KONSEP MANAJEMEN KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DI MADRASAH
Moh Ali Lektor, STAIN Palu
[email protected]
Abstrak Manajemen dan kepemimpinan memiliki kajian yang berbeda, tetapi keduanya memiliki hubungan yang dekat. Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain agar orang lain itu dengan sukarela mau diajak untuk melaksanakan kehendaknya atau gagasannya. Pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah memikirkan visi dan misi organisasi, mendefinisikan, dan menegakkannya secara jelas dan nyata. Pemimpin menetapkan tujuan, menentukan prioritas, serta menetapkan dan memonitor standar. sedangkan “memanage” terkait dengan kegiatan mengatur atau mengelola orang maupun lembaga. Mengatur bisa dimaknai menempatkan, memberi tugas, membagi-bagi, mencarikan jalan keluar, memperlancar dan mengubah-ubah tugas yang diberikan. Mengelola lembaga pendidikan bukanlah hal hal yang mudah untuk dilakukan karena mengelola pendidikan di madrasah, diperlukan adanya manajemen yang efektif agar pekerjaan dapat berjalan lancar. Adapun tehnik manajemen kepemimpinan pendidikan di madrasah adalah teknik Manajemen Konvensional, Management by personality, Management by reward, Teknik Manajemen Modern, Management by delegation dan Management by system. Management and leadership have a different study, but both have a close relationship. Leadership is the ability of someone to convince others that wanted to have volunteered to carry out his will or his ideas. Foundation of effective leadership is thinking about the vision and mission of the organization, define, and enforce a clear and tangible. Leaders set goals, determine priorities, and establish and monitor standards. while managing related to the activities of organizing or managing people or institutions. Managing can be interpreted as placing organize, assign tasks, divide, find a way out, improving and varying the task have given. Manage the institution is not an easy thing to do because managing education in madrasa need the effective management in order the job can go smoothly. As for the technical management of educational leadership at the school is the technique of Conventional Management, Management by personality, Management by reward, Modern Management Techniques, Management by Delegation and Management by the System.
Kata Kunci : Konsep, Manajemen, Kepemimpinan, Madrasah
A. Pendahuluan Perubahan yang begitu cepat mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dirinya. Salah satunya adalah di bidang pendidikan. Sasaran pendidikan sangat berhubungan dengan Madrasah dimana Madrasah berperan besar dalam kemajuan pendidikan. Madrasah menjadi tempat para siswa mengemban pendidikan untuk mendapatkan ilmu. Di Madrasah , siswa juga dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan ketrampilan yang diperlukan dirinya. Oleh karena itu, di Madrasah perlu memiliki individu yang bertugas sebagai pemimpin. Pemimpin tidak begitu saja menjadi sebuah symbol tetapi harus diatur atau dimanajemen. Pengaturan maksudnya adalah bagaimana kepemimpinan itu dapat direalisasikan dengan baik. Seorang guru juga dapat menjadi pemimpin yaitu memimpin siswanya ketika mengajar di kelas, memimpin siswa agar berperilaku baik dalam kesehariannya, dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas, maka manajemen kepemimpinan pendidikan penting untuk dibahas. Banyak hal yang menjadi pembicaraan dalam mengupas segala sesuatu yang berhubungan dengan manajemen kepemimpinan tersebut. Ruang lingkup yang menjadi pokok pembahasan sangat luas seperti pengertian dari manajemen dan kepemimpinan, aspek personalitas dalam kepemimpinan, peningkatan kualitas kepemimpinan, dan lain-lain. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas permasalahan ini agar sesuatu yang tidak diketahui dapat diketahui dan dipahami. B. Manajemen Kepemimpinan Pendidikan di Madrasah 1. Konsep Dasar Kepemimpinan Pendidikan merupakan suatu kompleks dan dinamis. Kompleks karena melibatkan berbagai komponen dan dinamis karena pendidikan dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman ke arah yang lebih baik. Pendidikan menjadi salah satu wahana untuk mengembangkan potensi diri. Adapun tempatnya yaitu di Madrasah . Di Madrasah diperlukan suatu pemimpin untuk mengatur lalu lintas jalannya proses belajar mengajar. Hal ini berhubungan dengan kepemimpinan. Ada berbagai sumber yang memberikan definisi tentang kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain agar orang lain itu dengan sukarela mau diajak untuk melaksanakan kehendaknya atau gagasannya. Pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah memikirkan visi dan misi organisasi, mendefinisikan, dan menegakkannya secara jelas dan nyata. Pemimpin menetapkan tujuan, menentukan prioritas, serta menetapkan dan memonitor standar. Selain itu ada definisi yang lain, kepemimpinan merupakan suatu kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan orang-orang lain agar mereka mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Menurut Atmosudirdjo (dalam Purwanto, 1990: 25), Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan yang sedemikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang dikehendakinya. Dari beberapa definisi di atas, kepemimpinan pada intinya mengandung unsur kemampuan seseorang, mampu mempengaruhi orang, dan mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan merupakan salah satu hal yang penting untuk diterapkan di Madrasah karena pada hakekatnya kepemimpinan sebagai penentu keberhasilan segala aktivitas. Dirawat (dalam Kusmintardjo dan Burhanuddin, 1996: 22) memberikan definisi sebagai berikut: Kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir, dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran. Pemimpin mempunyai kekuasaan untuk mengatur anggotanya tetapi kekuasaan yang diberikan harus digunakan secara bertanggung jawab. Bertanggung jawab maksudnya adalah tidak menggunakan kekuasaan yang telah diberikan untuk kepentingan dirinya sendiri, tidak otoriter, dan kekuasaan itu digunakan agar dapat mengatur orang dengan cara yang baik. Ciri-ciri pemimpin yang baik dapat dilihat dari intelektualnya, hubungan sosialnya dengan anggota, kemampuan emosional, keadaan fisik, imajinasi, kemampuan penalaran, kesabaran, dan kemauan bekerja keras. Semua itu menjadi hal yang sangat penting untuk keberhasilan kepemimpinan. Kepemimpinan dapat dipelajari dari bagaimana pemimpin mampu mengatur dan mempengaruhi anggotanya untuk melakukan suatu pekerjaan. Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang mungkin tidak sama atau mungkin sama antara pemimpin yang satu dengan yang lain. Gaya kepemimpinan yang baik adalah perpaduan yang seimbang antara suatu gaya dengan struktur tugas dan kekuatan sosial. Artinya tiga kekuatan yang harus dipertimbangkan yaitu kekuatan pada diri pimpinan, kekuatan pada bawahan, dan kekuatan pada situasi. Kekuatan situasi yang harus dipertimbangkan yaitu iklim organisasi, sifat tugas, tekanan waktu, sikap anggota terhadap kekuasaan, dan faktor lingkungan organisasi. Adapun fungsi dari kepemimpinan pendidikan di Madrasah adalah: Membantu guru-guru memahami, memilih, dan merumuskan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Menggerakkan guru-guru, karyawan, siswa, dan anggota masyarakat untuk mensukseskan program-program pendidikan di Madrasah . Menciptakan Madrasah sebagai suatu lingkungan kerja yang harmonis, sehat, dinamis, dan nyaman sehingga segenap anggota dapat bekerja dengan penuh produktivitas dan memperoleh kepuasan kerja yang tinggi.
