KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR) TENTANG PENDIDIKAN HUMANISME
NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tabiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: Muh Chaeruddin Pratama NIM: G000110110 NIRM: 11/X/02.2.1/0975
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR) TENTANG PENDIDIKAN HUMANISME Oleh : Muh Chaeruddin Pratama (NIM: G000110110) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Latar belakang penelitian ini adalah bahwa pendidikan saat ini sudah kehilangan aspek-aspek manusiawi (dehumanisasi). Hal ini terjadi karena metode pembelajaran tidak memberikan ruang kepada peserta didik untuk berkembang sesuai potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, masalah pokok pembahasan ini adalah mengkaji konsep pendidikan humanisme dari dua tokoh yang memiliki pengaruh besar terhadap dunia pendidikan Indonesia yaitu K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Abdurrahman Wahid. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan Abdurrahman Wahid tentang pendidikan humanisme. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan atau library research dengan metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan historis. Sedangkan metode analisis data menggunakan metode deskriptif analisis dan metode komparasi. Setelah melakukan penelitian, peneliti menemukan bahwa pemikiran Ahmad Dahlan dan Gus Dur masing-masing memiliki konsep pendidikan humanisme, yaitu pendidikan yang bertujuan untuk mengarahkan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik agar mereka menjadi lebih manusiawi. Ahmad Dahlan dan Gus Dur memiliki tujuan pendidikan yang sama, yaitu melahirkan pribadi yang utuh, pribadi yang seimbang antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum. Kedua tokoh ini juga memiliki dasar pemikiran yang sama, yaitu bersumber pada al-Qur`an dan al-Hadis| sebagai pedoman ajaran Islam. Hal ini tidak terlepas dari asal keduanya yang lahir di lingkungan pesantren. Dalam perkembangan selanjutnya, pengembaraan Ahmad Dahlan dan Gus Dur dalam mencari ilmu sampai ke berbagai negara, menjadikan kedua tokoh ini memiliki konsep masing-masing tentang pendidikan. Sehingga, Ahmad Dahlan dan Gus Dur memiliki perbedaan dan persamaan dalam pemikirannya.
Kata Kunci: Wahid
Pendidikan, Humanisme, Ahmad Dahlan, Abdurrahman
1
PENDAHULUAN
adalah proses memanusiakan anak
Latar Belakang Masalah
manusia,
Dalam
kehidupan
yang
menyadari
akan
suatu
manusia yang merdeka. Manusia yang
bangsa, pendidikan memiliki peranan
merdeka adalah manusia yang kreatif
yang sangat penting dan strategis
yang terwujud di dalam budayanya. 1
untuk menjamin kelangsungan dan perkembangan
kehidupan
Masalahnya, sampai saat ini
bangsa.
pendidikan belum mampu mencapai
Dalam hal ini, pendidikan harus dapat
tujuan utamanya yaitu memanusiakan
menyiapkan
manusia,
warga
negara
untuk
yang
terjadi
justru
menghadapi masa depannya. Dengan
sebaliknya yakni terdapat fenomena
demikian tidak salah apabila orang
menurunkan derajat dan martabat
berpendapat bahwa cerah tidaknya
manusia. Sering terdengar berita dari
masa depan suatu negara sangat
media cetak ataupun media elektronik
ditentukan oleh pendidikannya saat
tentang kejahatan yang dilakukan oleh
ini.
para siswa seperti tawuran antar Ada pandangan yang agak
pelajar, narkoba, pelecehan seksual,
klasik dikalangan ahli pendidikan,
dan lain sebagainya. Hal ini terjadi
yaitu mengenai pendidikan sebagai
karena
proses
proses humanisasi atau biasa disebut
berjalan
di
proses
menanamkan nilai kemanusiaan ke
pemanusiaan
manusia.
Sebagaimana yang dikatakan H.A.R.
pendidikan negeri
ini
yang gagal
dalam diri para peserta didik.
Tilaar, sebagaimana dikutip Mukhlis 1
Fakhruddin bahwa hakikat pendidikan
M. Mukhlis Fakhruddin, Konsep Pendidikan Humanis dalam Perspektif alQur`an, Tesis, UIN Suka Yogyakarta, 2008 (tidak diterbitkan), hlm. 2.
