“KOMUNIKASI TAWAR-MENAWAR DALAM PERDAGANGAN” (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF POLA KOMUNIKASI TAWARMENAWAR PADA PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR KLEWER SURAKARTA)
Disusun Oleh :
SENDY DEKA SAPUTRA D1211073
JURNAL Diajukan Guna Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014
POLA KOMUNIKASI TAWAR-MENAWAR DALAM PERDAGANAN (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Tawar-Menawar pada Penjual dan Pembeli di Pasar Klewer Surakarta) Sendy Deka Saputra Nuryanto Sofiah Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract Klewer market is one of the traditional markets that exhibit characteristics typical of Indonesian market that public interaction is established by the seller and buyer through bargaining process. This bargaining process moment that attracts attention to explain more about the style, manner, tactics, techniques between seller and buyer in obtaining or fulfilling his wish. The market became a place of thousands people are in an economic center of interaction with bargaining as the dominant thing done. The purpose of this study was to describe the communication pattern of bargaining that occurs in Klewer Market. This research is a qualitative descriptive study used the method of in-depth interview. This study used purposive sampling technique taking into account the most representative respondents and qualified to serve as sources of research. This study identifies the use of language: verbal and non-verbal messages that appear during the bargaining process, and the response messages of substance winning products and the bargaining strategies of other conversations and jokes. . It is also described the agreement factors: price, market conditions, the presence of the owner, barriers and how rejection. Communication patterns that occur in Klewer market generally begins with the persuasion of communication from the seller to the buyer. When a buyer is interested, there will be a feedback from the buyer's then interpersonal communication will run. If both parties do not reach an agreement or there are barriers in communication that occurs, then the deal could lead to failure. Keyword: Pattern of Communication, Market, Bargaining
1
Pendahuluan Pasar adalah sendi kehidupan dalam bermasyarakat terlebih lagi bagi negara berkembang seperti Indonesia. Sebagai salah satu pusat interaksi kehidupan bermasyarakat, pasar sudah menyatu dan memilki porsi penting dalam ruang lingkup perputaran ekonomi. Nilai-nilai yang terdapat pada pasar tradsional menjadikan pasar tradisional masih mampu bersaing dengan pasar modern seperti supermarket. Interaksi sosial yang terjalin antara pembeli dan penjual menjadi nilai positif pasar tradisional. Hubungan antara keduanya bahkan bisa berlanjut di luar lingkup perdagangan. Sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli pasar tidak hanya berkutat dalam satu arti sempit tersebut tapi bisa juga menjadi potret luas wujud interaksi sosial dan representasi nilai-nilai tradisional dan terhubung dengan nilai silaturahmi diantara keduanya. Di bagian inilah pasar tradisional mengkukuhkan eksistensinya.. Eksistensi pasar tradisional akan tetap terjaga apabila individu di lingkungan tersebut menjaga situasi tetap aman, nyaman dan tidak melepaskan ciri pasar tradisional yang sudah terbentuk sejak lama. Perputaran uang di Pasar Klewer pun sangat besar mencapai 7 sampai 12 miliar tiap harinya dan meningkat 0,9 hingga 1 persen setiap tahunnya (Sunaryo, Arie. http//www.merdeka.com: 3 Oktober 2012). Hal ini jelas menjadikan Pasar Klewer sebagai pusat perbelanjaan terbesar di Kota Surakarta. Pasar Klewer sebagai market leader di Kota Surakarta masih mempraktikkan cara tradisionalnya dalam perdagangan, proses perdaganganya tidak pernah lepas dari proses tawarmenawar. Pasar Klewer akan kehilangan ciri khasnya apabila tawar- menawar lenyap dari proses perdagangan. Maka istilah Jawa yaitu “pasar ilang kumandange” yang berarti “pasar hilang gaungnya” tak terelakkan jika tawarmenawar benar-benar berganti dengan pelabelan harga tanpa interaksi di dalamnya. Keriuhan proses tawar-menawar ditambah dengan keramahan khas penduduk Surakarta menjadi karateristik tersendiri bagi Pasar Klewer. Ciri khas inilah yang membuat Pasar Klewer tidak kehilangan pelanggan dan memiliki
2
pelanggan yang loyal serta Pasar Klewer akan tetap memberi “gaung”-nya di era modern sekarang ini. Keriuhan tawar-menawar di Pasar Klewer ini terus menjadi ciri dan karakter pasar ini. Pengunjung yang kemudian tertarik untuk membeli bahkan harus mencoba keahlian tawar-menawar yang dimiliki. Di pasar ini tawar-menawar sudah menjadi suatu keahlian yang memang dibutuhkan agar mendapatkan harga miring. Tawar-menawar adalah suatu proses tradisional dalam sistem jual-beli pada sebuah pasar dalam mekanisme perdagangan. Pasar menjadi tempat yang sangat strategis dalam praktik jual-beli dengan tawar-menawar, tentunya yang dimaksud adalah pasar tradisional. Proses jual-beli yang sedang terjadi (jika pengunjung berminat) pastilah akan masuk pada tahap tawar-menawar. Tentu pada tahap ini ada keunikan-keunikan tertentu yang melibatkan komunikasi verbal dan nonverbal di setiap prosesnya. Tawar-menawar
