Kondisi Batu Penyusun Candi Borobudur Sebelum Pemugaran II (1973 - 1983)
KONDISI BATU PENYUSUN CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II (1973-1983) Oleh : Subagjo R. Kepala Seksi Fotogrammetri Proyek Pemugaran Candi Borobudur
S
Sudah satu abad Th. van Erp memugar Candi
yang bekerja terus sebesar berat sendiri kali sin
Borobudur. Adalah hal yang sangat terpuji
kemiringan ke arah sesuai arah kemiringan.
sehingga saat ini kita masih memiliki candi yang
Adanya daerah-daerah yang relatif basah
sangat megah ini. Suatu bukti gambaran
dalam waktu yang lama, kondisi ini
tentang nilai budaya moyang kita saat itu.
menyebabkan kerusakan batu candi oleh faktor
Pepatah “tak ada gading yang tak retak”
biologi.
membuktikan usaha Th. van Erp ± 60 tahun
Hal lain yaitu coating/trass pelapis
kemudian. Candi Borobudur dihadapkan pada
berwarna kuning kecoklatan untuk membantu
masalah yang sangat serius karena elemen
pemotretan Kasian Cepas agar didapatkan hasil
bangunan yang sangat pokok berupa dinding-
foto-foto yang jelas/bebas dari noda, ternyata
dinding candi yang miring tidak dipugar.
berakibat fenomena pengelupasan pada
Kemiringan ini tentu saja akibat dari daya
permukaan batu terutama pada batu-batu yang
dukung tanah dasar yang melemah atau kata
berelief.
lain tidak kuat menahan beban di atasnya dan
Banyak faktor-faktor yang mengakibatkan
berdampak rusaknya batu-batu penyusun
rusaknya batu penyusun candi. Sebaiknya kita
candi, retak-pecah, rusaknya batu pengunci
bicarakan lebih dulu bahan apakah yang
seperti : purus, takikan, ekor burung dan lain-
digunakan sebagai penyusun Candi Borobudur.
lain. Dinding candi yang dibiarkan dalam kondisi
Blok batu. Batu yang digunakan adalah
miring, maka terjadi tekanan pada nat-nat batu
batuan vulkanik jenis andesit basalt yang
Kondisi Dinding Candi Borobudur sebelum pemugaran II, terlihat kemiringan dinding candi pada lorong 1 sisi barat
221
222
Kondisi Batu Penyusun Candi Borobudur Sebelum Pemugaran II (1973 - 1983)
banyak dijumpai di sungai-sungai di Jawa
memprihatinkan. Banyak dinding-dinding yang
Tengah, berupa blok-blok dengan ukuran rata-
miring sejumlah 159. Dengan kemiringan
rata ± (22 x 30 x 40 s/d 60) cm, volume
1°
ada
36
dinding
keseluruhan ± 55.000 m³, porositas 30 % s/d
2°
ada
54
dinding
50% , tekstur hyaloophytik dengan fenokris
3°
ada
26
dinding
lembut dari plagioklas jenis labradorit, pyrozene
4°
ada
9
dinding
dan mineral bijih ukuran rata-rata 1 mm, berada
5°
ada
15
dinding
dalam masa dasar mikrolit/kaca, kadang
6°
ada
2
dinding
dengan mikrolit feldspar dan mineral bijih.
7°
ada
4
dinding
Perbandingan mineral dan mikrolit anatar 60 %
8°
ada
5
dinding
dan 40%. Prosentase mineral sbb:
9°
ada
1
dinding
10° ada
1
dinding
Plagioklas (Labradorit) : 75 % Pyrozene
: 20%
Mineral bijih
: 5% *
* (DR. Sampurno, 1963)
Gapura-gapura banyak yang tidak lengkap. Blok-blok batu tersebar di halaman sekitar candi. Banyak pagar langkan yang tidak
Berat jenis
: 2.62 – 2.83
hilang sama sekali, atau pagar langkan yang
Kekerasan
: 5 – 7 Skala Mohs
tidak utuh lagi. Dari 482 arca buddha yang masih
Kadar air jenuh
: 8.63 % - 13.59 %
berada di Candi Borobudur, 258 arca tanpa
Permebilitas
: 0.6 – 12.7 Darcys
kepala, sedang yang disimpan cuma ada 54
Kuat tekan
: 66.5–207 Kg/cm² **
kepala budha (Soekmono, 1973).