2
Oleh sebab itu, untuk bisa
pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan
mencapai tujuan pendidikan yaitu
Abdurrahman Wahid, sehingga pada
memanusiakan manusia, maka yang
penelitian ini penulis mengangkat
diperlukan adalah pendidikan yang
judul: Komparasi Pemikiran K.H.
menumbuhkan
kemanusiaan
Ahmad Dahlan dan Abdurrahman
dalam diri peserta didik, atau biasa
Wahid (Gus Dur) tentang Pendidikan
disebut
Humanisme.
rasa
pendidikan
Pendidikan
humanis.
humanis
memungkinkan
ini
Rumusan Masalah
terbentuknya
Berdasarkan
latar
belakang
kehidupan sosial yang ideal, yang
yang telah dikemukakan di atas, maka
diwarnai semangat mengembangkan
menghasilkan rumusan masalah, yaitu:
potensi diri dan memanfaatkannya
bagaimana
konsep
dengan
humanisme
menurut
tepat
untuk
mencapai
pendidikan KH.
Ahmad
kebahagiaan lahir dan batin serta
Dahlan dan Abdurrahman Wahid?
keselamatan dunia dan akhirat.
Tujuan Penelitian
Pendidikan sebenarnya
telah
humanis diajarkan
dan
1. Tujuan Penelitian Untuk
mengetahui
konsep
dipraktikkan oleh beberapa tokoh
pendidikan humanisme menurut
besar di Indonesia, seperti KH. Ahmad
KH.
Dahlan dan Abdurrahman Wahid (Gus
Abdurrahman Wahid.
Dur). Oleh karena itu, penulis tertarik
Ahmad
Dahlan
dan
2. Manfaat Penelitian
untuk meneliti tentang pendidikan
Penelitian ini diharapkan memiliki
humanisme yang berlandaskan pada
manfaat dalam bidang akademis
3
dan non akademis baik secara
Tinjauan Pustaka
teoritis dan praktis.
1. Skripsi Ashiefatul Anani (UIN
a. Manfaat Teoritis
Malulana Malik Ibrahim Malang, 2010)
1) Untuk mengetahui konsep pendidikan menurut
humanisme KH.
Humanistik
dalam Pendidikan (Perbandingan
Ahmad
Pemikiran Paulo Freire dengan
Dahlan dan Abdurrahman Wahid.
“Pemikiran
Ki Hadjar Dewantara). 2. Skripsi Muhammad Najib Alfaruq
2) Untuk
mengetahui
(Universitas
persamaan dan perbedaan
Surakarta,
pemikiran
Humanisme
KH.
Ahmad
Muhammadiyah 2014)
“Pendidikan (Komparasi
Dahlan dan Abdurrahman
Pemikiran KH. Ahmad Dahlan
Wahid tentang pendidikan
dan Paulo Freire)”.
humanisme.
3.
b. Manfaat Praktis
(UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
1) Sebagai salah satu syarat kelulusan
Skripsi M. Imam Syarifuddin
pada
2008)
tingkat
“Konsep
Humanisme
Religius dalam Pendidikan Islam
Srata 1 di Program Studi
(Telaah
Tarbiyah Fakultas Agama
Abdurrahman
Islam
Buku
Universitas
Atas
Pemikiran
Mas‟ud
Menggagas
dalam Format
Pendidikan Nondikotomik)”.
Muhammadiyah Surakarta. 4.
Skripsi Zahrotul „Uyun (UIN Sunan
Kalijaga
Yogyakarta,
4
5.
2009) “Pendidikan Humanisme
pendidikan
(Studi atas Keluarga WeES Ibnu
dalam
Sayy)”.
pendidikan. Kesulitan ini antara
Skripsi
Dedik
Fatkul
Anwar
menemui
kesulitan
merumuskan
definisi
lain disebabkan oleh banyaknya
“Nilai Pendidikan Moral dalam
jenis
Pesan-Pesan K.H.Ahmad Dahlan
kepribadian yang dibina dalam
dan
kegiatan
Relevansinya
Pendidikan
Terhadap
Islam
(Kajian
Materi)”.
