AKADEMIKA; Vol. 15. No.1 Februari 2017
KOMPETENSI PEDAGOGIK, PROFESIONAL, KEPRIBADIAN DAN KOMPETENSI SOSIALDOSEN FATHORRAHMAN Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
[email protected] Abstract Lecturer at the college plays a strategic role in fostering academic and student affairs. That's because the professors serve as agents that transform science and knowledge to the students, so that if qualified lecturers, it is expected that science and knowledge are transformed as well quality. This research is causality, to determine the effect on the performance of the competence of lecturerslecturers. The sampling technique using Stratified random sampling by the sample size is as much as 105 faculty and the number of respondents who return the questionnaires to complete as many as 95. The results of hypothesis testing in this study were 1). Pedagogical competence of lecturers positive effect on performance. 2). Professional competence positive effect on the performance of lecturers. 3). Personal competence no significant effect on the performance of lecturers, and 4). Social competence no significant effect on the performance of lecturers. Keywords:competence, pedagogic, professional, personal, social, and performance.
Pendahuluan Dosen di Perguruan Tinggi memegang peranan strategis dalam pembinaan akademik dan kemahasiswaan.Banyak pandangan yang menyatakan bahwa kualitas pendidikan dapat dicapai melalui peningkatan kualitas dosen.Hal itu karena dosen berfungsi sebagai agen yang mentransformasikan ilmu dan pengetahuan kepada mahasiswa, sehingga jika dosennya berkualitas, maka diharapkan ilmu dan pengetahuan yang ditransformasikan juga berkualitas yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi. Hal tersebut tampak dari temuan penelitian sebelumnya bahwa dalam pendidikan berlaku “the man behind the system”, manusia merupakan faktor kunci yang menentukan kekuatan pendidikan (Miller, 1980;76). Bahkan, pendidikan sebagai industri jasa merupakan “front line provider and determine the quality of service delivery system”, dosen berada pada garis terdepan dalam menentukan kualitas pelayanan (Sallis, 2002:35). Sehingga dosen yang berkompeten merupakan sasaran yang
harus terus diupayakan oleh perguruan tinggi. Robbins (2000: 494-495) menyatakan bahwa ketrampilan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu: 1)Basic literacy skill, 2)Technical skill, 3)Interpersonal skill, dan4)Problem solving. Sementara itu kompetensi dosen adalah merupakan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat meningkatkan keefektifan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya. Indikator yang digunakan untuk mengukur kompetensi dosen adalah 1) Kompetensi pedagogik, 2) Kompetensi profesional, 3)Kompetensi kepribadian, dan 4) Kompetensi sosial. Kompetensi mengandung pengertian pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu (Rustyah, 1982).Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir, dan bertindak.Kompetensi dapat pula dimaksudkan sebagai kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau latihan (Herry, 1998).Sedangkan dalalam Kamus Besar
Kompetensi Pedagogik, Profesional, Kepribadian dan Kompetensi Sosial Dosen…
1
AKADEMIKA; Vol. 15. No.1 Februari 2017
Bahasa Indonesia, kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Menurut Finch dan Crunkilton dalam Mulyasa (2004: 38) bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.Hal itu menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, ketrampilan sikap dan apresiasi yang harus dimiliki peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas - tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Kompetensi menurut UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 (10), menyebutkan bahwa “Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan”. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 10 disebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dan dosen meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.Kompetensi kepribadian, yaituKemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.Kompetensi sosial, yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat luas.Kompetensi profesional, yaitu kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kemampuan dimaksudkan sebagai kesanggupan karyawan untuk melaksanakan pekerjaan.Kesanggupan ini menyangkut berbagai unsur seperti kemampuan kognitif dan kemampuan teknikal, bahkan sampai pada sifat-sifat yang dimiliki.Kemampuan disini merujuk pada kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam pekerjaan (Gibson et al. 1996), yaitu kemampuan merupakan sifat (bawaan atau dipelajari) yangmemungkinkan seseorang melaksanakan suatu tindakan atau pekerjaan mental atau fisik. Kemampuan terdiri dari dua unsur pokok yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual diperlukan untuk mengerjakan kegiatan mental, seperti kegiatan-kegiatan yang rumit dan memerlukan pemikiran. Sedangkan kemampuan fisik mengarah pada kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan serupa atau sebaliknya.Penelitian yang dilakukan oleh Palumbo et al.(2005) menyatakan bahwa kemampuan kognitif mempengaruhi terhadap kinerja karyawan. Vrooms menyatakan bahwa kinerja seseorang merupakan fungsi dari motivasi dan kemampuan seseorang. Sedangkan Robbins (2003;218) mengemukakan bahwa kinerja karyawan merupakan fungsi dan interaksi antara kemampuan (ability), motivasi (motivation), dan kesempatan (opportunity) dan dapat dirumuskan bahwa kinerja (P) = f(A x M x O). Kolzet al. (1998) meneliti pentingnya cognitive ability dan job experience dalam memprediksi work performance dengan melakukan survey 173 pekerja pabrik. Issue apakah validitas cognitive ability berubah jika job experience meningkat juga diteliti. Hasilnya menunjukkan bahwa baik ability maupun job experience merupakan predictor yang penting bagi work performance. Selanjutnya validitas meningkat dengan meningkatnya job experience. Disimpulkan bahwa ukuran ability tertentu dapat mengukur job knowledge.
