atau serat sintetis yang mengandung minyak anti karat. Faktor keamanan (fk) tali sangat penting dalam perhitungan jumlah lembar tali yang harus menarik beban (P+Q) kg (berat kereta dan muatan maksimum). Juga batas patah (Bp) tali (dalam N) yang dinyatakan dalam sertifikat pengujian, sehingga jumlah lembar tali n, adalah : 23
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
n = g (P+Q) fk Bp
2012
Dimana : g adalah gravitasi bumi
Tali harus diapkir jika diameternya susut 10% dan atau terdapat patahan maksimum 16 elemen kawat pada jarak satu puntiran atau one lay (+ 12 cm jika diameter = 13 mm). Pada umumnya tali diganti baru jika telah mengalami 1 juta tekukan (useful lift = + 5 tahun untuk gedung kantor).
4.
Pintu lantai dan Pintu kereta Pintu lantai ialah pintu yang dipasang pada ruang luncur (hoistway door, atau landing door). Istilah “pintu luar” tidak betul. Pintu lantai bersifat pasif, hanya mau membuka (atau menutup) jika dibuka (ditutup) oleh pintu kereta dengan batang tuas (retiring cam). 24
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Sedangkan pintu kereta aktif bergerak oleh motor listrik yang dipasang diatap kereta (biasa disebut door operator).
Gambar 11 : Rakitan bobot imbang
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
25
Kaleng (bejana) minyak pelumas Sepatu luncur pemandu Pegas untuk soket thimble rod pengikat tali baja Rangka bobot imbang Batang-batang besi tuang pemberat Rel pemandu Sepatu luncur sepasang di bawah Pegas ulir peredam didasar pit
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
Gambar 12 : Kiri
: Penggerak pintu kereta dengan motor DC dan gigi reduksi. Gerakan diperhalus dengan minyak hidrolis, dalam dua silinder kiri dan kanan masing-masing untuk buka dan tutup Gambar memperlihatkan jenis pintu single panel. Kanan : Penggerak pintu kereta dengan motor AC atau DC dan reduksi putaran dengan roda-roda sproket berantai. Jenis pintu : two panel - center opening, masing-masing daun pintu didorong oleh masing-masing lengan yang bertumpu pada bagian rangka kereta yang kokoh. Lengan pertama dihubungkan dengan batang (connecting rod) ke lengan kedua. Dengan penyetelan posisi batang, secara sinkrun kedua panel membuka / menutup bersamaan.
26
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Semua pintu lantai harus dilengkapi dengan kunci kait (interlock) dan kontak listrik, baik yang otomatis maupun pintu manual. Lihat gambar 12B. Bentuk atau jenis pintu yang paling populer untuk lift modern ialah sorong horizontal belah tengah (center opening sliding door). Pintu lift service (serbaguna) harus lebih lebar, maka digunakan jenis two-speed door atau pintu teleskopik dengan 2 panil (daun pintu). Daun pintu yang dimuka bergerak lebih cepat (dua kali lipat) dari kecepatan daun pintu belakang. Gambar 13 memperlihatkan lebar pintu (L) maksimal yang dapat diperoleh dari lebar ruang luncur (L) yang tersedia atas dasar jenis-jenisnya. Tinggi pintu minimal 2,0 meter, tetapi tinggi yang normal dapat diterima masyarakat ialah 2,1 meter. Tinggi kereta dan tinggi pintu lift barang menyesuaikan kebutuhan atas dasar jenis barang yang diangkut. Jenis pintu ialah vertical bi-parting door dengan lebar sama dengan lebar kereta. Biasanya pintu lift barang tidak otomatis, tetapi dapat dilengkapi dengan motor penggerak pada masing-masing unit pintu. Dengan cara menekan tombol-tombol, pintu dapat dibuka dan atau tutup saat kereta telah berhenti dilantai.
Gambar 12B : Kunci kait dilengkapi dengan 2 roller karet pendorong panel pintu, oleh kerja retiring cam pada pintu kereta. 27
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
Gambar 13 : Jenis-jenis pintu dan lebar maksimal yang dapat diperoleh (l) dan lebar ruang luncur (L) I L
= lebar pembukaan pintu = lebar ruang luncur Satuan dalam milimeter
28
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
BAB IV KOMPONEN PELENGKAP
1.
Sinyal dan Indikator Sinyal dan indikator ialah suatu sistem petunjuk dan pertanda yang berfungsi informasi membantu operasi lift dan eskalator saat bergerak mencapai tujuannya sebagaimana mestinya. Termasuk dalam sistem sinyal ialah alat pelengkap pertolongan dalam keadaan darurat, yaitu : a.
Bel tanda bahaya (alarm bell) atau tanda minta tolong.
b.
Interkom atau interphone
c.
Monitor dengan CCTV, dan
d.
Pengindera (sensor, detector)
Sinyal memanfaatkan bunyi/suara spesifik, cahaya dan juga perekaman gejala. Contoh - contoh : a.
Bell berdering untuk minta tolong karena lift macet (suatu ketetapan).
b.
Bunyi buzzer (geram) untuk kereta tidak mau berangkat karena beban berlebih.
c.
Juga buzzer agak lembut karena pintu ditahan terus menerus tidak dapat menutup pada hal tengganng waktu telah habis, dan kereta harus berangkat.
d.
Bunyi denting satu kali jika lift tiba dilantai arah keatas. Bunyi denting dua kali, jika lift tiba, tetapi arah kebawah. Bersamaan dengan bunyi denting tersebut lampu ketibaan turut menyala yaitu warna hijau untuk arah keatas, dan merah untuk arah kebawah. Bunyi denting tersebut sekarang diganti dengan suara electronic chime yang lebih nyaman terdengar.
e.