kegiatan
serta
itu,
aspek
masing-masing
kegiatan tersebut dapat disebut pendidikan. Dengan kata lain,
Perbedaan
penelitian
ini
kesulitan itu disebabkan oleh
dengan penelitian-penelitian di atas
banyaknya jenis kegiatan dan
adalah
pada
luasnya aspek kepribadian yang
Skripsi
ini
objek
penelitiannya.
mengkaji
konsep
harus dibina oleh pendidikan.2
pendidikan humanisme K.H. Ahmad
Percobaan
membuat
Dahlan yang dikomparasi dengan
definisi
pemikiran K.H. Abdurrahman Wahid.
mencakup
seluruh
Tinjauan Teoritik
kepribadian
dapat
1.
tetapi dengan menyadari lebih
Pendidikan Sebelum pendidikan selayaknya
aspek dilakukan,
dahulu bahwa rumusan itu akan
humanisme,
menghasilkan definisi yang kabur,
dipahami
umum.
yang
memahami
terlebih
dahulu tentang hakikat pendidikan secara
pendidikan
Para
ahli
atau
definisi
yang
panjang
sehingga tetap tidak jelas. Atau 2
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 5.
5
definisi yang pendek tetapi tidak
Meunurut
mencakup seluruh aspek binaan
pendidikan
pendidikan (usaha pendidikan).
pengertian
Arifin, mengandung
“memberi
makan”
Meskipun demikian, para
kepada jiwa anak didik sehingga
ahli dan pemerhati pendidikan
mendapatkan kepuasan rohaniah,
tetap
juga
berusaha
untuk
mendefinisikan
pendidikan
dasar
masing. Lodge
dalam
Education dalam
manusia.5
dengan
kemampuan Selanjutnya
Rupert
C.
Ahmad Marimba mengungkapkan
Phiosophy
of
bahwa
menyatakan
pengertian
pendidikan
diartikan
“menumbuhkan
menurut pemahamannya masingMisalnya
sering
itu
seluruh pengalaman.
pendidikan
adalah
bahwa
bimbingan secara sadar oleh si
luas
pendidik terhadap perkembangan
menyangkut
jasmani dan rohani si terdidik
3
menuju terbentuknya pribadi yang
yang
Orang tua
mendidik anaknya, guru mendidik
utama.6
muridnya. Semua yang disebut,
dikemukakan oleh A. Susanto,
didengar, dikatakan dan apa yang
menurutnya
dilakukan dapat disebut mendidik.
umum
Dalam
luas
pengubahan sikap dan tingkah
kehidupan adalah pendidikan dan
laku seseorang atau sekelompok
pengertian
yang
pendidikan adalah kehidupan itu.4
3 4
Ibid. Ibid, hlm. 5.
5
Pendapat
pendidikan
berarti
suatu
lain
secara proses
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisiplinier), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 22. 6 Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: AL-Ma'arif, 1987), hlm. 19.
6
orang (peserta didik) dalam usaha
2.
Humanisme
mendewasakan manusia (peserta
Humanisme
didik) melalui upaya pengajaran
sebuah
dan latihan, proses, perbuatan, dan
intelektual
cara-cara mendidik.7
digunakan dalam bidang filsafat,
Dalam Undang-Undang
istilah
merupakan
dalam
yang
pendidikan,
seringkali
dan
literatur.
Republik Indonesia No.20 Tahun
Kenyataan
2003 tentang sistem Pendidikan
banyaknya
Nasional Bab I Pasal 1 dinyatakan
terkandung
bahwa pendidikan adalah usaha
Meskipun demikian, secara umum
sadar
kata humanisme ini berkenaan
dan
terencana
untuk
ini
sejarah
menunjukkan
makna dalam
yang
istilah
mewujudkan suasana belajar dan
dengan
proses pembelajaran agar peserta
dalam memahami dan memaknai
didik
eksistensi
secara
aktif
pergumulan
ini.
manusia
dirinya
dalam
mengembangkan potensi dirinya
hubungan dengan orang lain di
untuk memiliki kekuatan spiritual
dalam
keagamaan,
tafsiran terhadap kata humanisme
pengendalian
diri,
komunitas.