menjadi
sebuah
keharusan
dalam
dimensi
mikro
perdagangan Indonesia saat ini. Orang-orang dengan berbagai latar belakang budaya manapun pasti melakukan tawar-menawar ketika melakukan transaksi jual-beli. Apalagi Pasar Klewer yang menjadi pusat kegiatan ekonomi dan pariwisata. Pembeli bisa datang dari mana saja dengan ragam budaya, status sosial dan latar belakang yang berbeda serta kepentingan yang berbeda pula Tawar-menawar banyak diartikan oleh kalangan masyarakat sebagai “seni”. Pentahbisan tawar-menawar sebagai “seni” ini dapat diartikan tawarmenawar sebagai hal yang menarik, memerlukan keahlian tertentu, pengolahan kata yang tepat dan interaksi yang dibangun penjual dan pembeli, inilah yang hilang di pasar modern. Oleh karena itu Pasar Klewer menjadi tempat yang tepat dalam mencoba kelihaian tawar-menawar bahkan menjadi tempat wajib untuk menawar jika akan membeli batik di pasar ini. Momen tawar-menawar inilah yang menjadi menarik perhatian untuk dijelaskan lebih lanjut tentang gaya, cara, taktik, teknik penjual dan pembeli dalam memperoleh atau memenuhi keinginannya. Terdapat ribuan orang berada dalam suatu pusat ekonomi melakukan interaksi dengan tawar-menawar sebagai hal yang dominan dilakukan.
3
Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini bahwa tawar-menawar menjadi unsur penting dalam suatu perdagangan tradisional di pasar. Bagi peneliti, tawar-menawar adalah bagian dari komunikasi antarpribadiyang dapat menjelaskan maksud serta tujuan penjual dan pembeli untuk mencapai harga yang menguntungkan masing-masing pihak. Adapun pemilihan Pasar Klewer di Kota Surakarta adalah karena peneliti mengindikasikan bahwa pasar tersebut adalah pasar tradisional teramai di Kota Surakarta dengan pengunjung lebih dari 8000 pada hari biasa hingga 12.000 pada hari libur (Wakhidah, Hijriah Al. http://www.solopos.com: Selasa, 23 Juli 2013). Pengunjung juga mempunyai beragam latar belakang budaya yang berbeda serta masih menggunakan cara tradisional dalam transaksi jual-beli yaitu tawar-menawar. Perumusan Masalah Bagaimana pola komunikasi tawar-menawar yang terjadi antara penjual dan pembeli di Pasar Klewer Surakarta dan apa saja hambatan komunikasi tawarmenawar yang terjadi antara penjual dan pembeli di Pasar Klewer Surakarta? Tujuan Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi tawarmenawar antara penjual dan pembeli di Pasar Klewer Surakarta dan untuk mengetahui hambatan komunikasi tawar-menawar yang terjadi antara penjual dan pembeli di Pasar Klewer Surakarta.
Tinjauan Pustaka a.
Konsep Komunikasi Komunikasi memang tidak terlepas dari peran manusia sebagai aktor dari komunikasi, manusia dibekali dengan kemampuan fungsional sebagai makhluk individual dan makhluk sosial. Menurut sosiologi, komunikasi adalah unsur terpenting dalan seluruh kehidupan manusia. Di dalamnya terdapat budaya, budaya ibarat sisi mata uang, mempunyai hubungan timbal balik. Satu sisi budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, di sisi lain
4
komunikasi membantu menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya (Mulyana, 2010:6). Di dalam kehidupan bermasyarakat manusia berada pada domain subjek sekaligus objek komunikasi. Manusia menjadi komunikator dan komunikan dalam waktu bersamaan dan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Mulailah interaksi menjadi lingkup besar aktivitas komunikasi berlangsung. Perspektif sosial budaya selalu menyatakan bahwa komunikasi terjadi hanya melalui interaksi sosial. (Liliweri, 2011:70). Salah satu dari fungsi komunikasi yang dipaparkan oleh Deddy Mulyana (2010:5) adalah komunikasi sebagai fungsi sosial di mana salah satu alasannya adalah untuk kelangsungan hidup. b. Komunikasi Antarpribadi Di dalam penelitian ini menggunakan konteks komunikasi antarpribadi atau juga dikenal dengan komunikasi antarpribadi karena koheren dengan tema penelitian. Hovland, Janis, dan Kelly membuat definisi komunikasi, yaitu: “communication is the procces by which an individual (the communicator) transmit stimuli (usually verbal) to modify the behavioral of other individual”. Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang. (Cangara, 2009:19). Komunikasi yang disampaikan ketiga pakar di atas lebih kepada proses komunikasi berlangsung dengan tujuan yang spesifik yaitu mengubah perilaku orang dalam bentuk kata-kata. Kata-kata dalam pengertian komunikasi di atas padad asarnya dapat disampaikan melalui media, baik media massa ataupun secara antarpribadi minimal antaradua orang dengan salah satu individu menjadi subjek perubahan perilaku. Komunikasi antarpribadi memungkinkan terjadinya proses komunikasi yang bersifat dua arah dengan komunikan tidak dalam psosisi pasif sehingga feedback yang diberikan adalah jawaban atas interpretasi yang didapat setelah menerima pesan. Melalui komunikasi antarpribadi individu lebih berani
5
mengekspresikan kepribadiannya dan dapat dirasakan dampaknya. Efek yang ditimbulkan dari komunikasi antarpribadiakan terasa dengan segera dan pada umunya cepat walaupun terdapat noise. Kemampuan indra lain dapat membantu memperlancar komunikasi antarpribadi tentu dengan kehadiran wujud fisik. c.
