KONSEP PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID TENTANG PENDIDIKAN NILAI KARAKTER
Oleh: Yoyok Amirudin, S.Pd.I NIM: 1220411170
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Guna Memperoleh Gelar Magister Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Islam Konsentrasi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014
ABSTRAK Dewasa ini pendidikan di berbagai jenjang mengalami degradasi moral. Yakni, hilangnya sikap toleransi, sikap keberanian, sikap percaya diri. Kekerasan atas nama agama masih saja terjadi, sikap intoleran juga ditunjukkan warga Syiah yang bertempat tinggal di Madura. Dalam pendidikan sekolah kita melihat permasalahan yang tidak menunjukkan perilaku baik di lingkungan sekolah. Seperti contoh, kasus Jakarta International School (JIS), anarkisme siswa di SD Bukittinggi dan SD Temanggung. Berangkat dari permasalahan di atas, maka penelitian menjadi urgen untuk dilakukan. Adapun focus penelitian ini adalah: 1. Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi pemikiran Abdurrahman Wahid tentang pendidikan nilai karakter? 2. Nilai-nilai karakter apa saja yang terdapat dalam pemikiran Abdurrahman Wahid? 3. Bagaimana sumbangan pemikiran pendidikan nilai karakter Abdurrahman Wahid terhadap pendidikan karakter bangsa? Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif dengan kajian pustaka (library research). Sumber data primer berasal dari karya-karya Abdurrahman Wahid dan sumber sekunder berasal dari publikasi ilmiah berupa buku-buku, jurnal, artikel, dan hasil penelitian lain yang berkaitan dengan pemikiran Abdurrahman Wahid. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tahapan dokumentasi dan mengidentifikasi karya-karya Abdurrahman dan mengklasifikasi nilai-nilai karakter yang terdapat dalam pemikiran Abdurrahman Wahid. Untuk teknik analisis data menggunakan content analysis dengan pendekatan induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran Abdurrahman Wahid dipengaruhi oleh: Pertama, faktor keluarga sangat mempengaruhi Abdurrahman Wahid dalam berfikir maupun sikap . Kedua, Keilmuan timur dan barat telah mempengaruhi pemikiran Abdurrahman Wahid semisal pribumisasi Islam, Islam segai etika sosial, hubungan Islam dan Pancasila, demokrasi, dan toleran. Nilainilai universal dalam Islam bagi Abdurrahman Wahid adalah muatan dari berbagai ajaran dalam Islam yang selalu mengedepankan kepedualian yang tinggi terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keterbukaan yang penuh kearifan dari peradaban. Alhasil, nilai-nilai karakter seperti toleran, tanggung jawab, nasionalis, keadilan, kasih sayang, membela kaum lemah terbiasa dilakukan oleh Abdurrahman Wahid. Peneliti berharap, penelitian ini dapat dijadikan wawasan pemikiran, acuan, dan rujukan tentang nilai-nilai pendidikan karakter dan dapat menjadi kontribusi bagi diri sendiri, orang tua, pendidikan dan lembaga pendidikan. Kata kunci: Abdurrahman Wahid, Pendidikan Nilai Karakter
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. A. Konsonan Tunggal Huruf Nama
Huruf Latin
Keterangan
ا
Alif
tidak dilambangkan
tidak dilambangkan
ب
ba’
B
Be
ت
ta’
T
Te
ث
ṡa’
ṡ
es (dengan titik di atas)
ج
Jim
J
Je
ح
ḥa
ḥ
ha (dengan titik di bawah)
خ
Kha
Kh
ka dan ha
د
Dal
D
De
ذ
Żal
Ż
zet (dengan titik di atas)
ر
ra’
R
Er
ز
Zai
Z
Zet
س
Sin
S
Es
ش
Syin
Sy
es dan ye
ص
ṣad
ṣ
es (dengan titik di bawah)
ض
ḍad
ḍ
de (dengan titik di bawah)
ط
ṭa’
ṭ
te (dengan titik di bawah)
ظ
ẓa’
ẓ
zet (dengan titik di bawah)
ع
‘ain
‘
koma terbalik di atas
غ
Gain
G
Ge
Arab
viii
ف
fa’
F
Ef
ق
Qaf
Q
Qi
ك
Kaf
K
Ka
ل
Lam
L
El
م
Mim
M
Em
ن
Nun
N
En
و
Wawu
W
We
ha’
H
Ha
ء
Hamzah
‘
Apostrof
ي
ya’
Y
Ye
B. Konsonan Rangkap karena Syadah ditulis rangkap
!"#
%$Ditulis
muta’aqqiddīn
!'
Ditulis
‘iddah
C. Ta’ Marbutah 1. Bila dimatikan ditulis h
()ه
Ditulis
Hibbah
( +,
Ditulis
Jizyah
(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya). Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis h.
ء-./( ا%ا1آ
Ditulis
Karāmah al-auliyā’
2. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah, dan dhamah ditulis t.
ix
145ة7زآ
Ditulis
Zakātul fiṭri
D. Vocal Pendek ____________
kasrah
Ditulis
I
____________
Fathah
Ditulis
A
____________
dammah
Ditulis
U
E. Vocal Panjang fathah + alif
ditulis
A
89:ه7,
ditulis
Jāhiliyyah
fathah + ya’ mati
ditulis
A
;#<
ditulis
yas’ā
kasrah + ya’ mati
ditulis
Ī
= 1آ
ditulis
Karīm
ditulis
U
ditulis
Furūd
dammah + wawu mati
وض15
F. Vocal Rangkap fathah + ya’ mati
ditulis
Ai
[email protected]
ditulis
Bainakum
fathah + wawu mati
ditulis
Au
لCD
ditulis
Qaulun
x
G. Vocal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
=$Eأأ
Ditulis
a’antum
أ'!ت
Ditulis
u’idat
[email protected] I.
Ditulis
la’in syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam a. Apabila diikuti Huruf Qamariyah
ان1".ا
Ditulis
al-Qur’ān
س79".ا
Ditulis
al-Qiyās
b. Apabila diikuti huruf Syamsiyah ditulis dengan menggandakan huruf syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf (el)-nya.
I.
ء7J<.ا
Ditulis
as-samā’
KJL.ا
Ditulis
asy-syams
Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
وض1M.ذوي ا
Ditulis
ẓawī al-furūd
8A<. اNأه
Ditulis
ahl as-sunnah
xi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah sang pencipta alam semesta, sang Maha pemilik kekuatan dan sang Maha pengatur bagi MakhlukNya. Berkat rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Harapan penulis semoga tesis ini dapat memberi manfaat dan motivasi bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw yang telah membawa risalah Islam kepada umatnya, sehingga menjadi petunjuk bagi manusia dalam menjalankan peran sebagai khalifah di muka bumi. Dalam penulisan tesis ini, penulis menyadari sepenuhnya kelemahan dan kekurangan pada diri penulis, karena penulis sadar bahwa kesempurnaan hanya milik Allah swt dan kekurangan terletak pada diri manusia selaku hambanya. Sehingga penulis sangat membutuhkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini tanpa mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. H. Musa Asy‟ arie, M.Si. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, beserta segenap jajarannya.
2.
Prof. Dr. H. Khoiruddin, MA. Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3.
Prof. Dr. H. Maragustam, MA. Ketua Program Studi Pendidikan Islam Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada para mahasiswa.
4.
Dr. Abdul Munip, M.Ag, Selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Islam Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta beserta staff.
xii
5.
Dr. H. Maksudin, M.Ag., Selaku pembimbing tesis penulis yang telah mengarahkan, membimbing, meluangkan waktu dan perhatiannya, sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
6.
Seluruh Dosen Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan berbagai ilmu dan bekal pengetahuan untuk merubah masa depan penulis yang lebih baik.
7.
Seluruh Staff dan Karyawan, para pegawai perpustakaan Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang selama ini telah membantu dan melayani penulis dengan sabar selama penulis melaksanakan perkuliahan dan memberikan fasilitas.dakjn
8.
Keluarga Besar besar Abdurrahman Wahid, The Wahid Institute yang telah membantu memberikan data kepada penulis.
9.
Ayahanda tercinta, Anwar, ibunda tersayang, Syamsini, adik Uswatun Hasanah yang sedang belajar di Al Azhar Kairo Mesir, penulis serta istriku tercinta Nurma Elmikasari, S.Pd yang senantiasa memberi dukungan motivasi, semoga Allah senantiasa menjaga kita semua.