Adapun fungsi kepemimpinan pendidikan menurut Indrafachrudi (dalam Kusmintardjo dan Burhanuddin, 1996: 33) adalah pada dasarnya dapat dibagai menjadi dua yaitu: a. Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai • Pemimpin berfungsi memikirkan dan merumuskan dengan teliti tujuan kelompok. • Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada anggota-anggota kelompok untuk menganalisis situasi supaya dapat dirumuskan rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi harapan baik. • Pemimpin berfungsi menggunakan kesempatan dan minat khusus anggota kelompok. b. Fungsi yang bertalian dengan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan • Pemimpin berfungsi memupuk dan memelihara kebersamaan di dalam kelompok. • Pemimpin berfungsi mengusahakan suatu tempat bekerja yang menyenangkan, sehingga dapat dipupuk kegembiraan dan semangat bekerja dalam pelaksanaan tugas. • Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaan para anggota bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan merupakan bagian dari kelompok. 2. Aspek Personalitas dalam Kepemimpinan Aspek personalitas menjadi salah satu kepribadian dalam kepemimpinan. Personalitas dapat diartikan sebagai totalitas karakteristik-karakteristik individu. Elsbree (dalam Kusmintardjo dan Burhanuddin, 1996: menyatakan bahwa aspek yang perlu dipehatikan dalam kemampuan kepemimpinan pendidikan yaitu kepribadian, tujuan organisasi, pengetahuan yang dimiliki pemimpin, dan ketrampilan profesional. Salah satu contoh pemimpin yang ada di Madrasah yaitu kepala Madrasah . Kepala Madrasah sebagai pemimipin pendidikan perannya sangat penting untuk membantu guru dan muridnya. Di dalam kepemimpinannya kepala Madrasah harus dapat memahami, mengatasi dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi di lingkungan Madrasah .Kepala Madrasah sebagai pemimpin yang mempunyai pengaruh maka harus berusaha agar nasehat, saran dan perintahnya agar diikuti oleh guru-guru. Dengan demikian ia dapat mengadakan perubahan-perubahan dalam cara berpikir, sikap, tingkah laku yang dipimpinnya. Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya, kepala Madrasah harus melakukan pengelolaan dan pembinaan Madrasah melalui kegiatan administrasi, manajemen dan kepemimpinan. Adapun sifat yang mendukung keberhasilan kepala Madrasah dalam hubungannya dengan anggotanya adalah: 1. Ramah 2. Responsif 3. Periang 4. Antusias 5. Berani 6. Mempunyai intelektual baik
7. Percaya diri 8. Mau menerima kritik dan saran dari orang-orang yang dipimpinnya 9. Bebas dari rasa takut Pada umumnya, para kepala Madrasah yang sangat efektif dalam memelihara hubungan baik dalam organisasi adalah mereka yang memiliki sifat-sifat kepribadian yang baik. Ghiselli (dalam Kusmintardjo dan Burhanuddin, 1996: 10) menyatakan bahwa ada enam kemampuan dalam personal dalam kepemimpinan, yaitu: 1. Kemampuan pengawasan 2. Keinginan yang tinggi untuk sukses 3. Kemampuan intelektual 4. Kemampuan mengambil keputusan 5. Keyakinan akan diri sendiri 6. Inisiatif 4. Sarana Manajemen Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan markets. Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki madrasah. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan. Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besarkecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam madrasah. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu madrasah. Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam lembaga pendidikan untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki. Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja. Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-
fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri. Market atau pasar adalah tempat di mana madrasah menyebarluaskan produk lulusannya. B. Fungsi dan Kecakapan Kepemimpinan Terdapat beberapa pendapat di mana yang satu dengan yang lain berlainan mengenai Fungsi Kepemimpinan. Masing-masing mempunyai argumentasi untuk membenarkan pendapatnya sendiri. Berdasarkan atas beberapa pendapat tersebut, Prof. Katz membuat sintese dari berbagai fungsi dan kecakapan kepemimpinan sebagai berikut: Kecakapan yang pokok daripada kepemimpinan Administratif dapat dibedakan ke dalam 3 bagian, yaitu: konsepsional, kemanusiaan dan teknis. Kecakapan konsepsional (conceptual skill) Kecakapan konsepsional ialah kemampuan mengatahui kebijaksanaan organisasi secara keseluruhan. Sekalipun adanya fungsi yang berdiri sendiri tetapi kenyataan bahwa perubahan pada setiap bagian akan mempengaruhi terhadap keseluruhan. Hal ini dapat digambarkan bahwa hubungan itu menyangkut programprogram di bidang politik, sosial (masyarakat), ekonomi (industri) seluruh bangsa. Kecakapan konsepsional ini akan bertambah penting terutama pada pimpinan tingkat atas (top management level). Kecakapan kemanusiaan (human skill) Kecakapan manusia ini ialah kemampuan untuk bekerja di dalam kelompok atau dengan kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk membangun suatu usaha koordinasi di dalam suatu tim, di mana ia bertindak sebagai Pemimpin. Kecakapan teknis (technical skill) Kecakapan teknis ini penting bagi pimpinan tingkat menengah (Middle management) dan pimpinan tingkat bawah (Supervisory or lower management level) dimana hubungan antara pemimpin dan bawahan sangat dekat. Dalam kecakapan ini termasuk kegiatan-kegiatan menggunakan metode, proses, prosedur, dan teknik, yang pada umumnya perhubungan dengan alat-alat bukan orang. Kecakapan teknik ini penting pada pimpinan tingkat bawah, dan berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali pada pimpinan tingkat atas. C. Tipe-tipe Pemimpin Dr. Sondang P. Siagin menguraikan tipe-tipe pemimpin sesuai dengan pimpinan dalam berbagai bentuk organisasi, mengggolongkan tipe itu dalam lima golongan, yaitu: 1. Tipe pemimpin yang otokratis,
2. 3. 4. 5.
