ISTIQRA’, Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. 1, No. 2 Juli-Desember 2013
P3M STAIN Datokarama Palu
EVALUASI PENDIDIKAN NILAI
(Perkembangan Moral Keagamaan Mahasiswa STAIN Datokarama Palu) Naima (Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu) e-mail:
[email protected] Erniati (Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu)
[email protected] Abstract This study aims to (1) describe the efforts of the Department of Tarbiyah in developing religious moral of student of Department of Tarbiyah of STAIN Datokarama Palu and to evaluate the religious moral development of students of Department of Tarbiyah of STAIN Datokarama Palu. This study is evaluating study using of goal free evaluation model developed by Scriven. The approach used is qualitative approach. The study population was students of STAIN Datokarama Palu, and the sample is from students of STAIN Datokarama Palu, Department of Tarbiyah, study program PAI the sixth semester. Then the information source are lecturers of Department of Tarbiyah and Head of Department of Tarbiyah STAIN Datokarama Palu. Data were gathered using questionnaires, observations, interviews and documentation. The techniques of data analysis include descriptive qualitative. The results of the study showed that: 1) the efforts has been taken by Department of Tarbiyah of STAIN Datokarama Palu in developing student religious morals among others: a) Religious guidance through the learning process, b) Guidance neighbor association ethics and dressed by the time orentasi prakuliah c) Memorial Day religions; d) Seminar/ workshop religious. 2) The development of religious morals of Tarbiyah students of STAIN Datokarama Palu is measured by two indicators: the moral toward the God and moral to the fellow human. Based on the analysis results, it was obtained that the average moral development of students was 64.05. It means good and this is also in accordance with the results of interviews with chairman of PAI department who said that that the moral development of students was in good class. Keywords:Evaluation of Educational Value, Moral Development.
ISTIQRA’, Jurnal Penelitian Ilmiah, ISSN: 2338-025X Vol. 1, No. 2 Juli-Desember 2013
240
Naima & Erniati
A. PENDAHULUAN Mencerdasakan kehidupan bangsa menjadi salah satu cita-cita dari perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Cita-cita itu di tindak lanjuti dengan menempatkan pendidikan menjadi sektor pembangunan yang sangat penting dan selalu memperoleh dalam program-program pembangunan yang dirancang oleh pemerintah. Sehingga sangat wajar jika pendidikan mendapatkan perhatian maksimal dari semua pihak. Komitmen dalam mencerdaskan kehidupan bangsa telah melekat pada semua lembaga pendidikan di Indonesia, termasuk Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu. Lembaga ini diakui telah menjelma sebagai lembaga Islam yang sangat produktif dalam mendidik calon guru pendidikan agama Islam. Di lihat dari lulusan STAIN Datokarama Palu banyak yang telah berkiprah di masyarakat baik menjabat sebagai anggota DPRD, ketua majelis Ulama, Guru Besar, dosen, guru dan lain-lain. Hal ini membuktikan bahwa STAIN Datokarama tidak bisa diangap sebelah mata. Pemahaman keagamaan mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu atas materi keagamaan dapat dikatakan relatif baik. Hal ini sangat wajar mengingat banyak diantara mahasiswa STAIN Datokarama Palu yang berasal dari sekolah-sekolah agama dan pondok pusantren. Disamping itu, ditopang dengan kurikulum Jurusan Tarbiyah yang cukup kaya dengan materi keagamaan yang dapat menambah wawasan pengetahuan agama Islam yang mereka miliki. Mencermati salah satu tujuan perguruan Islam adalah membentuk sarjana muslim yang bertakwa, berbudi luhur dan ikhlas, mempunyai kecakapan dan daya cipta serta tanggung jawab terhadap kesejahteraan bangsa dan tanah air khususnya dan dunia pada umumnya. Dalam kontek ini unsur takwa menjadi unsur dominan yang harus dikembangkan. Secara terminologi takwa merupakan wilayah kajian agama, salah satu indikator takwa adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala yang di larangNya. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan agama Islam yang dijelaskan Muhammad Arifin, bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah “menanamkan ketakwaan dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam”. 1 Pendidikan agama Islam yang diajarkan dapat memotivasi mahasiswa untuk memahami nilai-nilai agama, sebab pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai. Karena pendidikan agama lebih menitik beratkan pada bagaimana membentuk sikap dan tingkah laku atau moral keagamaan yang selaras dengan tuntunan agama, berdasarkan tujuan tersebut jelas bahwa pendidikan agama Islam di lembaga pendidikan manapun akan memiliki pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan seseorang. 1
Mohammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994). h. 41.
