Kompleksitas Akrual Diskresi, Asimetri Informasi dan Masalah Keagenan Oleh: Slamet Haryono∗ Abstrak Tulisan ini menyajikan latar belakang permasalahan asimetri informasi dan teori keagenan di dalam menjelaskan permasalahan manajemen laba. Setiap pengelola perusahaan mempunyai motif yang beragam sesuai dengan kondisi keuangan dan politik perusahaan yang dihadapi. Kebijakan akuntansi perusahaan sangat bergantung pada persepsi dan keinginan pengelola perusahaan melalui kebijakan akuntansi. Semakin kompleks aktifitas perusahaan maka semakin kompleks pula kebijakan akuntansi yang harus dipilih. Kata kunci: asimetri, informasi, masalah keagenan, akrual, diskresi dan akuntansi A. Pendahuluan Krisis ekonomi mengakibatkan kondisi keuangan perusahaan menurun drastis. Hampir setiap perusahaan menghadapi masalah keuangan yang sistemic, bahkan beberapa perusahaan terpaksa harus menutup usahanya. Di satu sisi, krisis keuangan perusahaan juga disebabkan oleh kekurangmampuan para pengelola perusahaan dalam melakukan evaluasi dan analisis risiko usahanya, sedangkan pada sisi lain, kondisi keuangan perusahaan juga sangat bergantung pada kondisi makro lingkungan perusahaan seperti inflasi, harga bahan baku, daya beli, dan faktor nonkeuangan yang menentukan tingkat perkembangan perusahaan. Akrual merefleksikan pilihan, persepsi dan keinginan manajer tentang kondisi perusahaan. Tindakan akrual manajer pada kenyataannya, tidak secara akurat sesuai dengan kondisi aktual.1 Penelitian-penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa akrual diskresi telah digunakan di banyak perusahaan di berbagai negara.2 Tujuan masing-masing tindakan akrual diskresi sangat dipengaruhi oleh lingkungan perusahaan baik ∗
Dosen tetap Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. McNulty, Mary P. Exploring Earnings Management by Banks Using the Loan Loss Provision, Dissertation, The George Washington University, 2005, p. 1. 2 Kim, M., and Kross, W., "The Impact of the 1989 Change in Bank Capital Standards on Loan Loss Provisions and Loan Write-offs". Journal of Accounting and Economics 25(1), 1998, pp. 69-100. 1
SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 3, Mei 2009
Slamet Haryono: Kompleksitas Akrual Diskresi, Asimetri …
774
internal ataupun eksternal. Berbagai aspek di atas akan berinteraksi secara aktif dengan kondisi faktor insternal yang dipertimbangkan oleh pengelola perusahaan dan sekaligus sebagai penyedia informasi perusahaan, tingkat kompetisi yang tinggi antarperusahaan terkadang memaksa pengelola perusahaan menjadi lebih risk taker. Kajian ini penting untuk memahami apakah terjadi tindakan akrual yang menyebabkan terjadinya asimetri informasi dan latar belakang terjadinya asimteri informasi dari sisi teori keagenan. Berbagai literatur sebelumnya menunjukkan bahwa akrual diskresi telah digunakan sebagai alat untuk mencapai satu atau kombinasi berbagai tujuan manajer perusahaan. Kajian ini juga berguna bagi regulator untuk membantu dalam memahami realitas bahwa angka-angka dalam laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan-perusahaan terdapat berbagai kepentingan dan persepsi dalam menggambarkan realitas ekonomi dan risiko perusahaan. B. Teori Keagenan Teori keagenan selama ini telah digunakan berguna untuk memahami persoalan perusahaan yang mempunyai struktur hubungan agent dan principal.3 Perilaku risiko manajer dalam melakukan manajemen laba dapat dijelaskan melalui principal agent model. Manajer sebagai penerima pendelegasian wewenang untuk mengelola perusahaan semestinya dalam setiap tindakan manajerial selalu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik. Tujuan manajer dan pemilik semestinya selalu selaras yaitu meningkatkan nilai perusahaan (value maximizing). Namun, kenyataannya tujuan setiap pihak tidak selalu sejalan. Manajer lebih risk adverse daripada pemegang saham. Istilah konflik keagenan (agency conflict) dan pengorbanan keagenan (agency costs) muncul sejak Jensen dan Meckling (1976) memperkenalkan teori tentang pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan. Teori