Pola Komunikasi Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya (Soejanto, 2005 : 27). Dengan kata lain pola komunikasi berhubungan dengan berbagai hal yang mempengaruhi proses komunikasi itu sendiri. Pola berhubungan erat dengan proses di mana proses komunikasi akan membentuk pola tertentu di suatu lingkungan tertentu pula. Pola komunikasi menurut Syaiful Bahri Djamarah (2004:1) mengatakan bahwa pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Pengertian pola komunikasi yang dijabarkan Djamarah ini dapat disimpulkan sebagai proses komunikasi sederhana yang efektif. Efektif karena media yang digunakan memang tepat sesuai dengan lingkungan yang ada pada saat hubungan interaksi berlangsung. Proses komunikasi tawar-menawar ini adalah temasuk model komunikasi silkuler seperti ada pada gambar 2. Sirkuler secara harfiah berarti bulat, bundar atau keliling. Dalam proses sirkular itu terjadi feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator, sebaga penentu utama keberhasilan komunikasi. Dalam pola komunikasi yang seperti ini proses komunikasi berjalan terus yaitu adanya umpan balik antara komunikator dan komunikan.
6
Gambar 1. Model Komunikasi Schramm
Sumber: (Mulyana, 2010) d. Tawar-Menawar sebagai Proses Komunikasi Interpersonal Tawar-menawar adalah bagian dari suatu tindakan ekonomi yang tak lepas dari komunikasi itu sendiri. Tawar-menawar memerlukan komunikasi sebagai pembuka jalan guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Input dan output adalah hal yang penting mengenai bagaimana pesan dapat disampaikan. Di dalam ranah ini tawar-menawar berada di bawah negosiasi. (Lewicki, Barry, dan Saunders, 2012: 211). Di dalam suatu pasar, negosiasi pastilah menjadi hal yang dominan. Dalam makna sempitnya negosiasi di sebuah pasar menjadi proses tawarmenawar yang menarik. Di satu pihak pedagang pasti memberikan kesempatan dalam proses jual beli untuk melakukan tawar-menawar. Karena tawar-menawar adalah hal penting bagi pasar tradisional guna eksis di dalam gerak ekonomi apalagi di Indonesia. Pada pasar biasa di negara-negara berkembang , tawar-menawar umum dilakukan. Pada daerah pedesaan tawar-menawar telah menjadi suatu
7
kebiasaan. (Damsar, 1997:129). Clifford Geertz (1973:34) menyebutmenawar tawar-menawar dengan istilah sistem harga luncur dengan tawarmenawar yang meriah dan sering agresif dalam suatu situasi penetapan harga yang tidak pasti. Tawar-menawar di pasar sebagai sesuatu yang unik dan khas tapi pandangan Geertz secara implisit menyatakan bahwa dia kurang suka dengan hal ini. “Dalam situasi di mana data-data historis dan komparatif yang sangat spesifik sama sekali tidak ada, penetapan harga lebih merupakan pengirairaan saja” (Geertz, 1973:34). Cara pandang Geertz terhadap “sistem harga luncur” walaupun terlihat meremehkan tetapi Geertz dapat menjelaskan secara pasti bagaimana proses tawar-menawar ini berlangsung. Bagaimana trik-trik pedagang dan pembeli masuk kepada celah-celah ketidaktahuan pasaran harga suatu barang. Bahkan Geertz memberikan unsur-unsur pedagang pasar yang baik yakni cerdas-tangkas, ketabahan hati dan kecerdikan naluriah untuk menaksir orang dan barang berdasarkan bukti yang sangat sedikit. (Geertz, 1973:34). Persaingan di dalam pasar terlihat lebih hidup karena meniadakan sistem harga mati yang biasa terlihat di pasar. Sistem ini membuat harga pasti suatu barang tidak diketahui dan antara penujual dan pembeli beradu pengetahuan akan produk yang dijajakan guna menentukan harga “pantas” suatu barang. Sistem harga luncur dan tawar-menawar yang dikemukakan Geertz ini memberikan penekanan bukan kepada persaingan antara penjual dan penjual melainkan kepada pembeli dan penjual. Kedua belah pihak harus selalu waspada dan terkadang pembeli dewasa ini menawar harga dengan “tanpa ampun”. Pembeli sudah mengetahui apa yang harus dilakukan bila berbelanja atau melakukan transaksi di pasar. Hal ini menyingkirkan perkiraan Max Weber bahwa pedagang pasar itu “licik”, “tak punya etik”, dan sebagainya. Jadi memang di dalam situasi tawar-menawar dengan praktek harga luncur dapat memberikan keluwesan yang diperlukan dalam suatu sistem di mana kondisi ekonomi tidak mantap, keterangan pasaran tidak baik, dan perdagangan kelewat individualtistis. Walaupun efek ini juga menimbulkan