Evaluasi Pendidikan Nilai
241
Besar kecilnya pengaruh sangat bergantung beberapa faktor. Faktor pertama adalah kesadaran mahasiswa untuk menggali pengetahuan dan mengasah pemahaman keagamaan dengan mengikuti berbagai kegiatan keagamaan seperti majelis ta’lim, ceramah-ceramah agama dan lain-lain. Melalui aktifitas keagamaan seperti ini mahasiswa akan menemukan pengembangan diri dalam aspek moral keagamaan. Namun sayangnya, tidak setiap mahasiswa tertarik dengan kegiaatan keagamaan seperti ini. Hal ini yang menimbulkan perbedaan pemahaman pengetahuan keagamaan mahasiswa, termasuk dalam persepsi dan aktualisasi moralitas. Faktor yang kedua adalah latar belakang dan pengetahuan keislaman yang berbeda-beda sehingga memungkinkan terjadinya pemahaman dan tindakan moral yang beragam. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 5 April 2013 di kelas maupun di luar kelas menunjukan bahwa ada beberapa mahasiswa yang berprilaku yang baik namun ada juga mahasiswa yang menunjukan prilaku yang tidak baik bahkan ada mahasiswa yang mengkonsumsi minuman keras ketika masuk ke dalam kelas dan akhirnya di usir oleh Dosen. Beragamnya pemahaman dan tindakan moral mahasiswa tentu saja menjadi pertimbangan tersendiri bagi lembaga pendidikan Islam Jurusan Tarbiyah. Lembaga pendidikan Islam ini, telah meletakkan faktor pengembangan fitrah mahasiswa berbasis nilai-nilai agama menjadi landasan kepribadian yang dibentuk melalui proses belajar mengajar dan proses penguatan. Namun, karena belum dilakukan evaluasi terhadap perkembangan moral keagamaan mahasiswa di Jurusan Tarbiyah masih sulit dikatakan dimana titik perkembangannya. Apakah masih rendah atau tinggi. Oleh karena, itu melalui penelitaian evaluasi ini akan diungkap perkembangan moralitas keagamaan mahasiswa STAIN Datokarama Palu dan hal ini, sangat bermanfaat bagi institusi pendidkan agama terutama STAIN Datokarama Palu sebagai lembaga Islam yang mengedapankan akhlak mulia sebagai landasan pendidikan. Dari pemaparan tersebut di atas, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah: (1) Upaya-upaya apa yang dilakukan Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu dalam mengembangkan moral keagamaan mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu? (2) Bagaimana perkembangan moral keagamaan mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu? Berdasarkan pada rumusan masalah penelitian ini difokuskan untuk mendeskripsikan upaya-upaya Jurusan Tarbiyah dalam mengembangkan moral keagamaan mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu dan untuk mengevaluasi perkembangan moral keagamaan mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan upaya-upaya Jurusan Tarbiyah dalam mengembangkan moral keagamaan mahasiswa STAIN
242
Naima & Erniati
Datokarama Palu dan untuk mengevaluasi perkembangan moral keagamaan mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu. Penelitian ini memberikan manfaat secara praktis bagi dosen, unsur pimpinan kampus, mahasiswa dan orang tua mahasiswa. Hasil evaluasi dapat dijadikan acuan bagi dosen dalam memperbaiki, membuat rencana baru, meningkatkan kinerjanya dalam upaya meningkatkan pembinaan moral/akhlak terhadap mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu. Hasil evaluasi ini juga bermanfaat bagi mahasiswa sebagai bahan refleksi diri terhadap apa yang telah dilakukan dan belum dilakukan sehingga diharapkan setelah mereka mengetahui dapat menumbuhkan kesadaran untuk mengamalkan nilai-nilai moral keagamaan selain itu hasil evaluasi ini dapat dijadikan acuan bagi orang tua mahasiswa (sebagai warga masyarakat) dalam rangka ikut mengawasi perkembangan moral keagamaan mahasiswa jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu.
B. KERANGKA TEORI 1. Ethika, Moral dan Akhlak Ada beberapa term yang sering dipakai untuk mendeskripsikan sesuatu yang berkaitan dengan perilaku manuasia. Term itu antara lain adalah ethika, moral, akhlak,. Ethika membicarakan bagaimana seharusnya (what should be), moral membicarakan bagaimana adanya (What is). Ethika menyelidiki (to investigate), memikirkan (to think of) mempertimbangkan (to consider) tentang baik buruk, moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan manusia dalam komunitas tertentu. Pada penelitian ini defenisi tentang moral disamakan dengan akhlak dan mengacu pada definisi yang di ungkapkan Abdulah. 2. Perkembangan Moral Perkembangan moral atau lebih lengkapnya perkembangan penalaran moral berkaitan dengan aspek berfikir seseorang. Duska menyatakan bahwa “ perkembangan moral bukanlah suatu proses menanamkan macam-macam peraturan dan sifat-sifat baik, tetapi suatu proses yang membutuhkan struktur kognitif”. 2 Moral tumbuh dan berkembang secara bertahap dari tingkat yang bersifat sederhana sampai pada puncak kematanganya. Hurlock menyatakan bahwa “perkembangan moral bergantung dari perkembangan kecerdasan. Perkembangan moral terjadi dalam tahapan yang diramalkan yang berkaitan dengan tahapan dalam perkembangan kecerdasan”3. Dengan perubahannya kemampuan menangkap dan mengerti, anak-anak bergerak ketingkat perkembangan moral yang lebih tinggi. Kohlberg (dalam Abdul Majid), membagi tahapan perkem2
Duska, Perkembangan Moral, (Cet. 4; Yogyakarta: Kanesius,1984), h. 89. Hurlock,E. B. Perkembangan Anak, (Cet. 1; Jakarta: Erlanga,1989), h. 79.
3
Evaluasi Pendidikan Nilai
243