keagenan muncul karena luasnya dispersi kepemilikan sehingga disusun kontrak antara pemilik dengan manajer yang berisi tentang pengelolaan sumber daya pemilik di perusahaan. Principal mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan manajerial kepada agent dan hubungan ini perlu diatur dalam sebuah mekanisme kontrol yang biasanya menggunakan kontrak berdasarkan angka-angka akuntansi sebagai pijakan dan pedomannya. Kepentingan manajer dan pemilik tidak selalu secara sempurna bisa diselaraskan karena terdapat perbedaan preferensi tingkat risiko, perbedaan diversifikasi serta adanya asimetri informasi setiap pihak. 3
Kathleen Eisenhardt, Agency Theory: An Assessment and Review, Academy of Management Review, Jan, 14. 1, 1989, pp. 57-75. SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 3, Mei 2009
Slamet Haryono: Kompleksitas Akrual Diskresi, Asimetri …
775
Asimetri informasi mendorong manajer untuk mencapai strategi yang memberikan manfaat bagi kepentingan mereka dengan pengorbanan yang ditanggung oleh pemilik.4 Esensi kepentingan pemilik merupakan efisiensi pengelolaan sumber daya bank oleh manajer dan mencegah manajer melakukan ekspropriasi aktiva.5 Pemilik sebenarnya berusaha untuk senantiasa melakukan pengendalian kepada pihak manajemen agar manajer senantiasa bertindak selaras dengan kepentingannya. Hal ini didasarkan adanya kemungkinan terjadinya kesalahan manajemen (mismanagement) dan kesempatan untuk melakukan tindak penyelewengan (fraud opportunities).6 Perilaku menaikkan risiko organisasi yang dilakukan oleh manajer ini diistilahkan dengan moral hazard. Hakekat masalah keagenan pada dibedakan dalam dua kategori yaitu: masalah keagenan akibat utang (debt agency problem) dan masalah keagenan akibat pemisahan kepemilikan dan pengendalian (separation of ownership and control).7 Masalah keagenan ketika tingkat rasio utang terhadap ekuitas yang tinggi sehingga pemilik perusahaan mempunyai keinginan memindahkan kekayaan para pemilik dana (bondholders) melalui peningkatan risiko usaha. Pemilik perusahaan (melalui manajer yang diangkat oleh pemilik) berusaha sedemikian rupa supaya strategi keuangan yang diinginkan dapat diimplementasikan. Ketika keputusan tersebut bekerja dengan baik, manfaatnya dinikmati oleh seluruh pemilik perusahaan. Namun, bila terjadi kegagalan, para pemilik dana (terutama para penyimpan) diminta ikut menanggung kerugian tersebut.8 Lebih lanjut, konflik-konflik keagenan di perusahaan meliputi konflik antara: (1) pemilik dan manajer dan (2) regulator dengan pemilik perusahaan; (3) regulator dan perusahaan secara keseluruhan (direpresentasikan oleh manajer sebagai pembuat
4
M. Jensen and Meckling, W., Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure, Journal of Financial Economy 3, 1976, pp. 305-360. 5 Ekspropriasi yaitu tindakan memaksimalkan manfaat yang diterima satu pihak dengan pengorbanan pada pihak lain. 6 M. Dewatripont and J. Tirole, The Prudential Regulation of Banks, Working Paper. The MIT Press, 1994, pp. 1-40. 7 C. Bathala, K. Moon, and R. Rao, Managerial Ownership, Debt Policy and the Impact of International Holding”an Agency Perspective, Financial Management. Vol.23. No. 3. 1994, pp. 38-50. 8 Suad Husnan, Corporate Governance dan Keputusan Penandaan: Perbandingan Kinerja Perusahaan dengan Pemegang Saham Pengendali Perusahaan Multinasional dan Bukan Multinasional, Jurnal Riset Akuntansi dan Manajemen Ekonomi, Vol. 1. No. 1. 2001. pp. 1-12. SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 3, Mei 2009
Slamet Haryono: Kompleksitas Akrual Diskresi, Asimetri …
776
