ISU STRATEGIS PENYELENGGARAAN LOGISTIK DI INDONESIA
KONDISI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DISTRIBUSI BARANG KINERJA PELAYANAN LOGISTIK LANGKAH STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN UNTUK MENEKAN BIAYA LOGISTIK
KONEKTIVITAS PENURUNAN DWELLING TIME
KONEKTIVITAS UNTUK PENINGKATAN LAYANAN LOGISTIK KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 2016
ISU STRATEGIS KONDISI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DISTRIBUSI BARANG
KINERJA PELAYANAN LOGISTIK
LANGKAH STRATEGIS
KONEKTIVITAS KAWASAN INDUSTRI
KEK TOL LAUT TOL UDARA
INTEGRASI TOL LAUT DAN TOL UDARA
PENURUNAN DWELLING TIME STRATEGI PERBANDINGAN WAKTU PERBANDINGAN PELABUHAN
Ketimpangan Pembangunan Wilayah Barat dan Wilayah Timur
ISU STRATEGIS KONDISI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DISTRIBUSI BARANG
Ketimpangan Distribusi Barang Wilayah Barat dan Wilayah Timur
KINERJA PELAYANAN LOGISTIK
LANGKAH STRATEGIS
KONEKTIVITAS KAWASAN INDUSTRI
KEK TOL LAUT TOL UDARA
INTEGRASI TOL LAUT DAN TOL UDARA
PENURUNAN DWELLING TIME STRATEGI PERBANDINGAN WAKTU PERBANDINGAN PELABUHAN
1. Distribusi barang masih terkonsentrasi di Kawasan Barat Indonesia 2. Adanya disparitas harga barang di Kawasan Barat dan Timur Indonesia
ISU STRATEGIS KONDISI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DISTRIBUSI BARANG
KINERJA PELAYANAN LOGISTIK
Rendahnya Tingkat Pelayanan Logistik Indonesia Dibandingkan Dengan Negara Lainnya
LANGKAH STRATEGIS
KONEKTIVITAS KAWASAN INDUSTRI
KEK TOL LAUT TOL UDARA
INTEGRASI TOL LAUT DAN TOL UDARA
PENURUNAN DWELLING TIME STRATEGI PERBANDINGAN WAKTU PERBANDINGAN PELABUHAN
Shipping Costs Lebih Tinggi Di Dalam Negeri Dibanding Dengan Shipping Cost Keluar Negeri
ISU STRATEGIS KONDISI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DISTRIBUSI BARANG
KINERJA PELAYANAN LOGISTIK
LANGKAH STRATEGIS
KONEKTIVITAS KAWASAN INDUSTRI
KEK TOL LAUT TOL UDARA
INTEGRASI TOL LAUT DAN TOL UDARA
PENURUNAN DWELLING TIME STRATEGI PERBANDINGAN WAKTU PERBANDINGAN PELABUHAN
ISU STRATEGIS KONDISI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DISTRIBUSI BARANG
KINERJA PELAYANAN LOGISTIK
LANGKAH STRATEGIS
KONEKTIVITAS KAWASAN INDUSTRI
KEK TOL LAUT TOL UDARA
INTEGRASI TOL LAUT DAN TOL UDARA
PENURUNAN DWELLING TIME STRATEGI PERBANDINGAN WAKTU PERBANDINGAN PELABUHAN
ISU STRATEGIS KONDISI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DISTRIBUSI BARANG
KINERJA PELAYANAN LOGISTIK
LANGKAH STRATEGIS
KONEKTIVITAS KAWASAN INDUSTRI
KEK TOL LAUT TOL UDARA
INTEGRASI TOL LAUT DAN TOL UDARA
PENURUNAN DWELLING TIME STRATEGI PERBANDINGAN WAKTU PERBANDINGAN PELABUHAN
JARINGAN TRAYEK TOL LAUT TA.2016
ISU STRATEGIS KONDISI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DISTRIBUSI BARANG
KINERJA PELAYANAN LOGISTIK
LANGKAH STRATEGIS
KONEKTIVITAS KAWASAN INDUSTRI
KEK TOL LAUT TOL UDARA
INTEGRASI TOL LAUT DAN TOL UDARA
