Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
KONSEP HUNIAN DI KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS KOTA PALANGKA RAYA Rahmad Ramel1) Happy Ratna Santosa2) Endang Titi Sunarti3) 1) Mahasiswa Pascasarjana Permukiman dan Lingkungan - Arsitektur FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email: ramel_plk@ yahoo.co.id 2) Profesor Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email:
[email protected] 3)Profesor Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email: -
Abstrak Kawasan Danau Seha merupakan daerah hunian yang sudah ada sejak kurun waktu yang lama. Dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTRK) Kota Palangka Raya Tahun 2001 dinyatakan sebagai Kawasan Permukiman Terbatas, mengingat letak kawasan berada di bantaran Sungai Kahayan. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui konsep hunian yang sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya dan aspirasi masyarakat di kawasan ini. Sementara tujuan tersebut terkait dengan kepentingan pemeliharaan bantaran sungai yang harus dijaga kelestariannya. Penelitian deskriptip yang menggunakan teknik analisa statistik akan menyimpulkan konsep hunian yang dimaksud. Dari hasil analisis ditemukan bahwa bentuk hunian pribadi berupa rumah tunggal, dengan konstruksi panggung, berbahan kayu, merupakan hunian yang dominan di wilayah ini. Hunian ini dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah yang telah terikat dengan lokasi. Dengan ukuran bangunan dan lahan yang tidak teratur, tidak hanya memberikan ketidakseimbangan antara kepadatan jumlah penghuni dan kurangnya ruang terbuka pada hunian, tetapi juga menunjukkan kondisi sanitasi dan persampahan yang kurang memadai. Semuanya mengindikasikan kekumuhan sehingga berpotensi merusak sungai dan bantarannya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa konsep hunian berupa penataan hunian dengan peningkatan kualitas hunian dan lingkungannya menjadi permanen. Konsep ini diwujudkan melalui pengaturan ulang luasan lahan, bangunan dan prasarana lingkungannya. Bentuk hunian Maisonnette, merupakan alternatif hunian berkepadatan tinggi dengan luasan optimal yang dapat diterapkan di kawasan ini.
Kata Kunci :
Bantaran Sungai, Hunian, Masyarakat Berpenghasilan Rendah, Peningkatan Kualitas Hunian, Maisonnette.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 1
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
RESIDENTIAL CONCEPTS IN THE LIMITED SETTLEMENT AREA IN THE CITY OF PALANGKA RAYA Rahmad Ramel1) Happy Ratna Santosa2) Endang Titi Sunarti3) 1) Postgraduated Student – Department of Architecture ITS Surabaya Indonesia 60111, email:
[email protected] 2) Professor Department of Architecture ITS Surabaya Indonesia 60111, email:
[email protected] 3) Professor Department of Architecture ITS Surabaya Indonesia 60111, email: -
Abstract Lake Seha area is a residential area that already exist for long time in the banks of Kahayan River. Palangka Raya Spatial Detailed Plan (RDTRK) 2001 declares this settlement as Limited Area settlement. The aims of the research is looking for the residential concept in accordance with social, economic, cultural and aspirations of local communities to the interest of river preservation. To conclude the concept, the method of this research is descriptive through statistical analysis. The analysis of the research shows that the private residence take the form of single house, with stilts construction and wooden material. This dominant residence is inhabited by low income people. With uncertain and irregular size of buildings and land, there are imbalance conditions between density of the area and the dwellers. Lack of public and open space, including inadequate sanitation and waste system, not only indicates the area as a slum, but also potentially destructs the river and the banks. The research shows that the residential concept of dwelling is by means of improving the dwellings and environment quality permanently through resetting area of land, buildings and infrastructures. Maisonnette residential form is an alternative high density residential with optimal area, that can be applied in this region. Keywords .