** Laboratorium Fisik Balai Konservasi Peninggalan Borobudur
Suatu
pemandangan
yang
memprihatinkan, lumut dan jamur kerak hampir di seluruh tubuh candi, bahkan pada dinding-
Kelapukan nyata tidak tampak, tetapi pada batu-
dinding yang berelief. Permukaan batu
batu berelief adalah sangat porus rentan
berlubang-lubang, berisi koloni algae menyatu
terhadap gesekan maupun benturan.
dengan musci, kadang-kadang ada yang tertutup endapan putih ada yang keras dan ada
Kondisi Dinding Candi Borobudur sebelum pemugaran II, terlihat kemiringan & keretakan pada dinding lorong 1 sisi utara
Kerusakan tubuh candi. Kondisi candi
yang agak lunak, persis menyerupai bisul. Di
Borobudur pada tahun sebelum 1903 sangatlah
sela-sela blok batu bila ada debu/tanah sedikit
Kondisi Batu Penyusun Candi Borobudur Sebelum Pemugaran II (1973 - 1983)
saja, maka di situ akan tumbuh paku-pakuan/ pterydophyta. Meskipun pada saat itu sudah ada instansi pemerintah yang menangani Candi Borobudur ini, namun metode konservasi yang dilaksanakan masih sebatas pembersihan mekanis saja, yaitu dibersihkan daengan memakai solet bambu atau katu, sikat ijuk dan sapu lidi. Cara yang lain membersihkan batu dari mikroorganisme (algae, lichen dan musci) yaitu batu tersebut dipendam dalam tanah sementara waktu, selanjutnya batu dibersihkan dan diolesi dengan pasta yang terbuat dari tanah liat dan abu daun bambu. Dibiarkan beberapa hari kemudian dibersihkan dengan air (Yutono et al, 1972). Borobudur sebagai bangunan yang massif/utuh dan besar, di mana tiap dinding lorong dibebani pagar langkan yang berat, terdiri atas relung-relung yang berisi patung budha dan dihiasi stupa-stupa kecil ini berdiri di atas tanah urugan yang bukan asli tanah bukit. Selama ± 1100 tahun tanah urug yang digunakan tentu saja perubahan kekuatan daya dukungnya sudah melemah. Gempa bumi meyebabkan deformasi struktural maupun konstruksional. Curah hujan yanhg menembus tubuh candi berlanjut ke tanah dasar yang ada tanah urugnya dan keluar lewat celah-celah antar blok batu dan retakan-retakan. Dengan
Tabel pengukuran kemiringan Candi Borobudur
223
224
Kondisi Batu Penyusun Candi Borobudur Sebelum Pemugaran II (1973 - 1983)
demikian proses penggelinciran bangunan telah berjalan, dinding lorong melesak dan
Kerusakan oleh faktor biologi yang jelas
miring kemudian pagar langkan runtuh. Kondisi
terlihat hanya dengan mata telanjang adalah
ini menyebabkan tekanan yang besar pada
bisul batu. Bisul ini berupa benjolan pada
struktur dinding di bawahnya dan kelabilan
permukaan batu. Pinggir benjolan berwarna
struktur dinding dan lantai di atasnya.
hijau karena ada algae/ganggang yang tumbuh
Cuaca tropika dan kondisi batu yang
di tengahnya berwarna putih terdiri dari kapur
lembab menyebabkan lingkungan yang ideal
bercampur dengan silika debu hasil leaching
untuk pertumbuhan jamur kerak/lichen,
dari lapisan trass berwarna kuning. Apabila bisul
ganggang/algae, lumut/musc, bahkan tumbuh-
ini terkupas akan meninggalkan bekas sebagai
tumbuhan dengan derajat yang lebih tinggi. Hal
cekungan berdiameter 0.5 – 1.5 cm. Jelas hal ini
ini tidak hanya mengotori aestetika relief dan
merupakan ancaman yang serius, terutama
ukiran tetapi besar kemungkinan menjadi
apabila bisul-bisul ini berada pada batu yang
penyebab atau memacu korosi dan disintregasi
berelief.
dari batu penyusun Candi Borobudur (C. Voute, 1969).
Hasil rekaman algae rambut dengan menggunakan Scanning Electron Microscope dengan perbesaran 100 x
Hasil rekaman akar lumut dengan menggunakan Scanning Electron Microscope dengan perbesaran 75 x
menjadi pengelupasan permukaan batu.
