KONSEP TA’LĪM DALAM AL-QUR’AN
Sukman1 Abstract: As source of education concept, book (Al-Quran) is needed or
instrument of human going to their goal as which is mandated in the book. Education is effort to deepen the understanding, skill, capable, and attitude through learning and experience which is needed to make possible human being to depend or to endure and to preserve, and to their goals life. Since born Education is undergone and applied the human until they grow to be perfect human, even they die, is called homo educandum and homo education. Education activities call instruction. The Arabic terminology is mentioned ta’lim, namely transfer of knowledge. This article focus to discourse the concept of ta’līm as the book mention, then this article will systematically write as shown into the sub-sub; Meaning of ta’lim and interpretation of ta’lim what mentioned in few clauses or paragraphs of the book.
Key words: Consep Ta’lim, Perspektif al-Quran
Pendahuluan Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam mencakup berbagai aspek kehidupan, di dalamnya terdapat petunjuk dan tuntunan atau pedoman dalam mencapai tujuan hidup manusia. Al-Quran sebagai sumber konsep pendidikan yang merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia atau instrument bagi manusia menuju tujuan hidup dan kehidupannya sebagaimana yang diamanatkan dalam al-Quran. Pendidikan adalah suatu usaha untuk memperdalam kecakapan, keterampilan, pengertian, dan sikap melalui belajar dan pengalaman yang diperlukan untuk memungkinkan manusia mempertahankan dan melangsungkan hidup, serta untuk mencapai tujuan hidupnya. Usaha itu terdapat baik dalam masyarakat yang masih terbelakang, masyarakat yang sudah maju maupun yang sangat maju. 2 1 Dosen tetap Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong, Papua Barat. E-mail:
[email protected] 2Mappanganro,
Ahkam, 1996), h. 10.
Implementasi Pendidikan Islam di Sekolah (Cet.I; Ujung Pandang: Yayasan
1
Proses pendidikan dialami oleh setiap manusia sejak ia dilahirkan, demikian seterusnya sampai ia tumbuh dan berkembang menjadi manusia hidup sempurna dan matang. 3 Atas dasar inilah, maka manusia disebut sebagai homo educandum (makhluk yang dapat didik) dan homo education (makhluk pendidik). Kegiatan pendidikan tidak bisa terlepas dari kegiatan pem-belajaran atau biasa pula disebut instruction, merupakan term khusus yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Istilah ini dalam terminologi Arab disebut ta’lim, yakni proses pemindahan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge). Ayat-ayat Alquran yang menggunakan term ta’lim dan derivasinya antara lain adalah QS. al-Baqarah (2): 31; QS. al-Rahman (55):1-4; QS. Ali Imran (3): 164; QS. al-Jum’ah (62): 2. Untuk mengetahui dan memahami konsep ta’līm dalam ayat-ayat tersebut, tentu dibutuhkan kajian khusus sebagaimana yang menjadi fokus pembahasan tulisan ini, yaitu bagaimana konsep ta’līm dalam Alquran, Selanjutnya untuk lebih terarah dan sistematisnya tulisan ini, akan dibahas sub-sub masalahnya yaitu; Apa yang dimaksud ta’lim, dan bagaimana interpretasi ta’lim khususnya dalam beberapa ayat Al-quran. Pengertian Ta’lim Untuk
memperoleh
pemahaman
yang
jelas
dan
menghindari
kesalahpahaman (mis undertanding) terhadap konsep ta’līm perspektif Alquran terhadap apa yang dimaksud konsep ta’līm, maka penulis perlu mengemukakan batasan pengertian ta’līm. Kata al-ta’līm di dalam bahasa Arab merupakan bentuk mashdar dari kata ‘allama-yu’allimu. Kata tersebut, berasal dari ‘alima dan digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang dapat diulang dan diperbanyak sehingga menghasilkan bekas atau pengaruh pada diri seseorang. 4 Dengan demikian, jika kata ta’līm digunakan dalam konteks pendidikan, maka pendidikan pada hakikatnya adalah usaha untuk melatih peserta didik secara terus menerus sehingga ada bekas pada dirinya. 3 Abd. al-Rahmān al-Nahlāwiy, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Asālībihā fiy al-Bayt wa alMadrasah wa al-Mujtama’ (Cet. II; Damsyiq: Dār al-Fikr, 1996), h. 11 4
h. 356.