10. Tidak lupa teman-teman penulis satu angkatan PAI A Mandiri tahun 2012 yang selama ini membantu dan menemani penulis dalam mengarungi ilmu pengetahuan di saat suka maupun duka. 11. Semua pihak yang ikut berperan untuk membantu dalam penyelesaian tesis ini yang tidak mungkin penulis sebut satu persatu.
Penulis tidak dapat membalas, kecuali hanya ucapan terima kasih dan doa Semoga Allah Swt membalas dengan balasan yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangan, dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran kritik yang membangun dari berbagai pihak selalu penulis harapkan. Semoga tesis ini memberi manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Jazakumullah ahsanal jaza’ Yogyakarta, Oktober 2014
Penulis Yoyok Amirudin
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN................................................... HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI....................................... HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI UJIAN TESIS...................... HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING................................................ ABSTRAK...................................................................................................... PEDOMAN TRANSLITERASI..................................................................... KATA PENGANTAR.................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................ DAFTAR TABEL........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
i ii iii iv v vi vii viii xii xiv xvii xviii
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................... A. Latar Belakang Masalah............................................................... B. Rumusan Masalah........................................................................ C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................. D. Kajian Pustaka............................................................................ E. Kerangka Teoritik........................................................................ F. Metode Penelitian...................................................................... G. Sistematika Pembahasan..............................................................
1 1 6 6 7 12 18 23
BAB II : PENDIDIKAN NILAI KARAKTER......................................... A. Konsep Nilai.......................................................................... 1. Pengertian Nilai..................................................................... 2. Objek Nilai ........................................................................ 3. Macam-macam Nilai .......................................................... 4. Sumber-sumber Nilai ......................................................... a. Sifat Kodrati Manusia .................................................. b. Norma Acuan Hidup Manusia ...................................... c. Dimensi dan Sistem Kehidupan Manusia........................ B. Konsep Pendidikan Nilai ....................................................... 1. Pengertian Pendididikan Nilai.............................................. 2. Tujuan dan Landasan Pendidikan Nilai ............................. a. Landasan Filosofis……………………………………… b. Landaan Psikologis…………………………………….. c. Landasan Sosiologis-Antropologia…………………….. 3. Pendekatan Pendidikan Nilai …………………………….. 4. Strategi dan pendekatan Nilai ……………………………. C. Konsep Karakter...................................................................... 1. Pengertian Karakter................................................................ 2. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter...................................... D. Konsep Pendidikan Nilai Karakter............................................ 1. Pengertian Pendidikan Nilai Karakter...................................
25 25 25 29 32 34 35 36 36 40 40 45 49 50 51 53 55 55 55 58 60 60
xiv
2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter............................................
64
BAB III : BIOGRAFI ABDURRAHMAN WAHID……........................ A. Riwayat Hidup Keluarga Abdurrahman Wahid........................... B. Masa Kecil Abdurrahman Wahid................................................ C. Pendidikan Abdurrahman Wahid ............................................... D. Aktifitas Organisasi Agama, Sosial Budaya dan Politik.............. E. Wafatnya Abdurrahman Wahid................................... .............. F. Karya-karya Abdurrahman Wahid ............. ............. ................. G. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemikiran Gus Dur .............. H. NU dan Abdurrahman Wahid............. ............. .............. ............
68 68 70 72 78 84 86 88 97
BAB IV : PEMIKIRAN PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM KARYA-KARYA ABDURRAHMAN WAHID DAN ANALISISNYA.. A. Nilai-Nilai Karakter Dalam Pemikiran Abdurrahman Wahid…......…………………………………………………....... 1. Religius Humanis…………………………………………....... 2. Nasionalis……………………………………......................... 3. Jujur…………………………….……………...………........... 4. Humoris……………………………………............................ 5. Kasih Sayang……………………………………..................... 6. Demokrasi……………………………………........................ 7. Adil……………………………………................................... 8. Pluralis…………………………………….............................. 9. Bertanggung Jawab……………………………………........... 10. Keikhlasan……………………………………...................... 11. Menghormati…………………………………….................. 12. Sabar…………………………………….............................. 13. Setia……………………………………............................... B. Implementasi Nilai Karakter dalam kehidupan Abdurahman Wahid …………………………………………………………… 1. Istiqomah dalam beribadah…………………………………. 2. Nasionalis…………………….………….………………….... 3. Keyakinan yang kokoh……..……………………...………..... 4. Tawakkal……………………………………........................... 5. Suka Bersilaturahmi……………………………………......... 6. Percaya Diri……………………………………....................... 7. Keberanian……………………………………........................ 8. Menghormati …………………………………........................ 9. Kerja Keras……………………………………........................ 10. Keikhlasan……………………………………...................... 11. Toleransi……………………………………......................... 12. Sederhana……………………………………........................ 13. Menolong dan Berbagi……………………………………… 14. Rendah Hati…………………………………….................. 15. Demokratis…………………………………….....................
xv
99 99 99 101 102 104 105 108 111 118 123 124 126 127 130
131 132 134 136 136 140 143 140 145 146 148 150 152 154 156 158
C. Kontribusi Pemikiran Abdurrraman Wahid terhadap karakter Bangsa ………………......................................................... 1. Religius Humanis…………………………...................... 2. Toleransi di tengah multikultural………………………... 3. Demokrasi : Penguatan hukum di tengah kebangsaan….. 4. Nasionalis………………………………………………..
158 158 159 161 163
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan..................................................................................... 164 B. Saran-saran .................................................................................... 165 C. Penutup.................................................................................... 166
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 163 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1
: Nilai-nilai pendidikan karakter …………………………….. 64
Tabel 2
: Jumlah tulisan Abdurrahman Wahid dengan berbagai bentuknya tahun 1970-an hingga 2000………………………………….. 87
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Pembimbing Tesisdari Program Pascasarjana UIN sunan Kalijaga Yogyakarta.
Lampiran 2
: Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing Tesis dari Dosen Pembimbing
Lampiran 3
: Daftar Riwayat Hidup
xviii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia saat ini berada dalam era globalisasi yang ditandai dengan meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengubah wajah dan hidup manusia. Dan tantangan global yang akan di hadapi Indonesia pada 2015 adalah perdagangan bebas yang biasa dikenal dengan istilah Asean Economic Community (AEC). Barang dan jasa keluar masuk ke Indonesia. Disaat jasa masuk ke Indonesia secara tidak langsung mereka membawa budaya dan tradisi dari negaranya.Di tambah lagi perkembangan globalisasi telah mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan manusia dan dampaknya sangat signifikan terhadap kehidupan secara umum. Era kemajuan yang serba digital ini mempunyai dampak positif maupun negatif. Dampak positifnya antara lain kita bisa lebih mudah dalam mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Sedangkan dampak negatifnya antara lain adalah masuknya budaya-budaya dan gaya hidup asing yang tidak sesuai dengan norma-norma lokal. Hal ini bisa dilihat dengan semakin merebaknya pragmatisme dikalangan masyarakat, hedonism, degradasi moral yang semakin mengkhawatirkan, ingin segala sesuatu tercapai dengan cara instan, korupsi, tawuran pelajar,1 kekerasan terhadap anak2, dan lain sebagainya.
