KONFLIK MANAJEMEN PERKOTAAN DI KAWASAN PEMUGARAN KEBAYORAN BARU ZONA BLOK M DAN SEKITARNYA Ir. Veronika Widi Prabawasari., MT. Staff Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gunadarma Email :
[email protected]
ABSTRAKSI Paper ini menyoroti isu yang berkaitan dengan manajemen perkotaan, khususnya konflik manajemen perkotaan yang terjadi di Kawasan Cagar Budaya Kebayoran Baru. Globalisasi dalam perekonomian kota telah membawa dampak atas kinerja sosial-budaya, ekonomi serta kinerja fisik lingkungan binaan. Dalam perencanaan kota di kawasan Kebayoran Baru terdapat konflik manajemen perkotaan antara keinginan untuk mempertahankan kelestarian Kebayoran Baru sebagai sebuah lingkungan Cagar Budaya serta adanya arahan Blok M dan sekitarnya sebagai sentra primer untuk menunjang kegiatan perekonomian kota. Secara umum disimpulkan, bahwa perlu adanya manajemen perkotaan yang mengarahkan dan mengendalikan pertumbuhan Blok M sebagai sebuah sentra primer di dalam lingkungan cagar budaya Kebayoran Baru. Dengan dukungan potensi kawasan dan peraturan pemugaran yang berlaku serta sebuah contoh kota yang berhasil, yaitu kota Curitiba, Brazil, paper ini memberikan beberapa rekomendasi arahan pemugaran untuk mengatasi konflik manajemen perkotaan di Kebayoran Baru ini. KATA KUNCI :
Manajemen Perkotaan, Pemugaran Kawasan, Blok M.
PENDAHULUAN Sejarah menunjukkan bahwa urbanisasi dan industrialisasi selalu merupakan fenomena yang berjalan secara paralel. Pertambahan penduduk yang terjadi sebagai akibat dari laju urbanisasi dan industrialisasi ini pada gilirannya telah mengakibatkan pertumbuhan kota yang berakibat meningkatnya akan lahan kota dengan sangat kuat. Dengan persediaan lahan yang semakin terbatas maka gejala kenaikan harga lahan tak terhindarkan lagi dan lahan telah menjadi suatu komoditi yang nilainya ditentukan oleh kekuatan pasar. Lahan akhirnya merupakan sumber daya utama kota yang sangat kritikal, disamping pengadaannya yang semakin terbatas, sifatnya juga tidak memungkinkan untuk ‘diperluas’. Untuk meningkatkan kemampuan tampung lahan kota, lahirlah upaya meremajakan kota yang bertujuan untuk memberikan vitalitas baru, meningkatkan vitalitas yang ada atau menghidupkan kembali vitalitas yang tadinya pernah ada namun telah memudar.
halaman 1
Konflik Manajemen Perkotaan di Kawasan Pemugaran Kebayoran Baru Zona Blok M dan Sekitarnya
Namun peremajaan kota sering menjadi biang keladi musnahnya kawasan dan bangunan-bangunan bersejarah yang banyak diantaranya memiliki makna budaya dan sejarah yang tidak tergantikan nilainya. [Danisworo. 1997:10] Kota, pada dasarnya merupakan arena pergaulan antar berbagai kepentingan. Konflik dan ketidakpastian akan selalau timbul tanpa bisa dihindar, diantaranya adalah konflik antara pembangunan fisik dan pelestarian lingkungan, konflik antara sektor formal dan sektor informal. Sebab itulah manajemen perkotaan tidak lagi terpasung pada manajemen perubahan (management of changes) atau manajemen pertumbuhan (management of growth) tetapi lebih bertumpu pada manajemen konflik (management of conflicts). [Eko B., 1997:20] Peran perencana dan pengelola pembangunan kota tidak sekedar merumuskan rencana masa depan kota secara fisik dan keruangan yang serba deterministik, rasional dan fungsional, melainkan merambah pada aspek perangkat hukum, administrasi dan kelembagaan, mekanisme pasar, peran swasta dan pelibatan masyarakat. Beberapa kelemahan dalam proses perencanaan, implementasi dan sistem manajemen pembangunan dan lingkungan hidup di Indonesia (Eko B., 1997:9-12) adalah : 1.