Al-Rāghib al-Asfahāni, Mufradāt Alfāzh al-Qur’ān al-Karīm (Bairūt: Dār al-Qalam, 1992),
2
Namun yang lazimnya dipahami, kata ta’lim itu dipahami dalam arti pengajaran, yakni penyampaian ilmu pengetahuan. Sebab, kata tersebut yang berasal dari ‘alima mengandung makna “pengetahuan”, yang akar katanya adalah ‘alima-ya’lamu-‘ilm ()علم. Kata ini dalam Alquran dan derivasinya terulang sebanyak 840 kali,5 dan digunakan juga dalam arti yang bermacam-macam. Dalam hal ini, kata ‘alima terkadang digunakan untuk menjelaskan pengetahuan-Nya yang diberikan
kepada
segenap
manusia,6
juga
terkadang
digunakan
untuk
menerangkan bahwa Tuhan mengetahui segala sesuatu yang ada pada diri manusia.7 Dengan demikian, konsep ta’līm mengacu kepada adanya sesuatu berupa pengetahuan yang diberikan peserta didik. Abd. al-Fattah, kemudian menegaskan bahwa kata al-ta’līm lebih universal pengertiannya dibanding dengan al-tarbiyah dengan alasan bahwa al-ta’līm berhubungan dengan pemberian bekal pengetahuan. Pengetahuan ini dalam Islam dinilai sesuatu yang memiliki kedudukan yang sangat tinggi. 8 Selanjutnya Muhammad Rasyid Ridhā’ dalam mendefinisikan al-ta’līm, mengacu pada arti proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada diri individu tanpa adanya batasan dan persyaratan tertentu, dan proses transmisi itu dilakukan secara bertahap sebagaimana Nabi Adam as. menyaksikan dan menganalisis asma-asma yang diajarkan oleh Allah kepadanya. 9 Dari batasan-batasan di atas, maka dirumuskan bahwa makna dasar ta’lim adalah “pengajaran”. Kata ini berasal dari kata ajar, yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. 10 Dari kata ini berkembang pengertiannya sesuai pola katanya seperti belajar yakni berusaha memperoleh
Muhammad Fu’ad ‘Abd. al-Bāqy, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāzh al-Qur’ān al-Karīm (Bairūt: Dār al-Fikr, 1992), h. 596-611. 5
6
Lihat QS. al-Baqarah (2): 60.
7
Lihat QS. Hūd (11): 79.
8 Lihat Abd. al-Fattāh Jalāl, Min U¡ūl al-Tarbawiy fī al-Islām (kairo: Markas al-Duwali li alTal’līm, 1988), h. 17. 9
Muhammad Rasyid Ridhā’, Tafsīr al-Manār, juz I (Cet. IV; Mesir Dār al-Manār, 1982), h.
263. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 17. 10
3
kepandaian atau ilmu, atau berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan pengalaman. Dari kata belajar itu, berkembang lagi dengan melahirkan kata pengajaran yang dalam term Arab disebut ta’līm, yakni proses cara, perbuatan menjadi orang belajar. Pengertian pengajaran ini, semakna dengan proses belajar mengajar sebagai interaksi antara guru dan peserta didik. Dengan demikian pengajaran pada dasarnya merupakan kegiatan terencana yang mengondisikan seseorang agar bisa belajar dengan baik, dan secara terprogram dalam desain instruksional sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Interpretasi Term yang Sepadan dengan Ta’lim dalam Ayat Alquran 1. QS. al-Baqarah (2): 31 ََوَعَلَّمََء اد مََ أاْل سأم اءََكُ لَّه اَث ُ َّمََع ر ض ُه أمََع ل ىَالأ م َلئِك ِةََفق الََأ نأبِئ ُونِيَبِأ سأم ا ِءََه ُؤَل ِءََإِ أنََكُ نأ ت ُ أم (11(َص ا ِد قِين Terjemahnya : Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" Kata allama dalam ayat tersebut adalah “mengajar”, selanjutnya kata alasmā’, adalah bentuk tunggalnya ismun yang secara bahasa berarti istilah atau sesuatu yang bisa diketahui dengan menyebut namanya. Kemudian anbi’ūniy artinya memberi kabar, dan biasanya kata ini dipakai untuk memberitakan hal-hal yang agung.11 Ayat tersebut dimulai dengan َ( َ ع لَّمmengajar) di mana kegiatan mengajar dalam konsep pendidikan tidak selalu dalam bentuk mendiktekan sesuatu atau menyampaikan suatu kata atau idea, tetapi dapat juga dalam arti mengasah potensi yang dimiliki peserta didik, sehingga pada akhirnya potensi tersebut terasah dan dapat melahirkan aneka pengetahuan. Dalam kaitan ini,
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, juz I (Mesir: Musthata al-Halab wa Awladuh, 1973), h. 116. 11
4
Allah sengaja mengajar Adam as, sebagai dipersiapkan menjadi khalifah, dan untuk tugas tersebut maka Adam dan cucunya dibekali potensi dalam mengembang tugas kekhalifahan. Alat-alat potensial yang diberikan manusia, disamping agar mereka menjalankan tugas kekhalifahan dengan baik, juga agar mereka mampu mengembangkan ilmu pengetahuannya. Alat-alat potensial yang dimaksud digambarkan dalam
QS. al-Nahl (16): 78 Allah swt. Berfirman sebagai
berikut : ََس أمعَ َو أاْل بأص ارَ َو أاْل فأ ئِدةَ َل ع لَّكُ أم َّ و اّللََُّ َأ أخ ر جكُ أمَ َ ِم أنَ َبُطُ و ِنَ َأ ُ َّم ه اتِكُ أمَ ََلَ َتعأ ل ُمونَ َش يأ ئ ًا َو ج ع لَ َل ُك ُمَ َال ت أ َ )78(َش ُك ُرون Terjemahnya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. Klausa “ ”َلَ َت أع ل ُم ونَ َش يأ ئ ًاdalam ayat di atas mengandung makna bahwa manusia di saat dilahirkannya, tidak mengetahui sesuatu tentang sedikit pun, dan untuk mengetahui yang tidak diketahuinya itu, maka Allah swt. memberikan alat potensial berupa
al-sam’u (pendengaran), al-abshāra