Perbedaan
kepribadian, kecerdasan, akhlak
sebetulnya
lebih
mulia, serta keterampilan yang
persoalan
perspektif
diperlukan dirinya, masyarakat,
menelaah bidang yang dikaji.
bangsa, dan negara.8
Artinya,
makna
merupakan
kata
dalam
tersebut
sangat tergantung pada, untuk 7
A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH, 2009), hlm. 3. 8 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
7
maksud
apa
orang
menjadi kiblat. Secara struktural,
membicarakannya.9 Dalam
paidea memang dipahami sebagai Besar
sistem pendidikan dengan visi
kata
yang jelas, yakni mengupayakan
humanisme berarti (1) aliran yang
manusia yang ideal. Manusia ideal
bertujuan
rasa
dalam pandangan Yunani klasik
mencita-
adalah manusia yang mengalami
citakan pergaulan hidup yang
keselarasan jiwa dan badan, suatu
lebih
kondisi dimana manusia mancapai
Bahasa
Kamus
Indonesia,
menghidupkan
perikemanusiaan
baik;
dan
(2)
menganggap
paham
manusia
yg
eudaimonia (kebahagiaan).11
sebagai
objek studi terpenting; (3) aliran
Dari pembahasan yang
zaman renaisans yang menjadikan
telah
sastra klasik (dalam bahasa Latin
menunjukkan
dan Yunani) sebagai dasar seluruh
persoalannya adalah manusia itu
peradaban
sendiri.
manusia;
(4)
kemanusiaan.10 Pembahasan penafsiran
humanisme
diterangkan
di
bahwa
Artinya,
atas inti
bagaimana
membentuk manusia itu menjadi tentang
lebih manusiawi, serta pihak mana
dalam
atau siapa yang bertanggungjawab
dunia pendidikan, kultur Yunani klasik yang disebut paideia selalu
dalam proses pembentukannya. 3.
Pendidikan Humanisme Pendidikan
humanisme
9
Bambang Sugiharto, Humanisme dan Humaniora: Relevansinya Bagi Pendidikan, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), hlm. 1. 10 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 412.
adalah 11
usaha
terpadu
untuk
Bambang Sugiharto, Humanisme dan Humaniora: Relevansinya Bagi Pendidikan, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), hlm. 5.
8
memanusiakan membentuk
manusia
karakter
muda,
sehingga
proses pendidikan yang lebih memperhatikan
aspek
potensi
peserta didik menjadi pribadi
manusia sebagai makhluk sosial
yang mempunyai keutamaan dan
dan makhluk religius, „abdullah
terpandang
memiliki
dan khalifatullah, serta sebagai
budaya intelektual. Dengan kata
individu yang diberi kesempatan
lain,
oleh
karena
pendidikan
humanisme
Tuhan
adalah proses pendidikan yang
mengembangkan
bertujuan
potensinya.14
untuk
mengarahkan
untuk potensi-
Jika
ingin
potensi-potensi yang dimiliki oleh
mengembangkan
peserta didik agar mereka menjadi
humanisme pada peserta didik,
lebih
manusiawi.12
nilai-nilai
Adapun
maka seorang pendidik harus
menurut Baharuddin dan Muh.
memposisikan peserta didik tidak
Makin, pendidikan humanisme
hanya sebagai objek, tetapi juga
adalah
sebagai
pendidikan
yang
manusia
sebagai
Karena dalam dunia pendidikan,
ciptaan Tuhan yang memiliki
peserta didik bukanlah objek dari
fitrah tertentu.13
kepentingan-kepentingan
memandang
Menurut
Abdurrahman
Mas‟ud,
yang
pendidikan
humanisme
12
pendidikan.
seperti
politik, bisnis, dan industri.15
dimaksud adalah
Ibid, hlm. 343. Baharuddin, Pendidikan Humanistik (Konsep, Teori, dan Aplikasi Praktis Dalam Dunia Pendidikan), (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2011), hlm. 2 13
subjek
14
Abdurrahman Mas‟ud, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik (Humanisme Religius sebagai Paradigma Pendidikan Islam), (Yogyakarta: GAMA MEDIA, 2002), hlm. 135. 15 Musthofa Rembangy, Pendidikan Transformatif Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan Di Tengah Pusaran Arus
9
Sedangkan
menurut
Muhammad saw, yaitu untuk
Mukhlis
Fakhruddin
dalam
menyempurnakan akhlak mulia
tesisnya
mengatakan
bahwa
dan menjadi rahmat bagi seluruh
adalah
semesta alam. Semuanya itu telah
sebuah proses yang dilakukan
dijelaskan oleh Allah SWT. dalam
dalam
al-Qur`an. Dari sinilah pemikiran
pendidikan
humanisme
pendidikan
yang
berlandaskan ajaran Islam untuk
pendidikan humanistik K.