bangan moral menjadi tiga level perkembangan moral yaitu sebagai berikut. 1) Pra konvensional. 2) Konvensional dan 3) Poskonvensional. 3. Nilai Keagamaan a. Pengertian Nilai Nilai berasal dari bahasa Ingris yaitu value yang di turunkan dari bahasa bahasa latin (valere) atau bahasa prancis kuno (valonis) yang secara etimologis artinya berguna mampu dan berdaya 4. Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki. b. Macam-Macam Nilai Noeng Muhajir nilai dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yang menyebabkan menyebabkan terdapat bermacam-macam nilai antara lain: (1) Dilihat dari kemampuan jiwa manusia, nilai yang statis seperti kognisi, emosi, psikomotor dan kemampuan yang dinamik seperti motif, berafiliasi dan motif berprestasi. (2) Berdasarkan pendekatan budaya manusia, nilai hidup dapat di bagi kedalam tujuh kategori: nilai ilmu pengetahuan, nilai ekonomi, nilai keindahan, nilai politik, nilai keagamaan, nilai kekeluargaan, nilai kejasmanian. (3) Nilai bila di lihat dari sumbernya di bagi menjadi 2 jenis yaitu nilai ilahiyah dan nilai insaniah. Nilai ilahiyah adalah nialai yang bersumber dari agama (wahyu Allah) sedangkan nilai insaniyah adalah nilai yang diciptakan oleh manusia atas dasar yang di ciptakan oleh manusia juga. (4) Nilai di laihat dari ruang lingkupnya dan berlakunya, nilai dapat di bagi menjadi nilai yang universal dan niali lokal. (5) Nilai ditinjau dari hakikatnya niali dapat di bagi menjadi: nilai hakiki, nilai instrumental. Nilai–nilai yang hakiki itu bersifat universal dan abadi dan abadi, sedangkan nilai instrumental dapat bersifat lokal 5. c. Proses Pembentukan Nilai Menurut Krathwohl, proses pembentukan nilai pada anak dapat dikelompokan dalam 5 (lima) tahap yakni: (1) Tahap receiving (menyimak) pada tahap ini seseorang secara aktif dan sensitif menerima stimulus dan menghadapi fenomena-fenomena sedia menerima secara aktif dan selektif dalam memilih fenomena pada tahap ini belum terbentuk melainkan baru menerima adanya nilai-nilai yang berada di luar dirinya dan mencari nilai-nilai itu untuk di pilih mana yang paling menarik. (2) Tahap responding (menanggapi) pada tahab ini seseorang sudah mulai bersedia menerima dan menangapi secara aktif stimulus dalam bentuk respons yang nyata. Dalam tahap ini ada tiga 4
Bertens, Op cit 52 Noeng Muhajir, Faktor-Faktor Opinion Leader Inovative Bagi Pembangunan Masyarakat, Teori dan Konstruknya. (Cet. 1; Yogyakarta: Rake Sarasin, 2001), h. 55. 5
244
Naima & Erniati
tingkatan. Yakni tahap compliance (manut) wilingness to respon sedia menangapi dan satisfaction in response puas dalam menangapi nilai, maka pada tahap ini seseorang sudah mulai aktif menanggapi nilai yang berkembang di luar dan meresponya. (3) Tahap valuing memberi nilai. Pada tahap ini seseorang sudah mampu menangkap stimulus itu atas dasar nilai yang terkandung di dalamnya dan mulai mampu menyusun persepsi tentang obyek yang terdiri dari tiga tahap yaitu percaya terhadap nilai tersebut, memiliki ketertarikan batin untuk memperjuangkan nilai yang diterima dan di yakini. (4) Tahap pengorganisasian nilai. Pada tahap ini seseorang telah mengatur sistem nilai yang ia terima untuk di organisasikan dalam dirinya. Dengan menkonsepsikan nilai dengan mengaplikasikan dalam kehidupanya. (5) Tahap karakterisasi nilai yang tahap ini di bagi menjadi dua yaitu tahap menerapkan sistem nilai dan mempribadikan sistem nilai tersebut.6 Tahapan tersebut lebih mengarah pada tahap pembentukan nilai yang lebih ditentukan dari arah mana dan bagaimana seseorang menerima nilai-nilai dari luar kemudian mengiternalisasi nilai tersebut dalam dirinya. 4. Nilai–Nilai Keagamaan Nilai–nilai pokok ajaran Islam itu meliputi iman, Islam dan ihsan atau yang familiar di sebut akidah, syariah dan akhlak. a. Iman, meliputi enam rukun: (1) Iman kepada Allah, (2) Iman kepada Malaikat – Malaikat Allah, (3) Iman kepada Kitab-Kitab Allah, (4) Iman kepada Rasul-Rasul Allah, (5) Iman kepada hari akhir, dan (6) Iman kepada Qada dan Qadar Allah. b. Islam meliputi enam rukun: (1) mengucapkan dua kalimat syahadat, (2) mendirikan shalat, (3) membayar zakat, (4) mengerjakan puasa pada bulan Ramadhan, (5) mengerjakan haji ke baitulah bagi orang yang mampu melaksanakan. c. Ihsan yaitu beribadah kepada Allah, seolah-olah seorang hamba melihat Allah dan jika dia tidak dapat melihat sesungguhnya Allah melihat hambaNya. Moral terhadap Allah swt. yaitu: (1) mendirikan shalat, (2) memperhatikan ayatayat allah, (3) menghidupkan malam untuk shalat tahajud, (4) mengerjakan puasa baik puasa sunah maupun puasa wajib, (5) membayar zakat, sadakah dan infak, dan (6) menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Moral terhadap sesama manusia, yaitu: (1) Tidak berlaku sombong, (2) Pemaaf, (3) Berkata baik, (4) Jujur, (5) Membelanjakan harta secara adil, (6) Tidak berzina, (7) Memelihara amanat dan janji, (8) Tidak melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat.
6
Krathwohl, Taxonomi of Education Objectives Handbook II. Efective Domain. (London: Logman Group, 1964), h.11.
Evaluasi Pendidikan Nilai
245
5. Moral Keagamaan Sikap hidup manusia yang tersirat dalam firman Allah swt. adalah sebagai berikut: (1) Moral terhadap Allah swt. yaitu: (a) mendirikan shalat, (b) memperhatikan ayat-ayat allah, (c) menghidupkan malam untuk shalat tahajud, (d) mengerjakan puasa baik puasa sunah maupun puasa wajib, (e) membayar zakat, sadakah dan infak, dan (f) menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. (2) Moral terhadap sesama manusia, yaitu: (a) tidak berlaku sombong, (b) pemaaf, (c) berkata baik, (d) jujur, (e) membelanjakan harta secara adil, (f) tidak berzina, (g) memelihara amanat dan janji, dan (h) tidak melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat. 6. Evaluasi 1) Pengertian pengukuran, penilaian dan evaluasi Menurut Griffin dan Nix dalam Djemari Mardapi pengukuran, penilaian dan evaluasi adalah hierarki 7. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, penilaian menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku. Sifat hirarki ini menunjukan bahwa kegiatan evaluasi melibatkan pengukuran dan penilaian. 2) Model Evaluasi Setidaknya ada tiga macam model evaluasi menurut Scriven dalam Fernandez, Tiga macam itu adalah a) formatif-sumatif evaluation, b) goal free evaluation, dan c) pathway comparison model. 8 Namun pada pembahasan ini hanya akan dijelaskan tentang goal free evaluation. Lahirnya model Goal Free Evaluation ini bisa dikatakan sebagai tandingan model yang dikembangkan oleh Tyler, yaitu goal oriented evaluation model, yang menjadikan tujuan dari sebuah program adalah objek pengamatan utama. Goal free evaluation disebut evaluasi lepas dari tujuan namun, model ini bukan berarti lepas sama sekali dari tujuan, tetapi hanya lepas dari tujuan khusus. Model ini hanya mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai oleh program, bukan secara rinci perkomponen.
C. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan mengunakan goal free evaluation model yang dikembangkan oleh Scriven. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di STAIN Datokarama Palu yang beralamat di Jalan Diponegoro kecamatan Palu Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu. 7
Djemari Mardapi. Teknik penyusunan instrumen tes dan non tes. (Cet. 5; Yogyakarta: Mitra Cedikia Press. 2008) h. 1-2 8 Fernandez, Op cit h. 10-11
246
Naima & Erniati
Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Tarbiyah program studi PAI (Pendidikan Agama Islam),semester enam, dan yang menjadi sumber infomasi adalah dosen Jurusan Tarbiyah dan Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: observasi, angket dan wawancara serta wawancara. Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu rumusan pada kategori dan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan untuk menganalisis data. Untuk menganalisis data yang bersifat kualitatif, peneliti menggunakan teknik analisis data interaktif model Miles & Huberman yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan 9. Kriteria perkembangan moral keagamaan mahasiswa STAIN Datokarama Palu adalah dapat dilihat tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1: Kriteria Tingkat Perkembangan Moral Keagamaan Mahasiswa STAIN Datokarama Palu No
Persentase 76 % - 100 % 56 % - 75 % 40 % - 55 % ≤ 40 %
1 2 3 4
Kriteria Sangat Baik Baik Kurang baik Sangat Tidak baik
Untuk mendapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka data yang terkumpul terlebih dahulu diperiksa keabsahannya. Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah Triangulasi yaitu tehnik. Peneliti menggunakan observasi, wawancara, angket untuk sumber data yang sama secara serempak.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran STAIN Datokarama Palu STAIN Datokarama Palu terletak di jalan Pangeran Diponegoro, No 23. Kecamatan Palu Barat. STAIN Datokarama Palu berdiri pada bulan Mei 1966 dibentuklah satu kepanitiaan yang diberi nama Panitia Persiapan Pendirian IAIN "Datokarama" Palu yang diketuai oleh Abidin Ma'ruf, SH. Visi STAIN mempunyai visi "Menuju Pendidikan Tinggi Agama Islam Yang Kompetitif". Ketua STAIN Datokarama Palu adalah Prof. Dr. H. Zainal Abidin, M.Ag. Pembantu Ketua I, Drs. Ramang, M.Pd.I. Pembantu Ketua 2, Dr. H. Yusra. M.Pd dan Pembantu Ketua 3, Drs. Azma. 9
Miles & Huberman Miles, M.B., & Huberman, A.M Qualitative Data Analisis: An Expended Sourcebook. (London: Sage Publication 1994), h. 10-12
Evaluasi Pendidikan Nilai
247
2. Upaya-upaya Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu dalam Mengembangkan Moral Keagamaan Mahasiswa Tujuan utama pendidikan adalah menghasilkan kepribadian manusia yang matang secara intelektual, emosional, dan spiritual. Tujuan ini selaras dengan tujuan Sekolah Tinggi Agama Islam atau yang sering disebut STAIN Datokarama Palu. STAIN merupakan sekolah tinggi Islam tujuanya adalah untuk mendidik dan menghasilkan Sarjana Islam yang berakhlak mulia, kreatif, berkemampuan akademik dan/atau profesional dalam bidang pendidikan dan pengajaran agama islam dan umum pada jalur sekolah dan luar sekolah. Oleh karena itu STAIN Datokarama Palu terus berupaya untuk menghasilkan alumni yang profesionalnya dan berakhlak mulia. Data Mengenai upayaupaya yang dilakukan Jurusan Tarbiyah dalam mengembangkan moralitas mahasiswa diperoleh melalui wawancara dengan dosen dan ketua jurusan, sekretaris program studi dan Ketua Prodi PAI. Menurut penuturan yang di sampaikan Oleh Ketua Jurusan Tarbiyah Bapak Rusli Takunas, beliau menyampaikan bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh jurusan tarbiyah dalam membina moralitas mahasiswa atara lain adalah: Melakukan pembinaan keagamaan melalui proses pembelajaran, pengarahan bagi mahasiswa baru tetang etika pergaulan dan berpakaian, peringatan hari besar agama, seminar dan works shop tetang masalah agama dan pembinaan UKM sebagai sarana mahasiswa untuk mengembangakan bakat keagamaan di STAIN Datokarama Palu seperti LDK (lembaga Dakwah Kampus)”. 10 Ungkapan tersebut selaras dengan ungkapan sekretaris jurusan dan ketua Prodi PAI. a. Pembinaan Kegamaan dalam Proses Pembelajaran Pembinaan kegamaan dalam proses pembelajaran merupakan hal pokok yang dilakukan sebagai sarana untuk menlakukan tranfer ilmu pengetahuan dan nilai. Tata cara para dosen membina moralitas mahasiswa berbeda satu dengan yang lain. Hal ini disesuaikan dengan karakter mata kuliyah yang diajarkan. Menurut pendapat salah seorang dosen Tarbiyah bapak Rus’an dan Arifudin Arif, bahwa: ”tata cara yang saya gunakan untuk mengembangkan nilai keagamaan mahasiswa STAIN Datokarama Palu yaitu dengan memperlihatkan contoh kasus-kasus lewat pengalaman yang terjadi atau sering disebut dengan pendekatan kontektual dan melalui keteladanan”11. Pendapat ini selaras dengan diungkapkan Masyur Ramly yang yang menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan akhlak mulia pada diri mahasiswa dapat mengunakan pendekatan kontekstual yaitu sebuah 10
Rusli Takunas. Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu”Wawancara” Kantor Jurusan Tarbiyah, 10 Juli 2013 11 Rusan dan Arifudin Arif, Dosen Tarbiyah STAIN Datokarama Palu” Wawancara” ruangan dosen Tarbiyah, 20 Juni 2013.
248
Naima & Erniati
konsep pembelajaran yang membantu guru dan peserta didik mengaitkan antara materi dengan realita yang terjadi disekitarnya 12. Selain itu menurut beliau, pengembangan moralitas mahasiswa juga dapat dilakukan melalui metode keteladanan karena dalam kerangka pendidikan perilaku guru dipandang sebagai sumber pengaruh sedangkan tingkah laku yang belajar sebagai efek dari berbagai proses tingkah laku dan kegiatan interaktif. 13 Pendapat yang sama juga di ungkapakan oleh bapak Kamarudin selaku dosen senior di Jurusan tarbiyah. Beliau mengungkapkan bahwa: Proses belajar merupakan sarana yang tepat untuk memberikan pengaruh yang positif kepada mahasiswa. Oleh karena itu dosen memiliki peran yang sangat besar untuk mengembangkan pola pikir dan wawasan serta bentuk tingkah laku yang sesuai dengan tuntunan agama Islam. Maka tata cara yang bisa dilakukan yang pertama adalah pemberian pemahamaan yang baik terhadap teori keagamaan dan yang kedua adalah pembinaan keagamaan dan yang ketiga adalah penekanan terhadap pelaksanaan keagamaan. Jadi bentuk evaluasi yang dilakukan tidak hanya sekedar terfokus pada bagaimana mahasiswa menguasai materi tapi seorang dosen harus melakukan pengecekan terhadap pelaksanaan keagamaan. 14 Sedangkan menurut ibu Retoliah dosen Jurusan Tyarbiyah ”cara beliau mengembangkan moralitas mahasiswa yaitu dengan cara memberikan nasehat-nasehat, memberiakan motivasi untuk selalu melakukan kebaikan dan memulai perkuliahan dengan berdoa terlebih dahulu dan mengakhirinya dengan doa juga. 15 b. Pengarahan Tetang Etika Pergaulan dan Tata Cara Berpakaian 1) Etika pergaulan Mahasiswa sebagai makhluk sosial tentunya butuh orang lain dalam menjalani kehidupanya. Oleh karena itu tentunya dalam berhubungan dengan orang lain memiliki tata cara atau aturan yang diberlakuakan. Aturan itu disebut dengan etika pergaulan. Menurut penuturan yang disampaikan oleh Ketua jurusan Tarbiyah aturan pergaulan ini disampaikan pada saat orientasi prakuliyah dimulai. Adapun pokok-pokok pembahasan 12
Masyur Ramly Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2011). h. 11. 13 Muhaimin Mc. et.al. Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2002), h. 94. 14 Kamarudin, Dosen Tarbiyah STAIN Datokarama Palu ” Wawancara” Ruangan Dosen Tarbiyah, 21 Juni 2013. 15 Retoliah Dosen Tarbiyah STAIN Datokarama Palu ”Wawancara” Ruangan Dosen Tarbiyah, 19 Juni 2013.
