perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
MUSEUM GEMPA JOGJA Sebagai Monumen Peringatan DENGAN MENGANGKAT SEMANGAT JIWA TEMPAT
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh :
ADE YUNIAR IRAWAN I.0206025
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAKSI JUDUL Museum Gempa Jogja, sebagai Monumen Peringatan dengan Mengangkat Semangat Jiwa Tempat Definisi dari operasional judul dalam konsep perencanaan dan perancangan ini adalah: Bangunan (sebuah fasilitas gedung) yang digunakan sebagai tempat pameran benda/hal‐hal yang memiliki nilai dan kaitan dengan kejadian bencana gempa Jogja, menjadi media ekspresi untuk mengingat dan mengenang (makna memorial) dengan mengangkat aspek‐aspek jiwa tempat dalam perancangan arsitektur. LATAR BELAKANG 1. Sebagai Kebangkitan Perekonomian Jogja 2. Membumikan Sejarah Gempa Jogja 3. Museum Gempa Jogja sebagai Monumen Peringatan yang dapat Memperkuat Potensi Wisata Jogja Pascagempa 4. Sebagai Upaya dalam Pemulihan Mental (Mental Recovery) Masyarakat Jogja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
K A T A P E N G A N T A R Assalamualaikum Wr.Wb. Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segalanya, kesempatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat melaksanakan studio Tugas Akhir dan dapat menyusun Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir dengan judul Museum Gempa Jogja sebagai Monumen Peringatan dengan Mengangkat Semangat Jiwa Tempat. Konsep perencanaan dan perancangan ini diajukan sebagai syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Teknik, Program Studi Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan didasarkan pada hasil ide pemikiran yang didukung oleh data dan informasi dari lapangan sejak masa perkuliahan Studio Perancangan Arsitektur 7, Seminar, hingga Studio Tugas Akhir penulis. Penulisan konsep perencanaan dan perancangan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT. , selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS yang selalu memberi semangat dalam segala kondisi. 2. Kahar Sunoko, ST. MT. , selaku Ketua Prodi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS. 3. Ir. Marsudi, MT., selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir, terima kasih atas bimbingan, dukungan, masukan, kritik, dan saran terhadap desain penulis. 4. Ir. Hari Yuliarso, MT., selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir, terima kasih atas bimbingan, dukungan, masukan, kritik, dan saran terhadap desain penulis. 5. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas dukungan, doa, restu, serta segala sesuatu yang turut mengupayakan kemudahan bagi penulis. 6. Keluarga penilis, Andar Setiawan, Sulistiowati, Naholin, serta Dedy Kurniawan, terima kasih atas bantuannya, masukan, kritik dan saran dalam pengerjaan Tugas Akir ini. 7. Teman‐teman Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 8. Rekan‐rekan studio tugas akhir periode 122. 9. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penyusunan konsep perencanaan dan perancangan Tugas Akhir ini. Dalam penulisan konsep perencanaan dan perancangan Tugas Akhir ini, masih commit to user terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bersifat membangun demi perbaikan Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir ini. Semoga Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Akhir kata, atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb. Penulis, Ade Yuniar Irawan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
1.1
JUDUL
Museum Gempa Jogja, sebagai Monumen Peringatan dengan Mengangkat Semangat Jiwa Tempat
1.2
PENGERTIAN JUDUL
1.2.1
Pengertian Judul Dari Terminologi Kata
Museum: Arti museum, seperti halnya arti kata, dapat dipahami oleh fungsinya dan kegiatankegiatannya. Dari masa ke masa, fungsi museum telah mengalami berbagai macam perubahan. Akan tetapi hakikat pengertian museum tidak berubah. Landasan ilmiah dan kesenian tetap menjiwai arti museum, sekalipun fungsi museum dari konferensi ahli permuseuman dunia dalam ICOM (International Council of Museum, organisasi permuseuman internasional dibawah Unesco) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan pengembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya. 1 Gempa: Getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan. 2 Jogja : 1
Moh. Amir Sutarga, 1990, Pedoman Penyelengaraan dan Pengelolaan Museum dalam Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, Jakarta : Direktorat Jenderal commit to user Kebudayaan Depdikbud 2 wikipedia.com
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah di sebelah utara. Secara geografis Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian Tengah. Daerah tersebut terkena bencana gempa pada tanggal 27 Mei 2006 yang mengakibatkan 1,2 juta orang tidak memiliki rumah. 3 Monumen: Monumen adalah salah satu upaya manusia untuk mengabadikan bukti adanya peristiwa sejarah dibuat ada yang dengan kesengajaan untuk sebuah peninggalan, agar generasi yang akan datang tetap mengenang suatu peristiwa sejarah, namun ada juga monumen yang dibangun dengan begitu saja tidak punya maksud untuk dikenang. 4 Semangat Jiwa Tempat: Pendeskripsisian aspek-aspek jiwa tempat dalam rancangan arsitektur dari potensi2 setempat yang akan diangkat kedalam rancangan yang merupakan pengistilahan dalam bahasa Indonesia dari Spirit of Place, implikasi dalam konteks dunia arsitektur modern dari Genius Loci, sebuah istilah/konsep mitologi kuno jaman Romasi bahwa sesuatu punya jiwa/ruh yang melindungi, dahulu digambarkan sbagai ular. 5
1.2.2
Definisi Operasional Judul
Definisi dari operasional judul dalam konsep perencanaan dan perancangan ini adalah: Bangunan (sebuah fasilitas gedung) yang digunakan sebagai tempat pameran benda/hal-hal yang memiliki nilai dan kaitan dengan kejadian bencana gempa Jogja, menjadi media ekspresi untuk mengingat dan mengenang (makna memorial) dengan mengangkat aspek-aspek jiwa tempat dalam perancangan arsitektur.
1.3
LATAR BELAKANG
3 4
5
www.jogja.com http://adabydarban.blogspot.com/2009/09/belajar-dari-monumen-menelusuri-jejak.html
Christian Norberg‐Schulz. Genius Loci : Towards a Pnenomenology of Architecture, London : Academy Editions London, 1980 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.3.1. Sebagai Kebangkitan Perekonomian Jogja6 Gempa bumi 27 Mei 2006 membawa dampak sangat signifikan terhadap perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Data statistik makro ekonomi tahun 2006 menggambarkan dampak akibat bencana alam tersebut. Badan Pusat Statistik menyajikan bahwa indikator ekonomi makro pertumbuhan Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) DIY menurun sejak tahun 2004 akibat tekanan kenaikan harga BBM pada tahun 2005 dan diperparah akibat gempa bumi pada 27 Mei 2006. Grafik 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB tahun 2006 tercatat sebesar 3,71% lebih rendah dari tahun 2005 yaitu sebesar 4,64% dan semakin jauh dari rata-rata pertumbuhan PDB nasional yang tercatat sebesar 5,5% pada tahun 2006.
6 Robby Kusumaharta & Ade B Kurniawan, Refleksi 1 Tahun Peristiwa Gempa Bumi dan Upaya Rekonstruksi Kegiatan Ekonomi DIY commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan PDRB 2006 Sumber :
Indikator ekonomi makro lainnya yaitu ketenagakerjaan menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di DIY pada tahun 2006 meningkat sebesar 2,62% lebih tinggi dibandingkan tahun 2005 atau ekuivalen dengan 95.148 orang. Secara umum tingkat pengangguran terbuka juga mengalami peningkatan dari 5,24% pada tahun 2005 menjadi 5,32% pada tahun 2006. Besarnya nilai kerusakan yang dialami oleh sektor industri akibat gempa bumi memaksa sejumlah besar unit usaha terpaksa berkurang kapasitas produksinya dan bahkan ada yang hams berhenti berproduksi karena mengalami kerusakan alat produksi. Hal ini membawa konsekuensi terhadap pengurangan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam unit usaha tersebut. Secara lebih spesifik, berdasarkan survei yang dilakukan oleh UNDP (2007) menemukan bahwa secara total diperkirakan tingkat pengurangan karyawan yang dilakukan oleh sektor usaha mencapai 14%. Ditinjau dari skala usahanya, maka sektor yang paling banyak melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja adalah sektor usaha skala menengah dan besar, yaitu mencapai 51% dari responden skala menengah dan besar. Adapun skala kecil dan mikro masing-masing menunjukkan 24% dan 40%.
commit to user
Gambar 1. 3 Prosentase Pengurangan Jumlah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mkro
KecH
Menengah & Besar
Total
Sektor Industri Pengolahan tumbuh negatif 1,23% pada tahun 2006 sehingga nilai tambahnya hanya tercatat sebesar Rp 2.433 miliar, lebih lambat dari laju pertumbuhan tahun 2005 sebesar 2,60%. Secara lebih jauh, gambaran ekspor dari DIY pada tahun 2006 pun menunjukkan bahwa nilai ekspor DIY tumbuh negatif sebesar-3,48%. Tingkat inflasi kota Yogyakarta tahun 2006 mencapai angka 10,41% jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional sebesar 6,60%. Hal ini dipicu karena kelangkaan sejumlah komoditi terkait dengan kegiatan konstruksi yang sedang dilakukan di DIY. Di sisi yang lain peran sektor pertanian sebagai penyedia lapangan kerja dan pendapatan yang cukup signifikan bagi sebagian besar masyarakat DIY kini sumbangannya mulai berkurang. Kedua hal ini pada akhirnya mengakibatkan daya beli masyarakat menjadi berkurang. Dari berbagai indikator makro di atas dapat disimpulkan bahwa dampak gempa bumi 27 Mei 2006 tersebut membawa akibat yang sangat serius tidak saja untuk jangka pendek akan tetapi juga membawa potensi masalah dalam jangka panjang apabila tidak disikapi dengan sebuah pendekatan yang tepat. Karena besarnya dampak dan kompleksitas permasalahan pasca gempa, maka sejak dua hari pasca gempa, muncul pemikiran di kalangan beberapa tokoh cendekiawan, pemerintah, DPR, dunia usaha, masyarakat, LSM, dan lain-lain, untuk duduk bersama memikirkan langkahlangkah yang seharusnya diambil. Ada kesepahaman di antara mereka bahwa penanganan pasca bencana perlu dilakukan secara sistematis dan terpadu, serta melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat korban. Lebih dari itu mereka juga sepakat bahwa penanganan pasca gempa, mulai dari tahapan tanggap darurat hingga tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi, yang perlu diselenggarakan berdasar pada prinsip-prinsip good governance.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peran Partnership dalam manajemen pasca bencana alam adalah: 1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan percepatan penanganan rehab dan rekon yang meliputi : prioritasi pelaksanaan program/pelayanan publik yang dapat memenuhi dan menjamin hak-hak korban bencana, mendorong para pihak yang menjalankan program penanganan bencana secara lebih efektif, mendayagunakan birokrasi resmi yang berjalan normal pada semua tingkatan, serta melipatgandakan energi dan modal sosial yang dimiliki masyarakat korban bencana. 2. Mengoptimalkan pelaksanaan SK Gubernur nomor 23/TIM/2006 tentang Forum Jogja Bangkit dan kebijakan yang terkait dengan penguatan support system. 3. Meningkatkan koordinasi antar lembaga donor untuk meminimalisasi kemungkinan tumpang tindih aksi dan tidak meratanya bantuan bagi para korban. 4. Membuat langkah-langkah terobosan dalam mengoptimalkan sistem penganggaran dalam program pemulihan. 1.3.2
Membumikan Sejarah Gempa Jogja
Manusia adalah mahluk sejarah, selalu ingin mengenang peristiwa-peristiwa penting dalam perjalanan kehidupan. Dengan mengenang, akan memberikan sebuah ingatan dan pembelajaran pada sebuah peristiwa dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik, misalnya melalui situs, museum dan bentuk lainnya untuk membangun kesadaran warga dan masyarakat dunia tentang gerak alam yang sesekali mengancam. Kealpaan kita terhadap gempa selama berabad-abad telah memberi dampak buruk pada tata ruang, sehingga tata ruang kita selama ini discordant terhadap alam. 1.3.3
Museum Gempa Jogja sebagai Monumen Peringatan yang dapat Memperkuat
Potensi Wisata Jogja Pascagempa Jogja kaya akan tempat-tempat wisata, baik dari wisata alam, wisata candi, wisata sejarah, wisata kuliner, wisata belanja, wisata religious, wisata dan lain sebagainya. Pasca gempa Jogja ini, banyak objek wisata yang mengalami penyusutan pengunjung wisata. Banyak objek wisata yang rusak akibat gempa Jogja silam. Dibutuhkan sarana untuk menampung segala dokumen-dokumen tentang gempa Jogja yang sekaligus dapat menunjang aspek wisata di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jogja itu sendiri agar sektor wisata di Jogja dapat terus berkembang dan semakin maju, sehingga banyak wisatawan-wisatawan baik manca maupun lokal yang berkunjung ke kota Jogja. 1.3.4
Sebagai Upaya dalam Pemulihan Mental (Mental Recovery) Masyarakat Jogja 7
Para korban yang selamat banyak yang mengalami gangguan psikologis yang berdampak pada kondisi psikis maupun spiritual mereka. Banyak analisis telah memaparkan berbagai hal tentang realitas bencana yang terjadi hingga rencana ke depan dalam membangun kembali daerah gempa dari keterpurukan. Untuk rehabilitasi tersebut tentunya tak lepas dari pemahaman yang kongkrit mengenai kondisi wilayah dan masyarakat yang meliputi kondisi pra-bencana dan pasca-bencana. Dalam hal ini, tentunya penting pula diperhatikan bagaimana kondisi psikis dan spiritual masyarakat Yogyakarta, terutama mereka yang secara langsung menjadi korban bencana. Dalam banyak kejadian, rehabilitasi fisik relatif lebih kelihatan dan jelas pola penanganannya, walaupun juga tidak mudah karena memerlukan mobilitas dana dan prasarana yang tidak sedikit. Namun berbeda halnya dengan rehabilitasi psikis. Kondisi katastropik tersebut telah meninggalkan luka psikis yang mendalam dalam bentuk gejala-gejaka psikologis yang biasa disebut sebagai gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder). Dalam penangan mental recovery ini, terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahapan penyadaran diri (self awareness), tahapan pengenalan jati diri dan citra diri (self identification), dan tahapan pengembangan diri (self development).8 Pada fase penyadaran diri, para korban akan melalui proses pensucian diri dari bekasan atau hal-hal yang menutupi keadaan jiwa melalui cara penyadaran diri, penginsyafan diri, dan pertaubatan diri. Fase ini akan menguak hakikat persoalan, peristiwa, dan kejadian yang dialami oleh para korban. Pun menjelaskan hikmah atau rahasia dari setiap peristiwa tersebut. Selanjutnya, pada fase pengenalan diri, para korban akan dibimbing kepada pengenalan hakikat diri secara praktis dan holistik dengan menanamkan nilai-nilai ketuhanan dan moral. Melalui fase ini, individu diajak untuk menyadari potensi-potensi yang ada di dalam dirinya. Setelah diidentifikasi, berbagai potensi itu perlu segera dimunculkan. Kemudian mengelola potensi diri yang menonjol tersebut agar terus berkembang dan dicoba untuk diaktualisasikan. 7 8
www.pikirdong.org commit Tiga tahapan dalam konsep terapi psiko-spiritual
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adalah sebuah riwayat yang menyebutkan, “Barangsiapa mengenal dirinya, maka dia pun akan mengenal Tuhannya.” Terakhir, pada fase pengembangan diri, para korban akan didampingi dan difasilitasi untuk tidak hanya sehat fisikal, namun juga sehat mental dan spiritual. Kesehatan mental terwujud dalam bentuk keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi masalah yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Adapun kesehatan spiritual mencakup penemuan makna dan tujuan dalam hidup seseorang, mengandalkan Tuhan (The Higher Power), merasakan kedamaian, dan merasakan hubungan dengan alam semesta. Oleh karena itu diperlukan sarana terapi dengan menghadirkan fasilitas publik dalam penanganan mental recovery masyarakat. Lewat ruang-ruang publiknya yang dapat diakses bebas/free oleh pengunjung. Dengan begitu akan membudaya kembali budaya ”mangan ora mangan kumpul” yang telah menjamur pada masyarakat Jogja. Sehingga suasana kebersamaan, keselarasan, saling berdampingan dapat lebih terasa yang lama kelamaan akan mumudarkan suasana stress masyarakat akibat bencana gempa Jogja, dan menumbuhkan keyakinan adanya kemudahan dalam setiap kesusahan dari Sang Maha Kuasa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath-Thalaaq [65]: 7).
1.3 PERMASALAHAN DAN PERSOALAN 1.4.1
Permasalahan
Bagaimana mewujudkan suatu museum Jogja yang desainnya mampu mewadahi fungsi sebagai museum peringatan sekaligus mengangkat jiwa tempat museum tersebut didirikan.
1.4.2
Persoalan 1.4.2.1
Makro • Bagaimana menentukan lokasi dan site yang tepat untuk Museum Gempa Jogja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
• Bagaimana mengolah site • Bagaimana menentukan pola kegiatan • Bagaimana menentukan program ruang • Bagaimana mewujudkan bentuk fisik Museum Gempa Jogja yang sesuai dengan aspek-aspek semangat jiwa tempat • Bagaimana menentukan sistem struktur, konstruksi, material dan utilitas yang diperlukan 1.4.2.2
Mikro Bagaimana menentukan aktifitas kegiatan, kebutuhan ruang, organisasi ruang, pola hubungan dan besaran ruang yang: o Mampu menampung aktifitas berkehidupan sehari-hari serta aktifitas sosial kemasyarakatan dan ekonomi o Mampu menampung kelancaran sirkulasi dan pencapaian antara satu jenis kegiatan lain o Mampu menciptakan kenyamanan dari pelaku kegiatan dengan pengelompokan karakter kegiatan
1.5
TUJUAN DAN SASARAN
1.5.1
Tujuan
Merancang dan merencanakan bangunan Museum Gempa Jogja (sebuah fasilitas gedung) yang digunakan sebagai tempat pameran benda/hal-hal yang memiliki nilai dan kaitan dengan kejadian bencana gempa Jogja, menjadi media ekspresi untuk mengingat dan mengenang (makna memorial) dengan mengangkat aspek-aspek jiwa tempat dalam perancangan arsitektur.
1.5.2
Sasaran
Menentukan konsep perencanaan dan perancangan yang meliputi: a. Konsep perencanaan, meliputi: •
Konsep penentuan tapak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
•
digilib.uns.ac.id
Konsep pengolahan tapak
b. Konsep perancangan, meliputi: Konsep kegiatan •
Penentuan jenis kegaitan
•
Penentuan penzoningan aktivitas
Konsep peruangan •
Konsep kebutuhan ruang (macam dan jenis ruang)
•
Konsep besaran ruang
•
Konsep persyaratan ruang
•
Konsep pola hubungan dan organisasi ruang
•
Konsep sirkulasi
Konsep struktur bangunan •
Struktur bangunan kokoh
•
Menerapkan pemilihan meterial yang sesuai
Konsep utilitas bangunan •
Sistem mekanikal elektrikal
•
Sistem air bersih dan air kotor
•
Sistem keamanan bangunan (pemadam kebakaran, penangkal petir)
Konsep Semangat Jiwa Tempat •
The Structure of Place (Struktur kawasan wilayah Jogja khususnya, dan Jawa umumnya)
•
Representasi mental masyarakat (Mentality People’s) dan aktivitas maupun kebiasaan-kebiasaan penduduknya (keseharian maupun sesaat/temporal)
•
Pemberdayaan Potensi Lokal (Potesi Masyarakat)
•
Simbol-kiasan-kenangan (suatu tempat akan memiliki makna khusus bagi orang-orang yang mendapatkan pengalaman dari tempat tersebut)
1.6
BATASAN DAN LINGKUP PEMBAHASAN
1.6.1
Batasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Batasan masalah pada perancangan ini adalah bangunan (sebuah fasilitas gedung) yang digunakan sebagai tempat pameran benda/hal-hal yang memiliki nilai dan kaitan dengan kejadian bencana gempa Jogja, menjadi media ekspresi untuk mengingat dan mengenang (makna memorial) dengan mengangkat aspek-aspek jiwa tempat dalam perancangan arsitektur. 1.6.2
Lingkup Pembahasan Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembahasan maka lingkup pembatasan dibatasi
sebagai berikut: •
Pembahasan ditekankan pada disiplin ilmu arsitektur, hal-hal diluar disiplin ilmu arsitekur dibatasi dan disesuaikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul. Sedangkan untuk pembahasan di luar lingkup tersebut bersifat menunjang atau memberi kejelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang ada.
•
Pembahahasan dilakukan berdasarkan data yang telah ada yaitu data literatur dan suvey yang berkaitan dengan museum dan semangat jiwa tempat .
•
Pembahasan dititikberatkan pada Museum, Semangat Jiwa Tempat dan kondisi kota Jogja. Sedangkan kondisi perkotaan dan lingkungan secara global dan permasalahan lain yang mendukung hal ini tersebut akan dibahas secara garis besar.
1.7
METODOLOGI Metodologi dalam pembuatan konsep perancangan ini dibagi menjadi beberapa tahap
yang dapat digambarkan seperti berikut: 1. Eksplorasi Latar Belakang Tahap ini merupakan tahap pencarian inspirasi awal, dilakukan dengan mengamati fenomena yang ada di kota Jogja maupun fenomena secara global. Hasil dari eksplorasi latar belakang ini menjadi landasan perumusan ide pokok perncanaan dan perancangan. 2. Perumusan Ide Pokok Perumusan ide pokok berfungsi untuk menemukan ide-ide pokok yang tersarikan dari hasil eksplorais latar belakang. Berdasarkan commit to ide-ide user pokok ini kemudian muncul kutu-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kutub ide yang kemudian digunakan sebgai dasar penentuan judul dan eksplorasi ideide pokok. 3. Penentuan Judul Judul ditentukan berdasarkan kutub-kutub ide yang diangkat dalam perencanaan dan perancangan ini. 4. Eksplorasi Kutub-Kutub Data yang digunakan dalam eksplorasi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Oleh karena itu, secara garis besar pengumpulan data akan dilakukan dengan teknik survey primer dan sekunder. Teknik Pengumpulan Data Primer a. Observasi Pengamatan Merupakan metoda pengamatan langsung dan mendokumentasikan berbagai peristiwa dan kondisi, serta data di lapangnan. Pengumpulan data lapangan adalah kegiatan yang dilakukan secara maksimal untuk memperoleh data mengenai kondisi sebenarnya di lapangan. b. Wawancara Kepada pihak informan yang terkait, maka dilakukan tanya jawab langsung dengan pihak terkait dalam mendapatkan data yang diperlukan. c. Dokumentasi dan Studi Pustaka Metoda ini digunakan untuk memperoleh data yang telah terdokumentasi melalui pengumpulan berbagai sumber referensi yang ada. Teknik Pengumpulan Data Sekunder Selain data primer, juga dibutuhkan data sekunder yang mendukung. Pengumpulan data sekunder ini dilakukan dengan studi literature yang berkaitan dengan studi, yaitu mencari buku-buku atau sumber informasi lain yang relevan, guna memperkuat landasan teoritis. Pengumpulan data ini dilakukan dengan survey instansional yang terkait dengan data-data yang dibutuhkan. 5. Analisa Pendekatan Konsep
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Teknik analisa data yang digunakan dalam penulisan konsep perencanaan dan perancangan ini adalah dengan cara mensintesakan hasil dari eksplorasi kutub-kutub ide menjadi suatu guidelines yang mendasari setiap analisa dalam perencanaan dan perancangan arsitektur ini. Analisa arsitektur yang dilakukan meliputi: analisa pemilihan site, analisa penataan site, analisa peruangan, analisa tata massa dan tampilan, analisa struktur dan utilitas. 6. Analisa Pendekatan Desain Merupakan tahapan proses untuk mentransformasikan hasil analisa pendekatan konsep menjadi gambar Pre-design yang pada tahapan selanjutnya akan dikembangkan menjadi gambar final-design. Analisa pendekatan desain meliputi: pemilihan lokasi site, penataan site, penataan peruangan, penataan penampilan, perencanaan struktur dan utilitas.
1.8
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
BAB I PENDAHULUAN Mengemukakan pemahaman judul, latar belang, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkuip pembahasan, metoda penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI Mengemukakan tinjauan teoritik mengenai Disiplin Ilmu Museum dan Preseden yang digunakan dalam perancangan.
BAB III TINJAUAN KOTA JOGJA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mengemukakan eksplorasi tentang wilayah Jogja yang berkaitan dengan perencanaan dan rancangan, meliputi: Tinjauan Umum Kondisi Jogja, Gambaran Umum Gempa Jogja, serta Dampak Bencana dan Penanggulangan Gempa Jogja.
BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN DAN PERANCANGAN Memaparkan Museum Gempa Jogja yang direncanakan meliputi; Tujuan Pendirian Museum Gempa Jogja, Lingkup dan Status Kelembagaan Museum Gempa Jogja, Peran museum Gempa Jogja, Ide Pengembangan Museum Gempa Jogja, analisis perencanaan, meliputi; Analisis Kegiatan, Analisis Pengelompokan Jenis Kegiatan dan Kebutuhan Ruang, Analisis Peruangan, Analisis Pemilihan Lokasi Kota dan Site Pendirian Museum Gempa Jogja,
serta analisis perancangan meliputi; Analisis
Pengolahan Site, Analisis Ungkapan Ruang Pamer, Analisis Semangat Jiwa Tempat dalam Rancangan Arsitektur, Analisis Sistem Konstruksi, serta Analisis Sistem Utilitas Bangunan.
BAB V PENDEKATAN PROGRAM DAN PERENCANAAN Mengemukakan konsep pendekatan program dan perencanaan Museum Gempa Jogja yang meliputi: Konsep Perencanaan, Konsep Perancangan, Konsep Ungkapan Ruang Pamer, Konsep Semangat Jiwa Tempat dalam Rancangan Arsitektur, Konsep Sistem Konstruksi, serta Konsep Sistem Utilitas Bangunan.
BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mengemukakan konsep perencanaan dan perancangan Museum Gempa Jogja yang meliputi: Konsep Pemilihan Lokasi dan Site, Konsep Program Ruang dan Bangunan, Konsep Penataan Site, Konsep Pendekatan Teori Semangat Jiwa Tempat dalam Rancangan Arsitektur, serta Konsep Sistem Bangunan.
BAB II TINJAUAN TEORITIK DAN PRESEDEN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai teori dan preseden yang mendukung/berkaitan dengan perumusan konsep perencanaan dan perancangan Museum Gempa Jogja. Pada bagian awal akan diuraikan mengenai tinjauan permuseuman, dari sejarah museum sampai hal-hal yang berkaitan dengan penyelengaraan museum. Berikutnya diuraikan mengenai bahasa ungkapan dan penghayatan gatra-ruang arsitektur, kemudian diuraikan preseden-preseden sebagai referensi sebagai konsep of dalam merumuskan konsep perencanaan dan perancangan. Tinjauan ini meliputi karya arsitektural berupa museum, juga rancangan arsitektural yang dibangun sebagai monumen peringatan.
2.1.
TINJAUAN TEORITIK
2.1.1
Museum9
Tinjauan mengenai permuseuman (apa dan bagaimana) dalam konsep perencanaan dan perancangan ini digunakan untuk memperoleh perumusan konseptual dan programatik peruangan, yang diperoleh dari unsur-unsur yang terlibat, peran museum, pokok-pokok penyelenggaraan dan pengelolaan. Tinjauan ini mengarah pada persoalan wadah kegiatan (fungsi) / pemograman fungsional.
2.1.1.1. Arti dan Fungsi Museum Arti museum, seperti halnya arti kata, hanya dapat dipahami oleh fungsinya dan kegiatankegiatannya. Dari masa ke masa, ternyata fungsi museum itu telah mengalami perubahan 9
Moh. Amir Sutarga, 1990, Pedoman Penyelengaraan Museum dalam Proyek commitdan to Pengelolaan user Pembinaan Permuseuman Jakarta, Jakarta : Direktorat Jenderal Kebudayaan Depdikbud
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perubahan. Tetapi hakikatnya pengertian museum tidak berubah. Landasan ilmiah dan kesenian tetap menjiwai arti museum sampai sekarang, sekalipun fungsi museum dari konferensi ahli permuseuman dunia dalam ICOM (International Council of Museum, organisasi permuseuman internasional dibawah Unesco) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan pengembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya. Melengkapi pengertian museum, ICOM juga menyatakan definisi museum sebagai berikut: 1.
Lembaga-lembaga konservasi dan ruang-ruang pameran yang secara langsung diselenggarakan oleh perpustakaan dan pusat-pusat kearsipan.
2.
Peninggalan dan tempat-tempat alamiah, arkeologis dan etnografis, peninggalan dan tempat-tempat bersejarah mempunyai corak museum, karena kegiatan-kegiatannya dalam hal pengadaan, perawatan dan komunikasi dengan masyarakat.
3.
Lembaga-lembaga yang memamerkan makhluk-makhluk hidup, seperti kebun-kebun tanaman dan binatang, akuarium dan sebagainya.
4.
Suaka alam
5.
Planetarium dan pusat-pusat pengetahuan
Menurut definisi tersebut, pengertian museum sangatlah luas. Museum, baik yang bergerak di bidang ilmu-ilmu pengetahuan sosial, maupun yang bergerak di bidang ilmu-ilmu pengetahuan alam dan teknologi merupakan unit-unit pelaksanaan teknis dalam kerangka administrasi perlindungan dan pengawetan peninggalan sejarah dan alam. Ini tidak berarti bahwa dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan perlindungan dan pengawetan itu kemudian profesi permuseuman diarahkan untuk bersikap konservatif. Justru pemahaman dan penghayatan akan lebih, bahwa : 1. Sejarah berarti kesinambungan 2. Museum bukan saja pencatat sejarah dengan merawat bahan-bahan pembuktiannya, tetapi profesi museum juga akan memahami makna yang paling manusiawi: setiap orang pada hakikatnya juga membuat sejarah 3. seorang profesional di bidang permuseuman akan peka terhadap falsafah, prediktif, dan futuristik Hakikat dari definisi menurut ICOM tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Musuem merupakan badan yang tetap, tidak mencari keuntungan dan harus terbuka untuk umum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Musuem dibedakan dari koleksi milik perorangan yang hanya dapat dilihat dan dinikmati oleh kerabat dan sahabat sang pemilik koleksi itu saja. Dengan demikian museum itu harus merupakan lembaga atau suatu badan hukum. 2. Museum merupakan lembaga yang melayani masyarakat untuk kepentingan perkembangannya. Dalam hal ini museum merupakan sarana sosial-budaya. 3. Museum memperoleh atau menghimpun barang-barang pembuktian tentang manusia dan lingkungannya. Arti kata ’manusia dan lingkungannya’ sangatlah luas, hingga museum tidak sekedar tempat barang antik, tetapi juga dapat menjadi tempat menyimpan dan memamerkan sesuatu yang baru dan mempunyai arti penting. 4. Museum memelihata dan mengawetkan koleksinya untuk digunakan sebagai sarana komunikasi dengan pengunjung. Preservasi dan presentasi (pemeliharaan dan penyajian) adalah dua kata yang menggambarkan dua pokok kegaitan yang khas bagi setiap museum. Untuk kedua macam kegiatan ini telah dikembangkan spesialisasi pengetahuan dan keterampilan metodologis dan teknis tersendiri. 5. Kegiatan-kegiatan di belakang layar dan kegiatan yang kelihatan oleh umum, seperti hasil penerbitan, pameran, ceramah dan peragaan, kesemuanya itu untuk pendidikan dan kesenangan (education and enjoyment). Museum memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya (konservasi dan preservasi) 2. Dokumentasi dan penelitian ilmiah 3. Penyebaran (penyaluran) ilmu untuk umum 4. Pengenalan dan penghayatan kesenian 5. Pengenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa 6. Cermin sejarah manusia, alam dan kebudayaan (pertumbuhan peradaban umat manusia) 7. Suaka alam dan suaka budaya (visualisasi warisan alam dan budaya) 8. Objek wisata (sarana kesenian dan hiburan) 9. Pembangkit rasa/sarana untuk bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.1.1.2. Disiplin Ilmu Museum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal-hal yang berkaitan dengan museum dipelajari dalam ilmu Museologi (Museplogy dalam bahasa Inggris, Museumskundle dalam bahasa Jerman) yaitu suatu ilmu yang mempelajari museum sebagai gejala sosial temporal, artinya bahwa museum itu harus dipandang sebagai suatu gejala dalam pergaulan hidup manusia yang juga timbul karena perkembangan sejarah. Secara kongkritnya meseum merupakan suatu bangunan (kompleks bangunan) yang di dalamnya terkumpul dan dipamerkan kepada umum mengenai macam-macam benda dan halhal yang berkaitan dengan tujuan menambah pengetahuan umum dan untuk penikmatan seni khalayak ramai. Museologi sendiri menjad subdisiplin ilmu antropologi, yaitu ilmu tentang manusia dan hasil-hasil karyanya (kebudayaan), sehingga perlu dilakukan pendekatan secara multidisipliner dan interdisipliner yang menyangkut banyak hal dari berbagai kajian di dalamnya. Ditinjau dari uraian tersebut tentang museum didapatkan gambaran hubungan antara museum dengan koleksinya. Maka museolgi sebagai ilmu, mempunyai objek penelitian. Objek dan hubungan itu adalah: 1 Musuem sebagai bangunan/gedung Diselidiki secara khusus oleh arsitektur museum. 2 Koleksi museum Diselidiki oleh bermacam ilmu pengetahuan yang menyangkutnya, seperti koleksi ilmu alam oleh ilmu alam, koleksi sejarah oleh ilmu sejarah, koleksi ethonografi oleh antropologi-budaya dan lain sebagainya. 3 Hubungan koleksi dengan publik Hubungan ini menjadi penelitian bagi teknik perawatan dan pameran (Preservation techniques, display and labelling) serta dalam penyaluran ilmu pengetahuan kepada umum menjadi penelitian dalam bidang edukasi (museum dan education). Lebih jelas lagi dapat diuraikan bahwa museologi dalam kenyataannya terbagi dalam bagianbagian ilmu seperti berikut: 1. Museum-Management (Manajemen Museum) Memusatkan perhatiannya terhadap hal-hal organisasi dan penyelenggaraan museum. 2. Museum-Administration (Administrasi Museum)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengelolaan sistematik dan praktek tata usaha objek-objek museum. 3. Museum-Techniques (Teknik Museum) Memusatkan perhatiannya terhadap aspek-aspek teknis pada museum mulai dari hal arsitektur, teknik pameran dan teknik perawatan objek-objek museum. 4. Museum and Education (Museum dan Pendidikan) Memusatkan perhatiannya kepada penelitian ilmiah dan penyaluran ilmu pengetahuan kepada public.
2.1.1.3. Pokok-Pokok Penyelenggaraan Museum Penyelengggaraan museum dapat berupa badan pemerintahan, dapat pula badan swasta baik dalam bentuk perkumpulan maupun yayasan yang diatur kedudukan, tugas dan kewajibannya oleh undang-undang. Penyelenggaraan museum dan museum itu sendiri yang dikelola oleh kepala atau badan pengurus museum haruslah berstatus badan hukum. Menyelenggarakan museum relatif mahal, mengingat fungsi-fungsi museum yang luas, bukan hanya sebagai tempat pameran, dasar pengelolaan museum itu sendiri bersifat ilmiah untuk tujuan sdukatif-kultural. Mendirikan museum juga tidak mudah, misalnya badan hukum atau panitia pendiri harus tahu benar keperluan-keperluan umum sebuah museum, seperti : 1. Letak musuem di bagian kota yang tepat 2. Gedung museum yang dapat menjamin keamanan koleksi, penataan koleksi, sirkulasi koleksi, personil dan pengunjung 3. Pembagian ruangan yang sesuai dengan fungsi-fungsi museum 4. Perencanaan pengadaan koleksi 5. Perencanaan pengadaan sarana dan fasilitas untuk koleksi, perkantoran dan personil serta pengunjung museum. 6. Perencanaan pengadaan dan jabatan personil yang sesuai dengan fungsi-fungsi umum Museum-museum negeri (pemerintah) dibiayai oleh pemerintah. Untuk semua keperluannya disediakan anggaran belanja tahunan di departemen atau pemerintah lokal yang menyelenggarakannya. Secara singkat dapat dikemukakan, bahwa penyelenggaraan dan pembinaan museum itu dititikberatkan kepada bagaimana daranya menyusun kebijakan dalam hal merumuskan program-program kegiatan untuk museum yang diselenggarakan, mengenai hal pembinaan program-program kegiatan operasionalnya, sesuai dengan tugas dan fungsi-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fungsi museum itu, bagaimana membina sarananya, bagaimana membina tenagannya dan bagaimana menyusun rencan anggaran untuk pengelolaan museum itu sendiri.
2.1.1.4. Struktur Organisasi Museum Pengelolaan museum merupakan tugas pokok seorang kepala museum. Akan tetapi dalam melaksanakan penyelenggaraan dan pengelolaannya berbeda-beda tergantung dari jenis dan ukuran museum. Perbedaan dalam hal ruangan lingkup dan jaringan komunikasinya, baik komunikasi di dalam organisasinya maupun komunikasi dengan pihak yang ada di luar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kepala Museum
Tata usaha dan pKepustakaa n
Kurrator Koleksi
Konservator Laboratorium
Preparator Studio
Edukator Instruktur
Bagian administrasi
Pengadaan Seleksi
Reproduksi
Perencanaan Materi
Inforamsi Publikasi
Bagian Registrasi
Registrasi Dokumen
Perpustakaan
Katalogisasi
Perawatan Pameran
Bagian Keuangan
Skema 2.1 Struktur Organisasi Museum Sumber : Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum, Dirjen Depdikbud
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tugas- tugas yang dijalankan masing-masing personil dalam pengelolaan museum adalah sebagai berikut: 1. Mepala Museum (Pimpinan Museum) Kepala museum memimpin segala kegiatan yang ada dalam museum, baik tata usaha, pekerjaan ilmiah, dan pekerjaan pengelolaan yang bersifat teknis, seperti pameran dan perawatan. 2. Tata Usaha Tugasnya antara lain: •
Melakukan pekerjaan administrasi
•
Berkenaan dengan urusan registrasi dan katalogisasi serta dokumentasi koleksi
•
Pengadaan dana
3. Kurator Bagian yang bersifat alamiah sehingga memerlukan ilmuwan yang ahli di bidangnya, untuk pengkajian tentang benda-benda koleksi museum, yakni : identifikasi, katalogisasi, klasifikasi, riset, penerbitan dan metode kelengkapan bagi penyajian serta mengawasi dan mengkoordinir benda koleksi. 4. Konservator Merupakan petugas yang secara langsung menyelenggarakan konservasi koleksi dengan kegiatan meliputi: •
Meneliti, merawat dan menjaga benda koleksi agar tidak mengalami kerusakan (pemelikaraan)
•
Bersama staff lain memberikan pengarahan dalam desain pameran
5. Bagian Bimbingan Edukatif/Instruktur Merupakan penggabungan staff ilmiah museum dengan pengunjung museum. Bagian ini adalah bagian yang memberikan bimbingan penerangan yang bersifat mendidik kepada publik secara luas. Tugasnya : •
Menyelenggarakan ceramah, demonstrasi objek-objek museum, pemutaran film dan sebagainya
•
Menemukan bahan-bahan penerangan (informasi)
6. Preparator Bagian yang membutuhkan fantasi, imajinasi, daya improvisasi dan keterampilan teknis
to user dan menyelenggarakan pameranartistic. Preparator adalah teknisicommit yang merencanakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pameran objek museum baik pada pameran tetap maupun temporer/khusus. Tugasnya antara lain: •
Membuat desain pameran
•
Melaksanakan tata fisik pameran
•
Memperbaiki kerusakan
7. Ahli Kepustakaan Mempunyai tugas : •
Menyeleksi buku-buku yang berkaitan dengan tujuan penyelenggaraan museum
•
Mengumpulkan, mencatat, memelihara, serta mengawetkan buku-buku koleksi
•
Menyelenggarakan perpustakaan bagi kepentingan intern (pengelola) dan ekstern (pengunjung)
2.1.1.5. Klasifikasi Museum Museum dapat diklasifikasikan menurut beberapa aspek penggolongan, antara lain: 1. Klasifikasi museum berdasarkan status hukumnya dibagi menjadi: •
Museum resmi (status negeri/pemerintah)
•
Museum swasta
2. Klasifikasi museum berdasarkan jenis koleksinya: •
Museum Umum Museum yang mempunyai koleksi penunjang cabang-cabang ilmu pengetahuan alam, teknologi dan ilmu pengetahuan sosial.
•
Museum khusus Museum yang mempunyai koleksi penunjang satu cabang ilmu saja, misalnya museum ilmu alam, museum ilmu teknologi, museum antropologi, museum seni rupa dan lain sebagainya.
3. Klasifikasi museum berdasarkan lingkup wilayah tugasnya, status hukum dan tujuan penyelenggaraannya: •
Museum nasional Merupakan museum yang menjadi urusan pemerintah yang menggambarkan harta warisan sejarah dan kebudayaan nasional
•
Museum lokal Museum yang dapat dibagi lagi menjadi museum dengan ruang lingkup tugas
commit to user
tingkat propinsi, kabupaten dan kotamadya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Klasifikasi museum berdasarkan sifat bangunannya: •
Museum terbuka
•
Museum tertutup
•
Museum kombinasi
2.1.1.6. Tata Usaha Museum Setiap organisasi memerlukan suatu bagian yang menjadi tuang punggung yang mendukung organisasi termasuk museum , bagian ini biasa disebut bagian tata usaha. Bagian ini menangani kegiatan-kegiatan surat menyurat, kearsipan, keuangan, kepegawaian, perlengkapan, protokol, kebersihan, dan keamanan. Namun yang paling menonjul di bidang ketatausahaan setiap museum ialah unit-unit yang menangani registrasi koleksi dan pengamanan. Beberapa uraian yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan registrasi museum dan pengamanan museum, yaitu: 1. Registrasi koleksi Yang bertugas mengelola koleksi ialah kurator, yang memiliki tugas: •
Mencatat keluar masuknya benda-benda koleksi
•
Mencatat dalam buku induk registrasi semua koleksi
•
Turut melakukan pengawasan terhadap
2. Pengamanan museum Pengamanan museum (museum secutiry) merupakan bagian yang terpadu dari pengelolaan museum. Dalam hal pengamanan museum, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan dikaitkan dalam sistem pengamanan adalah : •
Sistem dan teknik pengamanan yang mantap
•
Personil yang menguasai sistem, teknik dan prosedur pengamanan
•
Priosedur pengamanan yang mengatur sistem, teknik dan personil unit pengamanan atau satuan pengamanan museum
2.1.1.7. Pengadaan Dan Pengelolaan Koleksi Museum 1. Pengertian Koleksi Koleksi
museum,
mulai
dari
pengadaan,
pencatatan,
pengkajian
dan
commit topenyelenggaraan user pemanfataannya adalah pusat kegiatan dan pengelolaan museum.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Koleksi dan kurator tidak berdiri sendiri. Koleksi merupakan kumpulan benda-benda pembuktian cabang ilmu tertentu dan kurator adalah ilmuwan yang kegiatan pokoknya adalah melaksanakan pengkajian dan pelaporan hasil pengkajiannya mengenai cabang ilmu yang berkaitan dengan koleksi museum. Jenis benda materi koleksi museum meliputi : benda asli, benda reproduksi dan benda penunjang. •
Benda asli Yakni benda-benda yang memenuhi persyaratan untuk dijadikan koleksi museum yang benar-benar benda pembuktian sebenarnya dari suatu ilmu atau peristiwa (situs, peninggalan sejarah dan lain sebagainya)
•
Benda reproduksi Benda buatan baru dengan cara meniru benda asli menurut cara tertentu sehingga dapat mewakili/menggantikan yang asli. Macamnya antaralain: ¾ Replika : benda tiruan dan memiliki sifat-sifat benda yang ditiru ¾ Miniatur : benda tiruan yang diproduksi dengan memiliki bentuk, warna dan cara pembuatan yang sama dengan benda yang asli (kadang dengan ukuran yang lebih kecil) ¾ Bentuk benda berupa foto, yang dipotret dari dokumen/mikro film yang sukar dimiliki (diperkirakan akan punah) ¾ Referensi : diperoleh dari rekaman/fotokopi suatu buku mengenai othobiografi, sejarah dan lainnya
•
Benda Penunjang Benda yang dapat dijadikan pelengkap pameran untuk memperjelas informasi/pesan yang akan disampaikan, misalnya : lukisan, grafik, denah, peta, contoh bahan dan lainnya.
Untuk menetapkan apakah suatu benda itu patut dijadikan benda koleksi museum, ditentukan oleh suatu sistem penilaian, sistem kaidah dan aturan yang kesemuanya dituangkan dalam suatu kebijakan pengadaan koleksi. Tidak semua benda dapat dimasukan ke dalam koleksi museum, hanya benda-benda tertentu saja yang memenuhi syarat-syarat, yakni: •
Harus mempunyai nilai budaya, ilmiah dan estetika
•
Harus dapat diidentifikasikan mengenai wujud, asal tipe, gaya dan sebagainya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
•
digilib.uns.ac.id
Harus dapat dianggap sebagai dokumen
2. Kebijakan pengaduan koleksi Benda-benda koleksi keberadaannya dalam museum melalui berbagai cara. Ada karena sebagai kegiatan pengumpulan dalam ranka kegiatan riset lapangan, tetapi ada yang melalui pembelian, pemberian atau hibah, wasiat, sebagai barang sitaan dari pengadilan dan juga dapat sebagai pinjaman. 3. Presentasi koleksi Dokumemntasi visual (dalam bentuk gambar, film atau rekaman suara) enjadi bagian presentasi koleksi yang semakin dibentuk dewasa ini, selain hanya sebatas pencatatan verbal dari proses pengumpulan, identifikasi dan klasifikasi. 4. Katalogisasi Tugas pokok kurator museum yang menelola koleksi adalah melakukan pengkajian tentang koleksinya. Kegiatan pengkajian terdiri dari berbagai cara dan bentuk. Proses itu dimulai dari pencatatan, lalu identifikasi, klasifikasi dan katalogisasi (pencatatan ringkas invermentasi) Tahap-tahap utama penanganan materi koleksi dapat digambarkan melalui skema berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penerimaan calon benda koleksi (membeli hadiah sumbangan
Pendaftaran /registrasi dalam buku inventaris
Periksaan awal
Gudang karantina
Gudang sementara
Laboratorium fungigasi, fisika, kimia, mikrobiologi, fotograpi
Workshop konservasi, reproduksi, restorasi, preservasi
Kurator (identifikasi)
Ruang penyimpanan
Ruang pameran
Skema 2.2 : Alur Penanganan Materi Koleksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum, Dirjen Depdikbud
2.1.1.8. Perawatan Koleksi Museum Perawatan koleksi museum dalam prakteknya dilaksanakan oleh para konservator yang mempunyai keahlihan di bidang ilmu fisika, biologi dan ilmu pengetahuan bahan. Beberapa faktor yang dapat merybah kondisi atau yang dapat mengganggu, bahkan merusak bendabenda koleksi museum, antara lain:
1. Iklim dan lingkungan Iklim di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia adalah lembab dan bercurah hujan tinggi. Temperatur antara 25-37 ºC, dengan kadar kelembaban relatif antara 50-100 %. Iklim yang terlalu lembab dapat mengakibatkan: •
Lemahnya daya rekat
•
Membusuknya bahan perekat
•
Timbulnya bercak-bercak kotor pada kertas
•
Kaburnya warna dan kadar tinta
•
Timbulnya jamur pada kulit
•
Rangsangan karat pada logam
•
Buramnya kaca
•
Melengketnya tumpukan kertas
•
Semakin ketatnya kanvas (lukisan)
Beriklim lembab ditambah faktor naik turunnya temperatur menimbulkan suatu susana klimatologis yang menyuburkan tumbuh dan berkembangnya jamur dan bakteri,
juga
menciptakan
keadaan
yang
sangat
menguntungkan
bagi
berkembangbiaknya serangga dan kutu yang dapat mengancam koleksi museum. Iklim yang terlalu kering juga akan menimbulkan berbagai macam kerusakan pada beberapa benda koleksi tertentu. Khususnya untuk bahan-bahan organik yang menimbulkan : •
Retak atau pecah kerena kekeringan
•
Melorotnya kanvas (lukisan)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam hal ini, apabila terjadi perubahan-perubahan yang cepat antara udara yang terlampau lembab dengan yang terlampau kering, juga akan menimbulkan kerusakan pula, antara lain : •
Timbulnya bengkokan-bengkokan pada kayu
•
Rontok atau timbulnya serpih-serpih halus pada cat
•
Mengaktifkan garam-garam yang dapat dilarutkan
•
Bergeraknya bahan-bangunan hygroscopic
2. Cahaya Cahaya, baik yang alamiah maupun buatan seperti cahaya dari lampu listrik, dapat menimbulkan proses kerusakan pada berbagai bahan benda koleksi. Batu, logam dan keramik umumnya tidak peka terhadap cahaya. Tetapi bahan-bahan organik peka terhadap pengaruh cahaya. Alam tropis menyediakan cahaya matahari yang melimpah ruah, yang memiliki dua jenis radiasi, yang terlihat dan tidak terlihat. Radiasi ultra violet dan infra merah adalah contoh yang tidak terlihat dan membahayakan bagi benda-benda koleksi. Lampu-lampu listrik juga mengeluarkan radiasi ultra violet. Untuk digunakan sebagai alat penerangan dalam ruangan pameran atau dalam almari pameran perlu adanya modifikasi dan iluminasi untuk mengurangi radiasinya. Lampu pijar dinyatakan paling banyak mengeluarkan ultra violet. Lampu tungstem (berlapis gelas susu) lebih sedikit radiasinya. Sekarang sudah banyak terdapat lampu jenis fluorescent yang rendah radiasinya. 3. Serangga Khusus di daerah tropis banyak kita dapati berbagai jenis serangga, ini menjadi ancaman benda-benda koleksi museum yang berasal dari bahan organik. Karena itulah dalam prosedur keluar-masuknya barang-barang koleksi perlu didingat caracara pencegahan timbulnya gangguan serangga (penyakit endemik oleh serangga). Benda-benda koleksi yang berasal dari bahan organik sebaiknya diperiksa oleh para petugas laboratorium korservasi terlebih dahulu. Ada dua jenis bahan kimia untuk menangani serangga, yaitu untuk mengusir dan membunuh/memusnahkan. Tetapi penggunaan bahan kimia ini ada berbagai persyaratan yang perlu ditaati dalam penggunaannya agar tidak merusak benda koleksi, antara lain : •
Tidak akan mengubah warna asli
•
Tidak menimbulkan efek kebalikannya dan harus menjamin kesinambungan usia bahan benda koleksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
•
digilib.uns.ac.id
Tidak boleh membahayakan bagi manusia
4. Mikroorganisme 5. Pencemaran atmosferik 6. Penanganan koleksi Kecerobohan manusia/petugas museum adalah melakukan penanganan materi koleksi, misalnya memegang benda koleksi logam dengan tangan telanjang sehingga menyebabkan bahan logam terkena zat garam yang terkandung dalam keringat. 7. Bahaya api (kebakaran) Penyebab kebakaran yang terjadi pada bangunan museum umumnya ditimbulkan oleh : aliran listrik, bahan kimia, kelalaian pegunjung, kelalaian staaf atau kebakaran dari sekitar.
2.1.1.9. Penyajian Koleksi Museum Mata rantai kegiatan yang menyangkut penanganan koleksi museum dimulai dari pengumpulan, pencatatan, pengkajian, perawatan serta unsur yang juga penting, yaitu penyajian. Untuk memperoleh sistem dan cara penyajian yang tepat guna, maka beberapa faktor perlu diperhatikan, yaitu: 1. Pengunjung museum Pengunjung museum secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Disebut Jenis Lama seperti para kolekror, seniman, perancang, ilmuwan, mahasiswa yang kerena latar belakangnya seakan-akan ada hubungan tertentu dengan koleksi museum dan lain sebagainya. Pada kategori ini kunjungan mereka ke museum sudah direncanakan dan mempunyai motivasi yang jelas. Tanpa bantuan dari siapapun dan penjelasan yang banyak, mereka biasanya akan secara khusus menghubungi staf museum, untuk mencari kaitan dengan kepentingan mereka. b. Jenis yang kedua disebut Frese atau pengunjung yang baru. Sebagai kelompok, jenis ini sulit untuk dilukiskan karakteristiknya, karena tanpa tujuan tertentu. Motivasinya biasanya iseng atau spontan dalam kunjungan museum. Motivasi yang sering melatar belakangi kaunjungan ke museum adalah : a. Keinginan untuk melihat yang serba indah (estetis)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Keinginan untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang yang mereka lihat (tematik inteluktual) c.
Keinganan untuk menempatkan dirinya dalam suasan yang lain, yang berbeda dari lingkungan hidupnya sendiri (romantik)
2. Kebijakan dan perencanaan Menyajikan koleksi, baik yang bersifat permanen, maupun yang bersifat temporer, bukan tindakan yang datangnya tanpa pemikiran dan perencanaan. Untuk pameran tetap biasanya akan diambil kebijakan permuseuman yang umum sifatnya. Program pengembangan permuseuman termasuk program penyelamatan warisan budaya. Koleksi museum merupakan warisan budaya bangsa, maka perlu perencanaan dan perawatan serta penyajian, yang berdasar dan bertujuan atas faktor edukatif-kultural. Apabila secara makro kebijakan permuseuman itu sudah dipahami, maka setiap museum dapat menyelaraskan kebijakan mikro masing-masing yang dapat dijadikan dasar dan tujuan perencanaan kegiatan operasional bagi penyajian koleksi museum masing-masing. Metode penyajian dapat disesuaikan dengan motivasi masyarakat lingkungan maupun pengunjung museum yakni dengan menggunakan secara terpadu ketiga metode: a. Metode Estetik Untuk meningkatkan penghayatan terhadap nilai-nilai artistik dari koleksi museum b. Metode Tematik dan Intelektual Dalam rangka penyebarluasan informasi tentang guna, arti dan fungsi koleksi museum c.
Metode Romantik Untuk menggugah suasana penuh pengertian dan harmoni pengunjung mengenai suasana dan kenyataan-kenyataaan sosial-budaya di antara berbagai kondisi masyarakat (suku bangsa)
Setelah mengetahui kebijakan dan metode penyajian koleksi, rencana yang lebih nyata dapat dituangkan dalam bentuk dan teknik pameran. Rencana bentuk pameran tergantung dari faktor-faktor : a. Persediaan lokasi dan dokumentasi foto serta data informasi mengenai koleksi yang tersedia. Apabila jumlah koleksi belum memadai, sedangkan tema pameran sudah jelas, maka museum itu dapat saja meminjam koleksi
commit to user
dari museum lainnya atau meminjam dari koleksi pribadi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Persediaan peralatan dan bahan serta tenaga yang akan mendukung pelaksanaan dan penyebaran informasi c.
Biaya persiapan dan pelaksanaan untuk kegiatan pameran
d. Penyebaran publitas tentang rencana kegiatan pameran tersebut dalam rangka mengumpulkan pengunjung bila pameran itu sudah dibuka untuk umum
3. Metode penyajian Penyajian koleksi museum yang paling tepat ialah dengan cara pameran. Untuk menggelar pameran, perlu menguasai teknik pameran, yaitu suatu pengetahuan yang meminta fantasi, imajinasi, daya improvisasi dan artistik tersendiri, yang harus ada pada setiap preparator (ahli teknik pameran). Preparator sebelumnya harus berkonsultasi dahulu dengan kurator tentang segala informasi dan tujuan pemeran. Jenis pameran ada tiga bentuk, yaitu : a. Pameran tetap Pameran yang memajang/memamerkan koleksi museum secara tetap dengan skenario yang lengkap dengan tujuan waktu jangka lama (10 tahun). Pada saat sekarang, ruangan-ruangan pameran tetap sebuah museum terdiri dari 25-40 % dari jumlah koleksi yang dimiliki, karena setiap museum selalu berusaha untuk memperluas koleksinya. b. Pameran Khusus (temporer) Disebut pameran temporer karena diselenggarakan untuk jangka waktu yang singkat, biasanya antara 1 minggu-1 bulan, atau paling lama 3 bulan. Disebut pameran khusus karena diselenggarakan secara khusus, misalnya untuk peringatan atau ada topik/tema khusus. Pameran khusus dapat mengangkat perubahan menarik dari realita sosial budaya di masyarakat, biasanya dipamerkan dalam satu paket rangkaian kegiatan. c.
Pameran Keliling Pameran keliling umumnya berupa suatu paket. Sejumlah benda koleksi telah dihimpun dan terjaring dalam suatu desain pameran keliling, lengkap dengan petunjuk tata ruang dan teknik pamerannya. Topiknya sudah jelas, disertai label yang tinggal dipasang, dengan katalog pameran yang sudah siap di edarkan. Pameran keliling ini juga dapat berarti pameran yang berpindah-pindah tempat, dapat menggunakan mobil atau kendaraan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keliling, untuk menjangkau daerah-daerah yang jauh dari pusat kota. Misal pameran untuk sekolah-sekolah di daerah terpencil.
2.1.2
Semangat Jiwa Tempat (Spirit of Place)10
Tinjauan semangat jiwa tempat (Spirit of Place) ini mendeskripsikan bagaimana aspek-aspek jiwa tempat dalam rancangan arsitektur dapat digali dari potensi setempat yang diangkat. 2.1.2.1. Genius Loci- Spirit of Place- Jiwa Tempat Semangat jiwa tempat (Spirit of Place) merupakan pengistilahan dalam bahasa Indonesia dari Spirit of Place, implikasi dalam konteks dunia arsitektur modern dari Genius Loci, sebuah istilah/konsep mitologi kuno jaman Romasi bahwa sesuatu punya jiwa/ruh yang melindungi, dahulu digambarkan sbagai ular. Genius Loci mempunyai implikasi terhadap place-making, tergolong filosofis dari cabang phenomenology. Spirit of Place mengacu pada sesuatu yang unik, yang membedakan dan memberi karakteristik pada aspek tempat. Memperlihatkan jalinan kultur yang tek terlihat (cerita, seni, memori, kepercayaan, sejarah, dll). 2.1.2.2. Penggalian Aspek Jiwa Setempat Jiwa tempat itu sendiri dapat digali dari kekhasan karakter,identitas, semangat setempat (lokal), yang dapat mengangkat dan membentuk sebuah keunikan. a. The Structure of Place (Struktur kawasan dari suatu wilayah tempat) •
Gambaran situasi geografis wilayah (geographical situations)
•
Kepekaan terhadap situasi setempat/kedudukan bangunan terhadap lingkungan
•
Kontekstual terhadap iklim setempat (kualitas dan kuantitias pencahayaan, curah hujan dan temperatur)
•
Kekhasan karakter dalam tipologi bangunan local (local building typology), tampilan fisik bangunan, langgam arsitektur, kualitas estetis local dan pola pemukiman setempat (regional settlement pattern)
b. Representasi mental masyarakat (Mentality People’s) dan aktivitas maupun kebiasaan-kebiasaan penduduknya (keseharian maupun sesaat/temporal)
10
Dikonstruksikan dari : Christian Norberg-Schulz. Genius Loci : Towards a Pnenomenology of commit to user Architecture, London : Academy Editions London, 1980 dan www.wikipedia.com
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Komponen ini mencakup ekspresi budaya yang dibentuk oleh interaksi dari lokasi fisik dan kegiatan masyarakat di daerah itu dan artefak budaya lainnya yang dikenal masyarakat akibat sejarah khusus, yaitu bagaimana suatu tempat berinteraksi dengan masyarakatnya. c.
Pemberdayaan Potensi Lokal (Potesi Masyarakat)
Penggunaan material lokal sebagai suatu bahan bangunan, keterampilan dan keahlian lokal yang tercermin dari benda yang dihasilkan. d. Simbol-kiasan-kenangan (suatu tempat akan memiliki makna khusus bagi orangorang yang mendapatkan pengalaman dari tempat tersebut) Aspek yang kompleks sebagai akibat pengalaman dan reaksi masyarakat (pengalaman mental) terhadap aspek-aspek fisik dan fungsional yang dibentuk oleh unsur-unsur visual sebagai akibat interaksi antara nilai/nilai tertentu dan lokasi. Penggalian jiwa tempat juga dapat melalui penelusuran sejarah yang bersumber dari literatur dan informasi. Data dari hasil penelusuran secara verbal tetap harus disertai dengan data otentik berupa peta dan foto sebab informasi dari informan mempunyai kecenderungan bersifat kualitatif sera sangat dipengaruhi peta mental informan. 2.1.2.3. Bahasa Ungkapan Dan Penghayatan Gatra –Ruang Arsitektur11 Tinjauan mengenai bahasa ungkapan dan penghayatan gatra-ruang arsitektur adalah untuk mendeskripsikan bahwa dalam berarsitektur terdapat unsur-unsur lain selain pemenuhan wadah fungsi semata. Ada nilai, unsur maupun tuntutan lain yang lebih dari sekedar ”asal berguna”. Tinjauan ini mengarah pada tuntutan kualitatif/pemograman performansi yang nantinya bersama pemograman fungsional tersimpulkan dalam pemrogaman arsitektur (rancangan). a. Bahasa Ungkapan Arsitektur Manusia tidak hanya berbahasa dengan cakap lidah, tetapi juga dengan gerakan tubuh. Artinya mengungkapkan isi batin yang tersimpan, agar diketahui orang lain. Tubuh manusialah yang menghubungkan yang serba dalam batin dengan alam semesta yang di luar diri kita, khususnya yang berciri materi. Agar menjadi roh manusia yang sempurna, manusia harus semakin menjadi badan. Dan tentulah sebaliknya juga, agar menjadi badan manusia yang sempurna, manusia harus semakin menjadi roh.12 Ungkapan ini dapat kita telaah dalam karya arsitektur. Dalam segenap karya pembangunan kita dapat 11
Dikonstruksikan dari : YB. Mangunwijaya. Wastu Citra. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 1992. 12 J.B.Metz, ahli piker, dalam ungkapan aslinya “Um vollendeter commit to user menschlicher Geist zu sein, musz er immer mehr Leib werden”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membangun asal berdiri dan dapat dipakai. Namun ada unsur-unsur yang “lebih dari asal berguna”. Seperti keindahan pada binatang (sayap kupu-kupu, tanduk rusa, bulu-bulu cenderawasih dan sebagainya) tidak Cuma sekedar berbiologi semata. Misalnya tanduk rusa yang tidak effisien dalam pertahanan diri dan tidak praktis. Para ahli biologi yakin, ada sesuatu yang ”lebih” daripada aspek efisien-teknis dan fungsional, bahkan ada unsurunsur yang merupakan bayangan semacam ”murni” diri makhluk binatang.
Dalam berarsitektur, artinya berbahasa dengna ruang dan gatra, dengan garis dan bidang, dengan bahan material dan suasana tempat berarsitektur dengan budaya. Berarsitektur adalah berbahasa manusiawi dalam arti dengan citra unsur-unsurnya, baik dengan bahan material maupun dengan bentuk serta komposisinya. Dalam karya arsitektur kita juga menemukan nilai-nilai pengangkatan (nilai yang diangkat dari karya arsitektur), sehingga selain unsur guna, ditemukan unsur citra dari budaya manusia.
Kata ”guna” menunjuk pada keuntungan, pemanfaatan (use, bahasa Inggris) yang diperoleh. Pelayanan yang dapat kita dapat darinya. Seperti dalam karya arsitektur, karena tata ruang, pengaturan fisik yang tepat dan efisie, kenikmatan (comfort) yang kita rasakan. Guna dalam arti kata aslinya tidak hanya berarti manfaat, untung material belaka, tetapi lebih dari itu memiliki ”daya” yang menyebabkan kita dapat hidup lebih meningkat.
Sedangkan ”citra” menunjukan suatu ”bambaran” image, suatu kesan penghayatan yang menangkap arti bagi seseorang. Citra tidak jauh dari ’guna’, tetapi lebih bertingkat spiritual, lebih menyangkut derajat dan martabat manusia. Citra menunjuk pada tingkat kebudayaan sedangkan guna lebih kepada keterampilan atau kemampuan.
Oleh Cing dalam Snyder (1979), dinyatakan sejak zaman Vitruvius tujuan-tujuan arsitektur telah dinyatakan dalam pengertian kemantapan (firmness), komoditas (commodity) dan kesenangan (delight), dipahami sebagai: nilai-nilai teknologi (technology), fungsi (function) dan estetika (aesthetics). Kompleksitas dalam perkembangan waktu, arsitektur (dalam skala bangunan atau building) didefinisikan memiliki empat komponen, yaitu bentuk, fungsi, teknik dan konteks. Keempat komponen ini terkait dalam menghasilkan karya yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
disebut arsitektur. Lalu oleh Rapoport (1990) dikemukakan sebagai nilai tambah yaitu arsitektur merupakan wujud karya (rekayasa) budaya dan sosial sebagai lingkungan binaan (built environment) guna memenuhi kegiatan wadah kegiatan (fungsi) didalam menjalani hidup dalam pengertian yang luas yang berdasar pada tatanan yang dilandasi oleh tata nilai yang dipilih manusia, baik individu maupun kelompok. Jadi jelas sudah, ada bahasa ungkapan dalam berarsitektur selain adanya tuntutan fungsi dan teknologi konstruksi semata.
b. Penghayatan Gatra-Ruang Arsitektur Kajian pada kasus arsitektur Yunani yang dikenal mengolah atau bermain dengan gatragatra (volume-volume) atau massa-massa materi. Berarti mengolah tektoon dan statika bangunan, karena bahan pokonya batu alam dengan volume-volume yang penuh, kompak, berat, keras dan padat. Bangsa Yunani dikenal dengan pencinta gatra, tertarik pada penikmatan segala yang agung. Baru pada masa bangsa Romawi seni gatra itu disempurnakan dengan seni ruang.
Berikutnya penghayatan gatra-ruang arsitektur juga dapat ditelaah dari karya arsitektur di Mesir. Pada bangunan-bangunan piramida, kemurnian geometrik seperti yang dimonumentalkan, memperlihatkan konstruksi dan konsekuensi ekstrem dari citarasa dari disiplin matematika yang tidak mengenal kompromi. Namun oleh kepentingan sebagai tempat tinggal harafiah bagi maharaja yang telah meninggal, maka makna itu lebih daripada hanya manumen belaka. Ide monumental, memorial, datang dari manusia yang sudah masuk dalam tahap penghayatan ontologism. Ekspresi bangunan-bangunan itu memang hebat, meski mencitrakan kesederhanaan. Namun, ukuran-ukurannya yang maha raksasa juga karena pembuatannya yang menunjukan teknik dan kecermatan yang luar biasa serta nilai kosmis yang luhur, citra agung tetap terlihat dari massa yang sederhana.
Ruang pada dasarnya terjadi karena adanya hubungan antara sebuah objek dan manusia yang melihatnya. Hubungan ini mula-mula ditentukan oleh penglihatan, tetapi bila ditinjau dari pengertian ruang secara arsitektur, maka hubungan tersebut dapat dipengaruhi juga oleh penciuman, pendengaran dan perabaan. Sering terjadi bahwa ruang yang sama mempunyai kesan atau suasana yang berbeda sama sekali, karena dipengaruhi oleh
commit to user
adanya hujan, angin, ataupun terik matahari dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id
2.2.
PRESEDEN
2.2.1
Museum Tsunami Aceh 13
digilib.uns.ac.id
Museum tsunami aceh adalah sebuah Museum untuk mengenang kembali pristiwa tsunami yang maha daysat yang menimpa Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26 Desember 2008 yang menelan korban lebih kurang 240,000 0rang.
Gedung Museum Tsunami Aceh dibangun atas prakarsa beberapa lembaga yang sekaligus merangkap panitia. Di antaranya Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias sebagai penyandang anggaran bangunan, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) sebagai penyandang anggaran perencanaan, studi isi dan penyediaan koleksi museum dan pedoman pengelolaan museum), Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)sebagai penyedia lahan dan pengelola museum, Pemerintah Kotamadya Banda Aceh sebagai penyedia sarana dan prasarana lingkungan museum dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI)cabang NAD yang membantu penyelenggaraan sayembara prarencana museum.
Menurut Eddy Purwanto sebagaiPenggagas Museum Tsunami Aceh dari BRR Aceh, Museum ini dibangun dengan 3 alasan: 1. untuk mengenang korban bencana Tsunami 2. Sebagai pusat pendidikan bagi generasi muda tentang keselamatan 3. Sebagai pusat evakuasi jika bencana tsunami datang lagi.
Museum Tsunami Aceh dibangun di kota Banda Aceh kira-kira 1 km dari Masjid Raya Banda Aceh. Adapun fungsi Museum Tsunami Aceh ini adalah : 1. Sebagai objek sejarah, dimana museum tsunami akan menjadi pusat penelitian dan pembelajaran tentang bencana tsunami. 2. Sebagai simbol kekuatan masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana tsunami.
13
commit to user
http://aneukagamaceh.blogspot.com/2009/02/museum-tsunami-aceh.html
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Sebagai warisan kepada generasi mendatang di Aceh dalam bentuk pesan bahwa di daerahnya pernah terjadi tsunami. 4. Untuk mengingatkan bahaya bencana gempa bumi dan tsunami yang mengancam wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia terletak di “Cincin Api” Pasifik, sabuk gunung berapi, dan jalur yang mengelilingi Basin Pasifik. Wilayah cincin api merupakan daerah yang sering diterjang gempa bumi yang dapat memicu tsunami.
Berikut animasi komputer bangunan Museum Tsunami Aceh yang akan dibangun dengan konsep dan design "Rumoh Aceh as escape hill" hasil maha karya Muhammad Ridwan Kamil yang kemudian menjadi Mueum Tsunami Aceh.
Bangunan rumah tradisional masyarakat Aceh, berupa bangunan rumah panggung Aceh diambil sebagai analogi dasar massa bangunan. Dengan konsep rumah panggung, bangunan ini juga dapat berfungsi sebagai sebuah escape hill sebuah taman berbentuk bukit yang dapat dijadikan sebagai salah satu antisipasi lokasi penyelamatan jika seandainya terjadinya banjir dan bencana tsunami di masa datang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kemudian juga ada the hill of light, selain taman untuk evakuasi yang dipenuhi ratusan tiang, para pengunjung dapat meletakkan karangan bunga, semacam personal space dan juga ada memorial hill di ruang bawah tanah serta dilengkapi ruang pameran.Desain ini juga sarat dengan konten lokal. Tarian saman sebagai cerminan Hablumminannas (konsep hubungan antar manusia dalam Islam) distilasi kedalam pola fasade bangunan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam desain gambar diatas terlihat sebuah lorong sempit dan remang. Melalui lorong itu kita bisa melihat air terjun di sisi kiri dan kanannya yang mengeluarkan suara gemuruh air. Lorong itu untuk mengingatkan para pengunjung pada suasana tsunami. The light of God, sebuah ruang berbentuk sumur silinder yang menyorotkan cahaya keatas sebuah lubang dengan tulisan arab “Allah” dan dinding sumur silinder dipenuhi nama para korban.sangat mengandung nilai-nilai religi merupakan cerminan dari Hablumminallah (konsep hubungan manusia dan Allah).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam menyikapi konteks urban, bangunan didesain agar dapat berfungsi juga sebagai sebuah taman kota. Lahan terbuka sebagai hasil bangunan yang diangkat di desain untuk dapat menyeimbangkan skala manusia dan bangunan. Tampilan interior yang penuh pesona dengan mengetengahkan sebuah tunnel of sorrow yang menggiring pengunjung ke suatu perenungan atas musibah dahsyat yang diderita warga Aceh sekaligus kepasrahan dan pengakuan atas kekuatan dan kekuasaan Allah dalam mengatasi sesuatu.
2.2.2
Monumen Jogja Kembali (MONJALI) 14
Museum Monumen Jogya Kembali, adalah sebuah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang ada di kota Yogyakarta dan dikelola oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Museum yang berada di bagian utara kota ini banyak dikunjungi oleh para pelajar dalam acara darmawisata. Museum Monumen dengan bentuk kerucut ini terdiri dari 3 lantai dan dilengkapi dengan ruang perpustakaan serta ruang serbaguna. Pada rana pintu masuk dituliskan sejumlah 422 nama pahlawan yang gugur di daerah Wehrkreise III (RIS) antara tanggal 19 Desember 1948 sampai dengan 29 Juni 1949. Dalam 4 ruang museum di lantai 1 terdapat benda-benda koleksi: realia, replika, foto, dokumen, heraldika, berbagai jenis senjata, bentuk evokatif dapur umum dalam suasana perang kemerdekaan 1945-1949. Tandu dan dokar (kereta kuda) yang pernah 14
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/museum-and-monument/monjali/ serta commit to user http://azis-fals.blogspot.com/2010/08/monumen-jogja-kembali.html
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dipergunakan oleh Panglima Besar Jendral Soedirman juga disimpan di sini (di ruang museum nomor 2). Monumen yang terletak di Dusun Jongkang, Kelurahan Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kapubaten Sleman ini berbentuk gunung, yang menjadi perlambang kesuburan juga mempunyai makna melestarikan budaya nenek moyang pra sejarah. Peletakan bangunanpun mengikuti budaya Jogja, terletak pada sumbu imajiner yang menghubungkan Merapi, Tugu, Kraton, Panggung Krapyak dan Parang Tritis. " Poros Makro Kosmos atau Sumbu Besar Kehidupan" begitu menurut Pak Gunadi pada YogYES. Titik imajiner pada bangunan yang berdiri di atas tanah seluas 5,6 hektar ini bisa dilihat pada lantai tiga, tepatnya pada tempat berdirinya tiang bendera.
Dilihat dari bentuknya Monumen Yogya Kembali berbentuk kerucut / gunungan dengan ketinggian 31,80 meter adalah sebagai gambaran “Gunung Kecil” ditempatkan di sebuah lereng Gunung Merapi. Gunung Merapi ini sangat berarti bagi masyarakat Yogyakarta baik secara simbolik maupun faktual. Muntahan lava Gunung Merapi memberikan kesuburan bagi daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, sementara itu konturnya di langit selalu menghias cakrawala Yogyakarta dimanapun orang berada, dari gunung Merapi pula sungai Winongo dan Code yang mengalir melalui kota Yogyakarta. Secara simbolik bersama laut selatan (Istana Ratu Kidul) yang berfungsi sebagai “Yoni” dan gunung Merapi sebagai “Lingga” merupakan suatu kepercayaan yang sangat tua dan berlaku sepanjang masa. Bahkan sementara orang menyebut Monumen Yogya Kembali sebagai tumpeng raksasa bertutup warna putih mengkilat, dalam tradisi Jawa tumpeng seolah-olah sebagai bentuk gunung yang dapat dihubungkan dengan kakayon atau gunungan dalam wayang kulit, yang melambangkan kebahagiaan / kekayaan kesucian dan sebagai penutup setiap episode perjuangan bangsa.
Monumen dikelilingi oleh kolam (jagang) yang dibagi oleh empat jalan menuju bangunan utama. Jalan barat dan timur menghubungkan dengan pintu masuk lantai satu yang terdiri dari empat ruang museum yang menyajikan sedikitnya 1.000 koleksi tentang Satu Maret, perjuangan sebelum kemerdekaan hingga Kota Yogyakarta menjadi ibukota RI. Seragam Tentara Pelajar dan kursi tandu Panglima Besar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jenderal Sudirman yang masih tersimpan rapi di sana. Di samping itu, ada juga ruang Sidang Utama, yang letaknya di sebelah ruang museum I. Ruangan berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 25 meter ini berfungsi sebagai ruang serbaguna, karena biasa disewakan untuk keperluan seminar atau pesta pernikahan. Di ujung selatan pelataran berdiri tegak sebuah dinding yang memuat 420 nama pejuang yang gugur antara 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949 serta puisi Karawang Bekasi-nya Chairil Anwar untuk pahlawan yang tidak diketahui namanya. Di dalam bangunan, berisi 10 diorama melingkari bangunan yang menggambarkaan rekaan situasi saat Belanda menyerang Maguwo pada tanggal 19 Desember 1948, SU Satu Maret, Perjanjian Roem Royen, hingga peringatan Proklamasi 17 Agustus 1949 di Gedung Agung Yogyakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lantai teratas merupakan tempat hening berbentuk lingkaran, dilengkapi dengan tiang bendera yang dipasangi bendera merah putih di tengah ruangan, Unit Kata Mutiara (Pesan Pelaku Pejuang) relief gambar tangan yang menggambarkan perjuangan fisik pada dinding barat dan perjuangan diplomasi pada dinding timur. Ruangan bernama Garbha Graha itu berfungsi sebagai tempat mendoakan para pahlawan dan merenungi perjuangan mereka.
BAB III
TINJAUAN LOKASI
3.1. TINJAUAN UMUM KONDISI JOGJA 3.1.1 Tinjauan Fisik Jogja Daerah Istimewa Yogyakarta (atau Jogja, Yogya, Yogyakarta, Jogjakarta) dan seringkali disingkat DIY adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah di sebelah utara. Secara geografis Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian Tengah Pembagian wilayah : 1. Kabupaten Kota Yogyakarta 2. Kabupaten Sleman 3. Kabupaten Bantul 4. Kabupaten Gunungkidul 5. Kabupaten Kulonprogo
3.1.2 Tinjauan Non Fisik Jogja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.1.2.1.
digilib.uns.ac.id
Sosial Kemasyarakatan15
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan satu wilayah yang dikenal dengan pusat kebudayaan di Indonesia baik berupa peninggalan sejarah, peninggalan purbakala, seni budaya maupun adat-istiadat tradisional yang adhiluhung. Kondisi ini didukung oleh keberadaan Kraton Kasultanan dan Puro Pakualaman sebagai pusat budaya Jawa. Wilayah bagian selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang masih mengikuti dan mendukung kebudayaan Kejawen. Pada umumnya mereka membentuk kesatuan-kesatuan hidup setempat yang menetap di desa-desa. Mereka masih menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sosial sehari-hari. Dalam penggunaannya bahasa Jawa memiliki tingkatan, yakni bahasa Jawa Ngoko dan bahasa Jawa Krama. Kriteria ini didasarkan pada usia maupun status sosial dari orang yang diajak bicara atau yang sedang dibicarakan. Masyarakat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini menganut budaya Jawa yang sudah mulai mengalami perkembangan. Sejak masa kerajaan Mataram, agama Islam telah berkembang, sehingga kebudayaan Jawa berkembang secara menyeluruh. Hasil-hasil budaya yang timbul merupakan perpaduan antara kebudayaan lokal, yakni Hindu, Budha serta kebudayaan Islam. Masuknya Belanda sebagai penjajah turut mempengaruhi kehidupan masyarakat Jawa maupun Kraton. Sebagai konsekuensinya budaya Jawa juga terpengaruh oleh budaya Barat. Pada awalnya, sistem kemasyarakatan (orang Jawa) secara garis besar terstratifikasi atas priyayi yang terdiri dari keluarga bangsawan, pegawai negeri dan kaum terpelajar dengan orang kebanyakan yang disebut wong cilik, seperti petani, tukang-tukang dan pekerja kasar lainnya. Namun seiring dengan perkembangan masyarakat, stratifikasi sosial masyarakat yang semula terstratifikasi dalam beberapa lapisan tersebut semakin memudar. Kondisi ini didukung oleh perkembangan tingkat pendidikan yang cukup pesat, di mana semakin banyak orang yang dapat mengenyam pendidikan yang semakin tinggi. Sifat kegotong-royongan masih menjadi ciri dari masyarakat yang tinggal di pedesaan. Sementara bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan sifat kegotong-royongan ini sudah semakin pudar dan bergeser ke arah sifat yang individualis. Setiap anggota masyarakat sudah disibukkan dengan pekerjaan dan kehidupannya masing-masing, sehingga interaksi sosial di antara mereka sudah semakin berkurang.
15
commit to user
http://yogyakarta.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=8
perpustakaan.uns.ac.id
3.1.2.2.
digilib.uns.ac.id
Seni dan Budaya16
16 http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta#Budaya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Yogyakarta masih sangat kental dengan budaya Jawanya. Seni dan budaya merupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta. Sejak masih kanak-kanak sampai dewasa, masyarakat Yogyakarta akan sangat sering menyaksikan dan bahkan, mengikuti berbagai acara kesenian dan budaya di kota ini. Bagi masyarakat Yogyakarta, di mana setiap tahapan kehidupan mempunyai arti tersendiri, tradisi adalah sebuah hal yang penting dan masih dilaksanakan sampai saat ini. Tradisi juga pasti tidak lepas dari kesenian yang disajikan dalam upacara-upacara tradisi tersebut. Kesenian yang dimiliki masyarakat Yogyakarta sangatlah beragam. Dan keseniankesenian yang beraneka ragam tersebut terangkai indah dalam sebuah upacara adat. Sehingga bagi masyarakat Yogyakarta, seni dan budaya benar-benar menjadi suatu bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Kesenian khas di Yogyakarta antara lain adalah kethoprak, jathilan, dan wayang kulit.yogyakarta juga dikenal dengan perak dan gaya yang unik membuat batik kain dicelup. ia juga dikenal karena seni kontemporer hidup. Memberikan nama kepada anak masih merupakan hal penting Nama2 anak jawa. Yogyakarta juga dikenal dengan gamelan musik, termasuk gaya yang unik gamelan Yogyakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.2 TINJAUAN UMUM GEMPA JOGJA 3.2.1 Gempa 3.2.1.1.
Pengertian Gempa Bumi17
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakankerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.
17 http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.2.1.2.
digilib.uns.ac.id
Tipe Gempa Bumi18 a. Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api ) ; Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempabumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
b. Gempa bumi tektonik ; Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat Evan Sofyan, Gempa Bumi, Mata Diklat : Ipa ‐ Biogeofisika commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tektonik plate (plat tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik. Gempa bumi tektonik memang unik. Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik. Contoh gempa tektonik ialah seperti yang terjadi di Yogyakarta, Indonesia pada Sabtu, 27 Mei 2006 dini hari, pukul 05.54 WIB.
3.2.1.3.
Penyebab Terjadinya Gempa Bumi
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi ak an terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km. Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.
3.2.2 Gempa Jogja Gempa bumi Yogyakarta Mei 2006 adalah peristiwa gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States Geological Survey melaporkan 6,2 pada skala Richter.
Lokasi Gempa Lokasi gempa menurut Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia terjadi di koordinat 8,007° LS dan 110,286° BT pada kedalaman 17,1 km. Sedangkan menurut BMG, posisi episenter gempa terletak di koordinat 8,26° LS dan 110,31° BT pada kedalaman 33 km.itu di release sesaat terjadi gempa. Setelah data dari berbagai Stasiun yang dipunyai jejaring BMG dan dilakukan perhitungan, update terakhir BMG menentukan pusat gempa berada di 8.03 LS dan 110,32 BT(update ke tiga) pada kedalaman 11,3 Km dan kekuatan 5.9 SR Mb (Magnitude Body) atau setara 6.3 SR Mw (Magnitude Moment).USGS memberikan koordinat 7,977° LS dan 110,318 BT pada kedalaman 35 km. Hasil yang berbeda tersebut dikarenakan metode dan peralatan yang digunakan berbedabeda. Secara umum posisi gempa berada sekitar 25 km selatan-barat daya Yogyakarta, 115 km selatan Semarang, 145 km selatan-tenggara Pekalongan dan 440 km timur-tenggara Jakarta. Walaupun hiposenter gempa berada di laut, tetapi tidak mengakibatkan tsunami. Gempa juga dapat dirasakan di Solo, Semarang, Purworejo, Kebumen dan Banyumas. Getaran juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sempat dirasakan sejumlah kota di provinsi Jawa Timur seperti Ngawi, Madiun, Kediri, Trenggalek, Magetan, Pacitan, Blitar dan Surabaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gempa Susulan
Gempa susulan terjadi beberapa kali seperti pada pukul 06:10 WIB, 08:15 WIB dan 11:22 WIB. Gempa bumi tersebut mengakibatkan banyak rumah dan gedung perkantoran yang rubuh, rusaknya instalasi listrik dan komunikasi. Bahkan 7 hari sesudah gempa, banyak lokasi di Bantul yang belum teraliri listrik. Gempa bumi juga mengakibatkan Bandara Adi Sutjipto ditutup sehubungan dengan gangguan komunikasi, kerusakan bangunan dan keretakan pada landas pacu, sehingga untuk sementara transportasi udara dialihkan ke Bandara Achmad Yani Semarang dan Bandara Adisumarmo Solo. Gedung-Gedung yang Rusak Parah •
Mall Saphir Square mengalami kerusakan parah di lantai 4 dan 5. Tembok depan Mall lantai tersebut roboh hingga berlubang, kanopi teras Mall ambruk dan menimpa teras Mall yang sebagian ikut roboh.
•
Mall Ambarukmo Plaza, yang saat itu belum lama dibuka, mengalami kerusakan tak terlalu
commit to user parah. Beberapa bagian tembok terlihat retak-retak dan terkelupas.
perpustakaan.uns.ac.id
•
digilib.uns.ac.id
GOR Universitas Ahmad Dahlan mengalami kerusakan parah. Atap GOR roboh dan hanya tersisa tembok di sisi-sisinya.
•
STIE Kerja Sama di Jl. Parangtritis rusak sangat parah.
•
ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta, Jl. Parangtritis Km.6,5 kerusakan sangat parah.
Situs Kuno dan Lokasi Wisata yang Rusak •
Candi Prambanan mengalami kerusakan yang cukup parah dan ditutup sementara untuk diteliti lagi tingkat kerusakannya. Kerusakan yang dialami candi prambanan kebanyakan adalah runtuhnya bagian-bagian gunungan candi dan rusaknya beberapa batuan yang menyusun candi
•
Makam Imogiri juga mengalami kerusakan yang cukup parah. Beberapa kuburan di Imogiri amblas, lantai-lantai retak dan amblas, sebagian tembok dan bangunan makam yang runtuh, juga hiasan-hiasan seperti keramik yang pecah.
•
Salah satu bangsal di Kraton Yogyakarta, yaitu bangsal Trajumas yang menjadi simbol keadilan ambruk.
•
Candi Borobudur yang terletak tak jauh dari lokasi gempa tak mengalami kerusakan berarti
•
Obyek Wisata Kasongan mengalami kerusakan parah saperti Gapura Kasongan yang patah di kiri dan kanan gapura dan ruko-ruko kerajinan keramik yang sebagian besar rusak berat bahkan roboh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
6.1.
Konsep Pemilihan Lokasi dan Site
Pemilihan lokasi site berada di kota Bantul, untuk mendapatkan makna peringatan dikarenakan Bantul merupakan kota terparah akibat gempa Jogja selain dapat menunjang jalur wisata di Jogja.
Lokasi site berada di kecamatan Bambang Lipuro, di jalan Parang Tritis. Batas-batasnya adalah: •
Sebelah utara
: Perumahan penduduk, area persawahan
•
Sebelah timur
: Jalan kampung, perumahan penduduk
•
Sebelah selatan
: Area persawahan
•
Sebelah barat
: Jalan Parang Tritis, area persawahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6.2.
digilib.uns.ac.id
Konsep Program Ruang dan Bangunan 6.2.1. Kelompok Kegiatan dan Besaran Ruang Kelompok kegiatan penerimaan Nama ruang
Kapasitas
Standar
Hall
Diperkirakan
Modul
dapat
berdiri 0,54 m²
orang
Sumber
Perhitungan
L (m²)
NAD&A
300x0,54 = 162
162
NAD
1,5+(2x1,06)=3,62
5
menampung 30%
jumlah
pengunjung 0,3x1000 = 300 orang Ruang imformasi
2 orang petugas 1 meja informasi
Modul
orang
duduk 1,06 m²
Flow 20% : 0,772
Luas desk : 2x0,75 = 1,5 m² Ruang pendaftaran
2 orang petugas 1
meja
Modul
orang
NAD
duduk 1,06 m²
commit to user
1,5+(2x1,06)=3,62 Flow 20% : 0,772
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendaftaran Luas desk: 2x0,75=1,5m² Ruang penitipan
1 orang petugas 1 meja depan
Modul
orang
NAD&A
duduk 1,06 m²
1,5+1,06=2,56 Loker
30 50%
pengunjung, susun
Loker
5 : 500/5x(0,6x0,4)
Luas desk:
=100x0,24
2x0,75=1,5m²
=24
Loker: (0,6x0,4x0,4)m
Flow 20% : 5,312
(Disusun5) Parkir
1,5 % dengan
Modul
pengunjung
motor :
mobil:
0,15x1000=150
2,5m²/unit
standar
NAD&A
25%
dengan
mobil:
Flow 60%= 112,5
standar
mobil:
Area parkir roda 4: 42x22,5=945
22,5m²/unit
0,25x1000=250
7x31,8=222,6
orang Modul
standar
4x45=180
minibus: 20%
dengan
minibus:
300
75x2,5=187,5
orang
Modul
Area parkir roda 2:
31,8m²/unit
0,20x1000=200 Modul standar bus: 45m²/unit
commit to user
Flow 60%=808,56
2200
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rata-rata kapasitas/unit dan jumlah kendaraan: Motor 2orang/unit 150/2=75 Mobil 6orang/unit: 250/6=42 Mini bus: 30orang/unit: 200/30=7 Bus 55orang/unit: 200/55=4
(Total 2500) Parkir
65%
pengelola
motor
dengan
Modul
standar
NAD&A
motor 2,5m²/unit
0,65x66 = 43
dengan
mobil 22,5m²/unit Area parkir roda 4 Rata-rata kapasitas/unit dan jumlah kendaraan:
10%
dengan
43x2,5=107,5
standar
mobil 0,25x66 = 17
172
Flow 60% : 64,5 Modul
25%
Area parkir roda 2
commit to user
17x22,5=382,5 Flow 60% : 229,5
612
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
angkutan lain
Motor
1
orang/unit=43 Mobil
1
orang/unit=17
(Total 784) Parkir
barang
2
mobil
(benda
truck
koleksi)/drop
pemadam
offl
kebakaran)
mini
(standar
Modul
standar
minitruck
:
NAD&A
24
24x2=48
76
Flow 60% : 28,8
m²/unit
Kelompok kegiatan utama Nama Ruang
Kapasitas
Ruang
Diperoleh dari asumsi
pameran
tetap
Standar
berdasarkan
Sumber
Perhitungan
A
Dibagi
studi
4000
1. Pameran Jogja
Tsunami Aceh, yaitu ±3500
3
segmen informasi:
komparasi dari Museum pameran
dalam
L (m²)
800m²
–
4000m²
2. Pameran gempa 800m² 3. Pameran gempa jogja 2400m²
Ruang
pameran
temporer
10%
dari
ruang
A
400
pameran tetap
Kelompok kegiatan pendukung Nama ruang/kegiatan
Kegiatan
Ruang/
Standar
Sumber
Perhitungan
L (m²)
Modul orang shalat 0,6m²
A
26x0,6=15,6
41
kapasitas Mushalla
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelayanan umum
Modul
standar
1unit
Flow 60% : 9,36
wudhu 1m²/unit
10x1=10
WC
1,5x4=6
1,45x0,9=1,5m² Restoran
Meja makan untuk 4
NAD&A
100/4x6,25=156,25
240
orang: 2,5x2,5=6,25m² Dapur 20% dari ruang
0,2x156,25=31,25
makan Gudang 20% dari ruang makan
0,2x156,25=31,25
Lavatory Westafel 1,5x6=9 0,8x8=6,4 Flow 20% = 3,08 Telp umum, asumsi
Modul ruang perawatan
5box
untuk 6 orang = 48m²
Ruang P3K
Modul ruang perawatan
Asumsi
untuk
6
A
5x1=5
5
NAD&A
1x48=48
48
NAD&A
Wc:
20
untuk 6 orang 48m²
orang Lavatory
Lavatory
untuk
pengunjung di luar (hall) Pa 3 unit, Pi 3 unit Wc:
1,5x6=9 0,8x8=6,4 Flow 20% = 3,08
1,45x0,9=1,5m² Westafel: 0,875x0,725=0,8m²
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Kegiatan edukasi
digilib.uns.ac.id
Perpustakaan:
Perpustakaan:
10% dari pengunjung
Modul
museum :
1,06m²
0,1x1000=100 orang
Modul rak buku/500 buku
NAD&A
orang
duduk
penitipan/informasi Meja baca dan rak untuk 1500 buku
460
100x1,06=106 3x3,4=10,2 100x1,875=187,5
3,4m²
Ruang
Perpustakaan:
2x0,8=1,6
Modul meja baca/orang: 1,875m² Modul
0,6x0,4x20=48 meja
petugas
Flow 30% : 105,99
0,8m² Loker (0,6x0,4x0,4)m (disusun 5)
Internet: Modul
Internet:
orang
duduk
1,06m²
20% dari pengunjung perpustakaan 0,2x100=20 orang Ruang informasi
Ruang indormasi 4m² Box snack 4m² Internet:
R’Line provider 6m²
78
20x1,06=21,2 Box snack 20x1,5=30 R.Line provider 4+4+6=14 Flow 20% = 13,04
(Total 538) Ruang
serbaguna
Modul
besar
(seminar,
1,06m²
auditorium)
orang
duduk
NAD&A
200x1,06=212 Flow 20% : 42,4
Peralatan/perlengkapan
commit to user
270
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Asumsi 200 orang
8m²
8+8=16
Gudang 8m² Ruang serba guna
Modul
kecil
1,06m²
(diskusi,
orang
duduk
NAD&A
50x1,06=53
64
Flow 20% : 10,6
sarasehan) Asumsi 50 orang
Ruang
pengelola
Modul
ruang
fas.edukasi:
koordinator: 9,7m²
1 orang pemimpin
Modul staff: 5,98m²
kabag
1x9,7=9,7
2orang staff
Kegiatan
2x5,98=11,96
Kios souvenir
ekonomi
A
10x6=60m²
Asumsi 10 kios
masyarakat
22
NAD&A
96
Flow 60%: 36
Kios: 6m² Kegiatan
Ruang
pendampingan
serba
mental recovery
guna & taman
Kegiatan rekreatif
Panggung
pendukung
pertunjukan terbuka
Kegiatan
A
500
ruang
Ruang
komunal
luar
Kelompok kegiatan pengelola Nama ruang/
Ruang/ kapasitas
Standar
Sumber
Perhitungan
L (m²)
Diperhitungkan
Modul orang berdiri
NAD&A
20x0,54=10,8
10
kegiatan Hall pengelola
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menampung
30%
0,54m²
jumlah pengelola: 0,3x66=20orang Kegiatan pengelolaan umum/administrasi
Ruang pimpinan: 1 orang pimpinan dengan
2
orang
tamu
Modul orang duduk
NAD
1,06m²
12 3x1,06=3,18
Meja kerja 1,08m² Almari 0,72m²
1 meja kerja 3 kursi
Rak 0,54m²
1x1,08=1,08
2 almari 2 rak
2x0,72=1,44 2x0,54=1,08 Flow 80%: 5,424 Ruang
wakil
pimpinan: 1
Modul orang duduk:
NAD
9
1,06m²
orang
wakil
pimpinan
Meja kerja: 1,08m²
1x1,06=1,06
Almari: 0,72m²
1 meja kerja
Rak: 0,54m²
1x1,08=1,08
2 almari
2x0,72=1,44
2 rak
2x0,54=1,08 Flow 80%: 4,66 Ruang sekretaris
Modul staff 5,98m²
NAD
6
Tata
Modul kabag: 9,7m²
NAD
20
usaha/
administrasi umum Kabag 1 orang
Modul staff: 5,98m²
Staff 2 orang
1x9,7=9,7 2x5,98=11,96
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keuangan:
Modul kabag 9,7m²
Kabag 1 orang
Modul staff:
1x9,7=9,7
Staff 2 orang
5,98m²
2x5,98=11,96
Umum:
Modul kabag: 9,7m²
Kabag 1 orang
Modul staff: 5,98m²
NAD
20
NAD
20 1x9,7=9,7
Staff 2 orang
2x5,98=11,96
Rumah tangga:
Modul kabag:
Kabag 1 orang
9,7m²
1x9,7=9,7
Staff 2 orang
Modul staff 5,98
2x5,98=11,96
Personalia
dan
humas: Kabag 1 orang
NAD
Modul kabag:
NAD
6 almari dokumen
20
9,7m² Modul staff 5,98
1x9,7=9,7
Staff 2 orang
Ruang arsip:
20
2x5,98=11,96 Modul
standar
NAD
1,42m²/orang
15 6x1,2=7,2 3x0,6=1,8
3 rak
Flow 20%: 3,408 Ruang rapat: Diperhitungkan
Modul
standar
NAD
1,42/orang
12x1,42=17,04
20
Flow 20%: 3,408
untuk menampung personalia struktural 12 oarng Lavatory:
Wc:
Pa 3 unit, Pi 3 unit
1,45x0,9=1,5m²
1,5x6=9
Westafel:
0,8x8=6,4
0,875x0,725=0,8m²
Flow 20%: 3,08
commit to user
NAD&A
Wc:
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kegiatan pengelolaan
Kurasi (penerimaan
koleksi
awal
dan
Modul kabag 9,7m²
NAD&A
1x1,97=1,97
Modul staff 5,98m²
2x5,98=11,96
Standar studio 60m²
1x60=60
kurator
Ruang tamu 9m²
1x0=9
2 orang staff
Penyimpanan 30m²
1x30=30
identifikasi): 1 orang koordinator
Ruang tamu
Flow
145
20%:
24,132
Studio awal Penyimpanan sementara Preparasi
Modul kabag 9,7 m²
(perawatan
awal
dan perbaikan) 1 orang koordinator preparator
1x9,7=9,7
160
Modul staff 5,98 m²
4x5,98=23,92
Perbaikan
1x60=60
dan
perawatan 40 m²
1x40=40
Studio persiapan 60
4 orang staff Ruang
NAD&A
Flow
m²
20%:
26,724
perbaikan
dan perawatan awal Ruang
studio
persiapan Konservasi (pengelolaan
Modul kabag 9,7 m² dan
perawatan umum): 1 orang koordinator preparator
NAD&A
1x9,7=9,7
112
Modul staff 5,98 m²
4x5,98=23,92
Ruang penyimpanan
1x60=60
60 m²
Flow
20%:
18,724
4 orang staff Ruang penyimpanan Lavatory:
Wc:
Pa 3 unit, Pi 3 unit
1,45x0,9=1,5m²
commit to user
NAD&A
Wc: 1,5x6=9
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Westafel:
0,8x8=6,4
0,875x0,725=0,8m²
Flow 20%: 3,08
Kelompok kegiatan service Nama ruang
Kapasitas
Standar
Sumber
Perhitungan
L(m²)
Ruang genset
A
40
Ruang pompa
A
30
Ruang panel listrik
A
24
Ruang mesin AC
A
30
Ruang teknisi
A
35
A
27
Pentry
A
12
Gudang umum
A
35
Ruang petugas keamanan
3 ruang petugas keamanan
3x3=9m²
Rekapitulasi total besaran ruang Musuem Gempa Jogja adalah sebagai berikut:: Kelompok kegiatan
Luas (m²)
Kelompok ruang kegaitan penerimaan
3562
Kelompok ruang kegaitan utama
4400
Kelompok ruang kegaitan pendukung
1844
Kelompok ruang kegaitan pengelola
629
Kelompok ruang kegaitan service
233
Total
10668
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6.2.2. Organisasi dan Pola Hubungan Ruang Pola hubungan ruang antar kelompok kegiatan ruang makro: No.
Kelompok kegiatan
A
Kel keg penerimaan
B
Kel keg utama
C
Kel keg pendukung
D
Kel keg pengelola
E
Kel keg servis
C A
B
E
Datang D
Pola hubungan ruang antar kelompok kegiatan ruang mikro: No.
Pola kegiatan
A
Hall utama
B
Ruang informasi
C
Ruang pendaftaran
D
Ruang penitipan
E
Parkir pengunjung
F
Parkir pengelola
G
Parkir barang
E
commit to user B
F G
A
C D
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Datang
ke pameran
Hall pengelola
Hall utama
Parkir Pengujung
Perkir pengelola
Ruang informasi+pendafaran+penitipan barang
Parker barang
Kelompok kegiatan utama:
No.
Kelompok kegiatan
A
Pameran tetap
B
Pameran temporer
Hall utama
Hall utama
B
masuk pameran
Pameran temporer
commit to user
Pameran tetap
A
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kelompok kegiatan pendukung No.
Kelompok ruang
Kelompok kegiatan
A
Pelayanan umum
Mushalla
B
Restoran
C
Telp. Umum
D
Ruang P3K
E
Lavatory
F
Edukasi
Perpustakaan dan ruang internet
G
Ruang serbaguna 1
H
Ruang serbaguna 2
I
Ruang edukasi
J
Ekonomi
Souvenir
K
Rekreatif
Panggung terbuka
L
Ruang komunal
Taman publik
J K
E
datang L
A B C
Hall Utama F
D
G commitI to user H E
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kelompok Kegiatan Pengelola No.
Kelompok
Kelompok kegiatan
ruang A B C
Hall Pengelolaan umum
Ruang pimpinan Ruang wakil pimpinan
D
Sekretaris
E
Tata
usaha/administrasi
umum F
Keuangan
G
Umum
H
Rumah tangga
I
Personalia dan humas
J
Ruang arsip
Mushalla Telepon umum, lavatory, r. P3K Restoran Perpustakaan & internet Hall utama
Souvenir
Ruang serbaguna Panggung terbuka Pengelola fasilitas edukasi Taman/ruang komunal K L M N O
Ruang rapat Pengelolaan koleksi
Kurasi Preparasi Konservasi Ruang istirahat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
P
digilib.uns.ac.id
Ruang lavatory
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D
J
K
O
C
P
B Datang
E
A
F
G
H
I
N
M
L
Hall pengelola
Ruang pimpinan
Ruang arsip
Ruang staff kurasi
Ruang rapat Ruang wakil pimpinan Ruang sekretaris
Ruang staff preparasi Ruang staff konservasi
Ruang staff tata usaha Ruang staff keuangan Ruang staff umum Ruang staff rumah tangga Ruang staff personalia & humas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kelompok kegiatan servis No.
Kelompok kegiatan
A
Ruang genset
B
Ruang pompa air
C
Ruang panel listrik
D
Ruang mesin AC
E
Ruang telekomunikasi
F
Ruang teknisi
G
Ruang petugas keamanan
H
Gudang umum
I
Pantry
A D B
F E
C G
H
I
6.2.3. Zonifikasi Ruang Lahan site yang berdekatan dengan Jl. Parang Tritis dioptimalkan menjadi zona yang lebih
commityang to user publik (terbuka), karena pencapaiannva mudah dan lebih optimal, termasuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pertimbangan orientasi bangunan (baik kedalam maupun keluar site), sedangkan bagian belakang di optimalkan untuk zona privat (pengelola) yang lebih tertutup. Sedangkan pencapaiannya dapat melalui Jl. Lingkungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 6.3 Analisis zonifikasi kelompok ruang Sumber : Anlisis pribadi
Level bawah sesuai untuk kegiatan (kelompok ruang) yang bersifat publik (kemudahan pencapaian), tingkatan di atasnya semi publik, dan semakin ke atas adalah ruang-ruang yang bersifat lebih privat dan klimaks dari sebuah pameran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6.3.
digilib.uns.ac.id
Konsep Penataan Site 6.3.1. Klimatologis Respon dari analisa peredaran matahari terhadap site adalah memaksimal orientasi massa bangunan yang membujur dari arah timur-barat dan meminimalisir orientasi bangunan yang membujur utara-selatan, hal ini guna semua sisi dapat mendapatkan sinar matahari yang cukup, serta pembayangan dapat tereduksi.
u Gambar 6.5 Massa bangunan membujur timur-barat agar semua sisi dapat mendapatkan sinar matahari yang cukup, serta pembayangan dapat tereduksi. Sumber: Analisa pribadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6.3.2. View dan Orientasi Bangunan
Potensi sekitar site tidak menjadi kendala dalam mengekspos bangunan dan mengorientasi bangunan terhadap ruang luar dari arah Jl. Parang Tritis, baik oleh bentuk dan ketinggian bangunan sekitar, bahwa view ke ruang luar akan sangat menarik jika dilihat dari ketinggian tertentu yaitu dengan adanya potensi pantai Parang Tritis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6.3.3. Noise
Zone bising tinggi, digunakan sebagai kelompok ruang yang menyediakan fasilitas rekreasi/hiburan terbuka (mis: berupa ruang komunal, ruang parkir) Zona dengan kebisingan sedang/peralihan. Dipakai sebagai kelompok ruang pameran, kegiatan service, dan kegiatan pendukung. Zona dengan kebisingan rendah. Dipakai sebagai kelompok ruang pameran, kegiatan pendukung, kegiatan penerimaan, serta kegiatan pengelola.