Peran serta maupun aspirasi masyarakat dalam proses tata ruang dan lingkungan hidup masih sangat terbatas
2.
Kekurang-pekaan para penentu kebijakan (dan juga beberapa kalangan profesional terhadap warisan peninggalan kuno yang pada hakekatnya merupakan bagian tak terpisahkan dalam sejarah perkotaan.
3.
Penekanan perencanaan kota cenderung lebih berat pada aspek lingkungan binaan (man made environment) dan kurang memperhatikan pendayagunaan atau optimalisasi lingkungan alamiah (natural environment)
STUDI KASUS : KAWASAN KEBAYORAN BARU Kawasan Kebayoran Baru memiliki posisi penting dalam sejarah pertumbuhan kota Jakarta. Berdasarkan rencana awal, kawasan ini dimaksudkan sebagai ‘kota satelit’ untuk memenuhi kebutuhan perumahan penduduk Jakarta yang meningkat pesat setelah kemerdekaan. [Marbun. 1994:22-25] Pertumbuhan yang pesat di Kebayoran Baru sebagai pusat bisnis menyebabkan terjadinya perubahan pada bangunan-bangunan di pusat-pusat kegiatan ekonomi. Untuk itu Pemda DKI telah mengantisipasi dengan terbitnya Surat Keputusan Gubernur KDKI Jakarta halaman 2
Konflik Manajemen Perkotaan di Kawasan Pemugaran Kebayoran Baru Zona Blok M dan Sekitarnya
No. D.IV-6099/d/33/1975 yang mengatakan Daerah Kebayoran Baru sebagai Lingkungan Pemugaran. Terbitnya SK Gubernur ini dimaksudkan untuk memperkecil penyimpangan atau perubahan yang tidak didasarkan atas prinsip-prinsip pelestarian. Seperti diketahui, di kawasan Kebayoran Baru terdapat bangunan-bangunan yang memiliki nilai arsitektural tinggi dan mewakili masa tertentu dalam sejarah pertumbuhan Kota Jakarta. Selain itu, Kebayoran Baru tergolong sebagai lingkungan yang asri karena dalam rancangannya menerapkan konsep ’garden city’ yang memberikan banyak penghijauan bagi lingkungan perumahan. Dewasa ini, peran Kebayoran Baru sebagai kawasan bisnis semakin meningkat. Daerah Blok M dan sekitarnya telah berkembang menjadi CBD (Central Business District), dimana pasar Melawai dan Blok M merupakan pusat lingkungan dengan hirarki tertinggi di Kebayoran Baru. Terminal Bus (yang melayani hubungan ke segala arah di wilayah Jabotabek) telah dibangun dengan menambahkan mall perbelanjaan di lantai bawahnya. Bangunan-bangunan pasar yang lama telah digantikan dengan gedung-gedung baru (sarana perkantoran dan perbelanjaan) yang mencerminkan kebutuhan dan kegiatan masyarakat masa kini. Perkembangan ini pun telah diantisipasi oleh Pemda DKI Jakarta dengan memberikan arahan peningkatan kawasan Blok M dan sekitarnya menjadi Sentar Primer, seperti tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta 2010, apalagi dengan rencana masuknya infrastruktur kota modern seperti MRT (Mass Rapid Transit). Hal yang krusial dalam perkembangan ini adalah ‘pertumbuhan ikutan’ yang terjadi pada kawasan-kawasan permukiman di