menumbuh-kembangkan
Ahmad Dahlan terlahir.
kemanusiaan
rasa
(memanusiakan
H.
Jenis dan Pendekatan Penelitian
manusia) dengan mengedepankan
Berdasarkan tempat penelitian,
rasa persaudaraan antar sesama
penelitian ini termasuk jenis penelitian
manusia sebagai makhluk Tuhan
kepustakaan (Library Research) yang
yang
bertujuan untuk mengumpulkan data
sama-sama
mengemban
amanat sebagai khalifah di muka
dan
bumi
bermacam-macam
ini,
yang
berlandaskan
informasi
dengan
bantuan
material
yang
kepada wahyu, akal dan hati
terdapat di ruangan perpustakaan,
nurani.16
seperti: Dalam
pendidikan dari
tujuan
buku-buku,
majalah,
agama
Islam,
dokumen, catatan dan kisah-kisah
humanistik
berasal
sejarah dan lain-lainnya. Penelitian ini
Nabi
dikatakan juga sebagai penelitian yang
diutusnya
membahas Globalisasi, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm 34 16 M. Mukhlis Fakhruddin, Konsep Pendidikan Humanis dalam Perspektif alQur`an, Tesis, UIN Suka Yogyakarta, 2008 (tidak diterbitkan), hlm. 22.
data-data
sekunder.17
Pendekatan yang digunakan 17
pada
Mardalis, Metode Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 28.
10
penelitian
ini
adalah
pendekatan
historis
membandingkan
pemikiran
KH.
Ahmad
dan
Dur,
Dahlan
penelitian
Metode Pengumpulan Data
ini
juga
Gus
menggunakan
metode komparasi sehingga nantinya Metode pengumpulan data pada dapat
menemukan
persamaan-
penelitian ini bersifat kualitatif yaitu persamaan dan perbedaan-perbedaan menggunakan metode dokumentasi. tentang
ide-ide
dan
pemikiran-
Metode dokumentasi yaitu mencari pemikiran kedua tokoh yang diteliti data mengenai hal-hal atau variabel tersebut.20 yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
HASIL
PENELITIAN
DAN
rapat, agenda, website, dan sebagainya
PEMBAHASAN
yang berkaitan dengan objek yang
1. Pendidikan Humanisme Ahmad Dahlan
diteliti.18
Landasan pemikiran K. H. Metode Analisis Data Ahmad Dalam
menganalisis
data,
penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu menganalisis data
tanpa
angka.
19
menggunakan Selain
itu,
angkauntuk
Dahlan
tentang
pendidikan humanisme bersumber pada
al-Qur`an
sebagaimana
dan al-Hadis\,
yang
tertcantum
dalam matan keyakinan dan citacita hidup warga Muhammadiyah bahwa pedoman hidupnya adalah
18
Arikunto. Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), hlm. 200. 19 Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 134.
20
Arikunto. Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), hlm. 209
11
al-Qur`an dan al- Hadis\. Hal ini
murid-muridnya.
dapat dilihat dari tafsir Ahmad
Ahmad Dahlan bertanya lagi.
Dahlan terhadap beberapa ayat
“Apakah
kalian
sudah
dari al-Qur`an dan bagaimana
mempraktikkannya?”.
