Pros id ing Sem in ar Nas iona l & W ork s hop “Pe rk e mbangan T e rk ini Sa ins F a rmas i & K li nik 5 ” | Pa d ang, 6 -7 Nov e m ber 2015
Komplek Inklusi Fenilbutazone- β-siklodektrin dengan Metode Freeze Drying (Inclution Complex of Phenylbutazone - β Cyclodextrine with Freeze Drying Methods) Deni Noviza*; Mutia Ardila; Auzal Halim Fakultas Farmasi, Universitas Andalas Padang Corresponding email:
[email protected] ABSTRAK Fenilbutazon merupakan obat golongan NSAID (Non Steroid Anti Inflamasi Drug). Salah satu permasalahan yang dimiliki oleh fenilbutazon adalah sifat kelarutannya yang sangat sukar larut di dalam air. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pembentukan kompleks inklusi fenilbutazon dengan - siklodekstrin terhadap laju disolusi dan karakter kompleks inklusi yang terbentuk. Pembuatan kompleks inklusi dilakukan dengan metode freeze drying. Difraksi sinar-X (XRD), Differential Thermal Analysis (DTA), Scanning Electron Microscopy (SEM), spektroskopi FT-IR, dan uji profil disolusi digunakan untuk mengkarakterisasi kompleksi inklusi fenilbutazon-β-siklodekstrin. Hasil analisa X-Ray terlihat terjadinya penurunan intensitas puncak difraktogram pada kompleks inklusi yang menunjukan terjadinya pengurangan kisi kristal dari fenilbutazon yang telah mengalami kompleksasi dengan βsiklodekstrin. Pada analisa DTA terlihat adanya penurunan titik leleh dari fenilbutazon. Pada uji profil disolusi terlihat adanya peningkatan laju disolusi dari kompleks inklusi fenilbutazon- - siklodekstrin yang terbentuk dibandingkan dengan fenilbutazon murni dan campuran fisik Kata Kunci: Fenilbutazone, β-siklodekstrin, komplek inklusi, freeze drying PENDAHULUAN
disolusi dari obat yang sukar larut adalah
Ketersediaan hayati suatu obat yang
melalui
proses
mikronisasi,
pembentukan
diberikan per oral tergantung pada beberapa
kompleks dengan siklodekstrin, penggunaan
faktor
surfaktan, modifikasi kimia dan dispersi padat
diantaranya
adalah
laju
disolusi,
kelarutan dan laju absorpsi obat tersebut dalam
(Babu et al., 2010).
saluran cerna. Obat yang diberikan per oral,
Pada kompleks inklusi, molekul obat
akan dilarutkan dalam media berair di saluran
sebagai molekul guest terperangkap di dalam
cerna sebelum diabsorpsi. Perbaikan kelarutan
rongga siklodekstrin yang bersifat hidrofobik.
dan kecepatan disolusi untuk obat yang sukar
Bagian luar siklodekstrin bersifat hidrofilik
larut
sehingga mudah larut dalam media air (Frank,
merupakan
langkah
pertama
untuk
meningkatkan ketersediaan hayati obat (Bekers et al., 1991; Loftsson dan Brewster, 1996).
1975). Siklodekstrin, karbohidrat siklik unik
Usaha yang dapat dilakukan untuk
yang sukses digunakan sebagai agen dalam
memperbaiki kelarutan dan meningkatkan laju
bentuk inklusi kompleks dengan obat tidak
409
Pros id ing Sem in ar Nas iona l & W ork s hop “Pe rk e mbangan T e rk ini Sa ins F a rmas i & K li nik 5 ” | Pa d ang, 6 -7 Nov e m ber 2015
larut.
Survey
komprehensif
literatur
Analysis
(DTA)
(Perkin
Elmer),
Fourier
menunjukkan penggunaan siklodekstrin sebagai
Transform Infrared (FTIR) (Perkinelmer FT-IR
agen pengompleks dan peningkat permeasi.