Kompetensi Pedagogik, Profesional, Kepribadian dan Kompetensi Sosial Dosen…
2
AKADEMIKA; Vol. 15. No.1 Februari 2017
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah faktor penentu yang paling penting dari kinerja dan pengaruhnya stabil sepanjang waktu.
yang positif dan signifikan antara variabel kemampuan dan kinerja.
Schneider (1977 dalam Chow 1986), berpendapat sebaliknya yaitu kemampuan tidak diperlukan saat automatisasi terjadi. Kemampuan individu tidak berarti saat rutinisasi oleh mesin telah terjadi. Berdasarkan penelitian Schneider (1977 dalam Chow 1986), maka kemampuan tetap akan dibutuhkan untuk mengoperasikan mesin, agar tidak sering terjadi human error yang berakibat fatal.
Metode Penelitian
Hasil penelitian Pitoyo, 2000 (dalam Amelia 2009) menunjukkkan bahwa penampilan perawat, kemampuan perawat, motivasi perawat dan gaya kepemimpinan berhubungan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan perawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas, Kabupaten Dati II Semarang. Artinya ada hubungan variabel antara kemampuan dan kinerja di Puskesmas ini, sehingga penelitian ini mendukung hubungan antara kedua variabel tersebut. Mulyana (2005) hasil analisisnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang posisitf antara variabel-variabel kemampuan kerja pegawai, iklim organisasi, dan motivasi dengan kualitas pelayanan kesehatan, yang mengisyaratkan bahwa semakin baik kemampuan kerja, iklim organisasi, dan motivasi yang tinggi akan cenderung diikuti oleh terciptanya kualitas pelayanan yang lebih baik di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. Artinya terdapat arah yang positif dan hubungan yang signifikan antara kemampuan dan kinerja pada obyek penelitian ini, sehingga mendukung hubungan antara kedua variabel tersebut. Ahmad Faizin dan Winarsih (2008), Hasil analisis uji chi-square menunjukkan taraf signifikan yang dihasilkan kurang dari 5% yaitu 0,002.Dengan demikian ada hubungan tingkat pendidikan perawat terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Pandan Arang Kabupaten Boyolali.Hasil penelitian ini maknanya adalah tingkat pendidikan yang merupakan salah satu dari indikator kemampuan mempunyai hubungan arah
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas.Sampel yang diambil sebagian dari seluruh populasi dosen Perguruan Tinggi Swasta yang tersebar di 10 Perguruan Tinggi Swasta di kota Surabaya dan Malang. Teknik pengambilan sampel adalah Stratified random sampling dengan jumlah sampeladalah 132 responden.Data penelitian ini diperoleh melalui suatu prosedur penyebaran kuesioner. Dari 150 kuisioner yang disebarkan, jumlah responden yang mengembalikan kuisener dengan lengkap sebanyak 100. Adapun hasil uji validitas dan reliabilitas semua item dalam variabel penelitian ini adalah valid dan reliabel.Data yang telah valid dan reliabel diuji dengan menggunakan Regresi linier berganda(SPSS).