sekitarnya. Bangunan-bangunan perumahan (sesuai dengan Rencana Induk Jakarta 1965 –1985 serta RUTR 2005) beralih fungsi menjadi sarana perkantoran serta sarana-sarana komersial lainnya. Perubahan fungsi ini telah membawa dampak yang dapat menjadi ancaman bagi kelestarian dan keserasian kawasan Kebayoran Baru antara lain : Terganggunya kenyamanan kawasan rumah tinggal Kebayoran Baru yang sebelumnya dikenal sebagai lingkungan yang asri Timbulnya kemacetan lalulintas dan perpakiran yang tidak teratur akibat volume kendaraan yang tidak sesuai dengan kapasitas jalan dan lingkungannya. Dari uraian di atas, terlihat adanya konflik manajemen perkotaan di Kebayoran Baru antara keinginan untuk mempertahankan kelestarian Kebayoran Baru sebagai sebuah lingkungan halaman 3
Konflik Manajemen Perkotaan di Kawasan Pemugaran Kebayoran Baru Zona Blok M dan Sekitarnya
Cagar Budaya serta adanya arahan Blok M dan sekitarnya sebagai sentra primer untuk menunjang kegiatan perekonomian kota. Untuk mengatasi konflik yang terjadi di lingkungan pemugaran Kebayoran Baru perlu adanya manajemen perkotaan yang mengarahkan dan mengendalikan pertumbuhan Blok M sebagai sebuah sentra primer di dalam lingkungan cagar budaya Kebayoran Baru.
LINGKUP STUDI / PENGAMATAN & PERUNTUKANNYA Interpretasi dari Kawasan Pemugaran Kebayoran Baru zona “Blok-M dan sekitarnya” diartikan sebagai berikut : 1.
Blok-M Meliputi areal dimana terdapat pasar dan ruko Melawai beserta pusat-pusat perbelanjaan yang ada di areal tersebut, termasuk terminal bis kota Blok-M beserta pusat perbelanjaan (Blok-M Mall) di bawahnya. Kawasan ini pada awal perencanaannya memang sudah ditetapkan sebagai pusat pelayanan Kebayoran Baru. Selanjutnya, dalam konteks pemugaran Blok-M dan sekitarnya, kawasan ini disebut sebagai Zona Inti.
2.
Sekitar Blok-M. Meliputi areal di sisi-sisi utara, selatan, barat dan timur kawasan inti. Sisi selatan, terdiri dari lingkungan perumahan yang mendominasi areal ini. Selain itu terdapat pula perkantoran dan pertokoan yang merupakan alih fungsi dari perumahan. Pada sisi ini terdapat pula fasilitas pendidikan dan jalur hijau (3 buah taman), namun tampaknya tidak mampu menjadi vase bagi kawasan tersebut, bahkan salah satu telah alih fungsi menjadi pompa bensin. Untuk selanjutnya sisi selatan ini disebut sebagai Zona Penyangga I. Sisi utara, terdiri dari lingkungan perumahan, perkantoran, pertokoan serta lapangan hijau. Areal ini didominasi oleh kompleks Peruri. Kawasan ini disebut Zona Penyangga II. Sisi barat dan timur merupakan kawasan yang terkena pengaruh pengembangan BlokM, dan cenderung untuk berubah fungsi dari perumahan ke komersial, yang tampak dari maraknya perubahan fisik dan fungsi bangunan di areal tersebut. Selanjutnya kawasan ini disebut sebagai Zona Penyangga III.