Spectrofotometer Frontier), pH meter (Hanna),
Berbagai
alat uji disolusi (Hansen Research) dan alat –
teknik
menerangkan
telah
metode
diselidiki untuk
untuk
penyiapan
alat gelas laboratorium.
kompleks inklusi. Pendekatan untuk membuat
Bahan
yang
digunakan
adalah
kompleks inklusi adalah physical blending,
Fenilbutazon (PT. Dexa Medica), β- siklodekstrin
kneading,
solution/solvent
(Merck), kalium dihidrogen fosfat (Bratachem),
precipitation,
natrium hidroksida (Bratachem), Amoniak cair
co-precipitation,
evaporation,
neutralization
milling/co-grinding, atomization/spray drying, lyophilization/freeze
drying,
(Bratachem) dan aquades (Bratachem).
microwave
irradiation, dan supercritical antisolvent (Patil
2. CARA KERJA
et al., 2010).
a.
Uji Kelarutan Fase
Fenilbutazon adalah suatu turunan
Sejumlah
berlebih
pirazolon yang merupakan obat golongan NSAID
ditambahkan
(Non Steroid Anti Inflamasi Drug). Obat ini
siklodekstrin dengan konsentrasi 0, 2x10-3 M,
mempunyai sifat anti inflamasi yang kuat dan
4x10-3 M, 6x10-3 M, 8x10-3 M, 10x10-3 M .
efektif dalam pengobatan serangan gout akut
Berbagai larutan diletakan pada shaker selama
(Katzung,
24
1998).
Fenilbutazon
merupakan
jam
dalam
hingga
25
fenilbutazon,
ml
tercapai
larutan
β-
kesetimbangan.
serbuk hablur, putih, atau agak putih dan tidak
Selanjutnya sampel disaring, serapan diukur
berbau. Kelarutan fenilbutazon adalah sangat
dengan
sukar larut dalam air, mudah larut dalam aseton
dianalisis untuk mendapatkan kurva kelarutan
dan dalam eter serta larut dalam etanol
fase Fenilbutazon- β-siklodekstrin.
(Departemen Kesehatan R.I, 1995).
b. Pembentukan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
spektrofotometer
UV,
kemudian
kompleks
inklusi
fenilbutazon dan β-siklodekstrin
melihat pengaruh kompleks inklusi fenilbutazon
Kompleks Inklusi Fenilbutazon dan β-
dengan β- siklodekstrin menggunakan metoda
siklodekstrin
dibuat
dengan
perbandingan
freeze drying terhadap laju disolusinya dan
molar fenilbutazon dan β-siklodekstrin 1:1.
melakukan karakterisasi kompleks inklusi yang
Kemudian Dilarutkan dengan aquades dan
terbentuk.
ditambahkan NH4OH 3,5 ml ( Setyawan D, 2009). Larutan diaduk, selanjutnya dimasukkan
METODE PENELITIAN 1. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah Timbangan digital (Shimadzu-Aux 220), Freeze Dryer ( Edwar), spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV-1700), difraktometer sinar-X serbuk (X’pert PRO PANalytical), Scanning Electron Microscopy / SEM (Jeol, Japan), Differential Thermal
kedalam Freeze Dryer, hasi freeze drying kemudian diayak dengan ayakan ukuran 250 µm. Untuk proses pengeringan beku (freeze dryer), larutan terlebih dahulu dibekukan pada refrigerator dengan bantuan methanol yang memiliki titik beku -97°C. Kemudian dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan tekanan 2 atm sehingga kandungan air yang sudah 410
Pros id ing Sem in ar Nas iona l & W ork s hop “Pe rk e mbangan T e rk ini Sa ins F a rmas i & K li nik 5 ” | Pa d ang, 6 -7 Nov e m ber 2015
menjadi
uap
Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM)
(sublimasi), Tahap pengeringan ini berakhir bila
Serbuk fenilbutazon, β- siklodekstrin,
semua air telah tersublim. Selanjutnya tahap
campuran fisik fenilbutazon dan β- siklodekstrin
pengeringan
mencakup
(1:1), kompleks inklusi fenilbutazon dan β-
pengeluaran air hasil sublimasi hingga menjadi
siklodekstrin ( 1:1) diletakkan pada sampel
kering.
holder aluminium dan dilapisi dengan emas.
c.
es
akan
langsung
akhir,
tahap
Pembentukan
menjadi
ini
campuran
fisik
fenilbutazon dan β-siklodekstrin
Kemudian diamati pada perbesaran 500-5000 x pada alat SEM (Jeol, Japan).