(penglihatan), dan al-afidah (hati untuk memahami). Kata al-sam’u dan al-abshār dalam arti indera manusia, ditemukan dalam Alquran secara bergandengan sebanyak tiga belas kali. 12 Kata al-sam’u selalu digunakan dalam bentuk tunggal, dan selalu mendahului kata al-abshar. Pernyataan ini sekaligus menegaskan bahwa al-sam’u sebagai salah satu alat indera manusia memiliki posisi penting bagi manusia itu sendiri dalam memperoleh ilmu pengetahuan melalui pendidikan. Setelah kedua kata tadi, disebutkan lagi al-af’idah yang juga merupakan bentuk jamak. Ini berarti bahwa banyak pengetahuan yang dapat diraih setiap orang, namun sebelumnya ia harus menggunakan pendengarannya dan penglihatannya terlebih dahulu secara baik. 12
Lihat Muhammad Fu’ad ‘Abd. al-Bāqi, op. cit., h. 456-457
5
Allah swt. memberi pendengaran, penglihatan dan hati kepada manusia, agar dipergunakan untuk merenung, memikirkan, dan memperhatikan apa-apa yang ada disekitarnya. Kesemuanya ini, merupakan motivasi bagi segenap umat manusia untuk mencari ilmu pengetahuan melalui jalur pendidikan, dan sekaligus merupakan kewajiban bagi setiap muslim, sejak kecilnya sampai berusia lanjut. Hal ini, didasarkan atas ungkapan yang oleh sementara pakar pendidikan dianggapnya sebagai hadis Nabi saw., yaitu أ ُ أ13 (Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat). :َط ل ُبََُا أل ِع أل مََ ِم نََاألمح أه ِدََإِلىََاألل أح ِد 2. QS. al-Rahman (55):1-4 َ)4(َ)َع لَّم هََُالأ ب ي ان1(َاْل أنس ان َّ ِ )َخ لقََ أ2(َ)َع لَّمََالأ قُ أر ءان1(َُالر أح م ن Terjemahnya : Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al Qur'an. Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara.. Kata َ ع لَّمdalam ayat tersebut memerlukan dua obyek (maf’ul bih). Banyak ulama menyebutkan obyeknya adalah kata “َ”اْل أنس ان ِ أyang diisyarat-kan pada ayat berikutnya. Kemudian Thaba’tabai sebagaimana ditulis Muh Quraish Shihab menyatakan bahwa jin juga termasuk, karena surah tersebut ditujukan kepada manusia dan jin. 14 Namun oleh karena sebagaimana yang telah ditegaskan bahwa obyek kata َ ع لَّمmembutuhkan dua, maka boleh jadi selain manusia dan jin, Jibril juga sebagai obyek. Sebab Jibril menerima wahyu tersebut, yang tentu saja kepadanya juga diajarkan Alquran untuk disampaikan kepada rasul-Nya. Sebagai ilustrasi adalah bahwa, mana mungkin Jibril mampu menyampaikan wahyu bilamana ia tidak menerima pengajaran tentang wahyu yang akan disampaikannya.
Hadis di atas, memang penullis tidak menemukaannya dalam al-Kutub al-Tis’ah, tetapi telah menjadi mayshur di kalangan mayarakat dan sering dikemukakan para pakar pendidikan sebagai dalil tentang urgensi pendidikan Islam. 13
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Kesan, Pesan, dan Keserasian Ayat-ayat Al-Qur’an, vol 13 (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 494 14
6
Dari analisis tafsir di atas, diperoleh pemahaman bahwa kata َع لَّم dalam ayat tersebut mencakup makna yang luas, dan memiliki obyek yang banyak, minimal dua. Namun karena ayat yang dimaksud tidak menyebutkan dua obyek secara jelas, mengisyaratkan bahwa ilmu pengetahuan (al-bayān) yang diajarkan bersifat umum dan dapat di-jangkau pengajarannya. Memang dalam konsep pendidikan Islam, ilmu yang diajarkan tidak terpaku pada satu macam dan jenis ilmu, tetapi semua ilmu dan atau pengetahuan yang diperlukan manusia, harus diajarkan. Demikianlah konsep allama dan atau ide ta’līm yang terdapat dalam ayat tersebut. 