PENURUNAN DWELLING TIME STRATEGI PERBANDINGAN WAKTU PERBANDINGAN PELABUHAN
RENCANA JARINGAN TRAYEK TOL LAUT TA.2017
ISU STRATEGIS KONDISI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DISTRIBUSI BARANG
KINERJA PELAYANAN LOGISTIK
LANGKAH STRATEGIS
KONEKTIVITAS KAWASAN INDUSTRI
KEK TOL LAUT TOL UDARA
INTEGRASI TOL LAUT DAN TOL UDARA
PENURUNAN DWELLING TIME STRATEGI PERBANDINGAN WAKTU PERBANDINGAN PELABUHAN
TOL UDARA
ISU STRATEGIS KONDISI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DISTRIBUSI BARANG
KINERJA PELAYANAN LOGISTIK
LANGKAH STRATEGIS
KONEKTIVITAS KAWASAN INDUSTRI
KEK TOL LAUT TOL UDARA
INTEGRASI TOL LAUT DAN TOL UDARA
PENURUNAN DWELLING TIME STRATEGI PERBANDINGAN WAKTU PERBANDINGAN PELABUHAN
INTEGRASI TOL UDARA DAN TOL LAUT
ISU STRATEGIS KONDISI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DISTRIBUSI BARANG
KINERJA PELAYANAN LOGISTIK
LANGKAH STRATEGIS
KONEKTIVITAS KAWASAN INDUSTRI
KEK TOL LAUT TOL UDARA
INTEGRASI TOL LAUT DAN TOL UDARA
PENURUNAN DWELLING TIME STRATEGI PERBANDINGAN WAKTU PERBANDINGAN PELABUHAN
ISU STRATEGIS KONDISI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DISTRIBUSI BARANG
KINERJA PELAYANAN LOGISTIK
LANGKAH STRATEGIS
KONEKTIVITAS KAWASAN INDUSTRI
KEK TOL LAUT TOL UDARA
INTEGRASI TOL LAUT DAN TOL UDARA
PENURUNAN DWELLING TIME STRATEGI PERBANDINGAN WAKTU PERBANDINGAN PELABUHAN
ISU STRATEGIS KONDISI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR
DATA DWELLING TIME
DISTRIBUSI BARANG
KINERJA PELAYANAN LOGISTIK
PELINDO 1
PELINDO 2
PELINDO 3
PELINDO 4
DWELLING TIME AGUSTUS 2015
LANGKAH STRATEGIS
KONEKTIVITAS
Pre Clearance
2.67
2.40
4.50
2.85
Custom Clearance
0.63
0.71
0.60
0.73
Post Clearance
1.96
1.20
1.30
1.80
5.26
4.31
6.40
5.38
Pre Clearance
2.49
2.30
3.29
2.99
Custom Clearance
0.59
0.45
1.08
0.67
Post Clearance
1.58
1.18
1.01
1.03
4.66
3.93
5.38
4.69
TOTAL
KAWASAN INDUSTRI
KEK TOL LAUT TOL UDARA
INTEGRASI TOL LAUT DAN TOL UDARA
PENURUNAN DWELLING TIME STRATEGI PERBANDINGAN WAKTU PERBANDINGAN PELABUHAN
DWELLING TIME AGUSTUS 2016
TOTAL
DWELLING TIME SEPTEMBER 2016 Pre Clearance
2.46
2.20
2.35
2.34
Custom Clearance
0.46
0.30
0.31
0.30
Post Clearance
1.60
1.16
1.61
0.93
4.52
3.66
4.27
3.57
TOTAL
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 2016
LAMPIRAN RENCANA STRATEGIS 2015-2019 TOL LAUT PENGEMBANGAN TRANSPORTASI UDARA
SINERGITAS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN BUMN/BUMS/BUMD
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI TAHUN 2015-2019 VISI/MISI PRESIDEN + NAWA CITA ORIENTASI BARU PEMBANGUNAN NASIONAL
KONDISI/SITUASI 2015-2019 YANG HARUS DIPERHATIKAN Globalisasi memaksa adanya peningkatan daya saing ekonomi nasional dan juga daya saing industri jasa transportasi nasional Transformasi struktur perekonomian: • Dalam skala nasional: Booming kelas menengah • Dalam skala global: New Economic: industrial/ hard-core based economy akan digantikan knowledge, soft-core, and IT based economy Global Shifting: peralihan pusat ekonomi dari Barat ke Asia • •
