KONSEP PENDIDIKAN BERBUSANA MUSLIMAH DALAM BUKU KUDUNG GAUL, BERJILBAB TAPI TELANJANG KARYA ABU AL-GHIFARI DAN JILBAB FUNKY TAPI SYAR’I KARYA SOLICHUL HADI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh AGUS SANTOSO 11109093 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
ًبَلِغُ ْوا َع يِّن َولَ ْو اَيَة
“Sampaikan dariku walaupun hanya satu ayat” Diriwayatkan oleh Imam Bukhari
PERSEMBAHAN Untuk kedua orang tuaku, istriku, anakku, adikku, para dosenku, saudara-saudaraku, sahabat-sahabat seperjuanganku, dan untuk setiap wanita yang takut kepada Tuhannya lalu menutupi tubuhnya dan menjaga kehormatannya.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapa menyelesaikan skripsi ini. Shalawa dan salam senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kia Rasulullah saw beserta seluruh keluarganya dan pengikutnya. Penulisan skripsi ini dimaksudkan unuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moral dan material terhadap penyusunan skripsi ini, khususnya kepada : 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan studi. 2. Drs. Bahroni M.Pd yang telah mencurahkan segala tenaga dan pikirannya dalam membimbing penyusunan skripsi ini. 3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga yang telah mendidik dan memberi bekal pengetahuan kepada penulis. 4. Bapak dan Ibu serta adikku yang telah membantu dan memberikan dorongan yang sangat berharga. 5. Istriku dan anakku yang telah memberikan semangat yang terus menerus. vi
6. Semua pihak yang telah membantu.
vii
ABSTRAK Santoso, Agus. 2015. Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam Buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang Karya Abu Al-Ghifari dan Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Islam Salatiga. Pembimbing : Drs. Bahroni, M.Pd. Kata Kunci : Konsep Pendidikan, Busana Muslimah, Kudung Gaul Penelitian ini untuk mengetahui konsep pendidikan yang terkandung dalam busana muslimah yang disyariatkan oleh Islam dengan kriteria yang harus dipatuhi oleh para pemeluknya yang taat. Pertanyaan utama yang ini dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu- AlGhifari, (2) Bagaiman konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi, dan (3) Bagaimana perbandingan konsep pendidikan berbusana dalam buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu- Al-Ghifari dan dalam buku Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian kepustakaan (library research), karena yang dijadikan objek kajian adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil pemikiran. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa dari kedua buku tersebut sepakat betapa pentingnya menjaga nilai yang terkandung dalam berbusana muslimah dengan cara berpakaian atau berbusana muslimah sesuai yang disyariatkan Islam. Walau terdapat perbedaan dan persamaan antara kedua penulis namun hakekatnya sama bahwa kedua mengajak semua lapisan masyarakat, khususnya kaum hawa untuk menerapkan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya. Apabila pemakaian busana muslimah dilaksanakan secara sungguh-sungguh dengan cara dan niat yang sesuai dengan ajaran Islam, maka berbusana muslimah itu akan mempunyai nilai ibadah dan akan dapat mempengaruhi munculnya kesadaran dan ketakwaan seseorang kepada Allah yang tergambar dalam perilaku sehari-hari. Konsep berbusana muslimah dari kedua buku tersebut adalah menutup dan melindungi tubuh selain yang dikecualikan, kainnya tebal, kainnya longgar, tidak sempit dan tidak jatuh (tidak membentuk tubuh), tidak diberi wangi haruman, tidak menyerupai pakaian laki-laki, tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir, tidak merupakan libasusy syuhrah (pakaian popularitas).
viii
DAFTAR ISI HALAMAN BERLOGO ............................................................................
i
HALAMAN JUDUL ................................................................................
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .........................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................
v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................
vi
KATA PENGANTAR ................................................................................
vii
ABSTRAK ..................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ..............................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................
5
E. Metode Penelitian ...........................................................................
5
F. Penegasan Istilah ............................................................................. 7 G. Sistematika Penulisan .....................................................................
9
BAB II BIOGRAFI PENULIS ...................................................................
11
A. BIOGRAFI ABU ALGHIFARI .....................................................
11
B. BIOGRAFI SOLICHUL HADI .....................................................
29
BAB III DISKRIPSI PEMIKIRAN...........................................................
31
A. Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam Buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al-Ghifari ...................
B. Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam buku Jilbab
ix
31
Funky tapi Syar‟i karya Shalichul Hadi ........................................
BAB IV PEMBAHASAN ..........................................................................
70
114
A. Analisis Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam Buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al-Ghifari .....
114
B. Analisis Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam buku Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Shalichul Hadi .............................
129
BAB V PENUTUP ....................................................................................
141
A. Kesimpulan ....................................................................................
141
B. Saran-saran .....................................................................................
142
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
143
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................
145
LAMPIRAN ..............................................................................................
146
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama terakhir dan diwahyukan kepada Nabi yang terakhir pula, telah dijamin oleh Allah kesempurnaan ajarannya. Kesempurnaan di sini mengacu kepada aturan-aturan yang terkandung di dalamnya, yang telah mengatur kehidupan manusia dari seluruh aspeknya yang berpusat pada Tauhid mutlak. Tauhid adalah payung utama ajaran Islam, akidahnya mutlak bertumpu pada tauhid, yang juga merupakan ajaran agama Allah yang diwahyukan kepada para rasul sebelumnya. Ajaran ibadah juga bertumpu pada tauhid Uluhiyyah yang mengajarkan bahwa hanya Allah-lah tuhan yang wajib dan berhak disembah. Bidang ahklak diajarkan secara pasti, atas dasar-dasar dan nilai Ilahi, tidak berdasarkan atas konsep manusiawi yang relatif, situasional dan kondisional. Bidang mu‟amalat diajarkan dalam bentuk global yang penerapannya diperlukan pemikiran-pemikiran yang sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan kehidupan masyarakat yang tentu tetap berpegang pada konsep transendental. Ajaran Islam yang mengatur tata cara hidup disebut hukum. Dalam Usulul fiqh, hukum didefinisikan sebagai titah Allah yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf, yang berupa tuntutan untuk melakukan sesuatu, yang berarti perintah yang wajib dikerjakan, atau tuntutan untuk meninggalkan sesuatu, yang berarti larangan dan haram dikerjakan, atau
1
berupa ketetapan hukum itu berupa hal yang mubah (fakultatif) yang berarti boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan, maupun ketetapan hukum yang menjadikan dua hal berkaitan dan salah satu menjadi sebab atau syarat atau menjadi penghalang bagi yang lain. Salah satu ajaran Islam, yang banyak diklaim sebagai bagian dari budaya Islam adalah jilbab. Ayat-ayat yang berbicara mengenai jilbab ini turun untuk merespon kondisi dan konteks budaya masyarakat, yang penekanannya kepada persoalan etika, hukum dan keamanan masyarakat dimana ayat itu diturunkan. Dalam Islam wanita harus menutup tubuhnya dalam pergaulan dengan laki-laki yang secara hukum tidak termasuk muhrimnya dan tidak boleh memamerkan dirinya. Dalam Islam, penekanan fungsi jilbab adalah untuk menutup aurat, yaitu menutup anggota tubuh tertentu yang dianggap rawan dan dapat menimbulkan fitnah. Selain itu sebagai wujud nyata bentuk penghormatan terhadap wanita. Kecanggihan dunia modern dengan tehnologi informasinya, ternyata tidak diikuti dengan kemajuan bidang akhlak. Salah satunya adalah cara berbusana muslimah, sebagian banyak wanita larut dalam modernitas yang dianggap tren terbaru atau ter-update sehingga diikuti walau bertentangan dengan firman Tuhannya dan sunah rasul. Berbagai model pakaian wanita mulai menjamur di pasaran dari pakaian anak-anak hingga dewasa. Bahkan kata “gaul” menjadi hal yang diprioritaskan bagi sebagian orang tanpa memperhatikan akibat yang akan terjadi. Khususnya
2
gaul dalam berbusana untuk muslimah. Al-Qur‟an dan hadist sudah memberikan aturan-aturan dalam tata cara berbusana muslimah. “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya” (QS An-Nur : 31), “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka” (QS Al-Ahzab : 59). Kedua ayat di atas seakan bukan sebuah peraturan yang harus dipatuhi lagi atau Al-Qur‟an hanya tinggal tulisannya, padahal Islam adalah agama yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW sebagai pedoman hidup umat manusia dan pendidikan bagi manusia dan seluruh alam ini. Rasulullah SAW sebagai utusan untuk menyempurnakan akhlak manusia, karena beliau dalam hidupnya penuh akhlak-akhlak yang mulia dan sifatsifat yang baik, para sahabat dan keluarga beliau menjadikan Nabi SAW sebagai contoh manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan menyongsong kehidupan di akhirat kelak. Banyak akhlak yang Nabi Muhammad contohkan, entah dari perkataan beliau atau tingkah lakunya, salah satu contoh adalah dalam cara berpakaian atau berbusana, cara berpakaian yang islami dianggap mengekang umatnya dari kebebasan berekspresi. Sebuah kenyataan, betapa bahayanya kaum hawa akhir-akhir ini karena lupa diri hanya ingin mengejar kesenangan dan kenikmatan duniawi.
Mengejar
tren
terkini
hanya
untuk
mencari
sensasi.
Menggadaikan harga diri hanya untuk menarik perhatian kaum laki-laki. Tak ketinggalan pula antara para jilbabers alias perempuan yang berjilbab. Tak sedikit dari mereka yang akhir-akhir ini telah merusak citra islam.
3
Kini agama telah dikalahkan oleh budaya, dan hukum telah dikalahkan oleh hal-hal yang bersifat umum. Takut dibilang kampungan, yang berjilbab pun sering menyimpang dari aturan, keluar dari rel yang telah digariskan Tuhan. Kepala bertudung jilbab, tapi tubuh sengaja dibiarkan menjadi pemandangan sedap, Kepala ditutup rapat namun masih pamer aurat. Berangkat dari problematika tersebut, penulis termotivasi untuk melakukan
penelitian
dengan
judul
KONSEP
BERBUSANA MUSLIMAH DALAM BUKU
PENDIDIKAN
KUDUNG GAUL,
BERJILBAB TAPI TELANJANG KARYA ABU AL-GHIFARI DAN BUKU JILBAB FUNKY TAPI SYAR‟I KARYA SOLICHUL HADI.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan judul di atas maka dapat diambil beberapa masalah yang menarik untuk dikaji lebih lanjut, diantaranya 1. Bagaimana konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al-Ghifari 2. Bagaimana konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi 3. Bagaimana perbandingan konsep pendidikan berbusana dalam buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang
karya Abu Al-
Ghifari dan buku Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi C. Tujuan Penelitian
4
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al-Ghifari 2. Untuk mengetahui konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi 3. Untuk mengetahui perbandingan konsep pendidikan berbusana dalam buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu AlGhifari dan buku Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam upaya peningkatan pengetahuan tentang tata cara berbusana muslimah dan konsep yang terkandung dalam berbusana, dan diharapkan setiap individu dapat berpenampilam atau berbusana seperti yang diajarkan Islam. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis lekukan adalah penelitian kepustakaan (library research), karena yang dijadikan objek kajian adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil pemikiran. 2. Sumber Data Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur. Adapun yang menjadi sumber data primer adalah buku Kudung Gaul,
5
Berjilbab tapi Telanjang
karya Abu Al-Ghifari dan buku Jilbab
Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi Kemudian yang menjadi sumber data sekunder dari buku-buku diantaranya adalah buku Wanita Berjilbab Vs Wanita Pesolek, Atas Kerudung Bawah Warung. 3. Teknik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer yaitu buku
Kudung Gaul, Berjilbab tapi
Telanjang karya Abu Al-Ghifari dan buku Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi dan sekunder yaitu buku Wanita Berjilbab Vs Wanita Pesolek, Atas Kerudung Bawah Warung. setelah data terkumpul maka dilakukan penelaahan serta sistematis dalam hubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian. 4. Teknik Analisis Data Yaitu penanganan terhadap suatu objek ilmiah tertentu dengan jalan meilah-milah antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain untuk memperoleh kejelasan mengenai halnya. Macam-macam metode yang digunakan dalam menganalisis masalah adalah sebagai berikut :
6
a. Induktif ialah menganalisa data-data berupa pendapat kedua tokoh yang bersifat khusus untuk kemudian ditarik menjadi kesimpulan umum. b. Deduktif ialah menganalisa pendapat kedua tokoh yang bersifat umum untuk ditarik menjadi kesimpulan yang khusus. c. Komparatif yaitu menganalisa data atau pendapat Abu Al-Ghifari Solichul
Hadi
tentang
Busana
Muslimah
dengan
cara
membandingkan pendapat kedua tokoh. F. Penegasan Istilah Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dan kesalahpahaman, maka penilis kemukakan pengertian dan penugasan judul proposal ini sebagai berikut : 1. Konsep Konsep yang berarti : (1) rancangan atau buram surat dsb; (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dr peristiwa konkret: satu istilah dapat mengandung dua -- yang berbeda; (3) Ling gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yg ada di luar bahasa, yg digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. http://www.kamus/besar /bahasa/indonesia/online.htm : Definisi Konsep). 2. Pendidikan Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu
7
(Mudyahardjo, 2010: 3). Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh
keluarga,
masyarakat,
dan
pemerintah,
melalui
kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah atau di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.( Mudyahardjo , 2010 : 11). Jadi Konsep Pendidikan adalah rancangan tentang segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. 3. Berbusana Berbusana berasa dari kata ”busana” diambil dari bahasa Sansekerta
bhusana.
Namun
dalam
bahasa
Indonesia
terjadi
penggeseran arti busana menjadi “padanan pakaian”. Meskipun demikian pengertian busana dan pakaian merupakan dua hal yang berbeda. Busana merupakan segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Busana ini mencakup busana pokok, pelengkap (milineris dan aksesories) dan tata riasnya. Sedangkan pakaian merupakan bagian dari busana yang tergolong pada busana pokok. Jadi pakaian merupakan busana pokok yang digunakan untuk menutupi bagian-bagian tubuh (http ://okrek.blogspot.com /2009/II/pengertian-busana-tata-busana-dari-buku.html). 4. Muslimah Muslimah (Arab: مسلمة, muslimah) secara harfiah berarti seseorang yang berserah diri (kepada Allah) , termasuk segala makhluk yang ada
8
di langit dan bumi. Kata muslim kini merujuk kepada penganut agama Islam saja, kemudian pemeluk pria disebut dengan muslimin ()مسلمون dan pemeluk wanita disebut muslimah ( )مسلمةadalah sebutan untuk wanita Islam. (https: //id.wikipedia.org/wiki/muslim). Jadi Busana Muslimah adalah pakaian yang pakai mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki yang dipakai oleh penganut (wanita) agama Islam.
G. Sistematika Penulisan Guna memperoleh gambaran yang jelas, menyeluruh dan mempermudah dan memahami masalah-masalah yang akan dibahas, maka penulis menyusun sistematika sebagai berikut : Bab Pertama, berisi tentang Pendahuluan, menguraikan masalah : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan kajian, kegunaan kajian, Metode kajian, penegasan istilah, dan Sistematika Penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami skripsi ini. Bab Kedua, berisi tentang Biografi Penulis yang mencakup Biografi Abu Al-Ghifari (Toha Nasrudin) penulis buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang dan Solichul Hadi penulis buku Jilbab Funky tapi Syar‟i. Bab Ketiga, membahas Diskripsi pemikiran tentang : 1. Konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al-Ghifari.
9
2. Konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi. Bab Keempat, Pembahasan yaitu Menguraikan signifikansi pemikiran, relevansi pemikiran, dan implikasinya. Bab kelima. Penutup, menguraikan kesimpulan dan saran. BAB II BIOGRAFI PENULIS A. Biografi Abu Al-ghifari 1. Dari Lumpur ke Buku Tak mudah mengenang masa lalu karena „kaindahannya‟ sulit dilukiskan dengan kata-kata. Sedih, pilu, derita, nestapa, lapar, dahaga, penas menyengat dan dingin menusuk adalah kata-kata yang dianggap mewakili „keindahan‟ itu. Tapi linangan
air
mata
kadang
dibanding kata-kata, rasa haru dan
lebih
jujur
menggambarkan
realitas
sesungguhnya. Ke mana mencari tempat berteduh saat hujan badai datang menerpa? Siapa yang peduli saat haus dahaga mencekik leher? Tidak ada. Kenapa? Karena Beliau miskin, kumal, dan hanyalah anak petani yang SR-pun tidak tamat. Masyarakat saat ini masih menganggap kekayaan adalah dewa. Menjadi pegawai negeri adalah dambaan. Sementara keluarga beliau ? Tidak berdaya (untuk tidak mengatakan melarat alias miskin). Tapi beliau sadar, karena tidak mungkin menemukan orang yang memuji kekurangan beliau . Beliau sedih bukan karena anak petani yang
10
kumal dan tidak menyandang status sosial, bukan pula karena kehilangan masa kecil dan masa remaja, Beliau sedih karena jerih payah orang tua banting tulang peras keringat siang dan malam hingga beliau dapat gelar sarjana, tapi pekerjaan yang merupakan hak beliau dan cita-cita orang tua dirampas para koruptor sejati, lintah darat, dan pejabat penghisap darah rakyat. Mereka para vampire itu mengharuskan Beliau membayar 6 juta rupiah jika mau jadi guru SMP atau Rp 8 juta untuk jadi guru SMA (kini SMU). Padahal seperak pun untuk urusan sogok-menyogok tidak akan pernah beliau keluarkan. Haram! Lebih baik kelaparan daripada harus menanggung malu di akhirat kelak. Sedih yang bertindih-tindih, duka yang berlipat-lipat, dan kemarahan yang hebat menjadi catatan sejarah yang takkan pernah terlupakan. Musnah sudah cita-cita itu, padalah beliau adalah anak laki-laki terbesar yang menjadi tumpuan harapan keluarga. Setiap hari Beliau mengumpulkan kesabaran untuk bisa merubah hidup. Beliau yakin Allah SWT menyimpan rencana lain untuk beliau . Terbayang saat orang tua sakit-sakitan setelah kehilangan anak tercinta, adik beliau yang kedua. Sang adik meninggal setelah menderita sakit yang berkepanjangan akibat radang otak yang mulai kumat semenjak SD kelas II. yang menjadi „nostalgia indah‟ bagi Beliau bukan masalah kematian itu, tapi ketidakberdayaan beliau dengan semua penderitaan itu. Saat itu masih duduk di bangku Mu‟alimin (SLTA) kelas II. Betapa menderitanya orang tua harus tidur di lantai rumah sakit hampir setahun lamanya, menunggu anak yang tak kunjung sembuh. Pengobatan saat itu
11
betul-betul menguras semuanya dan menyisakan banyak utang. Akhirnya sang adik harus pulang keharibaan-Nya tepat di samping beliau setelah dua tahun didera derita. Melihat kondisi beliau saat ini dengan masa lalu, sungguh sangatlah kontras. Seolah semuanya mimpi. Masa lalu itu seperti baru saja beranjak. Sehingga Beliau pun masih teringat saat matahari masih di ketiak malam ketika Beliau
harus bergegas masuk dapur. Pekerjaan rutin sudah
menunggu. Ubi harus segera dikupas, wortel dan kol harus segera dipotong kecil-kecil. Siang sedikit, atau telat menggoreng, bala-bala, perkedel, pisang goring (makanan ringan khas Sunda), dan berbagai jenis gorengan itu tidak akan terjual. Saat itu hari Minggu, hari libur, anak-anak seusia Beliau pergi jalanjalan. beliau
juga “jalan-jalan” sambil keliling membawa dagangan,
masuk ke gang-gang kecil. Tepat jam setengah sembilan, harus segera pulang, pekerjaan di sawah dan ladang sudah menunggu. Ayah sudah siap di sana. Sehabis shalat Dhuhur, kerupuk mie harus segera digoreng untuk bekal “jalan-jalan sore”. Sehabis Maghrib, dagangan yang belum habis, harus segera dipasarkan, hujan dan dinginnya malam bukan alasan. Dagangan tumpah karena terpeleset saat hujan bukan hal aneh lagi, maklum jalan kampung. Beliau juga masih ingat saat-saat ketika cangkul nyaris tak lepas dari tangan Beliau . Pagi, siang, sore bahkan malam hari pokoknya setiap ada
12
kesempatan sawah dan ladang menjadi „rumah‟ kedua. Lumpur dan debu menjadi teman sejati. Baju kumal dan topi compang-camping menjadi biasa. Bergaul dengan pupuk kandang yang „harum‟ itu menjadi menu sehari-hari. Semuanya berlangsung dari SD hingga kuliah. Di tengah terik matahari, saat mencangkul tanah, Beliau berpikir keras, ingin rasanya keluar dari kondisi seperti ini. Jika kini Beliau jadi penulis, tidak banyak yang tahu bahwa dulu Beliau
adalah sosok kumal dan berlumpur.
Bolehlah Anda sebut Beliau sebagai penulis yang lahir dari lumpur. 2. Menulis dengan Darah dan Air Mata Beliau hanya bisa istirahat saat di sekolah saja. Di sanalah beliau belajar menulis, bukan dengan pena tapi dengan hati. Bukan pula dengan tinta, tapi dengan air mata dan peluh. Saat itu, jangankan menikmati permainan layaknya anak seusia Beliau , hanya sekedar jalan-jalan pun nyaris tidak ada waktu. Untuk mengerjakan PR, kadang harus dikerjakan di dapur atau saat larut malam. Saat SLTP (Tsanawiyyah), tidak boleh jajan di sekolah, atau silakan jajan, tapi pulangnya harus berjalan kaki 5 km. Ongkos pas, tidak ada uang jajan. Pendidikan keras masa kecil yang memberikan banyak inspirasi akan arti hidup sesungguhnya. Karena itu, menulis itu bakat, Beliau
tidak
percaya. Menulis adalah turunan, juga tidak percaya. Beliau lahir dari keluarga sangat sederhana. Ayah seorang petani dan ibu sebagai pedagang kecil. Tapi merekalah sosok sederhana, guru sejati yang membentuk
13
kepalan tangan Beliau
menjadi bulat. Tidak ada keluh kesah di hati
mereka. Prinsipnya, maju dan terus berjuang atau diam dan dilindas zaman. Segala aktivitas harus diniatkan ibadah. Jangan mengeluh karena mengeluh menghilangkan kekuatan. Hilangkan rasa gengsi karena gengsi adalah beban. Itulah sekelumit nasihat ayahanda. melanjutkan ke Mu‟almin (SMU) di
Dari Tsanawiyyah, Beliau
Pesantren Persatuan Islam No. 1 Bandung berdua bersama adik Beliau , Rukman Nasrudin, yang sering menggunakan nama pena Lukman Haqani (kini direktur penerbit CV. Pustaka Ulumuddin). Beliau
terpaksa
meninggalkan kampung halaman dan tinggal di serambi masjid (ArRisalah, Jl. Astana Anyar, Bandung). Pulang seminggu sekali. Bekal dalam seminggu itu hanya Rp 5.000,- itu pun termasuk ongkos pulangpergi. Waktu itu ongkos PP hanya Rp 1.500 dan makan sekali Rp 1.500 × 6 hari. Bekal itu jauh dari cukup. Namun di tahun kedua mulai sedikit demi sedikit dapat penghasilan dari menulis Saat itu banyak waktu yang Beliau miliki. Konsentrasi belajar lebih optimal terutama dalam hal tulis-menulis. Kebanyakan waktu itu Beliau menulis artikel. Jenuh dengan artikel, beralih ke puisi atau cerpen. Berbagai tulisan alhamdulillah mulai diterbitkan di berbagai media di Bandung. Tulisan pertama dimuat di HU. Pikiran Rakyat, tulisan itu kecil hanya berbentuk kolom, tapi awal yang memberi semangat
14
berikutnya. Tulisan berikutnya di HU. Bandung Pos, Gala, Tabloid Salam, Majalah Iber, Bina Da‟wah, Media Pembinaan, dan lain-lain. Kebanyakan artikel yang ditulis adalah seputar keagamaan. Diterbitkan di media adalah kebanggaan tersendiri, namun Beliau tidak ingin aktivitas menulis itu tergantung media massa. Beliau menulis karena kewajiban bukan karena tuntutan media. Jika tulisan diterbitkan, ya syukur, jika tidak tak apa-apa, toh tidak ada ruginya, bahkan sangat menguntungkan, ketajaman tulisan lebih terlatih. Setiap tulisan yang tidak diterbitkan di media A dikirim ke media B atau media C, juga sebaliknya. Salah satu kenangan yang tak terlupakan saat harus bolak-balik perpustakaan Jawa Barat Jl. Cikapundung Timur-Bandung. Jarak dari asrama ke sana sekitar 1,5 km. Beliau terbiasa jalan kaki ke sana. Di sanalah Beliau yang merasa tidak percaya ada buku sebanyak itu. Saat Tsanawiyah (SLTP) tidak pernah ke perpustakaan karena tidak ada, maklum di kampung. Perpustakaan itu yang ikut membentuk Beliau . Buku-buku berkualitas yang tidak mungkin Beliau keterbatasan dana, bisa Beliau
beli karena
baca sepuasnya. Di sana pula Beliau
sering membuat catatan untuk artikel-artikel Beliau . Dari Mu‟alimim Beliau melanjutkan ke Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. Untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan menopang biaya kuliah, Beliau ikut bisnis penjualan barang secara door to door, masuk rumah
15
satu ke rumah yang lain. Saat terik matahari harus rela dengan panasnya, ketika hujan harus rela basah kuyup. Kadang saat matahari hampir tenggelam, belum ada satu barang pun yang terjual. Pendidikan keras masa kecil yang memberikan banyak inspirasi akan arti hidup sesungguhnya. Karena itu, menulis itu bakat, Beliau tidak percaya. Menulis adalah turunan, juga tidak percaya. Beliau lahir dari keluarga sangat sederhana. Ayah petani dan ibu pedagang kecil. Tapi merekalah sosok sederhana, guru sejati yang membentuk kepalan tangan Beliau menjadi bulat. Tidak ada keluh kesah di hati mereka. Prinsipnya, maju dan terus berjuang atau diam dan dilindas zaman. Segala aktivitas harus diniatkan ibadah. Jangan mengeluh karena mengeluh menghilangkan kekuatan. Hilangkan rasa gengsi karena gengsi adalah beban. Itulah sekelumit nasihat ayahanda. padahal uang saku makin menipis dan hanya cukup untuk ongkos pulang. Sementara barang harus dibeli dari Jakarta, pulang larut malam bahkan dini hari sudah terbiasa lagi kala itu. Namun bisnis itu hanya bertahan satu tahun karena terlalu sering ditipu. Akhirnya kembali menulis lagi. Saat itulah bergabung dengan Kelompok Pengkajian Ash-Shiddiq Intellectual Forum. Semester IV Berhasil menyusun buku AIDS, Kado Bursa Seks antara Fakta dan Isyarat. Mambuka bimbingan jurnalistik via pos bersama Ash-Shiddiq Intellectual Forum. Mendirikan Forum Remaja 21. Buku-buku yang berhasil ditulis selama memimpin organisasi ini adalah Membangun Kepribadian Masa Depan, Buku Jurnalistik kiat 16
Menulis di Surat Kabar dan Majalah, Koleksi Contoh Surat, Kiat SuratMenyurat yang Baik, Gelombang Free Seks di Era Modern, 88 Soal Jawab Jurnalistik, Pemberontak yang Gagal (ontologi puisi bersama penyair Indonesia), Nota Sukses (Buku Pengantar Sukses), Problematika Penulis Pemula Kendala dan Pemecahannya, dan membukukan berbagai tema kliping yang disusun dari berbagai surat kabar dan majalah nasional. Aktivitas lainnya, pernah menerbitkan bulletin Jurnalistik “OPINI”, Penanggung Jawab dan Pemimpin Redaksi majalah remaja “Forum Remaja 21” dan “MOTIVASI”, dan Pimpinan Umum/Pimpinan Redaksi Majalah Islam “Hayatul Islam”. Majalah Hayatul Islam dicetak dengan oplag 5000 eksemplar, pemasaran ke seluruh cabang Persatuan Islam seluruh Indonesia. Beliau ngnya hanya terbit 12 edisi karena tidak ada komitmen pembayaran di cabang-cabang yang dikirim. Selain itu staf redaksi disibukkan dengan aktivitas lain. Mengadakan pengamatan dan penelitian secara khusus, di antaranya Tipe Kepribadian Remaja (personality plus, 1994), AIDS (1995), Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja (1996), Penyimpangan Seksual Remaja (1997), Pendidikan Keluarga Ideal (1998), Kepribadian Wanita Islam Dan Kudung Gaul (1999-2000), dan lain-lain. Sebagian hasil pengamatan tersebut ditulis dalam bentuk buku. Forum Remaja 21 adalah organisasi remaja yang terdaftar di KNPI Bandung. Grupnya tersebar di seluruh Indonesia. Hingga tahun 2000
17
anggotanya mencapai 4 ribu orang lebih. Layanan yang disediakan adalah bimbingan kepribadian (psikologi remaja) via surat dan telefon, bimbingan korespondensi dan jurnalistik, layanan informasi pendidikan, dan lain-lain. Sejak tahun 2000 Beliau sudah tidak lagi di organisasi itu. Ash-Shiddiq Intellectual Forum adalah kelompok pengkajian isu-isu keislaman dan masalah kontemporer. Perkembangan berikutnya memiliki berbagai divisi yang di antaranya divisi jurnalistik yang Beliau pimpin. Pernah mengadakan bimbingan jurnalistik intensif via pos dalam jangka pendidikan antara enam bulan hingga satu tahun. Dari tahun 1997-1999 pesertanya yang pernah ikut bimbingan ini kurang lebih 3000 peserta lebih dari seluruh pelosok tanah air. Sering mengadakan lomba Jurnalistik yang ditujukan untuk masyarakat umum. Tahun 2000 bimbingan ini ditutup karena Beliau ditunjuk untuk menangani manajemen penerbit Persis Press yang baru didirikan. Di penerbit ini Beliau hanya bertahan satu tahun karena tidak ada niat baik dari pemiliknya untuk meneruskan penerbitan ini. Selama satu tahun itu tidak ada kucuran modal berarti (sesuai yang dijanjikan), tidak ada kesejahteraan (sebagaimana komitmen awal), dan tidak diberi fasilitas apa pun termasuk komputer dan kantor. Bayangkan, Beliau harus mengurus penerbit itu di rumah dan komputer Beliau sendiri. Modal yang tidak seberapa dibanding beban yang harus ditanggung menyebabkan penerbit ini sulit berkembang. Akhirnya Beliau menutuskan
18
untuk keluar. Anehnya, justru kemudian muncul fitnah yang tidak mengenakkan. Bukannya ucapan terima kasih yang Beliau
dapatkan
apalagi kesejahteraan, justru fitnah yang tidak pantas. Ibarat, air susu dibalas air tuba. Setelah diselesaikan dilembaga hukum, akhirnya diketahui siapa yang keliru. Cerita ini sengaja Beliau ungkapkan sebagai pelajaran bagi Beliau agar jangan sekali-kali berbuat sewenang-wenang kepada siapa pun, jangan memakai tenaga orang tanpa konvensasi apa pun. Berikanlah sesuatu walau sekedar ucapan terima kasih. Ini sebagai pelajaran hidup dan cukup Beliau saja yang mengalami pelajaran pahit itu. Tahun 2001 beliau mulai berpikir untuk berbuat sesuatu sesuai dengan kemampuan diri sendiri. Saat itu mulai menekuni penulisan buku yang ditujukan untuk pasar umum. Terus terang saja, selain menulis artikel dan buku, tidak ada keahlian yang lain. Banyak judul yang telah Beliau persiapkan. Pernah ditawarkan ke berbagai penerbit, tapi tidak ada yang mau menerima. Akhirnya September 2001 mendirikan penerbit Mujahid Press sekaligus coba-coba menerbitkan buku pertama. Di luar dugaan buku itu laku keras. Januari 2002 penerbit ini diresmikan atau lebih tepatnya dikukuhkan sebagai sebuah penerbitan. September 2003 didaftarkan pada Notaris sekaligus dinyatakan sebagai penerbit resmi dengan nama CV. Mujahid Press. September 2004 resmi menjadi anggota IKAPI. Bulan Oktober 2004 berdiri Media Qalbu yang merupakan grup CV. Mujahid Press.
