IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN NASIONAL 2013 Moh Ali Lektor, IAIN Palu
Abstrak: Kurikulum merupakan bagian terpenting dari sistem pendidikan Nasional, yang keberadaannya telah ada sejak awal keberadaan pendidikan Nasional. Kurikulum pada masa itu hanya memfokuskan ada membaca, menulis dan berhitung. Seiring dengan perkembangan jaman maka dunia pendidikan baik itu formal maupun non formal maka harus menyesuaikan kurikulum pembelajarannya sesuai jaman, jadi kurikulum pendidikan nasional itu mengalami perkembangan yang yang cukup signifikan. Tetunya pengembangan kurikulum itu berorientasi kepada kebutuhan peserta didik yang berorientasi pada kualitas atau mutu dengan tujuan negara dapat mensukseskan program pembangunan nasional, dengan mencetak sumber daya manusia berkualitas sesuai kebutuhan dalam pembangunan dan dapat menghasilkan peserta didik yang kualitas dan dapat bersaing secara kompetitif di pasar global. Abstract: Curriculum is an essential part in national education system, and its existence has been shown at beginning national education system earlier. Curriculum, at that time, focused on reading, writing, and arithmetic only. However, curriculum have to be developed to adjust human needs and demand. Educational organization, formal or non formal, have to adapt their curriculum planning to be marketable. This condition give impact to national education system development. Curriculum development must consider the students need and demand on their orientation. It have to consider the increasing student ability and capability, too, in order to success achieve National development. Beside that, it aimed to make high quality human development to be a good competitor at global market. Keyword : Implementasi, Kurikulum, Pendidikan Nasional
Jurnal Paedagogia Vol. 2 Nomor 2 Tahun 2013
Pendahuluan Pendidikan merupakan sarana utama untuk mensukseskan pembangunan nasional, karena dengan pendidikan diharapkan dapat mencetak sumber daya manusia berkualitas yang dibutuhkan dalam pembangunan. Titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan serta perluasan kesempatan belajar pada jenjang pendidikan dasar. Pendidikan juga merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup suatu bangsa agar tidak sampai menjadi bangsa yang terbelakang dan tertinggal dengan bangsa lain. Pendidikan saat ini telah direduksikan sebagai pembentukan intelektual semata, sehingga menyebabkan terjadinya kedangkalan budaya dan hilangnya identitas lokal dan nasional. Perubahan yang global dengan liberalisasi pendidikan sehingga menuntut lembaga pendidikan untuk mampu menghasilkan kualitas peserta didik yang dapat bersaing secara kompetitif agar dapat diterima pasar. Tuntutan untuk memenuhi kebutuhan pasar ini pada akhirnya akan mendorong lembaga pendidikan menjadi lebih bercirikan knowledge based economy institution. Pendidikan yang hanya berorientasi untuk mencetak generasi yang bisa diterima pasar secara ekonomis hanya akan mampu mencetak peserta didik yang berpikir dan bertindak global sehingga mereka tidak memiliki kecerdasan emosional yang akhirnya bermuara pada terjadinya krisis moral dari peserta didik.1 Dewey mengemukakan: Education, in its broadest sense, is the means of this social continuity of life. Every one of the constituent elements of a social group, in a modern city as in a savage tribe, is born immature, helpless, with out language, beliefs, ideas, or social standards. Each individual, each unit who is the carrier of the life experience of his group, in time passes away. Yet the life of the group goes on. Pengertian pendidikan secara luas berarti kelanjutan kehidupan sosial. Masing-masing dari unsur memilih kelompok sosial, kota modern seperti di suku yang kejam kehidupannya, lahir belum matang, tidak berdaya, dengan keluar bahasa, kepercayaan, ide, atau standar sosial. Tiap individu dan setiap satuan yang membawa pengalaman hidup kelompok masing-masing dan pada waktu tertentu melampaui batas pengalaman sehingga individu terus dapat hidup dengan kelompoknya. Berdasarkan uraian tersebut pendidikan berfungsi membekali pengalaman dan keterampilan 1 Mulyasa, E.. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Strategi dan Implementasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 22
50
Moh. Ali: Implementasi Kurikulum
kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan kemampuannya untuk mempertahankan hidupnya. Keadaan masyarakat yang majemuk akibat perubahan jaman menuntut peserta didik dapat aktif dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitarnya dan tentunya membutuhkan kurikulum. Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. Istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama dalam bidang atletik pada zaman romawi kuno yang Yunani. Dalam bahasa prancis, istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berari suatu jarak yang yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai garid finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di dalamnya. Adapun secara terminologis istilah kurikulum dalam pendidikan adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah.2 Adapun pengertian kurikulum secara oprasional menurut perspektif yuridis-formal, yaitu menurut UU.No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 3 Melihat pengertian oprasional dari sisdiknnas tersebut, dapat dipahami bahwa kurikulum adalah hal yang sangat urgen dalam pendidikan. Suatu pendidikan yang memiliki rencana yang matang, dalam arti mengembangkan kurikulum dengan matang, akan lebih dekat dengan keberhasilan untuk mencapai pada tujuan yang diinginkan jika dibandingkan dengan suatu lembaga pendidikan yang sama sekali tidak memiliki recana, dan terkesan hanya mengikuti arus air dari hulu ke hilir. Dalam kurikulum 2006, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan, fungsi dan kegiatan guru adalah sebagai pengembang kurikulum di sekolah, baik dalam dimensi rencana, dimensi kegiaatan, maupun dimensi hasil. Hal ini karena KTSP adalah 2 Pengertian ini tergolong tradisional, akan tetapi paling tidak, secara realita, orang-orang melihat bahwa esensi kurikulum adalah hal tersebut yang sampai sekarang masih digunakan di Indonesia. Lebih lanjut lihat; Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 2 3 UU. No. 20 tentang SISDIKNAS tahun 2003 bab 1 pasal 1 ayat 19
51
Jurnal Paedagogia Vol. 2 Nomor 2 Tahun 2013
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masingmasing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).4 Lebih lanjut pada pasal selanjutnya adalah bahwa pengembangan kurikulum mengacu pada pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional. Selain itu, kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.5 Secara umum, KTSP adalah kurikulum yang memberikan kewenangan dan otoritas seluas-luasnya kepada setiap satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulumnya dengan memperhatikan dan berdasarkan SK dan KD yang dirumuskan oleh BSNP dan sekaligus memperhatikan kondisi karakteristik dan potensi daerah dan peserta didik. KTSP, menurut kaca mata penulis sangatlah baik sekali jika benar-benar dikembangkan dengan prosedur yang benar. Hal ini karena KTSP memberikan otoritas yang luas kepada setiap satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan. Sekolah-sekolah dikota, misalkan dapat mengembangkan kurikulumnya dengan kebutuhan yang ada, seperti penguatan penuasaan teknologi kepada peserta didik, sedangkan sekolah yang berada di daerah yang memiliki potensi alam yang melimpah dapat mengembangkan kurikulumnya dengan memberikan mata pelajaran yang dapat menunjang kea rah pengolahan SDA yang dimiliki. Selain hal positif dalam KTSP, terdapat juga poin negatifnya, yaitu sekolah-sekolah yang tidak bisa memahami dan mengembangkan kurikulum, hanya akan copy-paste kepada kurikulum yang ditawarkan pemerintah. Hal ini jauh sekali dari citacita KTSP. Akan tetapi, terlepas dari poin positif dan negative KTSP, kurikulum ini haruslah selalu dievaluasi untuk meminimalisir problem-problem yang tercover dalam implementasi KTSP selama sekitas 6 tahun ini. Evaluasi KTSP ternyata bukanlah opsi yang dipilih oleh Menteri Kemendikbud, Muhammad Nuh dalam upaya melakukan perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia. Muhammad Nuh, selaku 4
UU. No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1, lebih lanjut lihat Mulyasa, Kurikulum…, h. 1 5 UU. No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 2
52
Moh. Ali: Implementasi Kurikulum