8
sikap spekulati dan sikap carpe diem terhadap perdagangan. (Geertz, 1973:37). Maka tawar-menawar memang memerlukan banyak hal, mulai dari kesabaran, sikap telaten, gigih, mengulang-ulang tawaran, merayu dan lain hal yang membuat salah satu dari kedua belah pihak “kalah” dan mengikuti kemauan “pemenang”. Para pembeli lebih suka proses pada proses tawarmenawar untuk memperoleh suatu harga yang mendekati dasar kisaran harga terakhir. Penjual menyebut harga seperti itu “bak-bok”. (Alexander dalam Hefner, 2000: 296) Nilai-nilai itu dapat diketahui dapat pula menjadi rahasia dan senjata guna melancarkan proses negosiasi. Dalam proses ini penjual dan pembeli juga dipengaruhi oleh kultur budaya yang dimiliki. Budaya dapat berperan aktif ketika proses pengendalian nilai atau titik-titik tersebut diolah dalam tindakan pengambilan keputusan akhir jual beli. e.
Pasar Tradisional Pasar memegang peranan penting dalam tindakan ekonomi suatu bangsa, sebagai tempat transaksi barang dan jasa, pasar mendorong kemajuan ekonomi dalam berbagai level. Di Indonesia pasar modern memiliki nilai yang sangat strategis mengingat pasar tradisional di Indonesia termasuk yang paling sering di kunjungi pelanggannya, tercatat sebanyak 25 kali perbulan, angka ini temasuk angka yang besar dibandingkan dengan india dan srilangka yang hanya 11 kali per bulannya dikunjungi oleh pengunjung dan Filipina hanya 14 kali perbulan. Hal ini mengindikasikan bahwa dinamika ekonomi Indonesia adalah dinamika ekonomi yang secara dominan dimainkan oleh para pelaku ekonomi di tingkat grass root. Potensi ini seharusnya lebih dapat dikembangkan lagi agar kemudian perdagangan dalam negeri di Indonesia lebih kuat dan lebih efisien dalam rangka penguatan ekonomi masyarakat kecil. (Maushufi, Adnan. www.pelita.or.id: 19 Mei 2014). Pasar (yang barangkali berasal dari kata Parsi “bazar” lewat bahasa Arab) adalah suatu pranata ekonomi sekaligus cara hidup, suatu gaya umum dari ekonomi yang mencapai segala aspek dari masyarakat, dan suatu dunia sosialbudaya yang hampir lengkap dalam sendirinya. (Geertz, 1973:31). Pengertian
9
pasar menurut Geertz ini secara eksplisit menjelaskan arti isitilah pasar tradisional yang di dalamnya terdapat nilai sosial budaya yang sangat tepat mengarah ke pada deskripsi mengenai pasar tradisional yang ada di Jawa dengan segala nilai sosial yang dianut. Geertz menambahkan pasar adalah lingkungan yang dari sudut pandangnya merupakan gejala alami dan juga gejala kebudayaan dan keseluruhan dari kehidupannya dibentuk oleh pasar itu dan seluruh pola dari kegiatan pengolahan dan penjajaan secara kecil-kecilan. Jennifer Alexander dalam tulisan dari penelitiannya berjudul "Wanita Pengusaha di Pasar-Pasar Jawa" (Budaya Pasar, Robert W. Hefner, 2000:292)
melihat pembagian
jenis-jenis tertentu pedagang, orang Jawa membedakannya dalam dua kategori utama: juragan dan bakul. Alexander mendeskripsikan Juragan adalah pedagang besar yang biasanya laki-laki atau orang Cina Indonesia atau pedagang wanita yang mayoritas
orang
Jawa,
sedangkan
bakul
biasanya
wanita
yang
memperdagangkan berbagai produk pertanian dan industri. Bakul membeli barang dagangannya kepada juragan sebagai pemasok kecil. Pasar Klewer sebagai lokasi penelitian ini banyak juga juragan tapi dalam kapasitas yang lebih kecil (juragan kecil) karena banyak barang yang mereka produksi sendiri dan khas walaupun porsinya hanya sedikit. (Alexander dalam Hefner: 2000:285).