Kesenjangan ekonomi tetap lebar (index gini masih besar) Kesenjangan antar wilayah tetap ada (Jawa vs Luar Jawa)
Tingkat urbanisasi tetap tinggi, sementara kinerja transportasi perkotaan terus menurun Isu lingkungan, kemanusiaan dan ketahanan nasional semakin relevan
1. Ketimpangan Antar Wilayah 2. UUD 1945 Pasal 33: Sumber Daya Alam untuk Kemakmuran Rakyat 3. Membangun dari Pinggir dan Desa 4. Menggerakkan sektor strategik ekonomi domestik: Technopark, KSPN 5. Pembangunan Nasional Ditunjang dari Pembangunan Daerah yang Berkualitas ISU STRATEGIS TRANSPORTASI
Penguatan Konektivitas Nasional untuk Seimbangkan Pembangunan
Pengembangan Sistem Transportasi Massal Perkotaan
KEBIJAKAN UTAMA & PRIORITAS PEMBANGUNAN
TARGET OUTCOME 2019
1
Mempercepat pembangunan Sistem Transportasi Multimoda dengan prioritas penguatan peran angkutan laut dan kereta api
Pangsa transportasi laut untuk angkutan barang 20%
2
Meningkatkan aksesibilitas transportasi untuk Kawasan Timur Indonesia, wilayah perdesaan, perbatasan, perdalaman, dan wilayah terluar.
3
Meningkatkan kapasitas dan kualitas lembaga penelitian dan pengembangan sumber daya manusia sebagai pusat alih teknologi, pengembangan logistik.
4
Pengembangan konektivitas untuk meningkatkan mobilitas perkotaan, mendukung pusat-pusat perekonomian nasional dan daerah dalam rangka pembangunan berkualitas.
5
Pengembangan terobosan skema pendanaan termasuk bank infrastruktur, DAK Transportasi, dan perluasan skema pembiayaan jalan daerah
Pangsa Kereta Api Penumpang 7,5% dan Barang 5% Kondisi mantap jalan nasional 100% Waktu tempuh rata-rata moda jalan 2,2 Jam/100 KM Biaya logistik menurun menjadi 20% trhdap PDB Pangsa Pasar Angkutan Umum 32% On time performance penerbangan 95%
TARGET PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI TAHUN 2015-2019 Pembangunan BRT di 34 kota dengan pengadaan 4.775 bus Pembangunan angkutan massal cepat di kawasan kota metropolitan Pembangunan/ pengembangan Terminal Penumpang Tipe A pada 41 lokasi Penerapan teknologi ATCS di seluruh ibu kota provinsi
Pengembangan 24 Pelabuhan Strategis Pengembangan 200 Pelabuhan Non Komersial Pembangunan 90 Kapal Perintis dan 60 kapal patroli Terlayaninya 193 lintas angkutan laut perintis Penyelenggaraan short sea shipping pada 3 rute
Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan di 65 lokasi Pembangunan/ pengembangan dermaga sungai dan danau di 120 lokasi Pengadaan kapal penyeberangan (terutama perintis) sebanyak 50 unit termasuk Bus Air
Pembangunan 15 Bandara baru Pengembangan Bandara untuk pelayanan Kargo Udara di 9 Lokasi Pembangunan/ pengembangan bandara di 100 lokasi Pencapaian OTP Transportasi Udara 95%
Pembangunan Jalur sepanjang KA 3.258 km’sp di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Papua Pembangunan listrik aliran atas KA sepanjang 300 Km'sp di 8 lokasi