menteri Pendidikan di negeri ini memutuskan untuk merumuskan kurikulum baru yang rencananya akan mulai diterapkan pada semua jenjang pendidikan dari SD s/d SMA pada tahun ajan 2013/2014, tepatnya pada sekitar bulan Juli mendatang. Respon terhadap kurikulum 2013 ini sangatlah variatif, mulai dari yang mendukung, tidak memberikan komentar sama sekali, sampai pada kalangan yang menolak dengan keras terhadap kurikulum ini. Berbagai macam alasan dijadikan argumentasi ide masing-masing kalangan baik yang mendukung ataupun menolak. Di sisi lain, pihak Kemendikbut juga melakukan uji public dan berbagai macam persiapan yang dilakukan untuk mensukseskan rencana kurikulum tersebut. Implikasinya adalah anggaran yang sangat besar harus dipersiapkan. Sumber dari Metro TV menyebutkan bahwa anggran yang dibutuhkan adalah sekitar Rp. 680 Miliyar. Dana yang sangat besar sekali. Dana yang besar tersebut semakin menyulut apiapi prasangka buruk kalangan yang tidak setuju dengan adanya kurikulum 2013 ini. Namun, terlepas dari berbagai macam kontrofersi terhadap kurikulum ini, Penulis berusaha untuk menganalisa Kurikulum tersebut dari sisi filsafat pendidikannya. Kurikulum Nasional 2013 merupakan revisi kurikulum 2006 yang akan lebih mengarah ke pembangunan karakter. Kurikulum baru ini akan diberlakukan untuk tahun ajaran 2013-2014 mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai kepada jenjang pendidikan tinggi. Pelajaran siswa pada kurikulum baru 2013 nantinya akan lebih ditekankan pada konten. Proses pembelajaran nanti bersifat lebih tematik dan ke depan akan lebih banyak dipelajari siswa di tingkat SD.6 Pendidikan karakter akan lebih banyak di SD, semakin naik pelajaran pendidikan karakter berkurang dan diganti dengan pelajaran keilmuan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menilai pendidikan Indonesia sudah sangat membosankan.7 Untuk itu, sudah saatnya mengevaluasi dan mengubah kurikulum pendidikan nasional. Evaluasi, dilakukan secara menyeluruh dengan mempertimbangkan empat standar pendidikan, yaitu standar kompetensi kelulusan, standar isi, standar proses, dan standar evaluasi. Dalam pembahasan kurikulum pendidikan nasional 2013, Kemendikbud akan melibatkan 6 Pisel, K. P.. The validation of a detailed strategic planning process model for the implementation of distance education in higher education. (Norfolk, VA: Old Dominion University. 2001), h.108 7 Departemen Pendidikan Nasional.. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009. (Jakarta: Depdiknas, 2005), h. 18
53
Jurnal Paedagogia Vol. 2 Nomor 2 Tahun 2013
tokoh-tokoh Nasional seperti Rektor Universitas Paramadina, Anies Basweda, Gunawan Muhammad, tokoh agama, tokoh sastra serta yang lainnya. Perubahan kurikulum ini merupakan program besar dari Kemendikbud yang sudah dibahas sejak tahun 2010. Landasan Pengembangan Kurikulum Filosofis - Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik dan masyarakat - Kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi Dari aspek filosofis, Nampak terlihat jelas bahwa rancangan kurikulum ini berlandaskan pada filsafat pragmatis, yang kemudian dalam pendidikan dikenal aliran progresif. Aliran ini menentang dan menolak otoritarisme dan absolutism dalam pendidikan,8 sebagai implikasi dari fahamnya adalah bahwa pendidikan haruslah dirancang sesuai kebutuhan subjek didikdan kebutuhan masyarakat dan lingkungan. 9 Yuridis - RPJM 20120-2014 Sektor Pendidikan Menurut hemat Penulis, produk pemikiran tentang landasan filosofis tadi adalah hasil pemikiran dari orang-orang yang memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan dalam pendidikan di Indonesia. Lalu kemudian, lahirlah RPJM yang di dalamnya memuat aturan untuk mereformulasi metodologi pembelajaran dalam sekolah. Sesuai dengan landasan filosofis, maka meode pembelajaran yang akan digunakan adalah model student sentries, yaitu model pembelajaran yang terfokus pada siswa. Hal ini akan kita temukan pada poin rasionalitas penambahan jam pelajaran, di mana di dalamnya terdapat suatu ide tentang perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu). Model pembelajaran semacam ini kita kenal dengan metode pembelajaran inkuiri. Strategi pembelajaran inkuiri ini berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, menusia memiliki dorongan untuk 8 Zuhairini DKK, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 1991), h. 21, lihat juga George R. Knight, Filsafat Pendidikan, terj Mahmud Arif, (Yogyakarta, Gama Media, 2007), h. 145-156 9 Subyek didik adalah istilah dalam aliran progressif. Istilah ini lebih memberikan kesan bahwa pendidikan pembelajran tidak teacher sentries (berpusat pada guru), tetapi student sentries (berpusat pada murid), murid lah yang berperan aktif dalam proses pembelajaran, sementara guru hanya lah berperan sebagai pengarah, pembimbing, penasehat, dan semisalnya.