Campuran fisik fenilbutazon dan βsiklodekstrin
1:1,
dibuat
dengan
cara
mencampurkan pebandingan molar yang sama
Analisis Differential Thermal Analysis (DTA) Penetapan
pola
DTA
fenilbutazon,
dilakukan
dengan kompleks inklusi fenilbutazon dan β-
terhadap
β-siklodekstrin,
siklodekstrin. Fenilbutazon dan β- siklodekstrin
campuran fisik dan kompleks inklusi dari
dicampur dalam sebuah mortar, kemudian
masing-masing formula, pada suhu 50-300 oC
diayak dengan ayakan ukuran 250 µm.
dengan kecepatan pemanasan 10 oC/ menit.
d. Evaluasi Komplek Inklusi Pemeriksaan meliputi Analisa Difraksi Sinar X, FTIR, SEM, DTA, Perolehan Kembali dan Uji Profil Disolusi In vitro
Penentuan
Perolehan
Kembali
Fenilbutazon dalam Kompleks Inklusi Kompleks inklusi ditimbang serbuk kompleks
Analisis Difraksi Sinar-X Serbuk Sejumlah
Kadar
setara
dengan
50
mg
fenilbutazon. Serbuk dimasukkan ke dalam labu β-
ukur 100 ml larutkan dengan NaOH 0,1 N
siklodekstrin, campuran fisik fenilbutazon dan
kemudian cukupkan volume sampai tanda batas.
β-
inklusi
Ambil 5 mL dari larutan tersebut, masukkan
(1:1)
kedalam labu 50 mL dan cukupkan volume
diletakkan pada kaca preparat, ditekan sampai
sampai tanda batas. Ambil 10 mL dari larutan
rata guna untuk mencegah orientasi partikel
tersebut, masukkan ke dalam labu 25 mL dan
selama penyiapan sampel dan dimasukkan ke
cukupkan
dalam alat difraktometer. Dilakukan percobaan
Konsentrasi
difraksi sinar X dengan kecepatan scan 0,040
kompleks
per detik.
spektrofotometer UV-Vis.
Analisis Spektrofotometer FTIR
Uji Profil Disolusi in vitro
siklodekstrin
fenilbutazon
dan
serbuk
inklusi
fenilbutazon,
(1:1),
kompleks
β-
siklodekstrin
Fenilbutazon, β- siklodekstrin, campuran fisik fenilbutazon
dalam
batas. serbuk
inklusi ditentukan menggunakan
Penetapan profil disolusi dari kompleks
β-
menggunakan alat disolusi tipe keranjang. Labu
siklodekstrin ( 1:1) dan KBr ditekan dengan
disolusi diisi dengan medium dapar phospat pH
tekanan
yang
7,5 sebanyak 900 mL lalu suhu diatur pada 37oC
terbentuk dianalisis dengan spektrofotometer
± 0,5oC. Kemudian komplek inklusi setara
inframerah.
dengan 50 mg fenilbutazon dimasukkan ke
8-9
ton.
siklodekstrin
fenilbutazon
tanda
inklusi fenilbutazon dan β- siklodekstrin dengan
inklusi
β-
sampai
(1:1),
kompleks
dan
volume
fenilbutazon Selanjutnya
dan pelet
411
Pros id ing Sem in ar Nas iona l & W ork s hop “Pe rk e mbangan T e rk ini Sa ins F a rmas i & K li nik 5 ” | Pa d ang, 6 -7 Nov e m ber 2015
dalam keranjang. Sampel dimasukkan ke dalam
Nilai konstanta kesetimbangan kompleks dapat
keranjang yang kemudian ditempatkan ke
diperoleh dengan persamaan Kc = Slope/
dalam wadah silinder, keranjang diputar dengan
Intersep (1-Slope) dan diperoleh nilai konstanta
kecepatan 100 rpm. Larutan disolusi dipipet 5
stabilitasnya 19,42 M-1. Nilai K (1:1) yang
ml pada menit ke 5, 10, 15, 30, 45, dan 60. Pada
diperoleh tidak berada dalam rentang 200-1000
setiap pemipetan diganti dengan medium
M-1 sehingga kompleks inklusi yang terbentuk
disolusi (volume dan suhu yang sama saat
cenderung memiliki ikatan yang lemah.