( Peta dan Foto Gambaran Kawasan Kebayoran Baru dapat dilihat saat presentasi. )
halaman 4
Konflik Manajemen Perkotaan di Kawasan Pemugaran Kebayoran Baru Zona Blok M dan Sekitarnya
PERMASALAHAAN KOTA DI DAERAH KEBAYORAN BARU Berdasarkan tinjauan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta 2010, Kebayoran Baru dengan Blok M sebagai pusatnya, telah menjadi pusat pelayanan wilayah Jakarta Selatan dengan hirarki Sentra Primer. Peningkatan status ini didukung oleh oleh jaringan jalan di sekitarnya yang akan meningkatkan aksesbilitas ke Sentra Primer Blok M dan mempunyai konsekuensi logis meningkatnya density lalu lintas, yang mengakibatkan lokasi tanah pada penggal jalan tersebut menjadi lokasi yang strategis. Sentra Blok M yang merupakan pusat kegiatan tingkat kota untuk sektor perdagangan, jasa dan perkantoran, mempunyai fungsi dengan tingkat pelayanan internasional (adanya kantor ASEAN), nasional (adanya kantor Menteri Negara Pekerjaan Umum, Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah, Mabes Polri, Kantor Pusat PLN, dan Kejaksaan Agung) serta tingkat regional (adanya Kantor walikota Jakarta Selatan dan Kandatel Wilayah Jakarta Selatan). Dengan skala kegiatan sebagaimana tersebut di atas, maka fungsi-fungsi tersebut akan menghasilkan bangkitan lalu-lintas yang besar dengan tingkat pergerakan yang tinggi menuju ataupun dalam kawasan sentra primer Blok M. Kegiatan fasilitas perdagangan dan perbelanjaan di kawasan ini, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari strata menengah bawah sampai menengah atas, seperti Aldiron Plaza, Blok M Mall, Blok M Plaza, Melawai Plaza dan Pasaraya. Kegiatan ini fasilitas perbelanjaan ini potensial membangkitkan bangkitan lalu lintas kendaraan pribadi, volume pedestrian dan pedagang kaki lima yang berbaur menjadi satu, sehingga acapkali menimbulkan kemacetan. Dalam areal sentra primer Blok M, terdapat pula terminal Blok M yang merupakan stasiun bus dalam kota yang dalam Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kecamatan (RRTRW-K) Kebayoran Baru tetap dipertahankan. Pembangunan kereta bawah tanah (subway) sepanjang 135 km dengan rute Fatmawati – Kota direncanakan akan dibangun melewati kawasan Blok M ini. Dengan hadirnya stasiun MRT di sekitar lokasi terminal Blok M, maka volume pengguna angkutan umum bus kota dan angkutan umum taksi menjadi meningkat, yang mengakibatkan pergerakan dan aktivitas dalam sentra primer menjadi meningkat pula. Perencanaan untuk sektor perumahan yang tertuang dalam RRTRW-K Kebayoran Baru telah mengakomodasikan perubahan fungsi pada areal perumahan di jalan-jalan yang halaman 5
Konflik Manajemen Perkotaan di Kawasan Pemugaran Kebayoran Baru Zona Blok M dan Sekitarnya
merupakan jaringan jalan sekitar Blok M, yaitu dari perumahan ditingkatkan peruntukannya menjadi perumahan campuran (ruko maupun rukan). Penetapan kebijakan tersebut akan menyebabkan penetrasi pada areal perumahan yang mana fungsi perumahan sejak awal mendominasi Kebayoran Baru. Hal ini dapat menyebabkan ekspansi daerah perdagangan, jasa / perkantoran pada semua jalan yang akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan dengan pola ribbon development. Sektor lain yang cukup signifikan di area sekitar sentra primer Blok M adalah sektor pendidikan. Beberapa fasilitas pendidikan berlokasi pada jarak pejalan kaki dari Blok M, antara lain Sekolah Al Azhar (dari SD sampai SMU), Ora et Labora (SD dan SMP) dan masih banyak lagi. Keberadaan sekolah ini berdampak pada peningkatan intensitas kegiatan baik beban lalu lintas kendaraan (parkir kendaraan antar jemput membuat kemacetan), pejalan kaki dan tumbuhnya pedagang kaki lima