3. QS. Ali Imran (3): 164 ً َُل ق دَأ َم َّنَ َاّللََُّ َع ل ى َالأ ُم ؤأ ِمنِينَ َإِذَأ َبع ثَ َفِي ِه أمَ َرس ََوَلَ َ ِم أنَ َأنأ ف ُ ِس ِه أمَ َي تأل ُو َع ل يأ ِه أمَ َء اي اتِ ِهَ َو يُز ِك ي ِه أمَ َو يُع ِل ُم ُه ُم )164(َالأ ِك ت ابََو أال ِح أك مةََو إِ أنََك انُواَ ِم أنََق أب ُلََل ِف يَض َل لََ ُم بِين Terjemahnya : Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benarbenar dalam kesesatan yang nyata. Sabab nuzul ayat ini berkenaan dengan perang Uhud, yakni ketika perang usai, tampak adanya kerugian bagi umat Islam, kerugian fisik dan mental. Para sahabat banyak yang merenung, hingga akhirnya turunlah ayat tersebut untuk meningkatkan motivasi bagi sahabat, mereka dijamin adanya karunia, dan kepada mereka melalui Nabi saw, diberikan bimbingan rohani untuk mensucikan hati mereka, dan melalui Nabi saw mereka diberikan pengajaran tentang al-kitab wa al-hikmah.15 Kata َ َ يُع لِ ُم ُه ُمdi sini berarti memberi pengajaran, yakni Nabi saw diberi tugas mengajar para sahabat, ummatnya, tentang Alquran, baik cara baca dan tulisanya, penjelasan, serta tafsirnya. Juga diajarkan tentang al-hikmah, yakni
Jalâl al-Dîn al-Suyûtiy, Lubab al-Nuqul fiy Asbab al-Nuzul, jilid I (Bairût: al-Maktabah alSaqafiyyah, 1973), h. 161. 15
7
pengajaran tentang al-sunnah atau kebijakan dan kebijaksanaan serta kemahiran melaksanakan hal yang mendatang-kan manfaat. Nabi saw memang ditugasi untuk mengajar sahabat-sahabatnya, bersamaan dengan tugas beliau mendakwahkan Islam. Sepeninggal Nabi saw, tugas tersebut berpindah ke generasi berikutnya, dan paling berperan untuk itu adalah pata ulama karena “ulama adalah pewaris Nabi saw”. Dari sini kemudian dipahami bahwa ayat tersebut berkenaan dengan tugas para ulama, guru, tenaga pendidik, untuk senantiasa mengembang tugasnya dengan baik, yakni mengajarkan tentang ilmu pengetahuan di tengah-tengah masyarakat. 4. QS. al-Jum’ah (62): 2 ً ُالَّذِي َب ع ثَ َفِي َ أاْل ُ ِم ي ِينَ َرس ََوَلَ َ ِم نأ ُه أمَ َي تأل ُو َع ل يأ ِه أمَ َء اي اتِ ِهَ َو ي ُز ِك ي ِه أمَ َو يُع لِ ُم ُه ُمَ َالأ ِك ت ابَ َو الأ ِح أكم ةَ َو إِ أن (2(َك انُواَ ِم أنََق بأ ُلََل ِف يَضَل لََ ُم بِين Terjemahnya : Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, Ayat di atas sejalan dan berhubungan (munasabah) dengan QS. Ali Imran (3): 64 yang telah dikemukakan sebelumnya. Bahkan fokus ta’lim pada ayat dimaksud memiliki kesamaan redaksi yakni “ َ”و ي ُع لِ ُم ُه ُمَ َالأ ِك ت ابَ َوالأ ِح أكم ة Namun kata “َ ”و يُع لِ ُم ُه ُمdalam ayat ini (QS. al-Jum’ah/ 62:2) berbeda interpretasinya dengan QS. Ali Imran (3): 64. Kata “َ و يُع لِ ُم ُه ُمdi sini ditujukan pada nabi-nabi yang telah diutus Allah sebelumnya. Sedangkan kata َ و ي ُع لِ ُم ُه ُمpada QS. Ali Imran (3): 64 khusus ditujukan kepada Nabi Muhammad saw sendiri, dan para pewaris beliau untuk tugas pengajaran kepada umat. Di sini kemudian dipahami bahwa kegiatan ta’lim telah ada dan berlangsung lama, jauh sebelum datangnya Nabi Muhammad saw. Sasaran pengajaran sebelum datangnya Nabi Muhammad saw, adalah pada pengajaran al-kitab, yakni kitab-kitab samawi yang telah diturunkan
8