Pijitan tombol-tombol lantai (hall call) dan tombol kereta (car call) disertai bunyi “biip” dan tombol menyala diode merah, suatu tanda bahwa panggilan atau permintaan telah “didaftar” untuk dilayani.
29
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
Gambar 14 : Hall Fixtures Kiri
: Kombinasi tombol panggil lantai dengan indikator posisi jenis electronic - digital, dan directional light. Untuk lift simplex. Kanan : Sama, untuk lift duplex Bagian bawah ada key switch boleh jadi untuk parking, atau special operation (umpama : hospital service).
30
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Gambar 15 : Suatu contoh bentuk Car Operating Panel (COP)
31
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
Gambar 16 : Penandaan yang terdapat pada Car Operating Panel (COP)
32
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Gambar 17 : Hall fixtures : OTIS Elevator Co. Hall lantern : lampu ketibaan berbentuk panah atau segitiga. Warna hijau, arah atas. Warna merah, arah bawah. 1. Tombol panggilan : bentuk segi empat dengan panah menyala ; bentuk bulat dengan hollow ring menyala. 2. Posisi kereta (indicator) dengan angka-angka digital, electro luminescent. Posisi diatas pintu atau samping bagian atas. 3. Panel display (informasi) diatas pintu
33
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
f. Peringatan bahwa lift akan berangkat dari lobi karena tenggang waktu telah habis, ditandai dengan suara buzzer agak geram dan pada saat yang sama lampu panah warna hijau berkedip (nudging operation). Semua petunjuk dan petanda tersebut tidak ada ketetapannya, kecuali alarm bell dan intercom adalah suatu keharusan sebagai dari sarana tanda dalam keadaan darurat. Indikator posisi kereta yang dipasang pada dinding diobi, hanya bermanfaat untuk pasangan dua lift ganda (duplex). Bagi lift-lift dalam kelompok (3 atau lebih), indikator posisi tersebut cukup dipasang didalam kereta saja, sedangkan pada tiap-tiap lantai seharusnya dipasang lampu panah ketibaan berwarna merah dan hijau dengan kombinasi suara denting. Dalam hal ini pemasangan indikator posisi hanya akan membingungkan calon penumpang yang menunggu di lobi. Lift modern dilengkapi dengan detector penilai jumlah calon penumpang dilobi lift dilantai dasar, sebagai pemicu operasi “up peak demand”. Lokasi lampu ketibaan sebaiknya dipasang di samping pintu sebelah kiri (lihat gambar). Alternatif dipasang diatas pintu, kecuali jika pintu memakai tingkap (transom panel) maka lampu tidak boleh dipasang pada tingkap. Hindari memilih bentuk lampu yang kurang efektif, tidak tepat guna. Jangan sampai bentuk-bentuk manis mengorbankan fungsi. Layar info (screen display dan speech synthesizer) didalam kereta berguna terutama bagi penyandang cacat. Lihat gambar 15 dan 17. 2.
Saklar (switches) Saklar atau kontak dapat berbentuk tombol, kunci kontak, pisau dengan handel, automatic circuit breaker, dan saklar-saklar dengan tungkai (limit switches) untuk pengaman. Berikut ini kode-kode dalam gambar pengawatan. tombol, (making)
tombol, (breaking)
kunci kontak
saklar pisau, dua arah
34
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
saklar dengan tungkai (cam), (breaking)
sama dengan diatas, (making)
kontak pintu kereta (gate contact)
kontak pintu lantai (door contact)
Selama lift bergerak semua saklar pengaman harus masuk (sambung), yaitu : a.
Final limit switch, diatas dan dibawah R/L
b.
Directional limit switch
c.
Governor switch (SO)
d.
Safety overspeed switch (SOS)
e.
Kontak pintu-pintu (car contact, gate contact)
f.
Broken tape switch
g.
Emergency stop switch dikereta, diatap kereta dan di pit
h.
Buffer switch
i.
Saklar roda penegang di pit
Jika salah satu dari saklar-saklar tersebut lepas atau terbuka, maka lift berhenti (macet) karena semua tersambung secara seri dan masuk ke relay penggerak motor. Saklar terakhir masuk ialah kontak pintu, yaitu pada saat lift mau berangkat, pintu harus rapat menutup. Lihat gambar berikut : hubungan seri saklar-saklar. 3.
Pesawat Pengaman Kereta Sistem pengaman kereta terdiri dari pengindra kecepatan lebih, disebut speed governor, tali baja pemutar roda governor, mekanisme penarik alat pengaman, (linkages) dan rem pasak yang disebut safety block. Fungsi governor ialah menjepit tali governor agar berhenti jika terjadi overspeed. Lihat gambar 18, 19, 20 dan 21.
35
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
36
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Lihat gambar : penjepitan terjadi saat lift melaju melebihi batas tertentu sehingga, putaran roda governor menimbulkan gaya centrifugal kepada 2 buah bandul, yang keluar membentur pengungkit (cam) dan melepaskan kait (tripped). Tali baja governor merupakan lingkaran tidak terputus dari ujung tuas di kereta, keatas melingkari roda governor, turun langsung ke pit melingkari roda penegang, dan kembali keatas diikat pada tuas tersebut. Jika terjadi tripped tali baja dijepit oleh rahang yang jatuh karena kaitannya lepas. Selanjutnya tali yang berhenti, menarik tuas kiri dan kanan, dan melalui rangkaian mekanis menarik keatas lifting rod dan rem pasak (baji) yang berbentuk tirus masuk ke rumahnya (block) menjepit rel. Lihat gambar.