PERATURAN PEMUGARAN KEBAYORAN BARU Penetapan kawasan Kebayoran Baru sebagai lingkungan pemugaran dilakukan melalui keputusan Gubernur DKI Jakarta No. D.IV-6099/d/33/1975. Keputusan ini diambil dengan pertimbangan bahwa di daerah Kebayoran Baru banyak terdapat bangunan yang sangat baik nilai arsitekturnya serta lingkungannya yang sudah teratur dan serasi, sehingga dianngap perlu dilindungi. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta 2010 menegaskan kembali Keputusan Gubernur tersebut dan manyatakan bahwa ‘untuk melestarikan keteraturan dan keserasian lingkungan pada kawasan ini, fungsinya sebagai kawasan perumahan tetap dipertahankan dengan mengendalikan secara ketat upaya-upaya yang mengarah kepada perubahan penggunaan tanah dan bangunan. Program yang diterapkan ke kawasan ini dibatasi berupa pemeliharaan lingkungan’ Jadi, pelestarian untuk kawasan Kebayoran Baru menyangkut lingkungan perumahan dalam arti luas, yaitu meliputi bangunan-bangunan asli peninggalan masa awal Kebayoran Baru (awal tahun 1950-an) dan lingkungan yang mencerminkan konsep Taman Kota (garden city). Kawasan Blok M dan sekitarnya yang diarahkan sebagai Sentra primer, secara spesifik tidak merupakan ‘obyek pelestarian’. Namun demikian terdapat unsur-unsur yang cukup layak untuk dipertahankan keberadaannya, seperti taman-taman lingkungan, pola ruko di halaman 6
Konflik Manajemen Perkotaan di Kawasan Pemugaran Kebayoran Baru Zona Blok M dan Sekitarnya
Jalan Melawai 5 – Jl. Melawai 8 serta beberapa bangunan yang masih menampakkan wajah asli yang terletak di kawasan tersebut untuk membentuk wajah kota (city scape).
POTENSI KAWASAN Dalam konteks pengembangan kawasan yang dikaitkan dengan upaya pemugaran kawasan dan berdasarkan skenario pengembangan kota yang tertuang dalam RRTRW-K Kebayoran Baru, Kebayoran Baru dengan lingkungan Blok M dan sekitarnya memiliki potensi-potensi sebagai berikut : 1.
Kecenderungan peningkatan intensitas bangunan yang memberi peluang untuk penataan bangunan secara menyeluruh, sehingga upaya pelestarian dan pemugaran dapat dilakukan secara terpadu
2.
Peningkatan intensitas bangunan memberi peluang untuk penyediaan ruang terbuka (yang saat ini tidak tersedia secara ‘konsepsional’ di dalam kawasan), sehingga terbuka kemungkinan untuk menampilkan keasrian kawasan bisnis dan perbelanjaan Blok M.
3.
Kecenderungan peningkatan pedagang kaki lima memberi peluang untuk memberikan citra tersendiri pada wajah kota karena dianggap berhasil menumbuhkan suasana akrab berskala manusia (Rapoport 1980:357)
4.
Kecenderungan jalan bukan sekedar sebagai prasarana atau ruang transisi melainkan ruang untuk aktivitas (activity space) memberi peluang untuk mengarahkan jalan sebagai ruang terbuka untuk kontak sosial bahkan untuk aktivitas perdagangan di udara terbuka.
5.
Rencana jalur MRT (Mass Rapid Transit) Fatmawati – Kota yang salah satu stasiunnya berada di kawasan Blok M memberi peluang untuk penataan jalan sirkulasi pedestrian secara terpadu antara ruang-ruang bawah tanah dengan ruang-ruang di atasnya. Keterpaduan sistem sirkulasi pejalan kaki ini memungkinkan untuk dimasukkan unsurunsur pelestarian dan pemugaran, menyangkut pola-pola dan elemen-elemen desain khas Kebayoran Baru.
MANAJEMEN LINGKUNGAN DAN PERKOTAAN DI CURITIBA Manajemen lingkungan dan perkotaan di kota Curitiba, Brazil mendapat pengakuan dunia sebagai salah satu dari sedikit manajemen kota di negara-negara berkembang yang dinilai berhasil oleh World Bank / UNDP / UNHCS. Salah satu prinsip dasar dari perencanaan halaman 7
Konflik Manajemen Perkotaan di Kawasan Pemugaran Kebayoran Baru Zona Blok M dan Sekitarnya
Kota Curitiba adalah membebaskan pusat kota dari kesesakan bangunan dan melestarikan pusat / kawasan bersejarah dengan tetap mendukung kegiatan perekonomian untuk pengembangan kota.[Jonas.1993:9-12] Konsekuensi dari perencanaan tersebut adalah adanya transformasi budaya dan transformasi ekonomi, berupa :
Melestarikan bangunan-bangunan sejarah dan budaya / kebijakan merenovasi bangunan-bangunan tua
Melaksanakan serangkaian kegiatan yang membantu pelestarian nilai budaya dan perbedaan etnis di daerah Curitiba
Memasukkan kegiatan hiburan dan infrastruktur dalam taman-taman lapangan dan pengembangan rumah-rumah
Pembangunan kegiatan perekonomian yang tidak diisolasikan tetapi dibangun dan dikelilingi oleh ruang terbuka yang diintegrasikan dengan perumahan transportasi dan sektor jasa.
Gambar 2. Curitiba Avenue
Gambar 1. Pengolahan Ruang Terbuka di Curitiba
halaman 8
Konflik Manajemen Perkotaan di Kawasan Pemugaran Kebayoran Baru Zona Blok M dan Sekitarnya
ANALISA PERUNTUKAN DAN PELESTARIAN KAWASAN PERUNTUKAN 1.
Kawasan Inti
Gambar 3. Analisa Peruntukan Kawasan Inti
2.
Kawasan Penyangga I
Gambar 4. Analisis Kawasan Penyangga I
halaman 9
Konflik Manajemen Perkotaan di Kawasan Pemugaran Kebayoran Baru Zona Blok M dan Sekitarnya
3.
Kawasan Penyangga II
Gambar. 5. Analisis Kawasan Penyangga II
ANALISIS RUANG TERBUKA Sistem ruang terbuka yang telah ada di kawasan terdiri atas : •
Taman Christina Martha Tiahahu
•
Lapangan Mabes Polri.
•
Plaza di depan Terminal Bis Kota.
•
Taman kembar di tepi Jl. Melawai Raya (salah satunya saat ini difungsikan sebagai pompa bensin dan harus dikembalikan menjadi taman).
•
Taman segitiga yang diapit oleh Jl. Panglima Polim 2 dan Jl. Wijaya 9.
•
Taman segitiga dengan gereja di atasnya (di tepi jalan Melawai Raya). Taman disini perlu ditegaskan kembali fungsi taman lingkungan di halaman gereja. Agar dapat berfungsi secara optimal, taman-taman yang ada ini perlu dirangkaikan
dalam sebuah jaringan (network) ruang terbuka di kawasan Blok M. Penghubung tambahan berupa semi-mall atau full-pedestrian mall, yaitu masing-masing pada lokasi :
halaman 10
Konflik Manajemen Perkotaan di Kawasan Pemugaran Kebayoran Baru Zona Blok M dan Sekitarnya
•
Jl. Palatehan I
•
Poros blok antara Jl. Melawai 4 dan Jl. Melawai 5
•
Jl. Panglima Polim 3 (diantara 2 gedung sekolah)
Gambar 6. Rangkaian Hubungan Antar Ruang Terbuka di Kawasan
ANALISIS PELESTARIAN KAWASAN Pelestarian di kawasan Blok M meliputi pola-pola bangunan yang signifikan sebagai warisan masa awal Kebayoran baru, serta ruang-ruang terbuka (taman-taman) yang mencerminkan konsep “garden city” yang dianut oleh Kebayoran Baru. Beberapa bangunan yang masih asli (di kawasan hiburan/restoran disisi barat kawasan) perlu dilestarikan, atau paling tidak digunakan sebagai acuan (referensi) untuk pembangunan pada tahap berikutnya, misal :
Elemen facade bangunan-bangunan baru.