Murid-
beliau
Serta
muridnya
yang
Dahlan lantas meminta murid-
mengajar
muridnya untuk mencari orang
menerapkannya.
terlihat
dari
digunakan
metode dalam
menjawab,
Kemudian
“belum”.
paling miskin yang bisa ditemui
kepada murid-muridnya. Surah al-Ma„un merupakan
di
masyarakat,
kemudian
materi pokok yang diajarkan K.H.
memandikannya
Ahmad Dahlan kepada murid-
menyuapinya. Inilah yang disebut
muridnya. Berhari-hari Ahmad
pemahaman dari teologi al-Ma„un
Dahlan mengajarkan materi ini
itu.21 Metode
kepada murid-muridnya. Sampaisampai
sebagian
dari
mereka
Ahmad
dan
yang
digunakan
Dahlan
tersebut
dan
merupakan bukti nyata bagaimana
mempertanyakan mengapa Kiai
beliau mengajarkan pendidikan
Dahlan
humanis
merasa
bosan
mengulang-ulang
terhadap
murid-
pelajaran dan tidak segera pindah
muridnya. Bahwa ilmu itu tidak
ke
cukup hanya diketahui saja.
materi
lain.
Mendengar
pertanyaan itu, Kiai Dahlan balik
Kiai Dahlan tidak hanya
bertanya, “Apakah kalian sudah
menerjemahkan teologi itu dalam
paham surat ini?”. “Ya” jawab
21
Film Sang Pencerah (Jakarta: MVP Pictures, 2010)
12
tindakan karikatif seperti tersebut
dengan ilmu yang dimilikinya.
di atas. Dengan menggandeng
Dan
Budi
kraton
didikannya inilah yang kemudian
Yogyakarta, Kiai Dahlan lantas
melanjutkan perjuangan Ahmad
mendirikan sekolah, rumah sakit,
Dahlan
dan panti asuhan. Apa yang
Muhammadiyah
dirintisnya lebih dari seratus tahun
bertahan sampai sekarang.
yang
Utomo
lalu
berkembang
dan
itu
kini
pesat
di
telah seluruh
murid-murid
hasil
mengurus
organisasi
sehingga
2. Pendidikan
Humanisme
Abdurrahman Wahid
Indonesia.
Abdurrahman
Organisasi Muhammadiyah
bisa
merupakan
Wahid
seorang
intelektual
yang sudah berdiri lebih dari satu
yang merupakan perpaduan dua
abad itu merupakan hasil dari
tradisi:
usaha K.H. Ahmad Dahlan dalam
pendidikan barat modern. Salah
mengajarkan
pendidikan
satu
humanisme.
Pendidikan
adalah perhatiannya yang kuat
diajarkannya
untuk reformasi pemikiran dan
humanisme
yang
Islam
hasil
tradisional
dan
perpaduan tersebut
sukses mengubah murid-muridnya
praktek
menjadi manusia yang „utuh‟,
setelah menelusuri pemikiran dan
yaitu menguasai ilmu umum, juga
tulisan
menguasai ilmu agama, serta bisa
menemukan sebuah tema paling
memberikan
manfaat
kepada
orang-orang yang ada disekitarnya
Islam.
Greg
Abdurrahman
Barton
Wahid
13
dominan dalam pemikiran Gus
Gus Dur mencoba memadukan
Dur, yaitu humanitarianisme.22
antara
Konsep dan gagasan K.H. Abdurrahman
Wahid
tentang
pendidikan yang humanis secara
pesantren dengan pendidikan di sekolah modern. Secara garis besar, pemikiran
pesantren.
Gus Dur lebih terbuka, ini sebagai
Konsep pendidikan Gus Dur ini
hasil dari pengalamannya selama
ialah konsep pendidikan yang
mengembara mencari ilmu. Gus
didasarkan
Dur,
religius
pembaruan
Islam
tradisionalis yang diterapkan di
jelas terlihat pada gagasannya tentang
pendidikan
pada
dan
keyakinan
bertujuan
untuk
melalui
mencoba
pemikirannya, memformulasikan
membimbing atau menghantarkan
konsep
peserta didik menjadi manusia
menekankan pentingnya proses
yang utuh, mandiri dan bebas dari
daripada hasil, sehingga hasil
belenggu penindasan.
akhir
Pemikiran
Gus
pendidikan.
dari
sebuah
Ia
perjuangan
Dur
bukan hanya status sosial, namun
mengenai pendidikan merupakan
yang terpenting adalah esensi dari
hasil
ilmu yang dimiliki.
perpaduan
yang
diadaptasikannya dari lingkungan pesantren
dan
sekolah-sekolah
modern yang pernah ia singgahi.