pemipetan). Kadar fenilbutazon yang terdisolusi pada
setiap
waktu
dihitung
dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Pembuatan
kompleks
inklusi
Fenilbutazone - β-siklodesktrin dengan metode Freeze Drying dibentuk dengan perbandingan molar 1:1 sesuai dengan diagram kelarutan fase yang dihasillkan.
HASIL DAN DISKUSI Uji kelarutan fase digunakan untuk menggambarkan konsentrasi suatu zat terlarut di dalam variasi konsentrasi suatu larutan zat lain. (Alatas, 2013). Kurva kelarutan fase menghasilkan kesesuaian dengan dengan tipe AL ( tipe 1:1) (Gambar 1) yang artinya kelarutan fenilbutazon meningkat dalam variasi konsentrasi β-siklodesktrin dalam pelarut air.
D
C
B
A
Gambar 2. Gambar 1.
Uji Kelarutan Fase Fenilbutazon- βsiklodesktrin
Kurva
kelarutan
fase
tersebut
menghasilan garis linear dengan persamaan Y = 0,0038x + 0,0002 dengan nilai regresi 0,994. Dari persamaan ini diperoleh nilai Intersep A = 0,0002 dan nilai Slope B = 0,0038. Slope regresi linear yang menunjukkan angka kurang dari satu mengartikan bahwa perbandingan molar fenilbutazon-β-siklodekstrin diasumsikan 1: 1.
Difraktogram Sinar X; βsiklodesktrin (A), Fenilbutazone (B), Campuran Fisik Fenilbutazon β-siklodesktrin (C), Komplek Inklusi Fenilbutazon βsiklodesktrin (D)
Pola
difraksi
sinar-X
fenilbutazon
memperlihatkan derajat kristalinitas yang tinggi karena adanya puncak yang khas dan tajam (Gambar 2). Karakteristik fenilbutazon murni dapat dilihat pada sudut difraksi 2θ = 20,33º dan 20,93º.
412
Pros id ing Sem in ar Nas iona l & W ork s hop “Pe rk e mbangan T e rk ini Sa ins F a rmas i & K li nik 5 ” | Pa d ang, 6 -7 Nov e m ber 2015
Difraktogram hasil kompleks inklusi menunjukkan terjadinya penurunan intensitas puncak
yang
sangat
tajam
dari
puncak
fenilbutazon, penurunan ini merupakan hasil pengurangan kisi kristal fenilbutazon yang telah mengalami kompleksasi dengan β–siklodektrin, ini berarti terjadi perubahan bentuk menjadi lebih amorf yang menyebakan meningkatnya laju disolusi. Penurunanan terjadi pada sudut difraksi 2θ = 20,87º (tinggi puncak 1524,85 dari 9003,32); 19,50º (tinggi puncak 1549,77 dari 9496,38). Namun, terjadi peningkatan intensitas pada 2θ = 29,29º (tinggi puncak 2671,6 dari
Gambar 3. Morfologi Fenilbutazon Murni
969,01). Pada difraktogram campuran fisik terlihat juga penurunan intensitas pada sudut difraksi 2θ = 20,91º (tinggi puncak 2919,04 dari 9003,32) dan 22,53º (tinggi puncak 1901,17 dari 4374,46). Analisis bentuk partikel dengan alat Scanning Electron Microscope (SEM) dengan berbagai
perbesaran
karakteristik
morfologi
memperlihatkan permukaan.