FOKUS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI TAHUN 2015-2019 Pembangunan infrastruktur transportasi melalui pembiayaan APBN diarahkan untuk pembangunan di luar Pulau Jawa terutama Kawasan Timur Indonesia yang berorientasi kepada pelayanan publik
Segmen pembangunan infrastruktur komersial di Jawa dan Bali diarahkan ke peranserta Swasta dan BUMN
Pembangunan sarana dan prasarana transportasi harus mengedepankan keselamatan dan keamanan serta terwujudnya pelayanan transportasi yang handal
KETERPADUAN JARINGAN KERETA API MENUJU BANDARA & PELABUHAN Pengembangan jaringan kereta api menuju ke bandara, pelabuhan untuk meningkatkan efisiensi logistik nasional Pemb. KA menuju Pel. Belawan/ Kuala Tanjung
KA Bandara Kuala Namu
Belawan
Pembangunan jaringan KA menuju pelabuhan disinkronkan dengan konsep “Tol Laut”
Dumai Bitung Pekanbaru Pontianak
Teluk Bayur Pembangunan KA
`
Palembang
Banjarmasi
n Pembangunan KA Bandara Soeta
Minangkabau Panjan g
Samarinda
Pemb. KA menuju Pel. Bitung
Makassar
Pemb. KA menuju Pel. New Makasar Port
Tj.Priok
Penyelesaian KA dari St. Pasoso ke JICT
Trayek Utama Tol Laut
Tj.Ema s
Tj.Pera k
Benoa
Pemb. KA menuju Pel. Tj. Perak
Jalur KA Eksisting Tahun 2014 Jalur KA Rencana Tahun 2020-2025 Jalur KA Pertambangan Jalur Ganda KA
High Speed Train Network in 2030 Jalur KA Pelabuhan Tahun 2015-2019 Jalur Kereta Api Bandara
TOL LAUT DALAM MENDUKUNG POROS MARITIM DUNIA
*angka belum termasuk pengembangan
Keterangan Program 24 Pelabuhan Strategis Short sea shipping Fasilitas kargo umum dan bulk Pengembangan pelabuhan non-komersil Pengembangan pelabuhan komersil lainnya Transportasi multimoda untuk mencapai pelabuhan Revitalisasi industri galangan kapal Kapal untuk 5 tahun ke depan Kapal patroli Total
Nilai (Rp.Milyar) 243,696 7,500 40,615 198,100 41,500
Keterangan Termasuk pengerukan, pengembangan terminal kontainer, serta lahannya Kapal, pelabuhan Panjang, sumur, Bojanegara, Kendal, Pacitan, Cirebon Rencana induk pelabuhan nasional 1.481 pelabuhan 83 pelabuhan
50,000 Jalan akses, kereta pelabuhan, kereta pesisir. 10,800 12 galangan kapal 101,740 Kapal container, barang perintis, bulk carrier, tug & barge, tanker, dan kapal rakyat 6,048 Kapal patrol dari Kelas IA s/d V 699,999
KETENTUAN PELAKSANAAN TOL LAUT TA. 2016 1. 2. 3. 4. 5.
Shipping Instruction (SI) dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan. Batas maksimal kontainer beserta muatannya yaitu 20 ton/TEUS. Term tarif yang berlaku yaitu CY – CY. Jenis muatan untuk return cargo ditentukan oleh Kementerian Perdagangan. Pelaksanaan Tol Laut sesuai dengan SOP : • Kementerian Perhubungan sebagai pemberi tugas (Regulator); • Kementerian Perdagangan sebagai pelaksana penyedia muatan, pemberi Shipping Instruction dan pengontrol harga pasar di tempat tujuan; • PT. PELNI sebagai operator dengan tanggung jawab pengangkutan dari CY to CY (Container Yard).