19
Di kampung kecil tempat beliau lahir itu kini berdiri bangunan cukup megah tempat tinggal Beliau sekaligus kantor utama Mujahid Press lengkap dengan gudang dan tempat (sebagian) proses cetak serta sarana olah raga. Gedung itu dibangun kurang lebih satu tahun setelah CV. Mujahid Press berdiri. Bagunan senilai Rp 2M itu sengaja dibangun di kampung bukan di kota sebagaimana layaknya penerbit lain, hanya ingin orang tua dan seluruh keluarga besar beliau bahagia sekaligus memberikan lapangan pekerjaan buat mereka. Cukup masa lalu itu sebuah elegi yang tidak boleh terulang kembali. Beliau sendiri lahir tanggal 9 Juni 1972 di kampung kecil, Tambakan, Desa Bojongkunci, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, dari pasangan ibunda Oni Aisyah Nurhayati dan ayahanda Endin Nasrudin. Beliau anak ketiga dari sembilan bersaudara. Menikah Maret tahun 1999 dengan seorang „bidadari‟ bernama Ayie Nurlaelasari Anwar Putri. Kini dikarunia dua anak putra dan putri bernama Ananda Fauzan Al-Ghifari dan Hilwa Amelia Rosalba. Nama akhir anak pertama Beliau jadi nama pena Beliau (Abu Al-Ghifari). Beliau telah menulis sekitar 52 judul buku dalam lima tahun terakhir ini, 30 judul di antaranya diterbitkan oleh Mujahid Press (hingga Agustus 2005), 2 judul oleh Media Qalbu, sisanya oleh Ash-Shiddiq Press, dan Forum Remaja 21. Selain itu Beliau tengah mempersiapkan lima buku lainnya yang siap terbit dan ada puluhan judul lainnya yang tengah antri untuk ditulis segera. Kini usia Beliau menginjak 34 tahun. (9 Juni 2006 20
mendatang), Beliau menargetkan minimal 100 judul sudah harus Beliau tulis menjelang usia 40 tahun. Selain dari royalty 32 buku Beliau
berkisar antara 15 – 20
juta/perbulan, juga dari gaji sebagai direktur, laba dua perusahaan penerbitan, sebagai penulis media tertentu, penceramah dan panelis di berbagai seminar. Passif income itu memang besar dan Anda pun bisa mendapat lebih dari itu asal serius menerapkan. Kurang dari tiga tahun dari sejak resmi berdiri Januari 2002, perkembangan CV. Mujahid Press cukup signifikan. Omzet yang dihasilkan di atas dalam tiga tahun ini lebih dari lima milyar rupiah. Kini buku yang telah diterbitkan sebanyak 108 judul. Beliau sendiri tidak lagi sibuk seperti dulu karena semua administrasi perusahaan sudah ada karyawan yang menangani. Begitu pula dengan penerbit baru yang Beliau dirikan, Media Qalbu, tidak menyita waktu Beliau . Untuk dua penerbit itu Beliau hanya meluangkan waktu dua jam saja perhari, itu juga hanya seleksi naskah dan sedikit urusan keuangan. Sisanya menulis buku dan mengisi seminar sambil mempersiapkan perusahaan baru. Yang membuat Beliau
bersyukur, hingga saat ini Beliau
tidak
memiliki utang piutang dengan pihak mana pun termasuk bank. Semua modal usaha murni hasil penjualan atau laba yang dikembangkan terus, seperti bola salju yang terus membesar. Satu-satunya pinjaman yang pernah Beliau lakukan adalah saat mulai usaha, yaitu Rp 1 juta dengan
21
tempo sebulan. Mujahid Press berdiri dengan pinjaman modal satu juta rupiah hasil jual emas istri Beliau . Emas itu adalah mas kawin yang Beliau pinjam dulu.
3. Menjadi Penulis Bukan Cita-cita. Menjadi penulis bagi beliau bukan sebuah rencana apalagi cita-cita. Cita-cita beliau justru jadi guru yang akhirnya tidak kesampaian dengan alasan yang telah Beliau
kemukakan di muka. Jiwa jurnalistik yang
tertanam dalam diri Beliau merupakan anugerah Allah SWT, tidak lebih. Tidak ada latar belakang keluarga penulis, Allah SWT telah menuntun beliau menjadi penulis tanpa beliau sadari. Ketidakmampuan ekonomi keluarga menjadi jalan untuk menulis. Dari SD hingga Tsanawiyah (SLTP) nyaris tidak pernah membeli buku-buku panduan. Buku-buku yang tebal itu Beliau tulis dan sebagian dirangkum. Saat Tsanawiyyah itulah Beliau
sering menulis artikel. Sekalipun
sebagian besar tidak pernah tuntas dan belum pernah dikirim ke media, namun ada kepuasan tersendiri. Pertama kalinya beliau pegang mesin tik saat kelas II Tsanawiyah, itu juga minjam dari tetangga. Liburan sekolah diisi dengan menyusun buku (kecil-kecilan dan masih jauh dari kesempurnaan). Buku yang pertama kali
22
ditulis Kitab Shaum, Shaum dan Masalahnya. Menyusul kemudian buku Masail yang berisi rangkuman masalah-masalah agama dan Kitab Zakat. Ketiga buku itu diselesaikan saat kelas tiga Tsanawiyyah, diketik sendiri dan dibundel sendiri. Ketiganya tidak pernah dipublikasikan, tapi buku yang cukup tebal itu hingga kini masih tersimpan rapi. Selain belajar ilmu keislaman, Tsanawiyyah II Beliau mulai menekuni psikologi (secara otodidak). Kebetulan salah satu guru kami kuliah di IKIP (kini UPI) Bandung jurusan Psikologi. Guru tersebut yang banyak memberikan pinjaman buku-buku pada beliau. Buku-buku tebal karya psikolog ternama hingga buku Psikologi Komunikasi Jalaludin Rahmat, pernah beliau pelajari. Karena itu tidak heran jika buku-buku yang kini beliau tulis, ada nuansa psikologinya terutama menyangkut dunia remaja. Beliau
tidak pernah memasuki lembaga pendidikan tertentu yang
khusus di bidang jurnalistik. Bahkan membaca buku yang terkait dengan jurnalistik pun dulu tidak pernah, setidaknya hingga pertengahan kuliah. Beliau banyak belajar, dari artikel orang lain secara langsung, Beliau amati susunan kata, alinea, diksi, EYD, dan (yang terpenting) isi atau muatan dari artikel itu. Pernah suatu waktu mengikuti bimbingan jurnalistik sehari yang diadakan Ash-Shiddiq Intellectual Forum dan mulai saat itu Beliau bergabung dengan organisasi tersebut. Itulah satu-satunya bimbingan yang pernah Beliau ikuti. Selebihnya, otodidak dan latihan sendiri.
23
Beliau mulai belajar jurnalistik dalam arti membaca berbagai buku jurnalistik pada pertengahan kuliah, justru setelah tulisan Beliau ada di berbagai media. Teori-teori dari buku yang dibaca, umumnya sudah Beliau praktekkan. Hal ini menunjukkan, teori hanya pelengkap, sementara latihan adalah kekuatan mutlak untuk menjadi penulis. Mengerti teori menulis, tapi tidak pernah praktek atau berlatih sama halnya dengan orang yang ingin pandai berenang tapi tidak pernah menyentuh air (praktek), tentu tidak mungkin bisa, sehebat apa pun teori yang dikuasainya. Hal ini bukan berarti teori tidak penting, justru sebaliknya, teori penunjang yang cukup vital. Percaya atau tidak, banyak dari mereka yang sudah menyelesaikan kuliah S1 jurusan jurnalistik, tapi tidak pernah bisa menulis. Teori bagi mereka bukan masalah, namun persoalannya dalam praktek. Mereka malas menulis. Akibatnya, banyak di antara mereka yang konsultasi pada lembaga bimbingan Ash-Shiddiq Intellectual Forum yang pernah Beliau pimpin. Praktek dalam tulis-menulis akan mempertajam tulisan. Karena itu, seorang penulis, jangan pernah dibebani agar tulisannya terbit di media tanpa disertai latihan kontinyu. Seorang penulis yang pandai berlatih, tak peduli tulisannya dimuat atau tidak, suatu saat nanti akan menjadi penulis yang mumpuni dan dengan sendirinya, tulisannya akan ditunggu berbagai media atau mungkin banyak media yang justru memintanya.
24
Karena itu jika Beliau
ditanya, apa resep agar menjadi penulis
produktif? Jawabnya ada tiga, yaitu pertama praktek, kedua praktek, dan ketiga praktek. Dunia tulis-manulis bukan hobi atau profesi yang mudah (sekalipun tidak begitu rumit). Seseorang yang ingin jadi penulis harus tahan banting dan bermental baja. Mengapa demikian, karena kandala baik dari dalam maupun dari luar diri kita begitu deras. Banyak penulis pemula yang baru saja menginjak dunia tulis-menulis lantas mundur hanya karena artikelnya tidak dimuat. Ada juga yang sudah cukup lama bertahan, lantas mundur teratur karena frustasi mengingat hasil yang didapat dari sudut materi tidak memuaskan. Artikel tidak diterbitkan atau dikembalikan pihak media dialami seluruh penulis termasuk Beliau . Bahkan mungkin artikel yang diterbitkan jauh lebih sedikit dari yang pernah ditulis. Pernah juga Beliau alami, mengirim 10 artikel ke berbagai. Hingga Agustus 2005 Beliau telah menulis sekitar 52 judul buku dalam lima tahun terakhir ini, 30 judul diantaranya diterbitkan oleh Mujahid Press, 2 judul oleh Media Qalbu, sisanya oleh Ash-Shiddiq Press, dan Forum Remaja 21. Selain itu Beliau tengah mempersiapkan lima buku lainnya yang siap terbit dan ada puluhan judul lainnya yang tengah antri untuk ditulis segera. Kini usia Beliau menginjak 34 tahun (9 juni
25
2006 mendatang), Beliau menargetkan minimal 100 judul sudah harus beliau tulis menjelang usia 40 tahun. Insya Allah. Sering juga Beliau alami, puluhan artikel yang dimuat ternyata tidak diberi honor, ketika dikonfirmasi ke media bersangkutan, mereka memberi janji-janji yang tidak jelas. Padahal menulis artikel itu perlu kertas dan mengirimkannya pun perlu biaya. Itulah di antara rasa duka di dunia tulismenulis. Untuk melengkapi isi artikel, kadang harus menghadiri seminar tertentu. Pernah tersesat di Jakarta karena salah naik jurusan, akhirnya harus rela tidur di terminal Kampung Rambutan bersama para gembel dan preman. Sehabis seminar, orang-orang kembali ke hotel masing-masing untuk mempersiapkan seminar esok harinya, karena keterbatasan dana, Beliau tidur di teras masjid/mushala di kawasan Senayan Jakarta, tidur bersama nyamuk Jakarta yang ganas. Beliau
yakin janji atas Allah SWT bahwa setelah kesusahan ada
kemudahan (QS. Al-Insyirah: 5-6). Tidak mungkin semua jalan lurus, pasti ada kelokan. Tidak mungkin semua jalan menanjak kecuali di depannya ada jalan menurun. Bisa jadi kepedihan di atas adalah ujian agar kita lebih giat belajar. Karena itu, seorang penulis (siapa pun dia) harus sering introspeksi diri. Artikel yang tidak dimuat, sebenarnya bukan berarti artikel itu jelek, namun ada kendala lain yang menyebabkan media tersebut tidak mau
26
menerbitkan. Tapi Beliau bersyukur, artikel-artikel yang dulu yang tidak pernah dimuat, justru kini bisa menjadi buku atau setidaknya memberikan konstribusi bagi buku-buku tertentu. Alhamdulillah buku dari kumpulan artikel itu justru laris di pasaran. Karena itu jangan pernah membuang artikel sekalipun baru setengahnya ditulis, arsipkan semuanya. Buku-buku yang Beliau tulis di antaranya Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang, Bila Jodoh tak Kunjung Datang, dan Pacaran yang Islami, Adakah? Adalah di antara sekian banyak buku yang pernah ditolak, namun ketika diterbitkan sendiri justru meledak di pasar, buku-buku itu menjadi best seller. Buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang bahkan telah menyentuh angka penjualan 100.000 eksemplar dan telah dicetak sebanyak 18 kali cetakan. Berapa kerugian Beliau jika buku itu tidak diterbitkan? Selain ide-ide dan dakwah Beliau tidak diketahui dan tidak sampai kepada banyak orang, juga rugi dari segi materi. Padahal untuk buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang saja, penulis telah mendapat royalty lebih dari Rp 100 juta. Beliau menggunakan nama pena Abu Al-Ghifari. Lucunya tidak ada satu pun agen yang mengetahui bahwa Abu Al-Ghifari itu adalah Beliau sendiri (Toha Nasrudin, S.Ag). Di antara agen-agen itu ada yang ingin ketemu dan bicara langsung dengan Abu Al-Ghifari, namun Beliau merahasiakannya dan selalu berdiplomasi bahwa dia tidak bisa dihubungi
27
untuk saat ini. Dua tahun lamanya Beliau selalu menolak beberapa media yang ingin memuat biografi Beliau . Namun pada akhirnya Beliau buka rahasia itu. Setelah biografi Beliau terbit di berbagai media, di antaranya di majalah UMMI, Hidayatullah, Alia, dan Bandung Pos, akhirnya agenagen itu tahu bahwa pemimpin Mujahid Press dan Media Qalbu adalah seorang penulis buku yang bernama Toha Nasrudin alias Abu Al-Ghifari yang selama ini selalu mereka tanyakan. Lebih lucu lagi, orang tua sendiri tidak mengetahui siapa Abu Al-Ghifari walaupun sering membaca bukunya. Setelah terbit buku Beliau berjudul Menggapai Surga dengan Tulisan, Kiat Menjadi Penulis Sukses yang di dalamnya memuat biografi beliau, baru orang tua beliau mengetahui bahwa di antara buku yang selama ini beliau baca adalah karya anaknya sendiri. B. Biografi Sholihul Hadi Lahir di kota kecil Pati, Jawa Tengah, tepatnya tanggal 23 Maret 1978. Sewaktu kecil hingga remaja beliau tumbuh dan dibesarkan di lingkungan pesantren juga di waliyah Pati, Jawa Tengah. Dan di situlah ia mulai menemukan dan mengenal dari ayah-ibundanya, teman-teman dan para guru-gurunya. Ia menghabiskan masa remajanya untuk studi di Islamic Busines School, Sekolah Tinggi Ilmu Syari‟ah (STIS) Yogyakarta. Masa senggangnya sempat juga diisi dengan ikut menjadi pengajar di Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor Ponorogo tahun 2001-2003. Sempat menjadi dosan tamu di STAIN Surakarta yang membuka Jurusan
28
Ekonomi Islam di Yogyakarta (kini Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Hamfara). Selain itu, ia juga sempat menjadi pengasuh dalam acara “satu jam mecari cinta” di radio Vedac FM Yogyakarta bersama dengan Sholeh UG. Ia juga aktif menjadi salah satu pengurus dan pengelola Pesantren Mahasiswa Ekonomi Islam “Al-Musaahamah” di Yogyakarta. Reverensi dari buku Atas Kerudung Bawah Warung Beliau juga pernah dua kali menjadi juara Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional dalam Bidang Ekonomi Islam (2001 dan 2013).
Beberapa tulisan yang pernah diterbitkan antara lain: a. Pegadaian Syariah: Suatu Alternatif Sistem Pegadaian Nasional (Salemba Empat, 2002), b. Buktikan Cintamu, Nikahin Gue Donk! (Arina Publishing, 2004), c. Puaskan Nafsumu dengan Auratku (Arina Publishing, 2005), d. Cinta Tak Sekedar Kata (Amor Book, 2005), e. Tuhan pun Ikut Bingung (Aura Publishing, 2005), f. Nikah Muda Sakit Jiwa (Diva Press, 2005) g. Come Back from Future: Kembali dari Masa Depan (Diva Press, 2005) dan masih banyak lagi karya lainnya.
29
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN A. Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam Buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al-Ghifari. 1. Pakaian Gaul. a. Keadaan Zaman Modern. Abu Al-Ghifari mengawali pemaparannya dengan menggambarkan sebuah fenomena masa kini tentang wanita yang berkerudung dengan sedikit aksesoris, melilit hingga lehernya seolah memberikan citra tersendiri sebagai remaja muda masa kini. Bibirnya yang merah muda sesekali tersungging menghadapi godaan remaja pria iseng. Bajunya yang super ketat memperlihatkan lekuk-lekuk dada dengan garis-garis BH-nya yang terlihat jelas. Pinggangnya yang nampak langsing, ikut dibentuk oleh bajunya yang super ketat. Sesekali pusarnya “terpaksa” ditampakkan mengingat bajunya terlalu pendek. Seolah tidak puas dengan semua itu, celana yang dikenakan pun tak jauh dari bajunya, super ketat. Celana panjang yang terbuat dari bahan halus memang sengaja dipakai agar seluruh bagian pinggul, pantat dan pahanya (bahkan bagian vitalnya) terbentuk dengan sempurna. Bahkan ketika naik angkot terlihat dengan jelas bagian pinggulnya terbuka dan celana dalamnya (maaf) terlihat lebih tinggi daripada celana panjangnya.
30
Wanita tersebut tidak sendirian, di pojok pertokoan berkerumun segerombol remaja lain dengan pakaian yang hampir sama. Namun bedanya mereka mengenakan kaos dan celana jeans ketat dengan sandal hak tinggi. Kerudung yang dikenakan persis gaya para artis yang hanya sekedar nempel dengan dada yang dibiarkan terbuka. Di pertokoan juga terlihat seorang remaja dewasa berkacamata redup dengan kerudung dililitkan ke leher yang baru saja turun dari taksi. Bedanya, bedanya tidak memakai celana jeans atau kaos ketat, tapi memakai rok panjang. Sayangnya, nyaris seluruh badanya terbentuk oleh bajunya yang super ketat. Sementara itu kedua tangannya memakai bahan kain transparan dengan sedikti aksesoris dan roknya yang bagian bawahnya sengaja dibelah mungkin agar betisnya yang putih mulus dapat dilihat orang banyak. Lain lagi gaya berjilbab anak-anak SMU, kerudung umumnya dililitkan ke leher dengan mode tersendiri. Sekalipun pakaian sedikit sopan karena aturan sekolah tidak membolehkan baju ketat, namun rok bagian bawah digunting hingga ke bagian lulut, saat bajalan sebagian auratnya terlihat. Pergaulan pun hampir tidak berbeda dengan remaja non jilbaber, mereka terbiasa berjalan berdua dengan lawan jenis, boncengan motor, atau bergerombol dengan dengan lawan jenisnya tanpa ada jarak sebagaimana tuntunan islam. Ternyata bukan dominasi sekolah umum saja, santri di pesantrenpesantren atau para mahasiswi di berbagai perguruan tinggi islam juga
31
ikut “menimati” gaya berjilbab seperti ini. Begitu juga sebagian ibuibu atau tante-tante tak ketinggalan ikut larut mengikuti mode seperti ini sekalipun persentasenya masih sedikit. Itulah fenomena yang digambarkan oleh Abu Al-Ghifari tentang remaja islam modern dengan jilbabnya yang khas. Jilbab seperti ini mereka sebut dengan
“kudung gaul, jilbab gaul, atau jilbab gaya
selebritis”. Tidak diketahui siapa yang pertama kali memulai, yang jelas mode, mode jilbab seperti ini muncul di awal tahun 2000 atau menjelang milenium ketiga di saat media cetak dan elektronik sedang berjaya di Indonesia teIbrahimia di era reformasi. Era ini memberikan kebebasan mengekpresikan segala ide yang cenderung kebablasan. Abu Al-Ghifari juga menjelaskan bahwa wanita adalah makhluk yang menarik, apalagi berpakaian ketat kaum pria tentu akan sangat tertarik. Jangankan seketat itu, bahkan yang biasa-biasa saja kadang menimbulkan fitnah di mata laki-laki. Beliau (Abu Al-Ghifari) mengutip surat Ali „Imran ayat 14 bahwa wanita adalah yang pertama disebut di dalam Al-Qur‟an di antara yang membuat laki-laki terpesona.
ِ ب الشَّهو ِ َات ِمن النيس ِاء والْبنِني والْ َقن ِ الذ َى َّ اط ِري الْ ُم َقنطَرِة ِمن ِ ُزي َن لِلن ب َوالْ ِفض َِّة َ َ ََ َ َ َ َ َ َ ُّ َّاس ُح ِ ْ ث َذلِك متاع ِ اْلر ِ ِ ِ ِ َنده حسن الْمئ اب ْ َو ُ ََ َ َْْ اْلَْي ِل الْ ُم َس َّوَمة َواْألَنْ َعام َو َ ُ ْ ُ ُ َ اْلَيَاة الدُّنْيَا َواهللُ ع “Dijadikan indah (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
32
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” Kudung gaul adalah bentuk ekspresi kawula muda yang menuntut kebebasan berpakaian. Sebagai seorang muslimah, mereka tidak mau menanggalkan jilbabnya, tapi juga tidak mau ketinggalan zaman alias tidak mau disebut kampungan, kuno atau terbelakang. Sementara mode pakaian modern umumnya didominasi gaya barat yang notabene Amerika dan Eropa dimana fashion diidentikan dengan gaya hidup. Tak heran jika di dalam mengerjakan hal apapun di sana selalu ada “rambu-rambu” yang namaya fashion atau mode. Mereka yang tidak mengikuti mode pakaian tertentu untuk kegiatan tertentu pula, iidentikan dengan manusia terbelakang. Sementara itu Amerika dan Eropa dikenal dengan gaya berpakaian buka-bukaan sebagai cermin kebebasan itu sendiri atau mereka menganggapnya sebagai hak asasi manusia (HAM). Namun itulah kultur Barat yang jika diterapkan di Indonesia yang memiliki kultur berbeda dengan mereka jelas sangan kontras terlebih lagi bagi kaum muslimin yang menjujung tinggi moral atau sopan santun berpakaian mode mereka sangan bertolak belakang. b. Pelanggaran Syari’at Islam. Jilbab diidentikkan dengan kudung gaul, maka jilbab tak berfungsi sebagai pelindung wanita dari godaan laki-laki. Firman Allah swt :
33
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ ِك وب نَات ك َ ني َعلَْي ِه َّن ِمن َجالَبِيبِ ِه َّن ذَل ُّ ِيَآأَيُّ َها الن َ ني يُ ْدن َ ك َون َسآء الْ ُم ْؤمن َ َ َ َِّب قُل أل َْزَواج ِ أ َْدَن أَن ي عرفْن فَالَ ي ْؤذَين وَكا َن اهلل َغ ُف يما ً ورا َّرح ً ُ َ َ ْ ُ َ َْ ُ َ “Hai Nabi! Katakanlah pada istri-istrimu, anak-anakmu, perempuan, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jibabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Ahzab 33:59). Dari ayat di atas, nampak bagaimana seorang yang berkerudung menjadi pusat perhatian dan sasaran mata keranjang. Tentu hal ini akibat adanya pelanggaran yang dilakukan wanita tersebut dalam berpakaian. Karena jilbab yang sesungguhnya justru menjaga wanita dari godaan laki-laki sebagaimana yang dituntut oleh ayat tersebut. Dalam penafsiran yang lebih khusus, jilbab berfungsi menjaga nafsu birahi laki-laki yang biasanya bangkit dengan malihat aurat wanita. Tak heran jika jilbab yang sebenarnya menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Mengapa demikian karena seluruh tubuh wanita adalah aurat atau bisa membangkitkan nafsu birahi lakilaki. Munculnya kudung gaul sacara syar‟i bisa dikategorikan jilbab yang sesungguhnya bukan jilbab palsu karena tidak memenuhi jilbab yang dituntut oleh islam. Bahka mereka terjerumus ke dalam modern pakaian seperti ini membuat fakhisyah, sesuatu kejahatan yang bukan saja merugikan diri sendiri, juga menjerumuskan orang lain pada lembah kehinaan.