Elemen arkade pada jalur-jalur pedestrian tertentu.
Elemen “shelter” atau “gerbang” ke ruang bawah tanah (stasiun MRT).
REKOMENDASI PEMUGARAN Mengacu pada manajemen lingkungan dan perkotaan di Curitiba, maka untuk kawasan pemugaran Kebayoran Baru beserta Blok M sebagai sentra primernya, maka rekomendasi manajemen perkotaan dan lingkungan pemugaran yang diusulkan adalah sebagai berikut : halaman 11
Konflik Manajemen Perkotaan di Kawasan Pemugaran Kebayoran Baru Zona Blok M dan Sekitarnya
♦
KAWASAN KEBAYORAN BARU Rekomendasi untuk pelestarian dan pemugaran kawasan Kebayoran Baru pada
umumnya, meliputi : 1.
Pembuatan keputusan pelestarian lingkungan permukiman (hunian murni) untuk kawasan-kawasan yang mewakili sejarah pembentukan ‘kota satelit’ Kebayoran Baru
2.
Pembuatan keputusan tentang batasan perubahan untuk lingkungan perumahan yang tidak signifikan untuk dipertahankan, mencakup peruntukan baru serta tipe blok hunian yang diarahkan
3.
Penyusunan arah pemanfaatan bangunan-bangunan yang dilindungi, terutama yang fungsinya sudah tidak sesuai dengan kebutuhan masa kini
4.
Pembagian wilayah Kebayoran baru ke dalam beberapa tingkatan kategori pelestarian dan penentuan klasifikasi bangunan yang dilindungi berdasarkan kategori bangunan pemugaran.
5.
Pengembalian suasana ‘garden city’ dengan merehabilitasi taman-taman yang ada di kawasan Kebayoran Baru
♦
KAWASAN BLOK M
DAN
SEKITARNYA
Hal-hal yang dapat direkomendasikan dalam rangka pelestarian serta pemugaran di kawasan Blok M dan sekitarnya sebagai berikut : 1.
Penetapan kawasan penyangga, yang merupakan ‘penahan’ perluasan pengembangan kegiatan usaha (bisnis), sehingga lingkungan pemukiman yang ada di balik kawasan penyangga ini terjaga kelestariannya.
2.
Penyelematan dan rehabilitasi taman-taman yang ada, yaitu : Taman Christina Martha Tiahahu, Lapangan Mabes Polri, serta penataan landscape halaman gereja Jl. Melawai Raya, sebagai taman lingkungan
3.
Inventarisasi bangunan asli (masa awal Kebayoran Baru, tahun 1950-an) yang masih dijumpai di kawasan, dengan mengidentifikasi elemen-elemen dan langgam bangunan.
4.
Penentuan lokasi bagi pedagang kaki lima terkait secara fungsional maupun spasial dengan kegiatan sosial-ekonomi dan jalur-jalur pedestrian utama
5.
Sistem sirkulasi angkutan umum. MRT akan beroperasi sebagai trunk line sedangkan angkutan umum bus kota sebagai feeder services. Untuk menciptakan sistem sirkulasi halaman 12
Konflik Manajemen Perkotaan di Kawasan Pemugaran Kebayoran Baru Zona Blok M dan Sekitarnya
manusia yang efisien maka lokasi terminal bus kota dan stasiun MRT harus berdekatan yang dihubungkan dengan pedestrian mall. Dengan demikian perpindahan antar moda (change of mode) dengan MRT dapat berjalan dengan baik dan nyaman. 6.
