METODE PEMBELAJARAN ISLAMI DALAM PERSPEKTIF MANAJEMEN PENDIDIKAN
(Telaah terhadap Pemikiran KH. Ahmad Dahlan)
Oleh : HARTO NIM. 11.403.1.047
Tesis Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Magister
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 2013
HALAMAN PENGESAHAN
TESIS METODE PEMBELAJARAN ISLAMI DALAM PERSPEKTIF MANAJEMEN PENDIDIKAN (Telaah atas Pemikiran KH. Ahmad Dahlan) Disusun Oleh :
HARTO NIM : 11.403.1.047
Telah dipertahankan di depan Majelis Dewan Penguji Tesis Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Surakarta Pada hari Selasa tanggal 21 Januari tahun 2014 dan dinyatakan telah memenuhi syarat guna memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I)
Surakarta, 21 Januari 2014 Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Toto Suharto, M.Ag NIP.197104031998031005
Dr. Nurisman, M.Ag NIP.196612081995031001
Penguji Utama
Penguji I
Dr. H. Purwanto, M.Pd NIP.197009262000031001
Dr. Mudhofir Abdullah, M.Pd NIP.197008021998031001
Direktur Program Pascasarjana
Prof. Dr. H. Nashruddin Baidan NIP.195105051979031014
METODE PEMBELAJARAN ISLAMI DALAM PERSPEKTIF MANAJEMEN PENDIDIKAN (Telaah terhadap Pemikiran KH.Ahmad Dahlan) HARTO
ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui metode pembelajaran Islami, indikator-indikator pembelajaran Islami dan penerapan pembelajaran Islami dalam pendidikan perspektif pemikiran KH.Ahmad Dahlan. Metode pembelajaran Islami merupakan alternatif pendidik untuk melaksanakan pendidikan secara benar sesuai dengan yang di perintah Allah SWT maupun seperti yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Bentuk penelitian ini adalah penelitian literatur tentang pemikiran KH.Ahmad Dahlan. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji berbagai buku yang dijadikan literatur untuk mendapatkan materi yang sesuai dengan tema penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode pembelajaran Islami dalam perpektif manajemen KH. Ahmad Dahlan dapat diketahui bahwa dalam pendidikan Islam terdapat nilai-nilai moral dan etika yang mewarnai sistem pendidikan. Berbagai komponen yang terdapat dalam suatu sistem pendidikan tersebut, seperti dasar pendidikan, tujuan, kurikulum, metode, serta hubungan guru dan murid. KH.Ahmad Dahlan menerapakan sistem pendidikan pondok dan pendidikan Belanda sehingga dalam pelaksanaanya mengarahkan kepada pendidik dan siswa untuk menjalankan pembelajaran yang berdasarkan syariat Islam. Metode pembelajaran Islami mewujudkan pendidikan yang berkarakter.. Metode pembelajaran Islami bertujuan untuk mewujudkan manusia seutuhnya. Manusia yang mempunyai budi pekerti atau karakter yang luhur serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kata Kunci : Pembelajaran Islami, manajemen pendidikan
Islamic Learning Method in Education Management Perspective (Based on K.H Ahmad Dahlan Thought) By: Harto Abstract The aim of this research is to know the Islamic learning concept along with its indicators and application in education based on K.H Ahmad Dahlan thought. Islamic learning theory is an alternative for educators to perform the education correctly as Alloh SWT’s command and as the Prophet Muhammad SAW’s model. This research type was quantitative research, which studied K.H. Ahmad Dahlan thougt and the verses of the Koran and Sunnah and also books which were relevant to this research. In this research, researcher discussed some books for literature or references to get the materials that correspond with research theme. Research on Islamic Learning method in management education perspective can be understood that Islamic learning method is a learning method that based on the Koran and Hadits. This learning method directly condemned by our Prophet Muhammad SAW when he taught the Islamic rules to his best friends. There are moral and ethic values in Islam, it colors the educational system. There are many components in this educational sytem based on K.H. Ahmad Dahlan thought. Islamic learning method on its implementation gives direction to the students to perform the learning process based on the syariat. Islamic learning method creates the education which has a character. Islamic learning method is part of education which has a duty to give provisions to the students for mastering knowledge and technology that is based on faith. Islamic learning method aims at creating a perfect human being. It is a human being having good behavior or holy character and also mastering knowledge and technology to get a happiness in this world and hereafter. Key word: Islamic Learning/Islamic studies, education management.
ﻃﺮﻳﻘﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ اﻹﺳﻼﻣﻲ ﻣﻦ ﻧﺎﺣﻴﺔ ﺗﺪﺑﻴﺮ اﻟﺘﺮﺑﻴﺔ )اﻟﱴ ﺗﺼﺪر ﻋﻠﻰ ﻓﻜﺮة اﻟﺸﻴﺦ اﳊﺎج اﲪﺪ دﺧﻼن(
ﻫﺎرﺗﻮ
ﺧﻼﺻﺔ ﻏﺎﻳﺔ ﻫﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﳌﻌﺮﻓﺔ ﻃﺮﻳﻘﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ اﻹﺳﻼﻣﻲ ،دﻻﻟﺘﻬﺎ و ﺗﻄﺒﻴﻘﻬﺎ ﰱ اﻟﱰﺑﻴﺔ اﻟﱴ ﺗﺼﺪر ﻋﻠﻰ ﻓﻜﺮة اﻟﺸﻴﺦ اﳊﺎج اﲪﺪ دﺧﻼن .ﻃﺮﻳﻘﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ اﻹﺳﻼﻣﻲ ﻫﻲ ﺑﺪﻳﻞ ﻟﻠﻤﺮﺑﻴﲔ ﰲ ﺗﻄﺒﻴﻖ اﻟﱰﺑﻴﺔ ﺗﻄﺒﻴﻘﻴﺎ ﺗﺼﺤﻴﺤﺎ ﻛﻤﺎ أﻣﺮ اﷲ ﺎ و رﺳﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ. ﺗﻜﻮﻳﻦ ﻫﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﻫﻮ ﲝﺚ ﻧﻮﻋﻲ اﻟﺬى ﻳﺒﺤﺚ ﻓﻴﻪ ﻋﻦ ﻓﻜﺮة اﻟﺸﻴﺦ اﳊﺎج اﲪﺪ دﺧﻼن و ﻋﻦ آﻳﺎت اﻟﻘﺮآن و أﺣﺎدﻳﺚ اﻟﻨﱯ اﻟﺬان ﻳﻜﻮﻧﺎن ﻣﺮﺟﻌﺎن رأﻳﺴﻴﺎن واﻟﻜﺘﺐ اﻟﱴ ﺗﻮاﻓﻖ ﺬا اﻟﺒﺤﺚ .ﰲ ﻫﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﻳﺒﺤﺚ اﻟﺒﺎﺣﺚ ﻋﻦ اﻟﻜﺘﺐ اﳌﺘﻨﻮﻋﺔ اﻟﱴ ﺗﻜﻮن اﺣﱰاﻓﺔ و ﻟﺘﺤﺼﻞ اﳌﺎدة اﻟﻮاﻓﻘﺔ ﺬا اﻟﺒﺤﺚ. اﻟﺒﺤﺚ ﻋﻦ ﻃﺮﻳﻘﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ اﻹﺳﻼﻣﻲ ﻣﻦ ﻧﺎﺣﻴﺔ ﺗﺪﺑﲑ اﻟﱰﺑﻴﺔ ﺳﺘﻌﺮف أن ﻃﺮﻳﻘﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ اﻹﺳﻼﻣﻲ ﻫﻲ ﻃﺮﻳﻘﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ اﻟﱴ ﺗﺮاﺑﻂ ﺑﺎﻟﻘﺮآن واﻟﺴﻨﺔ اﻟﻨﺒﻮﻳﺔ .ﻃﺮﻳﻘﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﰱ اﻹﺳﻼم ﻛﻤﺎ ﻣﺜﻠﻬﺎ اﻟﺮﺳﻮل ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﺣﻴﻨﻤﺎ ﻋﻠﻢ اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻋﻦ ﺷﺮ ﻳﻌﺔ اﻹﺳﻼم .ﻛﺎن ﰱ اﻹﺳﻼم ﻧﻈﺎم اﻟﱰﺑﻴﺔ ﻗﻴﻤﺔ أدﺑﻴﺔ وأﺧﻼﻗﻴﺔ. وﻛﺎن ﰱ ﻧﻈﺎم اﻟﱰﺑﻴﺔ أﻧﻮاع :أﺳﺲ اﻟﱰﺑﻴﺔ ،ﻏﺎﻳﺘﻬﺎ ،ﻣﻨﻬﺎﺟﻬﺎ ﻃﺮﻳﻘﺘﻬﺎ وﻋﻼﻗﺔ ﺑﲔ اﳌﺪرﺳﲔ واﻟﻄﻼب .ﺣﺪد ﻫﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﻋﻦ ﺷﺆون ﻃﺮﻳﻘﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ .ﻃﺮﻳﻘﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ اﻹﺳﻼﻣﻲ ﻣﻦ ﻧﺎﺣﻴﺔ ﺗﺪﺑﲑ اﻟﱰﺑﻴﺔ ﻟﺸﻴﺦ اﳊﺎج اﲪﺪ دﺧﻼن .ﻃﺮﻳﻘﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ اﻹﺳﻼﻣﻰ ﰲ ﲢﻘﻴﻘﻬﺎ ﻳﺮﺷﺪ اﳌﺮﺑﲔ واﻟﻄﻼب أن ﻳﻘﻴﻤﻮا ﺑﺎﻟﺘﻌﻠﻴﻢ اﻟﺬى ﻳﺮﺑﻂ ﺑﺸﺮﻳﻌﺔ اﻹﺳﻼم .ﻃﺮﻳﻘﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ اﻹﺳﻼم ﲢﻘﻖ اﻟﱰﺑﻴﺔ اﳋﺼﻴﺼﺔ .ﻛﺎن اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ اﻹﺳﻼم ﺑﻌﺾ ﻣﻦ اﻟﱰﺑﻴﺔ اﻟﺬى أوﺟﺐ ﻋﻠﻰ اﳌﺪرﺳﲔ أن ﻳﺮﺑﻴﻮا اﻟﻄﻼب ﻋﻦ اﻟﻌﻠﻢ واﻟﺘﻜﻨﻮﻟﻮﺟﻴﺎ ﰱ ﺗﺄﺳﻴﺲ اﻹﳝﺎن .و ﺗﻐﺮض ﻃﺮﻳﻘﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ اﻹﺳﻼﻣﻰ أن ﲢﻘﻖ إﻧﺴﺎﻧﺎ ﻛﺎﻣﻼ ،اﻹﻧﺴﺎن اﻟﺬى ﳝﻠﻚ أﺧﻼﻗﺎ ﻛﺮﳝﺎ و ﺧﺼﻴﺼﺎ ﻋﻈﻴﻤﺎ و ﳝﻠﻚ ﻛﺬﻟﻚ اﻟﻌﻠﻢ واﻟﺘﻜﻨﻮﻟﻮﺟﻴﺎ ﻟﻮﺟﻮد اﻟﺴﻌﺎدة اﻣﺎ ﰱ اﻟﺪﻧﻴﺎ واﻵﺧﺮة. ﻛﻠﻤﺔ رﺋﻴﻴﺴﻴﺔ
:اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ اﻹﺳﻼﻣﻲ ،ﻧﻈﺎم اﻟﱰﺑﻴﺔ
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Surakarta seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan tesis yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruhnya atau sebagian tesis ini bukan asli karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Surakarta, Desember 2013 Yang Menyatakan,
Harto NIM. 11.403.1.047
MOTTO
π
!
Ν κ ] ƒ (
Ÿ2 (
ρ
Β
9 tβθ Ζ Β σ ϑ 9$
ΨuŠ
≅ . Β t x
πs% $
'θ (y)u!
šχ֠x.
’ s% &
(
θ γ )x
t uŠ
$Ο γtΒ θs%
9 (
tΡ Ÿω θn=s πx
←!
ρ !"#Ψ Š
šχρ !x# +s† $Ο γ*=y(s9
tΒuρ
Νκ s9
s 9uρ &
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” ( QS. At Taubah : 122)
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada : 1. Orangtua terhormat 2. Istriku tercinta dan tersayang, 3. Anak-anakku tersayang 4. Almamaterku, IAIN Surakarta
KATA PENGANTAR
ِ ﺑِﺴ ِﻢ ﺮ ِﺣْﻴ ِﻢﺮ ْﲪَ ِﻦ اﻟاﷲ اﻟ ْ Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, bimbingan dan pertolongannya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan Tesis ini. Penyusunan Tesis ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I). Menyadari bahwa penulisan Tesis ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. 2.
Dr. Imam Sukardi, M.Ag, selaku rektor IAIN Surakarta Prof. Dr. H. Nashruddin Baidan, selaku Direktur Pascasarjana IAIN Surakarta
3. Dr. Mudhofir Abdullah, S.Ag, M.Pd dan Dr. Toto Suharto, M.Ag sebagai Dosen pembimbing dalam penulisan Tesis ini. 4. Seluruh Bapak Ibu Dosen Pascasarjana IAIN Surakarta yang telah dengan ikhlas dan sabar memberikan bimbingan dan wawasan kepada peneliti selama menempuh pendidikan. 5. Teman-teman mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Surakarta yang telah memberikan saran dan masukan dalam setiap aktivitas belajar.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tesis ini masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan untuk menyempurnakan tugas penulisan Tesis ini.
Surakarta, Desember 2013 Penulis,
Harto
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
ABSTRAK…….........................................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ........................................
v
MOTTO ....................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN......................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
viii
DAFTAR ISI ............................................................................................
ix
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah...................................................
1
B. Perumusan Masalah .........................................................
8
BAB II
C. Tujuan Penelitian .............................................................
9
D. Manfaat Penelitian ..........................................................
9
KAJIAN TEORITIS ..............................................................
10
A. Teori yang Relevan ..........................................................
10
1. Pengertian Pembelajaran Islami a. Pengertian Pembelajaran…………………………....
10
b. Indikator Pembelajaran Islami…………………… ..
20
2. Manajemen Pendidikan
BAB III
a. Pengertian Manajemen ............................................
30
b. Pengertian Pendidikan .............................................
32
c. Pengertian Manajemen Pendidikan ……………… ..
33
d. Manajemen Pendidikan Islam………………………
35
e. Kepemimpinan Rasulullah .......................................
43
B. Penelitian yang Relevan.. .................................................
46
METODE PENELITIAN..........................................................
50
A. Metode Penelitian…………………………………………..
50
B. Tema Penelitian…………………………………………… .
50
C. Sumber data……………………………..............................
51
D. Metode Pengumpulan data………………………………….
51
BAB IV
E. Pemeriksaan keabsahan Data…………. ..............................
52
F. Teknik Analisa Data……………………………………......
52
HASIL PENELITIAN A. Metode Pembelajaran Islami……………………………… .
54
1. Dasar Pembelajaran Dalam Alqur’an dan Hadis………..
54
2. Metode Pendidikan Islam……………………………… .
75
3. Metode Pembelajaran Islami ...........................................
87
4. Prinsip-prinsip pembelajaran Islami ................................ 108 B. Metode Pembelajaran Islami dalam Perspektif Manajemen Pendidikan KH.Ahmad Dahlan.......................... 119 1. Riwayat Hidup KH. Ahmad Dahlan .................................. 119 2. Manajemen Pendidikan KH Ahmad Dahlan ....................... 121 a. Perencanaan (Planning) Pembelajaran Islami KH.Ahmad Dahlan ..................................................... 121 b. Pengorganisasian (organizing) Pembelajaran Islami KH.Ahmad Dahlan........................................... 125 c. Pengarahan (actuating) Pembelajaran Islami KH. Ahmad Dahlan. ................................................... 127
d. Pengawasan (controlling) Pembelajaran Islami KH. Ahmad Dahlan .................................................... 133 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………….. 136 B. Implikasi……………………………………………………..
137
C. Saran ..................................................................................... 137 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad mempunyai misi sentral yaitu peningkatan sumber daya manusia yang benar-benar utuh, tidak hanya jasmaniyah tetapi juga batiniah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dilaksanakan dalam keselarasan dengan tujuan yang diajarkan Islam. Nabi Muhammad mempunyai tugas untuk mendidik manusia, memimpin mereka ke jalan Allah dan mengajar mereka untuk menegakkan masyarakat yang adil sehat, harmonis, sejahtera secara material dan spiritual (Azyumardi Azra, 2001:55). Pendidikan untuk meningkatkan sumber daya
manusia
yang
berkaulitas jasmani dan ruhaninya tidak terlepas dari metode pembelajaran
yang telah dilakukan. Selama ini banyak berkembang metode pembelajaran didalam pendidikan, seperti pembelajaran behavior yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov dan Burrhus F Skinner. mengutamakan
perbuatan
untuk
Pembelajaran behavior lebih
mendapatkan
pengetahuan.
Menurut
pandangan behavior manusia akan teringat sesuatu karena sebelumnya telah mengalami suatu yang berkaitan dengannya (Muhammad Asrori, 2007:6). Ivan Pavlov sebagai pelopor metode pembelajaran behavior mengemukakan bahwa proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pembentuken berkaitan antara stimulus dan respon (Muhammad Asrori, 2007:7). Metode pembelajaran yang juga berkembang seperti metode pembelajaran kognitif. Pembelajaran kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget yang mengatakan bahwa perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologis di dalamnya melibatkan proses-proses memperoleh, menyususn dan menggunakan pengetahuan serta kegiatan-kegiatan mental, seperti mengingat, berfikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, dan memecahkan
persoalan
yang
berlangsung
melalui
interaksi
dengan
lingkungannya (Muhammad Asrori, 2007:47). Secara faktual metode pembelajaran yang sudah berkembang belum bisa membekali anak secara menyeluruh yaitu kebutuhan dunia dan akhirat. Metode yang dikembangkan oleh ahli pendidikan dari barat yang banyak diterapkan dalam pendidikan di Indonesia baru bersifat duniawi. Fenomena kenakalan remaja lebih-lebih kenakalan dikalangan pelajar menjadi bukti belum sempurnanya metode pembelajaran yang diterapkan oleh para pendidik
dinegara ini. Metode Pembelajaran yang dapat
membawa anak kepada
kesempurnaan hidup didunia dan akhirat sangat dibutuhkan. Internalisasi nilai-nilai Islam dalam setiap pembelajaran bisa menjadi alternatif, karena pendidikan agama hendaknya disajikan dengan menjelaskan hikmah altasri’-nya. Ini diusahakan dengan tujuan agar anak didik dapat memahami dan menghayati sebab dan manfaat yang diperoleh, tentu setelah materimateri disajikan dengan baik (Quraish Shihab, 2004:185). Pendidikan
mempunyai
peranan yang sangat
penting dalam
pembentukan karakter siswa. Hal ini disebabkan pendidikan mampu membawa anak-anak mempunyai wawasan yang luas mengenai makna dari kehidupan. Pendidik bisa menghadirkan bermacam-macam metode dalam melakukan pengajaran, sehingga bisa mengatasi permasalahan atau kebutuhan yang diperlukan siswa. Terlebih dalam pendidikan Islam mempunyai tiga tujuan pokok yaitu, keagamaan, keduniaan dan ilmu untuk ilmu (Hery Noer Aly, 2000:151). Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang urgen, karena tanpa pendidikan manusia menjadi buta pengetahuan. Perlu disadari pula bahwa pendidikan bisa dapat dilakukan dijalur formal, nonformal dan informal. Jalur formal bisa dilakukan oleh lembaga pendidikan yang disahkan oleh pemerintah. masyarakat,
Sedangkan
pendidikan
nonformal
bisa
dilakukan
oleh
dan informal dilakukan oleh keluarga. Pendidikan yang
dilakukan secara bersama-sama dapat lebih mengawasi anak-anak agar tidak terjerumus pada pergaulan yang salah. Kunci utama untuk meningkatkan
mutu pendidkan adalah keterlibatan tiga unsur pendidkan tersebut, yaitu lembaga pendidikan yang disahkan oleh pemerintah, masyarakat dan keluarga (A. Qodri A Azizy, 2003:16). Alqur’an sebagai petunjuk bagi manusia, berulangkali mengangkat derajatnya, dan berulangkali merendahkannya. Manusia yang diangkat derajatnya adalah manusia yang senantiasa menjalankan syariat yang ada di dalam Alqur’an, dan manusia yang direndahkah adalah manusia yang menjadikan hawa nafsu untuk kesenangan duniawi. Sebagaimana dijelaskan di dalam dalam QS. Al A’raaf:176 sebagai berikut: t
s
…µ.Ζ/3≈s9uρ
0r1
≅s8yϑx. … 17 ρr1
;
BC %$
µ6uθyδ y4t
µ ‹n=t ≅s8tΒ
Θ θs) 9$
s8yϑs
s
pκ- µ≈uΖ (s t s9
≅
.5$
ϑ +r:
y7 9≡ % uΖ
≈tƒ
t↔
∩⊇∠∉∪ tβρ
uρ
θs9uρ
3 !F{$
2n< &
β &
@ (
oΨ ⁄
"9 =x6 9$
µ=2> ?s5
θ@ #x. š 3x
tDtƒ
Ν γ*=y(s9 }
֠
$
|Cs) 9$
Artinya : ” Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah. Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir”(Departemen Agama RI, 2007:173). Manusia dijadikan sebagai makhluk sempurna bahkan melebihi malaikat, apalagi alam semesta derajatnya jauh di bawah manusia. Tetapi pada saat yang sama manusia tidak lebih berarti dibandingkan dengan setan
terkutuk dan binatang sekalipun. Manusia dihargai sebagai khalifah dan makhluk yang mampu menaklukkan alam. Namun, kekhalifahan manusia mengharuskan empat sisi yang saling berkaitan yaitu, pemberi tugas, penerima tugas, tempat atau lingkungan di mana manusia berada dan materimateri penugasan yang harus mereka laksanakan (Quraish
Shihab,
2004:173). Manusia akan menjadi makhluk yang sempurna atau makhluk yang
terkutuk
karena
faktor
pendidikan,
maka
Alqur’an
sangat
memperhatikan betapa pentingnya pendidikan bagi manusia. Alqur’an sebagai petunjuk, oleh Allah diberikan kepada
umat
manusia. Namun dalam perkembangannya ada manusia yang taat namun juga ada yang kafir. Alqur’an dalam kesempurnaannya mempunyai petunjuk tentang pendidikan, jadi pada dasarnya pendidikan adalah mempunyai satu manajemen yaitu Allah SWT. Manusia sebagai khalifah di muka bumi bertugas untuk manjalankan manajemen pendidikan yang diajarkan oleh Allah, sebagaimana yang ditugaskan kepada para Nabi dan Rasul serta orang – orang yang dipilih oleh Allah. Pada perkembangannya pendidikan mengalami dikotomi yaitu pendidikan umum dan pendidikan agama. Pendidikan sekarang sudah terpisah antara pendiddikan umum dan pendidikan agama, sehingga pendidikan umum jarang yang memasukan nilai-nilai Islam didalamnya, padahal sumber ilmu adalah sama yaitu Allah SWT yang termaktub dalam Alqur’an.
Dalam
praktik pendidikan, sering ditemukan upaya-upaya yang hanya beroreintasi pada hal-hal yang bersifat empiris atau materialistis. Ibadah yang dilakukan
sudah beralih fungsi dari semula, yakni untuk mensucikan diri sudah menjadi kegiatan formal, verbal dan dilakukan secara mekanis (Quraish Shihab, 2010:279). Bangsa
Indonesia
sangat
memperhatikan
betapa
pentingnya
pendidikan. Tuntutan zaman dengan perkembangan di bidang ilmu pengatahuan dan teknologi mengajak kepada pemerintah untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan. mencerdaskan
kehidupan
bangsa
Pendidikan merupakan wahana untuk sebagaimana
diamanatkan
dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar l945. Dalam rangka itu, pemerintah telah berupaya membangun sektor pendidikan secara terencana,
terarah, dan
bertahap serta terpadu dengan keseluruhan pembangunan kehidupan bangsa, baik ekonomi, IPTEK, sosial maupun budaya. Hal ini dilakukan agar sumber daya manusia Indonesia mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari negara lain. Fakta umum telah menunjukkan bahwa dalam rangka mengelola madrasah diperlukan rencana yang terinci, sehingga tidak terjadi pelaksanaan yang tumpang tindih, kurang koordinasi, komunikasi yang kurang interaktif, kurang motivasi, tidak transparan, kurang teliti, dan kurang dipahami didasarkan atas tugas dan fungsi organisasi. Kurang terprogramnya perencanaan madrasah, menjadikan prestasi kerja yang dicapai oleh madrasah tidak maksimal. Tujuan madrasah yang sudah diatur dalam peraturan pemerintah kadang bertolak belakang dengan kenyataan di lapangan. Dengan adanya
dikotomi pendidikan yang membedakan antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Selain itu, dengan tuntutan ujian nasional (UN), pelajaran di sekolah banyak terfokus pada usaha sukses ujian nasional dengan mengabaikan mata pelajaran agama. Siswa yang sudah dikondisikan dengan keadaan tersebut menganggap bahwa pendidikan Islam dilakukan sebagai islamologi saja. Pelajaran agama yang diterima sekedar untuk dapat menjawab soal-soal. Masih jarang yang mengamalkan pendidikan agama yang diterima di madrasah/sekolah. Islam
mempunyai
peranan
yang
sangat
penting
dalam
menyumbangkan generasi bangsa yang berkualitas baik jasmani dan rohani. Menyiapakan anak bangsa yang mempunyai karakter, untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan proses pembelajaran yang
Islami yang berdasarkan
kepada sumber pokok, yaitu Alqur’an dan Hadis. Pembelajaran adalah kegiatan yang dimulai dari penyusunan kurikulum di pusat, pembuatan analisis materi pelajaran (AMP), pembuatan rencana mengajar, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan evaluasi prestasi belajar (Suharsimi Arikunto, 2008:). Pembelajaran mempunyai banyak komponen yang terlibat, seperti guru, murid, kurikulum, metode pembelajaran serta manajemen dalam pendidikan. Pembelajaran sangat efektif dalam membentuk kepribadian siswa. Apabila pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan ajaran Islam, maka internalisasi nilai-nilai Islam bisa ditanamkan kepada anak didik, tidak hanya pada pelajaran agama, namun juga pada pelajaran umum. Namun kenyataan saat
ini proses belajar mengajar sudah diformat dalam paradigma industrial. Pendidikan berubah menjadi mesin pendidikan sehingga peserta didik mengalami kehampaan spiritual dan kemiskinan moral (Mohammad Irfan, 2000:144). Sejarah pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari para pendahulu Negara ini. Salah satunya adalah KH.Ahmad Dahlan, menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan merupakan upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis. Siswa hendaknya dididik agar cerdas, kritis dan memiliki daya analisis yang tajam dalam melakukan pemetaan dinamika kehidupannya pada masa depan. Pendidikan menurut KH Ahmad Dahlan, pelaksanaannya hendaknya didasarkan pada landasan yang kokoh. Landasan ini merupakan kerangka filosofis bagi merumuskan konsep dan tujuan ideal pendidikan Islam, baik secara vertikal maupun horizontal. Pedidikan hendaknya menjadi media yang dapat mengembangkan potensi al-ruh untuk menalar petunjuk pelaksanaan ketundukan dan kepatuhan manusia kepada khaliqnya (Syamsul Kurniawan, 2011:200). Permasalah tersebutlah yang melatarbelakangi penulis untuk memilih judul: “Metode Pembelajaran Islami dalam Perspektif
Manajemen
Pendidikan (Telaah atas Pemikiran KH.Ahmad Dahlan) “ B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana metode pembelajaran Islami dalam perspektif manajemen
pendidikan menurut KH. Ahmad Dahlan?” Untuk lebih terarah dalam mengadakan penelitian, penulis menitikberatkan pada sub-sub masalah sebagai berikut 1. Bagaimana metode pembelajaran Islami? 2. Bagaimana metode pembelajaran Islami dalam perspektif manajemen pendidikan menurut KH.Ahmad Dahlan? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1. Metode pembelajaran Islami. 2. Metode pembelajaran Islami dalam perspektif manajemen pendidikan menurut KH.Ahmad Dahlan. D. Manfaat Penelitian Berangkat dari tujuan penelitian tersebut di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai berikut : 1. Bahan masukan bagi para pendidik mata pelajaran agama maupun mata pelajaran umum agar dalam mendidik sesuai dengan petunjuk Islam. 2. Pendidik bisa menggunakan bermacam-macam metode pembelajaran yang didasarkan dengan petunjuk Islam. 3. Penelitian ini juga bermanfaat bagi siswa agar belajar sesuai dengan petunjuk Islam.
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Teori yang Relevan a. Pengertian Pembelajaran Islami 1) Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan. Pengertian lain belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Suharso, 2009:21).
Keberhasilan dalam pendidikan salah satunya adalah proses pembelajaran. Pembelajaran secara umum, merupakan suatu proses tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman individu yang bersangkutan. Pembelajaran membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan prilaku siswa (Muhammad Asrori, 2008:6). Suharsimi Arikunto (2008:5) mengatakan, pembelajaran adalah kegiatan jamak karena melalui urutan dari penyusunan kurikulum oleh pemerintah pusat, pembuatan analisis pelajaran, pembuatan rencana mengajar, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan evaluasi prestasi belajar siswa. Dari rangkaian proses tersebut, kegiatan awal merupakan penentu keberhasilan kegiatan berikutnya. Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Sedang pendidik adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar. Pendidik sebagai agen pembelajaran tidak hanya mempunyai tugas dan tanggungjawab mentransfer pengetahuan melainkan harus mampu mendidik untuk mengembangkan keseluruhan potensi yang dimiliki subyek didik
sehingga menjadi anak yang cerdas dan berbudi pekerti yang luhur (Muhammad Asrori, 2008:1). Prinsip-prinsip dalam pembelajaran meliputi: 1)disesuaikan dengan minat, kebutuhan dan kemampuan siswa, 2) siswa sebagai subyek pembelajaran, 3) keseimbangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor, 4) menggunakan sumber dan media yang bervariasi, 5) menerapakan evaluasi proses maupun hasil belajar (Nana Syaodih Sukmadinata, 2007:97). Para ahli pendidikan mempunyai pandangan yang berbeda tentang proses pembelajaran, diantaranya : 1) Pembelajaran Behavior Teori Behavioristik merupakan sebuah teori yang membahas tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap
pengembangan
teori
pendidikan
dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar (Mohammad Asrori, 2007:90). Teori
behavioristik
dengan
model
hubungan
stimulus-
responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai
hukuman. Di antara teori-teori yang dikembangkan oleh psikologi behavioristik
untuk
menjelaskan
proses
pembelajaran
adalah
pengkondisian klasik dan pengkondisian operan. a) Pengkondisian Klasik Pengkondisian klasik dalam proses
pembelajaran dapat
ditunjukan dengan gambaran bahwa suatu organismeatau manusia akan teringat sesuatu karena sebelumnya telah mengalami peristiwa yang berkaitan dengan dirinya. Berdasarkan teori ini Pavlov mengemukakan bahwa proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pembentukan perkaitan antara stimulus dan respon (Muhammad Asrori, 2008:7). b). Pengkondisian Operan Pengkondisian operan yang dipelopori oleh Burrhus F. Skinner, menurut
teori
pengkondidian
operan
ini
dikatakan
bahwa
apabilahasilkan organisme atau manusia menghasilakan suatu respon disebabkan karena organisme itu bertindak kesesuatu yang lebih baik. Sebagaimana dicontohkan bahwa siswa akan mengemas bukunya dengan rapi jika ia mengtahui akan diberikan hadiah oleh gurunya (Muhammad Asrori, 2008:7). Perbedaan
mendasar
antara
pengkondisian
klasik
dan
pengkondisian operan adalah bahwa dalam pengkondisian klasik, organisme atau manusia tidak mengubah keadaan subyek, sedangkan dalam penkondisian operan, organisme atau manusia mempunyai
pilihan untuk bertindak atau tidak karena respon ditentukan oleh stimulus. 2) Pembelajaran Kognitif Teori
belajar
kognitif
lebih
menekankan
pada
belajar
merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekasTugas guru dalam pembelajaran behavior ialah menggunakan pendekatan mengajar (approach to teaching) yang memungkinkan para siswa menggunakan stategi belajar yang berorientasi pada pemehaman yang mendalam terhadap isi materi pelajaran (Muhibbin Syah, 2007:50). Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan bentuk-bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek itu direpresentasikan atau di hadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan pengalamannya selama mengadakan perjalanan studi wisata, setelah kembali ke rumahnya sendiri. Tampat-tempat yang dikunjuginya selama berada di tempat wisata tidak dapat dibawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada
waktu itu sedang bercerita, tetapi semulanya tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu dituangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya. 3) Pembelajaran Metakognitif Metakognitif adalah fungsi eksekutif yang mengurus dan mengawal
bagaimana
seseorang
menggunakan
pikirannya.
Metakognitif merupakan proses kognisi yang paling tinggi dan canggih. Metakognisi tidak sama dengan kognisi atau proses pemikiran, seperti inferensi, membuat perbandingan, membuat prakiraan, membuat sentesis atau analisis. Metakognisi merupakan suatu kemampuan individu dan berusaha merenungkan cara dia berfikir
atau
merenungkan
proses
kognitif
yang
dilakukan
(Mohammad Asrori ,2007:20). John Flavell adalah orang yang mula-mula memperkenalkan istilah metakognisi yang ditafsirkan sebagai pengetahuan seseorang tentang proses kognitifnya (Muhammad Asrori,2007:21). Variabelvariabel metakognisi meliputi: a). Variabel individu Variabel individu mengandung makna bahwa manusia itu adalah organisme kognitif atau berpikir. Artinya adalah segala perbuatan manusia akibat dari cara berfikir. Variabel individu dibagi menjadi tiga : a.1. Variabel intra individu
Variabel intra individu adalah apasaja yang terjadi pada diri seseorang. Misalnya, seorang siswa mengetahui bahwa dirinya lebih pandai dalam mata pelajaran matematika disbanding dengan mata pelajaran sejarah. a.2. Variabel antra individu Variabel
antra
individu
adalah
kemampuan
individu
membandingkan dan membedakan kemampuan kognitif dirinya
dengan
orang
lain.
Misalnya,
seorang
siswa
mengetahui bahwa dirinya lebih pandai pada mata pelajaran IPA dibanding dengan temannya, tetapi temannya lebih pandai matematika di banding dirinya. b). Variabel universal Variabel universal adalah pengetahuan yang diperoleh dari unsur-unsur yang ada di dalam system budaya sendiri. Misalnya, mengetahui bahwa sebagai manusia mempunyai lupa. Sebenarnya manusia paham terhadap apa yang dilupakan itu, tetapi lama kelamaan manusia sadar bahwa dia tidak paham. c).Variabel tugas Variabel
tugas
adalah
kesanggupan
individu
untuk
mengetahui kesan-kesan pentingnya dan hambatan sesuatu tugas kognitif. Misalnya, informasi yang disampaikan oleh guru adalah sesuatu yang sulit dan siswa tahu bahwa guru itu tidak akan mengulangai, maka para siswa tentu akan memberikan perhatian
yang lebih serius dan mendengarkan serta memproses informasi itu dengan lebih teliti. d). Variabel strategi Variabel strategi adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu atau mengatasi kesulitan yang timbul. Ini biasanya dilakukan dengan cara yang disebut “pemantauan kognitif”. Perkembangan yang optimal pada segala aspek merupakan faktor kesuksesan seorang anak kedepan. Pola pengasuhan dan pendidikan yang dilakukan oleh orang tua, guru dan lingkungan akan berpengaruh terhadap kualitas anak. Dengan tanpa mengabaikan aspek lain, perkembangan kognitif menjadi salah satu fokus penting selain perkembangan fisik pada masa anak-anak. Seiring dengan peningkatan kemampuan kognitif, anak mulai menyadari bahwa pikiran terpisah dari objek atau tindakan seseorang. Anak sudah dapat mulai mengatur pikirannya dalam bentuk yang sederhana. Berdasarkan penelitian Flavel, anak 3 tahun memiliki kemampuan untuk mengatur pikirannya. Kemampuan inilah yang disebut metakognitif, yaitu suatu kesadaran tentang kognitif kita sendiri,
bagaimana
kognitif
kita
bekerja
serta
bagaimana
mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan kognitif kita dalam menyelesaikan
masalah. Secara ringkas metakognitif dapat diistilahkan sebagai “thinking about thingking”. Siswa
dapat
menggunakan
strategi
metakognitif
dalam
pembelajaran meliputi tiga tahap berikuti, yaitu : merancang apa yang hendak dipelajari; memantau perkembangan diri dalam belajar; dan menilai apa yang dipelajari. Strategi metakognitif dapat digunakan untuk setiap pembelajaran bidang studi apapun. Hal ini penting untuk mengarahkan mereka agar bisa secara sadar mengontrol proses berpikir dalam pembelajaran. Untuk meningkatkan kemampuan metakognitif siswa, guru dapat merancang pembelajaran berkaitan dengan kemampuan metakognitif tetapi secara infuse/tambahan dalam pembelajaran atau bukan merupakan pembelajaran yang terpisah. 4) Pembelajaran Sibernetik Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar dibandingkan hasil belajar (Karom, 2011:1). Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang
akan dipelajari siswa. Informasi inilah yang akan menentukan proses. Bagaimana proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari. 5) Pembelajaran Humanistik Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada pemahaman tentang proses belajar. Menurut Abraham Maslow yang terpenting dalam pembelajaran humanistik adalah melihat potensi yang dimiliki manusia (Endin Nasrudin, 2010:133). Dalam pelaksanaan teori humanistik, belajar bermakna atau “Meaningfull learning” yang juga tergolong dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa
motivasi dan keinginan dari pihak si pelajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur konitif yang telah dimilikinya. Teori humanistik berpendapat bahwa belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal (Nur Hemah, 2012 :2). b. Indikator Pembelajaran Islami Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar (Deni Darmawan, 2011:128). Islam adalah agama bagi seluruh manusia maka proses pendidikan dan pengajaran yang terikat dengan waktu dan tempat harus bersifat umum sehingga dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Dalam hal ini ada tiga isyarat, yaitu, kesempatan kepada seluruh manusia untuk merasakan rahmat dan petunjuk yang diberikan Allah, memberikan kesempatan kepada individu untuk mendapatkan ilmu sesuai dengan kemampuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah, sebagai media pengikat hati manusia sehingga terhindar dari rasa dengki, benci terhadap sesamanya sehingga ajaran monoteisme tersebut diharapkan menjadi patri atas keberagaman pengajaran dan budaya berdasarkan atas azas persamaan dan keadilan universal sesama manusia (Syamsul Kurniawan, 2011:56).
Di dalam Alqur’an Allah menerangkan dalam Alqur’an surat Adz Dzariyat ayat 56: ∩∈∉∪
(u‹ 9 āω & }IΡM}$
βρ J
uρ G/H :$
EF )n=y0
tΒuρ
Artinya :”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Departemen Agama RI, 2007:523). Juga dalam Alqur’an surat Al An’am ayat 63: M>yN 9$ πuŠ z Β
F≈uΗ >E
Β @ 3Š"KLuΖ ƒ tΒ
0uρ ֠QRS>|TnU …µtΡθ .sðθ 3uΖs9
ν"#≈yδ
; Β
≅(%
uΖVpHΥr1
uρ
9$
;Js5 O $Pt
⌡ 9
∩∉⊂∪ tO /3≈ W9$
Artinya : Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan: "Sesungguhnya jika dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur" (Departemen Agama RI, 2007:135). Seorang pendidik dalam melakukan pembelajaran mencontoh terhadap perilaku yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dalam melakukan
pendidikan.
Alqur’an
memberikan
isyarat
dalam
melakukankan pembelajaran yaitu menyampaikan pesan kepada peserta didik, sebagaimana dikutip oleh Syamsul Kurniawan (2011:46) indkator pembelajaran Islami antara lain: 1) Guru bersikap konsisten
Dalam proses pembelajaran guru bersikap konsisten, antara ucapan dan perbuatan serta menjadi panutan anak didiknya. Allah dalam Alqur’an surat Al Baqarah ayat 44 menyatakan, tβ θ|ZΨs5uρ Ÿξs r1
M>"N 9$
|9≈t /3 9$
@ }.
.Ψ9$
s5
ΝDΡr1uρ
tβθ(=
tβρ X ∆ Ys5r1 Ν 3|ZE
Ρr1
tβθ(=") (s5 Artinya :Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?(Departemen Agama RI, 2007:7). 2) Guru tidak menyembunyikan ilmu kepada anak didik, Guru
menjalankan tugasnya
dalam
pembelajaran
tidak
menyembunykan ilmunya kepada anak didik dan tidak boleh menolak bagi yang mau belajar kepadanya. Sebagaimana dijelaskan dalam Alqur’an surat Ali Imran ayat 187: (
θ(5ρ71 t
Ÿωuρ
.
.Ζ= 9
Ν δ!θ γE tΒ }I ♥
$
֠
t,≈s8Š Β ª
$
x#s[r1
…µ.Ζ ⊥MŠu\Ds9 u!
u!uρ
s ` _ξŠ =s%
νρ #t QΨoÿs^ µ
uΖs
%
&uρ
|9≈t /3 9$
…µtΡθ ϑ 3s5 @ (
ρu>t?; $
uρ
šχρ>t?;Wo„ Artinya :”Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orangorang yang telah diberi Kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi Kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang
sedikit. Amatlah buruknya tukaran (Departemen Agama RI, 2007:75).
yang
mereka
terima.”
3) Guru harus memperhatikan kemampuan dasar anak didik sehingga ilmu yang disampaikan sesuai dengan kemampuannya, Firman Allah dalam Alqur’an surat Al Isra’ ayat 84 menjelaskan Ν 3a@t s µ
Dn= .
x
4’n?t
≅yϑ (tƒ @≅E2
∩∇⊆∪ _ξ‹ byc 3“yJ δr1 uθ(δ ;yϑ @
≅(%
Νn= Rr1
Artinya :”Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.”(Departemen Agama RI, 2007:290). 4) Guru harus bersikap ramah dan familiar terhadap anak didik, Anak didik adalah amanat dari orangtua sehingga pendidik harus bisa menggantikan peran sebagai orangtua ketika berada di sekolahan, guru bersikap familiar seperti sikap bapak terhadap anaknya. Firman Allah dalam Alqur’an surat Ali Imran ayat 159 menjelaskan: |FΨ .
θs9uρ `
Ν γs9 |FΖ 9 «
` y7 9 θyd ; Β ( Νλm; |F ΒzSt
θ!hx $t $c$
s%
$
z
Β
Ρ]ω "9 =s) 9$ uρ
is ` X ∆F{$
Ν κ ]t ’
yϑ bs
πyϑ;du! xf‹
=xg
eEs
#; $ Ν(δ !ρ
s x uρ
©
j9 + †
$
.β
«
&
$
’n?t
≅ .uθt s
∩⊇∈∪ tk
.uθt
ϑ 9$
Artinya :”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”(Departemen Agama RI, 2007:71). 5) Guru tidak menggunakan paksaan dalam mengajar, Pendidikan merupakan proses pembentukan karakter siswa, sehingga tidak ada paksaan dalam penbelajaran tetapi melalui proses kesadaran yang sesuai dengan jiwa dan akal anak didik. Kesadaran untuk menerima ilmu sama halnya dengan menerima keyakinan yang tidak boleh dipaksakan. Alqur’an surat Al Baqarah ayat 256 menjelaskan, t.tb.5 Js% ` E Js)s Ÿω
yϑs
3tƒ «
$
mx
@
4’s+ p θ 9$ ∩⊄∈∉∪ gΛ
-∅
$
’
9$
z Β
Β σ ƒuρ
t
.
$
@ uρ q
& Iω
J; l 9$
nθ $≈ o9$
οuρ$j ( 9$ =tR 44‹ ÿxr ª
oν
@
y7|Z;ϑt $c$ oλm; tΠ
|C
Ρ$
Artinya :”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman
kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Departemen Agama RI, 2007:42). 6) Guru harus mempunyai kemauan yang kuat terhadap ilmu yang dibuktikan dengan kegemaran membaca, meneliti dan mengkaji. Belajar tidak memandang guru atau murid, semuanya wajib untuk meningkatkan kualitas keilmuannya, dengan membaca, meneliti dan mengkaji sesuatu yang dapat meningkatkan keilmuannya. Firman Allah dalam surat Thaha ayat 115 menjelaskan:
;J/HwΥ
Νs9uρ z/ oΨs
≅ bs% Β tΠys
u #’n< ∩⊇⊇∈∪
& ! QΒ tt
tΡ;J γt
;Js)s9uρ
…µs9
Artinya :”Dan Sesungguhnya telah kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak kami dapati padanya kemauan yang kuat” (Departemen Agama RI, 2007: 320). 7) Guru bersikap rendah hati kepada peserta didik, Pendidik sebagai figur yang menjadi panutan peserta didiknya harus mempunyai sikap rendah hati, tawadlu dan sopan santun terhadap anak didiknya. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan contoh yang baik kepada peserta didik. Allah akan mengangkat derajat kepada orang yang bersikap rendah hati dan alim, Alqur’an surat Al Kahfi 82 menjelaskan:
tβ֠s3s
yϑ≈n= $ 9
!
⌦l∴x. …µtD +r: šχ֠x.uρ ys
u!rYs
y7
r1
@{!
! Β
≅ƒρ Ys5 y7 9≡s% ∩∇⊄∪
πuΖƒ Jyϑ 9$
’
yϑ(δθ@r1
☯P =≈|x
yϑ(δGJ
yJ/H :$
t$(=
> N|x
yϑŠ utƒ
tβ֠x.uρ
yϑ γ 9 y7S@u!
βr1
yϑ(δul∴x. ֠yyO
πyϑ;du! “O
tƒ
.Βr1uρ
Βr1 ;t
…µ
zt $Ztƒuρ =y(s
tΒuρ
µ Šn=.R 4 o$ZnU $Οs9
tΒ
Artinya:” Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah Aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya" (Departemen Agama RI, 2007:302). 8) Guru bersikap sabar dalam mengajar, Sikap sabar dalam mengajar sangat diperlukan karena jika belajar saja dikategorikan ibadah, apalagi mengajar orang yang belajar akan jauh lebih terhormat kedudukannya. Kesabaran guru dalam mengajar akan dicontoh oleh para murid dalam belajar. Alqur’an surat Luqman ayat 17 menjelaskan:
nο4θn={C9$
Β 1uρ O s3Ζ ϑ 9$
"Ο tµ Ρ$
t
y7 9≡s% .β & ` y7t@
uρ
%r1
/∃ρ
|xr1 !
tΒ 4’n?t
{o_b≈tƒ (yϑ 9$
@ uρ
>"N;x$
∩⊇∠∪ !θ ΒW{$
Π tt
Β
;
Artinya :Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).(Departemen Agama, 2007:412).
Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, sudah menawarkan petunjuk secara keseluruhan termasuk dalam bidang pengajaran. Sebagaimana dijelaskan dalam Qs. Al Jumu’ah ayat 2: ωθ cu! z↵M‹ µ
≈tƒ
u
|9≈t /3 9$ N≅≈n=|} ’/∀s9
ΒW{$
y
’
Νκ n=t
(
θ(= Dtƒ
Ν γ ϑ |=y( ƒuρ ≅ bs%
Β (
$
uθ(δ
Ν κ ] Νκ
θΡ֠x. β &uρ sπyϑ3
Β
.tt ƒuρ + :$
∩⊄∪ 1
uρ SΒ
Artinya : Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (Departemen Agama RI, 2007:553).
Berdasarkan ayat tersebut Rasulullah memberikan contoh pembelajaran dalam Islam. Pembelajaran yang dilakukan Rasulullah dalm ayat itu meliputi, belajar membaca, mensucikan diri dan mengajari manusia berdasarkan kitab Allah yaitu Alqur’an. Menurut Syamsul Kurniawan (2011:54), bahwa prinsip-prinsip pembelajaran dalam Islam yang dicontohkan Rasulullah sebagai berikut: 1) pembelajaran bersifat umum, Islam adalah agama bagi seluruh manusia maka proses pendidikan dan pengajaran yang terikat dengan waktu dan tempat harus bersifat umum sehingga dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Sehingga pendidikan Islam memberikan kesempatan kepada seluruh manusia untuk merasakan rahmat dan petunjuk yang diberikan oleh Allah. 2) bersifat alamiah, Dalam dunia pendidikan, alam adalah salah satu faktor dalam
proses belajar dan mengajar. Ajaran Islam adalam agama
samawi yang diturunkan dengan menggunakan bahasa dan budaya Arab untuk mempermudah penyampaian risalah tersebut. Oleh karena itu pendidikan Islam tidak saja bersifat umum, tetapi tujuannya juga untuk seluruh alam. 3) bersifat seimbang dan menyeluruh yang berlaku untuk semua tatanan kehidupan.
Maksud keseimbangan dalam hal ini adalah pendidikan dan pengajaran yang diwujudkan dalam tindakan etis yang mencakup kehidupan dunia dan akhirat. Sebagaimana diterangkan dalam Qs. Al Qashash (28):77 u!
$
`
u‹ Ρ!J9$
Ÿωuρ ` š• ‹s9 ©
$
ª
$
š•Nt5
š∅ & ª
.β & `
Β y7t $
u !
yϑ‹
~ t
@$
uρ
Š/CtΡ š☯Ψs5 Ÿωuρ ` nοt /0Fψ$
z|Z;dr1 !
3 !F{$
’
∩∠∠∪ t
J/Z
ys
yϑŸ2 /Z;dr1uρ |Zx ϑ 9$
9$
~ j9
s5 + † Ÿω
Artinya :”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Departemen Agama RI, 2007:394).
Salah satu tujuan pendidikan adalah bagaimana mendidik anak menjadi berkarakter. Karakter mempunyai arti tabi’at atau kebiasaan, sehingga harapannya peserta didik mempunyai kepripadian yang baik setelah melewati pendidikan dari jenjang dasar sampai perguruan tinggi. Dalam silabus wajib mencantumkan karakter yang akan dicapai oleh guru dintaranya adalah, kedisiplinan, kejujuran, kerjasama, menjalankan ritual agama, kompetitif, hubungan sosial, percaya diri,sopan santun dan kesehatan (Permen no.41 Tahun 2007).
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisikondisi tertentu. Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan (Soetarto, 2012:3). Selain
untuk
mewujudkan
pendidikan
yang
berkarakter,
pendidikan juga berkewajiban membekali anak didiknya untuk menguasai ilmu
pengetahuan
dan
teknologi,
disinialah
peran
Islam
untuk
mewujudkan manusia seutuhnya. Manusia yang mempunyai budi pekerti atau karakter yang luhur serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sebagaimana dijelaskan dalam Qs. Al Baqarah 208, sebagai berikut : ’
(
θ(= 0 s$
/8≡uθ o 0 ( ∩⊄⊃∇∪
(
θ ΖtΒ
θ ( b•us5 Ÿωuρ SΒ Aρ Jt
u
š π
ΝE6s9 …µ*Ρ
!
֠
$
yγSƒrY¯≈tƒ
Ÿ2 "Ο =/€Z9$ &
≈so ‹ W9$
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”(Departemen Agama RI, 2007:32).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang yang beriman diperintahkan masuk kedalam Islam secara menyeluruh. Islam tidak dipahami dalam ritual ibadah saja, namun juga mencakup seluruh aspek kehidupan termasuk didalamnya masalah pembelajaran. 2. Manajemen Pendidikan a. Pengertian Manajemen Manajemen merupakan kegiatan yang sangat penting dalam setiap kegiatan. Kemampuan memanajemen akan menentukan keberhasilan suatu kegiatan. Manajemen meliputi kemampuan dalam perencanaan, pengorgnisasian, pelaksanaan, pengarahan, evaluasi dan pengawasan (Malayu S.P. Hasibuan, 2007). Dalam Alqur’an pengertian manajemen sama hakekatnya dengan kata al tadbir yang artinya mengatur, sebagaimana dijelaskan dalam Qs. As Sajdah : 5
’n<
&
!
yϑZZ9$
tβ֠x. -Θ θtƒ ’ ∩∈∪ tβρ!J (s5
µ ‹s9 Gϑ
š∅ & Β
Β ƒ
t
ΒF{$
‚@yJ ƒ
(tƒ {Ο(p
πuΖyc y# 9r1
…ν !
3 !F{$ yJ )
Β
Artinya :”Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu” (Departemen Agama RI, 2007:415). Dari ayat tersebut bisa diketahui bahwa Allah merupakan pengatur alam, sehingga manusia sebagai khalifah dibumi harus mengatur dan mengelola semua yang ada dibumi dengan sebaikbaiknya termasuk pula dalam masalah pendidikan.
Manajemen memiliki berbagai pengertian. Kata manajemen di ambil dari kata bahasa Inggris yaitu “manage” yang berarti mengurus, mengelola,
mengendalikan,
mengusahakan,
memimpin
(Saefullah,2012:2). Secara universal manajemen adalah penggunaan sumberdaya organisasi untuk mencapai sasaran dan kinerja yang tinggi dalam berbagai tipe organisasi profit maupun non profit. Definisi manajemen yang dikemukakan oleh Terry yang dikutip Syafaruddin (2005:41) sebagai berikut: “Management is performance of conceiving an achieving desired result by means of groupefforts consisting of utilizing human talent and resources”. Pendapat tersebut mempunyai arti bahwa manajemen adalah kemampuan mengarahkan dan mencapai hasil yang diinginkan dengan tujuan dari usah-usaha manusia dan sumberdaya lainnya. Agus Dharma (2003:1) berpendapat manajemen adalah suatu proses mencapai hasil melalui dan dengan orang lain dengan memaksimumkan pendayagunaan sumberdaya yang tersedia. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan. Istilah manajemen berhubungan dengan usaha untuk tujuan tertentu dengan jalan menggunakan sumber daya yang ada dalam suatu organisasi atau lembaga dengan cara sebaik mungkin. Fungsi manajemen
meliputi
perencanaan
(planning),
pengorganisasian
(organizing)
memberi
dorongan
(actuating),
dan
pengawasan
(controlling ) (Goerge R Terry,2003:15). b. Pengertian Pendidikan Banyak ahli telah berusaha untuk mengupas dan menjelaskan tentang pendidikan, diantaranya : 1) Dr.M.I. Soelaeman (2001:6) “Pendidikan adalah suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan dengan maksud anak atau orang yang dihadapi akan meningkat pengetahuannya, kemampuannya, akhlaqnya bahkan seluruh pribadinya” 2) Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed (2004:187) “ Pendidikan merupakan proses homanisasi dan humanisasi “ Pendidikan sebagai proses humanisasi melihat manusia sebagai makhluk hidup dialam atau ekologinya. Pendidikan sebagai proses humanisasi melihat dari tingkah laku manusia, sehinggan pendidikan diarahkan kepada nilai-nilai kehidupan yang vertical didalam kenyataan hidup bersama. 3)
Ki Hajar Dewantara “Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya” (Hery Noer Aly,2003:11).
c. Pengertian Manajemen Pendidikan Manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan untuk mengelola proses pendidikan. Manajemen pendidikan meliputi perumus kurikulum maupun para guru sebagai pelaku pendidikan yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Keberhasilan perancang kurikulum dalam menyusun materi akan menentukan keberhasilan
pemerintah dalam mencapai tujuan pendidikan nasional walaupun tidak berlaku secara mutlak (Didin Nurdin, 2007:228).
Pendidik yang
langsung berhadapan dengan peserta didik mempunyai peranan sangat penting dalam membentuk karakter anak. Kurikulum yang dirancang oleh pemerintah bersifat umum yang berisi standar isi yang nanti akan dikembangkan oleh madrasah/sekolah (Balitbang Dikbud, 1991). Manajemen pendidikan sangat diperlukan dalam keberhasilan membawa anak didik yang berkualitas. Dalam pendapat lain manajemen pendidikan diartikan suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efisien. Berdasarkan
pengertian
manajemen
pendidikan
tersebut,
manajemen pendidikan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) Manajemen merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan dari, oleh dan bagi manusia. 2) Rangkaian kegiatan itu merupakan suatu proses pengelolaan dari suatu rangkaian kegiatan pendidikan yang sifatnya kompleks dan unik yang berbeda dengan tujuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya ; tujuan kegiatan pendidikan ini tidak terlepas dari tujuan pendidikan secara umum dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu bangsa.
3) Proses pengelolaan itu dilakukan bersama oleh sekelompok manusia yang tergabung dalam suatu organisasi sehingga kegiatannya harus dijaga agar tercipta kondisi kerja yang harmonis tanpa mengorbankan unsur-unsur manusia yang terlibat dalam kegiatan pendidikan itu. 4) Proses itu dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, yang dalam hal ini meliputi tujuan yang bersifat umum (skala tujuan umum) dan yang diemban oleh tiap-tiap organisasi pendidikan (skala tujuan khusus). 5) Proses pengelolaan itu dilakukan agar tujuannya dapat dicapai secara efektif dan efisien (www.belajarpsikologi.com). d. Manajemen Pendidikan Islam Menurut Saefullah (2012:2), manajemen pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki umat Islam baik perangkat keras maupun lunak, pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif , efisien dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan, baik di dunia maupun diakhirat. Konsep manajemen pendidikan Islam menurut perspektif Alqur’an yaitu fleksibel, efektif, effisien, terbuka, kooperatif dan partisipatif. 1)
Fleksibel
Fleksibel yang dimaksud adalah tidak kaku (lentur). Dalam manajemen pendidikan diperlukan pengelola yang berani mengambil kebijakan
atau
memutuskan
tuntutan/petunjuk
formal
hal-hal
dari
atas,
yang oleh
berbeda karena
dengan
itu
untuk
menghidupkan kreativitas para pengelola lembaga pendidikan maka perlu dikembangkan evaluasi yang tidak semata-mata berorientasi pada proses melainkan dapat dipahami pada produk dan hasil yang akan dicapai, jika pandangan ini dipahami, maka manajemen dalam hal ini kinerja manajer atau pemimpin pendidikan tidak hanya diukur dengan menggunakan telah terlaksana progam yang ada, tetapi lebih dari itu adalah sejauh mana pelaksanaan itu melahirkan produkproduk yang diinginkan oleh berbagai pihak. Petunjuk al-Qur’an mengenai fleksibelitas ini antara lain tercantum dalam surat al-Hajj ayat 78: uθ(δ
ν
yγ/) .,yd «
’
@ 3 ‹n=tR
s
$
Ÿ≅y(y) ∩∠∇∪
(
’ tΒuρ
ρ J
γ≈y)uρ
Ν 3Vu\tD;)$
` Vƒt yd ; Β
KJ9$
Artinya: “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. dia telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan” (Departemen Agama RI, 2007:328). Surat al-Baqarah ayat 185: JƒO
ƒ
Ÿωuρ
t $Z Š 9$
ΝE6
@
∩⊇∇∈∪ u>;G ( 9$
ª
$
JƒO
ΝE6 @
ƒ
Artinya: “Allah menginginkan kemudahan bagimu dan tidak menginginkan kesukaran bagimu” (Departemen Agama RI, 2007:49). 2) Efektif dan Efisien Pekerjaan yang efektif ialah pekerjaan yang memberikan hasil seperti rencana semula, sedangkan pekerjaan yang efisien adalah pekerjaan yang megeluarkan biaya sesuai dengan rencana semula atau lebih rendah, yang dimaksud dengan biaya adalah uang, waktu, tenaga, orang, material, media dan sarana. Kedua kata efektif dan efisien selalu dipakai bergandengan dalam manajemen karena manajemen yang efektif saja sangat mungkin terjadinya pemborosan, sedangkan manajemen yang efisien saja bisa berakibat tidak tercapainya tujuan atau rencana yang telah ditetapkan. Ayat-ayat al-Qur’an yang dapat dijadikan acuan kedua hal tersebut adalah Surat al-Kahfi ayat 103-104:
t >yG 0F{$
@ Λ ƒ ⁄ d
’
Ν κ (yc .≅|} t ֠
tβθ
|Z +s† ∩⊇⊃⊆∪
Ν(δuρ
t⊥Ρ $
u‹ Ρ!J9$
≅yδ
≅(%
∩⊇⊃⊂∪ „ξ≈uΗ
r1
ο4θuŠp+ :$
( Ψ x tβθ Ζ/Z + †
Ν κ.Ξr1
Artinya: Katakanlah: "Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya. Yaitu orangorang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (Departemen Agama RI, 2007:304). Surat Al-Isra, ayat 26-27 :
t/3$Z
s5
ƒ"# tβ≡uθ 0 µ
uρ …µ )yd 4’n6
ϑ 9$
& (
!"
#t
(5 Ÿωuρ
'θΡ֠x. t!" 9
‚@t
≈so ‹ W9$
s%
E) 9$
≅‹ bZZ9$
#tb ϑ 9$
n
uuρ
t ⌠$
uρ
.β & ∩⊄∉∪
tβ֠x.uρ `
o≈u‹ W9$ ∩⊄∠∪
Q!θE
x.
Artinya: “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya” (Departemen Agama RI, 2007:284). 3) Terbuka Yang dimaksud dengan terbuka disini bukan saja terbuka dalam memberikan informasi yang benar tetapi juga mau memberi dan menerima saran/pendapat orang lain, terbuka kesempatan kepada semua pihak, terutama staf untuk mengembangkan diri sesuai dengan kemampuannya baik dalam jabatan maupun bidang lainnya. Alqur’an telah memberikan landasan kepada kaum muslin untuk berlaku jujur dan adil yang mana menurut kami hal ini merupakan kunci keterbukaan, karena tidak dapat dilakukan keterbukaan apabila kedua unsur ini tidak terpadu. Ayat Alqur’an yang menyuruh umat manusia untuk berlaku jujur dan adil yang keduanya merupakan kunci keterbukaan itu, ada dalam surat An-Nisa ayat 58 sebagai berikut: F≈uΖ≈tΒF{$ .
.Ζ9$
(
ρ†sxσ(5 βr1 t t@ ΟD;ϑs3yd
Β Ytƒ ©
Ν . s%
&uρ
yγ
$
.β &
= δr1 #’n< &
©
$
.β
tβ֠x. ©
$
"Α;Jy( 9$
& .β
&q
µ
@ (
θ ϑ 3 +r: βr1
@ @ 3BE (tƒ >/Ct@
‡Κ ( Ρ ☺(‹
ÿxr
Artinya:” Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaikbaiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat” (Departemen Agama RI, 2007:87).
Dari pernyataan di atas jelas bahwa kepala sekolah mempunyai kekuasaan
untuk
mempengaruhi
keefektifan
sekolah
melalui
kepemimpinan dan interaksi mereka. Serta sekolah yang berhasil di samping mengadakan pertemuan secara rutin, juga kepala sekolah menerima dan meminta masukan dari staf sekolah dan jarang melakukan pekerjaannya sendiri. Dalam manajemen terbuka sebelum mengambil suatu keputusan terlebih dahulu memberikan kesempatan kepada karyawan, memeberikan saran, pendapat-pendapat, tegasnya manajer mengajak karyawan untuk: a) ikut serta memikirkan kesulitan organisasi dan usaha-usaha pengembangannya b) mereka tahu arah yang diambil organisasi sehingga tidak ragu- ragu lagi dalam melaksanakannya c) lebih berpartisipasi dalam masing-masing tugsnya d)
menimbulkan
suatu
yang
sehat
sambil
mengembangkan inisiatif dan daya inovatifnya.
berlomba-lomba
4) Kooperatif dan Partisipasif Dalam rangka melaksanakan tugasnya manajer pendidikan Islam harus kooperatif dan partisipasif. Ada beberapa hal yang menyebabkan mengapa manajemen pendidikan Islam harus bersifat kooperatif dan partisipasif. Hal ini disebabkan karena dalam kehidupan ini kita tidak bisa melepaskan diri dari beberapa limitasi (keterbatasan) yang meliputi: 1. Limitasi physic (alam) misalnya untuk memenuhi kebutuhan makanan ia harus menanam dan ini sering dilakukan orang lain atau bersama orang lain 2. Limitasi Psichologi (ilmu jiwa). Manusia akan menghargai dan menghormatinya 3. Limitasi sociology. Manusia tidak akan dapat hidup tanpa orang lain 4. Limitasi biologis. Manusia secara biologis termasuk makhluk yang lemah sehingga untuk memperkuat dan mempertahankan dirinya manusia harus bekerjasama, saling memberi dan menerima bersatu dan mengadakan ikatan dengan manusia. Ayat Alqur’an yang berkenaan dengan kooperatif dan partisipatif
(
ini anatara lain, surat al-Maidah ayat 2 :
θ‰= +7: Ÿω (
θ ΖtΒ
Ÿωuρ tΠ
t p+ :$
t
|F Št
9$
t
Β!
κ Š9$
u t ֠ Ÿωuρ «
u Iωuρ yJׯ≈n=s) 9$
$
$
pκa‰rY¯≈tƒ u>
∝¯≈y(x
Ÿωuρ y“;Joλ ;$
Β _ξ;hs tβθ $t
ΝκM-I! Λ =n=yd β
t↔oΨx
s% &uρ
θΡuρ Ÿωuρ
t
y(s5uρ ¢ (
β≡uρ;J ( 9$ Jƒ
Jx
©
$
(
(s5 βr1
uρ
s
t p+ :$
Θ
’n?t
M>"N 9$
uρ "Ο pM}$ .β
so;x$
ρ s
ΝE2ρ!J|x βr1 :Θ θs%
ρ Jt
3“uθ )‡ 9$
`
t p+ :$ Ρ≡uθ;}!uρ
Hs† Ÿωuρ
Ν 3.ΖtΒO
J"L$Zyϑ 9$ (
btƒ tΠ
’n?t
& ` ©
$
(
θΡuρ (
∩⊄∪ "‹
y(s5
θE).5$ s)
uρ
( 9$
Artinya : “Bertolong-menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan taqwa dan janganlah kamu bertolong-menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan” (Departemen Agama RI, 2007:106). Agar tujuan pendidikan Islam bisa dicapai sesuai dengan yang diharapkan maka diperlukan adanya manajer yang handal yang mampu membuat perencanaan yang baik, mengorganisir, menggerakkan, dan melakukan
control
serta
tahu
kekuatan
(strength),
kelemahan
(weakness), kesempatan peluang (opportunity), dan ancaman (threat), maka orang yang diberi amanat untuk mengatur lembaga pendidikan Islam hendaknya sesuai dengan Alqur’an. Unsur-unsur manajemen menurut ajaran Alqur’an adalah sebagai berikut:
a. Berpengetahuan luas, kreatif, inisiatif, peka, lapang dada, dan selalu tanggap. Hal ini sesuai dengan surat al-Mujadalah ayat 11:
Ÿ≅Š %
s% & (
I =≈yLyϑ 9$
(
2
s% &uρ ` Ν 3s9 ª ª
$
tƒ (
~4s
t
$
ª
֠ $
uρ
u t ֠
'θ ΖtΒ
uρ
$
Β (
Ν 3s9
θ P|Z
$
s
ρ tEWΣ$
Ÿ≅Š %
u t
$
θ ΖtΒ
\F≈y)u!ys zΟ = ( 9$ >
s5
tƒ (
s (
ρ tEWΣ$
∩⊇⊇∪
pκa‰rY¯≈tƒ
θ PZZx
Œ⌧|Z
Ν 3Ζ
$
(
֠
θ(5ρ71
y0 tβθ(=yϑ (s5
yϑ @
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Departemen Agama RI, 2007: 543). b. Bertindak adil dan jujur serta konsekuen Hal ini sesuai dengan Alqur’an surah an-Nisa ayat 58:
(
ρ†sxσ(5 βr1 s% &uρ
©
βr1 $
yγ
. .β
&
.Ζ9$
Β Ytƒ ©
Ν .
#’n< &
= δr1
t t@
"Α;Jy( 9$
@(
$
.β & F≈uΖ≈tΒF{$ ΟD;ϑs3yd
θ ϑ 3 +r:
.β & q
µ @ @ 3BE
∩∈∇∪
>/Ct@
(tƒ
( Ρ
‡Κ
☺(‹ ÿxr tβ֠x. ©
$
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Departemen Agama RI, 2007:87). c. Bertanggung Jawab Sesuai dengan surah al-An’am ayat 164: j‹u! uθ(δuρ āω
& •I
3“t
tΡ !≅E2 o9/Z3s5 Ÿωuρ
071 u! ‘ρ
@ 3 (/)$XG∆ µŠ
@r1 «
Ž@u!
ΝDΖ .
οu! ‘
uρ
@
u> xgr1
≅(% ≅ .
1$x•
!Ots5 Ÿωuρ
@ 3 ‚@u! yϑ
$
4’n< &
pκ n=tR IΝ(p
@ 3 ∞ d
t⊥ ‹s
∩⊇∉⊆∪ tβθE
’r:
=t
Artinya: Katakanlah: "Apakah Aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan" (Departemen Agama RI, 2007:150). d. Selektif terhadap informasi Sesuai dengan surah al-Hujurat ayat 6:
(
β & βr1 ( Ys t Β
'θ ΖtΒ
u
t
'θ Ψ.tbt s “itbt⊥ ≈yγpH”•
$
֠
@ 7,/c (
☺Β θs%
J≈tΡ $ΟD =y(s
pκa‰rY¯≈tƒ
tΒ 4’n?t
(
s $Ο .u!֠yy θ
Š/C(5
θ P b$C s ∩∉∪
Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (Departemen Agama RI, 2007:516). e. Memberi Peringatan Sesuai Al-Dzariat ayat 55: 4x
3“t
Ζs5
.
֠
$
.s%uρ
.β is
∩∈∈∪ š Ζ Β σ ϑ 9$ Artinya: “Dan tetaplah memberi peringatan, Karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (Departemen Agama RI, 2007:523). f. Memberi petunjuk dan pengarahan. Sesuai dengan ayat As-Sajadah ayat 24:
šχρ J κu‰ `
(
πGϑ←r1
ρ>yN|x ∩⊄⊆∪ tβθ Ζ
%θ ƒ
Ν κ ] Β Gϑs9
uΖ
≈tƒ
oΨ =y(y)uρ
tΡX ∆rY @ t↔ @ (
θΡ֠Ÿ2uρ
Artinya:” Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar.
dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami” (Departemen Agama RI, 2007: 417). e. Kepemimpinan Rasulullah SAW. Kepemimpinan Rasulullah perlu dihadirkan dalam penelitian ini karena Nabi Muhammad sebagai uswatun hasanah, tidak bisa dilepaskan dari para pendidik yang menginginkan pendidikannya berhasil. Tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang pemimpin yang sangat berhasil. Fakta membuktikan, hanya dalam waktu lebih kurang 23 tahun, 13 tahun periode Mekah dan 10 tahun periode Madinah, beliau telah berhasil merubah kekufuran menjadi keimanan, kemusyrikan menjadi ketauhidan, kemaksiatan menjadi ketaatan. Dalam masa sesingkat itu Nabi Muhammad SAW telah berhasil merubah masyarakat Arab yang jahiliyah menjadi masyarakat madani yang berkepribadian tinggi dan mulia. Menurut Ilyas Yunahar (2010) ada beberapa faktor yang menyebabkan kepemimpinan beliau sangat berhasil: Nabi Muhammad SAW sejak kecil memiliki kepribadian yang mulia. Nabi adalah seorang teladan, mulai kanak-kanak, remaja, dewasa dan seterusnya sampai akhir hayat beliau. Tidak sedikitpun ada noda hitam dalam kehidupan Nabi, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun bermasyarakat. Sejak muda dikenal oleh masyarakat Mekah sebagai al Amin, yaitu orang sangat dipercaya, sifat amanah, ditambah dengan sifat shidiq, tabligh, fathonah, istiqomah, sabar, pemaaf, lapang dada, penyayang dan sifat mulia lainnya, menjadi
modal besar bagi beliau dalam memimpin. Allah SWT sendiri memuji Nabi sebagai orang yang memiliki akhlaq yang agung. Alqur’an surat Al Qalam ayat 4 menjelaskan: -ΟŠ
Et
U,(= 0 4’n?y(s9 y7*Ρ
&uρ
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (Departemen Agama RI, 2007:564). Dalam memimpin Nabi selalu dibimbing wahyu secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari Allah SWT menurunkan firmannya berupa ayat-ayat Alqur’an yang berisi perintah, larangan, bimbingan, kisah, sejarah, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Jika tidak ada wahyu, Nabi berijtihad sendiri dibawah pengawasan wahyu. Jika ijtihad Nabi salah wahyu turun meluruskan atau mengoreksinya. Dalam
hal-hal
yang
bersifat
ijtihadiyah,
tidak
jarang
bermusyawarah dengan para sahabat, paling sering dengan Abu Bakar Assidiq dan Umar bin Khatab. Nabi Muhammad juga sering bermusyawarah dengan perwakilan dari kaum Muhajirin dan Anshor. Jika terjadi perbedaan pendapat Nabi menyelesaikan dengan bijaksana. Semua pendapat dihormati oleh Nabi, sekalipun pada akhirnya bukan pendapat Beliau yang diambil. Sebagai seorang pemimpin Nabi selalu bersama umat dan merasakan apa yang dirasakan mereka. Jika umat menderita, Beliau
lebih merasakan lagi penderitaan itu. Nabi sangat ingin umatnya bahagia dan sejahtera. Alqur’an surat at Taubah ayat 128 menjelaskan: ΝE6/ZE ΝE6 ‹n=tR
Ρr1 ;
Β —θ cu!
ƒO yd $Οa
ΝE2u!֠yy ;Js)s9
tΒ
Ψt
µ ‹n=t
gtƒSt
hΟŠ dI! ™∃ρ u! š Ζ Β σ ϑ 9$
@
"Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin” (Departemen Agama RI, 2007:207). |FΨ .
θs9uρ `
Ν γs9 |FΖ 9 «
` y7 9 θyd ; Β ( Νλm; |F ΒzSt j9 + †
θ!hx $t $c$
s% ©
$
z
uρ
.β
&
xf‹
=xg
«
eEs
#; $
Ν κ ]t ’
yϑ bs
πyϑ;du!
Ρ]ω "9 =s) 9$
is ` X ∆F{$ $
Β
s x uρ
Ν(δ !ρ $
tk
’n?t
≅ .uθt s .uθt
ϑ 9$
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (Qs. Ali Imraan:159)(Departemen Agama RI, 2007:71). Sebagai pemimpin kata-kata Nabi sangat didengar karena Beliau seorang yang konsisten. Tidak ada perbedaan antara kata dan perbuatan. Dari contoh itulah para pendidik hendaknya mengikuti apa
yang sudah dilakukan oleh Rasulullah walaupun tidak semuanya. Pendidikan saat ini belum bisa mendidikan peserta didik secara keseluruhan menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa. Terbukti masih banyaknya tindak kejahatan di negara kita, seperti korupsi, tawuran, narkoba bahkan dikalangan pelajar sudah teridentifikasi adanya pergaulan bebas. Kenyataan tersebut seharusnya menjadi pemikiran bagi para pendidik untuk meningkatkan manajemen pendidikan baik didalam kelas maupun diluar kelas. Di dalam kelas meliputi bagaimana mengarahkan anak supaya mempunyai akhlaq yang mulia. B. Penelitian yang Relevan Sebagai pembanding dan sekaligus bahan acuan terhadap penelitian sejenis, penulis sengaja mengungkapkan dua penelitian yang relevan. Pertama, penulisan tentang Metodologi Pengajaran Agama Islam oleh HM. Suparta (2003) penulisan ini dilatarbelakangi oleh peranan penting seorang guru dalam pembelajaran. Guru mempunyai tanggungjawab utama dalam keefektifan usaha kependidikan persekolahan. Negara maju banyak menggunakan media elektronik sebagai alat pengajar dan kemampuannya untuk membawakan bahan pengajaran kepada pengajar telah dibuktikan. Namun keberadaannya tidak menggantikan sepenuhnya peranan guru. Ada sesuatu yang hilang yang selama ini disumbangkan oleh adanya interaksi antara manusia, yaitu antara guru dan murid. Kehilangan yang utama adalah keteladanan dan penanaman nilai-nilai yang dikristalisasikan dalam
pengajaran. Sebab tujuan yang mengarahkan siswa tersebut lebih bersumber kepada guru, sekalipun tujuan itu dirumuskan oleh tenaga kependidikan yang lebih tinggi kedudukannya didalam struktur birokrasi. Dalam hal ini adalah pemerintah yang membuat kebijakan tentang kurikulum. Buku ini diambil sebagai bahan masukan untuk mendapatkan cara pembelajaran Islami. Karena dalam buku ini dibahas tentang metodologi pengajaran agama Islam. Selain itu juga dibahas unsur-unsur yang meliputi tujuan pengajaran, bahan pelajaran, metode pengajaran alat bantu mengajar, serta prencanaan dan strategi mengajar. Hal ini sangat bermanfaan untuk mendapatkan informasi tentang pembelajaran Islami. Kedua, penelitian tentang Integrasi Pendidikan Islami: Nilai-nilai Islami dalam Pembelajaran oleh Jamiluddin (2006) penelitian ini dilatar belakangi oleh keadaan pendidikan yang serba samar dan terlalu beraroma Barat. Kemudian muncul wacana untuk mengislamkan ilmu pengetahuan. Dalam arti ini dapat dikatakan bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan merupakan solusi alternatif-strategis. Upaya ini merupakan hal menggembirakan apabila faktor teknis dan non-teknis turut serta menyuburkan iklim tersebut. Kurikulum pendidikan Islam sampai saat ini masih dihadapkan pada kesulitan untuk mengintegrasikan dua kutub paradigma keilmuan dualistik. Pada satu sisi, harus berhadapan dengan ‘subjek-subjek sekuler’, dan pada sisis lain, dengan ‘subjek-subjek keagamaan’. Subjek-subjek yang dianggap sekuler biasanya terdiri dari jenis keilmuan umum seperti matematika, fisika, biologi, kedokteran, sosiologi, ekonomi, politik, botani, zoologi, dan
sebagainya. Sementara subjek-subjek keagamaan terdiri dari jenis sains wahyu seperti Alqur’an, hadits, fiqh, teologi, tasawuf, tauhid, dan semacamnya. Dari dikotomi diatas, kurikulum pendidikan umum dan kurikulum pendidikan Islam masih berada pada wilayahnya masing-masing, sehingga proses pembelajarannya bersifat parsial dan terfragmentasi antara sains wahyu ilahi dan sains-sains alam. Padahal, menurut terminologi filsafat Islam, Tuhan menurunkan Alqur’an dalam bentuk: Alquran yang tertulis (recorded qur’an), yaitu wahyu yang tertulis dalam lembaran buku yang dibaca oleh ummat Islam setiap hari: dan Alquran yang terhampar (created quran), yaitu alam semesta, jagat raya atau kosmologi ini. Hasil dari penelitian ini diantaranya cerminan kurikulum Islami harus memuat prinsip, mengandung nilai kesatuan dasar bagi persamaan nilai Islam pada setiap waktu dan tempat, mengandung nilai kesatuan kepentingan dalam mengembangkan misi ajaran Islam, mengandung materi yang bermuatan pengembangan spiritual, intelektual dan jasmaniah.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode penelitian Penelitian dalam tesis ini merupakan penelitian literatur.
Penulis
menggunakan metode tinjauan pustaka karena melibatkan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan informasi yang relevan yang berkaitan langsung dengan pokok masalahnya (Sumanto. 1995:18). Penelitian ini berusaha untuk mengkaji berbagai literatur yang membahas pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang manajemen pendidikan. Penelitian ini berusaha untuk mendapatkan petunjuk tentang pembelajaran yang berdasarkan kepada syari’at Islam, sehingga pendidikan yang dilakukan oleh pendidik dapat mencetak generasi yang beriman dan bertaqwa sepanjang hidupnya, sukses didunia dan akhirat. Peneliti memilih pemikiran KH Ahmad Dahlan tentang pembelajaran yang sesuai dengan syari’at Islam. Peneliti mengambil peranan sebagai alat utama penelitian (human instrument) yang mengkaji literatur yang relevan untuk mendapatkan informasi-informasi yang mendukung dalam penelitian (H.B. Sutopo, 2006:44). Literaturnya buku-buku yang berkaitan dengan pembelajaran dan manajemen serta referensi lain sebagai penunjang.
B. Tema penelitian Tema pokok penelitian ini adalah pembelajaran Islami perspektif manajemen pendidikan menurut pemikiran KH. Ahmad Dahlan. Penelitian ini mencari indikator-indikator, sumber dan model
pembelajaran Islami dari
berbagai literatur. Setelah itu dilihat dari segi manajemen pendidikan yang melibatkan unsur pembuat kurukulum (pemerintah ), pengajar dan siswa. Menurut Suharsimi Arikunto (2007:5) pembelajaran meliputi pembuat kurikulum, pelaksana kegitan belajar dan mengajar, serta evaluasi prestasi belajar. C. Sumber data Dalam penelitian ini sumbernya adalah Alquran dan Hadis sebagai sumber utama, untuk mendapatkan dasar-dasar pembelajaran Islami dan bukubuku yang berhubungan dengan kajian terhadap KH.Ahmad Dahlan sertabukubuku yang relevan dengan penelitian. D. Metode Pengumpulan Data Tahap berikutnya dalam penelitian ini adalah pengumpulan data. Metode pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh data. Cara ini digunakan setelah peneliti memperhitungkan kemajuan ditinjau dari tujuan serta situasi penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode dokumentasi untuk menggali dari beberapa sumber data yang berbeda. Menurut Purwanto (2011:72), dokumen sebagai sumber informasi mempunyai beberapa karakteristik, antara lain ;
1.
Dokumen mempunyai makna yang berbeda dari sudut pandang yang berbeda
2.
Makna terdapat pada penulisan dan pembacaan, makna diperoleh dari kegiatan pembacaan. Setiap pembacaan kembali terdapat makna-makna baru.
E. Pemeriksaaan keabsahan data Keabsahan data untuk mendapatkan informasi yang valid dan relevan dengan penelitian. Literatur yang ada menyajikan informasi yang beragam untuk ituk perlu pengecekan informasi dengan trianggulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang diperoleh untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut
(H.B.Sutopo,2006:93).
Triangulasi
merupakan
cross
check
(pengecekan ulang) terhadap data pernyataan atau tindakan yang diperoleh dan akan peneliti lakukan dengan mengambil kembali data selain dari sumber primer, yaitu Alqur’an dan hadis serta buku-buku yang relevan sebagai sumber sekunder. F. Teknik analisis data Tahap berikutnya setelah terkumpulnya data adalah analisis data. Analisis data adalah suatu proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data instrument dalam analisa data. Keabsahan data dari sebuah penelitian sangat penting, karena merupakan langkah awal dari suatu kebenaran. Pada tinjauan pustaka,
peneliti melakukan kajian ulang, menganalisis dan menyimpulkan literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Peneliti
memerlukan
kemampuan
untuk
menyusun
tinjauan
literatureterutama adalah kemampuan mengumpulkan literatur yang relevan dan yang menunjang pemecahan masalah inti. Selain itu juga diperlukan kemampuan untuk mensintesis sumber-sumber informasi tadi sehingga menjadi kerangka tulisan dan kerangka berfikir yang konstruktif. Pada bagian akhir tinjauan literature merupakan kesimpulan yang merupakan inti tinjauan (Suwendi, 2003:20).
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Metode Pembelajaran Islami 1. Dasar Pembelajaran dalam Alqur’an dan Hadis Pada masa awal perkembangan Islam, tentu saja pendidikan formal yang sistematis belum terselenggara. Pendidikan yang berlangsung dapat dikatakan umumnya bersifat informal. Pada awal perkembangan Islam pendidikan lebih menekankan kepada dasar-dasar keimanan dan ibadah Islam (Azyumardi azra, 2001:7). Islam memandang pendidikan sebagai proses yang terkait dengan upaya mempersipakan manusia untuk mampu memikul taklif (tugas hidup) sebagai khalifah Allah dimuka bumi. Untuk tujuan tersebut manusia diciptakan Allah lengkap dengan potensinya berupa akal dan kemampuan belajar. Sebagaimana dijelaskan dalam Alqur’an surat Al Baqarah ayat 30-32: ≅
֠yy ’
≅y( Hr:r1 (
x8 Ÿω
J;ϑp+”• tΒ
IΝ(p ’
'θ 9
$Zo„uρ
E7
πs3ׯ≈n=yϑ = 9 š•S@u! tΑ
šΤ &
πx
pκ ⌧
yγ*= . u! tΑ
d
|ZΡ šΤ
& tΑ
oÿ;rF{$
tΠys
s)s
‹
=y0
J/Z
Νn=; r1 '’
Τθ ↔ b/Ρr1
s% `
+wΥuρ
s%
&uρ
%
3 !F{$
’
tΒ
pκ
ƒ u!
s% ` y7s9
tΒ .
$ KJs)Ρuρ
u zΝ*=tRuρ ∩⊂⊃∪ tβθ ϑn= (s5
πs3ׯ≈n=yϑ 9$
’n?t
Ν κy zXt
∩⊂⊇∪ t % `!
J≈|x
oΨtD;ϑ*=t
ΝDΖ . β tΒ āω & !
&
IωEσ¯≈yδ
yϑ$crY @
!
uΖs9 zΝ = R Ÿω y7oΨ≈yP b c (
∩⊂⊄∪ ›ΟŠ/3p+ :$
Λ
=y( 9$
θ 9
s%
|FΡr1 y7.Ρ
&
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." 31. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" 32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana" (Departemen Agama RI, 2007:6)
Allah mengutus para rasul setalah nabi Adam kepada umat manusia untuk membimbing mereka dari kondisi yang “gelap” menuju kondisi yang “terang” dari kondisi serba tidak berperadaban menjadi berperadaban melalui al Kitab, al Hikmah, dan pendidikan (Hery Noer Aly, 2003:12). Maksud tersebut dijelaskan Allah dalam Alqur’an surat Al Baqarah ayat 129: Ν κ ]
Β
ωθ cu!
›Ο γ ϑ |=y( ƒuρ |FΡr1 y7.Ρ &
Νκ
Ν γ‹ y7
≈tƒ
;
Νκ n=tR
uρ (
uΖ‡@u! θ(=
.tt ƒuρ sπyϑ3 + :$
uρ |9≈t /3 9$
∩⊇⊄∪ ›ΟŠ/3yP 9$
tƒSy( 9$
tƒ
129. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Alqur’an) dan Al-Hikmah (AsSunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana” (Departemen Agama RI, 2007:20).
Alqur’an surat Ali Imran ayat 7 juga menjelaskan: µ Ζ Β |9≈t /3 9$ "9≈t /3 9$
y7 ‹n=t
!Π71
’
t
$
tµt
≈tWs5
u!
t$
@$
āω
&
… 1s
֠ tΒ
.ΒrYs
tβθ ( b•uuŠs uρ
πuΖ
uΖ ‚@u!
u!
9$
ƒρ Ys5
ƒy‘
™
Νn= (tƒ
JΖ
µ Ζ Β
tΒuρ q 1
ƒρ Ys5
Β @≅ . µ
;
∩∠∪ "9≈tb 9F{$
(
y071uρ
@$
tβθ z/c≡I 9$
’
u
γ @θ(=(%
$Ο
t$
uθ(δ F≈tƒ
≈tWtD Β
F≈yγ
`
$
4F≈yϑs3 +•Χ
G(δ
tβθ 9θE)tƒ "Ο = ( 9$ tΒuρ q
tΑttΡr1 œ“ ֠
uρ q ª @
$
.ΖtΒ
θ 9'ρ71 Hω &
u
. #tƒ
7. “Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Alqur’an) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Alqur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat.Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal” (Departemen Agama RI, 2007:50). Selanjutnya
Allah
memerintahkan
kepada
manusia
untuk
membaca. Diletakkannya perintah membaca dalam ayat-ayat permulaan
diturunkannya Alqur’an mengandung maksud betapa peran membaca dalam upaya persiapan khalifah manusia dimuka bumi. t,n=y[ ∩⊇∪ t,n=y[ “ ֠
$
y7 ‚@u! "Ο$c$ ∩⊄∪ U,n=t
zΟ*=tR
“ ֠ ∩∈∪ 1. 2. 3. 4. 5.
$
∩⊂∪
Λs> (tƒ $Οs9
.F{$
Πt tΒ z≈|ZΣM}$
@
1t
%$
1t
%$
; Β z≈|ZΣM}$ y7a@u!uρ
zΟ*=tR ∩⊆∪ "Οn=s) 9$
@
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Departemen Agama RI, 2007:597). Menbaca tidak hanya berarti memberantas buta huruf, tetapi juga
memahami dan mempelajari semua ilmu yang berguna bagi makhluk dan membimbing manusia agar insyaf dan bertaqwa kepada Allah (Hery Noer Aly, 2003:13). Jelas sekali, jalan untuk dapat beribadah kepada Allah, memperoleh petunjuk, menjadi berbudaya, dan memakmurkan bumi guna melaksanakan tugas hidup dari Allah adalah ilmu dan pengtahuan yang dijiwai dengan iman. Firman-firman Allah berikut menjelaskan betapa pentingnya ilmu dan kedudukan ulama: a. Alqur’an surat Fathir ayat 28: "Ο≈y( ΡF{$ yŸ ’s†
uρ /)ž! yϑ*Ρ
uρ
$
uρ .
.Ζ9$
š∅
Βuρ
& q š• 9≡x#x. …µΡ≡uθ 9r1 4# =tD ’(Χ
χ
& q (
Eσ¯≈yϑn= ( 9$
ν
tb
s
∩⊄∇∪ g!θE
; Β ©
xg gtƒSt
©
$ $
28. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Departemen Agama RI, 2007:437). b. Alqur’an surat Saba’ ayat 6: zΝ = ( 9$ uθ(δ š•
(
@{! Β š• ‹s9
tƒSy( 9$
t
θ(5ρ71
/›≡u>/¡ 4’n<
$
֠
“t tƒuρ
& tΑOtΡ71 œ“ ֠
$
& œ“ J;γtƒuρ .,yP 9$ ∩∉∪
J‹ ϑp+ :$
Artinya:”Dan orang-orang yang diberi ilmu (ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”(Departemen Agama RI, 2007:428). c. Alqur’an surat Al Jatsiyah ayat 18: O
ΒF{$
u!
uθ δr1
z ;4
Β
πy(ƒ •us5
>Ÿ¢ Ÿωuρ
4’n?t yγ (
∩⊇∇∪ tβθ ϑn=;(tƒ Ÿω t
y7≈oΨ =y(y) s
.5$ ֠
{Ο(p
$
18. Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak Mengetahu” (Departemen Agama RI, 2007:500). d. Alqur’an surat Ar Ra’ad ayat 43:
_ξyc
Β |F$Zs9 (
_ ‹t@
☺J‹
∩⊆⊂∪ "9≈t /3 9$
x
ρ
γx
«
x. š $
Ν = R …νyJΨ
$
֠
ΑθE)tƒuρ
4’s∀Ÿ2
@ ;tΒuρ
≅(%
ΝE6uΖ t@uρ
43. Berkatalah orang-orang kafir: "kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul". Katakanlah: "cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu, dan antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab" (Departemen Agama RI, 2007:255). Demikianlah sebagian kecil dari ayat-ayat Allah yang menjelaskan tentang pentingnya ilmu dan pendidikan. Rasulullah SAW dalam posisinya sebagai guru yang mengajarkan kebaikan dan hidayah kepada umat manusia, juga banyak menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan dan penghargaan kepada para ulama yang bergelut dalam
bidang
pendidikan.
Sebagian
hadis
Rasulullah
dapat
dikemukankan sebagai berikut : ْ َﷲِ ْ ِ أَ ِ ط ق ْ ِ َِْ ﱠ َ َ ْ ِ َ" َل َ ﱠ َ ِ َ ِ ٌ َ ْ إ#ُ $ ِ %َ ْ َِ ﱠ َ َ إ ﱢ أَ ﱠن َر ُ( َل ﱠ/ِ $ْ َ َ هُ َ ْ أَ ِ َوا"ِ ٍ ا ﱠ3ْ َ أ4 ﱠ' ﱠ, ُﷲ ٍ ِ َْ ِ أَ ِ ط َ ِﷲ ُ(ل ﱠ ﱠ' ﱠ, )َ َو َ ﱠ+ِ $ْ َ َ ُﷲ َ ِﷲ ِ ا ْ َ ِن إِ َ' َر#َ َ "ْ َ 89َ ٍ :َ ;َ ُ َ <َ َ #َ َ "ْ َ إِ ْذ أ+ُ >َ َ ُ ِْ@ ِ َوا ﱠ سA%َ ْ ا9ِ ﱠ' ﱠ, ُ(ل ﱠ َ ِﷲ َ َو َذھ ِ9 ً 6َ ْ ُ9 َ أَى9َ %َ ُ َ ﱠ أَ َ ُ ھ89َ )َ َو َ ﱠ+ِ $ْ َ َ ُﷲ ِ َ َ' َر:َ َ"(َ َ9 َوا ِ ٌ َ" َل4َ ُ ِ ﱠ/ ُ ْ) َوأَ ﱠ اG:َ ْ َ3 5 َ َ 9َ % َ ﱠ9َ ً َ ْد َ َ َذا ِھ89َ F ' ﱠ, َ ﷲ َ َ @َ 9َ ُ َ3H َوأَ ﱠ ْاGَ $9ِ 5 َ َ @َ 9َ ِ &َ ْ َ ْ ا ِ غ َر ُ ( ُل ﱠ
#ِ $&ِ َ 'َ ْ( َ ََ َ أَ ﱠن أَ َ ُ ﱠ ة ٌ5ِ 6َ (َُ ھ%َ َ $ْ َ )َ َو َ ﱠ+ِ $ْ َ َ
واهُ ﱠK َ َوى إِ َ' ﱠ8َ9 )ْ ُﱠ َ< َ ِ أَ ﱠ أَ َ ُ ھ/ ِ ا:َ ْ) َ ْ ا ﱠIُ ُ ِ 3ْ ُ أJَ َ َو َ ﱠ َ) َ" َل أ+ِ $ْ َ َ ُﷲ ﱠ ُ َ3Hﷲُ َوأَ ﱠ ْا َ 9َ ِﷲ ض ﱠ ﱠ$َ ْ Mَ ْ 9َ $َ ْ Mَ ْ 9َ +ُ ْ َ ُﷲ َ َ ْ َ89َ ض َ َ ْ َ 89َ ُ َ3H َوأَ ﱠ ْا+ُ ْ ِ ُﷲ Telah menceritakan kepada kami Isma'il berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah bahwa Abu Murrah -mantan budak Uqail bin Abu Thalib-, mengabarkan kepadanya dari Abu Waqid Al Laitsi, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika sedang duduk bermajelis di Masjid bersama para sahabat datanglah tiga orang. Yang dua orang menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan yang seorang lagi pergi, yang dua orang terus duduk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dimana
satu diantaranya nampak berbahagia bermajelis bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedang yang kedua duduk di belakang mereka, sedang yang ketiga berbalik pergi, Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai bermajelis, Beliau bersabda: "Maukah kalian aku beritahu tentang ketiga orang tadi?" Adapun seorang diantara mereka, dia meminta perlindungan kepada Allah, maka Allah lindungi dia. Yang kedua, dia malu kepada Allah, maka Allah pun malu kepadanya. Sedangkan yang ketiga berpaling dari Allah maka Allah pun berpaling darinya" (Shahih Bukhari, Hadis no.64). ُ I ﱢRَ ُP ﷲ ُ َْ ْ َ ٌ ِ نَ َ ْ ُ ﱠIَ َ" َل#ٍ Nِ (ر َ ْ أَ ِ َوا ٍ O ﱠ+ُ ;َِ(ْ ٍم َ" َل أَ َ إP # ﱠIُ َ Tَ ْ Iت أَ; ﱠ َ َذ ﱠ ُ ِ َ َ( ِد ْد%َ ْ َ ْ ِ ا ﱠ ﱠ' ﱠ, َ ِ ْ(%َ ْ ِ )ْ Xُ ُ (َ ﱠYَTَأ +ِ $ْ َ َ ُﷲ َ نَ ا ﱠ ِ ﱡIَ %َ Iَ ِ W
Pِ 6َ َ َ َ َ َ" َل َ ﱠ$ْ Qَ ِ َ نُ ْ ُ أ%َ /ُْ َ َ َ ﱠ َ َ أPَ #ٌ 6ُ ُ َر+َ َ& َل9َ 5 َ ا ﱠ ٍ $%ِ َ3 ﱢ#Iُ 9ِ س ُ ﱠ َ َ َ ْ ; ْ) َوإِ ﱢXُ ِ َ هُ أ ْن أI َ ُ> ِ ِ ْ َذ ِ َ أ ﱢ; أ%ْ Pَ َ $ْ َ َ ِ َ KﱠA َ ا9َ َY َ Gَ ِ َ ُ (َ ﱠYَMPَ )َ َو َ ﱠ
Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Abu Wa'il berkata; bahwa Abdullah memberi pelajaran kepada orang-orang setiap hari Kamis, kemudian seseorang berkata: "Wahai Abu Abdurrahman, sungguh aku ingin kalau anda memberi pelajaran kepada kami setiap hari" dia berkata: "Sungguh aku enggan melakukannya, karena aku takut membuat kalian bosan, dan aku ingin memberi pelajaran kepada kalian sebagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memberi pelajaran kepada kami karena khawatir kebosanan akan menimpa kami" (Shahih Bukhari, Hadis no.68).
Berdasarkan ayat-ayat dan hadis tersebut memberikan metode Pendidikan Islam yang bervariasi akan membawa situasi pembelajaran yang tidak menjemukan sehingga anak didik senang dalam belajar terutama belajar agama Islam. Dengan semangat mempelajari Islam akan melahirkan generasi yang cinta Islam dan siap membela Islam. Islam adalah agama
satu-satunya
yang dilegalisasi oleh Allah.
Walaupun di dunia ini banyak agama tetapi hanya Islamlah yang diridhoi oleh Allah. Agama yang ada didunia selain Islam merupakan hasil pemikiran manusia, sehingga hanya berlaku pada waktu atau
tempat tertentu. Sebelum Nabi Muhammad diutus, ketika itu ada dua imperium besar yang merupakan super power masa itu. Persia di timur menyembah api dan Romawi di barat, mengikuti ajaran Nasrani, tetapi nilai-nilai itu tidak berbekas dalam benak mereka (Quraish Shihab, 2011:31). Berbeda dengan Islam, Islam adalah rahmatan lil ‘alamin, agama yang memberikan rahmat kepada seluruh alam, baik alam yang berupa bumi maupun yang ada diluar angkasa, sebagaimana Allah menjelaskan dalam Alqur’an surat Ali Imran ayat 83 : ’
tΒ zΝn=$cr1
… 1s £δ
uρ šχθ $
Ÿ2uρ
θs
Q
tƒ «
$
ƒ s u> t$s r1
⇓ !F{$
uρ
∩∇⊂∪ šχθ (y)
n≡uθ≈yϑZZ9$ ƒ
µ ‹s9
&uρ
Artinya:”Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan”(Departemen Agama RI, 2007:60). Dalam ayat lain Allah menjelaskan : tΒuρ q ›Ο≈n=$cM}$ āω
& |9≈t /3 9$
(
«
$
yJΨ
š
θ(5ρ71 š
☺‹ $t@ ›Ο = ( 9$
Ν(δu!֠yy
֠
$ $
.β & y#n=tD 0$
J (t@
tΒ . Β
«
$
t↔ @
F≈tƒ
∩⊇∪ "‹
E |Z
3tƒ
+ :$
tΒuρ 4ƒ
$Ο γoΨ t@
q >|¤ ©
$
¤χ
is
Artinya:”Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayatayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”(Qs. Ali Imraan : 19) (Departemen Agama RI, 2007:52). Dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa semua yang ada dilangit maupun di bumi semuanya mengakui adanya Allah dan wajib berserah diri kepada Allah. Dengan jaminan tersebut Islam sangat mempunyai peluang dalam menciptakan peradapan dimuka bumi ini, semua cara dan aturan sudah diberikan serta dituntunkan oleh Allah dalam Alqur’an. Sehingga tinggal umat Islam dalam menyikapinya. Walaupun demikian tantangan dan hambatan dari non muslim sangat kuat, non muslim dengan cara dan tipu muslihatnya akan terus menerus menghalangi umat Islam dalam mengembangkan peradapan dan menjalankan syari’at Islam. Sebagaimana dijelaskan Allah dalam Qs. Ash Shaff ayat 8: Ν γ δ≡uθ ∩∇∪ tβρ
rY
@ «
≈s3 9$
$
u!θΡ (
oνO Ÿ2
θ ↔
;o ‹ 9 tβρ JƒO
θs9uρ ν!θΡ †Λ" Β ª
$
ƒ
uρ
Artinya :“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-
Nya, walau orang-orang kafir membencinya" (Departemen Agama RI, 2007:552). Sejarah
membuktikan
bahwa
umat
Islam
mempunyai
sumbangan yang sangat besar dalam membangun peradaban dunia. Bangsa
Arab
sebelum
Islam
datang
dikenal
dengan
masa
kejahiliyahannya. Kejahiliyahan disini tidak diartikan kebodohan dalam hal peradaban, tetapi jahiliyah dalam hal moral dan ketauhidan (Quraish Shihab, 2011:33). Setelah Islam datang orang Arab diberi aturan tentang moral dan ketauhidan, Islam mengatur aspek kehidupan manusia dari cara pergaulan,
berdagang, bermasyarakat, perang, warisan, berpakaian,
pernikahan termasuk dalam masalah pendidikan. Dalam bidang tauhid tidak menyembah berhala tetapi menyembah Allah, Tuhan Yang Manciptakan. Dari aturan Islam itulah bangsa Arab keluar dari masa kejahiliyahan, sehingga manusia menemukan, kebenaran, keindahan dan kebaikan (Quraish Shihab, 2004:210). Islam dalam pedomannya yaitu Alqur’an, senantiasa memotivasi umatnya untuk terus berkreasi dan berfikir maju untuk melakukan pendidikan, sebagaimana dijelaskan dalam Qs. Al Muajadilah ayat 11:
(
Ν 3s9 Ÿ≅Š % θ P|Z
$
s% s
& (
'θ ΖtΒ
I =≈yLyϑ 9$
u t 2
$
֠ (
pκa‰rY¯≈tƒ θ PZZx
s5
( (
ρ tEWΣ$ θ ΖtΒ
zΟ =
Ÿ≅Š
u t
∩⊇⊇∪
֠ (
( 9$ >
s% &uρ `
% $
ª
$
θ(5ρ71 y0 tβθ(=yϑ (s5
Ν 3s9 ª
~4s t
ρ tEWΣ$
$ @ª
uρ $
tƒ
Œ⌧|Z
tƒ (
֠ yϑ
$
s
Ν 3Ζ Β uρ \F≈y)u!ys
Artinya:”Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Departemen Agama RI, 2007:548). Selanjutnya muncul para cendekiawan Muslim yang jasanya diakui oleh dunia. Apa yang sudah dilakukan umat Islam melalui pendidkan pengaruhnya sangat besar terhadap peradapan manusia khususnya dijazirah Arab, yang sudah dibawa pada peradapan yang maju. Peradaban modern tidak hanya menawarkan seperangkat ilmu pengetahuan, dan teknologi kepada manusia, tetapi juga seperangkat sistem hidup, pandangan dunia dan etika hidup. Berbagai macam etika, pola hidup dapat disebarkan keseluruh dunia secara global (Imam Sukardi, 2003:62).
Umat Islam dalam hal ini tidak boleh absen,
supaya tidak tertinggal dengan peradaban nonmuslim yang semakin berkembang pesat.
Keberhasilan beragama secara umum dapat dilihat dengan dua pendekatan, pertama, lebih menitikberatkan pada aspek ajarannya, pendekatan ini lebih melihat agama sebagai realitas transendental Ilahiyah yang menjawab masalah-masalah keyakinan. Pendekatan kedua, melihat agama dari realitas empirik, yang lebih menitikberatkan pada refleksi keberagamaan dalam proses dinamika dan struktur masyarakat yang dibentuk oleh agama. Sehingga keberhasilan beragama diukur dari realita kehidupan seperti tradisi, peradaban, dan praktek dalam rangka implementasi nilai-nilai agama (Muhammad Irfan, 2000:88). Islam tidak hanya mengajarkan kepada umatnya untuk beribadah saja, tetapi Islam juga memerintahkan umatnya untuk bekerja dan berkembang untuk mendapatkan kesuksesan hidup didunia. Allah berfirman dalam Alqur’an surat Al Qashash ayat 77: u! `
~
j9
$ u‹ Ρ!J9$
ª
$ š∅
s5 Ÿωuρ ` š• ‹s9 + † Ÿω ©
$
.β
š•Nt5 Β y7t &ª
$
&`
u
!
yϑ‹
~ t
uρ
@$
Š/CtΡ š☯Ψs5 Ÿωuρ ` nοt /0Fψ$ z|Z;dr1 ! 3 !F{$
yϑŸ2 /Z;dr1uρ ’
t
ys J/Z
|Zx
9$ ϑ 9$
Artinya:”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Departemen Agama RI, 2007:394). Dalam ayat ini jelas sekali bahwa umat Islam wajib bekerja dan berusaha untuk menjamin kelangsungan hidupnya didunia, walaupun itu bukan tujuan utama. Karena tujuan utama adalah kebahagiaan negeri akhirat, sebagaimana diterangkan dalam Qs. Al Qashash ayat 80: ΝE6n= ƒuρ zΝ = ( 9$ ☯P =≈|x Ÿ≅
ϑt uρ š∅tΒ
(
θ(5ρ71 š u ;yϑ
$
֠
9
> y0 «
∩∇⊃∪ šχρ>"N≈{C9$
āω & !
$
tΑ o‹
s%uρ uθrp
yγN )n= ƒ Ÿωuρ
Artinya:”Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orangorang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar" (Departemen Agama RI, 2007:395). Islam sudah memberikan peluang dan cara untuk membangun peradapan umat, tetapi tidak terlepas dari tantangan. Dalam mengembangkan peredabannya Islam mempunyai dua tantangan, yaitu tantangan internal dan eksternal (Hery Nur Aly, 2003:225). Tantangan internal merupakan tantangan yang berasal dari dalam Islam itu sendiri yang meliputi : 1. Kejumudan (kebekuan, kemandekan) produktifitas pemikiran keislaman dan upaya menghalangi produktifitas pemikiran tersebut. Tentangan ini telah membuat umat Islam terpenjara
dalam budayaan materialistis-penyerang dengan berbagai media masa dan teknologinya yang canggih. 2. Sistem kebudayaan Islam disebagian Negara muslim masih terpaku pada metode tradisional dan kurang merespon perkembangan zaman secara memadai agar generasi muda tidak berpaling kepada kemewahan kehidupan modern dan kebudayaan barat. 3. Pendidikan muslimah, pendidikan modern yang berkedok nasionalisme memang genjar mempromosikan pendidikan wanita, tetapi mengabaikan pendidikan kesyariatan bagi anakanak putri. Selama ini dengan tujuan emansipasi pendidikan wanita disamakan dengan pendidikan laki-laki, bahkan sudah tidak ada lagi pemisahan antara laki-laki dan perempuan, seandainya ada hanya sebagian kecil saja yang dilakukan oleh pendidikan Islam (Hery Nur Aly, 2003:231). Tantangan kedua berasal dari eksternal Islam, di antaranya adalah leberalisme dan sekulerisme, 1. Liberalisme Liberalisme adalah
suatu faham yang menekankan
kebebasan individu/partikelir, filsafat, sosial, politik dan ekonomi yang menekankan atau mengutamakan kebebasan individu untuk mengadakan perjanjian produksi, konsumsi, serta hak milik partikelir (swasta), atau dengan kata lain liberalisme adalah suatu
faham atau pemikiran yang menginginkan dan menekankan kepada suatu kebebasan yang konteksnya berkiblat kepada barat dan tidak mau dogma-dogma apapun termasuk agama. Pada era modern seperti sekarang ini, kita melihat bahwa dunia barat semakin gencar dan intensif mempropagandakan kebebasan tanpa batas. Mereka menggunakan media-media masa, kekuatan ekonomi, sosial dan politik, untuk dapat memaksakan doktrin kebebasannya yang mereka kemas dengan hak asasi manusia (HAM), dan yang lebih membuat kita prihatin adalah, bahwa kampanye liberalisme oleh sekutu-sekutu Yahudi tersebut ternyata sedikit demi sedikit berhasil merubah pemikiran, tingkah laku umat Islam yang seharusnya, kehidupannya harus terikat dengan konsep Islam. Faham liberalisme dianggap sebagai angin segar bagi mereka yang menganggap Islam sebagai beban dan penghalang. Faham libralisme di anggap sebagai solusi atas permasalahan dan konflik yang selama ini terjadi. Bahkan sekarang ini yang menjadi pedoman faham tersebut bukan lagi Yahudi dengan dunia baratnya, namun juga tokoh-tokoh Islam dan mereka mengemasnya dengan kalimat yang lebih halus yakni “pluralisme”. Kata-kata HAM dan pluralisme menjadi jurus andalan mereka untuk membenarkan anggapan mereka yang sebenarnya sesat menurut Islam. Dan mereka juga telah berhasil menghimpun kader-kader yang siap
mengibarkan bendera liberalisme dan pluralisme di negara-negara muslim. Allah menjelaskan dalam Qs. Al Baqarah 204:
’ ’
θs% y7b"L ( ƒ tΒ .
… 1( tΒ 4’n?t
© ∩⊄⊃⊆∪
$ Θ
J
γ;W ƒuρ
|C
z 9$
!
.Ψ9$
u‹ Ρ!J9$ s
z Βuρ
ο4θuŠyP 9$
r1 uθ(δuρ µ
b =s%
Artinya:”Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras” (Departemen Agama RI, 2007:32). 2. Sekulerisme Sekulerisme adalah suatu konsep pemikiran dan paradigma berfikir yang mencoba untuk memisahkan antara urusan-urusan keduniaan dan dogma-dogma keagamaan. Konsep pemikiran ini berawal dari fonemena kegagalan negara-negara Islam dalam mengaktualisasikan konsep Islam ke dalam ranah sosial, politik dan budaya.
Negara-negara
Islam
cenderung
menjadi
negara
terbelakang, dan kurang berkembang dari berbagai sektor, sementara dunia barat cenderung lebih maju dan berkembang dalam hal keduniaan dan kebendaan. Dari fonemena tersebut kemudian lahirlah pemikiran bahwa agar kita dapat maju dan berkembang, maka kita harus berani keluar dari dogma dan aturan keagamaan.
Seiring dengan kemajuan zaman, sikap dan perilaku sekularisme sekarang ini semakin menggejala di tengah- tengah kaum muslimin. Mereka lebih memilih kehidupan dunia, hukum dan aturan dunia, daripada harus melaksanaan dasar agama. Bahkan agama dianggapnya sebagai sebuah dogma yang akan dapat
memenjarakan
potensi
dan
martabat
manusia
(http://Bulettinmizan.wordpres.com). Menurut Hery Noer Aly (2003:53) ada tiga prinsip yang membentuk karakteristik pendidikan Islam untuk menanggulangi tantangan peradapan Islam tersebut. Tiga prinsip tersebut menafsirkan konsep Islam tentang alam, manusia, dan kehidupan yaitu penciptaan yang bertujuan, kesatuan yang menyeluruh dan keseimbangan yang kokoh. Dari ketiga prinsip tersebut diharapkan mampu menanggulangi tantangan peradapan umat Islam. 1. Penciptaan yang bertujuan Dalam pandangan Islam, pendidikan merupakan proses yang suci untuk mewujudkan tujuan azasi manusia, yaitu beribadah kepada Allah dengan segala maknanya yang luas. Pendidikan merupakan bentuk
tertinggi ibadah dalam Islam dengan alam
sebagai
lapangannya, manusia sebagai pusatnya dan hidup beriman sebagai tujuaannya (Hery Noer Aly dan Munzeir Suparta, 2003:53). Hal tersebut dijelaskan dalam Alqur’an surat Al Dzariyat 56 : ∩∈∉∪
βρ J
(u‹ 9 āω & }IΡM}$
uρ G/H :$
EF )n=y0
tΒuρ
Artinya :”Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku” (Departemen Agama RI 2007:523). Dalam Alqur’an surat Al An’am: 102-103, Allah juga menjelaskan : ` uθ(δ āω & tµ≈s9 uθ(δuρ
& Iω `
νρ Jb; $
µE2!;J(5 āω uθ(δuρ ` t ≈|C @F{$
Ν 3a@u! ª
$
s 1$)x•
ΝE6 9≡s% ≅E2
≅‹/2uρ 1$x• E8!;J ƒ uθ(δuρ ∩⊇⊃⊂∪ >
bs’ :$
,
=≈y0
≅ . 4’n?t ≈|C @F{$ #‹ o*=9$
Artinya:” (yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan dia adalah pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan dialah yang Maha halus lagi Maha Mengetahui” (Departemen Agama RI, 2007:141). 2. Kesatuan yang menyeluruh Pembelajaran Islami merupakan kesatuan yang menyeluruh artinya, bahwa pembelajaran Islam meliputi kesatuan perkembangan individu dalam kerangka perkembangan masyarakat, kesatuan umat manusia dan pembelajaran itu mencakup berbagai disiplin ilmu (Hery Noer Aly, 2003 :56). Pendidikan merupakan satu kesatuan yang mencakup berbagai disiplin ilmu dan seni. Pendidikan Islam menghargai dan memandang penting semua pengetahuan yang berguna bagi individu dan
masyarakat, tanpa membedakan antara ilmu keduniaan dan ilmu agama. Pendidikan Islam menekankan setiap individu memiliki ilmu agama yang cukup dan ilmu keduniaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Hery Noer Aly, 2003:57). Dalam Alqur’an surat At Taubah ayat 122 Allah menjelaskan : π
!
Ÿ2 (
Ν κ ]
(
ƒ
ρ
Β
9 tβθ Ζ Β σ ϑ 9$
ΨuŠ
≅ . Β t x
πs% $
'θ (y)u!
šχ֠x.
(
’ s%
&
θ γ )x
t uŠ
$Ο γtΒ θs%
(
9
tΒuρ
tΡ Ÿω θn=s πx
←!
s
ρ !"#Ψ Š 9uρ
∩⊇⊄⊄∪ šχρ !x# +s† $Ο γ*=y(s9
Νκ s9
&
Artinya:” Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (Departemen Agama RI, 2007 :206). Pendidikan Islam merupakan kesatuan yang menyeluruh tidak hanya ilmu agama tetapi juga ilmu pengetahuan yang lain, seperti astronomi, geografi, sejarah, geologi, fisika, biologi juga diterangkan dalam Alqur’an surat Faathir ayat 27-28 :
tΒ
☯!
!
yϑZZ9$
\n≡t yϑrp
=tD ’•Χ
„
z Β tΑttΡr1 ©
⌦¥‹ @ 7syJ y "Α {jxguρ
o9Š @
/)ž!
uρ
$
q š• 9≡x#x.
u
tb"L 9$
.
.Ζ9$
…µΡ≡uθ 9r1 4# ; Β
∩⊄∇∪ g!θE
xg gtƒSt
s
µ
©
©
@
oΨ;)t
0rYs
pκΞ≡uθ 9r1
=tD ’•Χ ⌦ ;ϑ duρ š∅ Βuρ
=tD ’(Χ
$ $
.βr1 t s5 $Οs9r1
z Βuρ
pκΞ≡uθ 9r1 4#
tb
ν
$
yŸ ’s† χ
&q(
∩⊄∠∪
sθ c
"Ο≈y( ΡF{$
uρ
yϑ*Ρ
&
Eσ¯≈yϑn= ( 9$
Artinya : “Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (Departemen Agama RI, 2007 :437) Alqur’an juga mengisyaratkan pentingnya mempelajari sejarah dan arkeologi. Allah berfirman dalam Alqur’an surat Muhammad ayat 10:
y# ‹x. (
BEΨu‹s
ρ
t .Βys
3 !F{$
yγ(=≈s8 Βr1 zƒO
∩⊇⊃∪
ρ>/Zo„ $Οn=s r1
s% Β t ֠
γ =
$Ο
(
’
$
(πt
≈s3 = 9uρ `
tβ֠x.
")≈t
Νκ n=t
ª
$
Artinya :” Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu” (Departemen Agama RI, 2007:507). Pembelajaran Islami juga mempelajari ilmu kemanusiaan, ilmu hayat, ilmu tumbuh-tumbuhan dan tanda-tanda kekuasaan Allah yang terkandung didalamnya, sebagaimana diterangkan dalam ayat-ayat berikut : Alqur’an surat Al Mu’minun ayat 12-14 1
Β
1/3.Β N! uΖ )n=yzs
{Ο(p
t s% ’
πs)n=tR
sπt$;h ϑ 9$
≈n= c Β z≈|ZΣM}$
Ys
sπx
πx ;o!Ζ9$
uΖ )n=yzs
8ϑ +m: zΟ≈sE
( 9$
oΨ )n=y0 ;Js)s9uρ
;oΡ µ≈oΨ =y(y) ∩⊇⊄∪IΝ(p uΖ )n=y0 πt$;h Β tΡ θ|Zs3s
{Ο(p sπs)n=y( 9$ 8ϑ≈sE
∩⊇⊂∪
ª
$
x8u!
t
tDs
t y0
u
„) =y0
∩⊇⊆∪ t")
=≈s’ :$
µ≈tΡ YtWΣr1 |Z;dr1
Artinya : “12. Dan Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. 13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Departemen Agama RI, 2007:342). Alqur’an surat An Nuur ayat 45: Ν κ ] 4’n?t
ϑs ` 1!
/Ÿ;ϑtƒ .Β Ν κ ]
V4t@ !r1 #’n?t 4’n?t
.Β
©
$
Β
π‡@!
Βuρ
µ
Ζ;ot@ 4’n?t
/Ÿ;ϑtƒ .Β Ν κ ]
.β &
!
tWo„
ys .≅ . t,n=y[ ª
tΒ ª
Βuρ
uρ
/Ÿ;ϑtƒ .Β
ks $
$
;)!
,(= ’s†
∩⊆∈∪ ⌦ ƒ Js% 1$x•
≅E2
Artinya:” Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Departemen Agama RI, 2007:356). Alqur’an surat ‘Abaasa ayat 24-32 :
*Ρr1 ∩⊄⊆∪ uΖ )s)x ∩⊄∠∪
µ
yd
pκ
∩⊄∪ _ξ ’wΥuρ
Ρθ
Ž@r1uρ
∩⊂⊇∪
4’n< &
≈|ZΡM}$
O BEΖu‹ =s
yϑ 9$
uΖ \t
[
|x
u!
uΖ ut
/ΡrYs
∩⊄∉∪
ִ)x
ƒy‘uρ ∩⊄∇∪
Q
;hs%uρ
∩⊄∈∪
IΝ(p
[
y(s
Β
πyγ/3≈s uρ
∩⊂⊃∪
u3 !F{$ uρ
QbuΖ t,←!
Qb = §
@ 3 ϑ≈y( ΡL{uρ
|x
@ 3 9
yJt‚uρ
Q(≈t .Β
Artinya :”24.Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.25.Sesungguhnya kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit),26.Kemudian kami belah bumi dengan sebaikbaiknya,27. Lalu kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu,28. Anggur dan sayur-sayuran,29. Zaitun dan kurma,30.Kebun-kebun (yang) lebat,31.Dan buah-buahan serta rumput-rumputan, 32.Untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu” (Departemen Agama RI, 2007:585). Pendidikan Islam juga mengarahkan perhatian manusia kepada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang serta fenomena-fenomena
alam
yang lain yang
dapat mendorong
tumbuhnya keimanan kepada Allah (Hery Noer Aly,2007:59). Allah dalam Alqur’an surat Ali Imran ayat 190-191 menjelaskan: 3 !F{$
uρ
n≡uθ≈yϑZZ9$
’<'ρT[{ \F≈tƒUψ ! 8ϑ≈uŠ ’
% ©
$
tβρ
|F )n=y0
6x tΒ
pκ.]9$
tβρ t tƒuρ
, =y0 uρ
≅ Š 9$
.#tƒ t ֠
$
’
χ
&
"#≈n= D 0$
uρ
∩⊇⊃∪ "9≈tb 9F{$
Ν γ @θ Ζ ) 4’n?t uρ
uƇ@u!
3 !F{$
uρ
Qsθ ((%uρ
n≡uθ≈uΚZZ9$
, =y0
!
.Ζ9$
z‹
x#t
oΨ")s y7oΨ≈yP b c _ξ
o≈t@
x#≈yδ ∩⊇⊇∪
Artinya :”190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orangorang yang berakal, 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Departemen Agama RI, 2007:75). 3. Keseimbangan yang kokoh Prinsip keseimbangan dalam Islam berpengaruh pada proses pendidikan Islam. Keseimbangan pendidikan Islam meliputi teori dan penerapan, antara pengetahuan kemanusiaan yang berguna bagi individu dan yang berguna bagi masyarakat, antara pengetahuan yang fardhu ain dan fardhu kifayah dalam semua lapangan pengetahuan, baik keagamaan maupun keduniaan. Dalam keseimbangan antara teori dan penerapan, serta perkataan dan perbuatan, pendidikan Islam menekankan azaz fragmatis dan manfaat bagi individu dan masyarakat dalam menghadapi realitas hidup. Hal ini merupakan fungsi pendidikan sebagai proses yang membawa individu dan masyarakat menuju perkembangan dan kemajuan (Hery Noer Aly,2003:61). Allah dalam Alqur’an surat Ash Shaff ayat 2-3 menjelaskan:
Ÿω
tΒ šχθ 9θE)s5 zΝ 9 (
βr1 «
$
yJΨ
θ ΖtΒ
u t
$
֠
pκa‰rY¯≈tƒ
¨D )tΒ u> NŸ2 ∩⊄∪ tβθ(=y( ∩⊂∪ šχθ(=y(
s5 Ÿω
tΒ (
s5
θ 9θE)s5
Artinya : “2.Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? 3.Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (Departemen Agama RI, 2007:551). 2. Metode Pendidikan Islam a. Profil Rasulullah sebagai Pendidik Ideal Muhammad SAW sebagai Rasul tauladan bagi ummat Islam diseluruh penjuru dunia. Tentunya Beliau memiliki beragam keistimewaan mencontoh dan
yang
dapat
mengantarkan
pengikutnya
untuk
menelusuri jejak kehidupannya sampai di abad
modern ini. Nabi Muhammad adalah pendidik pertama dan utama dalam dunia pendidikan Islam, proses transformasi ilmu pengetahuan, internalisasi nilai-nilai spiritual dan bimbingan emosional berakar dan melekat pada pengikut-pegikut setia dalam ajaran Islam sebagai bentuk mukjizat yang luar biasa (Zuhairini, 1986:14). Transformasi keilmuan dalam berbagai aspek perkembangan pada
periode
Beliau,
mengantarkan
murid-muridnya
kepada
kemampuan yang luar biasa dalam menguasai berbagai cabang keilmuan agama dan umum, sehingga mengantarkan kepada gerbang zaman keemasan Islam sebagaimana pola-pola pendidikan yang tergambar pada fase Makkah dan Madinah (Zuhairini, 1986:18).
Pola pendidikan yang dilakukan Rasulullah pada periode Makkah melalui jalan dakwah yang disampaikan kepada kaum Quraisy Makkah. Tahapan-tahapan tersebut melalui pola pendidikan secara sembunyi-sembunyi dimulai dari dirinya sendiri, istrinya Khadijah, kemudian diikuti oleh Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Harisah, sahabat karibnya Abu Bakar Ash Shiddiq. Muhammad mulai menerima wahyu dari Allah sebagai petunjuk dan intruksi untuk melaksanakan tugasnya, sebagaimana dijelaskan dalm Alqur’an surat Al Alaq ayat 1-5: t,n=y[ “
$
֠
y7a@u!uρ
y7
‚@u! "Ο$c$ ∩⊄∪ U,n=t
%$
1t
zΟ*=tR ∩⊆∪ "Οn=s) 9$
1t
; Β z≈|ZΣM}$
@ zΟ*=tR “ ֠ ∩∈∪
@
$
∩⊂∪
Λs> (tƒ $Οs9
%$ ∩⊇∪t,n=y[
Πt
.F{$
tΒ z≈|ZΣM}$
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Departemen Agama RI, 2007: 597).
Kemudian disusul dengan wahyu berikutnya, yaitu Alqur’an surat Al Mudzatsir ayat 1-7: y7‡@u!uρ ∩⊄∪
!"#ΡrYs ∩⊆∪
$Ο(% ∩⊇∪ Kγsos y7t@
špGJ ϑ 9$ u‹ puρ ∩⊂∪
>" Ns3s
pκa‰rY¯≈tƒ
∩∉∪ >
Q3t $ZnU Ψ;ϑs5 Ÿωuρ ∩∈∪ ∩∠∪
>"N;x$
EL δ$
s
tt;)l 9$
s š• M@t
uρ
9uρ
1. Hai orang yang berkemul (berselimut),2. Bangunlah, lalu berilah peringatan!3. Dan Tuhanmu agungkanlah!4. Dan pakaianmu bersihkanlah,5. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah,6. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.7. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah (Departemen Agama RI, 2007:575). Setalah menerima wahyu yang pertama dan kedua, secara berangsur-angsur terus meluas namun terbatas hanya di kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja. Dimana lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam ibn Arqam, selanjutnya berkembang menjadi Kuttab sebagai lembaga dalam pengajaran baca-tulis dengan teks dasar yang pengajarnya mayoritas nonmuslim (Syamsul Kurniawan, 2011:51). Setelah melewati tiga tahun kurun waktu pendidikan melalui jalan dakwah sembunyi-sembunyi, pada tahapan berikutnya dilakukan secara terang-terangan seiring dengan bertambahnya sahabat dan pengikut. Sebagaimana diperintahkan Allah dalam Alqur’an Surat Al Hajr ayat 94: t
$3O ; r1uρ
tΒ σ(5
∩⊆∪ t .
yϑ
@
>;ª ϑ 9$
yJ;x$
s
Artinya:”Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orangorang yang musyrik” (Departemen Agama RI, 2007:267).
Seruan dakwah mulai berkumandang secara umum sebagai tindak lanjut dari perintah wahyu tersebut, dimana masyarakat Yatsrib yang telah mengetahui akan kabar kedatangan Rasul mereka berjanji dalam sebuah bai’at yang disebut sebagai “Bai’at ‘Aqabah” yakni tidak menyembah selain Allah, tidak akan mencuri dan berzina, tidak akan membunuh anak-anak, menjauhkan perbuatan-perbuatan keji dan fitnah, selalu ta’at kepada Rasulullah dan tidak mendurhakainya terhadap sesuatu yang tidak mereka inginkan (Zuhairini, 1986:23). Kebijaksanaan Nabi Muhammad SAW, untuk menyampaikan ajaran Islam secara terang-terangan juga diperintahkan dalam Alqur’an Asy Syu’ara’ ayat 213-216: z Β šχθ 3t s y7s5u>
t y0
u
!"#Ρr1uρ
Wt
& «
γ≈s9
y7y‚
uΖy)
;¥
β is
∩⊄⊇∈∪
š
Ζ Β σ ϑ 9$
Gϑ
Β
⌦œ“O t@
0$
’
y4tΒ
;Js5 Ÿξs
t @ #y( ϑ 9$
∩⊄⊇⊂∪
yϑ 9
$
uρ
šΤ &
š @t
%F{$
z Β
.5$
y7y(t
≅E)s
x8 θ|Ct
∩⊄⊇∉∪ tβθ(=yϑ (s5 213. Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) Tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang di'azab. 214.Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, 215.Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.
216. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: "sesungguhnya Aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan" (Departemen Agama RI, 2007:376). b. Metode Pendidikan Islam pada Periode Rasulullah di Makkah dan Madinah Sebelum Muhammad memulai tugasnya sebagai rasul, yaitu melaksanakan pendidikan Islam terhadap umatnya, Allah telah mendidik dan mempersiapkan untuk melaksanakan tugasnya tersebut secara sempurna, melalui pengalaman, pengenalan serta peran sertanya dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan budayanya. Setalah diangkat menjadi Rasul Nabi Muhammad SAW melakukan pendidikan secara bertahap, dimulai dari keluarga dan sahabat dekatnya.
Pendidikan
dilaksanakan
secara
sembunyi-sembunyi
kemudian secara terang-terangan (Zuhairini, 1986:18). Ketika Menghadapi berbagai tantangan dan ancaman yang datang dari kafir Quraisy, Rasulullah dan para sahabat memutuskan berhijrah ke Madinah. Sebagai langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membangun masjid Quba, ditempat tersebut dilakukan berbagai bentuk kegiatan ritual, sosio-politik dan sebagai pusat pendidikan dengan memakai sistem halaqah (lingkaran) dalam menyampaikan berbagai pengajaran (Zuhairini, 1986:21). Proses interaksi mulai terjalin dengan baik antara murid dan guru dengan terciptanya interaksi edukatif, di mana guru berperan sebagai penggerak dan pembimbing sehingga menimbulkan kondisi
pembelajaran yang menyenangkan para penimba ilmu. Kondisi tersebut dikolaborasi dengan metode ceramah, dialog, diskusi dan tanya jawab, demonstasi, eksperimen, sosio drama, dan bermain peran (Zuhairini, 1986:33). Kondisi pengajaran sangat disesuaikan dengan materi yang diberikan. Manakala pada periode Makkah belum terjadi proses pendidikan yang begitu komplek, namun pada periode Madinah dinilai semakin komplek, materi pendidikan meliputi pendidikan ukhuwah, kesejahteraan sosial, kesejahteraan keluarga dan kerabat, dan pertahanan dan keamanan. Selanjutnya
pendekatan
pendidikan
dilakukan
melalui
penampakan figur identifikasi Rasulullah sebagai tauladan bagi pengikutnya, disamping membawa muridnya pada pengajaran yang berisikan teguran langsung, bahasa sindiran, pemutusan dari jamaah, penegasan, perbandingan kisah-kisah, menggunakan bahasa isyarah, dan keteladanan sehingga sangat membekas dalam pola tingkah laku para sahabat. Melewati fase-fase pendidikan yang telah berlangsung sejak lama maka Rasulullah juga melakukan tindakan evaluasi dengan jalan menyuruh para sahabat untuk membaca ayat-ayat Alqur’an dan membetulkan hafalan yang keliru. Kegiatan evaluasi juga dilakukan dengan mengevaluasi kemampuan para sahabat yang diutus ke Yaman dalam suatu urusan penyebaran agama. Rangkaian akhir dari suatu
proses kependidikan Islam adalah evaluasi atau penilaian. Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah melakukan evaluasi terhadap output yang dihasilkan (Bukhari Umar, 2010:193). Melalui pola-pola pendidikan dasar yang dijalankan oleh Rasulullah, sehingga telah terlatih kemampuan para sahabat dalam membidangi berbagai bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknologi, astronomi, filsafat sehingga mengantarkan kepada masa keemasan. Disamping Pola-pola pendidikan telah dijalankan sebelumnya, secara terus menerus dikembangkan dan diimplementasikan oleh para sahabat dalam kegiatan praktik seiring kembangannya kebutuhan masyarakat, perbedaan suasana, kondisi masyarakat dan munculnya hal-hal yang berdampak pada pola perubahan dalam kegiatan pendidikan dan menyampaikan dakwah. Berdasarkan tinjauan historis mengenai pola pendidikan yang diterapkan rasul, dinilai telah berhasil mencapai tujuan utama pendidikan, dengan munculnya para sahabat yang ahli dalam bidang keilmuan. Sistem dan pendekatan yang diterapkan juga dinilai masih sangat tepat diterapkan sampai di era modern ini. c. Metode Pendidikan Islam pada Masa Khulafaur Rasyidin 1) Masa Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti masa Nabi Muhammad SAW baik dari segi materi maupun lembaga
pendidikannya. Dari segi materi, pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlaq, ibadah, dan kesehatan. Masjid pada masa Abu bakar masih berfungsi sebagai benteng ruahani dan lembaga pendidikan (Syamsul Kurniawan, 2011:58). Sebagai karakteristik pelaksanaan pendidikan pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Siddiq adalah pendidikan bermodalkan agama yang merupakan motor penggerak yang mengisi aspirasi bangsa. Pendidikan tersebut berasaskan pengamalan Alqur’an dan hadits dalam membentuk manusia seutuhnya, yakni yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memelihara nilai-nilai kehidupan sesama manusia demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Berdasarkan karakteristik pelaksanaan pendidikan yang telah digasriskan dalam pengembangan moral bangsa, maka materi pendidikan menitik beratkan pada pendidikan tauhid, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lainnya. Pada masa tersebut sudah mulai dilakukan spesifikasi tentang perihal adab dan kesopanan, santun dalam bergaul dalam pergaulan masyarakat, pendidikan, ibadah, dan kesehatan meperkuat jasmani dan rohani. 2) Masa Kalifah Umar bin Khattab Pada masa khalifah Umar bin Khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil (Syamsul Kurniawan, 2011:59) sehingga perluasan wilayah Islam pada masa Umar bin Khattab meliputi
semenanjung Arabia, Palestina, Syiria, Irak, Persia, dan Mesir. Dengan meluasnya kekuasaan Islam sehingga mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar, karena juga ditambah oleh keinginan mereka yang baru menganut agama Islam untuk menimba ilmu dari para sahabat. Sehingga kegairahan ini mendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin keagamaan. Pelaksanaan pendidikan di masa khalifah Umar bin Khattab lebih maju, disebabkan selama Umar memerintah Negara dalam keadaan stabil dan aman. Hal ini disebabkan telah ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan dan terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam diberbagai kota dengan materi yang dikembangkan, dari segi ilmu bahasa, menulis dan poko ilmu lainnya. Adapun sumber gaji pendidik diambilkan dari daerah yang ditaklukkan dan baitul mal (Syamsul Kurniawan, 2011:59). 3) Masa Khalifah Utsman bin Affan Pada masa khalifah Usman bin Affan, pengembangan pendidikan tidak banyak terjadi perubahan, beliau hanya melanjutkan apa yang telah ada dan terindikasi merasa cukup dengan proses pendidikan yang sudah berjalan, namun terdapat suatu kecemerlangan dalam proses kodifikasi yaitu dengan mengumpulkan penyalinan
tulisan-tulisan
disebabkan
atas
Alqur’an perselisihan
dan
melakukan
bacaan
diseragamkan bacaan (Syamsul Kurniawan, 2011:59).
untuk
Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Utsman bin Affan ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar tentang Islam. Pusat pendidikan pada masa Utsman juga lebih banyak , sebab pada masa ini para sahabat memilih tempat yang strategis untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat. Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa ini diserahkan kepada masyarakat (Syamsul Kurniawan, 2011:60). 4) Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib Pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, pengembangan pendidikan berada pada kondisi yang terhambat dan terganggu oleh kondisi politik yang memanas, pemberontakan dan kekacauan yang terjadi sehingga seluruh perhatian ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian masyarakat Islam, sehingga dengan sendirinya pelaksanaan pendidikan berjalan ditempat, kondisi ini dinilai tidak terjadi perkembangan bidang pendidikan (Syamsul Kurniawan, 2011:60). d. Metode Pendidikan Islam pada Periode Dinasti Umayyah Setelah berakhirnya kekuasaan khalifah Ali Bin Abi Thalib, dilanjutkan dengan berdirinya Dinasti Bani Umayyah, melanjutkan misi kekuasaan ini kondisi pemerintahan dikukuhkan dengan sikap otoriter dengan unsur kekerasan, dan diplomasi yang diiringi sikap tipu daya serta hilagnya sifat musyawarah dalam pemilihan khalifah.
Namun demikian reformasi cukup banyak terjadi dalam berbagai bidang pengembangan keilmuan agama dan umum sampai kepada aspek pertahanan dan teknologi. Kemajuan-kemajuan yang dicapai
termasuk
diantaranya
dalam
bidang
administrasi
pemerintahan, seperti pemisahan kekuasaan, pembagian wilayah kekuasaan, pemungutan pajak dan organisasi keuangan, organisasi ketentaraan, organisasi kehakiman, social dan budaya, seni dan sastra, seni rupa, dan arsitektur. Disamping
melakukan
ekspansi
territorial,
pemerintahan
Dinasti Umayyah juga memberi perhatian dalam bidang pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana, untuk mendorong para agamawan, seniman, dan lainnya agar mau melakukan pengembagan ilmu yang dikuasainya, sehingga pada masa itu terjadi perkembangan dalam bidang agama, Alqur’an, fiqh dan hadits yang dikodifikasikan. Di samping itu berkembang juga ilmu sejarah dan geografi, bidang kebahasaan dan bidang filsafat. Pada masa ini terjadi perkembangan pusat pengajaran pendidikan, yakni bertempatkan di rumah guru, di istana dan masjid. Para pendidik yang tidak meminta pamrih dari pemerintah dan pemerintah tidak menyediakan tempat mukim bagi guru di istana, melainkan
penghargaan
dari
masyarakatnya.
Bentuk-bentuk
pendidikan yang dilaksanakan adalah pendidikan istana yang menitik beratkan pada pengembangan kecerdasan, jasamani dan rohani,
nasihat dan wasiat, badiah, pendirian perpustakaan, bamaristan (rumah sakit), dan kegiatan penerjemahan buku-buku kedalam bahasa arab. e. Metode
dan
Perkembangan
Pendidikan
Islam
pada
Periode
Daulah Abbasiyah Berdirinya Daulah Abbasyiah dengan dua strategi jitu, yakni dengan penyebaran ide rahasia dan mencari pendukung. Pada periode ini tampanya pembesar-pembesar di kalangan masyarakat sudah lebih menguasai sistem politik kekuasaan disinyalir oleh kemampuan dalam perebutan tahtah dari kekuasaan dinasti Umayyah ke Daulah Abbasiyah. Proses peralihan kekuasaan ini membutuhkan pengaruh dan pendukung yang sangat besar sehingga dapat mengubah tatanan dan sistem pemerintahan secara drastis. Terjadinya pertukaran pendapat cerita dan pikiran, sehingga muncul kebudayaan baru. Perkembangan pada masa ini terfokus pada sistem politik, tata pemerintahan dan pembentukan negara. Melalui sistem politik yang dijalankan bahwa: 1) Para khalifah berasal dari keturunan Arab murni, sedang yang lainnya diangkat dari keturunan Persia, 2) Kota Baghdad sebagai Ibukota Negara yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dijadikan kota pintu terbuka bagi berbagai keyakinan agama, 3) Ilmu pengetahuan dipandang sesuatu yang sangat penting dan membuka seluas-luasnya bagi kemajuan dan perkembangan ilmu, 4) Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia
sepenuhnya, 5) para menteri turunan Persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan pemerintahan, sehingga mereka memegang peranan penting dalam tamadun Islam. 3. Metode Pembelajaran Islam Pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sudah otomatis berdasarkan bimbingan Allah yang disampaikan melalui wahyuNya, yaitu Alqur’an. Menurut Abdurrahman An Nahlawi (1989) yang dikutip Bukhari Umar (2010:189) metode pendidikan Islam meliputi: 1) Pendidikan dengan hiwar Qur’ani dan Nabawi Hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara duabelah pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik yang mengarah pada suatu tujuan (Bukhari Umar, 2010:189). Hiwar Qur’ani merupakan dialog yang berlangsung antara Allah dan hamba-Nya. Sedangkan Hiwar Nabawi adalah dialog yang digunakan oleh Nabi dalam mendidik sahabatnya. Contoh hiwar Qur’ani terdapat dalam Alqur’an surat Al Alaq ayat 1-5: t,n=y[ “ ֠ y7a@u!uρ ∩⊆∪ "Οn=s) 9$
$ 1t
y7
‚@u! "Ο$c$
%$
∩⊄∪ U,n=t
@ zΟ*=tR “ ∩∈∪
@ 1t Β z≈|ZΣM}$
; ֠
$
Λs> (tƒ $Οs9
∩⊂∪
%$
t,n=y[ ∩⊇∪ Πt
tΒ z≈|ZΣM}$
.F{$ zΟ*=tR
Artinya:”1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,2.Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.3.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,4.Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam’5. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”(Departemen Agama RI, 2007:597). Hiwar Qur’ani juga tergambarkan dalam Alqur’an surat Al Baqarah ayat 30-33: ’ (
πs3ׯ≈n=yϑ =
šΤ &
s% `
'θ 9 pκ
‹
|ZΡ
d
ƒ +wΥuρ u!
s% ` y7s9
tΠys
∩⊂⊃∪
’n?t
` ! tΑ
oΨtD;ϑ*=t
≅(%r1
tΒuρ
Νs9r1 tΑ
tβρ J
KJs)Ρuρ x8 Ÿω
tΒ
yγ*= .
u!
s%
|9 ‹xg (5
s)s
J;ϑp+”• Νn=; r1 oÿ;rF{$
πs3ׯ≈n=yϑ 9$ IωEσ¯≈yδ
|FΡr1 y7.Ρ
@ Ν γ ∞ \/Ρr1
Ν η←!
oÿ;rrY
Νn=; r1
'’
tΒ
$Zo„uρ
uΖs9 zΝ = R Ÿω y7oΨ≈yP b c
Λ =y( 9$
oÿ;rrY
Ν η←!
n≡uθ≈uΚZZ9$
.
E7
ΝDΖ . β &
s% ∩⊂⊄∪ ›ΟŠ/3p+ :$
֠yy
≅y( Hr:r1 $
& !
&uρ
% ≅
tΒ
J≈|x
tΒ āω
s%
pκ
Τθ ↔ b/Ρr1 tΑ
s% ∩⊂⊇∪ t %
Gϑn=s `
’
IΝ(p
yϑ$crY @ ’
θ 9
3 !F{$
tβθ ϑn= (s5
Ν κy zXt !
(
zΝ*=tRuρ
tΑ
tΒ
'’ šΤ & tΑ u
š•S@u!
=y0
J/Z
⌧
!
πx
9
Πys
& t↔¯≈tƒ
@ Ν(δrYtb/Ρr1 šΤ
&
Νn= Rr1uρ ∩⊂⊂∪ tβθ ΚD3s5
Ν 3 9
3 !F{$
uρ
ΝDΨ .
Artinya:”30.Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." 31. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (bendabenda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "sebutkanlah kepada-Ku nama bendabenda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" 32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana." 33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (Departemen Agama RI, 2007:6).
Hiwar Nabawi dapat dilihat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukari, ُ ِ َ َ ﱠ َ َ ه$ْ [َ 'َ َ ٍ ِ َ3 ِ َ ْ ُ أ#ُ $ ِ %َ ْ ِ نُ َ" َل َ ﱠ َ ِ إ$َ :ْ ُ َ َ َ" َل َ ﱠ ُ >%ِ َ ْ َ أَ ِ َ ِز ٍم َ" َل5ْ ُ >%ِ َ َ $"َ ]ْ >ُ( ٍد َ" َل َ" َل ا ﱠ ِ ﱡAْ َ َ ْ ﷲ ِ ْ] َ ْ َ ﱠ هُ ﱠTَ آ#ٌ 6ُ ِ َر$ْ Mَ َ ْ ا9ِ J َ إِ ﱠAَ َ Jَ )َ َو َ ﱠ ا ْ َ ﱢ9ِ +ِ Mِ Xَ َ ﱢ`َ َ َ' َھAُ 9َ Jً َ ُﷲ b Gَ %ُ ُ َ> ﱢP َوGَ ِ
ِ يﱡ$ْ %َ ُ ْ َ ﱠ َ َ ا ا ﱡ_ ْھ ِ يﱡ َ" َل ﱠ' ﱠ, +ِ $ْ َ َ ُﷲ َ
هُ ﱠTَ آ#ٌ 6ُ َو َر c ِ &ْ Pَ (َُ G9َ َ %َ Xْ ِ ْ ﷲُ ا
Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan berkata, telah menceritakan kepadaku Isma'il bin Abu Khalid -dengan lafazh hadits yang lain dari yang dia ceritakan kepada kami dari Az Zuhri- berkata; aku mendengar Qais bin Abu Hazim berkata; aku mendengar Abdullah bin Mas'ud berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak boleh mendengki kecuali terhadap dua hal; (terhadap) seorang yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta tersebut di jalan kebenaran dan seseorang yang Allah berikan hikmah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain" (Shahih Bukhari, Hadis No.71).
Dalam hadis ini Rasulullah memberikan contoh cara mengajarkan sifat iri. Rasullah menyebutkan ada dua sifat iri yang dibolehkan yaitu orang yang diberikan harta lalu digunakan untuk kebenaran dan orang yang diberi hikmah lalu diajarkan.
2) Pendidikan dengan kisah Qur’ani dan Nabawi Dalam pendidikan Islam, kisah mempunyai fungsi edukatif yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian lain dari bahasa (Bukhari Umar, 2010:190). Hai ini disebabkan kisah Qur’ani dan Nabawi memeliki beberapa keistimewaan yang membuatnya mempunyai efek psikologis dan edukatif yang sempurna, rapi, dan jauh jangkauannya seiring dengan perjalanan zaman. Pendidikan dengan kisah Qur’ani diterangkan dalam Alqur’an surat Ali Imran ayat 137 : ’
(
ρ>/Zs
(πtb")≈t
tβ֠x.
s c y# ‹x.
(
Ν 3 = bs% ρ
BEΡ$
s
∩⊇⊂∠∪ t @"
Β ;Fn=y0 ;Js% 3 !F{$ #s3 ϑ 9$
Artinya: “ Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnahsunnah Allah, karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)” (Departemen Agama RI, 2007:67).
Allah dalam Alqur’an surat Al An’am ayat 6 juga menjelaskan :
ΒΟ
tΒ ⇓ !F{$
$Οs9 u!
s% Β
γ =
yϑZZ9$
’
uΖ =y(y)uρ
Ν γ≈uΖ3n= δrYs
@ 3 9
Q!
Νκ"☺ +r:
J (t@ . Β
Νx. (
ρt tƒ
Νs9r1 s%
Ν γ≈.Ψ 3.Β -β
uΖ =yc !r1uρ
t ≈yγ ΡF{$
Ν δ
uΖ3n= δr1
tΡ YtWΣr1uρ
u!;J
Β
/
3yϑΡ
Νκ n=t
Β
“O
Hr:
Νκ-θΡ #
∩∉∪ tO y0
u
¨Ρ
@ s%
Artinya:”Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah kami berikan kepadamu, dan kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain”(Departemen Agama RI, 2007:128).
Ayat-ayat tersebut menceritakan kisah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan senantiasa berbuat dosa sehingga mendapat
murka
dari
Allah
dan
akhirnya
dihancurkan
kehidupannya. Aplikasi dalam pendidikan bahwa dengan contoh sejarah akan membuktikan akan kebenaran sesuatu. Dalam hadis shahih Muslim juga diceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah memerintahkan kepada sahabat untuk berinfaq kepada orang Arab Badui tetapi para sahabat lamban
dalam menjalankan perintah tersebut sehingga menimbulkan kekecewaan Rasulullah, sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut: ﷲِ َ ﱠ ﱠ ب إِ َ َر ُ ِل ﱠ ﱠ#ِ $ْ َ ِ %ْ ِ & ِ !َ ْ َ ٌ َ ﷲِ َ" َل َ! َء ِ س ِ ْ ا ْ َ ْ َا َ ﷲُ َ َ ْ ِ َو َ ﱠ َ %ْ َ )*َ +ِ "َ #َ , ﱠ/َ *َ ٌ+!َ 0َ ْ 1ُ 2ْ َ% َ َ أ#ْ "َ ْ 1ِ ِ 0َ فُ *َ َ أَى ُ َء, ( 'ُ ا س ََ ا ﱠ ْ ا ﱡ1ِ ْ َ َ َ ﱠ- ا. َ ُ َ ُ ﱠ َ! َء7 ق ُ ِ% ِر َ! َء, َ ْ ْ ﱠ إِنﱠ َر ُ! ً< ِ ْ ا7 ِ َ" َل1ِ !ْ َ> ذ ِ?َ ِ*> َوAِ ﱠ ُر20َ ُ -ْ َ ٍ ﱠ ٍة ِ ْ َو ِر, ﱠ ﱠ ﱠ ﱠ َ َ ْ َ َ َ ﷲ َ ﷲُ َ ْ ِ َو ﱠ ُ ِفَ ا ﱡ20َ اDُ %َ 2َ َE ُ ﱠ7 ُ Fآ ِ َل َر ُ ُلBَ *َ ِ 1ِ ْ! ُ و ُر ِ*> َوC َ ْ َ ً ً ْ َ ﱠ ْ ُ َ َ َ ُ I B & J و 1 % K L أ K M N 2 O ه # D % 1 % K L D * + C 0 + م <ْ Hا > * ْ ﱠ ُ َ َ َ ِ َ ِ َ َ ِ ْ! ُ ِ ُ َ ِ ُ َ ْ َ َ ِ َ ِ ُ َ َ ُ ِ ِ ِ َ ِْ >*ِ َْ> ٌء َو َ ْ َ ﱠT ْ ِ ْ أُ ُ! ِر ِھ ِو ْز ِرKُ Mْ ِ ِ ْ َ َ N َ 2ِ Oُ ُه#َ Dْ %َ 1َ %ِ Kَ Lِ Dُ َ* ً+'َ ً َ ﱢ+ﱠ- ُ َْ< ِمHا . َْ> ٌءT ْ ِ ْ أَ ْوزَ ا ِر ِھI ُ ُB-ْ َ& Jَ َو1َ %ِ Kَ Lِ َ ْ َ 1868- Dari Jarir bin Abdullah RA, dia berkata, "Pada suatu ketika, beberapa orang Arab badui datang menemui Rasulullah SAW dengan mengenakan pakaian dari bulu domba (wol). Lalu Rasulullah memperhatikan kondisi mereka yang menyedihkan. Selain itu, mereka pun sangat membutuhkan pertolongan. Akhirnya, Rasulullah SAW menganjurkan para sahabat untuk memberikan sedekahnya kepada mereka. Tetapi sayangnya, para sahabat sangat lamban untuk melaksanakan anjuran Rasulullah itu, hingga kekecewaan terlihat pada wajah beliau." Jarir berkata, "Tak lama kemudian, seorang sahabat dari kaum Anshar datang memberikan bantuan sesuatu yang dibungkus dengan daun dan kemudian diikuti oleh beberapa orang sahabat lainnya. Setelah itu, datanglah beberapa orang sahabat yang turut serta menyumbangkan sedekahnya (untuk diserahkan kepada orangorang Arab Badui tersebut) hingga tampaklah keceriaan pada wajah Rasulullah SAW." Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa dapat memberikan suri tauladan yang baik dalam Islam, lalu suri tauladan tersebut dapat diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka akan dicatat untuknya pahala sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang mereka peroleh. Sebaliknya, barang siapa memberikan suri tauladan yang buruk dalam Islam, lalu suri tauladan tersebut diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa yang mereka peroleh sedikitpun" (Shahih Muslim, Hadis no.1868).
Dalam Alqur’an dan hadis tersebut bisa diambil pelajaran bahwa metode pembelajaran dengan menggunakan sejarah akan dapat mudah dipahami oleh anak didik. 3) Pendidikan dengan perumpamaan Pendidikan
dengan
perumpamaan
dilakukan
dengan
menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang kebaikan dan keburukannya telah diketahui secara umum. Tujuan pedagogis yang paling penting yang dapat ditarik dari pendidikan dengan perumpamaan adalah : a) Mendekatkan makna kepada pemahaman b) Merangsang pesan dan kesan yang berkaitan dengan makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut c) Mendidik akal supaya berpikir benar dan menggunakan kias yang logis dan sehat d) Mengerakan
perasaan
yang
menggugah
kehendak
dan
mendorongnya untuk melakukan amal yang baik dan menjauhi kemungkaran (Bukhari Umar, 2010:190). Pendidikan dengan perumpamaan , seperti menyerupakan orang-orang musyrik yang menjadikan pelindung selain Allah dengan laba-laba yang membuat rumahnya. Alqur’an surat Al Ankabut ayat 41 menjelaskan :
¬χρ s Β (
≅s8yϑx.
nθbx6Ζy( 9$ š∅yδ ρr1
.β &uρ
θs9 `
š
ρ #s’«:$
u!
nθbx6Ζy( 9$
EF Št
≅s_tΒ
uŠ 9 ρr1
«
$
;nx#s’«:$
£D t@
`
$
֠
s9
nθ ‹b 9$
∩⊆⊇∪ šχθ ϑn=;(tƒ (
θΡ
Ÿ2
Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindungpelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah dans sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui” (Departemen Agama RI, 2007:401).
Pendidikan dengan perumpamakan juga dicontohkan dalam Alqur’an surat Al Baqarah ayat 261 : ’
$Ο γs9≡uθ Βr1 tβθE)
y4
yc ;FtDu\/Ρr1 ‹π-byd
(πss( ª
$
Β uρ q
!
Ys
tWo„ yϑ
Ζ ƒ t
/Ψ c 9
$
֠
≅s8yϑx. «
$
# (≈Ÿh ƒ ª
≅‹ byc Ÿ≅
≅ . ’ $
≅s_.Β
uρ q
@
uΖyc
π-byd
∩⊄∉⊇∪ ΟŠ =tR 44/c≡uρ Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orangorang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiaptiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (Departemen Agama RI, 2007:44).
Pembelajaran dengan metode perumpamaan juga pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika mengajarkan kepada para sahabat tentang keutamaan orang yang berilmu. ََ@ ِ ا ْ َ َ(ا ِدي َ" َل َ ْ ُ ﱠQ 9ِ ُ ا ﱠ سdَ "َ (َ 9َ َ َ ﱢ ُ( ِ; َ ِھ9َ )ِ ِ Aْ %ُ ْ ا Gَ أَ;ﱠAِ :ْ َ; 9ِ dَ "َ ﷲِ َو َو ُ(ل ﱠ ُ َ Yْ ﷲِ َ" َل ِھ َ ا ﱠ ُ $$َ ْ Mَ ْ 9َ ُ َ Yْ ا ﱠ َ َرPَ َ ْ] ُ ﱠ) َ" ُ(ا َ ﱢ ْ َ َ ِھ Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far dari Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya diantara pohon ada suatu pohon yang tidak jatuh daunnya. Dan itu adalah perumpamaan bagi seorang muslim". Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Katakanlah kepadaku, pohon apakah itu?" Maka para sahabat beranggapan bahwa yang dimaksud adalah pohon yang berada di lembah. Abdullah berkata: "Aku berpikir dalam hati pohon itu adalah pohon kurma, tapi aku malu mengungkapkannya. Kemudian para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, pohon apakah itu?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Pohon kurma" (Shahih Bukhari, Hadis no.59). نُ َ ﱠ َ َ َ ْ ُ ﱠ%َ $ْ َ ُ َ َ َ ٍ َ ﱠYْ َ ُ ْ ُ ِ َ3 َ َ َ ﱠ ' ﱠ, َ َ َ ْ ا ﱠ ِ ﱢ%َ ُ ِ ْ َ ٍر َ ْ اPﷲِ ْ ُ ِد ﱠ َ ِ ِ) َ ﱢ ُ( ِ; َ ِھAْ %ُ ْ ا#ُ /َ َ Gَ َوإِ;ﱠGَ ُ"&ُ`ُ َو َرAْ Pَ Jَ ً ََ@ َ ةQ ِ @َ e َو َ ﱠ َ) َ" َل إِ ﱠن ِ ْ ا ﱠ+ِ $ْ َ َ ُﷲ ََ@ ِ ا ْ َ َ(ا ِدي َ" َل َ ْ ُ ﱠQ 9ِ ُ ا ﱠ سdَ "َ (َ 9َ َ" َل ُ $$َ ْ Mَ ْ 9َ ُ َ Yْ ا ﱠGَ أَ;ﱠAِ :ْ َ; ِ9 dَ "َ (َ َ9 ِﷲ )ْ] ُ ﱠ ُ(ل ﱠ ُ َ Yْ ﷲِ َ" َل ِھ َ ا ﱠ َ َرPَ َ َ" ُ(ا َ ﱢ ْ َ َ ِھ Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad telah menceritakan kepada kami Sulaiman telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya diantara pohon ada satu pohon yang tidak jatuh daunnya. Dan itu adalah perumpamaan bagi seorang muslim". Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Katakanlah padaku, pohon apakah itu?" Maka para sahabat beranggapan bahwa yang dimaksud adalah pohon yang berada di lembah. Abdullah berkata: Aku berpikir dalam hati pohon itu adalah pohon kurma, tapi aku malu mengungkapkannya. Kemudian orang-orang berkata: "Wahai Rasulullah, pohon apakah itu?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Pohon kurma" (Shahih Bukhari, hadis no.60).
4) Pendidikan dengan teladan Pendidikan dengan keteladan dapat dilakukan oleh pendidik dengan menampilkan perilaku yang baik didepan peserta didik. Penampilan perilaku yang baik dapat dilakukan dengan sengaja maupun dengan tidak sengaja. Keteladanan yang disengaja adalah keadaan yang sengaja diadakan oleh pendidik agar diikuti atau ditiru oleh peserta didik, seperti memberikan contoh membaca yang baik dan mengerjakan salat dengan benar. Keteladanan ini disertai dengan penjelasan atau perintah agar diikuti. Keteladanan yang tidak disengaja adalah keteladanan dalam keilmuan, kepemimpinan, atau sifat keikhlasan. Dalam pembelajaran Islami kedua macam keteladanan tersebut sama pentingnya (Bukhari Umar, 2010:191). Alqur’an surat Al Ahzab ayat 21 menjelaskan: gοuθ$c71 « tΠ θu‹ 9$
uρ
©
$
$
Ν 3s9 tβ֠x. ;Js) 9
"Αθ cu! ’ (
tƒ
θ ) ∩⊄⊇∪
>
tβ֠x. 8x. ©
$
yϑ
9
πuΖ|Zyd
t x.s%uρ t /0Fψ$
Artinya:”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Ayat ini menjelaskan bahwa pada diri Nabi Muhammad terdapat suritauladan yang wajib diikuti oleh umatnya. Keteladanan
Rasulullah juga dapat diterapkan oleh pendidik dalam menjalankan pembelajaran. Sikap Rasulullah yang ramah dan sabar dalam mendidik
para
sahabat
sebagai
contoh
pendidik
dalam
membimbing para siswanya. Proses pendidikan melalui keteladalan juga dapat dilhat dalam Alqur’an surat Luqman ayat 12-19.
©
βr1
sπyϑ3 + :$
yϑ*Ρ
is
$
t x
tΑ
Ÿω
{o_b≈tƒ
x8 >/
ª9$
z≈|ZΣM}$
s%
% &uρ
∩⊇⊄∪
& ` «
χ
$
uΖ 9
3;Wo„
®J‹ ϑyd
;_xg
µ
tΒ֠tR
∩⊇⊂∪
>/Cyϑ 9$ tΒ ’ ` `
°’n<
’
{Ο(p
(tΒ °’n< & z‹
µ ƒyJ
…µ(=≈|C
6 šz ;W(U βr1 #’n?t
< ρ
’
tΡr1 ;tΒ Ÿ≅‹
uρ
šz
9≡uθ
@
N δuρ
E6; $
9uρ ’<
yJyγ≈y) β &uρ ∩⊇⊆∪
⌦Ν = R µ
u‹ Ρ!J9$
Ο =BEs9
hΟŠ Et
& y7 ƒyJ 9≡uθ
yϑ γ ( o(5 Ÿξs
Ζ @eω
@ 8 >;ª(U
Ζ δuρ …µSΒ71 µ Dn=uΗx¯ βr1
;Js)s9uρ 3; $
uθ(δuρ
…µBE (tƒ
u
¬
x. tΒuρ ` µ/Z
uΖ Š{xuρuρ
4’n?t
oΨ s5
tΒuρ
E6;Wtƒ
.β is
≈yϑ ) 9
z≈yϑ ) 9
@ y7s9 }I Šs9
yϑ γ b byc ;4
d .5$
|xuρ uρ
yϑ @ ΝE6 ∞ d\tΡ7Ys β & ! 3tDs ’
pκ.Ξ & {o_b≈tƒ ∩⊇∈∪ tβθ(=yϑ (s5 $ΟDΖ . y0 ;
-Αys ρr1
4#‹ os9 ©
π-byd tΑ
Β
n≡uθ≈yϑZZ9$ $
Β 1uρ
’ ª
.β & nο4θn={C9$
O s3Ζ ϑ 9$
t
$
pκ%r1
tµ Ρ$
uρ
/∃ρ
|xr1 !
tΒ 4’n?t
j9
š•‹;WtΒ ’ t s3Ρr1
.β
+ †
Ÿω
;J/C %$
©
∩⊇∪
>
3 !F{$
n Ytƒ
y0
>
(yϑ 9$
@
>"N;x$ ;
uρ Β
.Ζ=
9 šzGJs[
`
dt tΒ
uρ ∩⊇∇∪ N!θ zs -Α
tD ’(Χ
$
.β &
y7 5 θ|x
&
z|x ’
Π tt
;ϑs5 Ÿωuρ .
’
Β E7s5
{o_b≈tƒ
(|C(5 Ÿωuρ ∩⊇∠∪ !θ ΒW{$ 3 !F{$
s) _
ρr1 ‹οt
"Ο
y7 9≡s% .β & ` y7t@
.≅ .
tΒ °’n< &
Ν 3 (/)
ϑp+ :$
Β
;¥Eh g$
n θ|Cs9
uρ
n≡uθ;xF{$
12. Dan Sesungguhnya telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". 13. Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
14. Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. 15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 16. (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. 17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). 18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. 19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai” (Departemen Agama RI, 2007:412). Dalam ayat ini dapat diambil pelajaran ketika Luqman mengajarkan kepada anak-anaknya tentang bersyukur, larangan musyrik kepada Allah, perintah berbakti kepada orangtua mendirikan salat dan lainnya, diperlukan keteladanan dari orangtua. Orangtua sebagai pendidik dalam rumah tangga hendaknya menjadi panutan bagi anak-anaknya. Cerita Luqman ini dapat diterapkan pendidik dalam mengajari anak didiknya supaya memberikan contoh terlebih dahulu sehingga anak didik mudah mengikutinya.