Evaluasi Pendidikan Nilai
249
yang disampaikan adalah bagaimana sikap seorang mahasiswa kepada dosen dan kepada sesama. 16 2) Etika Berpakaian Pakaian menujukan identitas bagiman pemakaianya. Oleh karena itu pakaian yang sopan akan memiliki pengaruh yang sangat besar bagi yang memakainnya dan memandang. Pakaian mahasiswa Islam jelas harus berbeda dengan orang selain Islam. Menrut Islam pakaian yang baik adalah pakaian yang menutup aurat. Hal ini sesuai dengan perintah Allah tentang hijab bagi perempuan dalam Al-Quran yaitu: Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteriisteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya [1232] ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang 17. Dasar itulah yang kemudian dijadikan tolak ukur bagi para cendikiawan muslin termasuk dosen di STAIN dengan memberlakukan sebuah aturan yang tegas bagi para mahasiswa sebelum perkuliahan berlangsung yaitu setiap mahsaiswa STAIN harus berpakaian rapi, menutup aurat, dan tidak boleh memakai sandal. Bagi muslimah (mahsiswa perempuan) menurut penuturan yang disampaikan oleh kajur mereka harus memakai rok panjang, baju panjang dan berkerudung, sedangkan bagi laki-laki yaitu dengan berpakaian yang sopan tidak memakai kaos oblong dan sandal jepit. 3) Peringatan Hari besar agama Peringatan hari besar agama seperti peringatan isro’wal mi’raj, 1 Muharam, maulid nabi Muhammad saw. dan lain-lain menjadi rutinitas dilaksanaankan oleh Sekolah yang berbasis islam ini menurut penututuran Ketua Jurusan Tarbiyah peringatan hari besar agama tersebut memiki peranan yang besar bagi mahasiswa untuk lebih mencintai agamanya dan menjadi siar agama serta mempererat tali silaturahmi antar warga kampus STAIN. 3. Workshop Workshop merupakan salah satu sarana yang tepat untuk mengembangakan pengetahuan, pemahaman keagamaan dengan kajian-kajian keagamaan yang up to date (kekinian). Menurut penuturan yang disampaikan oleh salah satu dosen materi dalam workshop adalah materi yang kekinian yang lagi hangat hangat didengar baik oleh 16
Rusli Takunas. Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu”Wawancara” Kantor Jurusan Tarbiyah, tanggal 10 Juli 2013. 17 Depag RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelengaraan Terjemahan Al-Qur’an,1971) h. 34.
250
Naima & Erniati
mahasiswa maupun dosen dan melalui workshop tersebut akan diperoleh solusi, pemahaman baru dari sebuah permasalahan yang diajukan. 4. Pembinaan UKM UKM atau sering di sebut sebagai unit kegiatan mahasiswa perupakan tempat penyaluran bakat mahasiswa dan sarana ini sangat tepat bagi mahasiswa untuk mengembangkan dakwah islamiyah di kampus. c. Perkembangan Moral Keagamaan Mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu Data tetang perkembangan moral keagamaan Mahasiswa diperoleh melalui angket yang disebarkan kepada mahasiswa jurusan Tarbiyah yang sebanyak 100 orang dan observasi langsung serta hasil wawancara. dengan para dosen STAIN Datokarama Palu. Perkembangan moral mahasiswa STAIN Datokarama Palu diukur berdasarkan dua indikator yaitu indikator moral terhadap Allah swt. dan moral terhadap sesama manusia. 1) Moral Kepada Allah swt. Indikator perkembangan moral kepada Allah swt. diukur berdasarkan sub indikator diantaranya yaitu sebagai berikut: (a) Pelaksanaan Ibadah Shalat Shalat merupakan sarana komunikasi antara seorang hamba dengan Tuhannya, dan merupakan bentuk ibadah yang di dalamnya tersusun dari beberapa perkataan, yang dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan. Shalat merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap muslim yang sudah balig baik laki-laki maupun perempuan. Indikator pelaksanan ibadah shalat yang peneliti nilai adalah pelaksanaan shalat lima waktu sehari semalam, pelaksanaan shalat sunah tahajud dan rawatib. Berdasarkan hasil angket terbuka yang peneliti sebarkan terhadap 100 orang mahasiswa di peroleh data sebagai berikut. Tabel 2: Pelaksanaan Shalat Mahasiswa STAIN Datokarama Palu Sub Indikator
Jawaban Responden Malaksanakan dengan Tidak melaksanakan dengan baik baik
Kriteria
Shalat Lima waktu
69
69%
41
41%
Baik
Shalat Tahajud Shalat Rawatib
9 22
9% 22%
91 78
91% 78%
Tidak baik Tidak baik
Berdasarkan tabel di atas jumlah mahasiswa Tarbiyah yang selalu melaksanakan shalat lima waktu sebanyak 69, melaksanakan shalat sebanyak 31 dan berdasarkan hasil
Evaluasi Pendidikan Nilai
251
angket tersebut dikemukakan alasan dari 31 mahasiswa yang tidak melaksanakan shalat dengan baik disebabkan karena malas dan karena sibuk. Hal ini sesuai dengan pengamatan peneliti lakukan, pada saat melakukan observasi di kampus pada jam shalat Dzuhur ternyata banyak mahasiswa yang duduk santai sambil berbincang dengan teman-temanya sementara itu hanya sedikit mahasiswa yang datang ke masjid untuk melaksanakan shalat. Berdasarkan hasil angket tentang pelaksanaan shalat tahajud yang dilakukan oleh mahasiswa hanya sekitar 9 orang siswa yang melaksanakan shalat tahajud dengan baik sementara itu yang tidak melaksanakan sekitar 91 orang. Berdasarkan hasil angket tersebut disebutkan juga alasan mereka tidak melaksanakan disebabkan karena malas dan mengantuk. Menurut penuturan mereka shalat tersebut dilaksanakan di malam hari pada waktu sepertiga malam. Sedangkan untuk pelaksanaan shalat rawatib terdapat 22 orang mahasiswa yang melaksanakan shalat rawatib dan sekitar 78 mahasiswa yang jarang bahkan tidak pernah melaksanakan shalat ramawatib. Berdasarkan hasil angket tersebut disebutkan bahwa mereka tidak melaksanakan disebabkan karena malas dan mengangap bahwa shalat tersebut hanya sunah dilaksanakan. (b) Membaca Al-Qur’an Secara terminologis Al-qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantaraan malaikat Jibril, tertulis dalam Mushaf dan disampaikan kepada manusia secara mutawatir, bernilai ibadah bagi yang membacanya, berdasarkan hasil angket yang disebarkan terhadap 100 mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi PAI terdapat 25% mahasiswa yang telah menbaca Al-Qur’an setiap harinya dan 75% orang mahsiswa yang belum membaca al quran tiap harinya. Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan tersebut dikategorikan kurang baik. Alasan mereka adalah karena malas dan kesibukan kuliah. (c) Puasa Puasa yaitu menahan diri dari segala yang membatalkan puasa seperti makan, minum bersetubuh, muntah dengan sengaja dan lain-lain dari fajar hingga waktu magrib dengan disertai niat dan keikhlasan. Indikator pelaksanaan puasa terdiri dari tiga subindikator yaitu: pelaksanaan puasa wajib yaitu Ramadhan, puasa sunah senin kamis dan puasa syawal. Hasil rekap data yang diperoleh dilapangan adalah sebagaimana tabel 3. Tabel 3: Pelaksanaan Puasa Sub Indikator Puasa ramadhan Puasa Senin Kamis Puasa Syawal
Yang melaksanakan dengan baik
Belum melaksanakan dengan baik
Kriteria
97 % 12% 6%
3% 88% 94%
Sangat baik Tidak baik Tidak baik
252
Naima & Erniati
Berdasarkan data di atas diperoleh informasi bahwa dari 100 mahasiswa yang menjadi sampel penelitian terdapat 97 % orang dan hanya 3% orang mahasiswa yang belum melaksanakan puasa dengan baik dengan kata lain puasanya belum sempurna. Menurut pengakuan mereka, hal ini disebabkan karena tidak kuat menahan lapar. Sementara itu untuk pelaksanaan puasa senin kamis ada 12% orang mahasiswa yang melaksanakan puasa senin dan kamis dan 88% mahasiswa yang jarang bahkan tidak pernah melaksanakan puasa tersebut alasan mereka adalah puasa tersebut tidak wajib dilaksanakan. Sedangkan untuk pelaksanaan puasa syawal % mahasiswa yang telah melaksanakan puasa Syawal dengan baik dan 94% mahasiswa yang belum melaksanakan puasa dengan baik. Menurut pengakuan 94% mahasiswa yang melaksanakan puasa syawal dengan baik disebabkan karena malas karena masih dalam suasana lebaran jadi sangat sulit bagi mereka untuk melaksanakan puasa tersebut. (d) Zakat Membayar zakat merupakan kewajiban setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki kemampuan harta. Zakat yang dimaksud adalah zakat fitrah. Zakat fitrah yang wajib dibayar oleh setiap muslim sebanyak 2,5 kg. Data mengenai pelaksanaan zakat diukur berdasarkan satu sub-indikator yaitu pelaksanaan zakat itu sendiri. Berdasarkan hasil angket yang disebarkan diperoleh data bahwa dari 100 mahasiswa terdapat 100 mahasiswa telah menunaikan kewajibanya membayar zakat dan hal ini menunjukan bahwa mahasiswa STAIN Datokarama Palu terutama jurusan Tarbiyah telah memiliki kesadaran yang tinggi untuk menunaikan zakat dengan baik. 2) Moral Sesama Manusia Indikator perkembangan moral sesama manusia diukur berdasarkan sub indikator diantaranya adalah: (a) Sikap Tawaduk Tawaduk merupakan sikap terpuji yang harus dimiliki oleh setiap orang muslim. Dalam penelitian ini penilaian sikap tawaduk mahasiswa di STAIN Datokarama Palu diukur berdasarkan 2 sub-indikator yaitu menghargai dosen, dan bersikap santun kepada orang yang lebih tua. Hasil pengamalan sikap tawaduk berdasarkan masing-masing subindikator dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4: Sikap Tawaduk Sub-Indikator Menghargai dosen Bersikap santun
Sudah Melaksanakan Jumlah (%) 63 63% 56 56%
Belum Melaksankan Jumlah (%) 21 21% 44 44%
Kriteria Baik Baik
Evaluasi Pendidikan Nilai
253
Berdasarkan data di atas berdasarkan hasil angket yang disebarkan terhadap 100 orang mahasiswa terdapat 63 mahasiswa yang sangat menghargai dosen dalam proses pembelajaran, sementara itu 21 orang mahaiswa kurang memperhatikan penjelasan dosen. Hal ini sama dengan pengamatan yang peneliti lakukan pada proses pembelajaran, mahasiswa yang kurang menghargai dosen ketika mengajar kebanyakan dari mahasiswa laki-laki. Sementra itu untuk sikap santun, berdasarkan hasil angket yang peneliti sebarkan menunjukan 56 mahasiswa selalu berkata dan bersikap baik kepada teman, para dosennya dan 44 orang mahasiswa kurang menunjukan sikap tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan peneliti di waktu mengajar. Menurut peneliti sikap tersebut dipengaruhi oleh faktor bawaan dan linkungan yang membentuk mahasiswa tersebut. (b) Sikap Taat Secara istilah taat dapat diartikan sebagai suatu sikap yang menunjukan kepatuhan dan ketundukan seseorang terhadap perintah atau larangan seseorang atau peraturan yang berlaku. Indikator sikap taat pada penelitaian ini didasarkan pada dua sub-indikator mengerjakan tugas dan masuk kelas tepat waktu. Hasil pengukuran terhadap sikap siswa sesuai dengan dua sub-indikator dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5: Sikap Taat Sub-indikator Mengerjakan tugas Masuk kelas tepat waktu
Melaksanakan (%) Jumlah 89 89% 79
79%
Tidak Melaksanakan Jumlah (%) 11 11% 21
21%
Kriteria Sangat baik Sangat baik
Berdasarkan tabel di atas, dari 100 mahasiswa yang diberi angket terdapat 89 siswa yang mengerjakan tugas dengan baik dan 11 lainnya kurang memperhatikan tugas yang diberikan oleh dosen. Hal ini sesuai dengan catatan penulis ketika observasi di kelas. Alasan mahasiswa tidak melaksanakan tugas karena sibuk, tidak bisa mengerjakan dan malas. (c) Berpaikaian Rapi dan Menutup Aurat Pakaian mahasiswa STAIN Datokarama Palu telah diatur dalam aturan dasar yang wajib dilaksanakan oleh semua civitas akademika STAIN Datokarama Palu. Ciri pakaian mahasiswa STAIN Datokarama Palu disesuaikan dengan aturan pakaian yang disyariatkan agama Islam yaitu pakaian yang menutup aurat, bagi perempuan memakai pakaian muslimah dan memakai jilbab sedangkan untuk laki-laki memakai baju yang berkerah dan memakai celana panjang. Berdasarkan angket yang disebarkan diperoleh data sebagai berikut.