Lewat analisa laboratorium yang berupa alagae adalah: Glococapsa, Gloeotecha,
Cuaca tropika yang panas memungkinkan
Enthophysalis, Pleurococus, Scytonema,
proses evaporasi/penguapan air hujan keluar
Aphanotheca, Anacystis, Syneokocytis,
menembus batu luar memuat unsur-unsur batu
Gongrosira, Trenthopolia, Schyzothrix,
dalam bentuk ion Ca⁺ dan Si⁺⁺ terendapkan di
Cosmarium dan bermacam-macam Diatomae.
permukaan batu bereaksi dengan
Hampir semua bisul batu mengandung
karbondioksida dari udara membentuk
Protonema dari musci/lumut.
endapan garam berwarna putih yang keras.
Biologi lain yang sangat mengganggu
Apabila butir-butir endapan putih ini terlarutkan
aestetika adalah jamur kerak (lichens). Tipe
oleh hujan, maka akan terbentuk lapisan putih.
yang ada adalah: Crustaceous Lichens dengan
Perbedaan suhu udara antar siang dan malam
specimen yang ada, Labora Palmonia,
menyebabkan perbedaan pemuaian dan
Placynthiumningrum, Endocarpon Fusitum,
penyusutan antar lapisan asli batuan dan
Bacidia Rosella, Bistoria Immersa, Verrucaria
lapisan yang ada endapan garam, maka
Rupestris, Ephebe Pubesceuss, Peltigers
terjadilah retakan-retakan kecil yang berakhir
Malacea dan Septrotrema Pseudo Feremulka.
Kondisi Batu Penyusun Candi Borobudur Sebelum Pemugaran II (1973 - 1983)
Berwarna empat macam yaitu coklat, abu-abu,
Minutum.
hijau dan putih. Lichen ini selain mengganggu
- Familia Crococeae : Cloeocapsa Puntata,
penampilan juga punya daya rusak terhadap
C. Magma, Aphanothece Castagnei, A.
batu candi. Dalam hidupnya lichen ini
Pallida, Cynechocytis Aquatilis.
mengeluarkan cairan pembuangan yang bersifat sangat asam/pH rendah yang
Anggota algae yang sedikit ditemukan adalah
menyebabkan reaksi biokimia dengan akibat
Chlorophyta.
korosi/pengeroposan permukaan batu. Biologi tingkat
rendah
yang
lain
Pteridophyta dan Spermatophyta tumbuh
adalah
terbatas hanya pada tempat-tempat yang ada
ganggang/algae berwarna hitam, hijau, hijau
tanahnya. Maka tidak berefek negatif pada batu-
kebiruan dan kuning. Pertumbuhan algae
batu candi. Terdeteminasi sebagai berikut:
dipacu oleh kelembapan yang tinggi dari batu
Licododium Spp, Pityrogramma Spp,
candi. Dikarenakan banyak sekali lokasi di tubuh
Neprolepsis Spp, Opniglossum Spp.
candi yang selalu basah, berupa rembesan air
Jenis Spermathophyta yang ada: Piperomia Sp
atau rembesan yang selalu menetes bahkan
dan Euphorbia Sp.
pada saat hujan deras ada dinding candi yang
Pada tempat-tempat yang lembab:
seperti pancuran. Yang paling dominan adalah
Briophyta (Musci dan Hepaticeae) tumbuh
algae hijau kebiru-biruan dalam bahasa latin
dengan subur pada batu yang sedikit terlapisi
disebut Cyanophyta. Ada banyak keluarga dari
clay/tanah liat. Briophyta
Cyanophyta ini diantaranya:
negatif pada batu candi, hanya mengotori
ini tidak berefek
pandangan saja. Jenis Briophyta yang - Familia Nostocaceae
: Nostoc Calciola,
terderminasi yaitu: Haplozia Javanica yang
Nostoc Microcopium, Nostoc Toliputrix
tumbuh pada bagian bawah relief yang selalu
Campylonemoides, Aulosira Fertilismma,
basah.
Scytonema Yulianum, Scytonema Mirabile dan Scytonema Spe.
Jenis musci yang terdeterminasi: Hyalophyta Inouluta, Acngstroemia Orientalis,
- Fa m i l i a E n t h o p h y s a l i d e a e : H e t e r o
Brium Corronatum, Eltropothesium
Hormogonium Spp, Enthophycalis Spp.