22
Greg Barton, “Liberalisme DasarDasar Progresivitas Pemikiran Abdurrahman Wahid (Yogyakarta: LkiS, 1997), hlm. 166167.
KESIMPULAN Setelah
menelaah
pemikiran-
pemikiran dari K. H. Ahmad Dahlan dan K. H. Abdurrahman Wahid, penulis dapat menyimpukan bahwa:
14
1. Kedua tokoh ini memiliki dasar pemikiran
yang
sama,
satunya lewat teologi al-Ma„un.
yaitu
Sedangkan konsep dan gagasan
bersumber pada al-Qur`an dan al-
K.H. Abdurrahman Wahid tentang
Hadis\ sebagai pedoman ajaran
pendidikan yang humanis secara
Islam. Ahmad Dahlan dan Gus
jelas terlihat pada gagasannya
Dur juga sama-sama berasal dari
tentang
lingkungan
Beliau juga banyak melakukan
pesantren.
Tidak
pembaruan
pesantren.
hanya itu, kedua tokoh tersebut
pembelaan
juga
tertindas dan golongan minoritas.
sama-sama
pernah
mengembara mencari ilmu sampai
Saran
ke Timur Tengah.
1. Proses
2. Ahmad Dahlan dan Abdurrahman Wahid
memiliki
pendidikan
yang
tujuan
pada
setiap
kaum
harus
pemahaman peserta
didik
yaitu
memiliki potensi masing-masing,
mewujudkan pribadi yang utuh,
yang berbeda antara satu dengan
selain menguasai ilmu agama,
yang lainnya. Sehingga dalam
juga
mengajar, seorang pendidik tidak
menguasai
sama
pendidikan
didasarkan bahwa
terhadap
ilmu
umum
(Barat), serta mengamalkannya
seharusnya
dalam
semua murid sama rata. Bisa jadi
kehidupan
sehari-hari
dalam masyarakat. 3. Pendidikan Dahlan
seorang murid lemah dalam satu
humanis
dapat
memperlakukan
dilihat
Ahmad dari
metodenya dalam mengajar, salah
mata pelajaran, tetapi dalam mata pelajaran
lain
ia
bisa
menguasainya dengan cepat. Oleh
15
karena itu, hendaknya guru yang baik
bias
memahami
muridnya,
sehingga
muridia
tahu
Ahmad Marimba. 1987. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: AL-Ma'arif. Ahmad
bagaimana cara mendidik muridmuridnya dengan tepat. 2. Pendidikan
seharusnya
menekankan kepada peserta didik agar mempraktekkan ilmu yang didapat dari sekolah. Sehingga ilmu peserta didik tidak hanya ada di kepalanya saja yang lamakelamaan bisa hilang (lupa), tetapi bermanfaat sehari-hari
dalam
kehidupan
untuk dirinya
dan
masyarakat disekitarnya.
Daftar Pustaka : A. Susanto. 2009. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: AMZAH. Abdurrahman Mas‟ud. 2002. Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik (Humanisme Religius sebagai Paradigma Pendidikan Islam). Yogyakarta: GAMA MEDIA.
Tafsir. 2002. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arifin. 2008. Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisiplinier). Jakarta: Bumi Aksara, Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta Baharuddin. 2011. Pendidikan Humanistik (Konsep, Teori, dan Aplikasi Praktis Dalam Dunia Pendidikan). Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Bambang Sugiharto. 2008. Humanisme dan Humaniora: Relevansinya Bagi Pendidikan. Yogyakarta: Jalasutra. Film Sang Pencerah. 2010. Jakarta: MVP Pictures. Greg
Barton. 1997. Liberalisme Dasar-Dasar Progresivitas Pemikiran Abdurrahman Wahid. Yogyakarta: LkiS.
M. Mukhlis Fakhruddin. 2008. Konsep Pendidikan Humanis dalam Perspektif al-Qur`an, Tesis, UIN Suka Yogyakarta (tidak diterbitkan).
16
Mardalis, 1995. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Musthofa Rembangy. 2010. Pendidikan Transformatif Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan Di Tengah Pusaran Arus Globalisasi. Yogyakarta: Teras. Tatang M. Amirin. 1995. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tim Penyusun. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas