Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, 50196. Telp: 024-6714044
Kepada Yth -Kepala Dinas Tata Kota dan Permukiman (DTKP) Semarang -Pimpinan dan anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Semarang di tempat Perihal: Pendaftaran cagar budaya, permohonan kajian cagar budaya, pelindungan, dan pengamanan terhadap bangunan kuno di Pasar Peterongan yang diduga cagar budaya. Dengan hormat, Bersama surat ini, kami para pecinta sejarah dan cagar budaya yang tergabung dalam Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang, dengan ini mendaftarkan dan memohonkan dilakukannya kajian cagar budaya terhadap bangunan kuno di Pasar Peterongan yang keberadaannya terancam dibongkar sebagai akibat adanya rencana proyek revitalisasi total yang akan mulai dilakukan pada April 2015. Sebagai informasi, bangunan kuno Pasar Peterongan yang hampir menyatu dengan Punden Mbah Gosang dan pohon asam yang memiliki arti khusus bagi pedagang serta masyarakat Semarang, sejauh ini belum ditetapkan sebagai cagar budaya juga tidak masuk dalam Senarai Inventarisasi dan Dokumentasi Bangunan dan Kawasan Pusaka Kota Semarang (Bappeda Kota Semarang, 2006). Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pendaftaran dan permohonan kajian cagar budaya ini merupakan tindak lanjut atas temuan bangunan kuno tersebut. Kasus seperti itu sebelumnya pernah menimpa bangunan peninggalan sejarah Gedung Sarekat Islam (SI) di Jl Gendong Selatan 1144 Semarang. Setelah dilaporkan dan dilakukan kajian cagar budaya oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng dan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) pada Dinas Tata Kota dan Permukiman (DTKP) Kota Semarang, bangunan kuno Gedung SI terbukti memenuhi syarat sebagai bangunan cagar budaya, dan sekarang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya melalui Keputusan Wali Kota Semarang No 640/184/14 tanggal 27 Februari 2014. Mengambil contoh kasus ini, mohon agar Pemerintah Kota Semarang (Dinas Pasar dll) tidak buru-buru menyimpulkan bangunan kuno Pasar Peterongan bukan cagar budaya. Mohon supaya pengalaman pembongkaran Pasar Bulu sebelum ada putusan finak kajian cagar budaya tahun 2012 silam tidak terlulang lagi. Berkenaan itu, mohon laporan kami perihal dugaan cagar budaya bangunan kuno Pasar Peterongan ini dapat diterima dan untuk selanjutnya mohon supaya ditindaklanjuti dengan kajian/penelitian cagar budaya, serta langkah-langkah pelindungan dan pengamanan dst sebagaimana prosedur yang diatur dalam UU Cagar Budaya No 11/2010, PP No 10/2993 tentang Pelaksanaan UU Benda Cagar Budaya No 5/1992, Pasal 83 UU Bangunan Gedung No 28/2002, Pasal 83 s/d Pasal 89 PP No 36/2005 tentang Pelaksanaan UU Bangunan Gedung No 28/2003, Pasal 149 s/d Pasal 157 Perda Kota Semarang No 9/2005 tentang
Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, 50196. Telp: 024-6714044
Bangunan Gedung, serta peraturan perundang-undangan lain terkait pelindungan dan pelestarian benda, bangunan, dan situs cagar budaya. Mendasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: a. Pasal 26 ayat 1 UU Cagar Budaya No 11/2010 yang menyatakan: “Pemerintah berkewajiban melakukan pencarian benda, bangunan, struktur, dan/atau lokasi yang diduga sebagai cagar budaya.” b. Pasal 23 UU Cagar Budaya No 11/2010 yang menyatakan: “Setiap orang yang menemukan benda yang diduga benda cagar budaya, bangunan yang diduga bangunan cagar budaya, struktur yang diduga struktur cagar budaya, dan/atau lokasi yang diduga situs cagar budaya, wajib melaporkannya kepada instansi yang berwenang di bidang kebudayaan, Kepolisian Republik Indonesia, dan/atau instansi terkait...” c. Pasal 28 UU Cagar Budaya No 11/2010 yang menyatakan: “Pemerintah kabupaten/kota bekerja sama dengan setiap orang dalam melakukan pendaftaran” d. Pasal 84 ayat (2) PP No 36/2005 tentang Pelaksanaan UU Bangunan Gedung No 28/2002 yang