Pada
fenilbutazon murni memperlihatkan kristal berbentuk batang (Gambar 3), sedangkan βsiklodekstrin terlihat seperti batang yang tidak beraturan (Gambar 4).
Gambar 4. Morfologi β- siklodekstrin
Pada campuran fisik fenilbutazon dan β-
siklodekstrin
masih
dapat
dibedakan
morfologi fenilbutazon dan β – siklodektrin (Gambar
5)
hal
ini
menunjukan
belum
terbentuknya kompleks karena fenilbutazon masih banyak di luar permukaan dari β – siklodektrin dan pada kompleks inklusi 1:1 menunjukkan bentuk yang permukaan yang tidak beraturan dan morfologi yang berbeda dari fenilbutazon murni (Gambar 6). Gambar 5.
Morfologi Campuran Fisik Campuran Fisik Fenilbutazon - βsiklodesktrin
413
Pros id ing Sem in ar Nas iona l & W ork s hop “Pe rk e mbangan T e rk ini Sa ins F a rmas i & K li nik 5 ” | Pa d ang, 6 -7 Nov e m ber 2015
1025,07 cm-1 yang merupakan gugus OH dan ikatan C-O dari β-siklodekstrin.
A
Gambar 6.
Morfologi Komplek Inklusi Fenilbutazon - β-siklodesktrin
B
Analisis spektroskopi FT-IR dilakukan untuk melihat spektrum yang terbentuk dari
C
serbuk kompleks inklusi antara fenilbutazon dan
β-siklodektrin
dibandingkan
dengan
spektrum fenilbutazon murni dan siklodektrin
D
murni. Hasil karakterisasi fenilbutazon murni dengan menggunakan spektrofotometer FT-IR, serapan ikatan C=O terlihat pada bilangan gelombang 1713,85 cm-1 dan serapan C-H muncul pada bilangan gelombang 1293,22 cm-1 serta serapan C=C aromatik terlihat pada bilangan gelombang 1487,08 cm-1 (Gambar 7). Karakterisasi
β-siklodektrin
menggunakan
spektrofotometer FT-IR, serapan ikatan OH
Gambar 7. Spektrum FTIR Fenilbutazon (A), Kompleks Inklusi Fenilbutazon-βSiklodekstrin (B), Campuran Fisik Fenilbutazon-β-Siklodekstrin (C), βSiklodekstrin (D)
terlihat pada bilangan gelombang 3400-3600 cm-1 dan serapan ikatan C-O terlihat pada bilangan gelombang 1022,48 cm-1 . Karakteristik menunjukan
adanya
campuran
fisik
pergeseran
puncak
gelombang pada gugus fenilbutazon dan βsiklodekstrin. Pergeseran puncak gelombang pada fenilbutazon pada campuran fisik terlihat pada gugus karbonil, serapan C=C aromatik dan serapan C-H pada puncak bilangan gelombang dari 1714,41 cm-1, 1487,12 cm-1dan 1294,07 cm-1 dan terjadi pergeseran pada puncak bilangan gelombang dari 3312,08 cm-1 dan
Pada karakterisasi kompleks inklusi juga menunjukkan adanya pergeseran puncak gelombang pada gugus fenilbutazon dan βsiklodekstrin. Pergeseran gugus fenilbutazon terjadi pada serapan gugus karbonil, C=C aromatik dan C-H pada puncak bilangan gelombang 1714,97 cm-1 , 1488,09 cm-1 dan 1296,93 cm-1. Sedangkan pergeseran pada gugus β-siklodekstrin terjadi pada ikatan OH dan C-O pada puncak bilangan gelombang 3312,11 cm-1 dan 1024,11 cm-1. Pergeseran puncak
gelombang
terbentuknya
komplek
ini
menunjukkan inklusi
antara
414
Pros id ing Sem in ar Nas iona l & W ork s hop “Pe rk e mbangan T e rk ini Sa ins F a rmas i & K li nik 5 ” | Pa d ang, 6 -7 Nov e m ber 2015
fenilbutazon dan β-siklodekstrin (Singh R. et all,
diberikan
2010)
rekristalisasi, Analisis
berupa
peleburan,
peristiwa
desolvasi,
dan
transformasi fase padat, yang ditunjukkan
instrumen analitik yang sangat bermanfaat
puncak endotermik atau eksotermik pada
dalam karakterisasi interaksi dalam keadaan
termogran
padat (solid state interaction) antara dua atau
Fenilbutazon memiliki titik lebur 107,7°C
lebih material obat. Analisis termal DTA
(Gambar 8), sedangkan β-siklodekstrin memiliki
digunakan untuk mengevaluasi perubahan sifat
titik lebur 171,7°C (Gambar 9).