Elemen-elemen desain hasil identifikasi dapat dimanfaatkan untuk mengisi ruang-ruang kota yang memerlukan muatan pemugaran, seperti :
Arkade dan jalur pejalan kaki
Fasade bangunan pertokoan, kantor dan lain-lain
Bentuk shelter, roofing untuk ruang penghubung antara kawasan di atas tanah dan kawasan bawah tanah, dan lain-lain.
Beberapa usulan untuk peningkatan kualitas perencanaan kota terutama untuk daerah Kebayoran Baru di masa yang akan datang adalah : 1.
Mekanisme development control agar ditegakkan, lengkap dengan sanksi (dis-insentif) buat yang melanggar dan bonus (insentif) bagi mereka yang taat pada peraturan. Sistem insentif dan dis-insentif ini diharapkan dapat menggairahkan iklim investasi di kawasan pemugaran
2.
Penataan ruang secara total, menyeluruh dan terpadu dengan model-model participatory planning dan over the board planning.
3.
Perencanaan kota yang open-ended akan menciptakan lingkungan yang memberikan tingkat kebebasan dan tindakan yang lebih bervariasi, pelibatan masyarakat yang lebih besar, dan peluang untuk adaptasi aktif-kreatif dan modifikasi.
KESIMPULAN Kota juga merupakan manifestasi fisik dari kekuatan sosial, ekonomi, budaya dan politik yang dilandasi norma-norma yang berlaku pada masa pembentukannya. Merebaknya bangunan-bangunan baru di pusat kota memang tidak bisa dihindarkan, karena memang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan atau fungsi baru. Kendati begitu, bila bangunanbangunan tersebut dirancang tanpa memperhatikan keunikan, karakter, atau citra dari kawasan bersejarah dari kota itu, kita dapat menyebutkannya sebagai ‘Pelecehan Budaya’ (Cultural Harassement). Dalam perencanaan kota di kawasan Kebayoran baru terdapat konflik manajemen yaitu antara keinginan untuk mempertahankan kelestarian Kebayoran Baru sebagai sebuah
halaman 13
Konflik Manajemen Perkotaan di Kawasan Pemugaran Kebayoran Baru Zona Blok M dan Sekitarnya
lingkungan Cagar Budaya serta adanya arahan Blok M dan sekitarnya sebagai sentra primer untuk menunjang kegiatan perekonomian kota. Arahan pelestarian di kawasan Blok M dan sekitarnya meliputi pola-pola bangunan / perumahan yang signifikan sebagai warisan awal Kebayoran Baru (dengan dominansi peruntukan perumahan / hunian), serta ruang-ruang terbuka (taman-taman) yang mencerminkan konsep ‘garden city’ Perlunya arahan pelestarian di kawasan Blok M dan sekitarnya, untuk mengantisipasi ekspansi sektor perdagangan / jasa / perkantoran agar intensitas kegiatannya masih sesuai dengan daya tampung sebuah lingkungan pemugaran sekaligus pula dibutuhkan suatu buffer untuk menahan penetrasi kegiatan komersial pada lingkungan hunian
DAFTAR PUSTAKA Budihardjo, Eko. 1993. Kota Berwawasan Lingkungan. Penerbit Alumni, Bandung Cullen, Gordon. 1961. Town Scape. Van Nostrand Reinhold Company, New York. Danisworo, Mohammad. 1997. Bangunan Bersejarah sebagai Bagian dari Arsitektur Kota. Dinas Museum dan Sejarah, Jakarta. Pemda DKI Jakarta. Keputusan-Keputusan Gubernur Kepala daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Daerah Kebayoran Baru Dinas Tata Bangunan dan Pemugaran, Jakarta Marbun. 1994. Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek. Penerbit Erlangga, Jakarta Rabinovicth, Jonas with Josef Leitmann. 1993. Environmental Innovation And Management in Curitiba, Brazil. UNDP / UNHCS / World Bank, Washington Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2010 Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota Secara Terpadu Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
halaman 14