Sajian dan Analisis Data Pada dasarnya pola komunikasi di sini akan dikategorikan menjadi beberapa bagian yaitu, bahasa, pesan-pesan yang muncul pada saat tawar-menawar, serta faktor-faktor kesepakatan dalam transaksi. Kemudian penjabaran mengenai hambatan komunikasi tawar-menawar yang terjadi. Kategori di atas didapat berdasarkan wawancara kepada informan dan melalui observasi di lapangan. Cara penyajiannya hasil wawancara akan diurutkan berdasarkan kategori-kategori yang sudah dijabarkan sebelumnya dengan diperkuat hasil observasi peneliti.
10
a.
Penggunaan Bahasa 1.
Bahasa Verbal: Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa Penggunaan bahasa verbal dalam komunikasi tawar-menawar di Pasar Klewer pada dasarnya hanya menggunakan dua bahasa yaitu, bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Penggunaan kedua bahasa itu juga tergantung penjual dan pembeli itu sendiri. Kedua pihak juga tidak direncanakan dalam penggunaan dua bahasa ini. Hal ini hanya berkaitan dengan keinginan dan bukan menjadi kewajiban. Hasil observasi yang didapat di Pasar Klewer terkait penggunaan bahasa jika pembeli menggunakan bahasa Jawa Halus maka penjual juga akan menyesuaikan dengan menggunakan bahasa Jawa halus. Hal ini juga terjadi pada penjual yang berasal dari etnis Tionghoa, Arab ataupun Padang. Masing-masing penjual dari etnis selain Jawa tersebut disamping sudah mahir menggunakan bahasa Jawa juga pada umumnya memiliki pegawai atau karyawan yang beretnis Jawa. Maka dari itu, bahasa Jawa bukanlah penghalang untuk terjadi proses tawar-menawar.
2.
Nonverbal Kedekatan hubungan antar pihak-pihak yang melakukan komunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respon nonverbal, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat. (Mulyana, 2010:81). Pesan-pesan nonverbal yang terdapat di Pasar Klewer yang menjadi pemicu dimulainya proses tawar-menawar. Hal pertama yang dilihat adalah penampilan pembeli yang berkaitan dengan kondisi fisik calon pembeli. Tatapan mata pengunjung ketika melihat kepada barang dagangan yang terpajang di kios dan kemudian menatap ke arah penjual secara tidak langsung membuat penjual spontan mulai menjajakan produknya. Pesan nonverbal yang juga termasuk dalam proses pra-tawar-menawar adalah berkaitan dengan bahasa tubuh dari pengunjung. Gerakan tangan yang memilah pakaian atau kain serta meraba bahan sebelum terjadi percakapan akan memicu munculnya tindakan awal penawaran oleh penjual. Banyak pengunjung di Pasar
11
Klewer yang ingin mencari produk dan tertarik kepada produk tertentu ketika melihat-lihat akan berhenti tepat di depan kios yang menjual produk yang diinginkan. Terkadang bila produknya dipajang sedemikian rupa di sebuah kios tersebut pengunjung juga menunjuk menggunakan telunjuk tangan atau arahan kepala pada produk yang diinginkan. Wajah mengiba, ekspresi memaksa, ekspresi ketika pembeli memberikan pernyataan di toko sebelah harga lebih murah, dan ekspresi ketidaksetujuan dengan penawaran harga atapun ketika pembeli langganan yang punya nilai tawar tinggi karena membeli produk secara grosir banyak diperlihatkan oleh pembeli. Begitu juga dengan ekspresi penjual yang berusaha meyakinkan pembeli bahwa harganya lebih murah dari kios lain banyak diwarnai dengan tindakan nonverbal yang tergambar dari wajah. Dalam meyakinkan pembeli, penjual juga terkadang memainkan tangan guna meyakinkan pembeli. Gerakan tangan ini pada umumnya digunakan untuk membuat yakin pembeli. Gerakan seperti menepuk, mengangkat produk agar lebih terlihat menonjol, meraba bahan, menunjuk produk, memutar produk sehingga terlihat dari kedua sisi, menunjukkan bagian lain dari produk yang menjadi objek transaksi digunakan untuk meyakinkan pembeli bahwa barang yang dijual adalah barang yang bagus dan cocok. b. Pesan-Pesan yang Muncul pada saat Tawar-Menawar Pesan-pesan yang muncul ini umumnya berupa komunikasi verbal yang terjadi antara penjual dan pembeli di Pasar Klewer yang dirunut secara kronologis. Pesan-pesan akan dijabarkan dari awal mula terjadinya proses tawar-menawar hingga kepada penyelesaian akhir apakah terjadi kesepakatan atau tidak. Isi pesan pun tidak jauh untuk mendukung tujuan masing-masing pihak mempertahankan nilai tawarnya. 1.