menyatakan: “Pemilik, masyarakat, pemerintah daerah dan/atau Pemerintah dapat mengusulkan bangunan gedung dan lingkungannya yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk dilindungi dan dilestarikan” e. Adapun Pasal 84 ayat (1) PP No 36/2005 tentang Pelaksanaan UU Bangunan Gedung No 28/2002 tersebut menyatakan: “Bangunan gedung dan lingkungannya sebagai benda cagar budaya yang dilindungi dan dilestarikan merupakan bangunan gedung berumur paling sedikit 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya sekurangkurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan termasuk nilai arsitektur dan teknologinya” maka sebenarnya menjadi kewajiban Pemerintah Kota Semarang yang berkompeten dalam proyek revitalisasi Pasar Peterongan (Dinas Pasar, Bappeda, dll) supaya mendaftarkan dan memohonkan terlebih dahulu kajian dugaan cagar budaya kepada TACB Kota Semarang dan/atau Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng, terkait keberadaan bangunan kuno di Pasar Peterongan, kaitannya rencana revitalisasi Pasar Peterongan tersebut. Namun yang kami amati dari pernyataan-pernyataan pejabat yang berwenang di Dinas Pasar kepada pers selama beberapa hari (terlampir), dinyatakan bahwa bangunan-bangunan Pasar Peterongan tidak ada yang bernilai cagar budaya dan mulai April 2015 akan dilakukan pembongkaran seluruhnya. Hal ini jelas mengancam keberadaan bangunan kuno Pasar Peterongan, Punden Mbah Gosang dan pohon asem jawa yang merupakan kearifan lokal di pasar itu. Sebagai catatan, Punden Mbah Gosang dan pohon asam jawa tersebut memiliki arti khusus bagi pedagang masyarakat Semarang secara luas, yang bila dikaitkan dengan Pasal 11 dan Pasal 36 UU Cagar Budaya No 11/2010, pun patut diduga dapat diusulkan sebagai cagar budaya, sebagaimana ketentuan dalam dua pasal tersebut. Sebagai gambaran, maka kami lampirkan pemberitaan media massa mengenai arti khusus pada Punden Mbah Gosang dan pohon asam jawa yang menyatu dengan bangunan kuno di Pasar Peterongan tersebut.
Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, 50196. Telp: 024-6714044
Oleh sebab itu, mendasarkan ketentuan berikut: a. Pasal 29 ayat (2) UU Cagar Budaya No 11/2010 yang menyatakan: “Setiap orang dapat berpartisipasi dalam melakukan pendaftaran terhadap benda, bangunan, struktur dan lokasi yang diduga sebagai cagar budaya meskipun tidak memiliki atau menguasainya” b. Pasal 56 UU Cagar Budaya No 11/2010 yang menyatakan: “Setiap orang dapat berperan serta dalam melakukan pelindungan cagar budaya” c. Pasal 63 UU Cagar Budaya No 11/2010 yang menyatakan: “Masyarakat dapat berperan serta melakukan pengamanan cagar budaya” maka kami dari Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang berinisiatif mendaftarkan bangunan kuno Pasar Peterongan yang diduga cagar budaya dimaksud kepada TACB Kota Semarang Cc BPCB Jateng. Dari konsultasi kami dengan Kepala Seksi Pelindungan, Pemeliharaan, dan Pemanfaatan BPCB Jateng Gutomo, dinyatakan bahwa terhadap bangunan kuno di Pasar Peterongan tersebut walau statusnya baru dugaan dan belum terdaftar atau belum ditetapkan cagar budaya, namun sudah patut diduga cagar budaya dan oleh sebab itu tidak dapat begitu saja dibongkar kaitannya revitalisasi Pasar Peterongan, sebelum ada kajian, kesimpulan dan putusan atas kajian dimaksud dari Tim Ahli Cagar Budaya Kota Semarang. Menurut Gutomo, justru terhadap bangunan kuno yang masih diduga cagar budaya tersebut sewajibnya didaftarkan ke instansi yang berwenang di bidang kebudayaan atau Polri, supaya selanjutnya dilakukan kajian cagar budaya. Adapun selama proses kajian, dijelaskan Gutomo, bangunan kuno tersebut secara hukum diperlakukan selayaknya cagar budaya sebagaimana ketentuan Pasal 31 ayat 5 UU Cagar Budaya No 11/2010 jo Pasal 14 PP No 10/1993 tentang Pelaksanaan UU BCB No 5/1992. Dalam hal bangunan kuno yang masih diduga cagar budaya itu dipelakukan selayaknya