254
Naima & Erniati
Tabel 6: Cara Berpakaian Mahasiswa STAIN Datokarama Palu Sub-indikator Memakai jilbab di kampus Memakai jilbab di rumah & kampus Tidak memakai kaos oblong & sandal jepit
Melaksanakan (%) Jumlah 50 100%
Tidak melaksanakan (%) Jumlah -
Kriteria Sangat Baik
18
36%
32
64%
Tidak baik
97
97%
3
3%
Sangat baik
Berdasarkan hasil angket dan observasi yang penelitian terhadap 50 orang mahasiswa diperoleh data bahwa 50 atau 100% orang mahasiswa perempuan atau keseluruhan mahasiswa memakai pakaian muslimah yang baik ketika ke kampus STAIN Datokarama Palu. Alasan mereka memakai pakaian karena di wajibkan oleh Allah dan merupakan aturan kampus. Kemudian penelitian dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan tentang pemakaian jilbab di rumah dan di kampus ternyata dari 50 orang mahasiswa yang di survey mengaku 18 orang atau 36% mahasiswa memakai jilbab baik di rumah maupun di kampus sedangkan 32 atau 64% mahasiswa tidak memakai jilbab ketika di rumah/kos dan sekitarnya. Hasil penemuan ini sesuai dengan hasil pengamatan peneliti bahwa mahasiswa STAIN Datokarama Palu belum memiliki kesadaran penuh untuk memakai pakaian muslim yang baik. Untuk 50 mahasiswa laki-laki yang disurvey tetang pakaian yang dikenakan di peroleh 97 mahasiswa sudah memakai pakaian yang sesuai dengan aturan kampus sedangkan 3 mahasiswa masih sering memakai sandal jepit ketika ke kampus. (d) Merokok Rokok mengandung sekian banyak zat kimia antara lain: Nikotin,Tar, Karbon Monoksida dan Karbon Dioksida, Gas Amoniak Kaustik dan lain-lain. merokok sangat merugikan bagi yang merokok maupun bagi yang menghirup asap rokok. Sehingga MUI (majelis ulama Indonesia) mengharamkan rokok karena merokok sangat merugikan kesehatan dan juga merupakan pemborosan. Berdasarkan hasil angket yang disebarkan terhadap mahasiswa Jurusan Tarbiyah sebanyak 100 orang mahasiswa yang terdiri dari 50 orang mahasiswa laki-laki dan 50 mahasiswa perempuan. Berdasarkan hasil angket disebutkan bahwa jumlah mahasiswa yang merokok sebanyak 36 dan semuanya adalah mahasiswa laki-laki. Jumlah mahasiswa yang tidak merokok sebanyak 64 yang terdiri dari 50 mahasiswa perempuan dan 14 orang laki-laki. Berdasarkan hasil angket tersebut disebutkan bahwa alasan mereka adalah ingin diakui oleh kelompoknya. (e) Megkonsumsi Minuman Keras (Minuman Berakohol) Alkohol merupakan bahan Adiktif, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim syaraf
Evaluasi Pendidikan Nilai
255
pusat, seperti: Alkohol. Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf pusat meskipun dalam jumlah kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan.Bahan psikoaktif yang terdapat dalam alkohol adalah etil alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi madu, gula sari buah atau umbi umbian. Nama yang populer: minuman keras (miras), kamput, tomi (topi miring), cap tikus, balo dan lain-lain. Minuman keras ini sangat berbahaya bagi para pengkonsumsinya karena bisa mengakibatkan kerusakan pada jantung, hati dan lain-lain. atas dasar itu Islam mengharamkan minuman ini di konsumsi oleh umatnya. Berdasarkan hasil angket yang disebarkan pada 100 mahasiswa STAIN Datokarama Palu Jurusan Tarbiyah ditemukan 5 mahasiswa laki-laki pernah meminum minuman keras dan 95 siswa tidak pernah minum-minuman keras. Alasan mereka minuman karena dipengaruhi oleh teman-teman sebayanya. (f) Mengkonsumsi obat-obatan terlarang (Narkoba) Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis. Obat-obatan tersebut diharamkan untuk dikonsumsi oleh umat muslim karena sangat merugikan bagi pemakaianya hingga mengakibatkan kematian. Berdasarkan hasil angket ditemukan bahwa dari 100 mahasiswa Jurusan Tarbiyah sebanyak 100 orang semuanya terbebas dari pengaruh obat-obatan terlarang dan ini sangat baik. (g) Menjaga Etika Pergaulan dengan Lawan Jenis Islam mengatur tatacara bergaul dengan lawan jenis. Islam melarang perbuatan seperti berdua-duan tanpa muhrim (pacaran) dan melakukan perbuatan zina. Berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada 100 orang mahasiswa ditemukan data sebagai berikut. Tabel 7: Etika Pergaulan Mahasiswa STAIN Palu Sub-indikator Pernah melakukan zina Pernah berciuman dll
Pernah Jumlah (%) 9 9% 29
29%
Tidak pernah Jumlah (%) 91 91% 71
71%
Kriteria Sangat baik Sangat baik
Berdasarkan data di atas disebutkan bahwa dari 100 orang mahasiswa yang menjadi sampel penelitian terdapat 9 orang mahasiswa yang pernah melakukan hubungan pranikah dan 29 orang mahasiswa pernah berciuman dengan pacarnya. Hal ini sesuai dengan ungkapan salah satu dosen yang menyebutkan bahwa ”saya sangat miris dengan pergaulan mahasiswa sekarang, sepertinya mereka sudah kehilangan rasa malu
256
Naima & Erniati
di dalam hatinya” 18. Melihat data tersebut selanjutnya peneliti melakukan observasi di kos-kos dimana mahasiswa tinggal ternyata hal ini benar adanya. Ada sebagian mahasiswa yang bebas bergaul selayaknya suami dan istri namun demikian masih ada juga mahasiswa yang masih berpegang teguh pada ajaran agama. Tabel 8: Hasil Rekap data Perkembangan Moral mahasiswa STAIN Datokarama Palu Indikator Moral kepada Allah