54
Moh. Ali: Implementasi Kurikulum
menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia.10 - INPRES nomor 1 tahun 2012 Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional: penyempurnaan Kurikulum dan Metode Pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing karakter bangsa Konseptual - Relevansi - Model kurikulum berbasis kompetensi - Kurikulum lebih dari sekedar dokumen - Proses pembelajaran - Penilaian Secara umum, kurikulum 2013 berlandaskan pada tiga hal, yaitu aspek filosofis, yuridis, dan konseptual. Hasil analisa Penulis memberika suatu kesimpulan umum bahwa kurikulum ini akan melakukan perubahan dalam hal materi, metode pembelajaran, pengembangan kompetensi, relevansi dengan kodisi masyarakat tiap satuan pendidikan, proses pembelajaran (input, proses, output), dan sistem evaluasi dan penilaian. Perubahan Kurikulum Pendidikan Nasional 2013 Perubahan kurikulum baru 2013 ini harus dibarengi peningkatan kualitas pendidik. Kurikulum penting tapi guru lebih penting. Jikalau guru tidak maksimal, hasilnya juga tidak akan maksimal. Guru dituntut tidak hanya menjadi pengajar di kelas tapi juga inspirator bagi siswanya. Guru sebagai inspirator ini akan menjadi lompatan penting dunia pendidikan. Dengan bahan-bahan pelatihan yang ada diharapkan guru sebagai inspirator akan muncul. Guru sebagai inspirator, bisa menerobos ruang waktu dan kurikulum bertahun-tahun. Kurikulum pendidikan nasional tidak akan pernah sempurna. Pasalnya, perkembangan pendidikan harus menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan zaman. Kurikulum baru 2013, jumlah mata pelajaran akan berkurang dan pola pengajarannya akan semakin mudah. Intinya, bagaimana menciptakan kurikulum pendidikan yang tidak membosankan dan membebani murid dan pengajar.
10 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta, Kencana Prenada Media, 2011), h. 196
55
Jurnal Paedagogia Vol. 2 Nomor 2 Tahun 2013
Rasionalisasi peubahan kurikulum Permasalahan kurikulum 2006 - Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya matapelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak. - Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. - Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. - Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum. - Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. - Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru. - Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala. - Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir. Alasan pengembangan kurikulum Data-data tentang alasan pengembangan kurikulum, ketika penulis coba korelasikan dengan filsafat pendidikan, akan semakin jelas dan memberikan justifikasi terhadap landasan filosofis kurikulum ini. Filsafat progresif senantiasa responsive pada perkembangan zaman, berorientasi pada need subjek didik dan kondisi lingkungan masyarakat. Akan tetapi, terlepas dari landasan filosofis tersebut, poin plus dari kurikulum ini adalah pembentukan karakter yang terencana.11 Hal ini berbeda dengan kurikulum KTSP, yang mana hal tersebut tidak berjalan dengan lancer, pembelajaran terkesan hanya terfokus pada sisi kognitif saja, belum menyentuh ranah afektif dan psikomotorik. Elemen Perubahan Hal penting yang selama ini menjadi sorotan banyak kalangan, terutama kalangan yang menolak adanya kurikulum baru 11 Hal ini dapat dilihat pada poin tentang Kurikulum sebagai integrator sistem nilai, pengetahuan dan keterampilan
56
Moh. Ali: Implementasi Kurikulum
ini terletak pada poin pendekatan tematik integrative dalam mata pelajaran. Sorotan dan penolakan dari beberapa pakar pendidikan terletak pada integrasi mata pelajaran bahasa Indonesia dalam IPA pada jenjang Sekolah Dasar. Salah satu tokoh pendidikan bernama Yohanes mengatakan bahwa tidak mungkin akan terealisasi adanya rencana integrasi Bahasa Indonesia ke dalam IPA, karena terdapat perbedaan indikator dalam kedua mata pelajaran tersebut. Jika hal ini terpaksa direalisasikan, maka yang akan terjadi adalah banyak materi yang akan hilang. Akan tetapi, beliau memberikan solusi dari problem ini, menurut beliau, integrasi Bahasa Indonesia