yang
DTA
panas,
merupakan
termodinamika
termal
energi
terjadi
saat
DTA.
(Zaini,
et
al.,
2011).
materi
Gambar 8. Termogram DTA Fenilbutazon
Gambar 9. Termogram DTA β-Siklodekstrin
415
Pros id ing Sem in ar Nas iona l & W ork s hop “Pe rk e mbangan T e rk ini Sa ins F a rmas i & K li nik 5 ” | Pa d ang, 6 -7 Nov e m ber 2015
Gambar 10. Termogram DTA Campuran Fisik 1:1
Gambar 11. Termogram DTA Kompleks inklusi 1:1 Pada termogram DTA hasil campuran
Dari penelitian yang telah dilakukan
fisik menunjukan adanya penurunan titik lebur
diperoleh hasil penetapan perolehan kembali
yaitu 101,5°C (Gambar 10). Pada termogram
fenilbutazon dalam kompleks inklusi sebesar
kompleks inklusi juga menunjukan adanya
52,13% ± 0,086
penurunan
suhu
rendah
Persentase zat terdisolusi pada menit
dibanding dengan termogram DTA fenilbutazon
ke-60 untuk fenilbutazon murni, campuran fisik,
murni yaitu sebesar 91,4 °C (Gambar. 12). Hal
komplek inklusi 1:1 berturut-turut adalah 89,16
ini menunjukan telah terjadinya kompleks
± 6,55; 95,34 ± 1,69 dan 99,35 ± 1,63. Hasil yang
inklusi
diperoleh menunjukkan terjadinya peningkatan
antara
menjadi
lebih
fenilbutazon
dengan
β-
siklodekstrin. Isadiartuti (2005) mengatakan,
persentase
jika suatu molekul guest masuk ke dalam rongga
dikerjakan (Gambar 13). Persen terdisolusi yang
β-siklodekstrin, maka titik lebur molekul guest
paling tinggi adalah kompleks inklusi 1:1,
tersebut akan menghilang atau bergeser ke suhu
sedangkan
yang lebih rendah. Penurunan titik lebur
fenilbutazon murni. Peningkatan disolusi pada
disebabkan
kompleks inklusi dipengaruhi dengan terjadinya
ukuran
karena
partikel,
dibutuhkan
untuk
terjadinya
pengecilan
disolusi
disolusi
pada
formula
terendah
yang
adalah
sehingga
energi
yang
penurunan intesitas kisi kristal seperti yang
melebur
dispesi
padat
dapat lihat dari hasil difaksi sinar-X dan
menjadi lebih kecil (Dini, 2010).
penurunan titik lebur pada hasil analisi DTA.
416
Pros id ing Sem in ar Nas iona l & W ork s hop “Pe rk e mbangan T e rk ini Sa ins F a rmas i & K li nik 5 ” | Pa d ang, 6 -7 Nov e m ber 2015
Parameter lain yang digunakan untuk
fenilbutazon murni adalah 68,40 ± 2,71,
evaluasi disolusi adalah efisiensi disolusi (ED)
campuran fisik 77,47 ± 1.65, kompleks inklusi
(Abdou,
disolusi
82,78 ± 0.14, . Data ini memperlihatkan bahwa
merupakan nilai AUC (Area Under Curve) dari
kompleks inklusi mempunyai efisiensi disolusi
jumlah obat yang terdisolusi per satuan waktu.
yang besar dibandingkan dengan campuran fisik
Perhitungan
dan fenilbutazon murni.
1989).