: River Bank, Dwellings, Low-Income People, Improvement of Dwellings Quality, Maisonnette
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 2
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
I. PENDAHULUAN Kawasan Danau Seha merupakan salah satu permukiman yang terletak di tepi bantaran Sungai Kahayan di Kota Palangka Raya, permukiman lama yang merupakan embrio awal dalam pembentukan Kota Palangka Raya. Dalam perkembangannya kawasan ini menjadi kawasan padat karena merupakan titik konsentrasi pertumbuhan bangunan khususnya perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (Pemerintah Daerah Kota Palangka Raya, 2003) . Sehubungan dengan aspirasi masyarakat, pertimbangan sosial politis dan mengingat kawasan permukiman Kawasan Danau Seha merupakan daerah hunian dalam kurun waktu lama, maka di dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Palangka Raya melalui Peraturan Daerah (Perda) Nomor 08 Tahun 2001 disebutkan bahwa Kawasan Danau Seha sebagai Kawasan Permukiman Terbatas. Dikatakan sebagai Kawasan Permukiman Terbatas karena masyarakat bermukim di sana dibatasi dalam penggunaan luasan lahan dan peruntukannya terhadap Garis Sempadan Sungai dan Jalur hijau. Dari Uraian diatas terdapat 2 (dua) kepentingan yaitu, kepentingan penduduk sekitar yang sudah merasa terikat dengan lokasi dalam hubungannya dengan kehidupan sosial ekonomi, disisi lain kepentingan pemeliharaan bantaran sungai yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan dan sumber daya air. Permasalahan yang yang ingin ditelaah dalam penelitian ini adalah keberadaan Kawasan Permukiman Terbatas yang semakin berkembang, lahan yang tersedia tidak bisa bertambah secara horizontal karena terbatasnya lahan di tepi sungai dan kepentingan pemeliharaan sungai dan bantarannya akibat aktivitas penghuni, maka diperlukan suatu konsep pola hunian terhadap masyarakat dan lingkungannya agar bisa bertahan dan berkembang serta tidak menghilangkan nilai sejarah kota. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah : 1 Mengetahui kondisi sosial, ekonomi, budaya masyarakat, dan kondisi fisik hunian saat ini (existing) 2. Menentukan konsep hunian yang sesuai kondisi sosial, ekonomi, budaya dan keinginan masyarakat serta sesuai dengan peraturan daerah di kawasan permukiman terbatas Kawasan Danau Seha Manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah : 1. Membantu Pemerintah Daerah memberikan alternatif konsep hunian yang sesuai dengan peraturan pemerintah daerah, kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di Kawasan Danau Seha yang ditetapkan sebagai kawasan permukiman terbatas. 2. Sebagai dasar untuk arahan proses perencanaan bentuk dan design hunian selanjutnya. Agar penelitian yang dilakukan terarah dan mencapai sasaran, maka ditentukan batasanbatasan penelitian sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan hanya pada Kawasan Permukiman Terbatas di Kawasan Danau Seha dengan populasi yang saat ini berada di lingkup lokasi studi saja 2. Membahas dan mengusulkan konsep hunian dan konsep design hunian II. KAJIAN PUSTAKA & TEORI Yang dimaksud konsep hunian adalah acuan atau rujukan yang bisa dijadikan dasar sebagai tempat tinggal. Tempat tinggal atau rumah menurut Turner (1972) merupakan proses yang terus berkembang terkait dengan aktivitas penghuni, lokasi hunian, waktu dan dampak yang ditimbulkan dari kehidupan penghuni, artinya hunian tidak hanya mengacu pada suatu bentuk fisik bangunan saja, tetapi juga terdapat unsur non fisik dan unsur lingkungan sebagai pembentuknya, sehingga pola hunian akan dihasilkan dari rangkaian proses yang dibentuk dari unsur-unsur diatas. Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 3
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Adapun kajian pustaka dan teori yang melandasi dan mendukung penulisan ini adalah : Perkembangan hunian tepi Sungai Kahayan, Kawasan Permukiman Terbatas, Pembangunan Berkelanjutan, Bantaran Sungai, Pengelolaan Sumber Daya Air, Pendekatan pembangunan hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah, Tinjauan terhadap bentuk hunian, Kriteria permukiman kumuh, Pedoman teknik pembangunan perumahan, Teori Perumahan oleh Turner, Teori Lingkungan oleh Rapoport III. METODE Tesis ini merupakan penelitian deskriptip, dengan maksud mendiskripsikan aspek fisik, non fisik dan lingkungan hunian di Kawasan Permukiman Terbatas Kota Palangka Raya, yang didapat dari hasil analisis statistik dari data-data yang terkumpul di lapangan. Hasil deskripsi ini kemudian disimpulkan untuk mengetahui konsep hunian yang dapat diterapkan di kawasan ini. Lokasi penelitian adalah kawasan hunian Danau Seha di Kelurahan Pahandut Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya seperti yang terdapat pada gambar 1 dibawah ini.
Sungai Kahayan Kawasan Flamboyan
Kawasan Danau Seha di Kel. Pahandut
Jl. Kalimantan
Gambar 1 Peta Kawasan Danau Seha (Sumber : Dinas PU P. Raya,2009)
1.
2.
3.
4.
5.