37
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
Gambar 18 : Sistem Pesawat pengaman kereta. Rangkaian mekanis (1) disamping rangka atas. Ujung tuas kiri diikat tali baja governor (tuas kanan dihubungkan dengan connecting rod). Tali baja merupakan lingkaran bertutup, memutar roda governor dan roda penegang di pit. Tuas akan menarik keatas “lifing rod” selanjutnya menarik baji masuk ke rumahnya yang tirus.
38
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
Gambar 20 : Arah jarum jam Atas kiri : governor, 1 dan 5 bandul “terbang” yang akan memukul ungkit 4, melepaskan kait, dan menjatuhkan rahang 6. Rahang 3 diperkuat dengan pegas menjepit tali bersama rahang yang jatuh, maka tali baja 2 akan berhenti bergerak.
Gambar 19 Pasak pengeram bentuk tirus (rem baji)
39
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
40
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Gambar 21 : Gambar kerja 1. Memperlihatkan posisi tali 235 mm dari garis sumbu rel, 2. Posisi SOS switch dan 3.Connecting rod yang menggerakkan tuas, 4. Pada sisi lain dari tali, 5. Rem baji 6, berbentuk tirus menjepit rel, setelah ditarik lift rod.
41
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
42
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
43
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
Gambar-22 : Sistem Pentalian (roping)
44
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
Gambar-23 : Sistem Pentalian (roping)
45
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
BAB V KESIMPULAN
Komponen peralatan pesawat lift yang utama adalah motor penggerak atau drive. Saat ini motor yang popular digunakan ialah jenis AC induksi dengan permanent magnet synchronous. Kemudian diikuti dengan power transmission yaitu mesin traksi dengan roda puli, roda gigi reduksi dan tali baja traksi.
Kemudian kereta sebagai sarana bagi pengguna (penumpang) dilengkapi dengan bobot imbang (counterweight) yang bergerak melalui rel pemandu yang vertikal. Sarana penumpang lain ialah pintu-pintu, yaitu pintu kereta dan pintu-pintu lantai atau pintu-pintu hentian (landing doors). Komponen pelengkap adalah : 1.
Kendali, terdiri dan kendali operasi kerja lift, dan kendali gerak kecepatan (speed control atau disebut juga drive).
2.
Pengawatan (field wiring) dan traveling cable
3.
Roda penyimpang, dan roda-roda penegang dipit
4.
Governor pengindera kecepatan, dan alat pengaman atas terjadinya kecepatan lebih.
5.
Penyangga dan peredam (buffer), gambar 4, 5 dan 6.
6.
Sepatu luncur pemandu atau roller pemandu (roller guides). Lihat gambar-3.
7.
Tali baja kompensasi, untuk mengimbangi berat tali baja traksi.
8.
Sinyal, indicator dan tombol-tombol panggil.
Selain dari tersebut diatas digolongkan sebagai asesori yang dipasang didalam kereta ialah: 1.
Petunjuk arah jalannya kereta (directional arrows)
2.
Indicator posisi (car position indicator)
3.
Kipas angin
4.
Lampu penerangan dan lampu darurat
5.
Interphone / intercom dan bel darurat
6.
Detector bukaan kembali pintu dengan berkas sinar infra red
7.
CCTV
8.
Screen display penayangan informasi dan speech synthesizzer
46
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Bentuk-bentuk dan rupa fixtures (tombol, lampu ketibaan dan lampu indikator posisi) oleh pabrik pembuatnya dipilih atas dasar survey pada berbagai kantor interior designer, agar dapat diterima masyarakat. Pabrik selalu berpatokan bentuk dan rupa harus “functional”. Jangan sampai berbentuk manis dan cantik tetapi mengorbankan fungsi fixtures. Beberapa hal yang perlu dibahas dalam materi pelajaran terpisah ialah: 1)
Lift tanpa kamar msin
2)
Lift dengan transmisi hidrolik
3)
Tangga jalan (escalator atau passenger converyor)
Beberapa komponen yang belum dibahas secara terperinci ialah: 1)
Braket pengencang rel pemandu, dan angker baut
2)
Plat penyambung rail
3)
Jarak maksimal braket (bracket spacing)
4)
Motor penggerak pintu (door operator)
47
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
BAB VI LATIHAN
1.
Seandainya anda seorang manajer operasi bangunan (MOB) apakah anda akan menganggap instalasi lift lebih penting dibanding dengan instalasi tata udara (AC). Jelaskan keunggulan fasilitas lift (TVG) dibanding dengan sarana bangunan lain.
2.
Peralatan komponen instalasi pesawat lift dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu: 1)
Penyedia daya dan penggerak
2)
Penyalur daya (power transmissions)
3)
Objek sarana pelayanan pengguna
4)
Peralatan pendukung
Sebutkan masing-masing komponen pada 4 golongan tersebut. 3.
Sebutkan komponen pesawat lift yang bergerak (pindah) dan komponen-komponen yang diam.
4.
Sebutkan 3 komponen pesawat lift yang berfungsi sebagai alat penyelamat kemungkinan terjadinya kecelakaan.
5.
Mengapa pabrik produsen pesawat lift memilih ukuran rel pemandu (kg/m) tertentu, sesuai fungsinya?
6.
Apa maksud memasng peredam (buffer) didasar pit. Kenapa dibedakan penggunaan peredam pegas dan peredam hidrolik?
7.
Kenapa tidak digunakan penyangga karet saja agar lebih menekan biaya (cost reduction) dari pada peredam hidrolik yang pasti lebih mahal.
8.
