KONSEPSI PENGEMBANGAN KOMERSIALISASI TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN EKSISTENSI BPTP Hermanto Rachman Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan Jalan Kol H. Barlian No 38 Km 6 Palembang
PENDAHULUAN Ke depan sektor pertanian diperkirakan akan tetap menjadi motor penggerak perekonomian pedesaan. Hal ini sangat beralasan karena sampai saat ini kegiatan ekonomi yang dikuasai oleh rakyat di pedesaan adalah agribisnis berbasis tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Dengan demikian, pengembangan sistem dan usaha agribisnis merupakan cara yang paling efektif untuk mengembangkan perekonomian pedesaan. Oleh karena itu, sektor pertanian harus dihela oleh inovasi teknologi yang memiliki nilai tambah yang tinggi sehingga mampu merespon berbagai perubahan yang dinamis dan mampu menjawab isu globalisasi, humanisasi pasar, pelestarian lingkungan dalam suasana demokratisasi dan desentralisasi. Sebagai respon terhadap dinamika lingkungan strategis, Badan Litbang Pertanian terus melaksanakan rekayasa, pengembangan dan penerapan inovasi baru serta berkontribusi dalam mewujudkan sistem dan usaha agribisnis yang kokoh dan handal. Disamping itu, Badan Litbang pertanian juga telah mereorientasi kebijakan penelitian dari bersifat sentralistik menjadi desentralistik melalui pembentukan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) disetiap provinsi yang hingga saat ini telah terbentuk 30 BPTP dalam rangka mempercepat proses alih teknologi dari lembaga penelitian ke pengguna akhir. Reorientasi kebijakan tersebut, diharapkan BPTP sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) terdepan dari Badan Litbang Pertanian mampu menjembatani antara lembaga penelitian sebagai penghasil teknologi, dengan petani dan swasta sebagai pengguna teknologi. BPTP juga diharapkan mampu memposisikan diri sebagai “the driving force” dari sistem inovasi sekaligus bertindak sebagai integrator antara sistem inovasi dan sistem agribisnis dalam mewujudkan sistem dan usaha agribisnis industrial berbasis pengetahuan dan teknologi inovatif di wilayah kerjanya. Dimasa mendatang kontribusi BPTP dalam pembangunan pertanian daerah diperkirakan akan semakin meningkat, terutama tuntutan dari pengguna teknologi diperkirakan akan semakin besar, baik dari segi kualitas, efisiensi biaya, ketepatan waktu. Sebaliknya, kemampuan pendanaan riil dari pemerintah pusat (Badan Litbang Pertanian) untuk kegiatan pengkajian diperkirakan akan semakin KONSEPSI PENGEMBANGAN KOMERSIALISASI TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN EKSISTENSI BPTP Hermanto Rachman
87
relatif sulit dan terbatas. Tantangan ini membawa implikasi yang memerlukan antisipasi dan pemikiran kedepan untuk meningkatkan kemampuan dalam menghimpun pendanaan yang diperoleh dari bagian nilai tambah komersial hasil penelitian terobosan yang telah dan akan dilakukan. Untuk mendorong upaya tersebut, pengembangan Unit Komersialisasi Teknologi (UKT) pada BPTP yang berorientasi bisnis, disamping tetap berorientasi kepada kebutuhan masyarakat (public oriented) memiliki fungsi yang cukup strategis untuk menyiapkan hasil-hasil kajian BPTP menjadi produk siap dikomersialkan. Hal ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk usaha bisnis, seperti rintisan usaha agribisnis, jasa layanan dan kerjasama pengkajian dengan berbagai mitra kerja (swasta, Instansi Pemerintah, BUMN, perguruan tinggi dan lembaga penelitian lainnya) dalam lingkup yang dapat mendorong percepatan pembangunan pertanian di daerah. Dari serangkaian