Tipe pemimpin yang militeristis, Tipe pemimpin yang paternalistis, Tipe pemimpin yang kharismatis, dan Tipe pemimpin yang demokratis.
Tipe Otokratis Seorang pemimpin yang otokratis ialah seorang pemimpin yang: a. menganggap organisasi sebagai milik pribadi; b. mengindentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; c. menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; d. tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; e. terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya; f. dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan approach yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum). Dari sifat-sifat terebut di atas jelas terlihat bahwa tipe pemimpin yang demikian tidak tepat untuk suatu organisasi modern dimana hak-hak asasi manusia yang menjadi bawahan itu harus dihormati. Tipe Militeristis Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristis berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat: a. dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; b. dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya; c. senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan; d. menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; e. sukar menerima kritikan dari bawahannya; f. menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan. Terlihat pula dai sifat-sifat tersebut bahwa seorang pemimpin yang militeristis bukanlah seorang pemimpin yang ideal. Tipe Paternalistis Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seseorang yang: a. menganggap bawahannya sebagai manusia yang dewasa; b. bersikap terlalu melindungi (overly protective); c. jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya mengambil keputusan; d. jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya mengambil inisitiaf; e. jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya mengembangkan daya kreasi dan fantasinya;
tidak untuk untuk untuk
f. sering bersikap maha tahu. Harus diakui bahwa untuk keadaan tertentu, seseorang pemimpin yang demikian sangat diperlukan, akan tetapi sifat-sifatnya yang negatif mengalahkan sifat-sifatnya yang positif. Tipe Kharismatis Hingga sekarang ini para sarjana belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui ialah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk kharisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya. Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat. John F. Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki kharisma, meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang “ganteng”. Tipe Demokratis Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern karena: a. dalam proses penggerakan bawahan selalu betitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia; b. selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya; c. ia senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik-kritik dari bawahannya. d. selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; e. dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya. f. selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; g. berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin. Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah suatu hal yang mudah untuk dicapai. Akan tetapi karena pemimpin yang demikianlah yang paling ideal,
alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis. Alvin Brown dalam bukunya “The social psychology of industry” , memberikan konsep Tipe-tipe Kepemimpinan yang terbagi menjadi 3 (tiga) golongan besar. Adapun tipe-tipe tersebut adalah sebagai berikut: Yang pertama, disebut tipe Pemimpin Otokratis yang mendasarkan atas kekuasaan pada tangan seorang (a one man orchestra). Pemimpin yang bersifat Otokratis memperlihatkan ciri-ciri/sifatsifat sebagai berikut: Dia memberikan perintah-perintah yang harus selalu diikuti, menentukan kebijaksanaan kelompok masyarakatnya tanpa sepengetahuan/ konsultasi dengan mereka. Dia tidak memberikan penjelasan secara terperinci (detailed) tentang rencana yang akan datang, tetapi sekedar hanya mengatakan kepada kelompok masyarakatnya, langkah-langkah yang mereka harus lakukan dan segera dijalankan. Memberikan pujian bagi mereka yang selalu menurut kehendaknya dan melontarkan kritik kepada mereka yang tidak mau