sebelumnya, yakni taurat, zabur dan injil, dan kemudian diajarkan pula tentang al-hikmah, yakni ilmu-ilmu tentang filsafat, sehingga memang diketahui bahwa ilmu tentang filsafat jauh telah tumbuh dan bekembang sebelum datangnya Islam. Penutup Berdasar pada uraian yang telah dikemukakan, maka dirumuskan kesimpulan bahwa, term ta’lim secara redaksional dipahami dalam arti pengajaran, yakni penyampaian (transmisi) ilmu pengetahuan. Selanjut-nya istilah al-ta’līm dalam konteks pendidikan adalah usaha untuk mengajar, dan atau memberi pengajaran secara terus menerus dan berkesinambungan. Al-Ta’lim atau pengajaran dalam konteks ayat-ayat Alquran pada dasarnya mengandung berbagai konsep, ide-ide, dan gagasan sebagai-mana yang dapat dipahami dalam beberapa ayat berikut : 1. QS. al-Baqarah (2): 31 menkonsepkan bahwa, kegiatan pengajaran diperlukan alat-alat bantu untuk sukses dan berhasilnya, dan karena itu oleh Allah swt telah menganugrahkan alat-alat potensial kepada Adam dan kepada manusia secara keseluruhan berupa berupa al-sam’u (pendengaran), al-abshāra (penglihatan), dan al-afidah (hati untuk memahami). 2. QS. al-Rahman (55):1-4 mengkonsepsikan bahwa obyek pengajaran tidaklah dibatasi tetapi, mencakup secara keseluruhan. Demikian pula ilmu yang diajarkan tidak terpaku pada satu macam jenis ilmu, tetapi semua ilmu dan atau pengetahuan yang diperlukan manusia, harus diajarkan. 3. QS. Ali Imran (3): 164 mengkonsepsikan bahwa, Nabi Muhammad adalah seorang pendidik yang senantiasa mengajar tentang berbagai ilmu kepada sahabat (umat)nya. Tugas Nabi saw tersebut sebagai pendidik terwariskan dari generasi ke generasi, dan yang paling berperan melaksanakan tugas tersebut adalah para ulama, guru, dan tenaga pendidik lainnya. 4. QS. al-Jum’ah (62): 2 mengkonsepsikan bahwa kegiatan pengajaran telah berlangsung lama, dan telah dilaksanakan oleh nabi-nabi sebelum datangnya Muhammad saw. Kegiatan pengajaran yang demikian, harus
9
senantiasa
berlangsung
dan
dikembangkan
sesudahnya, masa sekarang dan mendatang.
10
oleh
generasi-generasi
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an al-Karim Al-Asfahāni, Al-Rāghib. Mufradāt Alfāzh al-Qur’ān al-Karīm. Bairūt: Dār al-Qalam, 1992. Al-Bāqy, Muhammad Fu’ad ‘Abd. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāzh al-Qur’ān alKarīm. Bairūt: Dār al-Fikr, 1992. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Jalāl, Abd. al-Fattāh Min U¡ūl al-Tarbawiy fī al-Islām. Kairo: Markas al-Duwali li alTal’līm, 1988. Mappanganro, Implementasi Pendidikan Islam di Sekolah. Cet.I; Ujung Pandang: Yayasan Ahkam, 1996. al-Maraghi, Ahmad Musthafa. Tafsir al-Maraghi, juz I. Mesir: Musthata al-Halab wa Awladuh, 1973. Muhammad Rasyid Ridhā’, Tafsīr al-Manār, juz I. Cet. IV; Mesir Dār al-Manār, 1982. Al-Nahlāwiy, Abd. al-Rahmān. Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Asālībihā fiy al-Bayt wa al-Madrasah wa al-Mujtama’. Cet. II; Damsyiq: Dār al-Fikr, 1996. Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah; Kesan, Pesan, dan Keserasian Ayat-ayat AlQur’an, vol 13. Jakarta: Lentera Hati, 2006. Al-Suyûtiy, Jalâl al-Dîn. Lubab al-Nuqul fiy Asbab al-Nuzul, jilid I. Bairût: alMaktabah al-Saqafiyyah, 1973.
11