1
“Siswa SMKN 3 dan SUPM Ma'arif, Kota Tegal, Jawa Tengah, tawuran. Seorang siswa SMKN 3 terpaksa dilarikan ke IGD RSU Kardinah karena luka parah di bagian muka dan kepala. Tawuran terjadi di Jalan Wisanggeni, Kelurahan Kejambon” (www.merdeka.com, Sabtu, 7 Desember 2013 19:30, diakses pada hari Senin, 9 Desember 2013) dan “Di bogor Peristiwa tragis terjadi pada Selasa (24/11) lalu di Cibungbulang, Bogor. Seorang pelajar SMP tewas setelah diclurit tiga pelajar berbeda sekolah karena menolak diajak tawuran. Korban bernama Mohammad Mahdor tewas seketika setelah diclurit di bagian leher” (www.merdeka.com, Minggu, 24 November 2013, diakses pada hari Senin, 9 Desember 2013). 2 Seorang pemuda bernama Dadang (29) telah menculik anak yang bernama Iqbal Saputra (3,5). Dadang juga tega menyiksa Iqbal karena kesal bocah itu sering merengek minta sesuatu.dan dadang selain menculik ia juga mengeksploitasi ekonomi dan seksual dibawah usia 18 tahun. (Kompas, Kamis, 20 maret 2014), hlm. 27
1
2
Laporan The Wahid Institute pada tahun 2012 mengatakan3, terdapat 197 kasus bentuk tindakan pelanggaran kebebasan beragama yang ditemukan pada tahun itu. Adapun bentuk pelanggarannya diantaranya: intimidasi dan ancaman kekerasan 36 kasus, penyerangan 27 kasus, pelarangan rumah ibadah 23 kasus, pemaksaan keyakinan masins-masing 27 kasus, diskriminasi agama 19 kasus. Meningkatnya kekerasan dan demoralisasi anak atau remaja semakin meningkat menjadi kegelisahan oleh berbagai pihak. Banyak prilaku anak dan remaja telah melanggar norma-norma agama, seperti: kasus intimidasi di SD Trisula Perwari Buktinggi yang beredar di youtube, tindakan kekerasan di SD di Pringsurat Temanggung. berkurangnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, menurunya semangat belajar, tindak kekerasan hubungan antar jenis yang melampui batas. Di Yogyakarta kenakalan pelajar di Yogyakarta yang menjurus pada tindakan kriminal semakin meresahkan. Hal itu terjadi akibat pengaruh minuman keras yang dikonsumsi mereka.4 Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia satu dari empat remaja Indonesia melakukan hubungan seksual pranikah dan membutikan 62,7 persen remaja kehilangan perawan saat masih duduk di bangku SMP dan bahkan 21,2 persen di antaranya berbuat ekstrim, yakni pernah melakukan aborsi.5
3
The Wahid Institute, Laporan Akhir Tahun Kebebasan beargama dan Intoleransi, Jakarta, 2012, hlm. 32. 4 www.merdeka.com, Senin, 25 November 2013, diakses pada hari Senin, 9 Desember 2013. 5 Agus Widodo, Pendidikan Karakter; Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm.9. Agus Widodo, Pendidikan Karakter; Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012), hlm.9.
3
Dari deskripsi diatas, dapat terlihat dari tingkah laku masyarakat yang telah kehilangan jati diri dan budi pekerti. Hal ini menuntut keprihatinan bangsa Indonesia untuk memikirkan kembali pentingnya pendidikan karakter kepada generasi muda. Dari berbagai kasus diatas bahwa pendidikan diberbagai lini belum bisa sepenuhnya membentuk karakter siswa yang toleran dan saling tolong menolong. Hancurnya nilai-nilai moral, merebaknya ketidak adilan, tipisnya rasa solidaritas, dan lain sebagainya telah terjadi dalam dunia pendidikan.6 Oleh karenanya untuk mengatasi masalah-masalah itu perlu adanya pendekatan yang komprehensif dengan menempatkan pendidikan sebagai ujung tombaknya. Pendidikan nilai karakter adalah salah satu jalan untuk mendidik anak menjadi lebih baik. Dikarenakan pendidika karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. Karakter disini dapat diartikan sebagai sebuah pola, baik itu pikiran, sikap, maupun tindakan, yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan.7 Adapun salah satu tokoh yang konsen dalam masalah toleran dan pendidikan adalah Abdurrahman Wahid. Beliau sebagai idola dan kiblat berpikir jutaan umat muslim tradisional dari dulu konsisten pada perjuangan demokrasi berikut jaminan ketiadaan kekerasan, hak asasi manusia dan 6
Doni Koesoema A, Pendidikan nilai karakter:Strategi Mendidik anak di Zaman Global, (Jakarta:Grasindo, 2010), hlm. 4. 7 Abdullah Munir, Pendidikan nilai karakter (Membangun Karakter Anak Sejak Dari Rumah, (Yogyakarta: Pedagogia, 2010), hlm.2-3.
4
pluralism, penting untuk dikaji pemikirannya karena dengan demikian idegagasannya akan menginspirasi umat8. Namun penulis hanya mengambil pemikiran Abdurahman Wahid tentang pendidikan nilai karakter. Pemikiran Abdurrahman Wahid salah satunya ditulis dalam buku Islam Kosmopolitan: “Akan tetapi selama ini pendidikan di Indonesia dinilai gagal dalam mengemban tugasnya. Begitu juga yang terjadi pada pendidikan agama yang seharusnya mengambil peran sentral dalam membangun karakter masyarakat dalam kehidupan nyata. Ajaran agama yang meliputi berbagai bidang, seperti hukum (fiqh), keimanan (tauhid), etika (akhlaq) sering disempitkan hanya kesusilaan belaka dan dalam sikap hidup.”9
Bagi Abdurahman Wahid karakter sangat penting bagi pembentukan siswa agar lebih baik. Siswa yang belajar di sekolah tidak hanya menuntut ilmu tetapi juga proses pembentukan karakter anak didik. Abdurrahman Wahid menyatakan : “Proses belajar dan mengajar di lingkungan pondok pesantren bukanlah sekedar menguasai ilmu-ilmu keagamaan, melainkan juga proses pembentukan pandangan hidup dan perilaku para santri itu nantinya setelah kembali dari pondok pesantren kedalam kehidupan masyarakat”10 Dan juga Abdurrahman Wahid berbicara tentang karakter yang harus dimiliki manusia: “Demikian pula sikap pemaaf juga disebutkan sebagai tanda kebaikan seorang muslim. Sebuah ayat menyatakan “Apa yang mengenai diri kalian dari (sekian banyak) musibah yang menimpa, (tidak lain merupakan) hal-hal berupa buah tangan kalian sendiri. Dan (walaupun demikian) Allah memaafkan sebagian (besar) hal-hal itu. (QS. Al Syura (42):30). Firman Allah ini mengharuskan kita juga mudah memberikan maaf kepada
8
Moeslim Abdurrahman, “Dia Adalah Jendela Kepada Dunia” dalam Irwan Suhanda (ed.), Abdurrahman Wahid Santri Par Excellence (Jakarta:PT. Kompas Media Nusantara, 2010), hlm. 22 9 Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, (Jakarta:The Wahid Institut, 2007), hlm, 59. 10 Abdurrahman Wahid, Gus Dur Menjawab Kegelisahan Rakyat , (Jakarta: Kompas ,2007), hlm.134.
5
siapapun, sehingga sikap saling memaafkan adalah sesuatu yang secara inherent menjadi sifat seorang muslim”.11 Ketika seseorang mudah dalam memaafkan, akan meminimalisir intoleran. Karakter lain yang dimiliki Abdurrahman Wahid adalah sikapnya yang mementingkan umatnya daripada dia sendiri. Hal ini sesuai tulisannya : “pengutamaan kemaslahan umum dituntut dalam bentuknya yang operasional, bukan dalam sekedar dalam prinsip global. Salah satu kaidah fiqh adalah ‘kebijakan pemimpin (pemerintahan) harus didasarkan pada kepentingan orang banyak.”12 Dalam tulisan diatas Abdurahman Wahid ingin tindakan apapun yang dilakukan
seseorang
seyogyanya
menguntungkan
bagi
orang
lain.
Abdurahman Wahid tidak ingin tindakan yang dilakukan seseorang membuat tidak nyaman bagi orang lain (anarkis). Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkwalitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Untuk itulah dengan melihat gambaran berbagai macam persoalan diatas, menarik
minat
penulis
untuk
melakukan
kajian
tentang pemikiran
Abdurrahman Wahid dalam kaitannya dengan konsep pendidikan nilai karakter yang dengan judul: “Konsep Pemikiran Abdurrahman Wahid Tentang Pendidikan Nilai Karakter “. 11
Abdurrahman Wahid, Islamku, Islam Anda, dan Islam Kita, (Jakarta:The Wahid Institut, 2006), hlm. 228. 12 Abdurrahman Wahid, “Masih Relevankah Teori Kenegaraan Islam” Makalah Diskusi Konsep Negara Islam, FH-UII, Yogyakarta, 7 Februari 1988, hlm.2-3.
6
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis berusaha merumuskan permasalahan: a. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi pemikiran Abdurrahman Wahid tentang pendidikan nilai karakter? b. Nilai-nilai karakter apa saja yang terdapat dalam pemikiran Abdurrahman Wahid? c. Bagaimana sumbangan pemikiran pendidikan nilai karakter Abdurrahman Wahid terhadap pendidikan karakter bangsa?
C. Tujuan dan Mafaat Penelitian Dalam setiap penelitian, tentunya memiliki tujuan yang jelas, sehingga apa yang akan dicapai mampu memberikan sumbangan keilmuan yang bermanfaat. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki tujuan yaitu : 1. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi pemikiran Abdurrahman Wahid tentang pendidikan nilai karakter. 2. Mengetahui nilai-nilai karakter apa saja yang terdapat dalam pemikiran Abdurrahman Wahid. 3. Mengetahui
sumbangan
pemikiran
pendidikan
nilai
Abdurrahman Wahid terhadap pendidikan karakter bangsa.
karakter
7
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat secara teoritis substantif. a. Memberikan masukan untuk pengembangan keilmuan di dunia pendidikan khususnya pendidikan agama Islam. b. Menambah
wacana
dan
perbendaharaan
keilmuan
khususnya
mengenai pendidikan nilai karakter. 2. Manfaat secara empirik. a. Sebagai sumbangan informasi mengenai pentingnya pendidikan nilai karakter dalam membangun moral bangsa. b. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pendidik dalam membangun karakter anak di setiap lembaga sekolah. 3. Manfaat secara normatif. Memberikan standar pengetahuan yang terkait dengan karakter manusia dalam bermasyarakat dan hidup berdampingan.
D. Kajian Pustaka Abdurrahman Wahid adalah tokoh pesantren yang memiliki perhatian mendalam terhadap kehidupan umat. Dia tumbuh berkembang dalam pesantren yang berkultur tradisional serta dekat dengan kehidupan perjalanan sejarah nasional. Dia belajar dalam bimbingan kiai-kiai karismatik Nahdlatul Ulama serta para tokoh nasional. Dengan para tokoh penting itulah ia sering terlibat dialog-gialog tingkat tinggi seputar keIslaman, kebangsaan, dan kemanusiaan serta tema-tema penting lainnya. Pergaulannya lintas agama dan
8
dunia internasional menambah bobot penting pemikirannya untuk kemajuan bangsa dan Negara. Demikian Abdurrahman Wahid menjadi tokoh yang banyak diteliti pemikiran dan tindakannya. Sudah banyak hasil penelitian diterbitkan yang menggambarkan mutiara pemikiran Abdurrahman Wahid yang didedikasikan untuk pemajuan bangsa dan Negara. Berikut beberapa hasil kajian terdahulu yang berguna untuk mengenali corak pemikiran Abdurrahman Wahid. Berdasarkan pencarian penulis tentang berbagai penelitian yang relevan dan berkaitan langsung dengan objek penelitian ini, ternyata telah ada beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji tentang pendidikan nilai karakter, akan tetapi mereka mengkaji dari sudut pandang yang berbeda. Diantara penelitian-penelitian tersebut adalah penelitian yang berjudul Pemikiran Abdurrahman Wahid Tentang Pendidikan Islam di Pesantren oleh Kasan As’ari. Penelitian ini membahas tentang bagaimana sistem pendidikan di pondok pesantren menurut Abdurrahman Wahid dan pendidikan Islam yang ideal bagi pesantren menurut Abdurrahman Wahid. Dalam penelitian ini banyak dibahas konsep Abdurrahman Wahid tentang pendidikan Islam di Pesantren. Abdurrahman Wahid yang besar dikalangan pesantren secara otomatis memiliki yang cukup banyak tentang pesantren, bagaimana yang seharusnya pendidikan Islam itu berkembang pesat di lingkungan pesantren.
9
Dikarenakan pesantren adalah lembaga pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.13 Sementara itu kajian yang dilakukan oleh Faisol terhadap sosok Abdurrahman Wahid dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu merupakan penelitian yang membutuhkan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antara konsep dan analisis secara mendalam tentang hubunganhubungan konsep yang dikaji secara empiri yang hasilnya kemudian diterbitkan dengan judul Abdurrahman Wahid dan Pendidikan Islam; Upaya Mengembalikan Esensi Pendidikan di Era Global. Dalam penelitian ini Faisol mengulas bagaimana Abdurrahman Wahid berusaha memadukan kebutuhan pendidikan Islam yang harus mengikuti perkembangan zaman di satu sisi dan keharusan mempertahankan nilai-nilai tradisional Islam di sisi lain. Dari perpaduan inilah lahir neomodernisme, gerakan progresif dalam pemikiran Islam yang tidak hanya timbul dari modernisme Islam, tetapi juga sangat tertarik pada pengetahuan tradisional. Tidak hanya itu, konsep dan gagasan Abdurrahman Wahid tentang pendidikan Islam secara jelas terlihat pada gagasannya tentang pembaruan pesantren. Menurutnya, semua aspek pendidikan pesantren, mulai dari visi, misi, tujuan, kurikulum, manajemen, dan
kepemimpinannya
harus
diperbaiki
dan
disesuaikan
dengan
perkembangan zaman era globalisasi.14
13
Kasan As’ari, Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Pendidikan Islam di Pesantren ,Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, UIN Sunan Kalijaga, 2003. 14 Faisol, Gus Dur dan pendidikan Islam;Upaya Mengembalikan Esensi Pendidikan di Era Global, (Yogyakarta; Ar Ruzz Media, 2011), hlm. 26
10
Berbeda dengan penelitian di atas, tesis yang ditulis Mubtadin yang meneliti Abdurahman Wahid dari segi pemikirannya tentang Humanisme Dalam
Pemikiran
Abdurahman
Wahid.15
Di
dalam
penelitian
itu
mengungkapkan bahwa wilayah HAM yang merupakan keadaan terpenuhinya hak-hak dasar manusia yang sejalan dengan prinsip al-kulliyah al-kham: dīn, hifz al-nafs, hifz al'-'aql, hifz al-nasl serta al amwāl hifz) agar keberadaan manusia sebagai manusia dan makhluk Tuhan dapat dihormati, dihargai, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintahan dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia, dalam pemikiran Abdurrahman Wahid dilihat sebagai warna humanisme. Konsep humanisme Abdurrahman Wahid termasuk humanisme religius humanisme dengan tetap menyerukan ketertundukan kepada Tuhan. Wacana humanisme Abdurrahman Wahid berangkat dari keprihatinannya yang mendalam dengan berbagai gerakan yang menginginkan Islam ditampilkan dalam bentuk legal-formal serta berbagai kesenjangan ekonomi, tindak kekerasan, konflik horisontal atas nama agama yang masih terjadi negara ini. Relevansi humanisme Abdurrahman Wahid dalam konteks keindonesiaan adalah upayanya untuk memperjuangkan secara konsisten nilai -nilai kemanusiaan universal, demokrasi, hak-hak kaum minoritas, keadilan, kesetaraan gender, dialog antar agama dan perdamaian umat manusia. Humanismenya mengarah pada pemberdayaan civil society yang didasarkan pada visi transformasi sosial dan penyadaran hak-hak rakyat dalam kehidupan 15
Mibtadin, Humanisme Dalam Pemikiran Abdurrahman Wahid (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2010), hlm. 384.