Rancangan penelitian dilakukan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut yaitu : Kegiatan Persiapan dan Survey Awal, meliputi pengumpulan data awal melalui studi pustaka, survey pengukuran lapangan, serta wawancara dengan warga sekitar dan pihak terkait tentang keadaan dan kondisi permukiman, populasi dan lahan yang tersedia. Kegiatan Pengumpulan dan Pengolahan Data, meliputi kegiatan pengumpulan data dan fakta lapangan melalui pengukuran di lapangan, kuisioner dan wawancara terhadap warga. Penyajian Data, data disajikan sesuai dengan rencana dan teknik analisa. Data dipresentasikan kedalam bentuk tabel, gambar dan diagram yang siap untuk dianalisa secara statistik Kegiatan Analisa dan Pembahasan, analisa data menggunakan metode statistik deskriptip berupa Metode Distribusi Frekuensi dan Analisa Korelasi antara 2 (dua) atau lebih variabel data untuk melihat fengaruh hubungan antar variabel dengan tidak menyertakan pengambilan keputusan melalui hipotesis. Kegiatan Penarikan Kesimpulan, dari hasil analisa dan pembahasan maka dirumuskan suatu kesimpulan, yang hasilnya dapat menjawab pertanyaan penelitian, yang dilanjutkan dengan kegiatan penyusunan Konsep Pola hunian Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 4
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Jumlah sampel yang diambil dalam populasi penelitian adalah sebanyak 75 responden yang menghuni di kawasan ini, yang dipilih secara acak berdasarkan kelompok tempat tinggal yang dapat mewakili berbagai bentuk hunian. Populasi sampel mengambil hunian rumah tunggal dan hunian rumah gandeng banyak Hunian rumah tunggal, rumah gandeng/deret, dan lanting dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini
Gambar 2
Beberapa Bentuk Hunian Yang Terdapat Di Lokasi Penelitian ( Sumber : Foto Pribadi, 2009 )
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Aspek Fisik Sesuai teori Rapoport (1986) bahwa lingkungan fisik terdiri dari bangunan-bangunan dan lingkungannya, maka dalam Kawasan Permukiman Terbatas Danau Seha terdapat beberapa bentuk hunian di kawasan ini, yakni rumah tunggal pribadi dan rumah deret dengan bentuk dan konstruksi hunian yang semuanya berbentuk panggung dan berbahan dasar kayu. Rumah berkonstruksi panggung berfungsi untuk menghindari banjir di musim hujan yang menyebabkan Sungai Kahayan meluap hingga kebantarannya, sehingga feil ketinggian bangunan lantai rumah mempunyai feil 50 cm s/d 3 meter. Dalam Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Kepmen Kimpraswil No. 403/KPTS/2002), disebutkan luasan kebutuhan perorang adalah 9m2/orang, kondisi existing 8 m2/orang untuk penghuni rumah tunggal, dan 5,23 m2/orang untuk penghuni rumah gandeng, menunjukan luasan hunian existing berada dibawah standar luasan minimal yang ditetapkan. kurangnya kebutuhan area pelayanan di dalam rumah, sehingga berpotensi menjadi hunian kumuh Korelasi Sangat kuat antara besaran lahan dengan luasan rumah, menunjukan bahwa semakin besar lahan maka semakin besar pula luasan rumah.. Dalam Kepmen PU No. 20/KPTS/1986 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun disebutkan Building Coverage 60 %, kondisi existing ditemukan Building Coverage 77 %, menyebabkan tidak memiliki halaman dan jarak antar rumah. Lahan yg tidak teratur luasannya serta tidak adanya bukti kepemilikan lahan dan bangunan di wilayah ini, menyebabkan rendahnya kepedulian masyarakat terhadap kualitas hunian, sehingga perlunya kepastian hukum bagi penghuni dengan memberian hak atas tanah melalui usaha pengaturan ulang terhadap luasan lahan. Dikaitkan dengan salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan dari sudut pandang ekonomi, melihat dari fungsi hunian, sebagian besar hunian hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, hal ini menyebabkan ekonomi penghuni sulit utk berkembang. Dengan meningkatkan luasan dan fungsi rumah sebagai tempat tinggal sekaligus tempat usaha, akan meningkatkan ekonomi penghuni yang berimbas pada peningkatan kualitas hunian nantinya.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 5