ke dalam IPA dapat dilakukan di SD kelas 1 sampai 3, adapun kelas 4 sampai 6,harus terpisah antara mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPA.12 Selanjutnya, sebagai implikasi dari landasan filosofis tersebut di atas, akan terlihat perubahan-perubahan signifikan pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan Struktur Kurikulum. Implementasi Kurikulum 2013 Perubahan kurikulum memang baik, tapi perubahan itu harus didukung dengan fakta-fakta dan kondisi yang menyatakan kurikulum harus di ganti. Sebelum kurikulum baru di cetuskan harus ada evaluasi dari kurikulum sebelumnya agar kita bisa melihat dibagian mana yang harus kita rubah, dan apakah perubahan itu mengharuskan kurikulumnya diganti atau hanya perbaikan kurikulum sebelumnya saja. Perubahan kurikulum sekarang kelihatannya tergesa-gesa dan kurangnya persiapan. dikhawatirkan perubahan kurikulum ini mengandung unsur politis yang hanya mementingkan pribadi atau kelompok tertentu. Perubahan kurikulum mengakibatkan berubahnya buku pegangan siswa dan guru, hal ini mengakibatkan perubahan buku yang menyeluruh. Perubahan kurikulum ini melahirkan bisnis buku baru yang sangat menjanjikan dengan keuntungan yang sangat besar.13 Katanya pemerintah akan menyalurkan buku ke setiap pelosok daerah, yang menjadi pertanyaan “kapan buku itu akan di salurkan?, bagaimana pengawasan terhadap penyaluran buku itu? dan apakah pemerintah bisa menjamin setiap siswa bisa mendapatkan buku tanpa harus mengeluarkan uang?” . salah satu elemen penting dalam implementasi adalah guru. Oleh karena itu, guru harus dipersiapkan dengan matang untuk memahami konsep kurikulum 12
Kesimpulan dari wawancara eksklusif antara Najwa dan Yohanes dalam program “Terkungkung Kurikulum” di Metro TV, Rabu, 09 Januari 2013 jam 21.30 13 Dunn, William N.. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. (Jogjakarta. Gajah Mada University Press. 2003), h. 112
57
Jurnal Paedagogia Vol. 2 Nomor 2 Tahun 2013
yang akan diterapkan pada anak didik. Masalahnya, untuk memahami kurikulum yang baru diperlukan waktu yang lama sebelum diimplementasikan dalam aktivitas belajar mengajar. Apakah guru indonesia siap untuk mengimplementasikan kurikulum baru di tahun 2013?. Kesiapan Guru dalam menghadapi Kurikulum 2013 Dalam menghadapi Kurikulum 2013 yang menjadi masalah dalam implementasi kurikulum adalah bagaimana persiapan guru, guru merupakan ujung tombak dari komponen pendidikan. Guru masih banyak tidak tahu apa tujuan kurikulum dibentuk padahal kita tahu bahwa tujuan kurikulum adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, persoalan yang lain terjadi di lapangan, justru banyak guru tak proaktif dengan informasi dan perkembangan kurikulum. Sangat sedikit guru yang memperbaharui pengetahuannya. Itulah yang menyebabkan, tak sedikit guru yang takut dengan isu perubahan kurikulum. Tak pelak, mereka pesimis dengan arah perubahan yang diusung kurikulum 2013. Melihat persolan di atas ada beberapa saran untuk perbaikan guru Dalam implementasi kurikulum 2013 ada Empat kompetensi yang seharusnya dikuasai guru, yakni manajemen kelas, evaluasi belajar mengajar, metode mengajar, dan upaya pengembangan karakter.14 Kurikulum 2013 sudah ditetapkan dan akan berlangsung, namun antusiasme guru untuk mengetahui masih kurang. Dalam peningkatan dan pengembangan kurikulum guru harus pelajari kurikulum 2013 sebab, tantangan kita hari ini, , bukan sekadar melatih guru tentang kurikulum dan mencetak guru yang pintar melainkan bagaimana para guru yang pintar ini bisa menularkan keterampilannya sehingga guru lain turut pintar. Mentranstormasi ilmu ke guru lain menjadi salah satu persoalan yang saat ini dihadapi guru-guru kita. Banyak guru pintar tapi tak tergerak hati untuk menularkan ilmu dan pengetahuannya pada guru lain Kenapa Harus Kurikulum yang di Ubah? Perubahan kurikulum 2013 yang pada saat ini melewati masa uji public terkesan reaktif dan terburu. Reaktif karena perubahan ini dianggap sebagai jawaban atas terjadinya tindakan kriminal di sekolah seperti tawuran pelajar dan kabar yang beredar perubahan ini terkait dengan keberatan yang disampaikan oleh wapres Boediono ketika melihat cucunya yang akan pergi ke sekolah harus menyandang tas yang beratnya beberapa kilogram. Terburu-buru 14 Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan. (Bandung: Reflika Aditama, 2010), h.56