11
bernegara. Abdurrahman Wahid mendasarkan pengembangan pluralisme, demokrasi, HAM dan civil society dalam basis humanisme sebagai media untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri. Kajian M. Sofyan al Nashr yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode library research dengan judul Pendidikan Karakter berbasis Kearifan Lokal; Telaah Pemikiran Abdurrahman Wahid.16 Hasil penelitian ini menunjukkan: Pertama, bahwa Islam sangat mendukung pendidikan karakter bangsa yang berideologi pancasila melalui pendidikan, bukannya berperan sebagai ideologi tandingan yang bersifat disintegratif. Kedua, Pesantren menjadi representasi pendidikan karakter yang berbasis pada kearifan lokal. Pesantren mengajarkan santrinya benar-benar menghormati tradisi yang telah berkembang di masyarakat di masyarakat dengan landasan ajaran agama Islam. Penelitian lebih fokus karakter yang ada di pendidikan formal. Penelitian M. Sofyan an Nashr ini mempunyai persamaan masalah yaitu tentang karakter. Namun dalam penelitian itu lebih fokus pada lingkup kearfian lokal yang diwakili oleh pesantren. Sedangkan penulis ingin mengungkap
pendidikan
nilai
karakter
Abdurrahman
Wahid
secara
menyeluruh, tidak di pisah-pisahkan berbasis pesantren atau berbasis kearifan lokal. Hasil dari penelitian Sofan an Nashr mengajak para pendidik untuk membangun karakter dari pintu pendidikan dilakukan secara komprehensifintegral, tidak hanya melalui pendidikan formal, namun juga melalui pendidikan informal dan non formal. Selama ini, ada kecenderungan 16
M. Sofyan an Nashr, Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal , (Semarang, IAIN Walisongo, 2010)
12
pendidikan formal, informal dan non formal, berjalan terpisah satu dengan yang lainnya. Akibatnya, pendidikan karakter seolah menjadi tanggung jawab secara parsial. Implementasi dari pendidikan karakter dalam lingkup pendidikan formal bukanlah menyajikannya dalam satu bentuk mata pelajaran atau diserahkan pada pelajaran agama dan pendidikan kewarganegaraan saja. Dari kajian pustaka di atas setidaknya dapatlah kita mengerti bahwa Abdurrahman Wahid adalah sosok pembaharu pemikiran Islam, yang dengan intens ikut menyumbangkan pemikirannya untuk persoalan Negara (politik dan
demokrasi),
keIslaman
(pembaruan
pemikiran
Islam),
sosial
kemasyarakatan (persamaan, keadilan dan pluralism), dan ilmu pengetahuan (bersikap kritis, rasional dan keterbukaan). Bermacam usaha tersebut bermuatan misi mengangkat martabat dan derajat manusia yang dapat dilihat sebagai spirit humanisme. Berdasar dengan penelitian-penelitian tersebut, peneliti merumuskan belum adanya penelitian yang membahas secara spesifik tentang
bagaimana
pendidikan
nilai-nilai
karakter
dalam
pemikiran
Abdurrahman Wahid. Oleh sebab itu sangat tepat apabila penelitian dalam tesis ini dilakukan dengan mengingat betapa sangat penting penelitian ini.
E. Kerangka Teoretik Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami berbagai istilah dalam karya ini, merupakan sebuah keharusan untuk memberikan penjelasan terkait judul yang dimaksud dalam penulisan ini.
13
1. Filosofi Abdurrahman Wahid dan pemikirannya Seperti tradisi kaum intelektual Sunni tradisional pada umumnya, Abdurrahman wahid membangun pemikirannya melalui paradigma kontekstualisasi khazanah pemikiran Sunni klasik. Greg Barton, Fachry Ali dan Bachtiar Effendi memasukkan Abdurrahman Wahid dalam kategori neo-modernisme Islam.17 Abdurrahman wahid, tidak sekedar menggunakan produk-produk pemikiran Islam tradisional, tetapi lebih menekankan pada penggunaan metodologi (manhaj) teori hukum (Usūl al Fiqh) dan kadahkaidah hokum (Qawāid fiqhiyyah) dalam kerangka pembuatan suatu sintesis untuk melahirkan gagasan baru sebagai upaya menjawab perubahan-perubahan aktual. Perpaduan antara aplikasi (metodologi) pemikiran Islam tradisional dan pemikiran Islam modern melalui suatu proses ijtihad kreatif akan menghasilkan konstruk pemikiran yang lebh inklusif, rasional, responsif dan mapan.18 Hal inilah yang membuat pemikiran Abdurrahman Wahid menjadi inklusif, sehingga beliau dikenal dengan bapak pluralisme. Abdurrahman Wahid tidak sekedar menggunakan produk-produk pemikiran Islam tradisional sebagai hasil final tetapi lebih menekankan pada penggunaan metodologi dalam kerangka pembuatan sintesis untuk 17
Greg Barton sendiri menyebut lima ciri yang menonjol dari aliran neo-modernis. Pertama, neo-modernis adalah gerakan pemikiran progresif yang mempunyai sikap positif terhadap modernitas, perubahan dan pembangunan. Hal ini bukan berarti neo-modernisme tidak bersikap kritis terhadap pembangunan. Kedua, tidak seperti aliran fundamentalisme, neomodernisme tidak melihat barat sebagai ancaman atas Islam dan umatnya. Ketiga, neomodernisme Islam mengafirmasi semangat “sekularisasi” dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai salah satu upaya membangun titik temu antara Islam dan Negara. Preferensi ini didasarkan pada asumsi bahwa al Quran dan Sunah bukan saja tidak memuat cetak biru (blue print) untuk sebuah Negara Islam, tetapi juga tidak menentukan bahwa Negara Islam merupakan suatu keharusan. Keempat, neo-modernisme sangat mengedepankan pemahaman Islam yang terbuka, inklusif dan liberal, utamanya dalam menerima dan mengafirmasi pluralisme masyarakat dan menekankan signifikansi toleransi dan harmoni dalam hubungan antar komunal. Kelima, neomodernisme banyak mewarisi semangat Muhammad Abduh dalam rasionalisme ijtihad secara kontekstual. Berbeda dengan kaum modernis sebelumnya, neo-modernisme berusaha membuat suatu sintesis antara khazanah pemikiran Islam tradisional dengan keharusan berijtihad, serta dengan gagasan-gagasan Barat dalam ilmu-ilmu sosial dan humaniora. (Lihat Greg Barton, “Indonesia’s”, hlm. 29-81.) 18 Umaruddin Masdar, Membaca Pikiran Gus Dur dan Amin Rais Tentang Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 125.
14
melahirkan gagasan batu sebagai upaya menjawab problem sosial-aktual. AS Hikam, seorang peneliti LIPI mengemukakan pola pemikiran Abdurrahman Wahid pada dasarnya dapat dipahami sebagai produk dari tiga kepedulian utama: pertama, revitalisasi warisan Islam Tradisional Ahlu Sunnah WAl Jama’ah yang komitmen atas kemanusiaan (insāniyyah), antara lain adanya kepedulian yang kuat pada kerukunan sosial (social harmony) dan sikap inklusif yang ada dalam ajaran Islam. Kedua, wacana modernitas yang didominasi pemikiran sekuler pada paham Ahl al Sunnah Wa al jamā’ah untuk menyingkapi perkembangan modern dengan sikap terbuka dan kritis untuk mencari titik temu antara keduanya. Modernitas tidak disikapi dengan konfrontatif, tetapi secara akomodatif guna menemukan titik temu yang bermanfaat memecahkan masalah umat, tanpa harus meninggalkan Islam tradisional. Ketiga,Abdurrahman Wahid selalu berusaha mencari jawaban atas tantangan yang dihadapi umat Islam bangsa Indonesia di tengah perubahan yang amat cepat dari proses globalisasi dan modernisasi.19
2. Pengertian Nilai Pengertian nilai dalam bahasa Inggris disebut value berarti harga, penghargaan atau tafsiran. Artinya, harga atau pernghargaan yang melekat pada sebuah objek. Objek yang dimaksud adalah berupa benda, barang , keadaan, perbuatan atau perilaku. Nilai adalah sesuatu yang abstrak, bukan konkret. Nilai juga berkaitan dengan cita-cita, harapan, keyakinan dan halhal yang bersifat batiniyah. Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia yang menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk mengambil suatu keputusan. 19
78.
Lihat Greg Barton dalam Pengantar Prisma Pemikiran Abdurrahman Wahid, hlm. 77-
15
Adapun pengertian konsep nilai sebagaimana dijelaskan oleh Maksudin sebagai berikut:20 Pertama, nilai merupakan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan dengan mempertimbangkan salah dan benarnya. Kedua, nilai adalah sesuatu yang menarik, yang dicarri, yang menyenangkan, yang disukai dan diinginkan, singkatnya ialah sesuatu yang
baik.
Ketiga,
dipisahkan.Perasaan
hubungan merupakan
nilai
dan
aktivitas
perasaan psikis
tidak
manusia
dapat dalam
menghayati nilai. Untuk lebih memudahkan, maka akan kami uraikan penjelasan tentang pendidikan dan nilai karakter. Pendidikan adalah upaya normatif untuk membantu orang lain berkembang ke tingkat normatif lebih baik. Menurut pendapat
Qodri Azizy pendidikan adalah suatu usaha sadar
untuk mengembangkan kepribadian peserta didik.21 Pendidikan dalam penelitian ini lebih bermakna luas, yakni segala usaha dan perbuatan yang bertujuan mengembangkan potensi diri menjadi lebih dewasa. Jadi bukan sekedar pendidikan formal sekolah yang terbelenggu dalam ruang kelas. Menurut Azyumardi Azra pendidikan didefinisikan berbeda-beda oleh para pakar pendidikan sesuai dengan cara pandang yang dianut oleh mereka. Dalam hal ini Azyumardi mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan generasi
20 21
Maksudin, Pendidikan Nilai Komprehensif, (Yogyakarta:UNY Press, 2009) hlm. 5. Qodri Azizy, Membangun Integritas Bangsa, (Jakarta: Renaisan, 2004), hlm. 73.