Nilai
rata-
rata
efisiensi
efisiensi
disolusi
diperoleh dari luas daerah dibawah kurva menunjukkan nilai efisiensi disolusi untuk
Gambar 13. Profil disolusi fenilbutazon murni, campuran fisik dan kompleks inklusi dalam Dapar Phospat pH 7.5
KESIMPULAN
fenilbutazon β-Siklodekstrin dengan metode
Dari Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
freeze drying dapat meningkatkan laju disolusi
pembentukan
dari fenilbutazon
komplek
inklusi
antara
DAFTAR PUSTAKA Abdou, H. M. 1989. Dissolutions, Bioavaibility and Bioequivalence. Pennsylavania:Mark Publishing Company Easton. Alatas, F., Soewandhi, S. N., Sasongko,L., Ismunandar. 2013. Kelarutan Dan Stabilitas Kimia Kompleks Didanosin Dengan Nikotinamid Atau L-Arginin. Jurnal Sains Materi Indonesia, 15(2). 94-102 Babu, V.R., Areefulla,S., & Mallikarjun, V.2010. Solubility and Dissolution Enhancement: An overview. Journal of Pharmacy Research, 141-145.
Bekers, O., Uijtendaal, E.V., Beijnen, J.H., Bult, A., and Undenberg, W.J.M. 1991. Cyclodextrin in Pharmaceutical Field, Drug Dev. Ind. Pharm, 17 (11), 1503 –1549. Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: 665-666. Frank SG. 1975. Inclusion compound. J Pharm Sci 64(10), 1585- 1601. Higuchi T, Connors KA.1965. Phase solubility techniques. Adv. Anal. Chem. Instrum. 4: 117–122.
417
Pros id ing Sem in ar Nas iona l & W ork s hop “Pe rk e mbangan T e rk ini Sa ins F a rmas i & K li nik 5 ” | Pa d ang, 6 -7 Nov e m ber 2015
Hiremath, S.N., Raghavendra, R.K, Sunil, F., Danki, L.S., Rampure, M.V., Swamy, P.V., Bhosale, U.V. 2008. Dissolution Enhancement of Gliclazide by Preparation of Inclusion Complexes with βsiklodekstrin. Asian Journal of Pharmaceutics, 7376. Isadiartuti D, dan Suwaidi. 2005. Pebentukan Kompleks Inklusi fenobarbital dengan hidroksipropil- βSiklodekstrin. Majalah Farmasi Indonesia 16(1), 2837. Katzung, B.G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik (Edisi VI). Penerjemah: A. Agoes. Jakarta: EGC. Loftsson T, dan ME Brewster. 1996. Pharmaceutical applications of b- siklodekstrin I, drug solubilization and stabilization. J Pharm Sci, 85(10), 1017- 1024.
Setyawan, D., dan Dewi, I. 2009. Karakterisasi Kompleks Inklusi Asam Mefenamat-β-Siklodekstrin yang Dibuat dengan Metoda Freeze Drying. Jur. Kefarmasian Indo. Vol 1(1): 1-9. Singh, R., N. Bharti, J. Madan., S.N. Hiremath, 2010, Characterization of Cyclodextrine Inclution Complexes – A Review, Journal of Pharmaceutical Science and Technology, 2 (3): 171-183 USP 32 – NF 27. 2009. United States Pharmacopeia and The National Formulary. United Stated: The United States Pharmacopeial Convention. Zaini, E. Halim, A. Soewandhi, S.N. Setyawan, D. 2011. Peningkatan Laju Pelarutan Trimetoprim Melalui Metoda Ko-Kristalisasi dengan Nikotinamida. Jurnal Farmasi Indonesia, 5(4): 205-212.
Loftsson T, dan ME Brewster. 2007. Cyclodextrins as Pharmaceutical Solubilizers, Ad. Drug Delivery Rev, 6: E329-E357. Patil JS, Kadam DV, & Kamalapur MV. 2010. Inclusion Complex System; A Novel Technique To Improve The Soulility And Bioavailability of Poorly Soluble Drugs: A Review. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, 2: 29-34.
418