mengikut kehendaknya. Ia selalu jauh dengan kelompok masyarakatnya sepanjang masa. Yang kedua, disebut tipe Pemimpin Demokratis, yang hanya memberikan perintah setelah mengadakan konsultasi dahulu dengan kelompok masyarakatnya. Ia mengetahui bahwa kebijaksanaannya hanya dapat dilakukan setelah dibicarakan dan diterima oleh kelompok masyarakatnya. Ia tidak akan meminta anggota-anggota masyarakatnya mengerjakan sesuatu, tanpa terlebih dahulu memberitahukan rencananya yang akan mereka lakukan. Baik atau buruk, benar atau salah adalah persoalan kelompoknya (corpsnya), di mana masing-masing ikut serta bertanggung jawab sebagai anggota daripada kelompok. Tipe yang ketiga, disebut tipe Pemimpin Liberal atau Laissez – faire, yaitu kebebasan tanpa pengendalian. Pemimpin di sini tidak pernah memimpin/mengendalikan bawahan sepenuhnya. Ia sendiri tidak pernah ikut serta dengan bawahannya, seolah-olah tanpa ikatan antara pemimpin dan bawahannya. Menurut Alvin Brown ketiga tipe Pemimpin ini dapat diperinci dan digolongkan sebagai berikut: 1. Pemimpin yang bersifat Otokratis (Authocratic leaders) dibagi dalam: a. Otokrat yang kaku/rigid (Strict Authocrat) b. Otokrat yang berkemauan baik (Benevolent Authocrat) c. Otokrat yang belum mampu (Incompetent Authocrat) 2. Pemimpin yang bersifat Demokratis (Democratic leaders) dibagi dalam: a. Demokrat yang murni (Genuine democrat) b. Demokrat yang semu (Pseudo democrat) 3. Pemimpin yang bersifat Liberal atau laissez – faire.
D. Konsep Kepemimpinan dalam Managemen Madrasah Kepemimpinan Administratif dan kepemimpinan Management (Administrative and Managerial Leadership). Pemimpin tidak sinonim dengan kemampuan administratief, sebagai pimpinan administratief ia mempunyai kemampuan sebagai administrator dalam arti dapat menyelesaikan tugas-tugas pekerjaannya secara rasional, tetapi sebagai Pemimpin mungkin kekurangan dalam bakat-bakatnya di dalam menciptakan idea-idea baru, lagi pula mungkin oleh bawahannya tidak begitu disukai. Kepemimpinan pada umumnya mempunyai kemampuan/bakat untuk mempersatukan orang-orang di dalam organisasi itu, mempunyai daya kreasi, mempunyai penemuan-penemuan baru (inovasi). Sekalipun pemimpin itu tidak sinonim dengan kemampuan administratif, tapi diharapkan jiwa kepemimpinannya dapat berada dalam bidang administratif untuk mensukseskan tercapainya tujuan. Oleh karena itu kepemimpinan administratif (administrative leadership), diharapkan sebagai pemimpin yang mempunyai kemampuan/bakat untuk mensukseskan tercapainya tujuan, dengan inisiatif atau kreasi-kreasi baru dan penemuan barunya seperti halnya pemimpin pada umumnya. Di samping itu masih terdapat apa yang dinamakan Kepemimpinan managemen (managerial leadership) yaitu pemimpin/manager yang mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan tercapainya tujuan dalam arti pelaksanaan yang bersifat teknik operasional. Kepemimpinan birokrasi (Bureaucratic leadership) Max Weber mengembangkan kepemimpinan organisasi dalam bidang Pemerintah yang dinamakan Birokrasi (Bureaucracy). Bentuk ini sebenarnya tidak hanya terdapat dalam Pemerintah saja, tetapi juga dalam organisasi niaga (business). Dalam bidang Pemerintahan, kepemimpinan itu dinamakan Kepemimpinan birokrasi (Bureaucratic Leadership). Biasanya bila orang mendengar istilah “birokrasi” lalu ingatannya menggambarkan terhadap hal-hal yang jelek, karena dianggap menghambat/penghalang. Sedangkan sebenarnya birokrasi adalah suatu usaha untuk melaksanakan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah agar dianut dan dipatuhi oleh masyarakat, sebagai usaha untuk mengatur ketertiban dalam bidang administrasi Pemerintah. Kepemimpinan Organisasi dan Kepemimpinan Pribadi (Organization and Personal Leadership) Kewenangan selalu ada dalam suatu organisasi maupun dalam pribadi orangnya. Yang dimaksud dengan Kepemimpinan Organisasi adalah manifestasi daripada jabatan yang dibentuk dalam suatu organisasi. Sedangkan Kepemimpinan Pribadi (personal leadership) adalah sifat khusus daripada orang yang menduduki jabatan di dalam organisasi itu. Seperti halnya kepemimpinan organisasi dapat disamakan dengan kepemimpinan yang bersifat formal sedangkan kepemimpinan pribadi dapat disamakan dengan kepemimpinan yang bersifat informal.