cagar budaya, penerapan sanksi-sanksi pidananya sebagaimana diatur dalam Pasal 101 s/d Pasal 115 UU Cagar Budaya No 11/2010 pun dapat diterapkan bila terdapat pelanggaran. Bahwa adanya kerusakan (pada lantai dan sebagian kecil pada atap, atau gangguan listrik), atau kekhawatiran akan ada pedagang yang iri bila bangunan kuno dipertahankan tetapi lainnya dirobohkan dan diganti bangunan gedung baru, bukanlah alasan yang dapat dipakai untuk merobohkan bangunan kuno yang patut diduga cagar budaya tersebut. Justru ketika ada kerusakan-kerusakan, menjadi kewajiban pemerintah daerah untuk memugar dan merawat bangunan kuno tersebut. Dari konsultasi kami dengan sejarawan Undip Dr Dewi Yuliati, diketahui sudah ada studi mahasiswa Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Undip untuk kepentingan skripsi, yang isinya mengkaji mengenai banguunan kuno Pasar Peterongan. Studi tersebut antara lain menyangkut sejarah bangunan, sejarah teknologi konstruksi bangunan, ilmu pengetahuan tentang teknologi konstruksi bangunan, nilai budayanya, fungsi sosial, ekonomi, dan lainlainnya, termasuk arti khusus Punden Mbah Gosang serta pohon asem. Mendasarkan temuantemuan yang sementara ada, bangunan kuno di Pasar Peterongan itu memang patut diduga
Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, 50196. Telp: 024-6714044
cagar budaya memenuhi syarat kriteria-kriteria yang diatur dalam Pasal 5 UU Cagar Budaya No 11/2010. Adapun ketentuan kriteria cagar budaya dalam Pasal 5 UU Cagar Budaya No 11/2010 adalah sebagai berikut: a. Berusia 50 tahun atau lebih. Bangunan kuno di Pasar Peterongan tersebut menurut sejarawan Undip Dr Dewi Yuliati dibangun pada tahun 1916, berarti sudah berusia 98 tahun. Kriteria pertama berarti terpenuhi. b. Mewakili masa gaya berusia paling singkat 50 tahun atau lebih. Bila melihat gaya bangunan kuno Pasar Peterongan tersebut, gaya bangunannya adalah mirip stasiun kereta api yang merupakan gaya bangunan era itu, lengkap dengan pemecahan sirkulasi udara pada atap. Konstruksi ini menyesuaikan iklim hawa panas di Semarang. Corak bangunan ini memperhatikan masuknya sinar matahari tetap masuk ke dalam pasar. adGaya bangunan ini antara lain dapat dilihat pada bangunan cagar budaya Gedung Sarekat Islam di Jl Gendong Selatan 1144 Semarang (tentu saja bahan-bahan dan lainnya jauh lebih megah dan teknologinya canggih dibanding bangunan pribumi Gedung SI) dan Stasiun Kereta Api Pekalongan. Dengan demikian kriteria kedua telah terpehuni. c. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan. Menyangkut kriteria ini, telah ada studi dari mahasiswa Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Undip. TACB dapat bekerja sama dengan Jurusan Sejarah FIB Undip untuk dapat mendapati studi mahasiswa tersebut, sebab arsip skripsi tersebut tidak boleh dibawa keluar, juga tidak dapat di-copy. Dengan demikian, kriteria ketiga telah terpenuhi. d. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa. Kriteria ini sifatnya sangat relatif. Penilaian terhadap kriteria ini dapat mengacu pada tiga bangunan pasar cagar budaya di Kota Semarang: Pasar Johar, Pasar Jatingaleh, dan Pasar Randusari. Mengacu PP No 36/2005 tentang Pelaksanaan UU Bangunan Gedung No 28/2002, penentuan bangunan cagar budaya dapat mendasarkan pada tiga kriteria dalam Pasal 5 UU Cagar Budaya No 11/2010. Pasal 84 ayat (1) PP No 36/2005 tentang Pelaksanaan UU Bangunan Gedung No 28/2002 menyebutkan kriteria-kriteria itu sebagai berikut: “Bangunan gedung dan lingkungannya sebagai benda cagar budaya yang dilindungi dan dilestarikan merupakan bangunan gedung berumur paling sedikit 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan termasuk nilai arsitektur dan teknologinya.” Bunyi Pasal 84 ayat (1) PP No 36/3005 ini juga telah diamini dalam Perda Kota Semarang No 5/2009 tentang Bangunan Gedung pada Pasal 150. Dengan demikian, seluruh kriteria dalam syarat penentuan bangunan cagar budaya yang diatur dalam Pasal 5 UU Cagar Budaya No 11/2010, Pasal 1 PP No 10/1993 tentang Pelaksanaan UU Benda Cagar Budaya (BCB) No 5/1992, Pasal 84 ayat (1) PP No 36/2005
Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, 50196. Telp: 024-6714044
tentang Pelaksanaan UU Bangunan Gedung No 28/2002, dan Pasal 150 Perda Kota Semarang No 5/2009 tentang Bangunan Gedung, telah dipenuhi oleh bangunan kuno Pasar Peterongan. Penerapan PP No 10/1993 tentang Pelaksanaan UU BCB No 5/1992 ini dapat dilakukan sebab sampai sekarang PP Pelaksanaan UU Cagar Budaya No 11/2010 belum terbit dan mengacu Ketentuan Penutup UU CB No 11/2010 dinyatakan peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari UU BCB No 5/1992 dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan UU CB No 11/2010. Mendasarkan dan mempertimbangkan hal-hal tersebut, kami para pecinta sejarah dan cagar budaya yang tergabung dalam Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang, memohon agar:
Tim Ahli Cagar Budaya pada Dinas Tata Kota dan Permukiman (DTKP) Kota Semarang bekerja sama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng melakukan kajian cagar budaya terhadap bangunan kuno Pasar Peterongan. TACB pada DTKP Kota Semarang bekerja sama dengan BPCB Jateng melakukan kajian cagar budaya terhadap Pundem Mbah Gosang dan pohon asam yang menyatu dengan bangunan kuno Pasar Peterongan berdasarkan Pasal 11 dan Pasal 36 UU Cagar Budaya No 11/2010. Wali kota Semarang melakukan langkah-langkah pengamanan dan pelindungan cagar budaya terhadap bangunan kuno Pasar Peterongan, Punden Mbah Gosang, dan pohon asam, mengacu pada ketentuan hukum pelestarian cagar budaya yang berlaku. Dinas Pasar Kota Semarang dan dinas/badan terkait tidak melakukan pembongkaran terhadap bangunan kuno Pasar Peterongan sampai keputusan final TACB, mengingat mengacu Pasal 31 ayat 5 UU Cagar Budaya No 11/2010 dinyatakan: “Selama proses kajian benda, bangunan, struktur, dan lokasi hasil penemuan yang didaftarkan, dilindungi dan diperlakukan sebagai cagar budaya.” Dengan demikian, pembongkaran hanya dapat dilakukan jika dan hanya jika sudah ada keputusan resmi dari TACB yang menyatakan bangunan kuno tersebut bukan cagar budaya. Apabila ternyata mengacu kajian TACB dinyatakan memenuhi syarat cagar budaya, maka TACB wajib memberi rekomendasi kepada wali kota supaya wali kota Semarang membuat penetapan cagar budaya. Mengacu Pasal 33 UU CB No 11/2010, wali kota Semarang punya waktu 30 hari untuk menetapkan terhitung sejak rekomendasi TACB tersebut diterimanya. Pemerintah Kota Semarang mengantisipasi proses kajian cagar budaya dan proses berikutnya akan berjalan dalam waktu yang relatif lama. TACB Kota Semarang dan/atau BPCB Jateng memberi masukan kepada wali kota Semarang, Dinas Pasar dan dinas/badan terkait lainnya, dan para pemangku kepentingan lainnya, agar mempertimbangkan kemungkinan dilakukannya desain ulang revitalisasi Pasar Peterongan, yang desain tersebut berwawasan cagar budaya, artinya desain revitalisasi yang tetap mempertahankan serta melestarikan bangunan kuno, Punden Mbah Gosang, dan pohon asem jawa di Pasar Peterongan tersebut.
Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, 50196. Telp: 024-6714044
Demikian permohonan ini kami sampaikan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Semarang, 12 November 2014
Pemohon, Komunitas Pegiat Sejarah Semarang
Rukardi Achmadi
Yunantyo Adi
(Koordinator)
(Sekretaris)
Tembusan: -Wali Kota Semarang -Asisten Administrasi Perekonomian, Pembangunan, dan Kesra Kota Semarang -Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng -Pimpinan dan anggota Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG) Kota Semarang -Kepala Dinas Pasar Kota Semarang -Kepala Bappeda Kota Semarang -Ketua Dewan Pertimbangan Pembangunan Kota (DP2K) Semarang -Pedagang Pasar Peterongan -Pihak terkait -Arsip