Apa fungsi dari pemandu roller guide dan sepatu luncur (guide shoes). Apa ada pengaruhnya dengan getaran/goncangan badan kereta.
9.
Mengapa berat kereta dan muatannya harus diimbangi dengan bobot imbang dalam operasinya naik dan turun?
10.
Komponen apakah dinamai thimble rod? Apa ada hubungannya dengan baut? 48
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
11.
Apa fungsi dari tuas pelepas (retiring cam) yang dipasang pada panel pintu kereta?
12.
Apa fungsi dari kunci kait (interlock) yang dipasang pada pintu-pintu lantai?
13.
Jika lebar ruang luncur (hoistway) = L, maka agar memperoleh bukaan pintu yang paling maksimal, harus memilih jenis pintu apa?
14.
Mengapa memasang sinyal dan indikator sangat penting?
15.
Ada berapa macam konstruksi tali kawat baja? Tali baja jenis apa yang paling cocok untuk pesawat lift dan apa konstruksinya?
16.
Berapa sebaiknya jumlah lembar tali baja untuk lift-lift penumpang? Faktor-faktor apa yang menentukan diameter tali dan jumlah lembar tali?
17.
Apa tujuan memasang alarm bel dan lampu darurat didalam kereta lift?
18.
Apakah alat komunikasi didalam kereta lift penting? Jika ya, harap jelaskan.
19.
Mengapa tali kawat baja perlu diganti baru saat-saat tertentu. Ada gejala apa, dan apa akibat jika tidak diganti?
20.
Apa kriteria tali baja harus diapkir, dan perlu diganti baru. Atas laporan siapa, maka tali harus diganti baru.
49
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Lampiran-1
PADANAN KATA-KATA
Absoption
: penyerapan
Acceleratiion (a)
: percepatan saat lift berangkat sampai mencapai kecepatan penuh (m/detik/detik atau m/s/s).
Acceptance testing
: pengujian makbul atau pelulusan (pada instalasi yang baru selesai terpasang). Surat izin layak fungsi (resmi).
Accredited
: diakui/disahkan.
Accupational safety
: keselamatan kerja bagian dari SMK3.
Annual testing
: pengujian tahunan/tiap-tiap tahun/ulangan.
Anti creep device
: alat dengan katup berfungsi menaikan kereta kembali rata lantai, jika mulai merosot (lift hidrolik).
Applicability
: penerapan/dapat digunakan.
Applicable testing
: pengujian yang dapat diterapkan.
Appropriate manner
: cara yang benar/sepadan.
Arc of contact (A/C)
: sudut pelukan tali terhadap roda puli (, dalam radian).
Axis
: poros
Average waiting time (AWT)
: tempo
tunggu
rata-rata
di
lobi
mulai
satu
lif
meninggalkan lobi sampai satu lift lain datang (detik). AWT = WTR. Balustrade
: dinding pelindung penumpang eskalator dikiri dan kanannya sepanjang lintasan.
Barricade
: penghalang bagi umum agar jangan terjatuh/celaka.
Belt drive
: alat transmisi ban/sabuk.
Bi-parking door
: jenis pintu sorong vertikal dua panel buka ditengahtengah untuk lift barang.
Blind hoistway
: bagian ruang luncur tidak terdapat pintu hentian (express run).
Breaking point (Bp)
: batas patah tali baja sesuai sertifikat uji lab (kN).
Bracket spacing
: jarak rentang braket pengikat rel
Buckling factor ()
: faktor yang diterapkan pada rumus tegangan tekuk jika ada gaya menimpa batang langsing yang searah dengan sumbu tegak ( sesuai dari daftar). 50
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
Buckling stress
KUSASI,
2012
: tegangan tekuk terjadi pada batang yang langsing (N/mm2).
Buffer stroke (t)
: jarak langkah peredam saat dibebani (mm).
Building compression
: kondisi bangunan turun relatif ambles (mm).
Bulging hose
: slang yang menggelembung (lift hidrolik).
Bypass
: jalan singkat, aliran minyak singkat, kembali ke tangki.
Call back service
: pelayanan perbaikan atas panggilan darurat.
Cam
: tuas, ungkit
Car enclosure
: ruang dalam kereta.
Car sling
: rangka kereta yang ditarik oleh tali baja traksi.
Car stiles (= upright channel)
: bagian rangka kereta yang tegak sebagai sepasang tiang.
Car top (roof)
: atap kereta.
Car frame
: rangka kereta
Cast iron sheave
: roda puli dari besi tuang (roda traksi).
Center opening (CO)
: bentuk pintu sorong buka ditengah. Lawan: site opening.
Certified / certificate
: sertifikasi surat keterangan dari badan resmi.
Chain drive
: alat transmisi rantai.
Checkout procedure
: prosedur simak menggunakan daftar.
Circuit braker
: pemutus arus tenaga listrik
Clearance
: toleransi, jarak luang gerak (mm).
Coated rope
: tali baja dilapis metal anti karet.
Coefficient of slenderness ()
: koefisien kelangsingan batang yang langsing, yaitu perbandingan panjangnya terhadap radius girasinya (l/r).
Coefficient of friction (f)
: koefisien gesek dua bahan (contoh baja terhadap besi tuang, f = 0.11).
Comprehensive maintenance
: perawatan terpadu termasuk reparasi dan suku cadang.
Compression
: penekanan torak pada oil buffer (N).
Conducted/to be carried out
: dilakukan, dilaksanakan.
Connecting rod
: batang penghubung/penyambung
Cooficient of friction
: koefisien gesek antara 2 jenis bahan
Counterweight
: bobot imbang terhadap berat kosong kereta (P), ditambah 45% kapasitas (Z = P + 0.45 Q). 51
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Conformance
: kecocokan dengan/kesesuaian/memenuhi syarat.