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Dikaitkan dengan salah satu tujuan Pembangunan berkelanjutan dari sudut pandang ekologi/lingkungan dan Undang-Undang Sumber Daya Air No. 7 tahun 2004, terlihat bahwa pembuangan hasil limbah rumah tanggga dan limbah padat manusia langsung dibuang ke sungai dan bantarannya, dengan penggunaan septic-tank yang tidak memenuhi syarat teknis on-site sanitation (septic-tank) mengindikasikan buruknya kondisi sanitasi lingkungan, sehingga perlunya mencari solusi yang tepat bagi penanganan masalah limbah padat maupun cair, untuk menghindari dampak yang buruk terhadap hunian dan lingkungannya, termasuk bantaran dan kualitas air sungai Posisi Rumah sebagian besar menghadap jalan lingkungan dan menyamping sungai sehingga mengakibatkan rendahnya kepedulian penghuni akan keberadaan dan fungsi sungai, hal ini disebabkan posisi sebagian besar jalan lingkungan yang terdapat di wilayah penelitian ini posisinya tegak lurus sungai. Untuk itu perlunya pengaturan ulang atas posisi jalan lingkungan di wilayah penelitian ini. Pembahasan denah rumah dilakukan terhadap kelengkapan penggunaan ruang dalam satu rumah. Berdasarkan denah-denah rumah yang ada maka tipologi denah dan kelengkapan ruang secara umum yang terdapat di lokasi penelitian adalah sebagai berikut :
1. Tipologi Denah Rumah Tunggal ukuran 20 - 40 m2 (Type A)
200
Pembahasan :
200
AREA SERVICE
Ø
Terdapat 14 sampel hunian (25,50%)
Ø
Pada type ini penggunaan ruang dalam bangunan rumah tunggal berlantai satu terdiri dari unit kediaman yang mempunyai : • Satu atau lebih ruang hunian, yakni R. Tidur sebagai area privat dan R. Tamu sebagai area publik • Dapur, sebagai area service
Ø
Type ini bukan merupakan unit kediaman yang lengkap karena sebagian besar hunian tidak memiliki wc dan kamar mandi pribadi, tetapi menggunakan wc/kamar mandi komunal yang terletak di sungai/bantaran
Ø
Hunian cenderung menghadap jalan lingkungan, sehingga posisinya membelakangi / menyamping terhadap sungai
200
( Dapur )
900
AREA PRIVAT
( R. Tidur )
AREA PUBLIK
400
200
( R. Tamu ) Teras Jalan Titian L = 2 m
100
400
Gambar 3 Denah Rumah Tunggal ukuran 20 - 40 m2 (Sumber : sketsa pribadi)
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 6
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
2.
Tipologi Denah Rumah Tunggal ukuran >40 - 60 m2 (Type B) 200
Pembahasan :
300
AREASERVICE
R. Tidur
AREA PRIVAT
250
R. Tidur
R. Keluarga
AREA PUBLIK
Terdapat 17 sampel hunian (31%)
Ø
Pada type ini penggunaan ruang dalam bangunan rumah tunggal berlantai satu terdiri dari unit kediaman yang mempunyai : • Satu atau lebih ruang hunian, yakni R. Tidur sebagai area privat dan R. Tamu sebagai area publik • Dapur, sebagai area service • Kamar mandi dan WC sebagai area service, kecuali hunian yang berada di pinggir sungai menggunakan wc/kamar mandi komunal yang terletak di sungai/bantaran
Ø
Type ini dikelompokan sebagai unit kediaman lengkap
Ø
Hunian cenderung menghadap jalan lingkungan, sehingga posisinya membelakangi / menyamping terhadap sungai
200
( Dapur +KM/WC)
1050
Ø
250
200
R. Tamu
Teras Muka
150
JalanTitian L=2m
200
Gambar 4 Denah Rumah Tunggal ukuran >40 - 60 m2 (Sumber : sketsa pribadi)
3.
Tipologi Denah Rumah Tunggal ukuran >60 - 100 m2 (Type C) 250
350
T eras B elak ang/Tem pat Jem uran
A R E A S E R V IC E
Pembahasan : 150
Ø
Terdapat 14 sampel hunian (25,50%)
150
Ø
Pada type ini penggunaan ruang dalam bangunan rumah tunggal berlantai satu terdiri dari unit kediaman yang mempunyai : • Satu atau lebih ruang hunian, yakni R. Tidur sebagai area privat dan R. Tamu sebagai area publik • Dapur, sebagai area service
Ø
Type ini bukan merupakan unit kediaman yang lengkap karena sebagian besar hunian tidak memiliki wc dan kamar mandi pribadi, tetapi menggunakan wc/kamar mandi komunal yang terletak di sungai/bantaran
Ø
Hunian cenderung menghadap jalan lingkungan, sehingga posisinya membelakangi / menyamping terhadap sungai
K M /W C
D apur
R . T idur
AREA PRIVAT
R . T idur
AREA PUBLIK
1450
R. Keluarga
R . T idur
R . T am u
T eras M uka 2 00
250
250
250
250
150
J alan T itian L = 2 m
60 0
Gambar 5 Denah Rumah Tunggal ukuran >60 - 100 m2 (Sumber : sketsa pribadi)
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 7
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
4. Tipologi Denah Rumah Deret (Type D) Pembahasan :
300
R. Tidur/ Dapur
R. Tidur/ Dapur
Ø
R. Tidur/ Dapur
300
Ø
AREA PRIVAT AREA PRIVAT AREA PRIVAT
200 Teras Muka Jalan Titian L = 2 m
100
Ø
Tipologi rumah deret adalah hunian yang berupa kamar kontrak/kos. Umumnya terdapat ± 5 hunian dalam satu rumah deret dengan ukuran masing-masing hunian sebesar 6 x 3 m. Penggunaan ruang pada hunian tipologi rumah deret sangat terbatas karena hanya terdapat satu ruang hunian yang digunakan secara bersama untuk ruang tidur, ruang tamu dan dapur. Untuk area service seperti kamar mandi dan wc menggunakan fasilitas bersama yang dibangun di samping atau di belakang bangunan rumah deret. Pada pola ini arah hadap bangunan cenderung menghadap ke jalan lingkungan.