Sub indikator
Shalat 5 waktu Shalat tahajud Shalat Rawatib Membaca Alquran Puasa Ramadhan Puasa Senin-kamis Puasa Syawal Zakat Fitrah Moral Menghargai dosen sesama Bersikap santun manusia Mengerjakan tugas Masuk tepat waktu Memakai jilbab ke kampus Memakai jilbab di kampus & di rumah Tidak memakai kaos oblong & sandal jepit Tidak merokok Tidak minuman keras Tidak mengonsumisi narkoba Tidak berzina Tidak pernah berciuman Rata-Rata Perkembangan Moral
Melaksanakan (%) 69 9 22 25 97 12 6 100 63 56 89 79 100
Belum melaksanakan (%) 41 91 78 75 3 88 94 0 21 44 11 21 0
Kriteria Baik Tidak baik Tidak baik Tidak baik Sangat baik Tidak baik Tidak baik Sangat baik Baik Baik Baik Sangat baik Sangat baik
36
64
Tidak baik
97
3
Sangat baik
64 95 100
36 5 0
Baik Sangat Baik Sangat baik
91 71 64,05
9 29 35,65
Sangat baik Baik Baik
Bersarkan tabel di atas, persentase rata-rata perkembangan moralitas mahasiswa STAIN Datokarama Palu pada kategori baik. Hal ini sesuai dengan ungkapan ketua Jurusan Tarbiyah yang menyatakan bahwa moralitas mahasiswa dalam kategori baik. Namun demikian masih harus dilakukan pembenahan terutama pada aspek sub indikator perilaku yang dinyatakan tidak baik dan kurang baik misalnya pada aspek shalat sunah, membaca Al Quran, memakai pakaian muslimah di rumah dan di kampus. Sementara itu, pada aspek yang sudah sangat baik atau baik perlu ditingkatkan lagi. 18
Rusan, Dosen Tarbiyah STAIN Datokarama Palu” Wawancara” tanggal 20 Juni 2013.
Evaluasi Pendidikan Nilai
257
E. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Upaya-upaya yang dilakukan Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu dalam mengembangkan moral keagamaan mahasiswa antara lain: (1) Pembinaan keagamaan melalui proses pembelajaran, (2) Pengarahan tetang etika pergaulan dan berpakaian pada saat orentasi prakuliyah, (3) Peringatan hari besar agama, (4) Seminar/workshop keagamaan, (5) Perkembangan moral keagamaan mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu diukur berdasarkan 2 indikator yaitu moral kepada Allah dan moral terhadap sesama manusia. Berdasarkan hasil analisis diperoleh rata-rata perkembangan moral mahasiswa sebesar 64,05 berarti baik. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan ketua Jurusan Tarbiyah bahwa perkembangan moral mahasiswa dalam kategori baik. Perlu adanya kesatuan visi dan misi dan aturan yang ketat dalam mengembangkan moral keagamaan mahasiswa STAIN Datokarama Palu. Melihat rata-rata hasil perkembangan moral keagamaan mahasiswa dalam kategori baik, maka perlu ditingkatkan lagi menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah. (1997) Filsafat Kalam di Era Postmodernisme, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Abdussalam. (1997). Moral dan Kognisi Islam, Bandung: Alfabeta. Allen M. J., & Yen, W. M. (1979). Introduction to Measurement Theory, Monterey: Cole Publishing Company. Al-Munnawir. (2984). Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progresif. Andayani, Dian & Majid, Abdul. (2011) Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: Rosda Karya Arifin. (1994). Mohammad Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Bahreisy. (1986). Terjemah Riyadhus Shalihin, Bandung: PT. Al-Ma’arif. Bertens. (1997). Etika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Dediknas. (2003). Undang-Undang Nomer 20 tahun 2003, Jakarta. Depag RI. (1971). Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta: Yayasan Penyelengaraan Terjemahan Al-Qur’an. Depdikbud. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Duska. (1984). Perkembangan Moral, Yogyakarta: Kanesius. E. S. Anshari. (1997). Ilmu filsafat Agama, Surabaya, Bina Ilmu. Fernandes, Hjx. (1984). Evaluation of Education Program, Jakarta: Evaluation and Curriculum Development Publishing. Fitzpatrick, J. L., Sanders, J.R., & Worthen, B.R. (2011). Program Evaluation, Alternative Approaches And Practical Guidelines, Upper Saddle River: Pearson. Gazalba, Sidi. (1981). Sistematika Filsafat, Teori Nilai, Jakarta: Bulan Bintang. Hanafi, RMA. (2001). Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Philosophy Perss. Hurlock, E. B. (1989). Perkembangan Anak, Jakarta: Erlanga.
258
Naima & Erniati
Ilyas, Yunahar. (2005). Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Krathwohl. (1964). Taxonomi of Education Objectives Handbook II. Efective Domain. London, Logman Group. Lubis. Mawardi. (2008). Evaluasi Pendidikan Nilai, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Majid, Abdul. (2011). Pendidikan Karakter, Jakarta: PT Pustaka Firdaus. Mardapi, Djemari. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes, Yogyakarta: Mitra Cedikia Press. Miles & Huberman Miles, M.B., & Huberman, A.M. (1994). Qualitative Data Analisis: An Expended Sourcebook, London: Sage Publication. Schumann. (1993). Pemikiran Keagamaan dalam Tantangan, Jakarta: Gramedia. Worten, B. R., & Sanders, J. R (1973). Educational Evaluation, Teory And Practice. California: Belmont University.