Temuan Penelitian dan Pembahasan Hasil uji regresi linier berganda pada penelitian ini adalah seperti tabel berikut ini: Tabel 1.Hasil Uji regresi linier berganda Model
Coefficientsa Unstandardize Standar. d Coefficients Coeff. Std. B Error Beta t Sig. 1.596 .367 4.353 .000 .287 .128 .329 2.249 .027
1 (Constant) Kompetensi pedagogik Kompetensi .222 .109 .271 2.030 .045 profesional Kompetensi .019 .119 .021 .161 .873 kepribadian Kompetensi .008 .099 .010 .081 .936 sosial a. Dependent Variable: Kinerja dosen
Berdasarkan tabel 1, Hasil pengujian regresi berganda dapat diketahui nilai koefisien regresi masing-masing variabel bebas yang menunjukkan besarnya pengaruh dari tiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun keseluruhan hasil regresi linier berganda sebagai berikut : Y = 1.596 + 0.329Xı + 0.271X2 + 0.021X 3 + 0.010X4 + 0.367
Kompetensi Pedagogik, Profesional, Kepribadian dan Kompetensi Sosial Dosen…
3
AKADEMIKA; Vol. 15. No.1 Februari 2017
Hipotesis yang ada dalam penelitian ini berjumlah empat hipotesis.Berikut ini adalah hasil uji pada keempat hipotesis penelitian ini. H1:Kompetensi pedagogik berpengaruh positif terhadap kinerja dosen. Variabel kompetensi pedagogik (X1) mempunyai nilai t hitung sebesar 2.249 lebih besar dibandingkan nilai t tabel pada df = 96 dan = 0,05 sebesar 1.967, dengan sig t 0.027 < 0.05. Hasil diatas menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik (X1) berpengaruh signifikan terhadap kinerja dosen (Y). Kinerja dosen akan meningkat apabila dosen memiliki kompetensi pedagogik yang tinggi, sehingga hipotesis H1 dalam penelitian ini diterima. H2: Kompetensi profesional berpengaruh positif terhadap kinerja dosen. Variabel kompetensi profesional (X2) mempunyai nilai t hitung sebesar 2.030 lebih besar dibandingkan nilai t tabel pada df = 96 dan = 0,05 sebesar 1.967, dengan sig t 0.045 < 0.05.Hasil diatas menunjukkan bahwa kompetensi profesional (X2) berpengaruh signifikan terhadap kinerja dosen (Y). Kinerja dosen akan meningkat apabila dosen memiliki kompetensi profesional yang tinggi, sehingga hipotesis H2 dalam penelitian ini diterima. H3: Kompetensi kepribadian berpengaruh positif terhadap kinerja dosen. Variabel kompetensi kepribadian (X3) mempunyai nilai t hitung sebesar .161 lebih kecil dibandingkan nilai t tabel pada df = 96 dan = 0,05 sebesar 1.967, dengan sig t 0.873 > 0.05. Hasil diatas menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian (X3) tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja dosen (Y). Kinerja dosen yang meningkat tidak adhubungannya dengan dosen yang memiliki kompetensi kepribadian yang tinggi, sehingga hipotesis H3 ditolak. H4: Kompetensi sosial berpengaruh positif terhadap kinerja dosen. Variabel kompetensi sosial (X4) mempunyai nilai t hitung sebesar .081 lebih kecil dibandingkan nilai t tabel pada df = 96
dan = 0,05 sebesar 1.967, dengan sig t 0.936 > 0.05. Hasil diatas menunjukkan bahwa kompetensi sosial (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja dosen (Y). Kinerja dosen yang meningkat tidak adhubungannya dengan dosen yang memiliki kompetensi sosial yang tinggi, sehingga hipotesis H4 ditolak. Dari hasil uji hipotesis diatas maka peneliti dapat membahas pengaruh antar varabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh Kompetensi pedagogik Terhadap Kinerja (X1Y) Dari hasil pengujian hipotesis pertama, koefisien beta sebesar 0,329 dari kompetensi pedagogik