kegiatan UKT diharapkan peningkatan eksistensi BPTP sebagai lokomotif pembangunan pertanian daerah dapat diwujudkan melalui pemanfaatan sumberdaya penelitian yang dimiliki secara optimal, profesional dan proporsional. Untuk mewujudkan harapan tersebut, tulisan ini merupakan sumbangan pemikiran untuk pengembangan Unit Komersialisasi Teknologi (UKT) dalam mendukung peningkatan eksistensi BPTP di wilayah kerjanya. PENGERTIAN DAN RASIONALISASI UKT Unit Komersialisasi Teknologi (UKT) dapat diartikan sebagai suatu unit pelaksana komersialisasi teknologi inovasi yang bersifat nonstruktural untuk memfasilitasi penyediaan teknologi inovasi, pemanfaatan sumberdaya penelitian yang dimiliki, baik bersifat fisik maupun non fisik dengan orientasi bisnis, tetapi seraya tetap memperhatikan dan mengutamakan kebutuhan masyarakat dalam mendukung percepatan proses alih teknologi yang dihasilkan oleh BPTP kepada masyarakat pengguna. Pembentukan UKT dimaksudkan untuk menjadikan hasil-hasil kajian BPTP dan sumberdaya penelitian yang dimiliki menjadi sebuah produk yang siap dikomersialkan, disamping membangun jaringan kerjasama pengkajian/ pengembangan dengan berbagai mitra kerja dalam rangka mendorong percepatan pembangunan pertanian di daerah sehingga eksistensi BPTP sebagai lokomotif pembangunan pertanian di wilayah kerjanya akan semakin meningkat. Sebagai respon terhadap tantangan ke depan, Badan Litbang Pertanian telah memperkenankan BPTP untuk mengembangkan manajemennya kearah usaha bisnis (business oriented) dengan seraya tetap mengedepankan tugas dan fungsinya sebagai lembaga yang melaksanakan kegiatan pengkajian dan perakitan paket teknologi tepat guna spesifik lokasi. Hal ini didasarkan pada Keputusan Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 4 No. 2, Juni 2006 : 87-95
88
Menteri Keuangan memberikan persetujuan kepada Badan Litbang Pertanian untuk menggunakan sendiri sekitar 70 persen pendapatan fungsionalnya. Keputusan Menteri Keuangan ini merupakan suatu langkah maju untuk mendorong lebih lanjut upaya komersialisasi hasil pengkajian/penelitian di BPTP melalui UKT. AKTUALISASI FUNGSI DAN PERAN UKT Secara umum fungsi UKT porsinya lebih banyak pada kegiatan bersifat pengembangan usaha bisnis, tetapi seraya tetap memperhatikan dan mengutamakan kebutuhan masyarakat. Secara spesifik fungsi UKT sebagai berikut: (1) Menghimpun, menginventaris, dan memanfaatkan fasilitas dan sumberdaya penelitian yang dimiliki secara optimal, profesional, dan proporsional dalam rangka menunjang kegiatan komersialisasi teknologi inovasi; (2) Menyiapkan dan mengembangkan hasil-hasil kajian BPTP menjadi produk siap dikomersialkan dengan tingkat harga yang layak; (3) Mengembangkan usaha rintisan agribisnis, dan promosi hasil litkaji dan publikasi yang bernilai komersial dalam rangka mendorong percepatan proses alih teknologi yang dihasilkan oleh BPTP kepada masyarakat pengguna; (4) Mengembangkan jaringan kerjasama pengkajian/pengembangan teknologi inovasi yang berlandaskan pada optimalisasi pemanfaatan sumberdaya penelitian, peningkatan kemampuan alih teknologi inovasi kepada pengguna, dan saling menguntungkan; (5) Mengembangkan sumber-sumber pendanaan BPTP dalam menunjang kegiatan pengkajian teknologi dan perakitan paket teknologi tepat guna spesifik lokasi di wilayah kerjanya secara berkelanjutan; dan (6) Meningkatkan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) yang berasal dari usaha rintisan agribisnis, promosi litkaji dan publikasi, pelayanan jasa, dan pemanfaatan fasilitas dan sumberdaya penelitian. Dari fungsi tersebut, diharapkan UKT mampu berperan secara aktif dalam memfasilitasi pemasaran produk-produk yang dihasilkan BPTP, disamping berperan seperti menjemput bola dalam kegiatannya untuk menghimpun dana, baik berupa Cost Sharing maupun Cost Recovery yang diperoleh dari bagian nilai tambah komersial hasil pengkajian/penelitian terobosan. RUANG LINGKUP DAN PENDEKATAN UKT Kegiatan di UKT dapat mencakup kerja sama pengkajian dengan berbagai mitra kerja seperti Pemda, swasta, LSM, perguruan tinggi dan lembaga penelitian lainnya. Disamping itu, kegiatan promosi hasil litkaji dan publikasi bernilai komersial, rintisan usaha agribisnis (penyediaan benih/bibit untuk tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan) dan jasa layanan lainnya (jasa KONSEPSI PENGEMBANGAN KOMERSIALISASI TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN EKSISTENSI BPTP Hermanto Rachman
89
konsultasi teknologi pertanian, nara sumber berbagai pelatihan teknologi pertanian) juga dapat termasuk sebagai kegiatan UKT. Secara spesifik ruang lingkup yang dapat dijadikan sebagai kegiatan UKT adalah: 1. Kerjasama pengkajian/pengembangan teknologi dalam lingkup yang dapat mendorong percepatan pembangunan pertanian daerah dan atau penelitian berorientasikan pada HAKI dengan berbagai mitra kerja seperti: Instansi Pemerintah Daerah, Pihak Swasta, Petani Kooperator, BUMN, Perguruan Tinggi (Negeri dan Swasta), dan Lembaga Penelitiannya (Dalam dan Luar Negeri) 2. Kegiatan promosi hasil litkaji dan publikasi yang bernilai komersial; Produksi dokumentasi kegiatan melalui audio visual (video cassette, VCD) Produksi berbagai publikasi informasi teknologi hasil pengkajian yang bernilai komersial 3. Kegiatan rintisan usaha agribisnis meliputi; Pengembangan usaha rintisan kebun benih untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan Pengembangan usaha rintisan usahatani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan Pengembangan usaha rintisan industri beras dan komoditi lainnya di pedesaan 4. Pemanfaatan jasa layanan Balai meliputi: Analisis tanah, pupuk, air dan jaringan tanaman Lab. Hama Penyakit-Identifikasi hama dan penyakit Lab. Pasca Panen-Analisis bahan pangan (olahan) Lab. Benih dan Pemuliaan-Uji viabilitas dan kemurnian benih Lab. Sumberdaya Alam dan Analisis Data – Jasa survey Pewilayahan dan Pemetaan Sumberdaya Alam dan pengembangannya Pemanfaatan Rumah Kasa dan Kaca Pemanfaatan ruang pertemuan beserta perlengkapannya, mess, dan guest house Perpustakaan (Foto Copy, Penelusuran literatur, silang layan) Jasa konsultasi teknologi pertanian Nara sumber berbagai pelatihan teknologi pertanian. Market oriented merupakan pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan usaha-usaha bisnis di UKT. Artinya, komersialisasi teknologi Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 4 No. 2, Juni 2006 : 87-95
90
inovasi dilakukan berdasarkan adanya kebutuhan pasar. Berbagai jenis teknologi yang ditawarkan harus mampu menawarkan peningkatan efisiensi pada tingkat harga yang layak. Di samping aspek teknologi, pengenalan terhadap segmen pasar adalah sangat penting artinya agar invensi yang diciptakan mampu secara potensial memiliki pasar utama (captive market). Untuk itu diperlukan strategi mengamankan pasar produk/teknologi melalui keterkaitan yang erat antara produsen dan konsumen. Salah satunya adalah bahwa produsen adalah sekaligus bertindak sebagai konsumen utama. Berdasarkan pada pendekatan di atas, metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan UKT antara