keputusan manajerial); dan (4) perusahaan dengan penyimpan dana dan antara perusahaan dengan peminjam.9 Masalah keagenan pada perusahaan juga semakin didorong oleh adanya program perlindungan simpanan oleh pemerintah (sebagai lembaga penjaminan simpanan) karena mengakibatkan berkurangnya disiplin penyimpan melakukan pengendalian terhadap operasional perusahaan. Program tersebut semakin juga menyuburkan perilaku penyimpangan moral (moral hazard) pengelola perusahaan.10 Pengelola perusahaan berusaha meningkatkan risiko usaha dengan cara-cara tidak efisien yang mengakibatkan memburuknya kondisi keuangan perusahaan. Jenis masalah keagenan berkait dengan pemisahan kepemilikan dengan pengendalian. Masalah keagenan timbul karena pemilik tidak dapat mengawasi kegiatan perusahaan dari waktu ke waktu sehingga pemilik mendelegasikan wewenang pengendalian perusahaan kepada pengelola perusahaan (manajer). Keadaan tersebut menimbulkan masalah prinsipalagen berupa konflik kepentingan antarpemilik dengan manajer sebagai akibat perbedaan motif dan kepentingan di antara kedua pihak. Perbedaan preferensi tingkat risiko, perbedaan diversifikasi dan asimetri informasi antara manajer dan stakeholder lain juga juga memicu tindakan moral hazard. Kondisi tersebut mendorong manajer mencapai strategi yang dapat memberikan manfaat bagi kepentingan mereka dengan pengorbanan yang ditanggung pihak lain.11 Manajer memiliki kesempatan luas mengambil keputusan dan tindakan sesuai kepentingannya, atas pengorbanan yang ditanggung oleh pemilik. Sikap risk taker atau risk-averse manajer bergantung kondisi keuangan dan kepentingan manajer (own interest). Masalah keagenan juga berkait dengan jenis kepemilikan perusahaan. Pandangan pertama menyatakan bahwa konflik keagenan antara pemilik dengan manajer pada perusahaan berjenis kepemilikan terkonsentrasi dapat dikurangi karena pemilik terlibat langsung mengurus perusahaan sehingga dapat mengendalikan tindakan manajer, sedangkan pandangan kedua menjelaskan bahwa konflik keagenan antara pemilik dengan manajer pada perusahaan berjenis kepemilikan terkonsentrasi akan menurunkan nilai perusahaan karena adanya inefisiensi penggunaan 9
Supriyatno, "Pengaruh Corporate Governance dan Bentuk Kepemilikan terhadap Kinerja Keuangan Bank di Indonesia Periode 1999-2004", Disertasi, Universitas Gadjah Mada University. 2006. 10 H. Demsetz and K. Lehn, The Structure of Corporate Ownership: Causes and Consequences, Journal of Political Economy, Vol. 93. No. 6. 1985. pp. 1155-1177. 11 Peter Went, Risk Agency Problems in Commercial Banks, Working Paper, 2002. pp. 1-33. SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 3, Mei 2009
Slamet Haryono: Kompleksitas Akrual Diskresi, Asimetri …
777
sumber daya perusahaan oleh pemegang saham mayoritas atau manajer yang diangkat oleh pemilik. Supriyatno mengungkapkan bahwa kecurangan perusahaan swasta tertutup dan swasta publik tetapi sahamnya dimiliki satu pihak yang dominan sering malah dilakukan oleh pemilik perusahaan karena pemegang saham juga berstatus sebagai pengurus perusahaan dan juga sebagai debitur. Prosedur kredit normal tentunya sulit untuk dijalankan karena tidak adanya pihak pengendali yaitu pengawas sekaligus sebagai pengelola sumber daya perusahaan. Perusahaan milik negara yang mempunyai ciri kepemilikan saham yang sangat tersebar, kecurangan yang terjadi sering melibatkan pihak internal perusahaan karena karyawan perusahaan cenderung tidak peduli dengan kekuasaan pemegang saham yaitu pemerintah (representasi rakyat).12 Dipandang dari sisi struktur industrinya, perusahaan swasta di negara yang sedang berkembang pada umumnya mempunyai struktur kepemilikan terkonsentrasi dan dikontrol oleh sedikit pemegang saham besar atau keluarga.13 C. Asimetri Informasi Asimetri informasi terjadi ketika suatu pihak stakeholder perusahaan memiliki dan atau menyembunyikan. Fenomena information asymmetry gap merupakan salah satu faktor terpenting yang mengakibatkan tingginya konflik keagenan. Pengelola perusahaan mengetahui lebih banyak tentang risiko assets portfolio daripada pihak lain karena pihak lain mempunyai keterbatasan mengakses informasi akuntansi. Adverse selection dan moral hazard menjadi realitas yang sangat sering ditemukan dalam perusahaan sebagai akibat adanya asimteri informasi.14 Berbagai bentuk “penyimpangan” pelaporan keuangan yang dilakukan di perusahaan meliputi: penggelapan uang (defalcation), kecurangan pelaporan keuangan, manajemen laba, pemilihan metode akuntansi opportunistic, ketidakcukupan pengungkapan, praktek kegiatan offbalance sheet, pengukuran bentuk melebihi substansi dan disclosure overload. Manajer melakukan diskresi pada rekening cadangan kerugian piutang, pos
12
Supriyatno, "Pengaruh Corporate Governance dan Bentuk Kepemilikan terhadap Kinerja Keuangan Bank di Indonesia Periode 1999-2004", Disertasi, Universitas Gadjah Mada, 2006. 13 George Pinteris, Agency Costs, Ownership Structure and Performance, Working Paper, University of Illinois, 2002, pp. 1-29. 14 M. Mensah, H. Nguyen, and S. Prattipati, Transparency in Financial Statements: A Conceptual Framework from a User Perspective, The Journal of American Academy of Business, Vol. 9, No. 1, University of Scranton, Scranton, 2006, pp. 47-51. SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 3, Mei 2009
Slamet Haryono: Kompleksitas Akrual Diskresi, Asimetri …
778
penghapusan aset; membuat pos kewajiban fiktif; mengakui pendapatan dan laba yang sebenarnya belum pada saatnya (Rees dkk, 1996). Asimetri informasi dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan. Karakteristik perusahaan menyangkut jumlah pihak yang menjadi stakeholder perusahaan sehingga mempengaruhi sifat informasi yang disajikan. Misalkan pada sektor perbankan, pemerintah sebagai regulator mempunyai peran krusial dengan tujuan untuk menciptakan disiplin pasar dan meminimalkan moral hazard15dan adverse selection16 pengelola perbankan yang dapat menimbulkan risiko tinggi bagi para pemilik dana. Regulator pada industri perbankan, selalu berusaha untuk menimalkan risiko perperusahaanan. Regulasi tentang kehati-hatian (prudential regulation) dan supervisi perperusahaanan bertujuan untuk mencegah terjadinya risiko sistemik (systemic risk) serta memberikan perlindungan kepada penanbung skala kecil (small depositors). Regulator bertindak mewakili kepentingan penabung karena para penabung tidak mampu mengawasi perusahaan secara optimal. Bentuk perlindungan tersebut di antaranya melalui aturan capital adequacy ratio, giro wajib minimal, kebijakan pengungkapan (disclosure). Pemerintah melalui BAPEPAM-LK juga mengatur perusahaanperusahaan publik publik (terdaftar di Bursa Efek Indonesia) berkait dengan pengungkapan informasik keuangan sebagai upaya mengurangi asimetri informasi. Namun yang menjadi kendala, regulator tidak dapat mengawasi setiap perusahaan secara transaction by transaction.17 Asimetri informasi juga muncul karena perbedaan pandangan antara pemerintah (contohnya sebagai fiskus) dengan penyusun standar akuntansi tentang prinsip-prinsip yang mendasari proses kebijakan akuntansi (misalkan perbedaan laba akuntansi dan fiskal). Secara akuntansi, seluruh pengeluaran harus diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan dan akan menurunkan laba. Sedangkan secara fiskal terdapat pos-pos pengeluaran yang tidak boleh diakui baik secara penuh atau sebagian sebagai pengurang penghasilan. Akibatnya yaitu laba akuntansi dan laba fiskal akan otomatis berbeda. Pertanyaan selanjutnya adalah laba versi manakah yang ”benar” sesuai dengan kenyataan (akurat) yang bisa 15
Moral hazard adalah penyimpangan yang dilakukan manajer karena suatu pasar tidak dapat mengamati tindakan yang dilakukan manajer di pasar lain. 16 Adverse selection menunjukkan tindak penyimpangan dikarenakan satu pihak pasar tertentu tidak dapat melakukan observasi mengenai kualitas jasa atau barang dari pasar lain. 17 L. Wall and T. Koch, Bank Loan-Loss Accounting: a Review of Theoritical and Empirical Evidence, Economic Review, Quarter 2, Federal Reserve of Atlanta, 2000, pp. 20-38. SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 3, Mei 2009
Slamet Haryono: Kompleksitas Akrual Diskresi, Asimetri …
779
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pemakai informasi keuangan. D. Akrual Diskresi Akrual diskresi memberikan kesempatan bagi penyedia informasi melakukan subjective judgement dalam memilih kebijakan akuntansi perusahaan. Secara normatif, penyusun standar akuntansi (Ikatan Akuntan Indonesia) lebih menekankan pada prinsip keakuratan (accuracy) dalam menilai aset perusahaan. Standar akuntansi tentang dasar akrual mensyaratkan kepada perusahaan untuk mengakui penghasilan dan biaya pada pada saat terjadi (transaksi). Secara umum, berbagai penelitian sebelumnya membuktikan bahwa keputusan diskresi informasi keuangan merupakan salah satu alat yang dipergunakan oleh pengelola perusahaan dalam rangka mencapai tujuan manajerial. Tujuan manajer melakukan manajemen laba antara lain: (1) Debt covenant. Perusahaan melakukan manajemen laba untuk kepentingan memenuhi persyaratan memperoleh pinjaman. (2) Political cost. Perusahaan berusaha melakukan manajemen laba untuk mengurangi pengorbanan politik. (3) Managerial compensation. Manajer melakukan manajemen laba untuk meningkatkan kompensasi yang mereka terima. (4) Job security. Manajer melakukan manajemen laba untuk tujuan job security yang tidak semata-mata berupa kompensasi moneter tetapi juga nonmoneter seperti kredibilitas manajer melalui tindakan manajemen laba. (5) Regulation. Perusahaan melakukan manajemen laba untuk memenuhi regulasi, misalkan regulasi permodalan.18 Diskresi akuntansi di industri perbankan berbeda dengan diskresi akuntansi pada industri manufaktur. Pada industri perbankan, bank diharuskan menguantifikasi kejadian di masa depan berkait dengan portofolio aktiva produktif yang dimiliki.19 Proses pengukuran dan pencatatan tersebut dilakukan dengan didominasi subjective judgments dan lebih kompleks daripada proses pencatatan untuk industri manufaktur.20 Sedangkan industri manufaktur melakukan pengukuran terhadap peristiwa ekonomi masa lalu saja.
18
K. Huang, J. Chang, and Z. Yu, A Comprehensive Study on Information Asymetry Phenomenon of Agency Relationship in the Banking Industry, The Journal of American Academy of Business, Vol. 8, No. 1, 2006, pp. 91-97. 19 Setiap akhir periode (bisa bulanan, triwulanan, semesteran dan tahunan) manajer harus mengestimasi dan mengkalkulasi kolektibilitas earnings assets portfolio-nya. 20 T. Henry and M. Holtzman, Critical Accounting Policy Disclosures for Financial Institutions, Bank Accounting and Finance, April-May, 2006, pp. 14-27. SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 3, Mei 2009
780
Slamet Haryono: Kompleksitas Akrual Diskresi, Asimetri …
Motif manajer melakukan manajemen laba sektor perbankan didominasi oleh: signaling motive dan opportunistic behavior motive dan capital regulation motive dan tax motive. 21Signaling motive menjelaskan bahwa manajer menggunakan akrual diskresi akuntansi untuk menyediakan inside information tentang kondisi fundamental perusahaan saat ini dan prospek kinerja mendatang kepada para stakeholder supaya keputusan ekonomi yang mereka pilih menjadi lebih tepat. Opportunistic behavior motive menjelaskan bahwa pengelola mempunyai perilaku untuk menggunakan informasi akuntansi supaya pertumbuhan laba perusahaan menjadi tampak stabil. Capital regulation motive menjelaskan bahwa salah satu tujuan manajer melakukan manajemen laba adalah untuk memenuhi regulasi permodalan dalam rangka menghindari sangsi terutama pada industri dengan tingkat regulasi tinggi. Jadi, informasi yang disajikan bertujuan untuk menyediakan informasi tentang kondisi dan prospek keuangan perusahaan, meningkatkan daya prediksi (predictability) informasi keuangan, mendukung tindakan opportunistic manajer, ataukah memenuhi regulasi. Tax motive menyatakan bahwa manajer perusahaan melakukan arual diskresi untuk mengecilkan kewajiban pajak. Manajer sering melakukan diskresi dalam akrual operasinya dengan motif utamanya yaitu bersifat opportunistic.22 Subramanyam membuktikan bahwa akrual diskresi berhubungan dengan harga saham. Manajer menggunakan diskresi akuntansi untuk menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan kepada investor (signaling). Bisa jadi, manajemen laba muncul karena adanya permintaan dari pihak di luar perusahaan (external demand) misalkan oleh pemegang saham saat ini dalam usahanya untuk mempengaruhi persepsi investor yang prospektif tentang nilai pasar perusahaan.23 Manajer menggunakan akuntansi diskresi untuk mengomunikasikan prospek perusahaan kepada para stakeholder. Manajer berusaha mengomunikasikan informasi tentang stabilitas dan prospek pertumbuhan laba jangka panjang perusahaan kepada pihak di luar perusahaan. Manajer akan memilih metode akuntansi untuk tujuan mengurangi agency costs antarpihak dalam perusahaan atau memaksimalkan kesejahteraan manajemen (opportunistic behaviour).24 21 A. Ahmed, C. Takeda, and S. Thomas, Bank Loan Loss Provisions: a Reexamination of Capital Management, Earnings Management and Signaling Effects, Journal of Accounting and Economics, No 28, 1999, pp. 1-40. 