16
mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.22 Sedangkan karakter dalam Kamus Ilmiah Populer, berarti watak, tabiat, pembawaan atau kebiasaan.23 Karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Oleh karenanya pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat secara keseluruhan.24 Menurut Doni A. Koesoema Pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan secara individu dan sosial dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan kebebasan individu itu sendiri.25 Pendidikan nilai karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap
22
Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional Rekonstruksi dan Demokratisasi, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2002), cet. I, hlm.ix. 23 Achmad Maulana dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Absolut, 2004), cet. II, hlm.202. 24 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 15. 25 Doni Koesoema A., Pendidikan nilai karakter…. hlm. 194.
17
Tuhan, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang berakhlak mulia.
3. Pendidikan nilai Karakter Karakter adalah the aggregate of features and traits of the individual nature of some persons or thing26 yang artinya keseluruhan ciri khas sifat dan perangai yang membentuk watak sekelompok orang atau barang. Karakter menurut Mounier dikutip Doni Koesoema A, mengajukan dua cara interpretasi. Ia melihat karakter sebagai dua hal, yaitu pertama sebagai sekumpulan kondisi yang telah diberikan begitu saja, atau telah ada begitu saja, yang lebih kurang dipaksakan dalam diri kita. Karakter yang demikian ini dianggap sebagai sesuatu yang telah ada dari sononya (given). Kedua, karakter juga bisa dipahami sebagai tingkat kekuatan melalui mana seorang individu mampu menguasau kondisi tersebut. Karakter yang demikian ini disebut sebagai sebuah proses yang dikehendaki (willed).27 Karakter adalah jati diri (daya qalbu) yang merupakan saripati kualitas batiniyah atau rohaniah manusia yang penampakannya berupa budi pekerti (sikap dan perbuatan lahiriyah), sedangkan menurut Suyanto dikutip Suparlan karakter adalah:
26
The Random house Dictionary of English Language, (New York:Random House, Inc, 1983), hlm.345. 27 Maksudin, Pendidikan nilai karakter Non-Dikotomik, (Yogyakarta: UIN Sunan kalijaga&Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 2.
18
“Cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara”28
Dengan demikian dari pengertian diatas pendidikan nilai karakter adalah upaya mendidik manusia dengan nilai-nilai karakter. Bisa juga diartikan nilai-nilai karakter yang positif itu ditransformasikan pada manusia lain dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dan termasuk jenis penelitian bibliografi karena berusaha mengumpulkan data, menganalisa dan membuat interpretasi tentang pemikiran tokoh, dalam hal ini pemikiran Abdurrahman Wahid dengan menggunakan telaah kepustakaan (library research), atau dalam bahasa lain dengan melakukan studi kepustakaan. Hal yang sama dijelaskan bahwa library research adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data serta informasi dengan bantuan buku-buku, pereodikal, naskah-naskah, catatan-catatan, kisah sejarah tertulis, dokumen, dan materi pustaka lainnya yang terdapat dalam koleksi perpustakaan. Di sini menuntut seorang penulis harus bersifat “perspektif emic” artinya memperoleh data bukan “sebagaimana
28
Ibid., hlm. 3.
19
seharusnya” tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang dialami dan difikirkan oleh partisan/sumber data.29
2. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analitik yaitu mengumpulkan atau memaparkan
konsep-konsep
dan
pemikiran
Abdurrahman
Wahid
(GusDur), relevansinya dengan pendidikan nilai karakter dan realitas sosial masa kini serta menganalisanya dengan menggunakan pendekatan atau teori yang telah ada.
3. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam konteks penelitian ini yaitu pendekatan Historis-filosofis karena objek material dari penelitian adalah pemikiran tokoh yang telah meninggal.
4. Metode pengumpulan data Penggunaan data di sini adalah untuk memberikan dasar berpikirbukan untuk memberikan hipotesis. Dalam penelitian ini penulismenggunakan metode pengumpulan data dengan: a. Dokumentasi Pada teknik ini peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada 29
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. VIII, hlm. 296.
20
responden atau tempat, di mana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya.30 Karena itu panduan utamanya adalah karya-karya KH. Abdurrahman Wahid dan karya tulis ilmiah lain, baik berupa buku, artikel, makalah, atau jurnal yang membahas tentang Abdurrahman Wahid, pendidikan nilai karakter dalam berbagai perspektifnya.
Semua
itu
diperlukan
untuk
memperkuat
dan
menganalisis data.
4. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subyek di mana data diperoleh.31 Dalam penelitian ini sumber data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data skunder. a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari. Sumber primer ini adalah Abdurrahman Wahid dan gagasan-gagasan beliau yang tertuang melalui tulisan di dalam buku, jurnal, majalah, artikel, dan lain-lain. Diantaranya :
30
Sukardi, Metodologi Penelitioan Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2003), cet. I, hlm. 81. 31 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), Cet. XII, hlm. 114.
21
-
Islam Kosmopolitan; nilai-nilai Indonesia dan Transformasi Kebudayaan, Karya Abdurrahman Wahid, Jakarta, The Wahid Institute, 2007.
-
Islamku, Islam Anda, dan Islam Kita:Agama Masyarakat Negara Demokrasi, Karya Abdurrahman Wahid, Jakarta, The Wahid Institute, 2006.
-
Prisma Pemikiran Abdurrahman Wahid, Karya Abdurrahman Wahid,Yogyakarta, LKiS, 1999.
-
Islam Tanpa Kekerasan, Karya Abdurrahman Wahid, dkk. Yogyakarta, LKiS, 1998.
-
Kumpulan Tulisan Abdurrahman Wahid dalam Muslim di Tengah Pergumulan, Karya Abdurrahman Wahid, . Jakarta, Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional, 1983.
-
Kyai Nyentrik Membela Pemerintah, Karya Abdurrahman Wahid, Yogyakarta, LKiS, 2000.
-
Menggerakkan tradisi Esai-Esai Pesantren, Karya Abdurrahman Wahid, Yogyakarta, LKiS, 2001.
-
Tabayyun Abdurrahman Wahid, Karya Abdurrahman Wahid, Yogyakarta, LKiS, 1999.
-
Tuhan Tidak Perlu Di Bela, Karya Abdurrahman Wahid, Yogyakarta, LKiS, 1999.
-
Membaca
Sejarah
Nusantara,
Yogyakarta, LKiS, 2001.
Karya Abdurrahman
Wahid,
22
b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk memperjelas sumber data primer berupa data kepustakaan yang berkorelasi erat dengan pembahasan obyek penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari sumber-sumber buku, majalah, artikel, wawancara serta data-data lain yang dipandang relevan bagi penelitian ini. Diantaranya : Abdurrahman Wahid;KH. Abdurrahman Wahid Biografi Singkat 1940-2009, Yogyakarta, Garasi Houe Book, 2013, Greg Barton, Biografi Abdurrahman Wahid, LKiS, Yogyakarta, 2004. Umarudin Masdar, Membaca Pemikiran Abdurrahman Wahid dan Amin Rais tentang Demokrasi, Pustaka Pelajar ,Yogyakarta, 1999. Ahmad Suaedy dan Ulil Abshar Abdalla, Gila Abdurrahman Wahid, LKiS, Yogyakarta, 2000.
5. Analisis Data Maksud
pokok
mengadakan
analisa
adalah
melakukan
pemeriksaan konsepsional atas makna yang dikandung oleh istilahistilah yang digunakan dan pernyataan-pernyataan yang dibuat. Di sini dibutuhkan kejelian dan ketelitian dalam membaca data. Dalam menganalisis data, penulis berusaha menggunakan beberapa metode:
23
a. Analisis data kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis yaitu pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. b. Analisi isi (content analysis), sebuah analisis yang berangkat dari aksioma bahwa studi tentang proses isi komunikasi itu merupakan dasar bagi ilmu sosial. Content analysis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi.32 c. Metode interpretatif, di mana metode ini adalah dengan cara menyelami isi buku untuk diungkap arti serta nuansa yang disajikan. Bukan hanya memahaminya berdasarkan teks belaka.