Proses awal Tawar-Menawar Pada tahap ini tentunya penjual di Pasar Klewer lebih aktif dalam rangka menawarkan produknya. Penjual di pasar Klewer umumnya akan
12
menawarkan dagangannya kepada setiap yang lewat dan yang memenuhi kriteria target produk yang dijual. Penjual di daerah pinggir jalan dan yang ada di pintu masuk pasar sangat antusias dalam menawarkan dagangannya. Penjual di bagian ini lebih intens dalam menawarkan dagangannya. Banyak kata yang digunakan untuk menjajakan produk yang dijual. Kalimat sapaan seperti mas, mbak atau bu pastinya bergantung kepada subjek penawaran produk. Khusus kata “Monggo buat oleh-oleh, mas” tentunya berkorelasi dengan Pasar Klewer yang merupakan salah satu pasar yang menjadi andalan Pemerintah Surakarta untuk menjaring turis, baik domestik maupun mancanegara. 2.
Respon Positif dan Pesan-Pesan Terkait Substansi Produk Setelah proses penawaran awal berlangsung dan muncul respon positif
baik dari pihak yang bertindak sebagai pihak kedua yang
memberi umpan balik, maka pihak pertama melanjutkan proses tawarmenawar tersebut. Proses ini akan terjadi jika salah satu pihak tertarik dengan penawaran dari pihak yang menagjukan tawaran. Pertama akan dibahas respon positif pembeli terhadap tawaran penjual. Setiap penjual di Pasar Klewer umumnya memiliki cara yang sama dalam merinci produk mereka. Perbedaanya hanya pada jenis produknya, walaupun begitu juga terdapat perbedaan dalam merinci jenis produk. 3.
Memenangkan Tawar-Menawar dan Strategi Cara-cara seperti merayu, memuji, memakai bahasa yang halus dengan nada sopan hingga menjurus ke arah “drama” seperti membandingkan harga, berpura-pura marah, sedikit memaksa serta, purapura kalah akan dilakukan. Hal di atas juga terjadi di Pasar Klewer dengan aktivitas jual beli yang padat serti persaingan yang ketat. Penjual dan pembeli banyak yang adu argumentasi dan mencoba melakukan tes pada titik mana harga yang cocok dan menguntungkan bagi keduanya. Guna meyakinkan penjual untuk
mendapatkan harga
yang
diinginkan, pembeli di Pasar Klewer juga menggunakan berbagai cara.
13
Cara-cara yang digunakan beberapa juga terdengar seperti gertakan, dan kebohongan kecil serta trik-trik tertentu. 4.
Percakapan Lain dan Kelakar Ketika pasar berisi penuh dengan orang dan pasti terjadi komunikasi antara satu dengan yang lainnya maka secara tidak langsung percakapan yang terjadi bukan hanya masalah jual-beli. Percakapan lain masalah cuaca, anak-anak, gosip-gosip, serta berita terhangat mengenai peristiwa di negeri ini pun juga menjadi bahan obrolan. Baik itu antar penjual sendiri maupun dengan pembeli. Percakapan-percakapan ini juga dimanfaatkan oleh penjual untuk lebih dekat dengan pembeli dan bisa juga untuk trik agar lebih mudah terjadi kesepakatan. Beberapa alasan yang digunakan oleh penjual ketika melakukan percakapan mengenai hal lain di luar proses tawar-menawar adalah agar akrab, untuk memudahkan transaksi, mencairkan suasana. Percakapan yang terjadi antara penjual dan pembeli di Pasar Klewer juga banyak kalimat humor untuk sekedar mencairkan suasana dan untuk bercanda.
c.
Faktor-Faktor Kesepakatan dalam Tawar-Menawar Kesepakatan dalam tawar-menawar di suatu pasar adalah hal yang dicari oleh penjual serta juga pembeli. Hal ini juga berlaku di Pasar Klewer di mana terdapat interaksi jual-beli dan banyak diantara orang yang datang adalah pengunjung atau wisatawan yang awal mulanya hanya melihat-lihat dan membeli produk dengan tidak terencana. Tidak bisa dipungkiri, kesepakatan tawar-menawar yang terjadi di Pasar Klewer paling mendasar adalah persoalan soal harga. Harga-lah yang umumnya menentukan terjadinya kesepakatan walaupun ada hal lain yang juga bisa menjadi faktor penentu kesepakatan. Selain harga terdapat beberapa hal yang mampu menjadi faktor penentu yang keberadaannya dapat mempengaruhi harga yaitu ketersediaan barang, keadaan pasar, jumlah pembelian, serta keberadaan pemilik.
14
d. Hambatan Tawar-Menawar dan Penolakan 1.
Hambatan Dalam proses tawar-menawar sering juga terjadi kegagalan karena penjual dan pembeli tidak mencapai titik temu. Kegagalan yang terjadi banyak didasarkan ketidakcocokan harga serta ketersediaan barang. Ketidakcocokan harga menjadi kendala utama dalam tawar-menawar disamping produk yang dicari tidak ada serta penjual lain lebih murah dalam menawarkan produk dengan jenis yang serupa. Pembeli kebanyakan tidak akan membeli jika harga produk tersebut tidak sesuai dengan perkiraannya atau melebihi jauh dari perkiraannya. Karakter atau perlikau individu pembeli juga menjadi penghambat tercapainya kesepakatan tawar-menawar. Di Pasar Klewer terdapat juga pembeli yang berasal dari desa dengan segala keterbatasan informasi menganai produk yang ada di pasar. Pembeli yang hanya bertanya untuk mengecek harga dan tidak serius atau pembeli yang hanya iseng-iseng menawar harga terkadang juga menjadi hambatan tersendiri bagi penjual. ketersediaan produk, terkadang produk yang dijual tidak sesuai keinginan dari pembeli. Baik itu jenis, ukuran, warna, bahan dasar dan lain-lain berbeda antara satu pembeli dengan pembeli lain. Banyak keadaan di Pasar Klewer di mana harga tidak menjadi masalah bagi kedua pihak tetapi ternyata produk yang diinginkan tidak tersedia di kios tersebut. Ketersediaan barang ini juga menjadi faktor penting terjadinya kesepakatan jual beli.
2.
Penolakan Banyak cara yang digunakan penjual dan pembeli untuk mengakhiri proses tawar-menawar. Mulai dengan cara yang halus hingga cara yang terkesan kasar dengan kalimat-kalimat tertentu dan nada-nada tertentu pula. Penjual di Pasar Klewer jika mereka sudah memberikan harga pas maka harga tersebut akan jarang diturunkan kembali kecuali jika pembeli memborong produk yang dijual. Penjual di Pasar Klewer banyak yang menerapkan hal seperti pernyataan informan IV. Penjual walaupun
15
menolak penawaran pembeli umumnya masih akan sopan dan mereka akan tetap mencoba merayu pembeli. penjual akan tatap santun dan bahkan saking santunnya penjual akan sangat rendah diri dan masih menawarkan sopan santun.
e.
Pola Komunikasi Tawar-Menawar antara Penjual dan Pembeli di Pasar Klewer Pola komunikasi yang terjadi di Pasar Klewer pada umumnya diawali oleh aksi penjual yang menawarkan barang dagangannya. Pada tahap ini penjual juga melakukan analisis sederhana tentang latar belakang pengunjung. Melalui pesan nonverbal pengunjung yang bisa dilihat dari penampilan pakaian dan juga pembeli sering menangkap pesan verbal yang tidak sengaja diterima oleh indra penjual. Ketika pembeli memberikan respon positif kepada tawaran penjual maka interaksi akan berlanjut kepada tawar-menawar dengan munculnya pesanpesan mengenai deskripsi produk secara lengkap bukan hanya jenis-jenis produk saja seperti ketika menawarkan produknya tetapi juga deskripsi lain yang lebih lengkap. Semua deskripsi produk pada akhirnya akan menentukan keberlanjutan kesepakatan tawar-menawar. Sedangkan hal yang menghambat adalah perkiraan harga yang dimiliki dengan harga rill dari produk itu sendiri. Ditambah lagi dengan hambatan individu yang berkorelasi dengan tujuan membeli barang dan sikap dari pembeli dan juga penjual. Hambatan lain adalah masalah ketersediaan produk yang dicari yang terkadang kosong atau habis. Jika dilihat dari hambatan komunikasi, tidak ada hambatan yang berarti. Baik hambatan eksternal atau hambatan internal tidak memberikan porsi banyak untuk terjadinya tawar-menawar.
Kesimpulan 1.
Penggunaan bahasa dibagi menjadi peran verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal dan nonverbal juga sangat penting dalam proses tawarmenawar
16
2.
Pesan-pesan yang mencul pada saat tawar-menawar berlangsung adalah menganai deksripsi dari produk itu sendiri. Umumnya berupa jenis-jenis produk yang dijual serta harga dari produk tersebut. Tawar-menawar juga melihat kebutuhan pembeli, pembeli grosir jarang menawar produk yang dia beli di kios langganan. Mereka hanya akan meminta potongan yang nilainya kecil. Keberhasilan seorang pembeli banyak juga menggunakan cara-cara atau trik tertentu agar mendapatkan produk dengan harga murah. Cara-cara tersebut adalah pergi meninggalkan kios, menampakkan diri, beralasan akan menjadi pelanggan, alasan akan membawa teman, membandingkan ahwa kios sebelah lebih murah, uang yang diawa tidak cukup, menggertak harga, pura-pura tidak membutuhkan produk, menambah barang lain, mencoba akrab, beralasan bahwa produk terbatas. Dalam meyakinkan pembeli, penjual juga menggunakan berbagai cara, yaitu: produknya paling murah, produk yang dijual sudah dicoba sendiri, memberi garansi, myakinkan kiosnya paling komplit, mengarahkan produk yang tersedia di kios, mengatakan produk mereka berkualitas. Selain itu penjual dan pembeli juga melakukan percakapan lain di luar tawarmenawar yang berlangsung.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesepakatan yang pertama adalah harga. Kedua, keadaan pasar, pada waktu-waktu tertentu antara pukul 11.00 WIB – 13.00 keadaan pasar khususnya di bagian dalam terlihat lengang. Hal ini terkadang membuat penjual lebih mudah melepaskan produknya walaupun keuntungannya tidak sebesar biasanya. Ketiga, keberadaan pemilik, Pemilik adalah satu-satunya pihak yang mengetahui harga pokok dari suatu produk yang dijualnya. Oleh karena itu terkadang pada suatu tawar-menawar yang buntu, pemilik akan ikut campur dan turun tangan dalam proses tawar-menawar. Hasil lain dari penelitian ini adalah adanya fasilitas dan timbulnya rasa percaya. Fasilitas yang ada di Pasar Klewer adalah suguhan berupa minuman atau permen serta bantuan untuk membawakan barang yang sudah dibeli.