22 D. Burgstahler and L. Dichev, “Earnings Management to Avoid Earnings Decreases and Losses”, Journal of Accounting and Economics, Vol. 24, 1997, pp. 99-126. 23 Kiridigaran Subramanyam, The Pricing of Discretionary Accruals, Journal of Accounting and Economics, Vol. 22, 1996, pp. 249-281. 24 Jonas Spohr, Essay on Earnings Management, Working Paper. Http//www.papers.ssrn.com. 2005, pp. 1-45.
SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 3, Mei 2009
Slamet Haryono: Kompleksitas Akrual Diskresi, Asimetri …
781
Manajer juga melakukan akrual operasi diskresi ketika terjadi perubahan lingkungan ekonomi perusahaan yang menuntut respon manajemen. Oleh karena itu, pos-pos yang terdapat akrual diskresi menggambarkan perilaku manajemen dalam mengelola sumberdaya perusahaan dan perubahan lingkungan usaha.25 Moyer membuktikan bahwa manajer mengadopsi kebijakan akuntansi meningkat (increasing accounting adjustment) untuk memenuhi regulasi.26 Ahmed dkk. (1999) berpendapat berbeda bahwa signaling motive (keinginan untuk menyediakan informasi bagi pihak luar) bukanlah determinan terpenting dalam kebijakan akrual diskresi. Rees dkk, menyatakan bahwa akrual diskresi adalah respon manajemen yang layak terhadap perubahan lingkungan ekonomi perusahaan karena jika terjadi penurunan nilai aset perusahaan (assets write down) akan dinilai sebagai memburuknya kinerja operasi perusahaan. Akibatnya yaitu manajer akan bertindak secara opportunistic untuk meningkatkan kinerja periode mendatang.27 Perusahaan menggunakan akrual diskresi penghapusan aset (assets write down) untuk merekayasa informasi keuangan. Tindakan diskresi manajer bertujuan untuk menyediakan value relevant signal kepada investor. Manajer berusaha mengambil manfaat melalui kesempatan diskresi untuk memanipulasi laba. Persyaratan terjadinya akrual diskresi, yaitu: (1) kesempatan dan keinginan yang mendasari manajer untuk menggunakan teknik akrual diskresi sesuai risiko yang akan diterima, (2) jumlah transaksi dalam cara akrual dan mempunyai pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan perusahaan. Asumsi yang dipakai manajer adalah investor atau pihak luar termasuk regulator tidak mampu meralat manipulasi tersebut. Motif akrual diskresi yang terjadi pada perusahaan jasa seperti pada perbankan adalah untuk tujuan window dressing. Window dressing adalah penggunaan transaksi keuangan jangka pendek yang digunakan untuk memanipulasi nilai akuntansi pada sekitar akhir tanggal neraca. Perilaku window dressing sering tidak menghasilkan manfaat terbaik bagi pihak regulator maupun pemegang saham. Manajer kadang melakukan overstated secara permanen dengan cara meningkatkan trend ukuran aset perusahaan 25
L. Rees, S. Gill, and R. Gore, “An Investigation of Asset Write-Downs and Concurrent Abnormal Accruals”, Journal of Accounting Research, Vol. 34. Supplement, 1996. pp. 157-169. 26 Schaver Moyer, Capital Adequacy Ratio Regulations and Accounting Choices in Commercial Banks, Journal of Accounting and Economics 13 (2), 1990, pp. 123-154. 27 L. Rees, S. Gill, and R. Gore, “An Investigation of Asset Write-Downs and Concurrent Abnormal Accruals”, Journal of Accounting Research. Vol. 34, Supplement, 1996, pp. 157-169. SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 3, Mei 2009
Slamet Haryono: Kompleksitas Akrual Diskresi, Asimetri …
782