terhadap kinerja dosen adalah signifikan dengan arah positif.Berarti hipotesis pertama, yang menyatakan kompetensi pedagogik berpengaruh positif terhadap kinerja dosen, terbukti benar atau diterima. Koefisien yang bertanda positif, berarti secara teoritis pengaruh dari kompetensi pedagogikterhadap kinerja adalah searah.Halini mengindikasikan bahwa dosen yang mempunyai kompetensi pedagogik tinggi, maka kinerjanyabisa semakin meningkat. Sebaliknya, dosen yang mempunyai kompetensi pedagogiklemah, maka kinerjanyabisa semakin menurun. Hasil temuan ini juga sejalan dengan temuan Kolz et al. (1998), bahwa kemampuan adalah faktor penentu yang paling penting dari kinerja dan pengaruhnya stabil sepanjang waktu.Serta hasil penelitian Pitoyo, 2000 (dalam Amelia 2009) menunjukkkan bahwa ada hubungan variabel antara kemampuan dan kinerja di Puskesmas ini, sehingga penelitian ini mendukung hubungan antara kedua variabel tersebut.Temuan ini juga sejalan dengan Mulyana (2005) hasil analisisnya menunjukkan bahwa terdapat arah yang positif dan hubungan yang signifikan antara kemampuan dan kinerja kualitas pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. 2.Pengaruh Kompetensi profesional Terhadap Kinerja (X2Y) Dari hasil pengujian hipotesis kedua, koefisien beta sebesar 0,271 dari kompetensi
Kompetensi Pedagogik, Profesional, Kepribadian dan Kompetensi Sosial Dosen…
4
AKADEMIKA; Vol. 15. No.1 Februari 2017
profesional terhadap kinerja dosen adalah signifikan dengan arah positif.Berarti hipotesis kedua, yang menyatakan kompetensi profesional berpengaruh positif terhadap kinerja dosen, terbukti benar atau diterima. Koefisien yang bertanda positif, berarti secara teoritis pengaruh dari kompetensi profesional terhadap kinerja adalah searah.Halini mengindikasikan bahwa dosen yang mempunyai kompetensi profesional tinggi, maka kinerjanyabisa semakin meningkat. Sebaliknya, dosen yang mempunyai kompetensi profesionallemah, maka kinerjanyabisa semakin menurun. Hasil temuan ini juga sejalan dengan temuan Kolz et al. (1998), bahwa kemampuan adalah faktor penentu yang paling penting dari kinerja dan pengaruhnya stabil sepanjang waktu.Serta hasil penelitian Pitoyo, 2000 (dalam Amelia 2009) menunjukkkan bahwa ada hubungan variabel antara kemampuan dan kinerja di Puskesmas ini, sehingga penelitian ini mendukung hubungan antara kedua variabel tersebut.Temuan ini juga sejalan dengan Mulyana (2005) hasil analisisnya menunjukkan bahwa terdapat arah yang positif dan hubungan yang signifikan antara kemampuan dan kinerja kualitas pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. 3.PengaruhKompetensi kepribadian Terhadap Kinerja (X3Y) Dari hasil pengujian hipotesis ketiga, koefisien beta sebesar 0,021 dari kompetensi kepribadian terhadap kinerja dosen adalah tidak signifikan dengan arah positif.Berarti hipotesis kedua, yang menyatakan kompetensi kepribadian berpengaruh positif terhadap kinerja dosen,tidak terbukti benar atau tidak diterima. Koefisien yang bertanda positif, berarti secara teoritis pengaruh dari kompetensi kepribadianterhadap kinerja adalah searah.Halini mengindikasikan bahwa dosen yang mempunyai kompetensi kepribadian tinggi, maka kinerjanyabisa semakin meningkat. Sebaliknya, dosen yang mempunyai kompetensi kepribadianlemah, maka kinerjanyabisa semakin menurun.Akan tetapi dalam penelitian ini kompetensi kepribadian tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja dosen.