Gambar 6 Denah Rumah Deret/Gandeng (Sumber : sketsa pribadi)
Tipologi terhadap beberapa denah rumah diatas menjadi masukan dalam konsep design hunian nantinya yang sesuai dengan besaran dan penggunaan ruang dalam bangunan, sehingga diupayakan tiap hunian memiliki unit kediaman lengkap. Aspek Non Fisik Merupakan penduduk tetap, yg menghuni sejak tahun 1980, dengan korelasi cukup kuat antara usia dgn lamanya berhuni, yang sebagian besar penghuni berasal dari daerah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Dengan budaya dan pola hidup relatif sama serta adanya hubungan kekeluargaan karena perkawinan, menciptakan homogenitas warga. Kuatnya interaksi dan ikatan sosial akan meningkatkan interaksi sesama penghuni dan hubungan sosial yg terjalin erat, sehingga memudahkan dalam bermusyawarah/bekerjasama mencari solusi hunian yang sesuai ekonomi, sosial dan budaya penghuni. Hal ini dapat dilihat dari kekerapan warga bersosialisasi dan telah tersedianya prasarana bersosialisasi di wilayah penelitian ini. Sebagian besar penghuni berpendidikan rendah, sehingga bekerja di sektor informal dengan besaran pendapatan yg tidak menentu tiap bulan, dengan rata-rata pendapatan perbulan (mean) = Rp. 1.300.000,- untuk penghuni rumah tunggal, dan Rp. 850.000,- untuk penghuni rumah deret. Korelasi dengan tingkat hubungan yang lemah antara Pendidikan dgn Besarnya Pendapatan, karena pekerjaan tdk dipengaruhi pendidikan formal, dan hubungan sangat lemah antara Besarnya Pendapatan dengan Luasan Rumah/Lahan, yang menandakan besaran pendapatan tidak berpengaruh terhadap luasan rumah. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 07/Permen/M/ 2006, diklasifikasikan sebagai MBR, yakni keluarga/rumah tangga yang berpenghasilan sampai dengan Rp. 2.000.000,- per bulan, dimana kelompok MBR masih banyak yang belum mampu tinggal di rumah yang layak, sehat, aman, serasi dan teratur, karena keterbatasan kemampuan untuk membangun atau memperbaiki rumah yang dilakukan secara individu maupun berkelompok.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 8
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Lokasi pekerjaan penghuni yg dekat lokasi hunian, mengakibatkan adanya keterkaitan pekerjaan dgn hunian, sehingga perubahan lokasi hunian akan berfengaruh pada ekonomi penghuni. Penghuni menggunakan prasarana transportasi yang dapat menghemat pengeluaran (Jalan Kaki atau menggunakan sepeda motor), sehingga merupakan salah satu keuntungan dari segi ekonomi bagi penghuni Cara mendapatkan rumah tunggal sebagian besar membuat sendiri, tanpa adanya pengawasan & pengendalian dari Pemda, mengakibatkan pertumbuhan hunian tidak terkontrol dan teratur , meluas hingga ke garis sempadan sungai, dan tidak memenuhi standar teknis pembangunan rumah sederhana sehat, sehingga akan berdampak pada munculnya permasalahan sosial dan lingkungan. Untuk itu perlu adanya pengaturan dan pengawasan pemerintah daerah dan pelibatan penghuni dalam perbaikan kualitas hunian nantinya. Dikaitkan dengan teori Turner (1972), yang menyatakan bahwa rumah merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan mobilitas ekonomi penghuninya dan perlunya pelibatan penghuni dalam hal masukan dan aspirasi, maka dari hasil aspirasi penghuni rumah tunggal ini memilih Bentuk hunian Tunggal, dengan alasan karena lebih nyaman dan mempunyai tingkat privacy yang tinggi. Berbeda dengan responden rumah deret yang sebagian besar memilih bentuk hunian komunal seperti yang saat ini mereka tempati, dengan alasan sesuai dengan kemampuan keuangan yang pada saat ini yang tidak mampu dalam hal pengadaan/pembuatan lahan dan rumah. Bentuk hunian Rusunawa dapat mereka terima asalkan biaya sewanya tidak memberatkan dan lokasinya tidak jauh dari hunian yang mereka tempati saat ini. Sebagian besar masyarakat setuju dgn penataan rumah/lahan, asalkan dimusyawarahkan bersama, dan nantinya diberikan kepastian hukum atas lahan dan bangunan. Aspek Lingkungan / Alam Telah tersedianya prasarana air bersih dan listrik mengindikasikan sdh terpenuhinya kebutuhan dasar penghuni di wilayah ini.Kondisi sungai yang saat ini belum memiliki tanggul