17
4.
Hambatan yang terdapat dalam komunikasi tawar-menawar di Pasar Klewer umumnya adalah masalah harga, karakter individu pembeli, ketersediaan produk. Sedangkan guna mengakhiri tawar-menawar karena tidak tercapainya kesepakatan penjual di Pasar Klewer melakukan dengan cara yang sopan, rendah diri, terkadang diselingi dengan senyum, diam, sabar, dan jarang mengucapkan kalimat yang dapat merusak nama kios mereka..
5.
Pola komunikasi yang terjadi di Pasar Klewer pada umumnya diawali oleh aksi penjual yang menawarkan barang dagangannya. Jika pembeli tertarik maka akan terdapat feedback dan berlanjut menjadi komunikasi interpersonal. Jika tidak ada hambatan maka transaksi akan berhasil dan jika tidak terjadi hambatan kemungkinan besar transaksi gagal
Saran 1.
Kepada Penjual di Pasar Klewer hendaknya tidak menaikkan harga terlalu tinggi kepada pembeli agar kedepannya pembeli yang tidak terlalu paham dengan harga tidak merasa tertipu setelah berbelanja sehingga menyesal membeli produk di Pasar Klewer.
2.
Kepada pembeli di Pasar Klewer hendaknya mencari tau terlebih dahulu harga pasaran agar tidak merasa dibohongi oleh penjual. Berbelanja di Pasar Klewer sebaiknya ketika kondisi pasar sedang sepi sekitar pukul 11.00 – 13.00 WIB agar mendapat harga di bawah harga pasar karena penjual mempunyai kecenderungan mudah melepas barang ketika sepi pembeli. Jangan berbelanja di hari libur atau di akhir pekan yaitu di hari jumat sampai minggu dan tanggal merah.
3.
Kepada peneliti selanjutnya sebaiknya mencari informan dimulai dari ketua Perhimpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) yang membawahi pedagang di Pasar Klewer dan Lurah pasar yang membawahi Pasar Klewer. Dapatkan informasi sebanyak mungkin dari kedua pihak tersebut tentang Pasar Klewer untuk mendapatkan data yang komplit termasuk data informan selanjutnya. Informan yang didapat dari Ketua HPPK dan Lurah
18
pasar akan memudahkan dalam mencari data yang dibutuhkan untuk melengkapi penelitian. Bersikaplah luwes dan grapyak sehingga mudah diterima oleh informan. Daftar Pustaka Media Cetak Cangara, Hafied. (2009). Komunikasi Politik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Damsar. (1997). Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Djamarah, Syaiful Bahri. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. Jakarta : PT. Reneka Cipta. Soejanto, Agoes. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Susilo, Dwi K Achmadi. (2007). Sosiologi Lingkungan. Malang. UMM Press Geertz. Clifford. (1973). Penjaja dan Raja. Jakarta: PT Gramedia. Hefner, Robert W. (2000). Budaya Pasar: Masyarakat dan Moralitas dalam Kapitalisme Asia Baru. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia. Ibrahim, Abdul Syukur. (1994). Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Lewicky, R.J., Barry B., Saunders, D.M. (2012). Negosiasi. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Liliweri, Alo. (2011). Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Mulyana, Deddy. (2010). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Al Wakhidah, Hijriah. (2013). Jelang Lebaran, Jumlah Pengunjung Melonjak. http://www.solopos.com/2013/07/23/pasar-klewer-jelang-lebaran-jumlahpengunjung-melonjak-429522. Diakses 13/02/2014 15.27 WIB) Maushufi, Adnan. (2010). Tak Rasional, Pasar Tradisional vs Pasar Modern. http://pelita.or.id/baca.php?id=77062. Diunduh 19/5/2014 23.42 WIB) Sunaryo, Arie. 2012. Pasar Klewer, Pusat Batik Beromzet Rp 12 Miliar per Hari. http://m.merdeka.com/peristiwa/pasar-klewer-pusat-batik-beromzet-rp12miliar.html. Diunduh 8/03/2013 23:24 WIB).
19