Core
: inti, magnetic core
Cross head channel=sling
: bagian rangka kereta atas yang melintang horisontal
CWT rails
: rel pamndu untuk bobot imbang
Data plate
: plat
metal
mencatumkan
data
dilekatkan
pada
mesin/peralatan. Dead end hitches (DEH)
: pengikatan baut soket ujung tali pada plat dukung.
Decelaration (-a)
: perlambatan, saat lif mau mendarat mulai dari kecepatan penuh sampai terhenti (satuan m/s/s).
Decoder
: alat mencatat gejala alam dan diterjemahkan kepulsa
Deflector sheave
: roda/puli penyimpang.
Demand, up peak
; sirkulasi padat arah keatas
Distance between guides (DBG) : jarak antara dua (sepasang) rel pemandu. Disk brake
: rem cakram.
Dissipated energy
: energy menyebar menjadi panas
Distribution panel
: PHB, perlengkapan hubung bagi atau main circuit breaker (MCB).
Door interlock
: kunci kait yang dipasang pada pintu lantai (pintu hentian) dilengkapi door contact sebagai pengaman.
Door operator
: motor penggerak pintu.
Door time
: kecepatan pintu lantai buka dan tutup dalam detik.
Door operation
: motor listrik penggerak pintu buka tutup
Double deck elevator (DD)
: lift dengan dua kereta digandeng satu diatasi yang lain.
Double wrapped traction (DWT) : sistem penarikan tali dimana tali baja memeluk puli traksi dua kali, pada lift-lift kecepatan tinggi. Drive machine
: mesin penggerak, traction machine.
Drive motor
: motor penggerak.
Dorp hold
: pengaman agar kereta berhenti
Drop test
: pengujian jatuh bebas dengan beban penuh dan kecepatan lebih tertentu.
Dumbwaiter
: lift khusus untuk barang tinggi kerta terbatas dan kapasitas maksimal 500 kg, disebut juga ”lift pelayan”.
52
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
Ductile
: liat, baja liat = ductile steel atau mild steel
Duplex
: operasi dua unit kerjasama
Dwell time (t)
: tempo henti pada suatu lantai hentian (detik).
Dynamic balance
: keseimbangan kereta terhadap bobot imbang.
Efficiency of system ()
: ratio energi daya guna terhadap energi umpan.
Egress
: cara
pelarian/penyelamatan
adanya
2012
peristiwa
kebakaran Emergency lighting
: pencahayaan darurat (Whr, Watt hour).
Energy absorption
: pengumpulan energi (w), saat peredam pegas tertekan
Energy dessiption
: penyerapan energi oleh peredam hidrolik (w)
Engineering practice
: penerapan sesuai dengan ilmu teknik.
Examined
: diteliti (selama pemeriksaan).
Exterior panel (cladding)
: plat penutup rangka bagian luar langsung dibwah balustrade dan bagian bawah pada eskalator.
False car
: peralatan kerja perancah berupa landas gantung diruang luncur yang ditarik motor dari atas.
Fibre core
: inti dari serat pada tali baja.
Field education
: pelatihan/pendidikan mengenai praktek lapangan .
Field wiring
: pekerjaan pengawatan didalam ruang luncur pada waktu pemasangan lift.
Filler weight
: pemberat dari besi tuang untuk bobot imbang
Fire resistance
: sifat bahan tahan terhadap panas tertentu selama waktu tertentu.
Fire shutter
: selubung menutup seluruh instalasi eskalator bagian lantai atas (saat eskalator diistirahatkan).
Fish plate
: lempengan pelat penyambung batang-batang rel.
Fixed clip
: penjepit rel mati (lawan: slip clip).
Fixtures
: pasangan asesories pada dinding sebagai petunjuk
Flat groove (V-groove)
: bentuk alur V pada keliling puli traksi.
Flight time (t)
: tempo tersingkat lift mencapai kecepatan titik nominal kemudian langsung memperlambat sampai terhenti (detik).
Floor leveling
: gerak perataan kereta terhadap muka lantai hentian, saat kereta berhenti.
53
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
Floor opening
KUSASI,
2012
: bukaan pada lantai bangunan, dimana bagian atas eskalator didudukkan.
Functional failure
: penyimpangan atau kegagalan dimana komponen tidak bekerja sesuai dengan fungsinya.
Gear ratio (G/R)
: perbandingan putaran roda gigi reduksi.
Governor rope
: tali baja governor, tali pengaman.
Gradual safety clamp
: alat pengaman bekerja luwes dengan penjepit. Lawannya: instantaneous safety.
Gradually increasing
: penambahan secara bertahap.
Gravity
: percepatan oleh gaya tarik bumi, pembulatan g = 9.8 m/s/s.
Group operation
: cara kerja sama beberapa unit lift
Guide rails
: rel pemandu
Headroom
: tinggi sampai langit-langit, pada lantai teratas (m).
Helical gear
: roda gigi helikal (sejajar).
Hitch plate
: plat tempat bergantung ujung baut soket tali baja traksi.
Hollow square beam
: profil baja bentuk segi empat (tidak padat), separator beam.
Hose
: slang luwes untuk mengalirkan minyak hidrolis.
House keeping
: kebersihan alat dan lingkungan (urusan rumah tangga).
Idle sprocket
: roda sprocket sebagai pengarah rantai step.
Impact force
: gaya tumbuk/bentur (N) pada buffer (peredam).
Insert
: plat ganjalan untuk menyesuaikan jarak.
Inspection form
: formulir pemeriksaan atau formulir simak atau check list.
Inspection speed
: kecepatan lift terendah (30 m/m) untuk maksud pemeriksaan dari atap kereta, oleh kerja saklar inspeksi.
Inspection switch
: sakelar pemeriksaan, biasa dipasang diatas kereta.
Inspector’s manual
: panduan bagi pemeriksa yang disahkan (dalam safety code ANSI No.A17.2).
Instantaneous safety
: alat pengaman overspeed dengan cara bekerja mendadak.
Jump performance (t)
: tempo tersingkat (dalam detik) yang dapat dicapai lift melayani satu lantai (jarak 4.0 m). Disebut juga ”flight time”.
54
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
Junction box
: kotak
KUSASI,
penghubung
antara
kabel
lari
2012
dengan
pengkabelan diruang luncur. Jurisdiction
: yang resmi/sah, sesuai ketentuan/peraturan.
Lang lay
: arah pilinan dan lilitan sama arahnya pada tali kawat baja.
Lateral movement
: goyang kiri/kanan (mm).
Lay, one lay
: satu puntiran (lilitan)
Licence
: surat izin resmi dari badan yang berwenang.
Life line
: tali penyelamat yang dipasang diruang luncur sampai pit tempat dimana sabuk pengaman dicantolkan.
Limit switch
: sakelar pengaman batas lintas.
Load weighding device (LWD)
: alat pengindera jumlah berat muatan kereta.
Main control unit (MCU)
: pusat kendali, mengatur kerjasama sekelompok lift.
Main lobby
: lobi (balai tunggu) pada lantai utama.
Maintenance
: perawatan/pemeliharaan.
Maximum rated load
: beban diatas nominal yang didesain oleh produsen (kg).
Malfunction
: kelainan fungsi komponen.
Main rails
: rel pamndu untuk karet
Metal tag
: label logam yang diikatkan atau dilekatkan pada peralatan
Mild steel
: baja lunak (luwes), atau baja liat (biasanya st 370).
Minimal rated load
: beban nominal minimal (kg).
Modernization
: peremajaan lift melibatkan penggantian komponenkomponen utama untuk meningkatkan kinerja operasi.
Monitoring
: pencermatan/pengindra.
Moving walks/side walks
: lantai jalan atau popular disebut travolator disebut juga passenger conveyor.
Newel
: bagian dari balustrade diujung-ujung pendaratan, pada bagian atas maupun bawah eskalator.
Nudging
: menyentuh, dengan sungguh-sungguh menekan
Overbalance (OB)
: kelebihan berat dari bobot imbang terhadap berat kosong kereta, dalam %. Contoh OB = 45%.
Overload
: kelebihan beban (%), melebihi kapasitas nominal.
Overspeed switch (OS)
: saklar pemutus arus kecepatan lebih tahap pertama.
Overspeed
: kecepatan lebih (dari batas nominal semestinya) (%). 55
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
Overtravel
KUSASI,
2012
: kelebihan perjalanan diluar normal (lompatan pada kereta,
jika
bobot
imbang
merosot
membentur
peredam) (mm). Perform, carried out
: melaksanakan/dilaksanakan.
Performance
: kinerja, unjuk kerja, tampil kerja.
Periodic
: secara berkala dan tetap.
Phase reversal device
: alat pengaman yang mencegah motor bekerja jika urutan 3 phase terbalik.
Pins
: pena
Pivot pin
: titik tumpu
Platform
: landas kereta berupa konstruksi baja, merupakan satuan yang kokoh dengan rangka kereta.
Plumb bob
: unting-unting, pemberat agar kawat lood tegang vertikal.
Plumb line
: kawat lood (kawat piano atau kawat baja).
Plunger
: torak atau batang piston pada system hidrolik.
Porting
: sistem pengaliran minyak akibat tekanan torak.
Power output (Po)
: daya maksimal yang dikonsumsi sistem lift (kN).
Power rating (Pr)
: daya yang dirancang optimal untuk suatu motor (kN).
Pre opening
: pintu mulai membuka menjelang dua detik kereta mau mendarat.
Pressure vessel
: bejana tekan.
Pull box (PB)
: kotak penghubung yang biasa dipasang pada ujung atas ruang luncur sebagai penyambung kabel-kabel kamar mesin dengan pengkabelan ruang luncur.
Radial speed ()
: kecepatan putar (dari as) (rpm).
Radius of gyration (r)
: radius putaran girasi dari suatu profil (mm), r = l/.
Rail deflection ()
: lendutan pada rel pemandu (mm).
Rated load (Q)
: beban (kapasitas) nominal sesuai kontrak (kg).
Rated speed
: kecepatan nominal sesuai dengan kontrak (m/m).
Reduction gear
: satu komponen transmisi yang merubah kecepatan putar motor yang tinggi ke kecepatan rendah, gigi reduksi.
Reference
: rujukan.
Regular lay (rope)
: cara pilinan kawat tali baja berlawanan dengan arah lilitan. Lihat: lang lay. 56
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Requirement
: ketentuan/persyaratan.
Reservoir
: bejana persediaan minyak, tangki minyak.
Retardation
: reaksi penahanan (N).
Retiring cam
: ungkit pelepas berfungsi melepaskan kunci kait pada pintu lantai jika kereta sampai masuk zona pintu.
Rod, connecting
: batang penarik pasak pengereman
Rope compensation
: sistem pengimbangan atas berat tali baja traksi dengan cara
memasang
tali
baja
yang
sama
berat
menggantung pada bagian bawah kereta dan bobot imbang. Rod, lifting
: batang penarik pasak pengereman
Rod, tie
: batang penarik pasak pengeraman
Rope fastening
: baut soket pengikat ujung tali berupa soket tirus atau soket baji.
Rope lay
: satu puntiran 3600 dari lilitan pada tali baja (mm).
Rope stretch ()
: kemuluran tali baja (mm).
Roping
: sistem pentalian: 1:1 one to one roping, 2:1 two to one roping.
Round grove (U-groove) Round trip time (T)
bentuk alur U pada keliling puli traksi >< flat groove. : tempo yang ditempuh oleh satu lift mulai berangkat dari lobi melayani lantai-lantai atas dan kembali ke lobi (detik).
Routine
: rutin, secara tetap dan teratur.
Rule
: persyaratan/peraturan/ketentuan.
Runby
: luang lari, jarak kereta dengan penyangga (mm), saat kereta berada dilantai bawah.
Running clearance
: ruang (celah) antara dua benda yang bergerak (mm).
Safe clearance
: ruang aman minimal 0.6 m pada ujung atas ruang luncur dan pada dasar pit.
Safety device
: pesawat pengaman atau alat pengaman.
Safety edge
: safety shoe, alat pengaman agar pintu membuka kembali.
Safety operated switch (SOS)
: saklar pemutus arus kecepatan lebih tahap kedua, saat governor tersentak (tripped).
Screen display
: layar kaca informasi 57
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Sealed
: disegel, setelah ditera.
Shaft
: poros
Sheave
: roda puli
Shims
: plat tipis ganjalan untuk menyetel jarak.
Shuttle service (SS)
: pelayanan lift ulang alik (lobi utama ke sky lobby).
Single wrapped traction (SWT)
: sistem penarikan tali dimana tali baja traksi hanya sekali memeluk puli (lawan: double wrapped traction).
Skirt boards (escalator)
: pelat pelindung bagian dalam bawah disamping step.
Skirt panel
: plat penutup samping bagian dalam, langsung pada sisi kiri dan kanan step.
Sky lobby
: lobi utama atas, dalam sistem bangunan multi rise.
Slack rope
: tali kendor, pada lift dengan sistem tabung gulung.
Sliding door
: pintu sorong
Slip clips
: penjepit rel bebas (lawan, fixed clip).
Solenoid brake
: rem yang dioperasikan dengan tenaga elektro magnet
Specified
: terinci.
Static balance
: keseimbangan dudukan badan kereta pada rangka kereta.
Step pallet
: bidang pijakan pada lantai jalan (moving walks).
Strand
: lilitan/pilinan kawat, bagian dari tali kawat baja.
Striking plate
: lempengan pelat dipasang pada bagian bawah rangka kereta sebagai pembentur buffer.
Striking rubber
: potongan karet dipasang pada ujung atas torak sebagai penahan awal atas benturan pada peredam hidrolik.
Stroke
: jarak langkah gerak torak maksimal masuk ke silinder (mm)
Submission
: penyerahan
secara
resmi
hasil
usaha
untuk
ditindaklanjuti. Swing door
: pintu ayun
Synthesizer
: alat/perangkat elektornic yang dapat menghasilkan suara percakapan.
Technical assessment
: kajian teknis, penilaian kondisi dan kinerja pesawat.
Template
: pola dengan lokasi titik-titik utama tata letak komponen.
Tension sheave
: roda penegang tali baja governor, dan tali kompensasi
Terminal stopping device
: saklar pengaman batas lintas. 58
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
Test weight
KUSASI,
2012
: bobot uji (batang-batang besi tuang @ 50 kg, atau 20 kg).
Tie rod
: batang pengencang
Thimble rod
: baut soket tirus pengikat ujung tali baja, dicor timbel.
Top of car
: diatas atap kereta.
Traction availability (Ta)
: daya traksi yang dapat dihasilkan dari puli traksi, Ta = efk.
Traction relation (Tr)
: ratio tegangan antara tali tegang terhadap tali kendor, atau disebut traction required, Tr = T1/T2.
Traction rope (suspension rope) : tali baja tarik/traksi, tali baja gantung, atau tali kawat baja. Traction sheave
: puli (roda) penarik atau disebut driving sheave.
Transducer
: decoder
Traveling cable (TC)
: kabel lari yang menghubungkan apparatus pada kereta dengan kendali.
Tripping governor
: peristiwa penjepitan tali pengaman oleh governor saat tersentak (tripped) terjadi pada kecepatan lebih tahap kedua.
Tripping speed
: kecepatan lebih tahap kedua sesuai rancangan (m/m).
Two speed door (2S door)
: jenis pintu 2 panel buka kesamping serempak. Lawan: center opening.
Undercut groove
: alur U-groove yang di coak pada bagian bawahnya (U/C 900, atau 1050).
Useful life
: umur kegunaan komponen.
Valve
: katup (pada lift hidrolik).
Ventilation
: penggantian udara kamar mesin dengan udara segar dari luar (m3 per menit).
Vibration
: gerakan bergetar diukur dalam Hertz dan miligrafity (mg).
Variable frequency (VF)
: pengendalian gerak kecepatan motor induksi, dengan cara merubah besaran frequency.
Waterproofing
: kedap air pada dinding-dinding pit ruang luncur.
Wedge socket
: baut soket baji pengikat ujung tali baja (lawan: thimble rod).
Wide flange (WF)
: profil baja I bentuk lebar, atau profil Н. 59
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
Working pressure
KUSASI,
2012
: tekanan kerja (tekanan hidrolik dimana kereta beban penuh naik) (bar atau atm).
Worm gear
: roda (as) gigi ulir (roda gigi cacing) berfungsi memutar roda gigi dengan arah as siku terhadap as gigi ulir.
Zoning system
: pembagian wilayah lantai-lantai yang dilayani oleh sejumlah lift: low rise, medium zone dan high zone.
60
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Lampiran-2
RUJUKAN
1. Vertical Transportation, Elevators and Escalators, 2nd edition 1982, George R. Strakosch, John Waley & Sons, New York. 2. Elevator mechanical design, Lubomir Janousky 3. Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 03-2190-1999 “Syarat-syarat Umum Konstruksi Lift yang dijalankan dengan motor traksi”.
61
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
2012
Lampiran-3
DAFTAR GAMBAR
Gambar-1
: Typical installation, geared machine
Gambar-2
: Typical installation, gearless machine
Gambar-3
: Rel pemandu dan penjepit
Gambar-4
: Roda pemandu (roller guides)
Gambar-5
: Sepatu luncur pemandu (guide shoes)
………….
10
Gambar-6
: Penyangga dan Peredam pegas dan Hidrolik
…………
12
Gambar-7
: Gigi reduksi
…………..
16
Gambar-8
: Mesin traksi jenis geared dan gearless
………..
17
Gambar-9
: Rem mesin jenis internal drum
………
19
Gambar-10 : Rem mesin jenis external drum
…………
20
……..
25
……….
26
……..
28
……….
30
Gambar-15 : Car Operating Panel (COP)
…….
31
Gambar-16 : Penandaan
…….
32
Gambar-17 : Hall Fixtures
……..
33
………..
38
…….
39
………
39
…….
41
Gambar-11 : Rakitan bobot imbang Gambar-12 : Motor penggerak pintu kereta Gambar-13 : Jenis-jenis pintu dan lebar pembukaan Gambar-14 : Hall Fixtures
Gambar-18 : Sistem pesawat pengaman dengan governor Gambar-19 : Pasak pengeram bentuk tirus (rem baji) Gambar-20 : Governor dan lifting rod Gambar-21 : Mekanisme sistem pengereman pesawat pengaman Gambar-22 dan 23 : Sistem pentalian (roping)
62
………………
4
………….
5
……………
8
………..
9
…………. 44-45
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
Lampiran-4
Daftar Singkatan Istilah-istilah Instalasi Pesawat Lift A. Components and parts ARD
= Automatic Rescue Device (emergency)
ALD
= Automatic Landing Devices
AC
= Alternating Current (AC-motor)
AC
= Air Conditioning
AN
= Anti Nuisance Operation
BMU
= Base Man Hour
CB
= “Call Back” service = pelayan perawatan diluar rutin
CRT
= Cathode Ray Tube (layar kaca TV)
CPI
= Car Position Indicator
CO
= Center Opening
CL
= Center Line, garis tengah antara 2 as
COP
= Car Operating Panel
DC
= Direct Current (DC motor)
DWT = Dumbwaiter, lift pelayan DBG
= Distance Between Guide = RG = Rail gauge
DEH
= Dead end Hitch
DLS
= Directional Limit Switch
DO
= Door Open (button)
DC
= Door Close (button)
DWT = Double Wrapped Traction EFO
= Emergency Fire Operation
EPO
= Emergency Power Operation
FLS
= Final Limit Switch
G/L
= Gearless Machine
G/D
= Geared Machine
HB
= Hall button, tombol panggil
H/W
= Hoistway = Ruang Luncur = R/L = shaft
HL
= Hall Lantern
HPI
= Hall Position Indicator
KS
= Key Switch = kunci kontak 63
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
L x D = Lebar x Dalam (ukuran R/L), W x D LCD
= Liquid Crystal Diode
LD
= Lekuk Dasar
LWD = Load Weighing Device MCU = Main Control Unit NSO
= Non-stop Operation
OB
= Overbalance (CWT), dalam percentage of capacity
OS
= Overspeed Switch (pada governor)
OH
= Overhead Height
PB
= Pull Box, kotak penghubung kawat-kawat listrik
PHB
= Peralatan penghubung dan bagi (distribution panel)
PM
= Permanent Magnet
RL
= Ruang Luncur = H/W = shaft
SO
= Side Opening
SOS
= Safety Operated Switch
STV
= Sistem Transportaion Vertikal
SWT
= Single Wrapped Traction
TC
= Traveling Cable
TVG
= Transportation Vertikal dalam Gedung
TOCI = Top of Car Inspection B. Management CM
= Construction Management
MK
= Manajemen Konstruksi
MOB = Manajemen Operasi Bangunan NWP = Net Work Planning SLK
= Standar Latihan Kerja (PU)
SDM
= Sumber Daya Manusia
SOP
= Standard Operating Procedure
SIO
= Surat Izin Operasi (diterbitkan oleh Kemen.Nakertrans)
PJPL = Perusahaan Jasa Perawatan Lift PJK3 = Perusahaan Jasa K3
64
2012
KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN
KUSASI,
C. Institutional BSN
= Badan Standardisasi Nasional
BNSP
= Badan Nasional Sertifikasi Profesi
SNI
= Standar Nasional Indonesia
PUIL
= Persyaratan Umum Instalasi Listrik
Pusbin KPK = Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi (PU) BS
= British Standard (dilebur menjadi EN)
ANSI
= American Nasional Standard Institute
ASME
= American Society of Mechanical Engineers
JIS
= Japanese Industrial Standard
APPLE
= Asosiasi Produsen Pemborong Lift dan Eskalator
IAPLE
= Ikatan Ahli Pesawat Lift dan Eskalator
LPJKN
= Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional
65
2012