pemisah dan jalan inspeksi yang memisahkan badan sungai dengan bantarannya menyebabkan pertumbuhan pembangunan hunian di daerah ini tidak terkontrol, spontan dan garis sempadan sungai yang tidak teratur. Posisi rumah yang cenderung menghadap jalan lingkungan, sedangkan posisi jalan yang tegak lurus dengan sungai sehingga mengabaikan posisi dan fungsi sungai, ditambah prilaku masyarakat yang buruk menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga dan kotoran manusia. Keadaan dan prilaku masyarakat diatas menyebabkan pencemaran sungai yang berakibat rusaknya kawasan, fungsi dan ekologi sungai Kondisi bantaran yang hanya digunakan sebagai kawasan hunian saja tanpa adanya usaha penghijauan dan penanaman pohon untuk mencegah erosi tanah pada bantaran sungai akan menyebabkan pengikisan, pendangkalan dan pelimpahan arus air pada saat pasang yang berakibat pada pendangkalan sungai dan menurunnya daya dukung lingkungan. Hal-hal diatas tidak sejalan dgn prinsip pembangunan berkelanjutan dan UU Sumber Daya Air, untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha dalam rangka perlindungan dan pelestarian sungai dan bantarannya Design Bentuk Hunian Aspirasi masyarakat yang menginginkan bentuk Rumah Tunggal Pribadi, dapat mengambil bentuk Maisonette tunggal atau Maisonette gandeng dua sebagai alternatip hunian bagi penghuni rumah tunggal. Dengan mengambil rata-rata jumlah penghuni rumah tunggal sebanyak 6 orang, maka diperlukan luasan lantai minimal = 9 m2 x 6 orang = 54 m2 ~ 60 m2 (pembulatan), sehingga Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 9
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
didapat luasan masing-masing lantai sebesar 60 m2 : 2 lantai = 30 m2/lantai, dilengkapi prasarana MCK pribadi yang dihubungkan ke septictank komunal. Dengan besaran lahan ratarata sebesar 62,41 m2 ~ 60 m2 (pembulatan), didapat Building Coverage = (60 m2 : 30 m2) x 100 % = 50 %. Nilai ini masih berada dibawah standar maksimal yang ditentukan yakni 60 %, sehingga akan memberikan cukup ruang terbuka dan jarak antar hunian. Untuk bentuk hunian rumah deret yang disewa/dikontrak kepada penghuni yang belum memiliki rumah, dapat mengambil bentuk maisonette bergandeng banyak. Dengan rata-rata jumlah penghuni rumah deret sebanyak 4 orang, maka diperlukan luasan lantai minimal = 9 m2 x 4 orang = 36 m2, sehingga didapat luasan masing-masing lantai sebesar 36 m2 : 2 lantai = 18 m2/lantai, dilengkapi prasarana MCK pribadi yang dihubungkan ke septictank komunal. Kelengkapan penggunaan ruang dalam rumah mengacu pada Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun, yakni hunian dengan unit kediaman lengkap yang memiliki : Ø Satu atau lebih ruang hunian Ø Satu unit kamar mandi/WC Ø Dapur Bentuk hunian dengan konstruksi panggung seperti keadaan eksisting merupakan konsep yang harus tetap dipertahankan dalam perencanaan design nantinya, dengan maksud menghindari tertutupnya permukaan tanah secara langsung oleh bangunan, mengingat kawasan merupakan daerah bantaran sungai yang berfungsi menampung luapan sungai disaat musim hujan, sekaligus sebagai kawasan penyangga antara ekosistim sungai dengan ekosistim daratan. Melihat keterbatasan ekonomi masyarakat dalam hal pengadaan rumah maka perlu adanya bantuan dan dukungan fasilitas pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat untuk pembangunan rumah swadaya yang tetap bertumpu atas prakarsa dan upaya masyarakat, baik secara sendiri atau berkelompok, untuk itu perlu penelitian yang lebih lanjut dalam hal pengadaan rumah oleh masyarakat di kawasan ini. Design bentuk hunian dapat dilihat pada gambar 7 dan 8
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 10
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Type Maisonete Tunggal
Tampak Depan - Pola hunian untuk rumah pribadi berbentuk tunggal dengan 2 lantai, - Konstruksi panggung - Ukuran Hunian = 4 x 7,5 x 2 lt = 60 m2 - Ukuran Tanah = 6 x 10 = 60 m2 - Kepadatan Hunian = 9 m2 / penghuni - Building Coverage 50 % - Terdiri dari unit kediaman lengkap, yang memiliki : - 1 atau lebih ruang hunian - 1 kamar mandi dan WC
400 600
100
150
100
150
100
100 100
Dapur
Km WC
Tempat jemuran
150
150
R. Tidur 300
1.000
1.000
R. Tidur / Ruang Bersama
600
R. Tamu 200
Teras 100 150 150
600
Denah Lantai 1
Denah Lantai 2
- Mengacu kepada Standar dan Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Tidak Bersusun dan Pembangunan Rumah Sederhana Sehat - Ukuran dan luasan mengambil rata-rata luasan di lapangan yang didapat dari hasil analisis dan Pembahasan Gambar 7 Design Bentuk Hunian 1 (Sumber : sketsa pribadi)
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 11
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Type Maisonete Gandeng Banyak Tampak Depan - Pola hunian komunal untuk rumah deret berbentuk Gandeng banyak - Masing-masing hunian terdiri dari 2 lantai dengan konstruksi panggung - Uk. Hunian = 3 x 6 x 2 lt = 36 m2 - Kepadatan Hunian = 9 m2 / penghuni - Building Coverage 50 % - Merupakan alternatif hunian untuk penyewa yang belum memiliki hunian pribadi
1.800
150
300
300
300
300
300
300
150
Denah Lantai 1
250 Dapur Km Dapur Km Dapur Km Dapur Km Dapur Km Dapur Km WC WC WC WC WC WC
150
Ruang Keluarga
200 150 100 150
150
R.Tamu
R.Tamu
R.Tamu
R.Tamu
R.Tamu
R.Tamu
Teras
Teras
Teras
Teras
Teras
Teras
300
300
300 150
300
300
300
2.100
- Terdiri dari unit kediaman lengkap, yang memiliki : - 1 atau lebih ruang hunian - 1 kamar mandi dan WC - 1 dapur
Denah Lantai 2
Teras Belakang / Tempat jemuran 1.000 Ruang Tidur / Ruang Bersama
600
1.800
- Mengacu kepada Standar dan Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Tidak Bersusun dan Pembangunan Rumah Sederhana Sehat - Ukuran dan luasan mengambil rata-rata luasan di lapangan yang didapat dari hasil analisis dan Pembahasan Gambar 8 Design Bentuk Hunian 2 (Sumber : sketsa pribadi)
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 12
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
V. KESIMPULAN Fisik Hunian : Terdapat beberapa bentuk hunian di kawasan ini, yakni rumah tunggal pribadi dan rumah deret dengan bentuk dan konstruksi hunian yang semuanya berbentuk panggung dan berbahan dasar kayu. Terdapat ketidakseimbangan antara kepadatan jumlah penghuni dan kurangnya ruang terbuka pada hunian (building coverage). Seluruh lahan dan bangunan tidak memiliki Surat Bukti kepemilikan dan Surat Izin Membangun Bangunan (IMB), dengan bentuk dan ukuran lahan/bangunan yang tidak teratur. Jumlah lantai rumah sebagian besar berlantai satu, dengan fungsi sebagai hunian saja, sudah dilengkapi fasilitas berupa PDAM + PLN. Kondisi sanitasi hunian sangat rendah dan sederhana, menggunakan sungai dan bantarannya sebagai tempat pembuangan. Sosial Ekonomi Budaya dan Aspirasi Masyarakat Hunian yang sudah ada dalam waktu lama, dihuni oleh penduduk tetap dengan tingkat penghuni yang homogen karena adanya kesamaan budaya, ikatan keluarga yang kuat diantara masyarakat penghuni dan kekerapan bersosialisasi, serta keterkaitan antara penghuni dengan lokasi hunian dan pekerjaan. Tingkat pendidikan yang rendah, jenis pekerjaan di sektor informal dan besaran pendapatan tidak menentu tiap bulannya, termasuk dalam golongan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Penghuni menerima jika ada rencana penataan rumah dan lahan oleh pemerintah daerah, asalkan dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan berpegang prinsif keadilan dan kepentingan, serta diberikan kepastian hukum akan kepemilikan lahan dan bangunan setelah adanya penataan. Aspirasi penghuni rumah tunggal memilih bentuk rumah tunggal pribadi, dan penghuni rumah deret yang memilih bentuk hunian komunal seperti yang ada saat ini ataupun rusunawa jika memungkinkan. Prasarana dan Lingkungan Hunian Sungai belum memiliki tanggul pemisah dan jalan inspeksi yang memisahkan badan sungai dengan bantarannya, serta minimnya usaha-usaha penghijauan dan penanaman pohon di lokasi penelitian. Kondisi prasarana jalan lingkungan berupa jalan titian kayu menyebabkan rendahnya kemampuan pergerakan atau mobilitas warga, dan terbatasnya akses masuk ke kawasan ini. Posisi jalan yang tegak lurus sungai juga menyebabkan posisi rumah cenderung arah hadapnya menyamping sungai. Rendahnya pengelolaan sampah di wilayah ini mengindikasikan rendahnya kualitas lingkungan yang berpotensi menimbulkan berbagai macam penyakit dan mengakibatkan menurunnya daya dukung sungai. Konsep Hunian Penataan/pengaturan ulang hunian dan luasan lahan, dengan pendekatan berupa peningkatan kualitas hunian dan lingkungannya menjadi lingkungan yang permanen, dilengkapi prasarana dan sarana yang dapat mendukung dan meningkatkan sosial ekonomi masyarakat serta dalam hal kepentingan pemeliharaan sungai. Pada garis sempadan sungai sejauh ± 15 m, perlu dibangun jalan yang sekaligus berfungsi sebagai tanggul yang memisahkan antara permukiman dengan badan sungai di sepanjang tepian sungai. Hal ini juga dimaksudkan akan merubah arah hadap rumah yang paling dekat dengan tepi sungai, dimana orientasinya langsung menghadap sungai. Meningkatkan usaha-usaha penghijauan di kawasan ini, dengan membuat ruang-ruang terbuka hijau pada daerah tertentu, yang berguna sebagai penghasil oksigen, penyerap polutan dan mengurangi erosi akibat aktivitas bermukim penghuni. Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 13
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Pengaturan posisi dan fungsi jalan lingkungan di kawasan ini, selain dapat diakses oleh berbagai jenis angkutan, juga akan berfengaruh pada ekonomi dan sosial penghuni, serta keteraturan tata letak dan arah hadap bangunan beserta prasarana lingkungannya. Pengaturan luasan dan fungsi rumah sehingga sesuai dengan kebutuhan penghuni dan luasan lahan yang tersedia, sehingga rumah tidak hanya berfungsi sebagai hunian saja, tetapi dapat digunakan juga sebagai tempat usaha. Hal ini akan berdampak pada peningkatan ekonomi penghuni dan peningkatan kualitas hunian nantinya. Bentuk hunian Maisonnete dengan unit kediaman lengkap, adalah bentuk yang dapat diterapkan bagi penghuni rumah tunggal, sedangkan bentuk hunian Maisonnette gandeng banyak dengan unit kediaman lengkap merupakan alternatif hunian bagi penghuni rumah deret, dengan tetap mempertahankan bentuk konstruksi semula, yakni hunian berkonstruksi panggung. Melihat kemampuan masyarakat dalam hal pengadaan rumah, yang dalam hal ini adalah masyarakat berpenghasilan rendah, maka perlu penelitian lebih lanjut dalam hal pengadaan rumah. Rekomendasi Pemerintah daerah segera menginventarisasi eksisting luasan lahan dan bangunan, baik yang terkena garis sempadan sungai maupun diluar garis sempadan sungai. Perlu dibangun badan jalan yang yang juga berfungsi sebagai tanggul pada batas garis sempadan sungai. Pelibatan penghuni dalam proses perencanaan, penataan, pembangunan dan pengawasan dalam pengaturan lahan dan pembangunan hunian nantinya, serta diberikannya kepastian hukum atas kepemilikan lahan dan bangunan. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai sistim sanitasi dan pengadaan rumah oleh masyarakat
VI. DAFTAR PUSTAKA Menteri Pekerjaan Umum (1986), Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/KPTS/1986 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002), Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) Menteri Perumahan Rakyat (2006), Keputusan Menteri Perumahan Rakyat Nomor : 07/PERMEN/M/2006 tentang Dukungan Penjaminan Kredit/Pembiayaan untuk Pembangunan/Perbaikan Perumahan Swadaya melalui Kredit/Pembiayaan Mikro Pemerintah Daerah Kota Palangka Raya (1999), Peraturan Daerah No. 08 Tahun 2001 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota Palangka Raya Tahun 1999/2009, Pemerintah Kota Palangka Raya, Palangka Raya Pemerintah Daerah Kota Palangka Raya (2003), Sejarah Kota Palangka Raya, Pemerintah Kota Palangka Raya, Badan Perencanaan Daerah Kota Palangka Raya, Palangka Raya Presiden Republik Indonesia (2004), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Rapoport (1986), Human Aspects of Urban Form, Pergamon Press Ltd, England Turner, John F.C (1972) Freedom to Build : Dweller Control of the Housing Process. The Macmillan Company. New York Turner, John F.C (1976) Housing by People : Towards Autonomy in Building Environments. Pantheon Books. New York
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 14
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.