Hasil temuan ini juga sejalan dengan temuan hasil penelitian Schneider(1977)dalam Chow (1986), yang berpendapat sebaliknya yaitu kemampuan tidak diperlukan saat automatisasi terjadi. Kemampuan individu tidak berarti saat rutinisasi oleh mesin telah terjadi. kemampuan tetap akan dibutuhkan untuk mengoperasikan mesin, agar tidak sering terjadi human error yang berakibat fatal. 4.PengaruhKompetensi kepribadian Terhadap Kinerja (X3Y) Dari hasil pengujian hipotesis keempat, koefisien beta sebesar 0,010 dari kompetensi sosial terhadap kinerja dosen adalah tidak signifikan dengan arah positif.Berarti hipotesis kedua, yang menyatakan kompetensi sosial berpengaruh positif terhadap kinerja dosen,tidak terbukti benar atau tidak diterima. Koefisien yang bertanda positif, berarti secara teoritis pengaruh dari kompetensi sosial terhadap kinerja adalah searah.Halini mengindikasikan bahwa dosen yang mempunyai kompetensi sosial tinggi, maka kinerjanyabisa semakin meningkat. Sebaliknya, dosen yang mempunyai kompetensi sosiallemah, maka kinerjanyabisa semakin menurun.Akan tetapi dalam penelitian ini kompetensi sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja dosen. Hasil temuan ini juga sejalan dengan temuan hasil penelitian Schneider(1977) dalam Chow (1986), yang berpendapat sebaliknya yaitu kemampuan tidak diperlukan saat automatisasi terjadi. Kemampuan individu tidak berarti saat rutinisasi oleh mesin telah terjadi. kemampuan tetap akan dibutuhkan untuk mengoperasikan mesin, agar tidak sering terjadi human error yang berakibat fatal. Hasil penelitian memberikan implikasi praktis terhadap perguruan tinggi swasta untuk memperhatikan kompetensi dosen dan kinerja dosen. Hal itu karena peningkatan kompetensi dan kinerja dosen yang tinggi akan membantu perguruan tinggi untuk bisa lebih maju dan berkembang serta mampu menjaga keberlangsungan organisasi ditengah persaingan yang semakin ketat. Oleh karena itu, penting bagi pimpinan
Kompetensi Pedagogik, Profesional, Kepribadian dan Kompetensi Sosial Dosen…
5
AKADEMIKA; Vol. 15. No.1 Februari 2017
perguruan tinggi swasta untuk memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan kompetensi dan kinerja dosen di antaranya pemberian motivasi yang tepat dan pelatihan-pelatihan secara terus menerus dalam pengembangan metode pembelajaran, peningkatan kemampuan penelitian dan penulisan junal ilmiah nasional maupun internasional serta atmosfir akademik yang baik..
Simpulan Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian maka dapat disusun kesimpulan sebagai berikut: 1) Kompetensi pedagogik berpengaruh positif terhadap kinerja dosen. Semakin tinggi kompetensi pedagogik dosen dapat meningkatkan kinerja dosen, 2) Kompetensi profesional berpengaruh positif terhadap kinerja dosen. Semakin tinggi kompetensi profesional dosen dapat meningkatkan kinerja dosen, 3) Kompetensi kepribadian tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja dosen. Kompetensi kepribadian dosen yang tinggi tidak meningkatkan kinerja dosen, 4) Kompetensi sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja dosen. Kompetensi sosial dosen yang tinggi tidak meningkatkan kinerja dosen.
Daftar Referensi Ahmad Faizin dan Winarsih, 2008, Hubungan Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja Perawat dengan Kinera Perawat di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali. Berita ilmu Keperawatan, ISSN,1979-2397. Vol. 1 No. 3 September 2008. Amelia, Rina, 2009, Pengaruh Motivasi Berpretasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Di Medan Propinsi Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123 456789 /6657/7/Chapter%20I.pdf
Chow, L.,Siu, 1986, Automatic detection, consistent mapping, and trainingOriginally. http://cogprints.org/2959/1/Automaticit y.pdf Gibson, James L., James H, Donnelly Jr. and Ivancebich, John M., 1996, Organisational Behavior, structure, process.8th Edition. Alih bahasa: Adiardini, Editor Saputa. Binarupa Aksara Jakarta. Kolz, Arno, R., Lynn, A. Mc Farland and Stanley B. Silverman, 1998, Cognitive Ability and Job Experience as Predictor of Work Performance, The Journal of Psychology, 132(5), 1998, 539-548. Miller, R.I., 1980, Appraising institutional performance, Improving Academic Management, USA: John Wiley and Sons Mulyana, Agung, Didik, 2005, Studi Tentang Kemampuan Kerja, Iklim Organisasi, dan Motivasi Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.http://eprints.undip.ac.id/1475 0/1/img-517074358.pdf Robbins, Stephen P.,, 2003. Organizational Behavior: New Jersey: Printice Hall, Inc upper Saddle River. __________,2000, Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jilid : 1 dan 2.Jakarta: Prehalindo. Sallis, E., 2002, Total Quality Management in Education, London: kogan Page Limited. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4279. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157.
Kompetensi Pedagogik, Profesional, Kepribadian dan Kompetensi Sosial Dosen…
6