(upward window dressing) untuk meningkatkan manfaat yang diterima manajer. Pemegang saham justru lebih suka manajer melakukan downward window dressing untuk menurunkan kewajiban pajak. Active/upward window dressing adalah kebijakan ketika mengetahui adanya deviasi pada akhir periode. Ketika terjadi deviasi laba suatu periode yang dirasakan tidak sesuai harapan manajemen maka manajemen melakukan akrual diskresi untuk menaikkan laba sampai pada tingkat laba yang diinginkan. Sedangkan downward window dressing dapat dinilai dari perilaku manajemen yang dilakukan hanya terjadi pada hari terakhir periode ketika laba dianggap terlalu tinggi sehingga manajemen berusaha untuk menurunkan aset bank akhir periode melalui akrual diskresi. Manajer perusahaan mempunyai bermacam-macam pilihan dalam membuat keputusan akrual diskresi sesuai dengan jenis industri dan sensitifitas masing-masing pos. Manajer berusaha melakukan diskresi secara halus yang mempunyai risiko terendah. Secara sifat, akrual diskresi merupakan subjective and complex judgement manajer. subjective and complex judgement manajer. Keputusan setiap manajer dapat berbeda-beda sesuai karakter usaha dan karakter manajer. Keputusan akrual diskresi mencerminkan perilaku manajer. Pendekatan yang sering digunakan dalam akrual diskresi manajer, yaitu: (1) Pendekatan Laba Rugi, dalam pendekatan ini besar pos yang terdapat akrual diskresi yang akan disajikan di laporan laba rugi ditentukan terlebih dahulu. Selanjutnya, manajer menentukan besarnya pos tersebut yang akan disajikan di neraca; (2) Pendekatan Neraca, besar pos obyek akrual diskresi yang akan disajikan dalam neraca ditentukan lebih dahulu sedangkan besarnya besar pos obyek akrual diskresi yang akan disajikan di laporan laba rugi ditentukan selanjutnya.28 Secara umum, dapat disimpulkan terdapat tiga tipe terjadinya akrual diskresi akuntansi, yaitu: Pertama, alasan manajer memilih suatu metode akuntansi adalah untuk mengurangi agency costs antarpihak (stakeholder) dalam perusahaan atau; Kedua, manajer ingin memaksimalkan kesejahteraan yang diterima mereka (opportunistic behaviour), ketika kontrakkontrak yang terjadi dalam perusahaan yang berdasarkan angka-angka akuntansi, ataukah; Ketiga, motif manajer adalah untuk mengungkapkan harapan manajemen tentang aliran kas masa depan (signalling motive).
28
W. Beatty and B. Harris, The Effects of Taxes, Agency Cost and Information Asymmetry on Earnings Management: a Comparison of Public and Private Firms. Review of Accounting Research, Vol.33. No. 2, 1999, pp. 299-366. SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 3, Mei 2009
Slamet Haryono: Kompleksitas Akrual Diskresi, Asimetri …
783
E. Penutup Kajian ini menunjukkan bahwa berbagai keputusan akuntansi manajer dalam operasi perusahaan dipengaruhi oleh keputusan akrual diskresi akuntansi. Perusahaan di Indonesia seperti juga perusahaanperusahaan dinegara lain mempunyai perilaku akuntansi yang sama. Akrual diskresi di perusahaan berkaitan dengan berbagai faktor antara lain kompleksitas masalah keagenan sebagai akibat perbedaan infra-struktur hukum dan politik dalam melindungi kepentingan para stakeholder, khususnya pemegang saham minoritas. Asumsi dasar teori keagenan berbeda dengan karakteristik usaha industri perperusahaanan sebagai dampak adanya konflik keagenan yang multi dimensi karena melibatkan banyak pihak yaitu manajer, pemilik, regulator, penabung dan debitur. Akrual dikresi akan menyebabkan asimetri informasi yang disebabkan oleh adanya masalah keagenan antar berbagai pihak stakeholder perusahaan. Akrual diskresi didominasi oleh subjective judgement manajer perusahaan dan kompleksitas usaha perusahaan. Asimetri informasi disebabkan adanya perbedaan daya akses terhadap informasi perusahaan. Masalah keagenan prusahaan juga dipengaruhi oleh jenis industrinya. Masalah keagenan di perusahaan yang multi dimensi dibanding dengan industri manufaktur. Selain itu, masalah keagenan juga berkait dengan struktur kepemilikan perusahaan. Regulasi harus melindungi kepentingan pemakai informasi keuangan melalui pendisiplinan perilaku perusahaan dalam menerbitkan informasi keuangan yang akurat dan terpercaya serta bermanfaat. Tujuannya adalah mekanisme pasar dalam berjalan secara efisien.
SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 3, Mei 2009
784
Slamet Haryono: Kompleksitas Akrual Diskresi, Asimetri …
Daftar Pustaka Ahmed, A., C. Takeda, and S. Thomas, "Bank Loan Loss Provisions: a Reexamination of Capital Management, Earnings Management and Signaling Effects", Journal of Accounting and Economics, No 28. 1999. Bathala, C, K. Moon, and R. Rao, "Managerial Ownership, Debt Policy and the Impact of International Holding an Agency Perspective". Financial Management, Vol.23. No. 3, 1994. Beatty, W. and B. Harris, "The Effects of Taxes, Agency Cost and Information Asymmetry on Earnings Management: a Comparison of Public and Private Firms", Review of Accounting Research, Vol. 33. No. 2, 1999. Burgstahler, D. and L. Dichev, "Earnings Management to Avoid Earnings Decreases and Losses", Journal of Accounting and Economics, Vol. 24, 1997. Demsetz, H. and K. Lehn, "The Structure of Corporate Ownership: Causes and Consequences", Journal of Political Economy, Vol. 93. No. 6, 1998. Dewatripont, M. and J. Tirole, "The Prudential Regulation of Banks", Working Paper, The MIT Press, 1994. Eisenhardt, Kathleen, Agency Theory: An Assessment and Review, Academy of Management Review, Jan, 14. 1, 1989. Henry, T. and M. Holtzman, "Critical Accounting Policy Disclosures for Financial Institutions", Bank Accounting and Finance, April-May 2006. Husnan, Suad, Corporate Governance dan Keputusan Penandaan: Perbandingan Kinerja Perusahaan dengan Pemegang Saham Pengendali Perusahaan Multinasional dan Bukan Multinasional, Jurnal Riset Akuntansi dan Manajemen Ekonomi, Vol. 1. No. 1, 2001. Jensen, M. and W. Meckling, "Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure", Journal of Financial Economy 3. 1976. Kim, M., and W. Kross, "The Impact of the Change in Bank Capital Standards on Loan Loss Provisions and Loan Write-offs", Journal of Accounting and Economics 25(1), 1989.
SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 3, Mei 2009
Slamet Haryono: Kompleksitas Akrual Diskresi, Asimetri …
785
McNulty, Mary P., "Exploring Earnings Management by Banks Using the Loan Loss Provision", Dissertation, The George Washington University, 2005. Mensah, M., H. Nguyen, and S. Prattipati, "Transparency in Financial Statements: A Conceptual Framework from a User Perspective", The Journal of American Academy of Business, Vol. 9. No. 1, University of Scranton, Scranton, 2006. Moyer, Schaver, “Capital Adequacy Ratio Regulations and Accounting Choices in Commercial Banks", Journal of Accounting and Economics 13 (2), 1990. Rees, L., S. Gill, and R. Gore, "An Investigation of Asset Write-Downs and Concurrent Abnormal Accruals", Journal of Accounting Research. Vol. 34, Supplement. Spohr, Jonas, "Essay on Earnings Management”, Working Paper, Http//www.papers.ssrn.com. 2005. Subramanyam, Kiridigaran, "The Pricing of Discretionary Accruals", Journal of Accounting and Economics, Vol. 22, 1996. Supriyatno, "Pengaruh Corporate Governance dan Bentuk Kepemilikan terhadap Kinerja Keuangan Bank di Indonesia Periode 1999-2004". Disertasi, Universitas Gadjah Mada, 2006. Sweeney, Joseph. P., Debt Covenant Violations and Managers Accounting Respons, Journal Accounting and Economics, Vol. 22. 1994. Wall, L. and T. Koch, Bank Loan-Loss Accounting: a Review of Theoritical and Empirical Evidence, Economic Review, Quarter 2. Federal Reserve of Atlanta, 2000. Went, Peter, "Risk Agency Problems in Commercial Banks”. Working Paper, 2002.
SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 3, Mei 2009