lain; (1) Direct marketing dengan menggunakan surat, telepon dan alat nonpersonal lainnya untuk berkomunikasi atau mendapatkan respon dari pengguna, (2) Advertising, yaitu bentuk presentasi dan promosi ide, teknologi inovasi atau jasa layanan lainnya, misalnya melalui brosur dan booklet, poster dan leaflet, audiovisual dan lain sebagainya, dan (3) Public relations adalah suatu program yang didesain untuk mempromosikan teknologi inovasi, misalnya melalui seminar, laporan tahunan, sponsor kegiatan, donatur dan sebagainya. PROSEDUR KERJA UKT Kegiatan komersialisasi teknologi inovasi terdiri dari berbagai unit usaha bisnis yang dilakukan dengan cara kerja yang efisien, sistematis dan terencana dengan tahapan kegiatan sebagai berikut: (1) Persiapan; Tahap awal dalam kegiatan UKT terdiri dari: (a) persiapan dasar, berkaitan dengan identifikasi produk teknologi inovasi yang dapat ditawarkan pada pengguna, (b) persiapan pengemasan/desain produk teknologi inovasi menjadi suatu produk yang siap untuk ditawarkan, (c) persiapan pengembangan jaringan kerjasama pengkajian/ pengembangan teknologi inovasi dengan berbagai mitra kerja. (2) Tahap Sosialisasi Rencana Kegiatan; Kegiatan berupa koordinasi dan pertemuan dengan berbagai mitra kerja dalam rangka pelaksanaan kegiatan kerja sama pengkajian/ pengembangan, rintisan usaha agribisnis, dan jasa pelayanan lainnya dalam rangka mengembangkan usaha komersialisasi. (3) Tahap Pelaksanaan Kegiatan; Kegiatan pelaksanaan merupakan serangkaian upaya pengembangan dan pemasaran sebuah produk atau pengembangan sebuah proses kegiatan komersial. Kegiatan ini merupakan rangkaian yang cukup komplek dengan melibatkan berbagai bentuk transaksi usaha (business transactions) dengan pihak penguna dari produk-produk yang ditawarkan dengan cara direct contracts dan atau direct selling system. (4) Tahap Pertanggungjawaban; Setiap kegiatan UKT harus dipertanggung-jawabkan kepada Kepala BPTP untuk setiap periode satu tahun dengan disertakan penyerahan secara lengkap laporan keuangan dan kinerja UKT selama periode tersebut.
KONSEPSI PENGEMBANGAN KOMERSIALISASI TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN EKSISTENSI BPTP Hermanto Rachman
91
STRUKTUR ORGANISASI UKT Semakin besar suatu usaha bisnis yang dikembangkan oleh UKT, maka pengorganisasian merupakan hal semakin penting. Dengan adanya keterbatasan individu, menyebabkan munculnya kebutuhan akan pembagian tugas di antara pelaksana agar tujuan/sasaran usaha bisnis tersebut dapat tercapai secara optimal dengan cara kerja yang efisien. Tipe organisasi fungsional merupakan salah satu tipe organisasi yang dapat digunakan di UKT, yaitu organisasi yang disusun berdasarkan sifat dan macam-macam fungsi yang harus dilaksanakan. Artinya, pembidangan usaha bisnisnya dapat digariskan secara tegas, umpamanya unit produksi, unit pemasaran, unit kerjasama pengkajian, dan unit jasa pemanfaatan aset yang walaupun saling bersangkut-paut namun bidangnya jelas berbeda. Secara skematik, struktur organisasi UKT sebagai berikut:
Penanggung Jawab/Manejer
Sekretaris Bendahara
Unit Produksi
Unit Pemasaran
Unit Kerjasama Pengkajian
Unit Jasa Pemanfaatan Asset
Gambar 1. Struktur Organisasi UKT
Terdapat tiga komponen utama dalam organisasi UKT, yaitu: 1. Penanggung Jawab/Manejer: yang mengendalikan dan bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan usaha UKT, dalam arti menentukan tujuan, menetapkan kebijakan, dan mengambil keputusan dengan memperhatikan masukanmasukan dari berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan UKT.
Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 4 No. 2, Juni 2006 : 87-95
92
2. Pembantu penanggung jawab/manejer: yaitu yang membantu penanggung jawab/manejer dalam perencanaan dan pengendalian kegiatan UKT. Kelompok ini terdiri dari: a) Sekretaris: yang membantu penanggung jawab/manejer dalam perencanaan dan pengawasan serta setiap saat memberikan nasehatnasehat kepada penanggung jawab/manejer, diminta atau tidak diminta. b) Bendahara: yang membantu penanggung jawab/manejer dalam pengelolaan dana, baik berasal dari luar (external financing) maupun dari dalam UKT (internal financing). 3. Pelaksana: yaitu kelompok yang melaksanakan kegiatan usaha-usaha komersial; a) Unit Produksi: yang melaksanakan kegiatan rintisan usaha agribisnis dan produksi berbagai publikasi teknologi hasil pengkajian yang bernilai komersial. b) Unit Kerjasama Pengkajian: yang melaksanakan kegiatan kerjasama pengkajian/pengembangan teknologi dalam lingkup yang dapat mendorong percepatan pembangunan pertanian dan atau penelitian berorientasikan pada HAKI dengan berbagai mitra kerja. c) Unit Jasa Pemanfaatan Aset: yang melaksanakan kegiatan pemanfaatan jasa layanan Balai. d) Unit Pemasaran: yang melaksanakan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan rencana penetapan harga, promosi, dan distribusi barangbarang dan jasa-jasa yang telah dihasilkan untuk menciptakan transaksi usaha yang menguntungkan.
MEKANISME PENGELOLAAN DANA UKT Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, setiap unit usaha bisnis yang dikembangkan oleh UKT membutuhkan modal/kapital untuk memulai, mengelola, memelihara, dan berkembang. Oleh karena itu, pelaksana kegiatan UKT harus menentukan kebutuhan-kebutuhan keuangan (financial need), baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini tidak lain merupakan kegiatan untuk mendapatkan dana (raising of funds) dan kemudian menggunakan dana (allocation of funds) tersebut untuk menumbuhkembangkan kegiatan-kegiatan usaha bisnis yang telah direncanakan dalam rangka mendukung percepatan proses alih teknologi yang dihasilkan oleh BPTP kepada masyarakat pengguna. Dana UKT yang dimaksud dapat berasal dari luar (external financing) dan dari dalam UKT (internal financing). Sumber dana dari luar UKT meliputi KONSEPSI PENGEMBANGAN KOMERSIALISASI TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN EKSISTENSI BPTP Hermanto Rachman
93
dana berasal dari berbagai mitra kerja, seperti Instansi Pemerintah Daerah (Pemda), Pihak Swasta, BUMN, Petani Kooperator, Perguruan Tinggi (Negeri dan Swasta), dan Lembaga Penelitian lainnya (Dalam dan Luar Negeri), sedangkan dari dalam UKT meliputi; dana pemerintah pusat (Badan Litbang Pertanian), penggunaan laba, cadangan, dan laba yang tidak dibagikan. Mekanisme pengelolaan dana UKT selalu mempersyaratkan agar selalu ada keterbukaan (full disclosure) dan dapat di audit secara berkala. Hasil bersih (laba) dari pengelolaan UKT akan dialokasikan antara lain: (1) sebagai investasi modal, yaitu pengalokasian modal ke dalam usaha-usaha investasi yang manfaatnya akan direalisasikan pada masa yang akan datang, (2) sebagai cadangan modal yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan untuk melakukan investasi dan atau transaksi-transaksi yang berkaitan dengan kegiatan maintenance dari aset-aset yang dimiliki, dan (3) sebagai dividen, bagian dari keuntungan yang akan diperuntukkan sebagai penunjang kegiatan BPTP, insentif untuk pelaksana kegiatan UKT beserta karyawan-karyawan yang ada di lingkungan BPTP, dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP). Proporsi (persentase) alokasinya akan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Balai/tim kebijakan, karyawan, pelaksana UKT dengan mengacu kepada peraturan-peraturan pemerintah yang telah ada dan upaya untuk mendorong keberlanjutan kegiatan UKT di BPTP. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN UKT Agar pelaksanaan kegiatan komersial mencapai sasaran sebagaimana tertuang dalam setiap Proposal kegiatan UKT perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian oleh Tim yang ditunjuk secara langsung oleh Kepala BPTP. Tim tersebut akan melakukan pengawasan dan pengendalian secara berkala selama pelaksanaan kegiatan komersial, sekurang-kurangnya satu tahun sekali apabila kegiatan komersial dilakukan lebih dari satu tahun. Laporan hasil pengawasan dan pengendalian disampaikan kepada Kepala BPTP dan Penanggung Jawab/manejer UKT sebagai input/masukan untuk perbaikan/pembenahan kegiatan UKT pada tahun berikutnya.
PENUTUP Unit Komersialisasi Teknologi (UKT) merupakan suatu unit pelaksana komersialisasi teknologi inovasi yang bersifat non-struktural untuk memfasilitasi penyediaan teknologi inovasi, pemanfaatan sumberdaya penelitian yang dimiliki, baik bersifat fisik maupun non fisik dengan orientasi bisnis, tetapi seraya tetap memperhatikan dan mengutamakan kebutuhan masyarakat (public oriented) dalam mendukung percepatan proses alih teknologi yang dihasilkan oleh BPTP kepada masyarakat pengguna. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 4 No. 2, Juni 2006 : 87-95
94
Fungsi UKT porsinya lebih banyak pada kegiatan bersifat pengembangan usaha bisnis dengan kegiatannya dapat mencakup kerja sama pengkajian dengan berbagai mitra kerja seperti Pemda, swasta, LSM, perguruan tinggi dan lembaga penelitian lainnya, promosi hasil litkaji dan publikasi bernilai komersial, rintisan usaha agribisnis (penyediaan benih/bibit untuk tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan) dan jasa layanan lainnya (jasa konsultasi teknologi pertanian, nara sumber berbagai pelatihan teknologi pertanian). Struktur organisasi UKT disusun berdasarkan sifat dan macam-macam fungsi yang harus dilaksanakan, seperti unit produksi, unit pemasaran, unit kerjasama pengkajian, dan unit jasa pemanfaatan aset yang walaupun saling bersangkut-paut namun bidangnya jelas berbeda. Dari pengembangan UKT diharapkan eksistensi BPTP sebagai lokomotif pembangunan pertanian di daerah dapat ditingkatkan. Untuk mewujudkan harapan tersebut diperlukan lebih lanjut penjabaran konsep UKT secara operasional, terutama mengenai penentuan mekanisme pengelolaan dan pengalokasian hasil UKT seyogyanya dapat ditetapkan dengan proporsi yang wajar sehingga usaha komersialisasi teknologi dapat dilakukan secara berkelanjutan. Badan Litbang Pertanian melalui Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP) diharapkan dapat lebih proaktif mendorong berkembangnya UKT disetiap BPTP dengan memberikan acuan/petunjuk teknis secara komprehensif dan holistik mengenai mekanisme pengelolaan UKT sehingga perbedaan persepsi tentang hal tersebut dapat dihindari. Dengan demikian, UKT diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi suatu usaha bisnis teknologi inovasi yang efektif dan efisien sehingga keberadaannya dapat mendukung peningkatan eksistensi BPTP di wilayah kerjanya.
KONSEPSI PENGEMBANGAN KOMERSIALISASI TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN EKSISTENSI BPTP Hermanto Rachman
95