G. Sistematika Pembahasan Untuk lebih memudahkan dalam pemahaman dengan pembahasan yang sistematis atau terarah dan kronologis, maka dalam penulisan tesis ini disistematisasikan sebagai berikut: Penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab. Bab pertama, merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah kenapa penulis mengambil penelitian ini. Dalam bab ini penulis paparkan masalah-masalah yang melanda Negara Indonesia secara menyeluruh baik dibidang pendidikan, sosial, budaya, dan agama. Dari semua kasus yang ada pokok permasalahanya pada kurangnya rasa toleransi antar sesama manusia. Semakin tahun tingkat toleransi semakin menurun. Perlunya karakter dimiliki setiap individu untuk 32
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelititan Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002), edisi IV, cet. II, hlm. 68.
24
menjadikan Indonesia damai dengan melalui pendidikan. Dengan pendidikan nilai pendidikan diharapkan mampu meminimalisir intoleransi yang berkembang di Negara kita. Adapun bab kedua, akan membahas tentang pengertian nilai, objek nilai dan sumber-sumber nilai. Bab dua ini juga membahas konsep nilai karakter, objek nilai karakter, dan sumber nilai karakter. Sedangkan pada bab ketiga, akan dibahas faktor-faktor yang melatarbelakangi pemikiran Abdurrahman Wahid. Beliau tentunya dalam mengungkapkan sebuah ide tidak terlepas dari faktor latar belakang. Pada bab keempat, Dalam bab ini akan membahas menjelaskan nilai-nilai karakter apa saja dalam pemikiran Abdurrahman Wahid dan implementasinya dalam kehidupan Abdurrahman Wahid. Dalam bab empat ini penulis juga akan membahas tentang bagaimana kontribusi pemikiran pendidikan nilai karakter Abdurrahman Wahid terhadap pendidikan karakter bangsa. Pemikiran Abdurrahman Wahid yang toleran dan sikapnya yang progresif memberikan contoh kepada bangsa Indonesia bahwa bangsa ini masih perlu sikap-sikap yang menunjukkan pendidikan karakter bangsa.
165
BAB V PENUTUP
Pada bagian akhir dari pembahasan ini, penulis mengambil sebuah kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisis yang disesuaikan dengan tujuan pembahasan tesis ini. Penulis juga memberikan saran-saran yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi pikiran yang berharga bagi dunia pendidikan.
A. Kesimpulan Setelah membahas berbagai uraian dan penjelasan hasil penelitian kepustakaan tentang Konsep Pemikiran Abdurrahman Wahid Tentang Pendidikan Nilai Karakter, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Faktor yang mempengaruhi pemikiran Abdurrahman adalah dari lingkungan keluarga pesantren dan pendidikan Abdurrahman Wahid mulai dari Yogjakarta, Kairo Mesir, Baghdad, sampai Eropa. Tentunya dalam pengembaraan ilmu tersebut Abdurahman Wahid sangat bersinggungan dengan model pemikiran timur dan barat. Sehingga dalam proses pengejawantahan
ilmu
kemasyarakatan
Abdurrahman
Wahid
menampilkan Islam Rahmatanlil ‘Ālamīn. 2. Nilai-nilai universal dalam Islam bagi Abdurrahman Wahid adalah muatan dari berbagai ajaran dalam Islam yang selalu mengedepankan kepedulian yang tinggi terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keterbukaan yang penuh 165
166
kearifan dari peradaban. Termasuk nilai-nilai karakter sikap nasionalis, rasa tanggungjawab, ikhlas dalam perbuatan, toleran dalam memahami pluralisme dan multikulturalisme. Kasih sayang terhadap sesama ciptaan Allah, dan pembelaan terhadap kaum yang lemah. 3. Adapun sumbangan pemikiran pendidikan nilai karakter Abdurrahman Wahid terhadap pendidikan karakter bangsa melalui sikapnya yang religius humanis, toleran, demokratis, dan nasionalis mampu memberikan contoh yang baik bagi generasi bangsa yang mengalami jauh dari perilaku yang mengedepankan moral dan kasih sayang. Merubah segala tatanan masyarakat disaat era reformasi sehingga Indonesia mampu bangkit dari keterpurukan.
B. Saran-saran Dalam tesis ini mungkin ada yang perlu disampaikan dan diterapkan dalam dunia pendidikan tidak lain adalah demi kemajuan dunia pendidikan Indonesia yang masih banyak masalah. Apalagi di tengah arus globalisasi yang sebagian kelompok ingin menghancurkan Negara ini melalui ideologi, adu domba, dan perpecahan antar suku. Tesis ini mungkin menjadi spirit awal dalam rangka meneruskan perjuangan yang dilakukan oleh Abdurrahman Wahid yang selalu mengayomi dan memperjuangkan kaum minoritas serta orang-orang yang diaggap berseberangan dengan mayoritas yang ada. Dengan pemikiran pendidikan nilai
167
karakter Abdurrahman Wahid, penulis mengajak kepada segenap pendidik untuk selalu mengajarkan dan memberi contoh karakter yang bagus.
C. Penutup Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun tesisi ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kehadirat uswah kita nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafaatnya. Akhir kata penulis menaruh harapan besar semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, sehingga terciptalah pendidikan yang penuh kedamaian dan demokratis. Semoga karya yang sederhana ini di ridhoi oleh Allah SWT. Amīn yā rabbal ‘ālamīn.
168
DAFTAR PUSTAKA
Buku A.S.Hornby, English Dictionery, New York: Macmilan, 1982. Al-Zastrouw Ng, Abdurrahman Wahid siapa Sih Sampean?, Jakarta: Erlangga, 1999. Anwar, Fuad, Melawan Abdurrahman Wahid, Yogyakarta: Pustaka Tokoh Bangsa, 2004. Ardy Wiyana, Novan , Pendidikan karakter Berbasis Iman dan Taqwa, Yogyakarta : Teras, 2012. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002. Asy’ari, Hasyim, Pendidikan Karakter Ala Pesantren, terj. Adabul ‘Alim wal Muta’alim, Malang:UIN Maliki Press, 2013 Azizy, Qodri, Membangun Integritas Bangsa, Jakarta: Renaisan, 2004. Azra, Azyumardi, Paradigma Baru Pendidikan Nasional Rekonstruksi dan Demokratisasi, Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2002. Djahiri, A. K, Menelusur Dunia Afektif.Pendidikan Nilai dan Moral. (Bandung: Lab. Pengajaran PMP IKIP, 1996. Elmubarok, Aim, Membumikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, 2009. Faisol, Abdullah, Abdurrahman Wahid, jejak Sang Humanis dan Humoris, Surakarta:AIS-Aswaja Institute Surakarta, 2010. Faisol, Abdurrahman Wahid dan Pendidikan Islam, Yogyakarta; Ar Ruzz Media, 2011. Falah, Riza Zahriyal, Pendidikan Karakter; Studi Analisis Terhadap Pemikiran Dan Implementasi Pendidikan Karakter KH. Ali Maksum), (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2003.
169
Fromm, Erick, Man from Himself; inquiry into Psychology of Ethnic, New York: Hol, Rinebart and Wisdom, 1984. Gazalba, Sidi, Sistematika Filsafat IV, Jakarta: Bulan Bintang, 1981.. Ibad M, & Akhmad Fikri AF, Bapak Tionghoa Indonesia, Yogyakarta: LKiS, 2012. Imanulhaq Faqieh, Maman, Fatwa dan Canda Abdurrahman Wahid, cet.Ke-2, Jakarta: Kompas, 2010. Junaedi, Ahmad, Abdurrahman Wahid, Presiden Kyai Indonesia, .Surabaya: Diantama, 2010. Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, Pedoman Sekolah Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2011. Mustofa Bisri dalam buku Kumpulan Kolom dan Artikel Abdurrahman Wahid, Yogyakarta: LKiS, 2002. Kiswanto, Heri, Gagalnya Peran Politik Kyai Dalam Mengatasi Krisis Multi Dimensional, Yogyakarta; Pesantren Nawesea Press, 2008. Koesoema A, Doni, Pendidik Karakter di Zaman Keblinger, Jakarta: Grasindo, 2009. Koesoema,
Doeni ,Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta: Grasindo, 2010.