JENIS MUATAN DAN DISPARITAS HARGA Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2015 Tentang Penetapan Dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting BARANG KEBUTUHAN POKOK Barang Kebutuhan Pokok Hasil Pertanian : 1. Beras 2. Kedelai bahan baku tahu dan tempe 3. Cabe 4. Bawang merah
Barang Kebutuhan Pokok Hasil Industri : 1. Gula 2. Minyak goreng 3. Tepung terigu
BARANG PENTING 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Benih yaitu benih padi, jagung, dan kedelai Pupuk Gas Elpiji 3 (tiga) kilogram Triplek Semen Besi baja konstruksi Baja ringan
Barang Kebutuhan Pokok Hasil Peternakan dan Perikanan : 1. Daging sapi 2. Daging ayam ras 3. Telur ayam ras 4. Ikan segar yaitu bandeng, kembung dan tongkol/tuna/cakalang Dibandingkan dengan pelayaran swasta, tarif Tol Laut yang dikenakan secara rata-rata hanya sebesar 40%. Perbandingan harga komoditi sebelum dan sesudah tol laut, sebagai berikut : No Jenis Sebelum Tol Laut Setelah Tol Laut Keterangan Komoditi 1 Semen Rp. 100.000/sak di Jayapura Rp. 80.000/sak di Jayapura Harga di Jawa Rp. 60.000/sak 2 Ayam Potong Rp. 80.000/kg di Jayapura Rp. 60.000/kg di Jayapura Harga di Surabaya Rp. 30.000/kg 3 1 Teus Surabaya-Jayapura Rp. 23 Surabaya-Jayapura Rp. 9 Kontainer juta/Teus juta/Teus 4 Daging Rp. 150.000/kg di Jayapura Rp. 125.000/kg di Jayapura Harga di Jawa Rp. 100.000/kg
SUBSIDI ANGGARAN TOL LAUT Total pagu subsidi Tol Laut TA. 2016 untuk 6 (enam) trayek adalah Rp 218.990.000.000.-
N Kode Trayek Commision Days/ Voyage Voyage/ Tahun Jumlah (Rupiah) o 1 T-1 28 10 40.668.163.920 2 T-2 28 9 51.874.769.187 3 T-3 28 10 24.064.232.082 4 T-4 28 9 54.605.831.070 5 T-5 28 9 27.115.638.795 6 T-6 21 14 20.661.364.946
EVALUASI PENYELENGGARAAN TOL LAUT Jenis muatan pada kapal-kapal Tol Laut tidak hanya terbatas pada Barang Pokok dan Barang Penting (sesuai Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting), namun diharapkan bisa dengan muatan untuk jenis barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat seperti sandang, pangan dan papan; Beberapa Kepala Daerah meminta agar komoditi kebutuhan pokok teramasuk Mie Instan dan Air Mineral Dalam Kemasan dapat diangkut menggunakan kapal Tol Laut, hal ini sedang dalam pembahasan oleh Kementerian Perdagangan sebagai pelaksana penyedia muatan, untuk memenuhi permintaan tersebut.
Rencana penambahan 3 (tiga) ruas jaringan trayek Tol Laut pada tahun 2017 yaitu Trayek T-7, T-8 dan T-9, sehingga trayek Tol Laut pada tahun anggaran 2017 akan menjadi 9 (sembilan) trayek, hal ini dilakukan untuk melayani wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh program Tol Laut; Perusahaan pelayaran swasta yang mengoperasikan kapal-kapal dengan trayek yang bersinggungan dengan trayek Tol Laut yang sudah ada, sedang dilakukan evaluasi terhadap dampak dan manfaat dari penyelenggaraan Tol Laut; Meningkatkan potensi-potensi dari daerah-daerah yang dilalui oleh kapal Tol Laut sebagai muatan balik, guna meningkatkan roda perekonomian dan kesejahteraan daerah tersebut.
PERMASALAHAN DAN SOLUSI DALAM PELAKSANAAN TOL LAUT NO
PERMASALAHAN
MUATAN BALIK BELUM DAPAT DIMANFAATKAN 1 SECARA MAKSIMAL
SOLUSI PEMERINTAH DAERAH HARUS MENGEMBANGKAN SENTRASENTRA INDUSTRI DI WILAYAHNYA
BEBERAPA PELABUHAN YANG DILAYANI TRAYEK TOL PENGADAAN ALAT BONGKAR MUAT DI PELABUHAN NON LAUT BELUM MEMILIKI ALAT BONGKAR MUAT KOMERSIAL 2 YANG MEMADAI, ANTARA LAIN DI PELABUHAN DOBO DAN TIMIKA
3
ARMADA KAPAL TOL LAUT SAAT INI KONDISINYA SUDAH RELATIF TUA
BEBERAPA KAPAL DAERAH MEMINTA AGAR KOMODITI KEBUTUHAN POKOK TERMASUK MIE 4 INSTAN DAN AIR MINERAL DALAM KEMASAN DAPAT DI ANGKUT MENGGUNAKAN KAPAL TOL LAUT
PENGADAAN PEMBANGUNAN KAPAL SEMI KONTAINER 100 TEUS SEBANYAK 15 UNIT DENGAN SKEMA MULTIYEARS SAMPAI DENGAN TAHUN 2017 AKAN DIUSULKAN KEPADA KEMENTRIAN PERDAGANGAN SEBAGAI PELAKSANA PENYEDIA MUATAN, UNTUK MEMENUHI PERMINTAAN TERSEBUT
LOKASI RENCANA PEMBANGUNAN/PENGEMBANGAN BANDARA TAHUN 2015-2019 KP. 430 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019
Sabang
Miangas
Rambele Teuku Cut Ali
Gayo Lues Long Bawan
Lasikin
Siau
Letung Long Ampung Tj. Balai Karimun
Tebelian
Lasondre
Tambelan
Kerinci Rokot
Maratua
Muara Teweh Data dawai Samarinda Baru
Morowali
Muko Muko
Moa
Werur
Buntu Kunik Namniwel Enggano Bawean
Kertajati
Koroway Batu
Sumenep
Kabir-Patar Atambua Kabir Rote
Keterangan: Rencana Pembangunan 15 Bandara Baru
Pengembangan 25 Bandara di daerah perbatasan dan rawan bencana Peningkatan Jumlah Rute pelayanan perintis dan subsidi untuk angkutan udara sebanyak 265 rute
Mopah Merauke
JARINGAN RUTE PENERBANGAN DALAM NEGERI
*Posisi 2016
KONSEP PENYELENGGARAAN TOL UDARA
WILAYAH (PULAU)
BANDARA HUB
BANDARA SEKUNDER
WILAYAH (PULAU)
BANDARA HUB
BANDARA SEKUNDER
KETERANGAN
KALIMANTAN
Supadio – Pontianak
Ketapang , Sampit, Samarinda
Papua
Wamena, Oksibil, Dekai , Tanah Merah
Diteruskan dengan rute perintis eksisting
Balikpapan
Palangkaraya, Long Apung, Long Bawan
Sentani , Mopah Merauke, Timika
Papua Barat
RendaniManokwari, DEO Sorong
Nabire
Dapat ditempuh dengan jalur darat
Konsep Pengembangan Tol Udara dengan melanjutkan titik tujuan dari Tol Laut menjadi titik antara menuju tujuan akhir angkutan barang khusus di Papua / Papua Barat dan Kalimantan dengan memastikan kapasitas landas pacu dapat melayani pesawat kargo/dengan menggunakan rute perintis eksisting.