Kepemimpinan yang formal dan yang tidak formal (Formal and informasi leadership). Kepemimpinan yang formal dimaksudkan orang yang ditunjuk dalam suatu jabatan organisasi formal, dengan sistem hirarkhi termasuk dengan tugas, susunan dan wewenangnya yang telah ditentukan. Oleh karena ia menduduki jabatan tertentu, dengan wewenang tertentu, maka ia melakukan pelimpahan wewenang (delegation of authority) dalam organisasi itu. Di samping itu ia dapat memberikan perintah, membuat keputusan, menentukan kebijaksanaan, menetapkan hubungan, dan sebagainya, yang mempunyai pengaruh terhadap kegiatan daripada orang-orang yang terdapat dalam organisasi itu. Kepemimpinan yang informal adalah orang yang mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku orang lain di dalam kelompok organisasi formal. Orang yang dianggap sebagai pemimpin tidak formal ini, kedudukannya dalam organisasi formal mungkin sebagai pegawai biasa, atau mungkin hanya sebagai pemimpin rendahan. Pemimpinan yang bersifat informal dapat mempunyai pengaruh yang baik terhadap kegiatan individu maupun kelompok dalam organisasi yang formal, tetapi sebaliknya dapat juga menghalangi kegiatan individu maupun kelompok sebagai suatu keseluruhan dalam organisasi yang formal itu. Oleh karena pemimpin yang bersifat tidak formal mempunyai pengaruh yang besar terhadap pengikutnya, maka pemimpin yang bersifat formal itu harus memperhatikan atau memperhitungkan terhadap mereka, agar tidak adanya hambatan atau berusaha agar dapat memperlancar pelaksanaan tugas pekerjaannya.
Daftar Pustaka : Asnawir, Manajemen Pendidikan, Padang: IAIN IB Press, 2006 B. Uno, Hamzah, Perencanaan Pembelajaran,Jakarta: Bumi Aksara, 2006 Cuningham, William G, Systematic Planing for Education Change, first Edition, California: Mayfield Publisihing, 1982 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2005 Irmin, Soejitno, Kepemimpinan Melalui Asmaul Husna, Jakarta: Batavia Press, 2005 Makmun, Abin Syamsuddin, dan Saud, Udin Syaefudin, Perencanaan Pendidikan, Bandung: Rosda Karya:2007 Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Suatu Rangka pikirPembinaan Filsafat Pendidikan Islam; Terjemahan Haidar Bagir, cet. Ke-4 ( Bandung:Mizan,l992). Zainal Abidin Ahmad, Memperkembang dan Mempertahankan Pendidikan Islam di Indonesia, cet.ke-1 (Jakarta:PT.Bulan Bintang, 1970 ). Siti Meichati, Pengantar Ilmu Pendidikan (cet.ke-11;Yogyakarta: Penerbit FIP-IKIP,1980). Ali Saifullah, Antara Filsafat dan Pendidikan (SurabayaIndonesia:Usaha Nasional, tt.). S.Wojowasito-W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Lengkap InggrisIndonesia ( cet.ke-3; Bandung:Penerbit Bintang ) Burlian Somad, Beberapa Persoalan Dalam Pendidikan Islam (Cet.ke2; Bandung:Pt.Al-ma’arif,1978). Supriyoko, K. Problema Besar Madrasah. Republika. 2010.