58
Moh. Ali: Implementasi Kurikulum
karena proses penyiapan kurikulum sampai dengan implementasinya memakan waktu lebih kurang hanya 9 bulan. Permasalahan pendidikan saat ini bukan hanya kurikulum, kurikulum hanya secuil dari masalah pendidikan. Masalah pendidikan banyak diantaranya kualitas guru, sarana dan prasarana pendidikan, implementasi anggaran pendidikan, politisasi pendidikan, pemerataan pendidikan dan lain-lain.15 Pemerintah perlu melihat yang urgen untuk perbaikan pendidikan nasional. Mengubah kurikulum bukan solusi yang tepat untuk perbaikan pendidikan saat ini. Beberapa dasar Kritik terhadap kurikulum 2013 antara lain: - Kebijakan kurikulum 2013 adalah cara pemerintah untuk mempertahankan Ujian Nasional (UN) dikarenakan pembuatan buku yang seragam seluruh indonesia. Dalam sistem pendidikan pemerintah mendukung keberagaman tetapi membuat keseragaman yaitu dengan pembuatan buku yang seragam. - Kebijakan kurikulum 2013 membuat sistem pendidikan kita seperti pabrik dalam artian guru hanya boneka saja dan bekerja seperti mesin karena tidak perlu membuat RPP lagi, terkesan guru dimanja - Kurikulum 2013 terkesan pemaksaan, karena harus dilaksanakan tahun 2013 ini tanpa kajian yang mendalam dan uji yang benarbenar mengindonesia - Kurikulum 2013 kurang relevan dalam perbaikan pendidikan dan kurang relevan kepada guru sebagai tenaga professional - Kurikulum 2013 tidak menghargai gaya guru mengajar dan metode pengajaran, karena pelaku kurikulum bukan pemerintah tetapi guru, karena gurulah yang tahu apa yang seharusnya di ajarkan - Kurikulum 2013 produk pemerintah atau produk luar negeri, dalam artian siapa yang berkepentingan dalam kurikulum 2013 ini? - Tidak benar dalam efektivitas mengajar pada kurikulum KTSP tidak efektivitas tidak membangun pembentukan karakter darimana dasar pemikirannya justru KTSP lebih efektif karena di beri ruang kebebasan berekpresi bagi guru. - Nampak jelas bahwa partisipasi guru dalam pengembangan kebijakan tidak diikutsertakan sehingga informasi yang
15 Asep Herry Hernawan, dkk, Pengembangan Kurikulum Pembelajaran. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2006), h. 46
dan
59
Jurnal Paedagogia Vol. 2 Nomor 2 Tahun 2013
didapatkan tidak akurat, sehingga tidak sesuai dengan hasil yang sebenarnya
Daftar Pustaka Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009. Jakarta: Depdiknas. Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Jogjakarta. Gajah Mada University Press. Fattah, N. 2002. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Penerbit Rosdakarya. Gaffar, Mohammad Fakry. 2004. Membangun Kembali Pendidikan Nasional dengan Fokus: Pembaharuan Manajemen Perguruan Tinggi pada Era Globalisasi. Disampaikan pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia V, di Surabaya, 5—9 Oktober 2004. Hasbullah, 2006. Otonomi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Hasugian, Jimmy. 2004. Konsep Kepemimpinan. Industrial Automation Using PLC and SCADA. Imron , Ali. 1995. Kebijakan Pendiikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Asep Herry Hernawan, dkk, 2006. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. UT Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta Oemar Hamalik, 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta, Bumi Aksara Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan. Bandung: Reflika Aditama. Pisel, K. P. (2001). The validation of a detailed strategic planning process model for the implementation of distance education in higher education. Norfolk, VA: Old Dominion University. Online Journal of Distance Learning Administration, Volume XI, Number II, Summer 2008 University of West Georgia, Distance Education Center Petrick Slattery.2006.Curruculum Development in The Postmodern Era. New York : Informa Taylor and Francis Group. Toto Rohimat, 2010, Kurikulum dan Pembelajaran,. Bandung : PT. Raja Grafindo Persada
60