29
PROFIL ANGGARAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 2015-2019 Estimase Kemampuan Pembiayaan Berdasarkan RPJMN 2015-2019
Kebutuhan Pembiayaan Infrastruktur Transportasi
1400
Investasi Swasta Murni
182
Gap Rp. 791 T
1200
Rp. 1,283 T (non-road)
1000 563 800
GAP Peningkatan Peran BUMN
600
91 30 169
400
PPP
71 101
278
200
Rp. 491 T (non-road)
232 55
0
KA
Perkotaan
ASDP
Laut
Udara
Darat
KA
Laut
Udara
BPSDM
Sumber : Naskah Teknokratik RPJMN 2015-2019
Info :
financial gap ini dipenuhi dari partisipasi Pemerintah Daerah, BUMN, dan Sektor Swasta
INVESTASI & PEMBIAYAAN Investasi transportasi tidak pernah dan tidak akan bisa ditanggung oleh pemerintah sendirian ………
INVESTASI TRANSPORTASI
APBN dan Pembelanjaan Sektor Publik
Kemitraan Pemerintah dan Swasta
Investasi Swasta Murni
*) Idealnya skema 1 diserahkan penuh kepada pihak swasta sepanjang sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan sesuai dengan konsesi, bahwa proyek tersebut dapat diserahkan kepada swasta. *) BUMN/BUMD mengerjakan skema 2 dan 3
Infrastruktur dasar, non-komersial, non cost-recovery, secara ekonomi sangat layak, secara finansial tidak layak, strategis secara nasional, akses kepada daerah tertinggal dan perdesaan, meningkatkan ekonomi nasional dan lokal dan merupakan kewajiban pemerintah (Public Service Obligation, PSO)
Infrastruktur dasar, komersial dan nonkomersial, potensi cost-recovery, secara ekonomi sangat layak, secara finansial layak atau kurang layak, dapat menjadi layak apabila ada dukungan pemerintah, strategis secara nasional, akses kepada daerah tertinggal dan perdesaan, meningkatkan ekonomi nasional dan lokal, mendukung logistik dan koridor ekonomi
Infrastruktur ekonomi yang komersial, full cost-recovery, secara ekonomi sangat layak, secara finansial juga layak, strategis secara nasional, akses kepada pelabuhan dan bandara internasional , meningkatkan ekonomi nasional dan lokal. Penyediaan infrastruktur khusus seperti Special Railways, Special Ports, dan Special Airports dapat menggunakan skema ini dengan sifat unsolicited dan tanpa tender.
*) Kontribusi Pemerintah = Dukungan Pemerintah, dapat dilakukan melalui : a) Pendanaan pembebasan lahan b) Pembiayaan sebagian konstruksi; c) Pemberian Viability Gap Fund (VGF)
Solicited
Program Pemerintah
Unsolicited
Inisiatif Swasta, Special Facilities
KPS Konvensional
Pemerintah melakukan persiapan
KPS Aliansi Strategis
Pemerintah & Swasta bersamasama sejak awal
Investasi Swasta Murni
Kerjasama Pemerintah Swasta
31
KERJASAMA PEMANFAATAN LOKASI PELABUHAN YANG SIAP DILAKUKAN KERJASAMA PEMANFAATAN (KSP) No
Badan Usaha Pelabuhan
Penyelenggara Pelabuhan
Lokasi
1
PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)
KSOP Gunung Sitoli
Gunung Sitoli
2
PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
KSOP Sintete
Kalimantan Barat
3
PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)
KSOP Badas
Sumbawa
4
PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)
KSOP Lembar
NTB
5
PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)
KSOP Bima
Bima
6
PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero)
KSOP Bungkutoko
Kendari
7
PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero)
KSOP Arar
Sorong
8
PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero)
KSOP Bitung
Bitung
9
PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero)
KSOP Manokwari
Manokwari
10
PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero)
KSOP Merauke
Jayapura
5 BANDARA YANG DIUSULKAN KERJASAMA PEMANFAATAN DENGAN BUMN 1. BANDARA SAMARINDA BARU – SAMARINDA 2. BANDARA HANANDJOEDIN – TANJUNG PANDAN 3. BANDARA KALIMARAU – BERAU 4. BANDARA RADIN INTEN II – LAMPUNG 5. BANDARA JUWATA - TARAKAN