Kumpuan kolom Abdurrahman Wahid, Kompas, Damai Bersama Abdurrahman Wahid. Jakarta: PT. Kompas. 2010.hlm. XXV. Laode Ida dalam bukunya NU Muda (kaum progresif dan sekularisme Baru, Jakarta:Erlangga, 2004. Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, Alih Bahasa: Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992. M. Hamid, Gus Ger Bapak Pluralisme dan Guru Bangsa, Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2010. Maksudin, Pendidikan nilai karakter Non-Dikotomik, Yogyakarta: UIN Sunan kalijaga&Pustaka Pelajar, 2013.
170
_________ Pendidikan Nilai Komprehensif Teori dan Praktik, Yogyakarta: UNY, 2009. Maulana, Achmad dkk, Kamus Ilmiah Populer, cet.ke-2, Yogyakarta: Absolut, 2004. Megawangi, Ratna , Pendidikan karakter, Cimanggis: Indonesia Heritage Fondation, 2007. Moeslim Abdurrahman, “Dia Adalah Jendela Kepada Dunia” dalam Irwan Suhanda (ed.), Abdurrahman Wahid Santri Par Excellence, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2010. Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelititan Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002. Muhaimin, dkk., Dimensi-dimensi Studi Islam, Surabaya: Karya Abditama, 1993. Muhammad, Husein, Sang Zahid Mengarungi Sufisme Abdurrahman Wahid, cet. Ke-3, Yogyakarta: LKiS, 2012. Mulyana, Rohmat, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, 2004. Mulyana, Rohmat, Mengartikulasikan Pendidikan 2004.
Nilai, Bandung: Alfabeta,
Munir Ba’albaki, Al Mawrid A Basic Modern English-Arabic Dictionary, Al Maurid Al Asasi Qamus Inkilizi Arabi, cet.Ke-36 Beirut: Dar al-Ilm al-Malayin, 2002. Munir, Abdullah, Pendidikan Nilai Karakter (Membangun Karakter Anak Sejak Dari Rumah), Yogyakarta: Pedagogia, 2010. Noor Syam, Muhammad, Filsafat pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional, 1986. Poerbakatja, R. Soegarda, dan H.A.H. Harap, Ensiklopedia Pendidikan, Cet. Ke-3 Jakarta: Gunung Agung, 1990. Ridhwan, Nur Khalik, Suluk Abdurrahman Wahid, Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2013. Rifai, Muhammad, Abdurrahman Wahid: KH. Abdurrahman Wahid Biografi Singkat 1940-2009, Jogjakarta: Garasi House of Book, 2010 .
171
Rohmat, Mulyana, Mengartikulasikan 2004.
Pendidikan Nilai, Bandung; Alfabeta,
Ryan and Bohin, Values, Viewws, or Virtues (New York: Columbia University, 1999. Santoso, Listiyono Teologi politik Gusdur. Yogyakarta: Ar - Ruzz 2004. Sauri, Sopyan ,dan Ahmad Hufad, Pendidikan Nilai, Bandung: UPI Press, 2006. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D, (Bandung: Alfabeta, 2009. Sukardi, Metodologi Penelitioan Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2003. Suseno, Frans Magnis ,Abdurrahman Wahid: Bangsa mana di dunia mempunyai Presiden Seperti Kita, dalam buku Gila Abdurrahman Wahid, Editor Ahmad Suaedy dan Ulil Abshar Abdalla, Yogyakarta: LKiS. 2010 Syarkun, Mukhlas , Ensiklopedia Abdurrahman Wahid Jilid 2&4, Jakarta:PPPKI, 2013. Syuhada Bahri, Sofyan Sauri, Romly Qomaruddien. Membumikan Pendidikan Nilai, Bekasi: Al-bahr Press, 2002. T. Lickona, E.Schaps dan Lewis, CEP’s Eleven Principle of Effective Character Education, Washington D. C: Character Education Partnership, 2003. Talcott Parsons, Some Considerations on the Theory of Social Change, Singapore: Rural Sosiologi, 1963. Thaha, Chabib , Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996. The Wahid Institute, Laporan Akhir Tahun Kebebasan beargama dan Intoleransi, Jakarta: The Wahid Institute, 2012. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan Bandung: Imtima, 2007.
FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan,
Mursal dkk, Kamus Ilmu Jiwa Pendidikan, Bandung: PT. Al Ma’arif, 1977.
172
Ridwan, Nur Khalik, Suluk Abdurrahman Wahid, Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2013. _________________, Gus Dur dan Pancasila, Yogyakarta: Tanah Air Kelompok Artha Media, 2010. Masdar, Umarudin, Membaca Pikiran Abdurrahman Wahid & Amin Rais Tentang Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999. Wahid, Abdurrahman, “Masih Relevankah Teori Kenegaraan Islam” Makalah Diskusi Konsep Negara Islam, FH-UII, Yogyakarta, 7 Februari 1988. ________________, dkk, Islam Tanpa Kekeran, Yogyakarta: LKiS, 1998. ________________, Abdurrahman Wahid Menjawab Kegelisahan Rakyat , Jakarta: Kompas ,2007. ________________, Islam Kosmopolitan, Jakarta:The Wahid Institut, 2007. ________________, Islamku, Islam Anda dan Islam Kita, Jakarta: The Wahid Institute, 2006. ________________, Kata Pengantar dalam buku NU dan Pancasila, Einar Martahan Sitompul, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999. ________________, Menggerakkan Tradisi esai-esai Pesantren, cet.ke-3, Yogyakarta: LKiS, 2010. ________________, Prisma Pemikiran Abdurrahman Wahid, Yogyakarta:LKiS, 1999. _________________, Tabayun Abdurrahman Yogyakarta: LKiS, 2010.
Wahid; Pribumisasi Islam,
______________________, Tuhan Tidak Perlu Dibela, cet.ke-5 , Yogyakarta: LKiS, 2010. ______________________, Membaca Sejarah Nusantara, Yogyakarta: LKiS, 2010. Widodo, Agus, Pendidikan Karakter; Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. Wiguna, Guntur, Humor Abdurrahman Wahid, Yogyakarta; Narasi, 2010.
173
Ya’kub, Hamzah, Etika Islam: Pembinaan Akhlakul karimah (Suatu Pengantar), Cet. Ke-4 Bandung:Diponegoro, 1998. Zaki, Muhammad, Abdurrahman Wahid Presiden Republik Akherat, Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2010. Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012. Kamus Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesa 2 (ed), Cet. Ke-3 Jakarta: Balai Pustaka, 1994. M. John Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia: An EnglishIndonesian Dictionary, Jakarta:PT. Gramedia, 1995 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. Ke-1 Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
Jurnal / Karya Tulis An Nashr, M. Sofyan , Skripsi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal , Semarang, IAIN Walisongo, 2010. Mibtadin, Humanisme Dalam Pemikiran Abdurrahman Wahid, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2010. As’ari, Kasan, Skripsi Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Pendidikan Islam di Pesantren, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, UIN Sunan Kalijaga, 2003.
Internet www.merdeka.com, Minggu, 24 November 2013, diakses pada hari Senin, 9 Desember 2013. www.merdeka.com, Sabtu, 7 Desember 2013 19:30, diakses pada hari Senin, 9 Desember 2013. www.merdeka.com,Senin, 25 November 2013, diakses pada hari Senin, 9 Desember 2013.
174
Http://Sosok.Kompasiana.Com/2012/09/30/Gus-Dur-Seorang-PejuangDemokrasi-491642.Html. Diunduh Hari Rabu, 5 Mei 2014 pukul 22.29 WIB. Http://Www.Republika.Co.Id/Berita/Breaking-News/Nasional/09/12/21/97068Gus-Dur-Pemimpin-Harus-Punya-Sifat-Jujur/ diunduh pada hari selasa, tanggal 3 Mei 2014. Htttp://id/Wikipedia.org/wiki/Abdurrahman_Wahid./diakses tanggal 20 April 2014. http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/value/ di unduh hari Jumat, 24 Oktober 2014. http://www.jpnn.com/read/2014/09/19/258857/Pengasuh-Ponpes-Setubuhi-11Santriwati-/ di unduh hari juma’at, 24 Oktober 2014. Syarif
Hidayat S . Abdurrahman Wahid dan Keadilan Ideologis, http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,4-id,45413lang,id-c,kolomt,Gus+Dur+dan+Keadilan+ Ideologis-. Phpx./diakses pada tanggal, Minggu, 5 September 2014.