34
“Maka mereka ditimpa oleh akibat buruk dari apa yang mereka usahakan. Dan orang-orang yang zalim di antara mereka akan ditimpa akibat buruk dari usahanya dan mereka tidak dapat melepaskan diri.” (QS. Az-Zumar 39) “Wanita yang berpakaian tapi telanjang, yang selalu maksiat dan menarik orang lain untuk berbuat maksiat. Rambutnya sebesar punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga, bahkan mencium wanginya, padahal wangi surga itu tercium sejauh perjalanan yang amat panjang.” (HR. Musllim). c.
Penyebab Pelanggaran syariat. Tidak bisa dipungkiri setiap akibat pasti ada penyebabnya. Di antaranya Islam tidak menyuruh para Muslimah untuk berpakaian muslim kecuali pasti ada manfaatnya, dan ada mudharatnya bagi yang mengabaikan perintahnya (Al-Qur‟an dan Al-Hadits). Sekarang bisa menyaksikan berita di beberapa media yang terjadi kejahatan yang berhubungan dengan wanita karena wanita menjadi salah satu sumber fitnah terbesar hingga terjadinya beberapa kejahatan. Islam mengidentikan jilbab wanita sebagai pelindung dari berbagai bahaya yang muncul dari pihak laki-laki (QS Al-Ahzab :59). Sebaliknya, Barat yang notabene Yahudi dan Nasrani mengidentikan pakaian sebagai mode atau trend yang justru harus merangsang pihak laki-laki sehingga mereka bisa menikmati keindahan tubuhnya lewat mode pakaian yang dikenakannya. Wanita barat berprinsip : “keindahan tubuh adalah anugerah, mengapa harus ditutup-tutupi?” Jika kedua pandangan ini digabungkan jelas sangat kontras dan tidak akan ada kesesuaian. Maka jika ditelusuri lebih jauh, munculnya kudung gaul ini sebagai akibat infiltrasi atau perembesan budaya
35
pakaian barat terhadap generasi muda islam. Namun yang menjadi tanda tanya besar, mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini bisa disebabkan beberapa faktor di bawah ini. 1.
Maraknya tayangan televisi atau bacaan yang terlalu berkiblat ke mode Barat. Faktor ini adalah yang paling dominan yang disebutkan oleh Abu Al-Ghifari. “Semenjak menjamurnya televisi dengan persaingan merebut pemirsa dan dibukanya kran kebebasan pers sehingga menjamurnya berbagai tabloid yang mengumbar mode buka-bukaan alat Barat menyebabkan munculnya peniruan di kalangan generasi muda islam. Akibat lebih jauh, munculnya gaya berjilbab yang sesungguhnya telanjang yaitu kudung
gaul.
Hal
ini
lebih
diperparah
lagi
dengan
menjamurnya rental-rental VCD yang semakin membawa generasi muda memasuki dunia mode ala Barat.” 2.
Minimnya pengetahuan anak terhadap konsep Islam sebagai akibat dikuranginya jam pendidikan agama di sekolahsekolah umum. Faktor ini merupakan realitas yang menyakitkan. Betapa di negara mayoritas Islam yang seharusnya syari‟at Islam dijunjung tinggi, tapi kenyataannya justru dipinggirkan. Akibatnya, generasi muda Islam semakin juah dari Islam dan kehilangan arah dalam menentukan sikap termasuk cara
36
berpakaian. Tujuan dikurangi jam palajaran agama agar anak lebih menguasai bidan Iptek untuk mengejar ketertinggalan dengan dunia Barat. Namun pada kenyataannya justru lebih hancur karena mental anak didiknya akan kosong dari Konsep agama. Di sisi lain, pendidikan agama di madrasah-madrasah sepulang sekolah formal saat ini tidak efektif karena perhatian anak lebih terfokus pada tanyangan televisi. 3.
Kegagalan fungsi keluarga. Para orang tua telah gagal memberikan pendidikan agama yang benar. Parahnya orang tua sendiri cenderung terbawa arus modern, terbukti kudung gaul ini kini telah merambah juga pada orang tua dengan dalih yang sama dengan para remaja .
4.
Peran para perancang yang tidak memahami dengan prinsip pakaian Islam. Sebagai mana kita maklumi, gairah generasi muda Islam dalam menekuni Islam setelah ruh-ruhnya orde baru cukup signifikan. Untuk merespon kecenderungan ini, banyak perancang yang tidak mengerti aturan pakaian Islam, mencoba merancang pakaian Islam dengan polesan mode yang lagi trend. Kamudian diadakan fashion show melalui televisi, tabloid-tabloid dan berbagai surat kabar.
5.
Munculnya para muallaf dikalangan artis atau artis baru mengenakan kerudung.
37
Artis bagaikan magnet bagi penggemarnya, bahkan apapun yang lakukan artis, entah dari cara berbicara berpakaian dan lain sebagainya seakan harus diikuti. Ini juga menjadi salah satu faktor penyebabnya. Dari lima bab di atas beliau menyimpulkan : “bahwa dunia Islam, khususnya Indonesia tengah dilanda degredasi moral yang terjadi secara berkesinambungan. Generasi muda dicekoki tontongan instan (sek, kekerasan dan horor). Akibatnya mereka kian persimif dan emosional. Berbagai kekerasan dan seks bebas pun melanda Indonesia kudung gaul dalam hal ini sebagai imbas dari semua itu.” 2.
Zaman Kebebasan a. Hak Azasi Manusia Abu Al-Ghifari menyebutkan bahwa Wanita binal yang dalam dunia modern sering disebut “loosed women”, menitikberatkan pada kepuasan dan kebebasan hidup dengan tidak lagi mengindahkan norma Agama maupun masyarakat. Dalam pandangan mereka keindahan tubuhnya adalah anugrah yang tidak harus disembunyikan. Lakuklakuk tubuh yang di dunia meodern isebut “artistik” sengaja ditonjolkan lewat baju ketat atau sama sekali tidak dibungkus pakaian. Wittels dalam bukunya “Structure des Criminellen Psychopaten” menyebutkan wanita tersebut sebagai wanita imoral atau yang tidak tahu mal. Itulah dunia artis. Setuju atau tidak, artis memang umumnya
38
layak mendapat sebutan “loosed women”, mereka binal dan cenderung imoral. Fenomena “lossed women” itu sendiri dalah fenomena yang tidak bisa dipisahkan dari dunia modern. Ketika manusia dihadapkan pada kebutuhan hidup sementara lahan usaha semakin sulit, maka orang akan cenderung berpikir praktis untuk mendapatkan uang. Jalan termudah adalah bagaimana menjual harga diri untuk disuguhkan pada khalayak dengan tidak lagi mematuhi norma-norma agama. b. Era Pemujaan Tubuh. Akibat genjarnya tayangan yang menggambarkan pentingnya sebuah penampilan, maka muncullah bentuk pemujaan terhadap tubuh. Televisi terus menerus memprogandakan bahwa makna hidup sesungguhnya ada pada penampilan menarik. Tubuh berubah menjadi pengusaha yang bisa mengalahkan segala kepentingan lainnya. Dan media terus menerus mananamkan pandangan hidup dengan tubuh sebagai pusat kesadaran. Menurut Akbar S. Ahmad bagi wanita modern, zaman media adalah perangkap keindahan yang menggiurkan. c. Dunia Fatamorgana. Remaja modern kini tengah berda di dunia kepura-puraan, dunia fatamorgana dan gosip. Ironisnya, mereka percaya pada kepura-puraan itu. Setiap hari mereka disuguhi 80% tontonan televisi yang berisi kepura-puraa bahkan kebohongan dan gosip. Film-film atau sinetronsinetron yang mereka pergoki tiap hari menawarkan berbagai kepura-
39
puraan yang sangat ironi. Begitu pula iklan-iklan yang menawarkan penyembuhan tuntas da gaya hidup „wah‟ dengan klip yang bebas moral, juga sarat kepura-puraan. Anak-anak dan remaja disuguhi Jin dan jun , Jinny oh jinny, Saras 008, dan film impor yang sarat misktik dan kekerasan. Tak ketinggalan ibu-ibu sangat gandrung dengan sinetron dan telenovela yang seluruhnya menawarkan gaya hidup mewah dan perilaku seks bebas. Semunya berkeliaran di televisi kita menawarkan idiologi tandingan di tengah masyarakat agamis. Ironisnya, tayangan tersebut laku dipasaran alias disukai penonton dan tokoh utamanya dijadikan penutan sekalipun tanpa alasan yang jelas, itulah dunia kepura-puraan. d. Artis jadi Idola Artis di zaman modern telah berubah menjadi nabi baru. Segala ucap & gerak langkah artis telah menjadi panutan. Simak bagaimana enaknya masyarakat menirukan gaya berbicara artis dalam iklan. Atau bagaimana is menirukan cara artis berpakaian. Tak jarang mereka berbuat seperti halnya artis saat berakting, membunuh, mencaci, memfitnah, berkelahi dan hubungan badan. Kita bisa melihat begitu hebatnya pengaruh para artis di kalangan generasi muda. Sehingga tatkala seorang artis mancanegara datang ke Indonesia, mereka rela antri berjam-jam hanya untuk membeli tiket dan berdesak-desakkan hanya untuk melihat artis peujaannya itu. Bahkan tak jarang mereka menangis histeris tatkala artis yang
40
dipujanya itu terlihat dengan mata kepala sendiri. Sebagian mereka berlari sambil berteriak mengejar artis idolanya itu dan sebagian jatuh pingsan. Apa sebenarnya yang mereka cari? Hanya kepuasan semu belaka. Secara akal sehat, yang mereka dapatkan hanyalah kerugian materi, waktu dan tenaga. Tak lebih! e. Bahayanya Multimedia Kita sadar, informasi yang merajai dunia saat ini dikuasai non islam sehingga umat Islam teramat sulit memberikan filter atau saringan terhadap media-media perusak yang kesehariannya hanya mempropagandakan dunia artis (selebritis) dengan menu pornografi, horor dan kekerasan atau VHS (violence, horor, dan sex). Mediamedia itu, kini tidak terbatas pada televisi tapi juga tabloid, surat kabar, majalah, stensilan, buku, VCD, internet bioskop, dan play station (game). Pantas jika Allah swt memperingatkan kaum muslimin agar hatihati dari tipu muslihat Yahudi dan Nasrani karena mereka tidak akan henti-hentinya. Merongrong kaum muslimin sebelum kaum muslimin benar-benar mengikuti jejak mereka. Firman Allah swt : “Yahudi dan Nasrani selamanya tidak akan ridha sebelum kalian mengikuti jejak/paham/agama mereka” (QS Al-Baqarah : 120) Media-media tersebut selama disinyalir sebagai sumber-sumber berbagai informasi kejahatan. Seorang akan belajar membunuh dari video game (play station) yang kini menjamur di mana-mana. Anak-
41
anak muda belajar hubungan bebas (free sex) dari VCD porno yang kini tersedia di hampir setiap rental VCD di seluruh Indonesia. Anakanak dan remaja kini belajar melawa orang tua, mencuri, merampok, memperkosa, dan cara menggunakan narkoba dari sinetron-sinetron dan film yang ditayangkan televisi. Begitu juga para remaja putri dan ibu-ibu mentalnya dirusak dengan sajian vulgar di tabloid-tabloid. Belum lagi seluruh media-media tersebut selalu mempropagandakan pentingnya hidup mewah dan serba ada lewat tayangan-tayangan sinetron dan sajiann infotainmen sehingga mau tidak mau dan lambat laun masyarakat kita dihinggapi penyakit konsumeris. Implikasi dari sikap komsumeris ini, lahirlah sikap boros dan cenderung tidak menghormati sesama. Orang lebih individual dan saling curiga satu sama lainnya. Berbagai perampokan, pembunuhan sadis, anarkisme dan gejolak yang bernuansa SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan) yang akhir-akhir ini melanda Indonesia sangat erta kaitannya dengan mediamedia tersebut. Media-media itu telah masuk ke berbagai lapisan masyarakat hingga ke pegunungan sekalipun. Sehingga era sekarang tidak ada istilah remaja kampung atau kota karena keduanya secara bersamaan telah dididik oleh media yang sama di setiap jenjang waktu. Tak heran jika berbagai kejahatan pun merata di setiap pelosok wilayah Indonesia dan sulit untuk ditanggulangi.
42
Hal tersebut tidak bisa dipungkiri karena manusia memiliki karakter meniru (konatif) terhadap yang dilihatnya. Terlebih lagi jika yang dilihatnya (baca : ditonton) lebih menarik dan menurut dirinya bisa meningkatkan citra dan sebagai sosok modern yang jagoan, jantan, feminim, maskulin, macho, kaya dan ngetrend. Intinya multi media tersebut telah berhak memprogandakan multi kejahatan. Dunia penuh kekerasan dan pertentangan individu yang sulit diselesaikan. Kondisi mental masyarakat pun kini tak sehat, saling curiga dan merasa terancam telah melanda penduduk, baik perkotaan maupun perkampungan kumuh. Saling curiga satu sama lain telah mendorong manusia meodern hidup dengan pola individualis yang ekstrim, semua orang di luar dianggapnya ancaman atau musuh. 3. Trend Mode & Sanksi bagi Wanita Telanjang. a. Mode dan Ramalan Rasulullah. Rasullah saw bersabda : “Akan ada di kalangan umatku yang melalap bermacam-macam makanan, meneguk bermacam-macam minuman, memakai pakaian dengan rupa-rupa mode dan warna, serta banyak berbicara” (HR. Tabrani & Imam Abi Dunya). b. Rusaknya akhlak Penulis menyebutkan bahwa Prof Abdurrahman H., dalam bukunya Ajnihatul Makris Tsalatsah wa Khawafiha memperinci metode merusak akhlak dari Barat dan mencatumkan poin kelima yaitu merusak akhlak kaum wanita dan memperalat-alat mereka dengan
43
berbagai dalih dan paham yang menyesatkan. Pada mulanya perusakan ini dimulai dari setiap individu kemudian melembaga dan semakin tidak disadari, sebagaimana disitir oleh Dr Ibrahim Allabban, “Mulamula dekadensi ini tampak pada perilaku induvidu lalu orang pun menyimpang dari jalan konsepsi agama.” c. Sanksi Bagi Wanita Telanjang (Tak Berjilbab). “Ada 2 golongan. dari ahli neraka yang siksanya belum pernah saya lihat sebelumnya, (1) kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yg diinginkan memukul orang (ialah penguasa yang zhalim). (2) Wanita yang berpakaian tapi telanjang, yang selalu maksiat & menarik orang lain untuk berbuat maksiat . Rambutnya sebesar punuk unta, mereka tidak akan masuk surga bahkan tidak akan mencium wanginya, padahl wangi surga itu tercium sejauh perjalanan yang amat panjang. “(HR. Muslim). d. Wanita Telanjang itu Binatang. Allah swt menyebukan bahwa mereka yang mengikuti hawa nafsunya lebih sesat dari binatang, sebagaimana firmannya:
ِ ِ َّ ب أ َن َ ت َم ِن َّاَّتَ َذ إِالَ َىوُ َى َواهُ أَفَأ َ ْأ ََرءَي ُ أ َْم ََْت َس. ًَنت تَ ُكو ُن َعلَْيو َوكيال ِ ًَض ُّل َسبِيال َ أَ ْكثَ َرُى ْم يَ ْس َمعُو َن أ َْو يَ ْعقلُو َن إِ ْن ُى ْم إِالَّ َكاْألَنْ َع ِام بَ ْل ُى ْم أ “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang mnjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar dan memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat daripada binatang ternak.” (QS Al Furqon: 43-44). e. Wanita dan Betina. Abu Al-Ghifari juga pentingnya menjaga kehormatan diri sebagai wanita, karena wanita bukan betina, berikut uraian beliau:
44
Wanita berasal dari bahasa sansekerta, yakni bonita yang artinya mulia, cantik dan berkepribadian. Dalam bahasa Indonesia, huruf B berubah menjadi W karena keduanya sama-sama keluar dari bibir. Perubahan itu tidak merubah arti dari kata tersebut. Salah satu kota yang memiliki nama ini yaitu kota Bon di Jerman. Yang berarti kota cantik. Betina sendiri sebenarnya tidak jauh dari banita hanya perpindahan huruf T dan N yang keduanya sama-sama huruf lidah. Betina berarti makhluk yang bebas nilai. Kata ini hanya cocok digunakan pada binatang. Terdapat persamaan dan perbedaan mencolok antara wanita dan betina. Persamaan adalah keduanya sama-sama berjenis kelamin feminin atau sebaliknya dari maskulin. Perbedaannya adalah kelau wanita memiliki nilai moral kuat (mulia, berkepribadian) sedangkan betina tidak memiliki nilai. Wanita dalam melakukan sesuatu selalu megedepankan pertimbangan moral, baik moral masyarakat secara umum atau moralitas (akhlak), atau hukum Islam. Hal ini termasuk dalam melakukan aktivitas seksual, bukan hanya atas dasar suka sama suka, tapi terlebih dahulu dilandasi moral agama. Ia selalu melihat sisi halam dan haramnya, jika ternyata haram, maka sekalipun suka, is tidak berani melakukannya, kepribadiannya telah terbentuk sedemikian rupa. Bagi wanita, hanya pernikahan yang membuka pintu bolehnya lawan jenis berhubungan intim. Adapun betina tentu jauh berbeda, ia menilai sesuatu hanya atas dasar suka sama suka, dalam melakukan aktivitas seksual, yang ada dalam pikiran betina adalah, “dia laki-laki (jantan) dan aku adalah betina, maka jika suka lakukanlah hubungan badan sesukanya”. Dia tidak akan melihat apakah itu anaknya, ibunya, tetangganya, temannya, dll. Ia juga tidak mempertimbangkan apakah hubungan badannya sudah melalui jalur pernikahan atau tidak. Ia juga tidak kenal hukum halal dan haram. Ibarat seekor ayam dalam melakukan aktivitas seksual, ia bebas tanpa pandang bulu.
Andai ada seorang wanita tapi kelakuan seperti betina, maka dia sebenarnya tidak layak disebut wanita tetapi lebih cocok disebut betina. Dalam kanyataannya, kini justru kita melihat banyak sekali
45
wanita yang berperilaku betina. Ia hanya berpikir suka sama suka. Ia bebas berbuat apa saja tanpa memandang halal-haram. Alhasil, di dunia ini lebih banyak betina daripada wanita. Pantas jika neraka kebanyakan penghuninya adalah betina. 4. Kriteria Jilbab menurut AL-Qur’an & As-Sunah. Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam bukunya “Jilbab Wanita Muslimah” mengharuskan jilbab itu sebagai berikut: a. Menutup badan selain yang dikecualikan
ِ ِ ات ي ْغضضن ِمن أَب ِ ِ ين ِزينَتَ ُه َّن إِالََّماظَ َهَر َ ْ ْ َ ْ ُ َ ََوقُل ليْل ُم ْؤمن َ صا ِرى َّن َوََْي َفظْ َن فُ ُر َ وج ُه َّن َوالَيُْبد ِ ِ ِ ِِ ين ِزينَتَ ُه َّن إِالَّ لِبُعُولَتِ ِه َّن أ َْو ءَابَآئِ ِه َّن أ َْو ْ َِمْن َها َولْي َ ض ِربْ َن ِبُ ُم ِرى َّن َعلَى ُجيُوِب َّن َوالَيُْبد ِ آء ب عولَتِ ِه َّن أَو أَب نآئِ ِه َّن أَو أَب ن ِ آء بُعُولَتِ ِه َّن أ َْو إِ ْخ َواِنِِ َّن أ َْو بَِِّن إِ ْخ َواِنِِ َّن أ َْو بَِِّن َْ ْ َْ ْ ُ ُ َءَاب ِِ أ ِ ِ ِ ني َغ ِْري أ ُْوِِل اْ ِإل ْربَِة ِم َن الير َج ِال أَ ِو ْ َخ َواِت َّن أَْو ن َسآئ ِه َّن أ َْو َم َاملَ َك َ ت أَِْيَانُ ُه َّن أَ ِو التَّابِع َ ِ ات الن ِ ِ ِ ِ الطيْف ِل الَّ ِذين ََل يظْهروا علَى عور ني ِمن ْ َيسآء َوالَي َ ض ِربْ َن بِأ َْر ُجل ِه َّن ليُ ْعلَ َم َم ُاُيْف ََْ َ ُ َ َ ْ َ َ ِ ِزينَتِ ِه َّن وتُوبوا إِ َِل َِ اهلل َج ًيعا أَيَُّو الْ ُم ْؤِمنُو َن لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحو َن ُ َ Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara lakilaki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau puteraputera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS An-Nur : 31).
46
ِ ِ ِيآأَيُّها النَِِّب قُل ألَزو ِاجك وب نات ِ ِ ِآء الْم ْؤِمن ك َ ني َعلَْي ِه َّن ِمن َجالَبِيبِ ِه َّن ذَل َ ََ َ َ َ ْ ُّ َ َ َ ني يُ ْدن َ ُ ك َون َس ِ أ َْدَن أَن ي عرفْن فَالَ ي ْؤذَين وَكا َن اهلل َغ ُف يما ً ورا َّرح ً ُ َ َ ْ ُ َ َْ ُ َ Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Ahzab : 59). Dua ayat di atas dengan tegas menyatakan bahwa jilbab itu harus menutupi seluruh anggota badan kecuali yang biasa nampak yaitu muka dan telapak tangan. Dari penjelasan kutipan ayat di atas, kita dapat memahaminya bahwa menampakkan perhiasan luar saja (yang tampak) banyak ulama yang mengharamkannya, apalagi anggota badan yang ditutupi perhiasan luar tersebut. (menggunakan kaidah ushul Mafhum Muwafaqah Fahwal Khitab). Penafsiran di atas diperkuat lagi oleh sebuah hadits yang menjelaskan sikap kaum muslimah ketika ayat ini diturunkan. Dari shafiah binti Syaibah, ia bercerita; “ketika kami bersama aisyah ra, mereka menyebut-nyebut kelebihan wanita Quraisy. Lalu Aisyah ra berkata; “Memang wanita Quraisy itu memiliki kelebihan, tetapi, Demi Allah, sesungguhnya aku tidak pernah melihat yang lebih mulia daripada wanita Anshar, mereka sangat membenarkan Kitabullah dan sangat kuat imannya kepada wahyu yang diturukan, ketika turun surat An-Nur, ayat yang menyuruh berkerudung, suami mereka pulang lalu membacakan apa yang telah Allah turunkan. Dengan segera setiap wanita menarik kain yang ada, lalu mejadikannya kerudung kepala karena membenarkan dan iman kepada apa yang diturunkan Allah dalam kitab-Nya.” (HR Al-Bukhari dan Abu Daud)
47
Disamping QS An-Nur: 31 yang secara tegas menjelaskan kewajiban memakai khimar, ayat lainnya ialah QS Al-Ahzab: 59. Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Ahzab : 59) Bila pada QS An-Nur:31 memakai kata walyadribna, maka pada ayat ini digunakan lafad yudniina artinya mengulurkan hingga menutupi kepala, pundak dan dada sampai ke seluruh tubuhnya. Ayat ini diperjelas lagi dengan sebuah hadits dari Ummu Salamah, katanya; “Ketika turun ayat ini, para wanita Anshar terlihat keluar berbondong-bondong, pada kepala mereka terlihat seperti burung ghirban (gagak) yang hitam karena kerudung yang dikenakan berwarna hitam.” (HR Abdurrazaq dan Jamaah). b. Bukan Berfungsi sebagai Perhiasan. Syarat ini berdasarkan firman Allah swt :
ِ ين ِزينَتَ ُه َّن إِالََّماظَ َهَر ِمْن َها َ َوالَيُْبد “... Dan janganlah kaum wanita itu menampakkan perhiasan merekan” (QS An-Nur:31) Secara umum kandungan ayat ini juga mencakup pakaian biasa jika dihiasi dengan sesuatu yang menyebabkan kaum laki-laki melirik pandangan kepadanya. Hal ini dikuatkan oleh firman Allah swt :
ِ اْل ِ اىلِيَّ ِة اْأل ُْوَِل َْ َوقَ ْر َن ِِف بُيُوت ُك َّن َوالَتَبَ َّر ْج َن تَبَ ُّر َج “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang pertama” (QS Al-Ahzab:33)
48
Pakaian jilbab sebagai pelindung wanita dari godaan laki-laki. Hal ini berarti pakaian muslimah (jilbab) tidak boleh berlebihan atau mengikuti trend mode tertentu karena memang jilbab bukan perhiasan. c.
Kainya harus tebal, tidak tipis. Rasulullah saw bersabda :
و كانت أمساء بنت أىب بكر رضي اهلل عنهما أخت زوج النِب صلي اهلل عليو وسلم فدخلت عليو ذات مرة ِف لباس رقيق يشف عن جسمها فأعرض النِب عنها و قال يا أمساء! إن املرأة إذا بلغت احمليض َل يصلح أن يرى منها إال ىذا و ىذا وأشار إِل وجهو و كفو “Bahwa Asma binti Abi Bakar masuk ke rumah Rasul engan mengenakan pakaian tipis. Maka Rasulullah berkata: “Wahai Asma, sesungguhnya wanita yang telah haid (baligh) tidak diperkenankan untuk dilihat daripadanya kecuali ini dan ini, dengan mengisyarakan wajha da telapak tangan.” (HR Abu Daud) Adapun fenomena keudng gaul yang kini sedang trend di kalangan anak-anak muda dengan pakaian yang tipis dan serba ketat, hal ini jelas merupakan pelanggaran berat terhadap syarat jilbab yang diharuskan. Ancaman bagi mereka sebagaimana sabda Rasulullah saw : “Ada dua golongan dari ahli nereka yang siksanya belum pernah saya lihat sebelumnya, (1) kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang digunakan memukul orang (ialah penguasa yang zhalim) (2) wanita yang berpakaian tapi telanjang yang selalu maksiat dan menarik orang lain untuk berbuat maksiat. Rambutnya sebesar punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium wanginya, padahal bau surga itu tercium sejauh perjalanan yang amat panjang.” (HR Muslim). d.
Harus Longgar, tidak ketat, sehingga tidak menggambarkan sesuatu dari tubuhnya.
49
“Rasulullah saw memberiku baju Qubthiyah yang tebal (biasanya Qubthiya itu tipis) yang merupakan baju yang dihadiakan Al-Kalbi kepada beliau. Baju itupun aku pakaiakan pada istriku. Nabi saw bertanya kepadaku : “Mengapa kamu tidak memakai baju Qubthiyah?” Aku menjawab : “Aku pakaikan pada istriku” Nabi saw lalu menjawab: “perintahkanlah ia agar mengenakan baju dalam di balik Qubthiyah itu, karena aku khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya.” HR Al-Baihaqi, Ahmad, Abu Daud dan Ad-Dhiya). Adapun Fatimah Putri Rasulullah saw pernah berkata kepada Asma : “Wahai Asma ! sesungguhnya Aku memandang buruk apa yang dilakukan oleh kaum wanita yang mengenakan baju yang dapat menggambarkan bentuk tubuhnya” (Diriwayatkan oleh Abu Nu‟aim) e.
Tidak diberi wewangian/parfum. Rasullah saw bersabda : “Siapapun perempuan yang memakai wewangian. Lalu ia melewati kaum laki-laki agar is menghirup wanginya, maka ia sudah berzina” (HR An-Nasa‟i). Rasullah saw juga bersabda : “Jika salah seorang di antara kalian (kaum wanita) keluar menuju masjid, maka janganlah sekali-kali mendekatinya dengan memakai wewangian” (HR Muslim).
f.
Tidak menyerupai laki-laki. “Rasulullah melaknat pria yang menyerupai pakaian wanita dan wanita yang menyerupai pakaian laki-laki” (HR Abu Daud). “Tidak termasuk golongan kami para wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria dan kaum pria yang menyerupakan diri dengan kaum wanita” (HR Ahmad). Rasulullah saw juga bersabda : “Tiga orang yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan memandangi mereka pada hari kiamat; orang yang durhaka pada kedua orang tuanya, wanita yang bertingkah kelelakian dan menyerupakan diri dengan laki-laki, dan dayyuts (orang yang tidak memiliki rasa cemburu)” (HR Nasa‟i, Hakim, Baihaqi, dan Ahmad).
50
Adz-Dzahabi memasukkan tindakan wanita yang menyerupai lakilaki dan tindakan kaum laki-laki yang menyerupai wanita dalam “alkabaair” (dosa-dosa besar). Mereka dilaknat dan laknat ini akan menimpa pada suaminya yang membiarkannya, meridhainya dan tidak melarangnya melakukan hal itu. g. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir. Syarat ini didasarkan pada haramnya kaum muslimin termasuk wanita menyerupai (tasyabuh) orang-orang (wanita) kafir baik dalam pakaian yang khas pakaian mereka, ibadah, mekanan, perhiasan, adat istiadat, maupun dalam berkata atau memuji seseorang yang berlebihan. Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum itu” (HR Ahmad). “Dari Abdullah bin Amru bin Ash, Rasulullah saw melihat saya mengenakan dua buah kain yang diwarnai dengan ushfur (nama tumbuhan), maka beliau bersabda: “Sungguh ini pakaian orang-orang kafir, maka janganlah engkau memakainya” (HR At-Tabrani). h. Bukan Libas Syuhrah (pakaian untuk mencari popularitas). Berdasarkan hadits Ibnu Umar yang berkata : Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa mengenakan pakaian Syuhrah (untuk mencari popularitas) di dunia, niscaya Allah memakaikan pakaiaan kehinaan pada hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api neraka” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah)
51
Libas Syuhrah adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan meraih popularitas (gengsi) di tengah-tengah orang banyak, baik pakaian tersebut mahal yang dipakai oleh seseorang untuk berbangga dengan gaun dan perhiasannya,maupun pakaian yang bernilai rendah yang dipakai oleh seseorang untuk menampakkan kezuhudannya dan dengan tujuan riya‟. Asy-Syaukani berkata dalam “Nailul Authar” (II:94) : “Ibu Atsir berkata : Syuhrah artinya terlihatnya sesuatu. Maksud dari Liba Syuhrah adalah pakaiannya yang terkenal (bermerk) di kalangan orang-orang yang mengangkat pandangan kepadanya. Ia berbangga terhadap orang lain dengan sikap angkuh dan sombong”. Itulah delapan syarat pakaian muslimah yang di tulis oleh Abu AlGhifari dalam bukunya. 5.
Wanita Antara Madu Dan Racun Dunia. a. Wanita Racun Dunia. Rasulullah saw bersabda : “Tidak ada suatu cobaan sepeninggalanku yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki yang melebihi bahayanya cobaan yang berhubungan dengan soal wanita” (HR Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah menyebutkan bahwa fitnah kehancuran Bani Israil adalah karena wanita. Kisah pembunuhan pertama yang dilakukan Qobil terhadap Habil sebagaimana dikisahkan Al-Qur‟an disebabkan rebutan wanita. Atau sebagaimana kisah terpenjaranya Yusuf akibat wanita binal yang bernama Zulaikha. Dalam keseharian pun kita menemukan berbagai cerita yang menggambarkan peran seorang wanita dalam menjatuhkan mental dan wibawa seorang laki-laki.
52
Sebuah kisah tentang kehebatan cinta, Julius Caesar yang gagah perkasa, tak berdaya di bawah tekanan cintanya terhadap Cleopatra. Napoleon Bonaparte yang dijuluki Singa Eropa, rela mengorbankan popularitasnya demi cintanya kepada Margareth Yosepian. Senator Garry Hart, dari partai Demokrat, terpental dari pencalonan kursi presiden karena cintanya kepada Donna Rice. Bahkan dari negara Jiran, Malaysia, terkenal cerita runtuhnya perdana menteri dari partai UMNO dikarenakan kisah fairnya dengan seorang geisa. Pelacur papan atas Jepang. Dari kisah di atas seolah ada pembenaran bahwa memang wanita adalah racun dunia. Wanitalah yang berperan menghancurkan dunia laki-laki dan membunuh wibawa dan karirnya. Kisah itu juga mengisyaratkan bahwa wanita adalah sosok menggoda yang salama ini sosok penggoda itu identik dengan syetan, wanita berarti sama dengan setan. Wanita penggoda memang wanita racun dunia. Mereka yag dengan bebas menampakkan aurat yang seharusnya ditutupi. Wanita model seperti di atas yang membuat laki-laki tergila-gila atau mabuk kepayang adalah sosok yang tidak bermoral. Wanita penggoda kini bertebaran di jalan-jalan dan multimedia yang lagi marak akhir-akhir ini. Pantas jika Rasulullah saw bersabda:
53
“Siapa saja dari seorang wanita yang membuka pakaiannya selain di rumahnya sendiri, maka Allah akan merobek tirai kehormatannya.” (HR Ahmad, Tabrani, da Bazzar). “Perempuan itu aurat, maka jika ia keluar rumah (tanpa busana memadai) bersiaplah setan untuk memanfaatkannya (sebagai racun bagi laki-laki)” (HR Tirmidzi). Menyimak sabda Rasulullah saw di atas, maka tepatkah wanita dengan jilbab gaul ditempatkan dalam posisi wanita racun dunia? b. Hilangnya Rasa Malu, Sumber dari Sagala Bencana. “Sesungguhnya Allah swt apabila hendak membinasakan seseorang, dicabutnya dari orang itu sifat malu. Jika sifat malu telah dicabut darinya, engkau akan mendapati dibenci orang, malah dianjurkan supaya orang benci padanya, kemudian bila ia telah dibenci orang, dicabutlah sifat amanah darinya. Jika sifat amanah telah telah dicabut, kamu dapati ia menjadi seorang penghianat. Jika telah menjadi penghianat, dicabutnya sifat kasih sayang. Jika telah hilang kasih sayangnya maka jadilah ia seorang yang terkutuk. Jika telah menjadi orang terkutuk, maka lepaslah tali Islam darinya.” (HR Ibnu Majah). Dalam riwayat lain Rasulullah saw bersabda : “Jika Allah hendak menghancurkan suatu kaum (negeri), maka terlebih dahulu dilepaskannya rasa malu dari kaum itu.” (HR Bukhari dan Muslim). Seperti halnya seseorang keluar rumah dengan pakaian sobek, karena tidak tahu, akan merasa biasa-biasa saja sekalipun banyak orang yang menganggap sinis. Tapi manakala ia tahu, muncul rasa malu. Tapi sebagaimana seseorang yang berilmu (tahu) tapi masih melakukan perbuatan yang memalukan (munkar)? Manusia seperti ini jelas manusia yang tak tahu malu. Maka tak cukup hanya sekedar tahu atau berilmu, untuk malu seseorang mesti memiliki iman. Dengan
54
iman ini rasa malu akan terpelihara. Tanpa iman maka tak ada rasa malu. Begitu juga tidak ada iman yang tidak diiringi rasa malu. Pantas jika Rasulullah saw bersabda bahwa rasa malu sebagian dari iman. Rasa malu ibarat rem yang mengerem kita dari perbuatan munkar. Semakin besar rasa malu, maka rem itu semakin pakem sehingga seseorang akan terhindar dari parilaku yang bertabrakan dengan norma. Bisa dibayangkan jika rasa malu itu hilang, maka segala perilaku tidak akan terkontrol. Mempertontonkan aurat dianggap trend bahkan menjadi tontonan sehari-hari keluarga kita. Akibatnya free sex dan kumpul kebo menjamur. Lebih jauh lagi praktek aborsi menjadi trend yang sangat memalukan di negeri yang mayoritas Islam. Perilaku para pejabat dan politisi kita yang hilang rasa melunya, mengakibatkan korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi hal yang lumrah. Akibatnya rakyat menderita dan kelaparan. Sesuatu hal yang sangat tidak pantas di negeri yang katanya bagai surganya dunia. Begitu juga praktek pembunuhan bahkan pembantaian sangat ironis terjadi di negeri ini yang katanya memiliki peradaban yang tinggi. Tapi itu semua terjadi begitu saja akibat hilangnya rasa malu. Begitu hebatnya bencana yang muncul akibat hilangnya rasa malu hingga Rasulullah saw pun menyindir “jika rasa malu hilang, maka lakukanlah apa saja oleh kalian sesuka nafsu kalian.” Hal ini mengandung pengertian, jika rasa malu telah hilang, seseorang tidak
55
akan mampu menimbang halal dan haram atau hal dan batil suatu perbuatan. Kalau ini telah demikian adanya, apa bedanya dengan binatang, mereka hidup hanya bermodalkan hawa nafsu tanpa berlandaskan akal sehat. Bahkan manusia akan lebih rakus dan kejam dari binatang. Jika binatang, “mencuri” hanya untuk sekedar mengisi perut. Tapi manusia, bisa milyaran bahkan trilyuran rupiah. Pantas jika Allah swt berfirman :
ِ ِ َّ ب أ َن أَ ْكثَ َرُى ْم َ ت َم ِن َّاَّتَ َذ إِالَ َىوُ َى َواهُ أَفَأ َ ْأ ََرءَي ُ أ َْم ََْت َس. ًَنت تَ ُكو ُن َعلَْيو َوكيال ِ ًَض ُّل َسبِيال َ يَ ْس َمعُو َن أ َْو يَ ْعقلُو َن إِ ْن ُى ْم إِالَّ َكاْألَنْ َع ِام بَ ْل ُى ْم أ “Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya? atau apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu hanyalah seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat jalannya.” (QS AlFurqon : 43-44). Firman Allah tersebut mengisyaratka bahwa manusia yang hilang rasa malunya dikategorikan seperti binatang bahkan lebih sesat dari binatang. Mengapa demikian? Jika binatang telanjang karena memang tidak memiliki nurani dan diciptakan sebagai pelengkap penderitaan, sementara manusia diciptakan sebagai makhluk paling sempurna dengan seperangkat jasmani dan rohani yang lengkap. Manusia diberi akan pikiran uantuk bisa membangun dirinya sekaligus bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Jadi manakala ia berperilaku seperti binatang maka ia akan jauh lebih sesat dari binatang.
56
Untuk itu, kasus buka-bukaan atau pamer aurat merupakan cermin manusia bermental binatang yang menggadaikan rasa malu demi meraih
kesenangan
semu.
Begitu
pula
kasus
kudung
gaul
mengisyaratkan makin terkikisnya rasa malu di kalangan remaja muda Islam. Akhirnya banyak yang berjilbab yang sesungguhnya mereka telanjang. c.
Wanita Madu Dunia. “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita shalihah”. (HR Muslim dan Nasa‟i) Hekekatnya wanita diciptakan sebagai pemanis hidup. Mereka adalah teman sejati laki-laki. Tanpa kehadiran seorang wanita mana mungkin dunia akan seramai sekarang. Wanitalah yang melahirkan para mujahid, ulama, ilmuwan, politisi dan ekonom kawakan. Wanita diciptakan sebagai madu bukan sebagai racun dunia. Allah swt berfirman:
ِ ِِ ِ اجا ليتَ ْس ُكنُوا إِلَْي َها َو َج َع َل بَْي نَ ُكم ً َوم ْن ءَايَاتو أَ ْن َخلَ َق لَ ُكم يم ْن أَن ُفس ُك ْم أ َْزَو ِ ٍ ك ألَي ِ ات ليَق ْوٍم يَتَ َف َّك ُرو َن َ َ َّم َوَّد ًة َوَر ْْحَةً إ َّن ِِف َذل
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia Menciptakan pasangan-pa-sangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia Menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum : 21). Hanya yang jadi permasalahan wanita bagaiman yang dikatakan madunya dunia? Yang jelas wanita yang tidak keluar fitrah. Wanita yang menjadikan auratnya hanya untuk seorang laki-laki (suami) dan
57
hanya mau mengumbar nafsu seksnya hanya dengan suami. Wanita yang tidak mendagangkan auratnya kepada semua laki-laki. Wanita yang tidak mau dirinya dieksploitasi untuk kepentingan bisnis baik atas nama iklan, cover girl, sinetron, film, video klip, peragaan busana, maupun kontes ratu kecantikan. Alhasil, wanita madu dunia adalah wanita yang menjaga kehormatan auratnya, ia merasa rugi jika auratnya ada yang melihat selian suaminya. “Seorang suami pemimpin di kalangan keluarganya dan ia pun akan di tanya tentang kepemimpinannya, seorang istri sebagai pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya.” (HR Bukhari). Wanita madu dunia adalah wanita shalihah yang senantiasa taat dan patuh pada suaminya dan tekun mendidik putra-putrinya. Wanita yang mampu menjadikan rumahnya sebagai surga bagi anggota keluarganya (suami dan anak-anaknya). Rumah baginya tak ubahnya lahan jihad yag menghantarkannya sebagai syuhada. Sebagaimana disiyalir oleh Rasulullah bahwa wanita yang mengurus keluarga rumahnya dengan bear sehingga suami dan anak-anaknya terpelihara, sama nilainya dengan orang yang jihad ke medan perang. “Barangsiapa yang melakukan amal shaleh baik dari golongan laki-laki atau perempuan sedang ia orang beriman, maka mereka itu masuk dalam surga dan mereka tidak dianiaya sedikit pun” (QS. AnNisa‟ : 124). Wanita madu dunia tak ubahnya seperti lebah yang selalu memandang (menggunakan mata), mencium/berkata (menggunakan mulut), dan mendengar (menggunakan telinga) untuk yang baik-baik. Ia tidak suka hinggap di tempat sampah atau tempat kotor lainnya. Ia 58
juga selalu memilih makanan yang halal dan baik. Artinya, wanita madu dunia tidak akan diam di tempat maksiat. Ia tidak suka gosip murahan yang dipropagandakan oleh berbagai media, baik lewat sinetron,telenovela, iklan atau film. Ia juga tidak suka ngrumpi atau ngobrol yang tidak bermanfaat atau ikut campur dalam urusan di luar dari fitrahnya sebagai wanita. Ketika hinggap di suatu dahan, lebah selalu membawa manfaat dan tidak menyebabkan dahan itu patah atau rusak. Seperti itulah wanita madu dunia, ketika berada di suatu kemunitas/pemukiman, akan senantiasa berbuat baik, tidak menyebabkan tetangganya merasa terganggu atau sakit hati. Bahkan justru sebaliknya, ia senantiasa dirindukan keberadaannya karena selalu mendatangkan manfaat. Wanita madu dunia adalah wanita yang akan berubah menjadi bidadari di surga nanti. Andakah wanita madu dunia itu? Wallahu a‟lam bishawab. 6.
Menghidari dari Bahaya Aurat. a. Aurat. Aurat pada dasarnya sesuatu yang malu bila dilihat. Menurut pandangan Islam aurat adala sesuatu yang haram ditampakkan. Aurat bisa memancing nafsu birahi. Aurat sering digunakan setan sebagai alat untuk memalingkan Bani Adam dari kebenaran. Karena dasyatnya daya tarik aurat, tak jarang seorang mendewakannya dan tak jarang seseorang hancur kariernya karena aurat. Bila aurat bebas terbuka dan
59
berjalan kemana-mana, maka tunggulah munculnya malapetaka hidup. (Al-Ittihad, 1998:3). Aurat dapat juga berarti kelemahan, “Sesungguhnya rumah kami adalah aurat” (QS Al-Ahzab:13). Maksudnya, rumah itu lemah tidak bisa
melindungi
sepenuhnya
barang-barang
berhargayang
ada
didalamnya. Agar barang-barang berharga itu tidak mudah dicuri,maka aurat harus dijaga dan ditutup rapat. Barang berharga yang ada di dalamnya tidak boleh seseorang menjamahnya kecuali pemiliknya sendiri atau orang yang berhak dan disahkan menurut hukum. Perempuan iti aurat, seluruh tubuh perempuan mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki mempunyai daya tarik, gerak-gerik perempuan sering menjadi santapan nafsu hewani karena saking menariknya. Bila perempuan sedikit saja menampakkan auratnya, maka hati-hatilah setan berada disekelilingnya. Besarnya daya tarik perempuan tak jarang laki-laki tenggelam dalam lembah kehinaan. Dalam sejarah umat manusia, wanitalah
yang pertama kali
mencampakkan dua saudara (Qabil dan Habil) pada lembah dendam dan permusuhan bahkan pembunuhan hingga hal itu berlangsung turun menurun. “Perempuan itu aurat, maka apabila ia keluar rumah, berdirilah setan kepadanya”. (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
ِ ِ ض ٌ فَيَطْ َم َع الَّذي ِِف قَ ْلبِو َمَر “... maka ketika aurat terbuka) hauslah nafsu orang yang di dalam hatinya ada penyakit ...”. (QS Al-Ahzab:32). 60
Aurat adalah kelamahan, di dalam tubuh wanita ada sesuatu yang berharga dan terhormat serta mengundang seseorang mengganggunya sedangkan perempuan itu aurat yang berarti mempunyai kelemahan, mudah dirayu dan tidak mempunyai pertahanan yang kuat sehingga barang berharga yang ada di dalamnya mudah dicuri. Wanita sering diidentikan dengan bunga sebagai lambang keindahan dan simbol kenikmatan. Tidak ada yang paling enak dipandang menurut pandangan nafsu, selain lemah gemulainya perempuan, tak heran bila perempuan dijadikan komoditi yang layak dipasarkan dan mendatangkan untung besar, karena itu Rasulullah saw mengingatkan: “Sesungguhnya dunia sangat manis, Allah menyerahkan kepada kamu untuk melihat bagaimana kamu berbuat, karena itu berhatihatilah pada wanita. Sesungguhnya fitnah pertama Bani Israil terjadi karena wanita”. (HR Muslim). Rasulullah saw bersabda : ”Tidak ada suatu cobaan sepeninggalanku yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki yang melebihi bahayanya, cobaan yang berhubungan dengan soal wanita”. (HR Bukhari).
b. Pergaulan Lawan Jenis Menurut Islam. Sebagaimana disebutkan di atas, seluruh tubuh wanita adalah aurat. Untuk itu, Islam mengatur sedemikian rupa agar aurat ini tidak terlihat oleh lawan jenis (laki-laki). Caranya, Islam mengatur hubungan antara laki-laki dan wanita begitu ketat. Hal ini guna menjaga fitrah manusia sebagai makhluk mulia. Namun manakala hal ini dilanggar, maka
61
manusia akan mendapat kehinaan di dunia dan akhirat. Aturan islam tersebut mencangkup: 1) Menundukkan Pandangan. Islam
mengharuskan
baik
laki-laki
atau
wanita
untuk
menundukkan pandangan agar terhindar dari fitnah seksual melalui mata. Pandangan mata terhadap lawan jenis secara psikologis dapat menimbulkan dorongan seksual, dan dorongan seksual ini senantiasa menuntut untuk dipenuhi, sehingga orang yang tak beriman bisa mengambil jalan pintas guna memuaskan tuntutan seksualnya yang bergejolak. Oleh karena itu perlu ditanamkan pengertian tentang manfaat menjaga dan bahaya mengumbar pandangan mata.
ِ ِ ضوا ِمن أَب ِِ ِ ِ َ وج ُه ْم ذَل َ قُ ْل ليْل ُم ْؤمن َ ْ ْ ُّ ُني يَغ َ صا ِرى ْم َوََْي َفظُوا فُ ُر ٌك أ َْزَكى ََلُ ْم إ َّن اهللَ َخبري ِ ِ ات ي ْغضضن ِمن أَب ِ ِ ِ ين ْ َِبَاي َ ْ ْ َ ْ ُ َ َ َوقُل ليْل ُم ْؤمن. صنَ عُو َن َ صا ِرى َّن َوََْي َفظْ َن فُ ُر َ وج ُه َّن َوالَيُْبد ِزينَتَ ُه َّن إِالََّماظَ َهَر ِمْن َها “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat . Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat.” (QS AnNuur :30-31). Rasulullah saw bersabda : “Hai Ali! Janganlah mengikuti pandangan yang satu kepada pandangan yang lain, karena sesungguhnya buatmu adalah yang pertama dan bukan yang (kedua)”. (HR Ahmad dan Abu Daud).
62
“Dari Jabir bin Abdillah r.a ia berkata: saya bertanya kepada Rasulullah tentang pandangan yang tiba-tiba, maka Rasulullah menyuruh saya memalingkan pandangan mata saya”. (HR Muslim). Dalam hadits lain Rasulullah bersabda : “Pandangan itu adalah anak panah beracun dari anak-anak panah iblis, siapa yang menghindarkannya karena takut kepada Allah, ia akan dikaruniai oelh Allah keimanan yang terasa manis di dalam hatinya” (HR Hakim). Di antara manfaat menjaga pandangan mata adalah merasakan manisnya iman dalam hatinya. Hal ini sebagaimana dikatakan Rasulullah saw: “Tidak ada seorang muslim yang memandang keindahan seorang perempuan, lalu ia menahan pandangannya, melainkan akan dijadikan baginya suatu ibadah yang kemanisannya akan ia rasakan dalam hatinya” (HR Tabrani dan Ahmad). Orang yang senantiasa menjaga matanya, juga mendapat jaminan dari Allah bahwa ai tidak akan melihat api neraka, hal ini dikatakan Rasulullah saw berikut ini : “Ada tiga kelompok manusia yang mata mereka tidak akan melihat api neraka yaitu orang-orang yang matanya terjaga di jalan Allah, orang yangmatanya menangis karena takut kepada Allah dan orang-orang yang matanya tidak mau melihat hal-hal yang diharamkan Allah” (HR Tabrani).
2) Larangan Bersentuhan Kulit Islam tidak membenarkan laki-lakidan perempuan bersentuhan kulit. Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya salah seorang di antaramu ditikam dari kepalanya dengan jarum dari besi, adalah lebih baik daripada menyentuh seorang yang bukan muhrimnya” (HR Tabrani).
63
“Tangan Rasulullah saw tidak pernah sama sekali menyentuh tangan perempuan di dalam bai‟at, bai‟at rasulullah dengan mereka adalah berupa ucapan” (HR Bukhari). 3) Larangan Berduaan Dengan Yang Bukan Muhrim (Ajnabiyah) Raslullah saw bersabda : “Tidak boleh seorang di antaramu berduaan dengan perempuan lain (yang bukan muhrimnya)‟. (HR Ahmad). “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia bersunyi sepi berduaan dengan wanita yang tidak didampingi muhrimnya, sebab bila demikian setanlah yang menjadi pihak ketiganya” (HR Ahmad). Islam sungguh arif dalam mengatur hubungan antara pria dan wanita, jangankan berzina mendekati pun divonis haram. Hal itu untuk menjaga kemuliaannya. Adapun segala perbuatan seperti berciuman, meraba payudara dan alat kelamin yang disinyalir kerapkali dilakukan saat pacaran sudah keterlaluan dan sampai pada tepi jurang perzinaan. Firman Allah swt :
ِ َوالَتَ ْقربوا اليزَن إِنَّو َكا َن ف ًاح َش ًة َو َسآءَ َسبِيال ُ َ َُ َ “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk” (QS Al-Israa‟ : 32).
4) Larangan Ikhtilat Ikhtilat yaitu campur baurnya antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim baik dalam pertemuan resmi atau sekedar ngobrol bareng. Islam menghendaki agar pergaulan antara lawan jenis tidak campur baur. Kalau pun terjadi dalam kondisi sangat
64
terpaksa hendaknya ada hijab (penghalang) sebagai pelindung wanita dari padangan laki-laki. (Akhmad Azhar Abu Miqdad).
ٍ وى َّن ِمن ور ِآء ِحج اب ً َوى َّن َمت ُ ُاعا فَ ْسئَ ل ُ َوإِذَا َسأَلْتُ ُم َ ََ “Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir.” (QS AlAhzab : 53). “Rasulullah saw melarang seorang laki-laki berjalan di antara dua orang perempuan.” (HR Abu Daud). c. Hikmah Menundukkan Pandangan. Abu
Al-Ghifari
juga
memaparkan
hikmah
menundukkan
pandangan, dan beliau memulai dengan mengutip sebuah syair : “Segala peristiwa berawal dari pandangan mata jilatan api bermula dari setitik barak berapa banyak pandangan yang membelah hati laksana anak panah yang melesat dari tali selagi manusia masih memiliki mata untuk memandang dia tidak lepas dari bahaya yang menghadang senang dipermulaan dan bahaya di kemudian hari tiada ucapan selamat datang dan ada bahaya saat kembali.” (Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah). Berikut manfaat menundukkan pandangan yang ditulis oleh Abu Al-Ghifari :
1) Membersihkan hati dari derita penyesalan. Siapa yang suka mengumbar pandangan matanya, maka penyesalan yang dia rasakan tiada henti-hentinya. Pandangan akan menyusup ke dalam hati seperti anak panah yang meluncur saat dibidikkan, jika tidak membunuh, tentu anak panah akan membuat luka. Atau pandangan itu seperti bara api yang dilemparkan ke
65
dahan-dahan kering. Jika tidak membakar semuanya, tentu ia akan membakar sebagiannya di antaranya. Ada pula sebuah hadits yang serupa dengan ini, dan bahkan merupakan bagian darinya, “Pandangan mata itu (laksana) anak panah beracun dari berbagai macam anak panah Iblis. Barangsiapa menahan pandangan dari keindahan-keindahan wanita, maka Allah mewariskan kelezatan di dalam hatinya, yang akan dia dapatkan hingga dari dia bertemu dengan-Nya.” 2) Mendatangkan Kekuatan Firasat yang Benar Menahan pandangan bisa mendatangkan kekuatan firasat, karena firasat itu cahaya dan buah dari cahaya. Jika hati bercahaya, maka firasat juga tidak akan meleset. Sebab hati itu kedudukannya seperti cermin yang memperlihatkan seluruh data seperti apa adanya. Sedangkan orang yang mengumbar pandangan matanya, maka dia seperti menghembuskan nafas di cermin hatinya, sehingga cahayanya manjadi pudar. Syuja‟ Al-Karmany berkata, “Jika Zhahir seseorang mengikuti Sunnah, batinnya merasakan pengawasan Allah, dia menahan pandangan mata dari hal-hal yang diharamkan, menahan diri dari syahwat dan memakan yang halal, tentu firasatnya tidak akan meleset.” Syuja‟ ini dikenal sebagai orang yang firasatnya tidak pernah meleset.
66
3) Membuka Pintu dan Jalan Ilmu Serta Memudahkan untuk Mendapatkan Sebab-Sebab Ilmu. Hal ini terjadi karena adanya hati. Jika hati bersinar terang, maka akan muncul hekekat -hakekat pengetahuan di dalamnya dan mudah terkuak, sehingga sebagian demi sebagian ilmu itu bisa diserap. Namun siapa yang mengumbar pandangan matanya, maka hatinya akan menjadi kelam dan gelap. Jalan dan pintu ilmu menjadi penutup. 4) Mendatangkan Kekuatan Hati, Keteguhan dan Keberanian. Dengan bergitu seorang yang menahan pandangan matanya bisa mengusai pandangan itu yang disertai penguasaan terhadap hujjah. Di dalam atsar di sebutkan, “Siapa yang menentang hawa nafsunya, maka setan merasa takut kepadanya.” Oleh karena itu, di antara orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya ada yang hatinya menjadi hina dan lemah, jiwanya kerdil dan tak ada harganya, karena Allah juga menjadikannya orang yang lebih mementingkan hawa nafsunya daripada keridhaan-Nya. 5) Mendatangkan Kegembiraan, Kesenangan dan Kenikmatan. Tidak dapat diragukan, jika seseorang menentang hawa nafsunya, tentu kesudahannya adalah kegembiraan, kesenangan dan kenikmatan yang jauh lebih besar dari kenikmatan mengikuti hawa nafsu. Oleh karena itulah akal lebih menonjol daripada hawa nafsunya.
67
6) Membebaskan Hati dari Tawanan Syahwat. Sesungguhnya orang yang layak disebut tawanan adalah orang yang ditawan syahwat dan hawa nafsunya. Seperti yang dikatakan dalam sebuah pepatah, “orang yang mengumbar pandangan matanya adalah seorang tawanan.” Jika syahwat dan nafsu sudah menawan hati manusia, maka memungkinkan bagi musuh dari rivalnya untuk melancarkan siksaan kepadanya, sehingga dia seperti anak burung di tangan anak kecil yang memainkannya sesuka hati. 7) Menutup Pintu Neraka Jahannam. Pandangan mata adalah pintu syahwat yang menuntut pelaksanaannya. Pengharam Allah dan syariat-Nya merupakan tabir penghalang untuk mengumbar pandangan. Siapa yang merusak tabir ini, dia akan berani melanggar larangan. Dia tidak akan berhenti pada satu tujuan saja. Jiwa manusia tidak menentang tujuan yang sudah diperoleh, lalu dia ingin mendapatkan kesenangan dalam hal yang baru lagi. Orang yang sudah terbiasa dengan sesuatu yang pernah ada. Tidak menolak untuk menerima sesuatu yang baru, apalagi jika sesuatu yang baru itu tampak lebih indah. Menahan mata bisa menutup pintu ini, yang karenanya banyak
raja-raja
tidak
mempu
mewujudkan
diinginkannya. 8) Menguatkan dan Mengokohkan Akal.
68
apa
yang
Mengumbar pandangan mata tidak dilakukan kecuali oleh orang yang lemah akalnya, gegabah dan tidak memperdulikan akibat di kemudian hari. Orang yang cemerlang akalnya adalah yang bisa mempertimbangkan akibat. Andaikata orang yang mengumbar pandangan mengetahui akibat dari perbuatannya, tentu dia tidak akan berani lancang mengumbar pandangan. 9) Membebaskan Hati dari Syahwat yang Memabukkan dan Kelelaian yang Melenakan. Mengumbar pandangan mata pasti akan membuat pelakunya lalai terhadap Allah dan memikirkan hari akhirat serta membuatnya mabuk kepayang dalam tawanan cinta. Pandangan mata adalah segelas arak dan cinta yang dapat mabuk bila meminumnya. Mabuk cinta jauh lebih parah daripada mabuk karena arak. Orang yang mabuk karena arak bisa segera sadar kembali, kecuali jika dia sudah berada di ambang kematian. Itulah kesembilan manfaat menundukkan pandangan yang bisa beliau uraikan walau sebenarnya masih banyak lagi manfaatnya.
B. Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam buku Jilbab Funky tapi Syar’i karya Solichul Hadi. Berawal dari sebuah kenyataan yang alami sholichul hadi, betapa bahayanya kaum wanita akhir-akhir ini mereka lupa diri hanya dengan 69
mengejar kesenangan dan kenikmatan duniawi. Mengejar tren terkini hanya untuk mencari sensasi. menggadaikan harga diri hanya untuk menarik perhatian kaum laki-laki. Tak ketinggalan pula diantara pada jilbabers alias perempuan yang berjilbab. Tak sedikit dari mereka yang akhir-akhir ini telah merusak citra islam, merusak “kesakralan” jilbab yang dikenakannya sebagai “pelindung dan identitas” kaum perempuan islam. Kini agama telah dikalahkan oleh budaya, dan hukum telah dikalahkan oleh sifat umum. Takut dibilang kampungan, yang berjilbab pun sering menyimpang dari aturan, keluar dari rel yang telah digariskan Tuhan. “Atas jilbab bawah lembab”, kepala bertudung jilbab, tapi tubuh sengaja dibiarkan menjadi pemandangan sedap. Kepala ditutup rapat, namun hobi pula pamer aurat. Yang atas diurus, namun yang bawah sengaja dibiarkan tak terurus dan dibiarkan berantakan. Na‟udzubillahi min dzalik! Ternyata tidak hanya sampai disitu kisah tentang wanita berjilbab, sekarang ini banyak pula di antara kaum perempuan yang menjadikan jilbab hanya sebagai hiasan dan pelengkap kecantikan. Mengenakan jilbab hanya untuk tujuan keren-kerenan dan mencari-cari perhatian. Sehingga, jilbab pun harus menyesuaikan dengan pakaian lain yang dikenakan perempuan. Kalau pakaian bawah ketat, maka jilbab pun tak kalah ketatnya. Kalau pakaian bawah mini. 1. Pesona yang Mempesona. a. Pesona kaum hawa.
70
Kalau bicara tentang perempuan, hampir dapat dipastikan setiap laki-laki tentu merasa tertarik, merasa senang, dan akan betah berlamalama. Karena banyak diantara kaum lelaki yang memiliki pendapat, bahwa perempuan merupakan makhluk yang sangat menarik untuk dibicarakan dan menarik untuk diperhatikan. Perempuan memiliki pesona dan keindahan, tidak hanya pada seluruh tubuhnya. Namun juga pada setiap langkah dan gerak-geriknya. Sesungging senyum menghias bibir berkulum, ketika dalam sebuah diskusi ataupun seminar tentang perempuan diselenggaraka. Tentu itu senyuman seorang laki-laki yang kagum ataupun takjub ketika matanya berbelalak dan hatinya terbuka setelah mengetahui selukbeluk tentang perempuan. Bukan karena ada pembicaraan seronok, pembicaraan yang sedikit jorok ataupun nge-seks dalam diskusi dan seminar itu. Namun karena lelaki tersebut memang benar-benar telah mengetahui tentang kelebihan dan kemuliaa kaum perempuan, tidak seperti yang ia duga sebelumnya. Perempuan merupakan makhluk Alla yang diberi kelembutan, penuh kasih, penuh asih, dan bahkan penuh kesabaran. Sabar dalam menanti kelahiransang calon bayi, sabar dalam menahan sakit ketika melahirkan, sabar dalam mengasuh, serta sabar dalam membimbing
dan
membesarkan
sang
buah
hati
tercintanya,
Barakallahulakunna (semoga Allah memberkahi Anda), wahai kaum perempuan! 71
Bukannya saya berlebihan dalam menilai ataupun memuji kaum perempuan,tapi
saya
berusaha
untuk
berkata
jujur
tetang
“kesempurnaan” penciptaan makhluk yang satu ini. Benar-benar luar biasa!
Maka bersyukurlah engkau yang diciptakan menjadi
perempuan, karena kemuliaanmu akan mengalahkan kecantikan dan kemuliaan bidadari surgawi. Kemuliaan akan senantiasa memancarkan keindahan dalam duniawi maupun ukhrawi. Aku bertanya, Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?” Rasulullah menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang kelebihan apa yang nampak dari apa yang tak terlihat.” Aku bertanya, “Mengapa wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari?” Beliau menjawab, “karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, “Kami hidup abadi dan tidak akan mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan tak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.” (HR. At-Tabrani dari Ummu Salamah). Wanita dengan berbekal keimanan dan ketaqwaan, perempuanperempuan bisa mengalahkan pesona keindahan dan kecantikan bidadari surgawi. Hanya amal ibadahlah yang bisa mengangkat derajat kemuliaan perempuan di akhirat nanti. Pesona yang senantiasa terpelihara hingga mampu memancarkan kecantikan dan keindahan dalam kehidupan dunia dan akhirat nantinya.
72
Hidup menjadi perempuan merupakan nikmat yang patut disyukuri. Karena perempuan merupakan bagian dari makhluk yang diciptakan untuk menjadi perhiasan keindaha dunia, menjadi makhluk yang mampu memberikan kedamaian dan kesejukan bagi kehidupan kaum laki-laki. Bukan maksud saya untuk mengatakan bahwa tugas seorang perempuan hanya untuk menjadi “penghibur” bagi kaum laki-laki. Namun sabagai seorang laki-laki, saya merasakan bahwa salah satu kemuliaan perempuan itu bisa menentramkan jiwa dan bisa menjadi penyejuk hati kaum laki-laki. Sebagai bukti, mari kita renungkan sejenak firman Allah swt berikut ini: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia Menciptakan pasangan-pa-sangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia Menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir (QS Ar-Rum : 21). Ketentraman jika laki-laki ketika menjalani kehidupan ini, salah satunya disebabkan karena ada yang mendampingi, ada yang menemani. Betapa tentramnya ketika suami sedang sakit, sang istri tercinta menunggui dengan setia, penuh kesabaran dan ketabahan. Betapa riangnya ketika lapar sang istri tercinta telah menyiapkan makanan. Tak terbayangkan kemuliaan dan keistimewaan perempuan diciptakan untuk mengisi “kegersangan” kehidupan dunia. Allah pun
73
tak henti-hentinya mengingatkan pada kaum laki-laki untuk menyadari hal itu. Tak cukup dalam satu firman-Nya saja. Karena hal ini untuk menegaskan betapa berharganya kedudukan perempuan dalam kehidupa manusia. Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan darinya Dia menciptakan istrinya agar ia merasa senang kepadanya. (QS Al-A‟raf : 189). Sungguh perempuan merupakan makhluk yang istimewa, makhluk yang bisa menjadi “teman sejati” bagi kehidupan kaum laki-laki. Karena tanpa kehadiran perempuan, tentu kaum laki-laki akan merasa “kedinginan” dalam mengarungi kehidupan ini. Kaum laki-laki akan merasa “hambar” dalam menapaki kehidupan dunia ini. Allah berfirman : “Mereka itu adalah pakaian bagimu dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah :185). Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa laki-laki dan perempua pada dasarnya memang memiliki peran yang sama dalam kehidupan. Peran untuk saling mengisi “kekosongan” dan peran untuk saling mengisi kekurangan di antara keduanya. Yang lelaki membutuhkan kehadiran perempuan dalam kehidupannya, yang perempuanpun menginginkan kehadirannya dalam hidupnya. Bahkan jika salah satu diantara mereka “ditarik dari peredarannya” oleh Allah sang pencipta makhluk dari muka bumi ini, maka proses perkembangbiakan manusiapun akan terhambat untuk sementara waktu. Karena hadirnya seorang generasi
74
manusia salah satunya disebabkan karena bersemayamnya benih lakilaki di (ladang) perempuan. Allah telah mengumpamakan kaum perempuan sebagai lahan untuk bercocok tanam bagi kaum laki-laki. Lahan untuk menabur benih bagi kaum laki-laki demi menjaga kelestarian spesies manusia. “Istri-istrimu adalah tempat bercocok tanam, maka datangilah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki ...” (QS. Al-Baqarah :223). Walaupun perempuan diumpamakan sebagai lahan bercocok tanam, bukan berarti kaum laki-laki bebas berbuat apa saja terhadap kaum perempuan. Kalau kita memiliki lahan untuk bercocok tanam namun kita perlakukan semena-mena tanpa dirawat dan diperlakukan dengan baik, maka dapat dipastikan lahan tersebut akan menjadi tandus, tidak subur bahkan rusak. Begitu pula jika kita tidak berlaku baik, tidak menghargai perempuan denga melakukan tindak kekerasan dan kejahatan kepadanya. Apa yang kita harapkan dari mereka pun akan sulit kita dapatkan. Sekarang mari kita renungkan sejenak bagaimana perempuan diciptakan. Mungkin ini akan menjadi salah satu alasan mengenai kewajiban bagi kaum laki-laki untuk memuliakan dan menghargai kaum perempuan. Hal ini tersurat dalam firman Allah sebagai berikut : “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah
75
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak ....” (QS. An-Nisa : 1). Mungkin kesimpulan kita sama dalam menginterprestasikan ayat tersebut. Atau mungkin berbeda? Ya. Meski beda, ada satu benang merah yang dapat kita tarik, bahwa kaum perempuan pada prinsipnya diciptakan tidak jauh berbeda dengan kaum laki-laki. Mereka memiliki kesetaraan derajat sebagai makhluk yang paling sempurna di muka bumi jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Tapi, sebelum kita menyimpulkan ke arah yang lebih “mengerucut” lagi mengenai penciptaan kaum perempuan, alangkah baiknya kalau kita merenung kembali. Kali ini bukan pada ayat tersebut, namun pada hadits Rasulullah saw berikut : “Sesungguhnya, wanita adalah belahan tak terpisahkan dari lakilaki.” (HR. Ahmad dan Baihaqi). Betapa hadits ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan muasal laki-laki dan perempuan ketika diciptakan. Laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan dalam proses penciptaan. Sebab itu sebenarnya mereka saling membutuhkan antara satu dengan lain. Yang laki-laki membutuhkan perempuan, dan yang perempuan juga membutuhkan laki-laki. Karena itu, tidak sepantasnya para lelaki menyombongkan diri di hadapan perempuan, dan tidak sepatutnya kaum perempuan merasa rendah diri di hadapan laki-laki. Kita semua adalah sama dalam penciptaannya! Namun, bagaimana dengan sabda Rasulullah yang satu ini?
76
“Selalu wasiatkan kebaikan kepada para wanita. Karena mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok dari jalinan tulang rusuk adalah tulang rusuk bagian atas. Jika kalian paksa diri untuk meluruskannya, ia akan patah. Tetapi jika kalian mendiamkannya, ia akan tetap bengkok. Karena itu, wasiatkanlah kebaikan kepada para wanita.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah). Di mata Allah derajat laki-laki dan perempuan semuanya sama, dan yang membedakan hanyalah amal perbuatan ketika mereka hidup di dunia. Firman Allah berikut adalah menjadi bukti bahwa Allah akan memperlakukan manusia sesuai dengan amal ibadahnya. “Barangsiapa mengerjakan amal kesalehan, baik ia laki-laki maupun perempuan, sedang ia seorang yang beriman, maka sungguh akan Kami berikan padanya kehidupan yang baik, dan sungguh akan Kami berikan padanya balasan yang jauh lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” (QS An-Nahl :97). b. Hijab; Penghalang Azab. Tidak banyak yang menyadari bahwa setelah Perang Dunia II merupakan tahun-tahun peperangan yang maha dasyat dan tak ada masa jedanya. Tahun-tahun yang penuh dengan pertentangan pemikiran, pertentangan akidah, dan berbagai ideologi yang datang bersamaan dengan perdagangan serta budaya barat yang banyak menyesatkan generasi muda islam. Dalam kenyataan, perang ini memang sangat tidak seimbang. Sementara peradaban Barat menyerang dengan genjar, kawula muda Islam tidak mau membentengi diri dengan akidah dan keimanan. Mereka seolah membiarkan dirinya dihancurleburkan oleh peradaban Barat yang nyata-nyata menyesatkan. Sehingga, banyak diantara
77
kawula muda Islam yang justru lari meninggalkan ajaran Islam. Mereka pun akhirnya menjadi korban keganasan peradaban yang menyesatkan. Salah satu senjata peradaban Barat yang digunakan untuk menghancurkan generasi Islam, adalah budaya mengenakan pakaian buka-bukaan atau budaya pamer aurat. Mereka mengajarkan kepada generasi Islam, khususnya kaum perempuan untuk memamerkan aurat ketika berada di luar rumah. Sebuah ajaran yang sangat bertentangan dengan ajaran luhur Islam. Sebuah ajaran yang sebenarnya justru melecehkan harga diri kaum perempuan. Hijab adalah pakaian dan sebagai penghalang. Pakaian yang menjadi penutup aurat manusia, dan penghalang bagi mata-mata liar yang
diarahkan
kepada
anggota
tubuh
tertentu
dan
dapat
menjerumuskan manusia pada kemaksiatan. Kalau kita telusuri tentang kapan munculnya hijab, barang kali tidak ada salahnya kalau merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh al-ustadz as-Syahid Murtadha Muthahari dalam bukunya yang berjudul Mas‟alah al-Hijab. Beliau mengatakan bahwa hijab pada dasarnya sudah ada di tengah-tengah umat manusia sebelum datangnya Islam. Di antaranya, hijab telah ada di tengah-tengah penduduk Iran, sebagian besar penduduk India dan kelompok-kelompok kaum Yahudi lainnya. Adapun bangsa Arab, khususnya Arab Jahiliyah, baru
78
mengenakan hijab setelah datangnya ajaran Islam yang dibawa Rasulullah saw. Sedangkan tujuan memakai hijab bagi perempuan sebelum datangnya Islam, menurut Menachem M. Brayer, salah seorang profesor kesusaateraan biblikal di University Yeshiva di dalam bukunya The Jewish Women in Rabbinic Literature, adalah bahwa hijab perempuan, khususnya perempuan Yahudi, tidak hanya dianggap sebagai lambang kesopanan. Kadang kala ia melambangkan maruah dan martabat perempuan bangsawan. Ia lambang seorang perempuan yang tidak boleh disentuh karena ia adalah milik suci sang suaminya. Namun, seiring dengan berkembangnya peradaban, hijab pada masa itu tidak hanya digunakan untuk kedua tujuan tersebut, namun sudah mengalami pergeseran, yaitu berfungsi juga sebagai alat untuk mempercantik diri atau sebagai pelengkap hiasan. Sehingga, model ataupun bentuk hijab pun menjadi beragam. “Katakanlah kepada orang lelaki beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya ..., katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya da memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya ...” (QS An-Nur :30-31). Salah satu tujuan Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berhijab dengan mengenakan pakaian sebagai penutup aurat dan menundukkan pandangan bagi laki-laki dan perempuan, yaitu untuk menjaga kehormatan ataupun untuk menjaga harga diri manusia.
79
Dengan menutup aurat da menundukkan pandangan, maka manusia akan terjaga dan terhindar dari pelecehan yang dapat menurunkan harga dirinya sebagai makhluk yang bermoral dan bermartabat. Bukannya saya mengada-ada, marilah kita renungkan sejenak bagaimana jika manusia tidak lagi mau menutup aurat dan tidak lagi menahan pandangannya? Tentu kehidupan menusia tidak ada bedanya dengan kehidupan binatang. Manusia akan berlalu-lalang dengan telanjang tanpa pakaian, dan mereka pun akan mengumbar hawa nafsunya sevara liar sebagaimana binatang. Lebih jauh, kalau kita cermati secara seksama mengenai makna hijab secara luas, pada dasarnya bukan hanya bermakna pakaian, penghalang ataupun untuk membatasi pandangan. Namun, hijab juga bisa bermakna sebagai pembatas, pemisah, penghalang ataupun tabir dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim. Ketika sekumpulan laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim menempati suatu “ruang tertentu”, maka Islam mengajarkan mereka untuk tidak ikhtilat atau bercampur keduanya, harus ada sekat pembatasdi antara kedua jenis makhluk yang berlainan jenis tersebut.
ٍ وى َّن ِمن ور ِآء ِحج اب ً َوى َّن َمت ُ ُاعا فَ ْسئَ ل ُ َوإِ َذا َسأَلْتُ ُم َ ََ “Apabila kamu meminta sesuatu keperluan kepada mereka (istriistri nabi), maka mintalah dari belakang tabir (QS. Al-Ahzab :53). Bahwa perlakuan hukum yang disuratkan pada ayat tersebut hanya dikhususkan pada istri-istri Nabi. Memang pada saat itu tidak semua
80
sahabat bisa bertatap muka langsung ketika ada keperluan dengan para istri Nabi. Selain sebagai bentuk penghormatan kepada ummahat almu‟minin yng memiliki kedudukan mulia di tengah-tengah kaum muslimin, ini adalah sebuah pelajaran bagi umat Islam untuk menghormati sesamanya terlebih kepada kaum perempuan. Sedang salah satu bentuk penghormatan tersebut, yaitu kaum laki-laki tidak dibenarkan membaur dengan kaum perempuan yang bukan muhrimnya pada setiap kesempatan. Di antara pergaulan laki-laki dan perempuan harus ada hijab yang dapat menjadi tirai penghalang terjadinya kemaksiatan. Selanjutnya, Al-Qur‟an secara gamblang menjelaskan mengenai hijab sebagai sesuatu yang dapat menjadi “alat” untuk menjaga kehormatan ataupun harga diri manusia. Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa kehormatan ataupun harga diri menjadi hal penting yang harus dijaga dalam Islam? Jawaban atas pertanyaan tersebut, mungkin dapat diwakili oleh firman Allah berikut: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin; hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenali, karena itu mereka tidak diganggu” (QS. Al-Ahzab:59). Melalui ayat tersebut, Islam mengajarkan kepada umat manusia untuk menjaga kehormatannya dengan menutup aurat yang seharusnya
81
memang tidak patut untuk ditampakkan. Sedang menjaga kehormatan yang dimaksud, yaitu bentuk perlindungan diri agar tidak dilecehkan oleh makhluk lain ataupun tidak dilecehkan oleh sesama. Subhanallah, betapa Islam menempatkan perempua pada derajat yang tinggi, sehingga porsi perhatiannya pada makhluk yang satu ini dilebihkan. Dalam ayat tersebut, yang paling diperhatikan dan menjadi pokok bahasan adalah kaum perempuan. Perempuan mendapatkan perhatian serius dari Allah swt. Buktinya, perempuan diberi peringatan serius mengenai kewajiban mereka untuk menjaga kehormatannya. Ini dimaksudkan,
bahwa
menjaga
kehormatan
diarahkan
untuk
melindungi wanita daripada bahaya pelecehan dan cabul terhadap dirinya. Menjaga kehormatan dengan menutup aurat bukan hanya untuk diperuntukkan bagi kaum perempuan. Kaum laki-laki pun kalau tidak menutup aurat sama artinya telah kehilangan harga diri. Namun yang perlu dicatat adalah, bahwa dampak dari tidak ditutupnya aurat kaum laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang berbeda. Laki-laki akan memiliki resiko lebih ringan bila dibanding resiko yang ditanggung perempuan ketika auratnya terbuka.
Secara fisik dan psikologis
perempuan akan lebih terancam “keselamatannya” jika dibanding dengan kaum laki-laki. Perempuan bisa menjadi objek penindasan dari pelecehan seksual pada khususnya, jika dibanding dengan kaum lakilaki. 82
2. Era Gaul, Perempuan Gaul. a. Haru Biru Calon Ibu. Bukan karena mejadi pengantin baru, apalagi menanti kelahiran sang buah hati. Sungguh ini ibu yang masih menapaki beratnya masa menjaga kesucian diri. Masa sebelum mendampingi sang suami dan masa sebelum perut menjadi gendut karena ngandut (hamil). Menjadi calon ibu yang masih menyelami masa-masa sendiri di tengah-tengah hiruk-pikuk ramainya gema kebebasan berekpresi, beraktivitas, dan kebebasan menentukan arah kehidupan di masa depan. Tentu ketika menyelami hidup sendiri perlu bekal yang lebih dari sekedar cukup. Bekal untuk membentengi diri dari godaan laki-laki, dan bekal untuk menggapai keridhaan ilahi kala nyawa telah memisahkan diri dari raga. Dalam kesendirian yang penuh godaan, biasanya dipandang sebagai masa ujian kehidupan manusia. Kesendirian sebagai gadis jelita penuh pesona tentu tidaklah ringan godaannya. Apalagi masa kesendirian itu masih menempati ruang yang sering disebut dengan masa remaja, tentu akan lebih berat cobaannya. Bukan mengada-ada, karena masa remaja merupakan masa strom and stress, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang lawan jenis, mengumbar imajinasi tentang seks, serta perasaan alisnasi yang selalu membayangi diri. Sehingga, masa remaja acapkali
83
dikatakan sebagai masa yang rawan, namun juga menjadi masa untuk menentukan arah kehidupan di masa depan. Masa remaja katanya memang sangat identik dengan masa untuk mencari kepuasan diri, pengakuan diri, dan masa untuk mencari identitas diri. Pada masa ini, sering pula disebut sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju usia dewasa. Masa yang benar-benar memiliki peran penting bagi kehidupan masa depan selanjutnya. Karena sukses tidaknya masa depan manusia sering kali ditentukan oleh bagaimana seseorang bisa menyelami kehidupan di masa remajanya. Disaat perempuan pertama kali mengalami kejadian luar biasa, yaitu menstruasi untuk pertama kalinya, maka kejadian itulah yang sering menjadi pertanda bahwa ia telah memasuki babak baru dalam kehidupannya. Babak baru menjadi seorang gadis remaja. Setelah kejadian itu, maka akan terjadi perubahan baik secara fisik maupun psikis. Hal ini dapat dilihat mulai dari perubahan bentuk badan, sikap, cara berpikir dan bertindak yang menunjukkan bahwa ia bukan lagi anak-anak,
melainkan
telah
menjadi
seseorang
yang
bersiap
menghadapi masa dewasa. Pada usia tersebut, secara fisik pada umumnya juga telah muncul tanda-tanda seksual sekunder seorang perempuan. Sehingga pada masa ini seseorang perempuan sudah mulai tertarik dengan lawan sejenis.
84
Ketika seorang perempuan mulai merasa tertarik dan merasa adanya kebutuhan yang sangat kuat untuk berhubungan dengan lawan jenisnya, maka pada masa itulah perempuan tersebut akan mengalami masa yang sering disebut dengan masa pubertas. Pada masa ini seksualitas perempuan tersebut sudah mulai berkembang. Keinginan seks pada saat ini sangat tinggi. Akibatnya, kalau seseorang perempuan mengalami masa seperti ini dan kebetulan kurang bisa mengendalikan diri, maka kemungkinan besar yang akan terjadi adalah tindak penyimpangan. Bukan persimpangan jalan, melainkan penyimpangan dari ajaran yang dibenarkan Islam. Bentuk penyimpangan yang sering dilakukan gadis remaja yang mengalami pubertas biasanya suka mengintip orang mandi, suka melakukan masturbasi, dan bahkan mulai berani mencicipi berhubungan intim dengan pacar ataupun teman. Sungguh kelewatan! Na‟uzubillah min zalik! “Siapa saja dari seorang perempuan yang melepaskan (membuka) pakaian selain di rumahnya (di luar rumah), maka Allah swt pasti merobek tirai kehormatan dari padanya. (HR. Ahmad, Thabrani dan Bazaar dari Aisyah). Barangkali bagi laki-laki yang gemar menikmati keindahan tubuh perempuan akan merasa senang jika mendapati dan memandangi keindahan tubuh perempuan yang sengaja dipamerkan. Namun bagi laki-laki yang senantiasa menjaga hati dari segala bentuk penyakit duniawi, ini justru merupakan bentuk pelecehan terhadap dirinya.
85
Dengan berpenampilan buka-bukaan di hadapan laki-laki yang mau menjaga
hati,
itu
sama
artinya
dengan
menggoda
dan
menjerumuskannya. Ya, menjerumuskan dan memaksa untuk melihat kemaksiatan yang disuguhkan kaum perempuan. “Perempuan itu aurat, maka apabila ia keluar rumah, berdiri tegaklah (dirangsang) setan padanya” (HR. Tirmidzi dari Ibnu Mas‟ud) Wanita pada prinsipnya adalah panorama yang indah, sedang lakilaki adalah penggemar keindahan itu. Sehingga, tidak ada pilihan lain dari perempuan kecuali sebagai pihak yang dituntut untuk tidak memamerkan keindahan tubuhnya. Karena setiap lekuk liku tubuh perempuan
dapat
mengundang
rangsang
bagi
laki-laki
yang
memandang. b. Carut Marut Virus Akut. Solichul Hadi menceritakan betapa bahayanya musuh manusia yang bernama setan, karena ia bisa menjerumuskan manusia untuk murtad dan syirik. Ini merupakan senjata setan yang paling berbahaya. Setan sengaja membujuk manusia untuk berpaling dari Allah swt. Mereka juga senantiasa merayu manusia agar terjerumus dalam kesesatan. Itulah setan, musuh nyata menusia yang menjadi penebar virus akut. Virus yang mampu membutakan mata hati manusia, virus yang mampu membuat manusia sengsara di dunia dan akhirat. 1) Virus Syahwat.
86
Seorang ilmuan dan sekeligus penyair Arab yang mashur, A‟idh bin Abdullah A‟idh Al-Qarni mengatakan, bahwa syahwat adalah segala bentuk kemaksiatan. Sedang maksiat sendiri beragam bentuknya,
di antaranya melihat dan memandang perempuan
berlebihan, melihat gambar porno, pergaulan bebas, bersebadan dengan lawan jenis, dan sebagainya. “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (QS. Ali Imran : 14). Syahwat mencintai lawan jenis, anak-anak, dan harta kekayaan merupakan bentuk kesenangan yang digandrungi manusia. Dua bentuk nafsu syahwat yang sering menjerumuskan manusia, yaitu nafsu syahwat untuk mencintai lawan jenis dan nafsu syahwat untuk mencintai dunia secara berlebihan.
2) Virus Syubhat. Orang yang terjangkit virus syubhat biasanya sering ragu dengan keberadaan Allah. Lebih ekstremnya jika terjangkit virus ini keimanan seorang dapat tergoyahkan. Ingkar dengan Allah, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, utusan-utusan Allah, dan ingkar dengan hari akhir atau kiamat.
87
Sekarang ini telah banyak hamba Allah yang terjangkit virus membahayakan ini. Banyak di antara manusia yang tergiur oleh manisnya dunia, sehingga lupa dengan Tuhannya. Mereka tak lagi mengingat Tuhan ketika melakukan kemaksiatan, dan mereka tidak lagi mematuhi aturan ketika melakukan kelaliman. Tiada Tuhan selain Allah, hanya dengan keimanan dan memperbanyak mengingat Allah, kita akan mampu terhindar dari virus syubhat. Dengan keimanan dan selalu mengingat Allah, maka hati kita akan menjadi tenteram dan penuh kedamaian. 3. Atas Jilbab Bawah Lembab. a. Jilbab dan Jilbabers. Jilbab yang dimaksud di sini adalah kain yang digunakan sebagai penutup aurat bagian atas perempuan, kerudung yang menjadi tudung kepala, bukan jilbab yang dimakai secara keseluruhan. Sedang bagi pemakainya, sering dikatakan sebagai jilbabers atau jilbabholic. “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang Mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali (Jilbab itu ciri khas perempuan mu‟min) , sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” (QS. Al-Ahzab : 59). Sejauh yang saya (Solichul Hadi) pahami, bahwa dalam ayat tersebut Allah memerintahkan kepada kaum hawa untuk mengenakan jilbab. Sedang perintah mengenakan jilbab dalam ayat tersebut mengandung dua alasan. Pertama, jilbab merupakan identitas
88
kaum perempuan Islam. Kedua, jilbab dapat pula dipakai sebagai “alat” pengaman bagi kaum perempuan. “Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.....” (QS. An-Nur : 31). Setelah membaca dan merenungi firman Allah tersebut, fungsi jilbab dalam ayat tersebut, yaitu sebagai penutup aurat agar tidak menjadi bahan tontonan. Karena memang seluruh tubuh kaum perempuan adalah aurat, maka sudah menjadi kewajiban bagi kaum perempuan untuk menutup dan menjaga seluruh tubuhnya. Adapun perintah berjilbab sebagai penutup aurat dalam surat anNur 31 di atas pada dasarnya juga tak jauh berbeda dengan surat alAhzab ayat 59. Kedua ayat tersebut mengisyaratkan, bahwa dengan berjilbab berarti aurat perempuan yang seharusnya tak kelihatan akan tetap terjaga dan terlindungi, maka harga diri mereka pun akan senantiasa dihargai. Dan jika harga diri mereka dihargai, maka itu artinya kaum perempuan telah dimuliakan. Sehingga jika seorang perempuan mau menutup aurat, salah satunya dengan mengenakan jilbab itu merupakan bentuk penghormatan dan pemuliaan terhadap diri sendiri.
89
Rasulullah mengijinkan kaum wanita membuka sebagian auratnya sebatas telapak tangan dan muka. Hal ini beliau sabdakan dalam sebuah hadits berikut : “Hai Asma‟, sesungguhnya wanita apabila telah sampai ke tanda kedewasaan (haid), tidak boleh terlihat bagian tubuhnya kecuali ini dan ini;. Sambil beliau mengisyaratkan muka dan telapak tangan (HR. Abu Daud). b. Kenapa Lembab? Ketika seorang perempuan berjilbab namun pakaian bawahnya justru sengaja memamerkan aurat dengan mengenakan busana ketat, feminin dan terkesan buka-bukaan, bahkan menimbulkan banyak “penampakan”, maka itu artinya telah memberikan lahan yang lembab (basah) pada kaum laki-laki untuk “manikmatinya”. Berpasang-pasang mata jalang kaum laki-laki bisa jelalatan, dan mata liar kaum laki-laki bisa nanar memandang penuh nafsu. c. Jilbab Zaman Sekarang Abu Al-Ghifari memberikan beberapa contoh macammacam kerudung pada zaman sekarang, berikut pemaparannya : 1) Jilbab Mini. Kecil
ukurannya,
mungil
modelnya.
Dipakaipun
akan
menimbulkan banyak “penampakan”. Rambutnya masih terlihat tergerai, leher dan dadanya masih terlihat terbuka. Model jilbab ini biasanya sering dipakai oleh pelajar SLTA, sebagian ABG (anak baru gede) dan sebagian orang kurang percaya diri mengenakan jilbab.
90
Orang yang memakai jilbabnya karena terpaksa, terpaksa untuk memenuhi sebuah tuntunan, biasanya cara memakai jilbabnya sering asal-asalan. Yang penting sudah memenuhi tuntunan, tak peduli jilbabnya untuk menutupi aurat atau tidak. Sehingga, banyak di antara mereka yang jilbabnya ala kadarnya, yang perting berupa jilbab. Sedang, bagi orang yang masih belajar mengenakan jilbab, biasanya cenderung merasa malu mengenakannya. Ya. Malu karena dari kecil belum terbiasa berjilbab. Secara spikis perasaan malu tersebut tentu akan muncul, terlebih malu pada teman dan komunitas tempat ia tinggal. Sehingga, cara memakai jilbabnya kadang “sedikit demi sedikit”, Namun, apakah niat yang tulus bisa kalah oleh rasa malu? 2) Jilbab Seksi. Ketika jilbab
telah terpasang rapi di kepala, tentu acara
bersolek bisa dikatakan telah selesai. Karena busana lainnya tentu sudah dikenakan. Tapi bagi penggemar jilbab ketat, setelah jilbab terpasang di kepala bukan berarti “acara” sudah selesai. Ia masih punya pekerjaan lain, yaitu memasukkan ujung jilbab ke dalam baju setelah diikat dan membelit leher dengan rapi. Sudah bisa ditebak, dengan jilbab seperti itu tentu bisa menampilkan bentuk tubuh. Jilbab ketat memang cenderung
91
menampilkan bentuk kepala, leher, dan “sedikit” telinga. Kalau didukung dengan busana yang ketat pula, tentu juga akan menunjukkan bentuk-bentuk lain. Dada pemakainya pun akan terbentuk. Banyak di antara remaja yang gemar dengan model jilbab ketat, termasuk pula para mahasiswi, dan sebagian artis ataupun selebritis yang berjilbab. Namun yang paling banyak adalah mereka-mereka yang berkarier, perempuan-perempuan yang kerja di “kantoran”. Biar kelihatan rapi, maka banyak di antara perempuan berjilbab yang berkarier lebih memilih jilbab ketat alias jilbab seksi. Lebih “confort” begitu, alasannya. 3) Jilbab Funky Rambut depat teruarai keluar hingga menutup sebagian kening, ditata rapi. Selembar kain dikerudungkan di atas kepala, ujungnya diikat di antara leher dan dagu agar tidak goyah ketika angin menerpa. Atau agar tidak melorok ketika mamakainya melakukan banyak gerakan. Tanpa ada sebatang pun peniti, hanya ujung lembaran kain itu yang dijadikan tali. Halus mulus, leher jenjang tak terurus, putih bersih, nampak sebagian dada yang tak tertutupi. Itulah sedikit gambaran kalau seseorang gemar mamakai jilbab funky . jilbab yang dikenakan
92
hanya untuk keren-kerenan dan mencari perhatian atau bahkan sengaja untuk pamer kecantikan. Model jilbab funky tidak hanya para “aktivis” kampus saja yang mengenakannya. Artis dan selebritis pun tak sedikit yang mengenakan, namun hanya sebatas musiman. Tepatnya jilbabers musiman. Banyak di antara mereka yang memakai jilbabnya hanya ketika ada acara tertentu atau hanya untuk menyemarakkan bulan suci Ramadhan. Sehingga, jilbab funky sering menjadi pilihan. Sebenarnya jilbabers musiman tak hanya terjadi di kalangan artis dan selebritis, perempuan “biasa” pun banyak yang menjadi jilbabers musiman. Sehingga, mereka pun banyak yang hobi memakai jilbab funky yang hanya untuk mencari sensasi. 4) Jilbab Topi. Hanya sebatas rambut yang tertutup. Telinga, leher dan dada pun dibiarkan terbuka. Helm! Ya. Lebih mirip dengan helm yang sering dipakai pengendara kendaraan bermotor, namun beda bahan dan fungsinya. Jilbab model topi minimal memiliki dua fungsi. Pertama, sebagai penutup rambut agar tidak terlihat dari pandangan orang. Kedua, sebagai penutup kepala agar tidak terkena terik sinar matahari.
93
d. Jilbab Gede, Bikin PeDe? “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi aurat .....” (QS. AL-A‟raf : 26) Aurat pada dasarnya sesuatu yang membuat kita malu bila ditampakkan. Bahkan kalau sengaja ditampakkan akan sangat memalukan. Agar kita tidak terasa malu ketika aurat terbuka, maka pakaianlah yang menjadi alat penutupnya. Salah satu fungsi pakaian adalah untuk menutup aurat agar tidak terbuka. Jilbab merupakan bagian dari pakaian perempuan. Sebagai bagian dari pakaian, maka jilbab pun memiliki fungsi yang sama dengan pakaian lainnya, yaitu sebagai penutup aurat. Sebenarnya jilbab gede atau yang kecil memiliki peran sebagai penutup aurat. Namun, apa mungkin jilbab kecil bisa menutup aurat? Kalau jilbab kecil dipakai anak kecil. Tapi kalau jilbab kecil dipakai orang gede, tentu akan jadi berabe. Bukan maksud saya mengusulkan untuk “gede-gedean” jilbab, namun yang terpenting fungsi jilbab dapat terpenuhi. Saya mengusulkan kepada siapapun yang berjilbab, untuk mengenakan jilbab yang bisa menutup aurat. Jadi, kalau merasa lebih percaya diri berjilbab gede, silahkan saja. Tapi bila lebih PeDe mengenakan jilbab biasa yang bisa menutup aurat, juga silahkan! Namun yang perlu diingat, luruskan niat dulu ketika mengenakan jilbab. Jangan sampai jilbab hanya dijadikan bahan keran-kerenan atau
94
menambah kecantikan, apalagi untuk menarik perhatian. Sebab, yang demikian itu, baik jilbab gede ataupun “biasa”, hanya akan menyalahi aturan syara‟ dan bisa manarik kemaksiatan. e. Jilbab Syar’i, Penyejuk Hati. Memakai jilbab bagi seorang muslimah selain kewajiban juga dapat dijadikan ia kelihatan lebih cantik dan berwibawa. Pesona jilbab yang dikenakan kaum perempuan sebenarnya tidak kalah dengan pesona ketika mengenakan pakaian yang modelnya buka-bukaan. Cuma
bedanya,
pesona
yang
ditebarkan
oleh
jilbab
tidak
menimbulkan nafsu syahwat bagi yang memandangnya, bahkan bisa menyejukkan hati dan jiwa. Sedang, pesona pakaian seronok yang memamerkan aurat lebih cenderung menimbulkan gairah nafsu syahwat, sehingga bisa mendatangkan mahdharat. Tak usah risau! Bisa saja lho, jilbabers tampil gaul dan funky dengan jilbab yang dikenakan. Karena, mengikuti tren mode bukanlah hal yang patut dipersalahkan. Namun, sebagai umat Islam tentu tidak bisa sembarangan, harus bisa selektif dalam mengikuti perkembangan tren mode. Dan mode yang diikuti harus benar-benar sesuai dengan syari‟at Islam. Harus tetap menjunjung tinggi konsep agama, bukan hanya mengejar tren semata. Sebab, mode yang berkembang sekarang ini justru telah menyesatkan dan memancing kaum perempuan untuk tampil buka-bukaan.
95
Untuk bisa tampil keren, gaul dan funky di hadapan Allah, kita musti mengerjakan semua perintah-Nya, meninggalkan semua larangan-Nya, mau menutup aurat dengan rapat, dan mampu menjaga kesucian diri dari segala noda dan cela. Jilbab syar‟i, penyejuk hati. Jilbab yang sesuai dengan aturan syari‟at tentu akam membuat jarak kita dengan Tuhan semakin dekat. Juga akan semakin menyandingkan kita dengan nikmat akhirat. Lalu, bagaimana kita bisa menemukan jilbab syar‟i? Seperti apakah jilbab yang syar‟i? Mari kita telusuri satu demi satu ketentuan jilbab yang menurut syaikh Muhammad Nashiruddin ibn al-Albani ada delapan ketentuan. Bukan untuk mempersulit ataupun mengekang dalam berpakaian, namun untuk menunjukkan tata cara berpakaian yang sesuai dengan yang diinginkan Tuhan Sekalian Alam. 1) Harus Menutupi Badan, selain yang dikecualikan. Rambut, telinga, leher, dan dada! Kira-kira itulah syarat minimal aurat yang harus dijaga oleh jilbab. Tapi, jilbab yang seperti apa? Terserah! Bagaimana pun model jilbab yang anda suka, dan berapa centi pun ukuran jilbab anda, yang terpenting minimal bisa menjaga empat aurat itu. “Hai Asma‟, sesungguhnya wanita apabila telah sampai ke tanda kedewasaan (telah haid), tidak boleh terlihat bagian tubuhnya kecuali yang ini dan ini (rasulullah mengisyaratkan mukan dan telapak tangan” (HR Abu Daud)
96
Kalau pendapat saya, Pada prinsipnya ada dua jenis jilbab, yaitu jilbab yang dimaknai dengan tudung kepala perempuan, dan jilbab yang dimaknai sebagai pakaian atau busana. Jilbab yang dimaksud sebagai tudung, berarti tidak harus menutupi seluruh badan, namun minimal menutup kepala, telinga, dan dada kaum perempuan. Sedang, jilbab yang dimaksudkan sebagai busana, maka harus bisa menutup badan kaum perempuan selain yang dikecualikan. Sehingga, model busana perempuan seperti halnya gaun, baju, rok dan sebagainya juga bisa dimaknai dengan jilbab. 2) Bukan Sekedar Hiasan dan Tabarruj. “Dan janganlah kamu berhias (dadan menor) dan bertingkahlaku seperti orang-orang Jahiliyah dulu.” (QS.Al-Ahzab :33) Mungkin hadits tersebut bisa kita jadikan bahan renungan untuk menata diri ke depan. Dan sekali lagi, saya tidak bermaksud melarang perempuan untuk dandan. Lagi-lagi saya hanya ingin mengingatkan kalau berdandan sebaiknya jangan berlebihan. Sebab, dandanan orang yang memandang. Kemudian bagaimana dandanan yang islami? “Dandanan laki-laki ialah tampak baunya dan tersembunyi warnanya, sedang dandanan perempuan adalah yang tampak namun tersembunyi baunya......” (HR. An-Nasa‟i dan At-Tirmidzi) 3) Berkain tebal. Tidak tembus pandang, tidak terawang, dan tidak transparan. Begitulah kira-kira bahan jilbab yang disyaratkan dalam Islam.
97
Berkain tebal, sehingga tidak menimbulkan banyak “penampakan” yang bisa mengundang perhatian laki-laki yang memandang. “Akan muncul di akhir umatku, wanita-wanita yang berpakaian namun pada hakekatnya telanjang. Di atas kepala mereka terdapat sesuatu penaka punuk unta. Mereka tidak akan memasuki surga, dan tidak juga akan menciumaroma surga. Padahal aroma surga itu dapat dicium dari jarak sekian dan sekian. (HR. Muslim) Loose women! Kata Abu Al-Ghifari dalam menyebutkan perempuan yang berpakaian, namun pada hakekatnya telanjang karena suka memamerkan aurat. Perempuan yang berpakaian, namun fungsi pakaian telah diselewengkan. Tidak untuk menutup aurat, namun untuk memperlihatkan aurat sehingga dapat menimbulkan rasa penasaran bagi yang memandang. Imam Ibnu Abdil Barr memberi penjelasan lebih rinci tentang yang dimaksud dengan pakaian tapi telanjang. Menurut beliau, berpakaian tetapi telanjang adalah perempuan-perempuan yang mengenakan busana tipis yang dapat menampakan lekuk liku dan bentuk tubuhnya, belum menutup dan menjaga tubuh dalam arti yang sebenarnya. Pakaian hanya dijadikan sebagai alat untuk mempercantik diri dan dijadikan sebagai hiasan semata. Berjilbab, berbahan transparan. Hanya akan membuat mata lekat memandang. Juga membuat imajinasi melayang. Karena di situ banyak sekali “lahan” untuk meniti lamunan. Kamudian, untuk apa jilbab dikenakan? 4) Tidak boleh “Ngetat”
98
Busana model ketat mini sekarang ini menjadi tren yang paling diminati. Tak hanya baju ataupun pakaian bawahan, jilbab pun kini banyak yang modelnya mini ketat. Sehingga, ketika seorang perempuan mengenakan pakaian tersebut, hal-hal yang berbau nongol pun akan terlihat menonjol, hal-hal yang seharusnya disembunyikan pun akan menyembul keluar. “Rasulullah saw memberiku pakaian Qibthiyah (pakaian mesir) yang tebal, hadiah dari Dihyah al-Kalby. Pakaian itu aku kenakan pada istriku. Maka suatu ketika Rasulullah bersabda: “Mengapa engkau tak pernah memakai baju mesir itu?” Aku pun menjawab, “Baju itu aku pakaikan pada istriku.” Beliau bersabda, “Perintahkanlah istrimu agar mengenakan baju lain di bagian dalamnya. Aku khawatir pakaian Mesir itu masih menggambarkan bentuk tulangnya.” (Usmah Ibn Zaid). Masih seputar pakaian sang adik. Saya teringat dengan aksi nyentrik salah satu panitia penerimaan mahasiswa baru di sebuah perguruan tinggi ternama di Solo. Panitia tersebut membuat aturan bagi calon mahasiswa baru lewat media spanduk berukuran besar yang kira-kira bunyinya begini: “Cowok dilarang memakai kaos oblong, dan sendal jepit, Cewek dilarang memakai baju adiknya!” Subhanallah. Ternyata masih ada kampus yang masih peduli dengan “penghuninya” di saat masa krisis identitas dan krisis moral seperti sekarang ini. Luar biasa! Benar-benar contoh yang patut diteladani. Kampus mana lagi hayo, yang mau menyusul? Memang dampak yang ditimbulkan dari marak-maraknya perempuan yang berbusana ketat termasuk jilbab, sangat luar biasa. Bukan dampak positif melainkan dampak negatif. Model busana
99
yang seperti itu tentu akan mengundang banyak kemaksiatan dan kejahatan. Sebab, aurat yang seharusnya tidak ditampakkan, namun dengan model busana yang ketat, justru seolah dibiarkan menjadi tontonan. Sehingga, hal ini tentu sangat menarik perhatian, khususnya perhatian kaum laki-laki. Nah, kalau yang melihat memiliki maksud yang jahat, apa anda tidak takut? 5) Tidak diberi wewangian/Parfum berlebihan. Yang saya tahu sekarang ini banyak di antara muslimah berjilbab yang menjadi korban iklan. Adanya beragam iklan parfum di media elektronik dan media cetak ternyata banyak memakan korban. Banyak perempuan Islam yang ingin mencoba, bahkan sampai berlangganan parfum yang ditawarkan iklan, ketergantungan dan kecanduan memakai wewangian pun sulit dihindarkan. Sungguh Rasulullah saw telah melarang kaum perempuan untuk memakai wewangian berlebihan ketika hendak bepergian. Namun, sekarang ini zaman telah berbalik. Banyak di antara kaum perempuan yang bersuami memakai wewangian ketika hendak bepergian. Namun ketika di rumah, burketnya sengaja dibiarkan masuk hidung sang suami. “Jika salah seorang wanita dia antara kalian hendak ke Masjid, jangan sekali-kali ia memakai wewangian” (HR. Muslim). Kalau boleh mengingatkan, pada prinsipnya Islam tidak melarang umatnya untuk memakai wewangian. Namun wewangian
100
yang dibolehkan, yaitu yang tidak berlebihan dan tentu tidak mengandung bahan yang diharamkan. Sebab, wewangian yang berlebihan bisa menimbulkan aroma yang menggoda. Selain itu, wewangian yang mengandung bahn-bahan yang diharamkan, termasuk juga lakohol tentu tidak diperbolehkan dan bisa dihukumi haram. “Wanita mana saja yang memakai wewangian kemudian ia keluar dan lewat di muka orang banyak agar mereka mendapati harumnya, maka dia adalah pezina.” (HR. Abu Daud dan AtTirmidzi). Berjilbab namun memakai wewangian yang berlebihan tentu bisa menggoda dan bisa memancing hadirnya kemaksiatan. Sehingga, jika seorang lelaki terpancing, yang berjilbab pun akan disikat. Dan rasa aman yang dipancarkan dari pesona jilbab pun akan sirna. 6) Tidak Menyerupai Pakaian Laki-laki Pernah melihat laki-laki berjilbab? Kalau kita pernah menginjakkan kaki di tanah Arab, tentu akan ditemukan banyaka kaum laki-laki mengenakan tudung kepala. Namun, kudung kepala tersebut bukanlah jilbab seperti yang kita maksud, melainkan sering disebut Kafieh.
Pernah melihat mendiang mujahid
Palestina, Yaser Arafat? Ya. Beliau termasuk tokoh perjuang Islam yang hampir selalu mengenakan Kafieh. “Rasulullah melaknat laki-laki yang memakai pakaian perempuan dan perempuan yang memakai pakaian perempuan.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Hakim, dan Ibnu Majah)
101
“Bukan golongan kami, wanita yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang menyerupai wanita” (HR. Ahmad dan At-Tabrani)
Ini merupakan puncak kemurkaan Rasulullah terhadap umatnya yang gemar berpakaian dan bertingkah laku mirip dengan lawan jenisnya. Rasulullah tidak akan mengakui sebagai umatnya jika ada orang yang berperilaku seperti itu. 7) Tidak Boleh Sama dengan Pakaian Perempuan Kafir. Seorang tokoh Yahudi, Dr. Menachem M. Brayer dalam bukunya The Jewish Women in Rabbinisc Literature mengatakan, salah satu adat wanita Yahudi ketika keluar ke tempat-tempat umum, yaitu selalu menutup kepalanya, dan kadangkala menutupi seluruh muka hanya satu matanya saja yang kelihatan. Sedang dalam pepatah purba Rabai disebutkan, “Tidak layak wanita-wanita Israel keluar tanpa kepalanya ditudung”, dan “Terkutuklah lelaki yang membiarkan rambut isterinya dilihat ... wanita yang menggerai rambutnya sebagai perhiasan guna mencari perhatian”. Brayer juga menyebutkan, “Semasa zaman Tannaitik, wanita Yahudi yang tidak dapat menutupi kepalanya dianggap menghina kesuciannya. Jika kepalanya tidak ditudung, dia boleh didenda empat ratus zuzim atas kesalahan itu.” Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa dalam tradisi kaum Yahudi dan Nasrani pun ada kewajiban mengenakan “jilbab” bagi perempuan. Namun cara mengenakan dan model jilbabnya pun sangat jauh dari ajaran yang digariskan
102
Islam sehingga, walaupun kaum Yahudi dan Nasrani ada yang mengenakan jilbab, yang lebih tepatnya disebut dengan tudung kepala, namun itu tidaklah sama dengan jilbab yang dimaksud dalam Islam. Oleh karenanya, mengenakan jilbab yang cara ataupun modelnya sama dengan kaum Yahudi dan Nasrani merupakan larangan dalam Islam. Bagaiman dengan jilbab yang anda kenakan, apakah cara mengenakan dan modelnya sama dengan kaum Yahudi dan Nasrani? “.... Barang siapa yang menyerupai kaum, maka ia adalah bagian dari mereka...” (HR. Ahmad dan Abu Daud) Kemudian, mengenai masalah warna bagaiman? Ada beragam pendapat. Ada yang membolehkan perempuan Islam memakai pakaian ataupun jilbab yang warna-warni ataupun ngejreng, tapi ada juga yang melarang. Yang membolehkan, merujuk pada sabda Rasulullah berikut : “Dari Ibnu Abi Mulaikah, dia berkata, “saya pernah melihat Ummu Salamah mengenakan baju dan pakaian panjang berwarna kuning.” “Dari Ibrahim An-Nakha‟i, saat dia mengunjungi istri-istri Rasulullah bersama dan alaswad, dia melihat mereka mengenakan pakaian panjang-panjang berwarna merah” “Dari Sa‟id inb Jubair bahwasanya ia pernah melihat sebagian istri-istri Rasulullah berthawaf di masjidil haram dengan mengenakan pakaian berwarna kuning. Ada
beberapa
hadits
yang
melarang
perempuan
mengenakan pakaian warna-warni : “Rasulullah pernah melihat saya memakai dua kain yang dicelup warna kuning. Maka beliau bersabda, “Sungguh ini adala pakaian orang-orang kafir, maka janganlah engkau memakainya.”
103
(HR. Muslim, Ahmad, An-Nas‟i, dan Hakim dari Abdullah bin Amr) 8) Bukan untuk Mencari Popularitas. Ketakjuban atau kekaguman kadang memang sering berujung pada kata-kata pujian. Tak terkecuali jika kita melihat busana yang bagus, ungkapan kata-kata pujian kadang meluncur dengan deras tanpa disengaja. Kemudian, bagaimana perasaan kita ketika mgenenakan busana bagus dan banyak yang memujinya? “Barangsiapa memakai pakaian untu mencari popularitas di dunia, maka Allah akan mengenakannya pakaian kehinaan padanya di hari kiamat, kemudian membakarnya di neraka.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah). Fungsi dasar pakaian seharusnya sebagai penutup aurat, kini banyak disalahgunakan. Kaum hawa kini banyak menjadikan pakaian hanya sebagai sarana untuk pamer kecantikan, mencari pengakuan diri, bahkan untuk mencari sensasi. 4. Agar Selalu Disayang Tuhan. a. Tutup Aurat, Mantapkan Niat. Perasaan ragu, canggung, dan malu mengharu biru menjadi satu dalam kalbu. Suatu perasaan yang membersemai “hijrah”nya diri ke dalam diri yang lain. Mengubah penampilan “lama” menjadi “baru”. Dari perempuan yang dulunya “gundul” menjadi perempuan berjilbab. Wajar memang, jika perasaan itu bergelayut di dada perempuanperempuan pejuang Islam yang pertama kali menikmati indahnya perubahan. Pejuang yang menginginkan perubaha diri, pejuang yang
104
senantiasa menginginkan ridha Ilahi. Sebuah perubahan yang benarbenar membutuhkan suatu ketulusan, sebuah perubahan yang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang tak ternilai. “... Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa-apa yang ada pada suatu kaum, sehingga kaum itu mengubah apa yang ada di dalam diri-diri mereka ...” (QS. Ar-Ra‟d : 11) Takut menodai keagungan Islam, belum kepengen, belum siap, belum mendapat hidayah, dan sebagainya. Kata-kata seperti itu sering saya temukan terlontar dari bibir mungil perempuan ketika diingatkan untuk memakai jilbab. Saya benar-benar dibuat penasaran untuk mengetahui motivasi mereka sampai enggan berjilbab. Yang jelas, ketika diingatkan, semakin banyak pula alasan yang dikemukakannya. Dengan ghirah dakwah yang terus menyala, mungkin mereka akan ditunjukkan jalan oleh Allah swt. Mudah-mudahan. Tapi izinkanlah saya sedikit berkomentar. Kalau kita menilik firman Allah di atass, mungkin kita akan menyadari bahwa sebenarnya hidayah itu tak akan kita dapat selagi tanpa adanya upaya dari diri kita untuk mencarinya. Hidayah musti dicari, dan tak datang dengan sendirinya. “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam mencari keridhaan Kami, sungguh akan Kami tunjukkan pada mereka jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut :69) Ketidaksungguhan diri dalam mencari keridhaan Ilahi merupakan tindakan konyol dan tak akan pernah berarti apa-apa. Memantapkan niat dengan diiringi oleh upaya yang sungguh-sungguh tentu tak akan
105
sia-sia. Insyaallah ada hasilnya. Kemudian, bagaimana dengan yang baru ingin memakai jilbab? Kalau boleh menyarakan, jangan ragu atau malu. Jangan hanya sebatas keinginan, bersegeralah melakukan, bersegeralah mencari ridha Allah! “Segala amal perbuatan itu tergantung pada niat.” Begitu kirakira cuplikan salah atu sabda Rasulullah. Dalam sabdanya tersebut, Rasulullah mengisyaratkan dan mensyari‟atkan kepada umatnya agar ketika akan melakukan sesuatu hendaklah dibarengi dengan niat yang tulus, ikhlas, dan benar. Sebab apapun yang kita lakukan, khususnya dalam halm yang bersifat „ubudiyah, maka hasilnya pun tak akan jauh berbeda dari apa yang kita niatkan. Pada bagian ini sebenarnya saya ingin menyampaikan pesanpesan. Sebuah pesan tentang betapa pentingnya peranan niat yang baik dan benar ketika hendak melakukan sesuatu tindakan ataupun anal perbuatan. Kalau seorang perempuan hendak mengenakan jilbab, sudah sepentasnya ia menata niat. Niat mengenakan jilbab dalam arti yang sesungguhnya. Niat untuk menjaga aurat dan mencari ridha Tuhan. Bukan diniatkan sekedar untuk keren-kerenan atau sekedar sebagai pelengkap berhias, ataupun sekedar untuk mencari perhatian. Tetapi tetap ada yang sudah berniat mengenakan jilbab namun takut kehilangan jati dirinya, takut mengubah karakternya. Saya pernah mendapati seorang perempuan berjilbab yang berkarakter dan
106
pemberani seperti laki-laki. “berjilbab, kok gitu”. Celetuk temannya yang tak suka dengan “gayanya”. Ketika mendengar celetuk temannya itu, saya sempat heran. Salah apakah perempuan berjilbab itu, bukankah yang “mencetak” karakternya seorang itu tak lain hanya Allah? Bukankah karakter orang di dunia tak ada yang sama? Anda tentu ingat dengan pejuang Islam, Nusaibah binti Ka‟ab. Ia adalah seorang perempuan berjilbab, namun dengan gagah beraninya terjun ke medan peperangan. Bahkan ia selalu melindungi Rasulullah saw ke manapun beliau bergerak dalam medan peperangan. Ummu Hani‟ binti Abu Thalib juga seorang perempuan berjilbab, namun karakternya sebagai seorang pemberani dan berkepribadian kuat juga tak pernah lepas dari dirinya. Ia tetap menjadi dirinya sendiri, tanpa mengubah karakter ketika menjadi perempuan berjilbab. Ingat dengan Aisyah istri Rasulullah, Istri Amirul Mu‟minin, juga tak bisa melepas sifat manjanya, dan masih tetap “centil” di hadapan suaminya. Bagaimana dengan anda? Masih ragukah anda mengenakan jilbab hanya karena takut kehilangan “jati diri”? b. Berjilbab dengan Akhlak. Bukan maksud saya menganjurkan untuk tidak berjilbab atau pamer aurat. Sebenarnya beliau hanya ingin mengingatkan, bahwa kain yang dikenakan sebagai tudung kepala perempuan Islam, hanya bagian dari representasi jilbab yang berfungsi sebagai menutup aurat
107
secara fisik semata. Namun jilbab yang menutup aurat secara psikis bukanlah jilbab yang berbahan kain, melainkan berupa akhlak yang mulia. Maksudnya, ketika seorang telah mau menjaga aurat dengan berjilbab, maka perilaku dan sikapnya pun harus selalu dijaga dari halhal yang tercela. Sekarang ini, masih sering kita dapati ada sementara orang yang beranggapan, bahwa berjilbab dengan tidak berjilbab sama saja. “yang terpenting akhlaknya, man!” komentarnya. Setujukah anda? Sebelum anda jawab, alangkah baiknya kalau saya memberi sedikit ulasan sebagai bahan renungan. Akhlak memang penting, tapi menutup aurat juga tak kalah penting. Maksudnya, bahwa antara akhlak dan jilbab pada dasarnya memiliki posisi yang sama-sama penting. Sebab, mengenakan jilbab merupakan kewajiban, dan berakhlak mulia pun merupakan kewajiban. Jika seorang perempuan telah berniat mengenakan jilbab, maka sudah menjadi kewajibannya untuk menghargai jilbab yang dikenakan dengan cara bertingkah laku sopan dan memakai pakaian yang sesuai dengan aturan Islam. c. Konsep kecantikan Cantik di luar, cantik di dalam! Suatu gambaran ideal tentang kecantikan perempuan idaman. Dan sungguh menjadi dambaan setiap kaum adam.
108
Siapa bilang jilbabers tak boleh tampil cantik, merawat diri ataupun berdandan? Kemudian, di mana letak keindahan jilbabers ketika tidak boleh berhias ataupun berdandan? Bukankah tampil cantik (indah) dan berhias merupakan hal yang dicintai Allah dan Rasul-Nya? Bukankah Allah Maha Indah, sehingga mencintai keindahan? Marilah kita simak sabda Rasulullah saw yang satu ini : Dari ibnu Mas‟ud r.a berkata, Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah masuk surga orang yang dalam hatinya masih ada sebiji atom kesombongan”. Lantas seserorang berkata, “Sesungguhnya ada seseorang yang senang berpakaian bagus bersandal bagus. Apakah itu termasuk sombong? Rasulullah saw menjawab, “sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan menghargai manusia”. (HR. Muslim) Jika perempuan berdandan atau berhias diri. Sesuatu yang indah tentu harus dirawat agar tetap nampak keindahannya. Begitu pula keindahan perempuan, tentu haruslah senantiasa rawat agar tetap terjaga. Bukan suatu kesombongan jika tidak untuk menggoda. Sebab, pada zaman Rasul pun berdandan dan rawat diri telah menjadi tradisi. Mau bukti? Mungkin sabda Rasulullah berikut ini bisa kita telisik untuk menjadi bukti. “Rasa malu , berminyak wangi, siwak, dan nikah adalah tradisi para rasul.” (HR. Tirmidzi, dari Abu Ayyub). Percantik diri, bersihkan hati. Menilik hadits tersebut, saya menangkap ada dua hikmah yang dapat dipetik. “Rasa malu” dalah hadits tersebut mengandung makna inner beauty, cantik dari dalam. 109
Ya. Mengajarkan kepada kita untuk mempercantik diri dari dalam, membersihkan hati dari hal-hal yang tercela dan tak terpuji. Kalau kecantikan dalam sudah dirawat, itu buka berarti kecantikan luar boleh dibiarkan. Merawat kecantikan luar juga tak kalah pentingnya dengan merawat kecantikan dalam diri. Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa perempuan itu tak boleh berdandan dan merias diri ketika hendak keluar rumah. Terlebih lagi bagi perempuan berjilbab alias jilbabers. Sebuah anggapan yang keliru jika yang dimaksud dandan itu selalu identik dengan Make up. Bukankah mengenakan pakaian, termasuk berjilbab juga berdandan? Tidak bolehkah kita keluar rumah berdandan, mengenakan pakaian rapi dan sopan? Bukan bermaksud menggurui, namun mengajak untuk sama-sama merenungi. Ingin selalu tampil cantik memang tak harus dengan make up. Rajin merawat diri dan menjaga kondisi badan juga bisa membuat perempuan selalu tampil cantik. Mungkin tak terbayang bagaimana bau busuknya dunia ini jika seluruh umat manusia tak ada yang mandi. Alangkah menakutkannya dunia ini jika seluruh penghuninya tak ada yang berpakaian. Kalau saja di sebelah kita ada seseorang yang burketnya tercium, kita pun sering kali kelimpungan. Belum lagi kalau secara tak sengaja melihat ada yang telanjang, rasa malu pun sering membikin muka merah padam. Salahkah bila jilbabers merawat diri?
110
“Sungguh, laki-laki dan perempuan Muslim, laki-laki dan perempuan Mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, lakilaki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah Menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab :35) Sementara, untuk mempercantik diri dari luar, kita bisa belajar dari sebuah kisah yang saya kutip dari Ustadz Muhammad Abdul Halim Hamid berikut ini : Masuklah seseorang yang bertampang semrawut dan rambutnya acak-acakan kepada amirul mu‟minin Umar bin Khattab ra. Ia bersama istrinya. Lantas berkatalah sang istri, “saya tidak dapat lagi berkumpul dengan orang lain, wahai amirul mu‟minin.” Amirul mu‟minin melihat wanita itu begitu benci kepada suaminya. Lantas disuruhlah laki-laki itu untuk mandi, berdandan, dan memotong kukunya. Ketika semua dituruti, Amirul Mu‟minin menyuruh untuk menemui istrinya. Ketika menemuinya, kagetlah sang istri lalu menjauh dari padanya. Namun, akhirya ia tahu siapa yang ada dihadapannya itu. Lalu dengan senang hati ia pun menyambutnya. Setelah itu sang istri mencabut tuntutannya. Berkatalah umar ra, “Demikian ini, lakukanlah untuk mereka (para istri), karena demi Allah, mereka suka kalian berdandan untuk mereka, sebagaimana kalian suka bila mereka berdandan untuk kalian.” Bukan Cuma laki-laki, kisah ini tujukan. Yang perempuan pun memiliki kewajiban yang sama, kewajiban berdandan ataupun merawat diri. Dan memang suatu kewajaran jika seorang perempuan mendambakan kecantikan luar dan dalam. Sebab, diciptakannya makhluk yang bernama perempuan adalah untuk membuat suatu pencerahan, pencerahan dari “kegelapan” kehidupan kaun laki-laki. 111
Perempuan juga menjadi perhiasan, perhiasan dari gemerlapnya kahidupan dunia yang fana. “Dunia adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Amr bin ash). Tak terbayang! Jika seorang perempuan santun tutur katanya, cerdas otaknya, sopan tingkah lakunya, bagus agamanya, dan senantiasa mau menjaga auratnya. Tak terbayang bagaiman? Ya, tentu tak terbayang betapa bejibunnya kaum adam yang mengharapkannya, betapa panjangnya deretan antrian menunggu giliran, dan betapa riuhnya arena rebutan untuk mendapatkannya. Sungguh perempuan idaman!
112
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam buku Kudung gaul, berjilbab tapi telanjang karya Abu Al-Ghifari Kalau kita membaca kedua buku tersebut maka kita akan mendapat beberapa perbedaan dan persamaan. Keduanya sama-sama ingin menjelaskan cara berbusana muslimah yang baik dan benar. Dan perbedaan keduanya juga terlihat ketika mereka menjelaskan dan memberi pengertian dengan sudut pandang mereka masing-masing dan lain sebagainya. Namun sebelum kita membahas tentang perbedaan antara kedua buku tersebut alangkah baiknya kalau kita melihat tentang kesamaan antara kedua buku tersebut. Berikut uaraiannya : 1. Kecemasan Begitu pula dengan Abu Al-Ghifari mengawali tulisannya dalam kata pengantar dengan kesedihannya karena kemajuan teknologi tidak dibarengi dengan kemajuan akhlak, lebih tepatnya beliau berkata,
113
“Kecanggihan dunia modern dengan teknologi informasinya, ternyata tidak diikuti kemajuan di bidang akhlak. Dunia semakin maju tapi di sisi lain menusia kian terbelakang. Manusia berhasil mencapai cinta-citanya di dunia tapi gagal memikirkan nasib dirinya di akhirat kelak. Ironisnya, kemunduran akhlak ini juga melanda para generasi Islam yang merupakan tulang punggung perjuangan Islam di kemudian hari.” (Abu, 2004: 5). 2. Dalil tentang busana muslimah. Al-Qur‟an secara gamblang menjelaskan mengenai hijab sebagai sesuatu yang dapat menjadi “alat” untuk menjaga kehormatan ataupun harga diri manusia. Mengerjakan sesuatu dalam Islam tidak lepas dari perintah dan larangan yang berasal Allah dan rasul-Nya. Mengenai dalil tentang busana muslimah kedua penulis mengambil dari ayat yang dan surat yang sama. Ayat yang pertama adalah surat Al-Ahzab ayat 59.
ِ ِ ِيآأَيُّها النَِِّب قُل ألَزو ِاجك وب نات ِ ِِ ني َعلَْي ِه َّن ِمن َ ََ َ َ َ ْ ُّ َ ني يُ ْدن َ ك َون َسآء الْ ُم ْؤمن َ َ ِ ِ يما َ َجالَبِيبِ ِه َّن ذَل ً ك أ َْد ََن أَن يُ ْعَرفْ َن فَالَ يُ ْؤذَيْ َن َوَكا َن اهللُ َغ ُف ًورا َّرح “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang Mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. AlAhzab : 59) Para mufasir meriwayatkan tentang sebab turunnya ayat 59 dari surat al-Ahzab bahwa dahulu perempuan merdeka dan hamba sahaya
114
biasa keluar malam untuk menuanaikan hajat (buang air) di antara dinding-dinding dan pohon-pohon kurma. Keberadaan mereka tanpa disertai identitas atau ciri-ciri pembeda antara perempuan merdeka dan hamba sahaya (dari segi pakaian mereka), sedangkan waktu itu di Madinah banyak orang-orang fasiq yang biasa mengganggu hamba sahaya perempuan dan kadang juga perempuan merdeka. Alasan mereka bila ditegur adalah hanya mengganggu hamba sahaya perempuan saja. Maka melalui ayat ini, perempuan merdeka diperintahkan untuk membedakan diri, dalam hal pakaian, dengan para hamda sahaya perempuan, agar mereka dihormati, disegani dan tidak merangsang laki-laki. (Ibrahimi, 2008 : 8). Setelah mencermati latar belakang (asbabun nuzul) ayat di atas, dapatlah kita katakan bahwa melalui ayat ini Allah menginstruksikan kepada Nabi agar beliau memerintahkan perempuan-perempuan yang beriman, khususnya kepada para istri dan putri-putrinya karena kemuliaan mereka, untuk mengulurkan jilbab-jilbab mereka sehingga mereka lebih mudah dikenal sebagai perempuan terhormat atau sebagai perempuan muslimah atau sebagai perempuan merdeka sehingga berbeda dari perempuan jahiliyah dan hamba sahaya-hamba sahaya perempuan. Ayat tersebut memerintahkan untuk mengulurkan jilbab. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa pada dasarnya dahulu mereka telah memakai jilbab, namun belum sempurna. Hal ini sebagaimana
115
dinyatakan oleh Ibrahim Muhammad al-Jamal, bahwa dahulu di zaman Jahiliyah sebelum kedatangan Islam, kaum perempuan banyak yang melemparkan ujung kerudung kepala mereka ke arah punggung, dengan memperlihatkan leher dan telinga mereka. Dengan ayat 59 Allah melarang perbuatan demikian (Ibrahimi, 2008 : 11). 3. Hukum pemakaian busana muslimah. Dengan melihat dari beberapa tulisan mereka berdua, mereka sepakat bahwa hukum berbusana muslimah adalah wajib. Dari ayat alQur‟an dan Nabi yang mereka kutib, entah perintah maupun larangan mereka berdua sangat terlihat dalam menekankan hukum wajib berbusana muslimah atau berjilbab. “Perintah memakai jilbab bagi wanita muslimah pada dasarnya bukan sekedar perintah yang fungsinya melindungi kehormatan wanita, tapi juga merupakan ibadah bagi muslimah itu sendiri. Jadi dengan berjilbab bagi muslimah telah meraup pahala yang besar di sisi Allah swt. Sebaliknya bagi yang melanggar, kehormatannya tercoreng, juga dosa besar yang akan ditimpakan Allah swt pada mereka baik di dunia maupun di akhirat nanti (Abu, 2004: 43). 4. Kriteria busana muslimah. Kriteria busana muslimah dalam kedua buku tersebut sama persis, keduanya sama-sama memberikan 8 kriteria untuk busana muslimah yang sesuai dengan Al-Qur‟an dan As-Sunah. Kriteria jilbab bukanlah berdasarkan kepantasan atau mode yang lagi tren, melainkan
116
berdasarkan Al-Qur‟an dan As-Sunah. Jika kedua sumber hukum Islam ini telah memutuskan sesuatu hukum, maka seorang muslim atau muslimah terlarang membantahnya. Berikut 8 kriteria yang kedua buku tersebut sampaikan. a. Menutup seluruh badan selain yang dikecualikan b. Bukan berfungsi sebagai perhiasan c. Berkain tebal d. Kain longgar, tidak menggambarkan lekuk tubuh. e. Tidak diberi wewangian atau parfum f. Tidak menyerupai pakaian laki-laki g. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir h. Bukan untuk mencari popularitas. Busana yang tidak sesuai kriteria Abu Al-Ghifari memberikan beberapa contoh macammacam kerudung pada zaman sekarang, berikut pemaparannya : a. Jilbab Mini. Kecil ukurannya, mungil modelnya. Dipakaipun akan menimbulkan banyak “penampakan”. Rambutnya masih terlihat tergerai, leher dan dadanya masih terlihat terbuka. Model jilbab ini biasanya sering dipakai oleh pelajar SLTA, sebagian ABG (anak baru gede) dan sebagian orang kurang percaya diri mengenakan jilbab. b. Jilbab Seksi.
117
Ketika jilbab telah terpasang rapi di kepala, tentu acara bersolek bisa dikatakan telah selesai. Karena busana lainnya tentu sudah dikenakan. Tapi bagi penggemar jilbab ketat, setelah jilbab terpasang di kepala bukan berarti “acara” sudah selesai. Ia masih punya pekerjaan lain, yaitu memasukkan ujung jilbab ke dalam baju setelah diikat dan membelit leher dengan rapi. c. Jilbab Funky Rambut depat teruarai keluar hingga menutup sebagian kening, ditata rapi. Selembar kain dikerudungkan di atas kepala, ujungnya diikat di antara leher dan dagu agar tidak goyah ketika angin menerpa. Atau agar tidak melorok ketika mamakainya melakukan banyak gerakan. Tanpa ada sebatang pun peniti, hanya ujung lembaran kain itu yang dijadikan tali. d. Jilbab Topi. Hanya sebatas rambut yang tertutup. Telinga, leher dan dada pun dibiarkan terbuka. Helm! Ya. Lebih mirip dengan helm yang sering dipakai pengendara kendaraan bermotor, namun beda bahan dan fungsinya. 5. Pengertian Busana Dalam pandangan Abu Al-Ghifari di bukunya Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang bahwa busana adalah pakaian yang
118
disyariakan oleh Allah dalam kitab-Nya Al-Qur‟an dan oleh Nabi Muhammad dalam Haditsnya. Abu Al-Ghifari tidak menjelaskan secara jelas seperti Solichul Hadi tentang
pengertian tentang
jilbab, hijab ataupun khimar. Berikut pengertian ketiga hal tersebut menurut pandangan yang lain. a. Khimar Sekilas khimar (kerudung dalaman) memiliki definisi yang hampir sama dengan jilbab. Tapi tidak sama. Jilbab memiliki arti yang lebih luas, Karena Jilbab dapat diartikan sebagai busana muslimah yang menjadi satu corak, yaitu busana yang menutup seluruh tubuhnya, mulai dari atas kepala sampai kedua telapak kakinya yang jadi satu (menyatu) tanpa menggunakan
kerudung
lagi.
Sedangkan
Khimar
itu
(kerudung) hanya tudung yang menutupi kepala hingga dada saja. Sama halnya seperti Jilbab, kerudung ini hukumnya wajib. Ibnu Katsir rahimahullaahu berkata : “Khimar, nama lainnya adalah Al-Maqani‟, yaitu kain yang memiliki ujung-ujung yang dijulurkan ke dada wanita, untuk menutupi dada dan payudaranya, hal ini dilakukan untuk menyelisihi syi‟ar wanita jahiliyyah karena mereka tidak melakukan yang demikian, bahkan wanita jahiliyyah dahulu 119
melewati para lelaki dalam keadaan terbuka dadanya, tidak tertutupi sesuatu, terkadang memperlihatkan lehernya dan ikatan-ikatan rambutnya, dan anting-anting yang ada di telinganya dan khumur adalah jama‟ dari khimar, artinya apaapa yang digunakan untuk menutupi, maksudnya disini adalah yang digunakan untuk menutupi kepala, yang manusia menyebutnya Al-Maqani‟. (http://mujahidah-alkhansa.html: Perbedaan Khimar Jilbab Dan Hijab.) “Katakanlah kepada wanita yang beriman:”Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan khimar ke juyub (celahcelah pakaian) mereka” (QS. An-Nur: 31). b. Jilbab Berasal dari bahasa arab yang jamaknya jalaabiib artinya pakaian yang lapang/luas. Pengertiannya yaitu pakaian yang lapang dan dapat menutup aurat wanita, kecuali muka dan kedua telapak tangan hingga pergelangan saja yang ditampakan. Jilbab ini hukumnya adalah wajib sebagai sebuah keharusan yang pasti atau mutlak bagi wanita dewasa yang mukminat atau muslimat.
120
Wajib bagi wanita muslimah mengenakan jilbab setelah mengenakan khimar ketika keluar rumah, sebagaimana tercantum dalam firman Allah : ”Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin agar hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab:59) Berdasarkan dari majelis-majelis ilmu yang saya dapat (tarbiyah), Masih banyak yang orang yang beranggapan bahwa jilbab ini inilah yang sesuai (QS. Al-Ahzab:59). Namun sebenarnya masih tidak memenuhi salah satu syaratsyarat jilbab syar'i yaitu : misalnya, masih tampak bentuk tubuh dan masih merupakan khimar yang sesuai dengan QS. An-Nur: 31, maka turunlah QS. Al-Ahzab: 59 yang merupakan penyempurnaan dari QS. An-Nur: 31. c. Hijab Sesuai penjelasan diatas, maka disebutlah hijab. Hijaab atau ħijāb (bahasa Arab:
) حجابadalah kata dalam bahasa
Arab yang berarti penghalang. Tentunya yang dimaksud dengan „penghalang‟ adalah menghalangi pandangan dari yang tidak seharusnya dilihat (baca: aurat). Pertanyaannya: “Hijaab termasuk bagian yang menutupi tubuh bagian
121
mana?” Jika kita kembali membaca arti dari penghalang, maka hijaab adalah pakaian dari atas sampai kebawah yang dikenakan wajib bagi muslimah untuk menutup aurat. (http://mujahidah-alkhansa.html:
Perbedaan Khimar Jilbab
Dan Hijab.) Adapun makna lain bahwa hijab artinya sama dengan tabir atau dinding/penutup. Pengertian yang dimaksud dari hijab atau tabir disini adalah tirai penutup atau sesuatu yang memisahkan/membatasi baik berupa tembok, bilik, gorden, kain dan lain-lain yang biasa digunakan sebagai pembatas interaksi saat sedang syuro. Maka, hal inilah yang sesuai dengan syarat-syarat jilbab syar'i dan sesuai dengan firman Allah dalam QS. AlAhzab:59 : ”Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin agar hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab:59). Ada sebuah kisah menarik ketika ayat ini (QS. AlAhzab:59) setelah (QS. An-Nisa: 31) diturunkan. Sebelum itu, para muslimah di zaman Rasulullah SAW
memang
belum berpakaian menutupi seluruh tubuh. Dan begitu ayat
122
ini
turun,
dengan
sepenuh
ketaatan
mereka
pun
menjalankannya. Karena mereka belum memiliki jilbab, maka mereka pun menarik gorden-gorden untuk dijulurkan ke seluruh tubuh. Begitu ayat itu turun, mereka langsung mengerjakannya. Itulah karakter generasi pertama dalam sejarah keislaman Sami'na Wa Atho'na, kami dengar dan kami taat. Subhanallah! . Dan menurut saya, inilah jilbab yang paling tepat dan anggun seperti gambar yang diatas. Syaikh Al Bani rahimahullah mengatakan, “Setiap Jilbab adalah Hijab, tetapi tidak semua hijab itu jilbab, sebagaimana yang tampak.” “Hai anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi aurat kalian dan pakaian yana indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang terbaik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A‟raf 26). Jika sudah mengetahui perbedaannya, maka tentunya tidak ada alasan bagi kita, wanita muslim, untuk mengelak atau merangkai seribu macam alasan demi menghindari berhijab yang sudah menjadi perintah Allaah. Bahkan untuk merubah fungsinya saja juga haram hukumnya. “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam mencari keridhaan Kami. Sesungguhnya akan kami tunjukkan pada mereka jalan kami. Dan sesungguhnya Allah
123
bersama orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut :69).
Yang intinya bahwa pengertian khimar di dalam surat An-Nur ayat 31 adalah kain kerudung yang digunakan wanita untuk menutup kepala sehingga tertutup rambut, leher, anting-anting dan dada mereka. 6. Fungsi Busana Muslimah Abu Al-Ghifari menjelaskan bahwa jilbab berfungsi menjaga nafsu birahi laki-laki yang biasanya bangkit dengan melihat aurat wanita.
7. Perempuan Mungkin banyak pertanyaan kenapa wanita saja yang ditekankan dalam hal berbusana dengan hampir keseluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan. Abu al-Ghifari dan Solichul Hadi akan menjelaskan dengan pandangan mereka masing-masing. Abu Al-Ghifari dalam bukunya memaparkan sebagai berikut : a. Perempuan itu aurat Perempuan itu aurat, seluruh tubuh perempuan mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki mempunyai daya tarik, gerakgerik perempuan sering menjadi santapan nafsu hewani karena saking menariknya. Bila saja perempuan menampakkan sedikit saja auratnya, maka hati-hati setan berada disekelilingnya. 124
b. Besarnya daya tarik perempuan tak jarang laki-laki tenggelam dalam lembah kehinaan. c. Mudah dirayu Aurat itu kelemahan, di dalam tubuh wanita itu ada sesuatu yang berharga dan terhormat serta mengundang seseorang mengganggunya sedangkan perempuan itu aurat yang berarti mempunyai kelemahan, mudah dirayu dan tidak mempunyai ketahanan yang kuat sehingga barang berharga yang ada di dalamnya mudah dicuri. d. Wanita komoditi yang layak dipasarkan. Wanita sering diidentikan dengan bunga sebagai lambang keindahan dan simbol kenikmatan. Tidak ada yang paling enak dipandang menurut pandangan nafsu selain lemah gemulainya perempuan, tak heran jika perempuan dijadikan komoditi yang layak dipasarkan dan mendatangkan untung besar. Selain
dari
hal-hal
tersebut
Abu
Al-Ghifari
juga
mencantumkan hadits-hadits tantang wanita. e. Wanita adalah fitnah Sesungguhnya dunia ini sangat manis, Allah menyerahkan kepada kamu untuk melihat bagaimana kamu berbuat, karena itu berhati-hatilah pada wanita. Sesungguhnya fitnah pertama Bani Israel terjadi karena wanita”. (HR Muslim) f. Wanita adalah ujian berbahaya bagi laki-laki. “Tidak ada suatu cobaan sepeninggalanku yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki yang melebihi bahayanya, cobaan yang berhubungan dengan wanita”. (HR Bukhari)
125
g. Perempuan itu aurat. “Perempuan itu aurat, maka apabila ia keluar rumah, berdirilah (terangsang) setan kepadanya”. (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah) h. “Maka (ketika aurat terbuka) hauslah nafsu orang yang di dalam hatinya ada penyakit”. (QS Al-Ahzab :32) 8. Hikmah Berbusana Muslimah a. Meraup pahala Perintah memakai jilbab bagi wanita muslimah pada dasarnya bukan sekedar perintah yang fungsinya melindungi kehormatan wanita, tapi juga merupakan ibadah bagi muslimah itu sendiri. Jadi dengan berjilbab berarti seorang muslimah telah meraup pahala yang besar di sisi Allah swt. b. Wanita menjadi madu dunia Wanita yang menjadikan auratnya hanya untuk seorang laki-laki (suaminya) dan ia hanya mau mengumbar nafsu seksnya
hanya
dengan
suaminya.
Wanita
yang
tidak
memperdagangkan auratnya kepada semua laki-laki dan seterusnya dan alhasil, wanita madu dunia adalah wanita yang menjaga kehormatan auratnya, ia merasa rugi jika auratnya ada yang melihat selain suaminya. 9. Sebab dan akibat wanita tidak berbusana muslimah Ada beberapa faktor yang menyebabkan wanita tidak berbusana muslimah. Kedua buku tersebut menjelaskan dengan pandangan mereka masing-masing. Ada yang sama dan ada pula yang berbeda. 126
Menurut Abu Al-Ghifari ada beberapa penyebab yang membuat wanita tidak berbusana muslimah atau salah dalam berbusana. a. Banyaknya tayangan televisi atau bacaan yang berkiblat ke mode barat. Akibatnya munculnya gaya jilbab yang sesungguhnya telanjang. b. Minimnya pengetahuan anak terhadap nilai-nilai Islam sebagai akibat dikuranginya jam pendidikan agama di sekolah-sekolah umum. Akibatnya Generasi Islam semakin jauh dari Islam dan kehilangan arah dalam menentukan sikap, termasuk cara berpakaian. c. Kegagalan fungsi keluarga, Akibatnya ketika anak keluar rumah, tak ubahnya seperti kuda yang kehilangan kendali. d. Peran para perancang yang tidak memahami dengan benar prinsip pakaian Islam. Akibatnya jilbab mengalami perubahan dan sudah keluar dari jalur yang sudah digariskan Islam. e. Munculnya para muallaf di kalangan artis atau artis yang baru mengenakan kerudung. Akibatnya banyak para penggemarnya yang ikut-ikutan meniru gaya berjilbabnya. Akibat lain dari berbusana yang salah : f. Menumbuhkan sikap permisif terhadap kesakralan seks. Bagaimanapun mode pakaian yang seronok akan menimbulkan berbagai rangsangan seksual bagi laki-laki yang gilirannya menumbuhkan sikap permisif terhadap kesakralan seks.
127
g. Perusak akhlak. Prof Abdurrahman H., dalam bukunya Ajnihatul Makris Tsalatsah wa Khawafiha memperinci metode perusak akhlak dari barat dan mencantumkan poin kelima yaitu perusak akhlak kaum wanita dan memper-alat mereka dengan berbagai dalih dan paham yang menyesatkan. B. Analisi buku Jilbab funky tapi syar’i karya Solichul Hadi. 1. Kecemasan. Kedua penulis mengawali tulisannya dengan sebuah kesedihan dengan apa yang mereka lihat di zaman modern ini. Solichul Hadi menceritakan dalam kata pengantarnya, “Betapa jibunnya kaum hawa yang akhir-akhir ini lupa diri hanya karena ingin mengejar kesenangan dan kenikmatan duniawi. Mengejar tren terkini hanya untuk mencari sensasi. Menggadaikan harga diri hanya untuk menarik perhatian lakilaki. Tak ketinggalan pula diantara para jilbabers alias perempuan yang berjilbab. Tak sedikit dari mereka yang akhir-akhir ini telah merusak citra Islam, merusak “kesakralan” jilbab yang dikenakan sebagai “pelindung dan identitas” kaum perempuan Islam (Solichul, 2006: 7). 2. Hukum pemakaian busana muslimah. Solichul Hadi mengatakan, “Sejauh yang saya pahami, bahwa ayat tersebut (QS Al-Ahzab : 59) Allah memerintahkan kepada kaum hawa
128
untuk mengenakan jilbab. Sedang perintah mengenakan jilbab dalam ayat tersebut dua alasan. Pertama, jilbab merupakan identitas kaum perempuan Islam. Kedua, jilbab dapat pula dipakai sebagai “alat” pengaman bagi kaum perempuan (Solichul, 2006: 74). 3. Kriteria busana muslimah. Kriteria busana muslimah dalam kedua buku tersebut sama persis, keduanya sama-sama memberikan 8 kriteria untuk busana muslimah yang sesuai dengan Al-Qur‟an dan As-Sunah. Kriteria jilbab bukanlah berdasarkan kepantasan atau mode yang lagi tren, melainkan berdasarkan Al-Qur‟an dan As-Sunah. Jika kedua sumber hukum Islam ini telah memutuskan sesuatu hukum, maka seorang muslim atau muslimah terlarang membantahnya. Berikut 8 kriteria yang kedua buku tersebut sampaikan. e. Menutup seluruh badan selain yang dikecualikan f. Bukan berfungsi sebagai perhiasan g. Berkain tebal h. Kain longgar, tidak menggambarkan lekuk tubuh. i. Tidak diberi wewangian atau parfum j. Tidak menyerupai pakaian laki-laki k. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir l. Bukan untuk mencari popularitas. 4. Pengertian Busana
129
Solichul Hadi dalam bukunya Jilbab Funky tapi Syar‟i menjelaskan beberapa pengertian tentang busana, antara lain: a. Hijab adalah pakaian yang penutup aurat manusia, dan penghalang bagi mata liar yang di arahkan kepada anggota tubuh tertentu manusia yang dapat menjerumuskan kepada kemaksiatan. b. Hijab juga dimaknai sebagai alat pembatas atau penghalang sesuatu dari sesuatu lain. c. Jilbab adalah kain yang digunakan sebagai penutup aurat bagian atas perempuan, kerudung yang menjadi tudung kepala, bukan jilbab yang dimaknai pakaian secara keseluruhan. 5. Fungsi Busana Muslimah Solichul Hadi Jilbab sebagai identitas kaum perempuan dan sebagai alat pengaman bagi perempuan, Jilbab juga berfungsi sebagai penutup aurat agar tidak menjadi bahan tontonan. 6. Perempuan a. Solichul Hadi dalam bukunya memaparkan sebagai berikut : 1) Tubuh wanita indah Barangkali bagi laki-laki yang gemar menimati keindahan tubuh perempuan akan merasa senang jika mendapati dan memandangi keindahan tubuh perempuan yang sengaja dipamerkan. 2) Panorama yang indah
130
Wanita pada prinsipnya adalah panorama yang indah, sedang laki-laki adalah penggemar keindahan itu. 3) Tubuh wanita mengandung rangsang Setiap lekuk liku tubuh perempuan dapat mengundang rangsang bagi laki-laki yang memandang. 4) Seluruh tubuh perempuan adalah aurat . 5) Seluruh tubuh perempuan adalah aurat kecuali muka dan telapak tangan. 7. Hikmah Berbusana Muslimah Solichul Hadi menjelaskan beberapa hikmah lainnya, sebagai berikut : a. Sebagai benteng dari kemaksiatan. b. Menjaga kehormatan atau menjaga harga diri manusia. c. Agar terhindar dari pelecehan. d. Bisa sebagai pembatas, pemisah, penghalang, ataupun menjadi tabir dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim. e. Pemakaian jilbab yang benar secara tidak langsung telah mengurangi godaan dan membuat jiwa merasa aman.
8. Penyebab wanita tidak berbusana muslimah dan akibatnya menurut Solichul Hadi a. Mengikuti budaya Barat
131
Peradaban barat yang digunakan untuk
menghancurkan
generasi Islam. b. Budaya pamer aurat Budaya pamer aurat, sekarang ini banyak gadis remaja yang gemar mengenakan busana mini atau ketat, sehingga kelihatan seksi dan cenderung pamer aurat. c. Masa remaja adalah masa rawan Karena masa remaja merupakan masa strom and stress, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi melamun tentang lawan jenis, menumbar imajinasi tentang sek, serta perasaan alienasi yang selalu membayangi diri. Sehingga masa remaja sering kali dikatakan sebagai masa rawan, namun juga menjadi masa untuk menentukan arah kehidupan masa depan. d. Pergaulan Bebas Pergaulan bebas kini menjadi tren bagi kehidupan remaja sekarang. Bebas yang sebebas-bebasnya! Tanpa aturan dalam pergaul tanpa ada aturan dan batasan. Itulah kenyataannya yang terjadi sekarang, bahkan seolah telah menjadi budaya dalam kehidupan generasi muda. e. Lingkungan yang rusak. Lingkungan yang mendukung untuk berbuat maksiat, seperti club-club malam, nongkrong dan kongkow-kongkow di
132
kafe dan berjingkrak-jingkrak di diskotik menjadi kegiatan vaforit mereka. f. Godaan setan. Kesalahan manusia yang tak mampu menahan godaan setan sehingga dengan mudah melakukan perbuatan dosa. g. Virus syahwat. Syahwat adalah segala bentuk kemaksiatan. Sedang maksiat sendiri beragam bentuknya, diantaranya melihat dan memandang perempuan berlebihan, melihat gambar porno, pergaulan bebas, bersebadan dengan lawan jenis yang ajnabi , dan sebaginya. h. Virus cinta. Virus ini memang sangat berbahaya dan biasanya menyerang di kalangan muda tidak pandang bulu, entah itu alim ataupun berandalan, entah itu pendiam ataupun suka urakan, semua bisa terjangkit virus cinta. (hal 59) i. Virus gaul. Virus gaul yaitu virus yang sering mewabah pada kehidupan
manusia.
Menjebak
menusia
agar
mengejar
kesenangan dan kenikmatan dunia dan melupakan kehidupan ukhrawi. Mengikuti tren kehidupan dunia tanpa mempedulikan keabadian kehidupan akhirat.
133
Selain dari sebab akibat di atas. Solichul Hadi juga menjelaskan akibat lain. j. Akan terancam jiwanya. k. Pantaskah sebagai calon ibu jika kehormatan tak lagi dihargai, ketika harga diri tak lagi berarti, masih layakkah mendampingi suami dan menjadi ibu bagi anak-anaknya. l. Bahwa kemuliaan dan keindahan perempuan tercermin ketika ia keluar rumah dalam keadaan berwibawa, sopan, pakaian dan penampilannya tidak membangkitkan gairah dan gejolak kemesuman yang seolah-olah mengajak kaum lelaki untuk menghampirinya. m. Seorang calon ibu yang bermoral bejat tentu akan mendapatkan pendamping hidup yang bejat pula. Seorang ibu yang berperilaku kotor tentu akan mendapatkan padangan yang berperilaku kotor pula. Bagaimana dengan anak yang dilahirkannya? Sebagai tambahan konsep dari kedua buku tersebut adalah tentang batasan-batasan yang perlu diperhatikan, karena konsep berbusana menuru Islam ada batasan-batasannya. Berikut uraiannya. 1. Batas usia dan batas aurat. Wanita diwajibkan untuk berbusana muslimah ketika wanita tersebut sudah haid, sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud sebagai berikut :
134
ِ ِ ِ ِ ِ َّ أ اب ْ ََن أ َْمسَاءَ بِْنت أَِىب بَ ْك ٍر َد َخل ٌ َصلَى اهللُ َعلَْيو َو َسلَّ َم َو َعلَْي َها ثي َ ت َعلَى َر ُس ْول اهلل ِ ِ َمسَاءُ اِ َّن الِ َم ْرأََة اِذَا َ َصلَى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َو ق ٌ َِرق ْ ال يَا أ َ اق فَاَ ْعَر َ ض َعْن َها َر ُس ْول اهلل ِ ِ ِ َش َار اََِل َو ْج ِه ِو َو َك َّفيِ ِو َ صلُ ْح أَ ْن يَُرى ِمْن َها اَّال َى َذا َو َى َذا َو أ ْ َض ََلْ ت َ بَلَغَت الْ َمحْي “Bahwa Asma binti Abi Bakar masuk ke rumah Rasul engan mengenakan pakaian tipis. Maka Rasulullah berkata: “Wahai Asma, sesungguhnya wanita yang telah haid (baligh) tidak diperkenankan untuk dilihat daripadanya kecuali ini dan ini, dengan mengisyarakan wajha da telapak tangan.” (HR Abu Daud). Dari hadits di atas terdapat dua batasan yaitu pertama; batasan usia yaitu apabila wanita sudah haid, kedua; batasan aurat yaitu semua tertutup kecuali wajah dan telapak tangan. Aurat berasal dari bahasa Arab yang secara literal berarti celah, kekurangan, sesuatu yang memalukan, atau sesuatu yang dipandang buruk dari anggota tubuh manusia dan membuat malu apabila dipandang (Ibrahimi, 2008, 94). Dalam Al-Qur‟an lafal aurat disebut empat kali, dua kali dalam bentuk tunggal (QS. Al-Ahzab :13) dan dua kali dalam bentuk plural (QS. An-Nur : 31 dan 58). “Seseorang laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki lain, dan begitu juga perempuan tidak boleh melihat aurat perempuan lain, dan tidak boleh seorang laki-laki bercampur dengan laki-laki lain dalam satu pakaian, dan begitu juga perempuan dengan perempuan lain bercampur dalam satu pakaian.” (HR Muslim, Ahmad, Abu Daud). Ali Ash-Shabuni dalam Tafsir Ayat Ahkam-nya membahas empat hal berkenaan dengan persoalan aurat.
135
a. Batas aurat laki-laki terhadap laki-laki, menurut jumhur yakni dari lutut dampai pusar, sedangkan Imam Malik mengecualikan paha laki-laki tidak termasuk aurat. b. Aurat perempuan terhadap sesama perempuan adalah sari lutut sampai ke pusar. c. Aurat laki-laki terhadap perempuan yakni dari lutut sampi ke pusar, ini perndapat lebih sah, meskipun ada yang berpendapat bahwa seluruh tubuh laki-laki adalah aurat. d. Aurat perempuan terhadap laki-laki adalah seluruh anggota badannya, ini pendapat golongan Syafi‟iyah dan Hanabilah. Sementara Imam Malik dan Abu Hanifah berpendapat bahwa seluruh anggota badan perempuan adalah aurat kecuali muka dan telapak tangan (Ibrahimi, 2008: 94). 2. Batasan orang yang boleh melihat perhiasan. Dalam firman Allah surat An-Nur ayat 31 Allah melarang kaum perempuan menampakkan perhiasannya melainkan yang biasa tampak padanya. Namun dalam tersebut pula, Allah memberikan pengecualian yang diperbolehkan untuk melihat perhiasan perempuan yaitu 12 orang. Mereka adalah : a. Suami b. Ayah c. Ayah mertua
136
d. Anak-anak laki-lakinya. Termasuk juga cucu, baik dari anak lakilaki ataupu dari anak perempuan. e. Anak-anaknya suami f. Saudara laki-laki baik sekandung, sebapak atau seibu g. Keponakan. Karena mereka ini selama tidak boleh dikawini h. Sesama perempuan, baik yang ada kaitannya dengan nasab ataupun orang lain yang seagama. Sebab perempuan kafir tidak boleh melihat perempuan muslimah, kecuali perhiasan yang boleh dilihat oleh laki-laki. i. Hamba sahaya. Sebab mereka ini adalah Islam dianggap sebagai anggota keluarga. Tetapi sebagian ulama ada yang berpendapat: khusus buat hamba perempuan (ammah), bukan hamba laki-laki. j. Bujang dengan syarat yaitu mengikuti dan tidak bersyahwat. k. Anak-anak kecil yang tidak mungkin bersyahwat ketika melihat aurat perempuan (Izzudin, 2005: 74). 3. Batasan usia diperbolehkannya menanggalkan pakaian. Wanita yang sudah tua dan berhenti dari haid diperbolehkan melepas pakaiannya.
ِ اعد ِمن الن ِ ِ ض ْع َن ثِيَابَ ُه َّن َغْي َر َ َاح أَن ي ٌ َس َعلَْي ِه َّن ُجن ً يسآء االَِِّت الَيَ ْر ُجو َن ن َك َ َ ُ َوالْ َق َو َ احا فَلَْي ِ ات بِ ِزين ٍة وأَن يست ع ِف ْفن خي ر ََّل َّن واهلل َِمس ٍ متب يرج يم ٌ ُ َ ُ ٌَْ َ ْ َْ َ َ َ َ ََُ ٌ يع َعل Dan para perempuan tua yang telah berhenti (dari haid dan mengandung) yang tidak ingin menikah (lagi), maka tidak ada dosa menanggalkan pakaian (luar) mereka dengan tidak (bermaksud) 137
menampakkan perhiasan; tetapi memelihara kehormatan adalah lebih baik bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Yang dimaksud pakaian luar adalah pakaian yang kalau dibuka tidak menampakkan aurat. (Al-Qur‟an Al-Kalam, 2009 : 358) Dalam tafsir Ibnu Abbas dalam Al-Qur‟an Al-Kalam (2009: 358) menjelaskan kalimat Junāhun ay yadla„na tsiyābahunna adalah (tidak dosa menanggalkan pakaian mereka), yakni menanggalkan selendang mereka di hadapan orang yang bukan muhrim. Dan Ghaira mutabarrijātin bi zīnah (dengan tidak [bermaksud] memperlihatkan perhiasan),
yakni
dengan
tidak
bermaksud
mempertontonkan
perhiasan yang mereka miliki di hadapan orang yang bukan muhrim. Wa ay yasta„fifna (dan bersikap sopan) dengan mengenakan selendang di hadapan orang yang bukan muhrim. 4. Batas tempat. a. Perempuan di pemandian Hadits rasulullah saw : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan masuk pemandian kecuali dengan memakai kain. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah memasukkan (membiarkan masuk) istrinya ke pemandian”. (HR Nasa‟i, Tirmidzi ia hasan-kan, dan Hakim berkata : Hadits ini diriwayatkan oleh rawi-rawi muslim . b. Busana muslimah hanya boleh di buka di rumahnya sendiri. Dari Ummu Salamah, “Susungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Siapapun perempuan yang melepas pakaiannya bukan
138
di rumahnya sendiri, maka Allah akan merobek daripadanya tabirnya”(HR Ahmad, Abu Wa‟fa, Thabrani dan Hakim). c. Lebih baik di dalam rumah “Dan tetaplah kalian tinggal di rumah-rumah kalian” (QS. Al-Ahzab : 33) Tinggal di dalam rumah bukanlah dinding pemisah dari amal ibadah. Justru ibadah kaum hawa ada di dalam rumah. Dalam beberapa kesempatan dan keadaan, wanita diperbolehkan untuk beribadah di dalam rumah, namun dalam batasan dan ketentuan yang ditetapkan oleh Islam. (Tasfiyah, 2014: 31) “Sungguh aku tahu bahwa engkau senang shalat berjamaah bersamaku, akan tetapi shalatmu di kamar khususmu daripada shalatmu di kamarmu, dan shalatmu di kamarmu lebih baik daripada shalatmu di rumahmu, dan shalatmu di rumahmu lebih baik daripada shalatmu di masjid kaummu, shalat di masjid kaummu lebih utama daripada shalatmu di masjidku.” (HR. Ahmad)
d. Wanita memakai celana saat berkendaraan. Diriwayatkan oleh al‟Uqaily dari Mujahid dan Daruqudhny dari Abu Hurairah r.a : “Disampaikan berita kepadaku bahwa seorang perempuan terjatuh dari kendaraannya, maka tersingkap pakaianya, sedangkan Nabi saw berada didekatnya. Maka beliau berpaling dari perempuan itu. Maka dikatakan orang pada beliau bahwa perempuan itu memakai celana. Beliau bersabda : “Allah merahmati laki-laki yang memakai celana (untuk menutupi aurat)”
139
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan. 1. Sebagai kesimpulan dari buku karangan Abu Al-Ghifari menjelaskan bahwa konsep berbusana muslimah yang sesuai dengan syariat Islam itu ada delapan kriteria antara lain menutup dan melindungi tubuh 140
selain yang dikecualikan, kainnya tebal, kainnya longgar, tidak sempit dan tidak jatuh (tidak membentuk tubuh), tidak diberi wangi haruman, tidak menyerupai pakaian laki-laki, tidak menyerupai pakaian orangorang kafir, tidak merupakan libasusy syuhrah (pakaian popularitas). 2. Berbeda dengan Solichul Hadi, dari sekimpulan yang penulis telusuri bahwa dari buku beliau sering menggunakan kata jilbab sebagai pengertian dari penutup kepala, yang seharusnya diartikan sebagai kerudung, namun Solichul Hadi lebih rinci dalam menjelas konsep busana muslimah, beliau tidak hanya menjelaskan konsep yang benar sesuai dengan syariat tapi beliau juga memberikan contoh konsep busana yang salah yang selama ini dianggap sesuai dengan syariat Islam, sebagai contoh kerudung seksi, kerudung mini, kerudung funky, kerudung topi. 3. Kesimpulan dari kedua buku tersebut, bahkan konsep berbusana muslimah yang sesuai dengan syariat Islam harus memenuhi delapan kriteria antara lain; menutup dan melindungi tubuh selain yang dikecualikan, kainnya tebal, kainnya longgar, tidak sempit dan tidak jatuh (tidak membentuk tubuh), tidak diberi wangi haruman, tidak menyerupai pakaian laki-laki, tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir, tidak merupakan libasusy syuhrah. B. Saran-saran. Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis uraikan di atas, selanjutnya penulis sampaikan saran-saran sebagai berikut: 141
1. Karena begitu pentingnya pendidikan, maka sebagai orang tua hendaknya mengajarkan pendidikan, khususnya dalam berbusana / berpakaian yang benar sejak dini sehingga dapat menjadi kebiasaan yang akan dibawa hingga akhir hayat nanti 2. Bagi semua lapisan masyarakat untuk agar bisa menjadikan Al-Qur‟an dan Hadits menjadi pedoman hidupnya. 3. Untuk IAIN Salatiga yaitu kampus yang bernuansa Islami, mari kita tegakkan bersama, kita ciptakan kampus yang benar-benar syar‟i teIbrahimia bagi akhwat yaitu berbusana muslimah dengan benar sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadits. Karena kampus adalah rumah kedua jadi kampus bisa sangat berpengaruh dalam menentukan akhlak terhadap anak didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an Qordoba. Al-Qur‟an Al-Kalam Digital.
142
Al-Munjid.1908.Beirut.Mazdanah. Ar-Rob‟i, Kholid bin Sulaiman. 2007. Betapa Ampuhnya Doa. Solo. Al-Qowam. Al-Hafidh & Masrap Suhaemi. Tarjamah Riadhus Shalihin. Surabaya. Mahkota. Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan. 1998. Kitab Tauhid jilid 1. Jakarta. Darul Haq. Al-Ghifari, Abu. 2004. Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang. Bandung. Mujahid Press. Hadi, Solichul. 2006. Jilbab Funky tapi Syar‟i. Yogyakarta. Diwan. Ibrahim, Rustam. 2008. Jilbab Wajib, Jilbab tidak Wajib. Semarang. Primamedia Press. Izzudin, Abu. 2005. Pesona Wanita Pilihan. Solo. Smart Media. Khallaf, Abdul Wahhab. 2003. Ilmu Ushul fikih. Jakarta. Pustaka Amani. Nurhadi, Rofiq. 2005. „Iffah. Bekal bagi Muslim dan Muslimah di Masa Kini. Yogyakarta. Izzan Pustaka. Masrur , Abdullah. Wahai Wanita, Tutuplah Auratmu. cv Bintang Pelajar. Mastutik, Heri, 2003. Pemahaman Nilai-nilai Agama Islam Dan Konsistensi Berjilbab. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga : Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. Mudyahardjo, Redja.2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta. PT Rajagrafindo Persada. Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka Sakinah Volume 13, no 11. 2015. Ibu Bagaimana Engkau Mendidik Anakmu?. Solo Suyuti, Jalaluddin & Jalaluddin al-mahalli.2011.Tafsir Jalalain. Bandung. Sinar Baru Argesindo. Tim Ahli Ilmu Tauhid. 2012. Kitab Tauhid jilid 2. Jakarta. Darul Haq.
143
Tashfiyah Edisi 14. 2014. Yang Seharusnya Tersembunyi. Temanggung. Media Tashfiyah. Zuhri, Muh. 2003. Hadis Nabi, Telaah Historis dan Metodologis. Yogya. PT Tiara Wacana Yogya. Maslikah. 2009. Ensiklopedi Pendidikan. Salatiga : STAIN Salatiga Press http://www.kamus/besar /bahasa/indonesia/online.htm : Definisi Konsep, diakses 30 juli 2015. http://okrek.blogspot.com/2009/II/pengertian-busana-tata-busana-dari-buku.html. diakses 25 juni 2015.
https: //id.wikipedia.org/wiki/muslim. diakses 25 Juni 2015. http://mujahidah-alkhansa.html: Perbedaan Khimar Jilbab Dan Hijab. diakses 30 juli 2015.
144
145
Daftar Nilai Surat Keterangan Kegiatan Nama NIM Jurusan/ Progdi Dosen PA NO 1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21 22
: Agus Santoso : 11109093 : Tarbiyah / PAI : Achmad Maimun, M.Ag
Nama Kegiatan Milad LDK IX Pesantren Kilat Ramdhan Seminar Regional LDK Darul Amal STAIN Salatiga Berani Kaya Berani Takwa Workshop Parenting LDK Darul Amal Merajut Cinta Mengokohkan Dakwah Bedah Buku LDK DA Dari Minder jadi Super SK Pengurus LDK Darul Amal 20102011 Milad LDK X Lokakarya Imsakiyah Milad LDK DA Pondok Remaja Ramadhan Praktikum Kepramukaan Javanese Public Speaking Training Smart Succesul Siba Test Seminar Peningkatan Bahasa Internasional untuk Menguatkan Pendidikan Naisonal Orientasi Pengenalan Akademik dan kemahasiswaan IBTIDA‟ LDK DA 2009 Training Ustadz/h TPQ Muslim Diary : Catatan Mahasiswa Rabbani Sosialisasi Kurikulum 2013 Pesantren Kilat LDK DA Semionar Nasional Peran Lembaga Perbankan Syariah Seminar Nasional Kristologi dan Tablig Akbar
146
Jabatan Panitia Pemateri Peserta
Tahun 2011 2010 2011
Nilai 3 3 4
Peserta
2012
2
Peserta
2012
2
Pengurus
2010
4
Panitia Peserta Panitia Panitia Peserta Panitia Pantia Peserta
2012 2012 2010 2010 2011 2011 2011 2010
3 2 3 3 2 3 3 2
Peserta
2009
3
Peserta Panitia Panitia
2009 2011 2011
2 2 3
Peserta Pemateri Peserta
2014 2011 2012
2 4 8
Peserta
2012
8
23 24
Sk Mengajar SDN Jogoyasan Worshop Penyusunan Perencanaan
147
Guru Peserta
2013 2013
6 2
148
149
150
151