Monumentum dan Barbula Javanica. Barbula
- Familia Stigonemataceae : Stogonema Homodides dan Stogonema
Javanica sering dijumpai berassosiasi dengan algae (Nostoc Minucisimma dan Anabena
Hasil rekaman garam dengan menggunakan Scanning Electron Microscope dengan perbesaran 200 x
225
226
Kondisi Batu Penyusun Candi Borobudur Sebelum Pemugaran II (1973 - 1983)
Anomala). Pada retakan yang berisi tanah dan celahcelah yang berair didapati Bacillariophytaceae
Jenis Kerusakan Lantai melesak, dinding miring
Penyebab Gempa bumi, kantong air pada tanah dasar candi
Batu pecah/retak
Gampa bumi, struktur dinding mengalami deformasi Bisul berisi pertumbuhan musci dan algae
(Diatums) dengan species-species berikut: Pinnularia Leptosoma, P. Interupta, P. Mepsoleta, P. Intermedia, P. Borrealis, P. Hemiotera, Coloneis
Batu berlobang
Penggaraman
Amplitudu panas-dingin, evaporasi
Batu porous
Air hujan
Batu terkikis
Algae, lichen dan music
Permukaan batu retak kecil- mengelupas
Cuaca, penggaraman, lapisan occer
Baccilum, Navicula Minima, N. Breakaensis, N. Mutica, Cymbella Ventricosa, Nitzia Amphibia, N. De nt i c ul l a, N . F r us t ul um , A c h anaut e s Lanceolata. Kondisi berelief dinding adalah sangat ideal untuk perkembangan Baccilariophceae ini. Kolom berikut adalah resume kerusakan batu-batu Candi Borobudur dan faktor penyebabnya.
Relief Gandawyuha yang mengalami kerusakan akibat terjadi penggaraman
Analisa Daya dukung tanah dasar tidak kuat menahan beban di atasnya Adanya gaya/te kanan pada nat -nat batu yang berkelanjutan Aktifitas biokimiawi dari algae dan mus ci dalam bisul Ion ca ⁺ dan Si ⁺ yang mudah lepas, bereaksi dengan karbo dioksida dari udara Pelarutan sebagian mineral penyusun batu Lingkungan hidup musci dan lichen ber pH rendah/asam Pemuaian/penyusutan antara bagian batu yang terlapisi garam -garam dan yang asli tidak sama besar atau kata lain ada tegangan partikel yang tidak sama besar.
Kondisi Batu Penyusun Candi Borobudur Sebelum Pemugaran II (1973 - 1983)
Demikianlah gambaran tentang kondisi
BIODATA PENULIS
batu penyusun Candi Borobudur era sebelum pemugaran II (1973-1983). Maka demi eksistensi Candi Borobudur sepanjang masa diperlukan “penanganan” terhadap kerusakankerusakan yang terjadi. DAFTAR PUSTAKA Sampurno, DR. 1973. Pelita Borobudur, Laporan Kegiatan Proyek Restorasi Candi Borobudur serie B. No. 1. Jakarta : Proyek PELITA Restorasi Candi Borobudur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Subagjo R., lahir di Yogyakarta pada tanggal 19 Februari 1949. Menamatkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA 1 Yogyakarta pada tahun 1967. Pada tahun 1971-1973 mengikuti program up-grading Teknisi Menengah pada Proyek Pemugaran Candi Borobudur. Menjabat sebagai Kepala Seksi Photogrammetry pada Proyek Pemugaran Candi Borobudur pada tahun 1971-1983 dan mendapatkan tugas belajar yang dilaksanakan pada 1975-1976 di IGN Saint Mande, Perancis di bidang Terrestrial Photogrammetry. Pada tahun 1983-1991 terlibat dalam Proyek Konservasi Candi Borobudur dan mulai tahun 1991 ditunjuk menjadi staf di Balai Studi dan Konservasi Borobudur sampai pensiun pada tahun 2004.
Soekmono. 1973. Pelita Borobudur, Laporan Kegiatan Proyek Restorasi Candi Borobudur serie A. No. 6. Jakarta : Proyek PELITA Restorasi Candi Borobudur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Yutono, Sri Hartati. 1973. Pelita Borobudur Serie B. No. 2, Laporan Kegiatan Proyek Restorasi Candi Borobudur. Jakarta : P r o y e k P E L I TA R e s t o r a s i C a n d i Borobudur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. .
Denah Candi Borobudur
227
228
Kondisi Batu Penyusun Candi Borobudur Sebelum Pemugaran II (1973 - 1983)
Kondisi Batu Penyusun Candi Borobudur Sebelum Pemugaran II (1973 - 1983)
229
230
Kondisi Batu Penyusun Candi Borobudur Sebelum Pemugaran II (1973 - 1983)
Kondisi Batu Penyusun Candi Borobudur Sebelum Pemugaran II (1973 - 1983)
231