6.3.4. Sirkulasi (pencapaian Simpul Jl. Parang Tritis dan Jl. Panembahan Senopati berpotensi menimbulkan arus silang, dihindari untuk penempatan entrance dengan jarak tertentu dari simpul Jl. Parang Tritis. Jl
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Parang Tritis lebih potensial untuk pencapaian utama/main entrance (ME), sedangkan side entrance (SE) pada Jl. Panembahan Senopati.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam setiap penempatan entrance (pencapaian ke dalam site), juga mempertimbangkan pencapaian oleh pejalan kaki, dengan penempatan jalur bagi pejalan kaki yang tidak menimbulkan arus silang (saling terganggu) dengan pencapaian dengan kendaraan bermotor entrance dibuat dengan kesan terbuka, akses yang mudah dari potensi jalan yang mengelilingi dan karakter yang kuat sebagai pintu masuk utama Museum Gempa Jogja.
6.4.
Konsep Pendekatan Teori Semangat Jiwa Tempat dalam Rancangan Arsitektur 6.4.1. The Structure of Place (Struktur Khas dari Suatu Wilayah) •
Gambaran situasi geografis wilayah (geographical situation). Museum Gempa Jogja yang direncanakan menjadi bagian lingkungan binaan dalam setting geografis Jogja yang rawan terjadi gempa sehingga bangunan museum yang direncanakan memiliki struktur yang lebih kuat terhadap gempa (meminimalkan kerusakan akan pengaruh gempa), yaitu dengan struktur yang rigid, dengan pembebaan struktur yang lebih stabil, dan mengantisipasi bencana banjir akibat gempa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berpotensi tsunami dengan meninggikan level lantai dasar museum untuk meminimalkan dampak bencana.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
•
digilib.uns.ac.id
Kepekaan terhadap situasi setempat/kedudukan bangunan terhadap lingkungan.
Museum Gempa Jogja yang direncanakan seoptimal mungkin memanfaatkan potensi sekitar secara menyatu, yaitu menjadikan ruang terbuka sekitar dapat dioptimalkan sebagai view ke luar bangunan (dari ketinggian tertentu) dan potensi ruang terbuka ini menjadi potensi view ke dalam site secara maksimal. Untuk menjadikan museum ini menyatu dengan lingkungan, maka dilakukan kesinambungan tampilan visual dengan lingkungan sekitar. Kedudukan bangunan dikembangkan dalam rangka membentuk sebuah museum yang dapat menjadi sebuah monumen Peringatan dengan sekuens pengalaman ruang yang dihadirkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
•
digilib.uns.ac.id
Kekhasan karakter dalam tipologi bangunan lokal {local building typology), tampilan fisik bangunan, langgam arsitektur, kualitas estetis lokal dan pola pemukiman setempat (regional settlement pattern).
Tipologi bangunan menggunakan tipologi bangunan umah kampung, bukan menggunakan Joglo yang berwujud sebuah sifat kemegahan, memunculkan bangunan “ningrat” diantara bangunan-bangunan sekitarnya, mengakibatkan ketidakselarasan dengan lingkungan sekitar, cenderung merusak lingkungan sekitar. Penggunaan tipologi bangunan kampung bertujuan agar selaras dengan semboyan orang Jawa sepi ing pamrih, rame ing gawe, hamemayu hayuning bawana. (Magnis-Suseno, F, 2001: 138; Subagyo, R, 1973;229). Tipologi lainnya menggunakan tumpangsari dari rumah Joglo dalam ruangan yang bersifat formal seperti ruang serbaguna dan ruang pimpinan museum.
6.4.2. Representasi mental masyarakat (Mentality People) dan aktivitas maupun kebiasaan-kebiasaan penduduknya (keseharian maupun sesaat/temporal) Pada kelompok kagiatan dalam Museum Gempa Jogja, dalam hal ini ruang restorannya, direncanakan didesain mengadopsi dari budaya makan masyarakat Jogja yang telah membudaya, yaitu warung angkringan, sehingga suasana yang ditimbulkan dalam restoran nanti akan bersifat santai dan penuh kekeluargaan, sebuah suasan harmonis dalam rancangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Budaya jagongan, dalam perencanaan rancangan Museum Gempa Jogja melahirkan sebuah pemikiran pemunculan ruang komunal bersama dalam rancangan. Ruang komunal yang dapat diakses secara langsung, bebas oleh pengunjung museum. Dimana penghadiran ruang komunal ini sekaligus sebagai upaya penangan mental recovery masyarakat akibat gempa Jogja silam. Dengan begitu akan memunculkan budaya mangan ora mangan asal kumpul ke dalam rancangan yang akan memunculkan suasana kebersamaan, keselarasan, saling berdampingan dapat lebih terasa, yang lama kelamaan akan mumudarkan suasana stress masyarakat akibat bencana gempa Jogja, dan menumbuhkan keyakinan adanya kemudahan dalam setiap kesusahan dari Sang Maha Kuasa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6.4.3. Pemberdayaan potensi lokal (potensi masyarakat setempat) Material kayu yang melimpah di wilayah Jogja dan mudah Pengerjaannya, juga lebih dikuasai teknologi pengerjaanya oleh masyarakat, dieksplorasi penggunaannya dalam rancangan Museum Gempa Jogja. Kerajinan tangan (teknologi lokal) masyarakat juga diaplikasikan dalam elemen bangunan seperti pada partisi, plafound ruang maupun elemen bangunan yang lain. Serta penggunaan material batu alam yang juga melimpah hampir disemua daerah di wilayah Jogja.
6.4.4. Simbol-kiasan-kenangan Suatu tempat akan memiliki makna khusus bagi orang-orang yang mendapatkan pengalaman dari tempat tersebut, ruang dan gatra yang bermakna untuk mengekspresikan bencana gempa dan merepresentasikan bencana dalam rangka mengingat dan mengenang yang pada ujungnya untuk mengingatkan betapa dahsyat kuasa Ilahi, sehingga akan memunculkan rasa syukur dan perasaan rendah terhadap kebesaran Ilahi Rabbi.
6.5.
Konsep Sistem Bangunan 6.5.1. Konsep Struktur Bangunan a. Sub Struktur Pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang karena memiliki karakteristik sesuai dengan jenis tanah area site. Tiap bangunan memiliki spesifikasi jumlah tiang pancang dan dimensi pile cap yang berbeda. Selain itu, jenis denah yang digunakan dalam rancangan juga mempengaruhi rancangan Museum Gempa Jogja. Dalam kaitannya dalam sistem sederhana bangunan tanggap gempa, Denah bangunan sebaiknya sederhana, simetristodan tidak terlalu panjang. commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Simetris dan sederhana
Simetris namun tidak sederhana
Simetris namun terlalu panjang
Alur pemisah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tidak baik
Baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Alur pemisah
Tidak baik
Baik
Alur pemisah
Tidak baik
Baik
Catatan : Alur pemisah dibuat dari bahan yang mudah diperbaiki
b. Super Struktur Pola peruangan dengan fleksibilitas yang tinggi tanpa pembatas ruang yang permanen membutuhkan sistem struktur yang ringan tanpa menggunakan dinding masif sebagai pemikul beban. Struktur rangka baja dengan kolom dan balok baja sebagai pemikul beban merupakan alternatif struktur badan bagi bangunan yang direncanakan, hal ini berdasarkan pertimbangan struktur rangka baja memiliki karakteristik cukup ringan, fleksibel dalam pembagian ruang dan pembuatan bukaan, mampu menahan gempa dan getaran, dengan bentangan cukup luas. Namun pada bagian tertentu tidak menutup penggunaan struktur rangka beton serta perkuatan core. c.
Upper Struktur
Menggunakan kombinasi struktur rangka baja dan struktur beton bertulang agar dapat menciptakan kombinasi bentuk atap. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6.5.2. Konsep Utilitas Bangunan 6.5.2.1. Jaringan Listrik Genset
Meteran
PLN
Panel skunder
Distribusi
Panel skunder
Distribusi
Panel utama
Skema 6.1 Analisa Jaringan Listrik
6.5.2.2. Jaringan Komunikasi PT. Telkom
Panel Kontrol
Operator
Telepon Lokal Faks
SLJJ/SLI Skema 6.2 Analisa Jaringan Komunikasi Sumber: Analisa penulis
6.5.2.3. Sanitasi •
Air bersih 1)
Sumber air sumur artesis.
Air bersih dari sumur artesis ditampung di bak penampung dan disalurkan dengan saluran perpipaan untuk menjangkau titik-titik pendistribusian, misal wc umum, fire hidrant ke bangunan-bangunan. Upper tank
Pompa Ground Water Tank
Pompa
Sumur dalam
distribusi Skema 6.3 Analisa aliran air bersih artesis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) PDAM Sumber air bersih ini disediakan oleh perusahaan air minum setempat. Tangki atas
Meteran
PAM
•
Ground reservoir
Distribusi
Pompa
Skema 6.4 Analisa aliran air bersih PDAM
Air Kotor Sistem pengolahan air kotor dan drainase diarahkan untuk menghindari pencemaran lingkungan bagi penduduk setempat.
1) Air kotor dari kamar mandi Bak Kontrol
Kamar Mandi
Bak Pengendapan
T. pengolahan limbah
Skema 6.5 Analisa aliran air kotor cair
2) Air kotor dari dapur Penangkap lemak
commit to user
Air dapur
Peresapan
Riol
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skema 6.6 Analisa aliran air kotor lemak
3) Air kotor dari WC WC
septictank
Peresapan
Riol
Skema 6.7 Analisa aliran air kotor padat
4) Air hujan Pembuangan air hujan melalui saluran-saluran terbuka maupun tertutup. Untuk saluran horisontal dilakukan dengan pengolahan kemiringan tanah. Dan untuk membantu penyerapan ke dalam tanah dapat digunakan lapangan rumput di sekitar bangunan.
Air hujan sekitar site
Air hujan dari atap
Bak kontrol
Pipa Vertikal
Selokan
Sumur Resapan
Skema 6.8 Analisa sistem sanitasi air hujan
6.5.2.4. Sampah Sampah yang dapat didaur ulang
Bak penampung sampah daur ulang Shaft sampah
TPA Bak penampung sampah non daur ulang
Sampah yang tidak dapat didaur ulang
Skema 6.9 Analisa sistem pembuangan sampah
6.5.2.5. Sistem Pengamanan Bangunan •
Sistem CCTV
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sistem pengamanan bangunan dilakukan untuk menghindari tindak kejahatan yang terjadi dalam bangunan yang dapat membahayakan dan merugikan pengguna bangunan. Sistem yang digunakan adalah sistem CCTV yaitu sistem keamanan yang dapat memonitor tempat – tempat yang diinginkan melalui ruang security.
Power
Central security
Call button
Monitor
Skema 6.10 Analisa sistem CCTV
•
Pemadam Kebakaran
Pencegahan Pasif 1. Tangga kebakaran mempunyai lebar tangga minimal 1,25m dilengkapi pintu kebakaran selebar minimal 90cm. 2. Penerangan darurat (menggunakan sumber daya baterai, merupakan lampu penunjuk dan penerangan pada pintu keluar, tangga darurat, dan pada koridor). a. Pencegahan Aktif i. Alat pemadam kimia portable (daya layanan 200-250 m/unit, jarak antar alat 20-25m). ii. Hidrant (daya layanan 800 m/unit, jarak antar alat maksimal 30m). iii. Sprinkler ( daya layanan 25m/unit, jarak antar alat 6-9m ). iv. Fire alarm ( berupa alat heat detektor dan smoke detector, area pelayanan 75m/alat ).
Ground Tank S i kl
G
Ground Tank Skema 6.11 Sistem pengamanan kebakaran
commit to user Sumber: analisa pribadi
S i kl
Ai
perpustakaan.uns.ac.id
•
digilib.uns.ac.id
Penangkal Petir
Sistem yang digunakan adalah sistem Faradday yaitu menggunakan sebuah batang yang runcing dari bahan cooper spit yang dipasang pada paling atas bangunan, dan dihubungkan dengan batang tembaga menuju elektroda tanah.
Skema 6.10 Analisa sistem CCTV
6.5.3. Konsep Persyaratan Ruang 6.5.3.1. Pencahayaan 1) Penggunaan cahaya matahari sebagai sumber penerangan utama. (sky light) - R.Main Hall dan R.Pameran. 2) Penggunaan cahaya pada saat malam atau kondisi cuaca buruk diantisipasi dengan penggunaan pencahayaan buatan. Untuk menghemat energi, penerangan dikontrol dengan pemasangan saklar dan alat peredup photo elektrik untuk mengendalikan pengoperasian. 6.5.3.2. Penghawaan Sistem sentral AC sentral, dominan digunakan pada ruang-ruang show room serta ruang-ruang yang terdapat perangkat elektronik karena diperkirakan perangkat elektronik tersebut dapat menimbulkan panas. Sistem AC split, digunakan pada ruangruang personal pengelola, penjualan/retail, shop store, serta ruang-ruang lain dengan skala kecil-sedang. 6.5.3.3. Akustik - Akustik Ruang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada ruang-ruang tertentu seperti ruang seminar maupun ruang meeting, akustik ruang memang perlu diperhatikan. Salah satu diantaranya dengan memperhatikan pemilihan bahan materialnya, seperti : • Bahan akustik dinding, dipilih beton ekspose dilapisi spons/bahan karpet. • Bahan akustik lantai, bahan terpilih adalah bahan karpet • Jendela kaca, ketebalan bahan kaca untuk mengatasi kebisingan dari luar yaitu 4 mm dengan sistem kaca interlayer. • Lapisan noise reduction pada panel dinding dan atap Digunakan lapisan polyurethane (Isocyanate dan Polyol) pada panel dinding/atap yang terbuat dari bahan metal sebagai teknologi alternatif bahan pada bangunan. Dapat langsung disemprotkan ke media aplikasi (peredam suara, penahan rambatan panas, penahan bocor pada atap).
6.5.3.4. Sistem Sirkulasi •
Sirkulasi Horizontal
Menggunakan sistem transportasi horizontal berupa selasar/koridor, jembatan dan atrium sebagai pemenuhan kebutuhan pengunjung akan akan kemudahan dan kenyamanan. •
Transportasi Vertikal
Menggunakan: 1. Lift 2. Tangga umum 3. Tangga darurat 4. Ram
commit to user