Nabi Muhammad juga memberikan contoh mendidik para sahabat sesuai dengan kemampuan dan keinginannya sebagaimana dijelaskan dalam hadis Shahih Bukari berikut ini: ُ ْ Iُ َ ةَ َ" َل%ْ 6َ ِ َ ْ> َ ُ َ ْ أQُ َ َ ٍر َ" َل َ ﱠ َ َ ُ[ ْ َ ٌر َ" َل َ ﱠe ُ ْ ُ َ ﱠ%َ ﱠ َ َ ُ َ ﱠ َ $ْ َ )ُ 6ِ ْ Tَ ُ] أ ﱠ' ﱠ, ْ َ َ َ& َل9 )َ َو َ ﱠ+ِ $ْ َ َ ُﷲ َ (ْ ا ا ﱠ ِ ﱠTَ َ أ5ْ ٍ اْ ِ َ ﱠ ِ $&َ ْ َ َ ْ ِ ا9ْ َ& َل إِنﱠ َو9َ س ِ َ ا ﱠ$ْ َ س َو َ; َا َ ' َ" ُ(ا إِ;ﱠJَ َوPَ َ _َ ا3 َ $ْ [َ ِ 9ْ (َ ْ ِ ْ َ& َل َ ْ َ ً ِ ْ&َ(ْ ِم أَو9َ ُ >َ $ِ ُ أَوْ َ ْ ا ْ َ&(ْ ُم َ" ُ(ا َر9ْ (َ ْ ا 9ِ J َ إِ ﱠ$َ Tِ ْ8َ; أَ ْنdُ $fَِ MAْ َ; Jَ َ َوc َ ُ ﱠ ِر:Iُ ْ ِ ا ا ْ َ ﱡRَ َ َ َ ھ$ْ َ َ َ َو$ْ َ َ ٍة َو$>ِ َ ٍ &ﱠQُ ْ ِ َ $Tِ ْ8َ; ٍdَ ْ ھُ ْ) َ ْ أَرGَ ;َ َوdٍ َ َْر8ِ )ْ َُ َ َ ھ89َ َ ا ْ َ@ ﱠ+ِ ِ #ُ 3ُ ْ ;َ ;َ َ ْ َو َرا َء+ِ ِ ُ ِ Yْ ;ُ ٍ ْ َ 8ِ ;َ ْ %ُ 9َ ٍ َ َ ٍامGْ Qَ َو ْ َ هُ "َ ُ(ا ﱠi ُﷲ ِ نُ ِ ﱠ%َ Phا ِ ِن ِ ﱠ%َ Phِ ْ ِ )ْ ُأَ َ َ ھ ِ ْ َ َ ْ رُونTَ ْ#َ َو ْ َ هُ َ" َل ھ# ﱠ6َ َ ﱠ_ َوi ًا َر ُ( ُل ﱠ%ﷲُ َوأَنﱠ ُ َ ﱠ ﱠJ إِ ﱠ+َ َ ِ إJَ َدةُ أَ ْنGَ Qَ ُ أَ ْ َ ُ) َ" َل+ُ (ُ َو َر ِةIَ _ ُء ا ﱠMَ Pِ َﱠ< ِة َوإO ﷲِ َوإِ َ" ُم ا ُ َ >ْ Qُ ] َ" َل ِ ﱠ9 َ_%ُ ْ َِ) َواMْ َ ْ ھُ ْ) َ ْ ا ﱡ ﱠ ِء َواGَ ;َ َِ) َوjْ %َ ْ ِ ْ ا5 َ %ُ Yُ ْ ُ(ا اf>ْ ُT نَ َوc َ َ (ْ ُم َر, َ َو )ْ Iُ ِ ُ وهُ َ ْ َو َرا َء3ْ َُ(هُ َوأWَ: ْ ﱠ ِ َ" َل ا$&َ %ُ ْ َ" َل ا%َ ِ َو ُر ﱠ$&ِ َ" َل ا ﱠ%َ ُر ﱠ Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata, telah menceritakan kepada kami Ghundar berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu Jamrah berkata aku pernah menjadi penerjemah antara Ibnu 'Abbas dan orang-orang, katanya; bahwasanya telah datang rombongan utusan Abdul Qais menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Utusan siapakah ini atau kaum manakah ini?" Utusan itu menjawab: "Rabi'ah". Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Selamat datang kaum atau para utusan dengan sukarela dan tanpa menyesal". Para utusan berkata: "Wahai Rasulullah kami datang dari perjalanan yang jauh sementara diantara kampung kami dan engkau ada kampung kaum kafir (suku) Mudlor, dan kami tidak sanggup untuk mendatangi engkau kecuali di bulan suci. Ajarkanlah kami dengan satu perintah yang jelas, yang dapat kami amalkan dan kami ajarkan kepada orang-orang di kampung kami dan dengan begitu kami dapat masuk surga." Lalu mereka bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang minuman. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan mereka dengan empat hal dan melarang dari empat hal, memerintahkan mereka untuk beriman kepada Allah satu-satunya, beliau berkata: "Tahukah kalian apa arti beriman kepada Allah satu-satunya?" Mereka menjawab: "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan: "Persaksian tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat,
berpuasa di bulan Ramadlan dan kalian mengeluarkan seperlima dari harta rampasan perang". Dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang mereka dari empat perkara, yaitu dari meminum dari dari al hantam, ad Dubbaa` dan al Muzaffaat. Syu'bah menerangkan; terkadang beliau menyebutkan an naqir dan terkadang muqoyyir (bukan naqir). Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "jagalah semuanya dan beritahukanlah kepada orang-orang di kampung kalian" (Shahih Bukhari, Hadis no.85). 5) Pendidikan dengan latihan dan pengamalan Salah satu metode yang digunakan oleh Nabi Muhammad dalam mendidik para sahabatnya adalah dengan latihan, yaitu memberikan
kesempatan
kepada
para
sahabat
untuk
mempraktikkan cara-cara melakukan ibadah secara berulangkali. Metode
ini
diperlukan
oleh
pendidik
untuk
memberikan
pemahaman dan membentuk keterampilan peserta didik (Bukhari Umar, 2010:191). Pendidikan dengan latihan dan pengalaman diterangkan dalam hadis riwayat Muslim berikut: ﷲِ َ ﱠ ﱠ > َر ُ ُل ﱠ-ِ V ُ %ْ ِل َوأَ َ ا2َ Bِ ْ ِ*> ا#ٍ 0ُ ُﷲُ َ َ ْ ِ َو َ ﱠ َ َ& ْ َم أ َ َ >ِ ً َ*) َ َ! َز+-َ َ َ َ ةW ْ َ X َ Lْ Fَ ُ %ْ َق َوأَ َ ا َ َ َ ِ> َوZْ [ِ ُ& ِ #-ْ Yَ ْ > َ& ْ َم ا-ِ V َ #ِ /َ ْ ُ ُ َھ َ]ا ا27 ْﱠ#/َ *َ ٌ+^َ ِ Fَ ]ٍ 'ِ َ ْ &َ َ َو ُھZِ &Zِ Dَ ْ ا#ِ $ْ َ ِ %ْ َ Lَ ُ َل إِنﱠBَ *َ .&
َ َ َ" َلLَ ُ ِ %ْ َ ْ ا ْ َ \َ %َ أَ ْر ْ َ *َ ً+-َ َ َ َةW
َ َ ُ_ ْ #ِ Bَ *َ \ٌ *ِ َ َ" َل َ َ ةW ْ َ X ْ َ ا ﱠ%َ # ﱞ/َ َ َھ َ]ا ُ ِ ^ْ &َ ْ ِ ِ أَنL إِ َ ُ ﱠNَ َ Lْ Fَ َ %ْ نَ اOَ ْ Lَ ِ اV َ 2`َ *َ ِ $ِ `َ ْ ِ َواaِ , َ ِلDِ ْ ُ هُ ِ*> اDَ !ْ *َ َ?ِ نَ دُونَ َذOَ ْ َ ً َو+-َ َ 1118- Dari Ibnu Umar RA, dia berkata, "Menjelang perang Uhud saya mengajukan kepada Rasulullah SAW untuk ikut berperang, karena ketika itu usia saya baru empat belas tahun, maka Rasulullah belum memperkenankan saya untuk ikut berperang. Pada pertempuran Khandaq, Rasulullah SAW baru mengizinkan saya untuk ikut berperang karena pada saat itu saya telah berusia lima belas tahun." Nafi' berkata, "Pada suatu hari saya menemui Umar bin Abdul Aziz yang pada saat itu telah menjabat sebagai khalifah. Saya ceritakan kepadanya tentang hadits Rasulullah SAW
tersebut. Lalu ia berkata, 'Sebenarnya ini merupakan batas antara anak-anak dan orang dewasa'." Selanjutnya ia kirim surat kepada semua gubernur daerah untuk memberikan perhatian khusus kepada anak-anak yang telah berusia lima belas tahun. Sedangkan kepada anak-anak yang berusia di bawah itu, maka disarankan untuk tetap tinggal bersama keluarganya” (Shahih Muslim, hadis no.1118). Dalam hadis ini menceritakan tentang pendidikan dan latihan perang. Anak-anak yang usianya belum mencapai 15 tahun belum boleh ikut berperang tetapi ikut bersama dengan keluarganya. َ ﱠََ َْ ُ ﱠ ُ >%ِ َ ٍ َ" َل$ْ َ ُ ِ َ َ ْ ِ أP_ِ Pَ ْ َ #$ َ %َ َ َ ]ْ َ ِ %َ ْ ِ ُ) ْ ُ إTِ َ َ َ َ َ ﱠ%َ َ Aْ َ ُ ْ ِﷲ ﱠ' ﱠ, َ ﱠk َْ َْ َ ُ(نcَ َ ُ َ" َل َ ﱠ ا ﱠ ِ ﱡ+ْ َ ُﷲ ِ ع َر ِ Mْ Pَ )َ َ ْ ََ ٍ ِ ْ أ:;َ 'َ َ )َ َو َ ﱠ+ِ $ْ َ َ ُﷲ ِ (َ Iْ mا ﱠ' ﱠ, dَ َ ;َ َ ارْ ُ (ا َوأ$ً ِ نَ َراIَ )ْ Iُ َ َ ِ ﱠن أn9َ #$ َ ِ %َ ْ ِ َو َ ﱠ َ) ارْ ُ (ا َ ِ إ+ِ $ْ َ َ ُﷲ َ َ& َل ا ﱠ ِ ﱡ9َ ﱠ' ﱠ, َ& َل َر ُ( ُل ﱠ9َ )ْ Gِ P ِ Pْ َ8ِ ِ $ْ &َ Pِ :َ ْ َ أَ َ ُ اAَ ْ َ 8َ9 ُ َ< ٍن َ" َل9 ِ َ Jَ )ْ Xُ َ َ )َ َو َ ﱠ+ِ $ْ َ َ ُﷲ َ ِﷲ ﱠ' ﱠ, )ْ Xُ ﱢIُ )ْ Xُ >َ َ ;َ َ 89َ َو َ ﱠ َ) ارْ ُ (ا+ِ $ْ َ َ ُﷲ َ ُ ْ) َ" َل ا ﱠ ِ ﱡG>َ َ َ];ْ ََ َ; ْ ِ َوأo$ْ Iَ ْ ُ (نَ َ" ُ(اTَ Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Maslamah telah bercerita kepada kami Hatim bin Isma'il dari Yazid bin Abi 'Ubaid berkata aku mendengar Salamah bin Al Akwa' radliallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah lewat di hadapan beberapa orang dari suku Aslam yang sedang berlomba dalam menunjukkan kemahiran memanah, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Memanahlah wahai Bani Isma'il, karena sesungguhnya nenek moyang kalian adalah ahli memanah. Memanahlah dan aku ada bersama Bani Fulan". Salamah berkata: "Lalu salah satu dari dua kelompok ada yang menahan tangantangan mereka (berhenti sejenak berlatih memanah), maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Mengapa kalian tidak terus berlatih memanah?" Mereka menjawab: "Bagaimana kami harus berlatih sedangkan Tuan berpihak kepada mereka?" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Berlatihlah, karena aku bersama kalian semuanya"(Shahih Bukhari, hadis no.2684). 6) Pendidikan dengan ’Ibrah dan Mau’izhah
Pendidikan dengan ibrah dilakukan oleh pendidik dengan mengajak peserta didik mengetahui inti sari suatu perkara yang disaksikan, diperhatikan, diinduksi, ditimbang-timbang, diukur, dan diputuskan
oleh
mempengaruhi
manusia
hati.
secara
Misalnya
nalar,
peserta
sehingga
didik
dapat
diajak untuk
merenungkan kisah nabi Yusuf yang dianiaya oleh saudarasaudaranya. Peserta didik setalah merenungkan kisah tersebut dapat mengambil pelajaran sehingga dapat mengaplikasikan dalam kehidupan. Pendidikan dengan ibrah dapat dilihat dalam Alqur’an surat Yusuf ayat 3-6: !
yϑ @
β &uρ tβ
|Cs) 9$
u
∩⊂∪ š = ’
tΑ
uρ
z≈so ‹ W9$
x8
≅ƒρ Ys5
Β y7 ϑ
+wΥ
uΖ ‹yd ρr1
s% Β |FΨE2
yJt‚r1
s%
% &
EF ƒr1u!
Ν κ☺ ƒr1u! t yϑs) 9$
tƒ ! $
.β & ` ∩∈∪
u>|ªt
J"L≈yc ’<
y7 5uθ 0 & #’n?t
& !
# cθ ƒ tΑ
µ‹ @L{
Qbx. θx.
E)tΡ
j
z ϑs9 1
Ft@rY¯≈tƒ
s% ∩⊆∪ š
y7 9≡x#x.uρ
x#≈yδ y7 ‹s9
E) 9$ ≈t$ 9$
šΤ &
}I;ϑ W9$
z|Z;dr1 y7 ‹n=t
BC )s5 Ÿω {o_b≈tƒ
ŸJ Šx. y7s9 ( SΒ
uρ
Aρ Jt
ρ J‹/3uŠs ≈|ZΣM∼ 9
|=y( ƒuρ y7S@u! š•Š \tD Hs†
#’n?t uρ š• ‹n=t
…µtDyϑ (
Β y7 ƒuθt@r1 #’n?t y7‡@u! .β &
Ρ XΟ
D ƒuρ
yγGϑnUr1 ! t,≈p+;
<ƒ s֠t‚F{$
yϑx. z‹θE) (tƒ "Α
&uρ tΛ δ≡t
@
&
u
≅ bs%
∩∉∪ hΟŠ/3yd ΟŠ =tR 3. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Alqur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum Mengetahui. 4. (ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." 5. Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." 6. Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana dia telah menyempurnakan nikmatNya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Departemen Agama RI, 2007:235). Pendidikan
dengan metode ibrah bisa diterapkan dalam
mengajari anak dalam berbagai mata pelajaran terutama pelajaran yang berkaitan dengan akhlaq dan budipekerti. Sebagaimana dijelaskan dalam Alqur’an surat Thaha ayat 128: z
Β Ν γn=
.β & q
s% Νκ
uΖ3n= δr1
Νx.
Νλm;
J κu‰
Νn=s r1
]/3≈|ZtΒ ’
tβθEW ÿs‡
∩⊇⊄∇∪ 4‘s^!Ζ9$
’<'ρT[{ \F≈tƒUψ y7 9≡s% ’
βρ
E) 9$
Artinya:”Maka tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka (kaum musyrikin) berapa banyaknya kami membinasakan umat-umat sebelum mereka, padahal mereka berjalan (di bekas-bekas) tempat
tinggal umat-umat itu? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal” (Departemen Agama RI, 2007:321).
Pendidikan dengan mau’izhah adalah pemberian nasehat dan peringatan akan kebaikan dan kebenaran dengan cara menyentuh hati dan menggugah untuk mengamalkannya. Pendidikan dengan mau’izhah dapat berbentuk tazkir (peringatan) atau nasehat (Bukhari Umar, 2010:192). Alqur’an surat an Nahl ayat 125 menjelaskan: y7 `
πuΖ|Zp+ :$ |Z;dr1
t
.≅|} yϑ
›Οn=; r1
4’n< &
≅‹ byc
‚@u!
πsE }‘
θyϑ 9$ δ
uρ
"± 9$
s$
πyϑ3 @
+ :$
@
Ο γ 9
J≈y)uρ
@ ›Οn=; r1 uθ(δ y7‡@u! .β & uθ(δuρ
` ∩⊇⊄∈∪ t
1 Jt ;γ ϑ 9$
‹ byc @
Artinya: ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Departemen Agama RI,2007:281).
7) Pendidikan dengan Targhib dan Tarhib Targhib adalah janji yang disertai dengan bujukan dan membuat senang terhadap suatu maslahat, kenikmatan atau
kesenangan akhirat yang pasti dan baik serta bersih dari segala kotoran. Sedangkan tarhib adalah ancaman dengan siksaan sebagai akibat melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang oleh Allah atau
karena
lengah
dalam
mengerjakan
kewajiban
yang
diperintahkan Allah (Bukhari Umar, 2010:192). Metode pendidikan dengan targhib sebagaimana tergambar dalam Alqur’an surat Al Baqarah ayat 62-63: š ztΒ
֠
$
uρ
(
u ;tΒ š ↔ ☯P
Ÿωuρ
=≈|x Ÿ≅
$Ο
%
u
θ ΨtΒ
t
uρ 3“t ≈|C.Ζ9$
≈{C9$
ϑt uρ O /0Fψ$
γ ‚@u!
Ν(δ
uΖ (s u!uρ
\οIθE) @ Ν 3≈oΨ s5 ∩∉⊂∪ tβθE)‡ s5
Ν(δ Ÿωuρ
uρ «
;)r1
Ν 3«=y(s9
tΒ ( µŠ
yδ
ρ s $
@ Ν γn=s
Νκ n=tR 4∃ θy0 tΡ#s[r1
Ν 3s)≈s8‹ Β u !
.β & uρ (
Θ θu‹ 9$
yJΨ
&uρ ∩∉⊄∪ šχθΡtt +s†
Ν 3s% θs
$
֠
ρ #([ u!θ•o9$ tΒ (
ρ
. %$
uρ
62. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari Kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. 63. Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari kamu dan kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada didalamnya, agar kamu bertakwa" (Departemen Agama RI, 2007:10).
Alqur’an surat Al Maidah ayat 9-10 Allah berjanji kepada orang beriman akan mendapat ampunan dan pahala namun sebaliknya bagi orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Allah akan mendapat siksa. Ayat ini menunjukan pentingnya metode targhib dalam pendidikan. (
θ(= ϑt uρ ;)r1uρ
(
( οt
θ@ #x.uρ ( "Ο‹/PpH :$
u
θ ΨtΒ
t
$.Β ρ
x
$
֠ Μλm;
x. š ֠
ª
$
F≈yP $
o9≈yP;xr1 š•×¯≈s9'ρ71 !
yJt uρ =≈{C9$
uρ ∩∪ hΟŠ Et oΨ
D≈tƒ
t↔
@ ∩⊇⊃∪
Artinya: “9. Allah Telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. 10. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat kami, mereka itu adalah penghuni neraka” (Departemen Agama RI, 2007:108).
Mendidik dengan targhib adalah menyampaikan hal-hal yang menyenangkan kepada peserta didik agar ia mau melakukan sesuatu yang baik. Mendidik dengan tarhib adalah menyampaikan sesuatu yang tidak menyenangkan agar peserta didik melakukan seuatu atau tidak melakukan sesuatu. Metode pendidikan tarhib digambarkan dalam Alqur’an surat Al Baqaraah ayat 61:
4’n?t
u>"N$C*Ρ s9 4y²θ ϑ≈tƒ $ΟD =(%
š•‡@u!
oΨs9
›3 !F{$
EF
yγ Βθ( uρ tΑ
b.⊥(5 yγ←!
s%
s
s$
θ o
yγ
«
Y
"
$
š∅
šχρ z↵MŠ (
θ|Ct
›Ο
Β -9Ÿht$ 3tƒ (
\.Ψ9$
šχθ 9
Β
t $ZnUr1
J
is
γ Šn=tR
@ ρ !
.
pκ/‰yJt uρ
.Β ΝE6s9 .β
#9$
E
=|Ct@uρ
$
’ †
= )t@
g> y0 uθ(δ ” ֠
δ$
q $ΟD 9rYyc
yγ
.8 %uρ
`
y(s
-Θ
uΖs9 $ƒO
•ÿ}Ε
42oΤ sr1 uθ(δ ” ֠ (
J ‚≡uρ
&uρ
%
$
@
£ $C ;Ft@
Β
>Euρ
t@uρ (πuΖx6$Zyϑ 9$
uρ
θΡ֠x. $Ο γ*ΡrY @ y7 9≡s% q šχθ(=
oÿ q y7 9≡s% q
)tƒuρ «
$
K,y⇔ 9$
∩∉⊇∪ šχρ JtD (tƒ (
t↔
@
> t$
@
F≈tƒ
θΡ
Ÿ2.ρ
61. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik ? pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. hal itu (terjadi) Karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang
memang tidak dibenarkan. demikian itu (terjadi) Karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas” (Departemen Agama RI,2007:9). Ayat yang semakna terdapat dalam Alqur’an surat Ali Imraan ayat 112: tΒ t r1 (π 9 «
$
z
-9Ÿht$
Β
u! (
E
uŠ \/ΡF{$ θ|Ct
Νκ n=t (
āω
@
;Ft@ (
&
y7 9≡s%
«
")(p
$
z
Β
š•
9≡s%
t↔
@
> t$
@
@
$
F≈tƒ
NK,yd ∩⊇⊇⊄∪ tβρ Jt
>E
Β N≅ byduρ
>Euρ «
Ν γ*ΡrY )tƒuρ
'θE
z
.Ψ9$
;Ft@
θΡ֠x.
tβθ(= yϑ
Νκ n=t
t@uρ .
@ ρ !
3tƒ
$
N≅ bp+”•
(πuΖs3$Zyϑ 9$ tβρ
֠
(tƒ (
θΡ֠x..ρ
112. Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas” (Departemen Agama, 2007:64). 4. Prinsip-prisip Pembelajaran Islami Kurikulum pendidikan Islam sampai saat ini masih dihadapkan pada kesulitan untuk mengintegrasikan dua kutub paradigma keilmuan dualistik. Pada satu sisi, harus berhadapan dengan ‘subjek-subjek sekuler’, dan pada sisis lain, dengan ‘subjek-subjek keagamaan’.
Subjek-subjek yang dianggap sekuler biasanya terdiri dari jenis keilmuan umum seperti matematika, fisika, biologi, kedokteran, sosiologi, ekonomi, politik, botani, zoologi, dan sebagainya. Sementara subjek-subjek keagamaan terdiri dari jenis sains wahyu seperti Alqur’an, hadits, fiqih, teologi, tasawuf, tauhid, dan semacamnya. Dari dikotomi diatas, kurikulum pendidikan umum dan kurikulum pendidikan Islam masih berada pada wilayahnya masingmasing, sehingga proses pembelajarannya bersifat parsial dan terfragmentasi antara sains wahyu Ilahi dan sains-sains alam. Padahal, menurut terminologi filsafat Islam, Tuhan menurunkan Alqur’an-Nya dalam bentuk Alqur’an yang tertulis (recorded qur’an), yaitu wahyu yang tertulis dalam lembaran buku yang dibaca oleh ummat Islam setiap hari dan Alqur’an yang terhampar (created quran), yaitu alam semesta, jagat raya atau kosmologi ini. Pemberian nilai-nilai Islami pada proses pembelajaran tentunya harus melalui etika dan pola pembelajaran yang sistematis mengikuti model, metode, pendekatan sebagai bentuk strategi belajar mengajar yang digunakan sehingga tujuan dapat tercapai secara maksimal. Pembelajaran Islami meliputi, prinsip-prinsip pembelajaran dalam Islam, metode pembelajaran Islami dan peranserta pendidik dan siswa dalam kegitan pembelajaran.
Prinsip-prinsip
pembelajaran
dalam
Islam,
Rasulullah
memberikan contoh pembelajaran sebagaimana diungkapkan oleh Syamsul Kurniawan (2011:54), bahwa prinsip-prinsip pembelajaran dalam Islam yang dicontohkan Rasulullah sebagai berikut: 1) Pembelajaran bersifat umum, Islam adalah agama bagi seluruh manusia maka proses pendidikan dan pengajaran yang terikat dengan waktu dan tempat harus bersifat umum sehingga dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Sehingga pendidikan Islam memberikan kesempatan kepada seluruh manusia untuk merasakan rahmat dan petunjuk yang diberikan oleh Allah. Pembelajaran Isalam juga dapat memberikan mendapatkan
kesempatan ilmu
sesuai
kepada dengan
setiap
individu
untuk
kemampuanya
untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Alqur’an surat Adz Dzariyat ayat 56 menjelaskan: ∩∈∉∪
βρ J
(u‹ 9 āω & }IΡM}$
uρ G/H :$
EF )n=y0
tΒuρ
Artinya:”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Departemen Agama RI,2007:523).
Pembelajaran juga sebagai media pengikat hati manusia sehingga terhindar dari rasa dengki, benci terhadap sesame, sehingga ajaran monoteis tersebut diharapkan sebagai patri atas keberagaman pengajaran dan budaya berdasarkan atas azas
persamaan dan keadilan universal sesama manusia. Pembelajaran diharapkan menghilangkan rasa iri hati dan dengki dijelaskan dalam Alqur’an surat Al Hujuraat ayat 11 dan 12: yz$Zo„ Ÿω (
Π θs%
(
> y0 βr1 #| t (
‹!
u t
θ ΖtΒ
#| t
θΡθ 3tƒ
βr1
|Z
Β ⌦!
³Σ
:Θ θs%
Β
@ (
ρ tt@
uΖs5 Ÿωuρ
yJ (t@
−θBZE
9$
Λ;reω$
(
θ ΖtΒ
u t
K E9$ Ÿωuρ
`
$9 tƒ $
֠ z
Ν 3Eh (‡@
Ν κ ]
Β
@ 3|ZE }I ♥
Ν 9 tΒuρ
>
_x.
K E9$
9t
Β
Ρr1
@
`
≈yϑƒM}$
pκa‰rY¯≈tƒ ∩⊇⊇∪ tβθΗ>≈ E9$
Β
hΟ p &
> y0 G 3tƒ
"9≈s) 9F{$
Ν(δ y7ׯ≈s9'ρ7Ys
pκa‰rY¯≈tƒ
|Z Σ Ÿωuρ
ϑ =s5 Ÿωuρ ` G κ ]
ρ t
$
֠
$tƒ
βr1 $ΟE2 Jt‚r1 j9
Ÿωuρ + †r1
(
θ
⊥t ;)$
u¥ (t@
χ
(
&
θBZZZpHr: ªh (t@
νθ
h‹
ϑD δO s3s Iθs5 ©
$
.β
µŠ/0r1 zΝ$Ps9 Ÿ≅E2 Ytƒ
ŠtΒ
£
&
©
$
(
θE).5$ ∩⊇⊄∪
uρ
Λ dI!
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiridan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. 12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (Departemen Agama RI, 2007: 516-517). Pembelajaran yang bersifat universal sesama manusia dijelaskan dalam Alqur’an Surat Al Anfaal ayat 63: tΒ |F )x |F
9r1
y# 9r1 ©
$
Ρr1
θs9
!
.Β
Νκ-θ(=(% š t@ y# 9r1uρ Q(Š ΗsK
G/6≈s9uρ $Ο
∩∉⊂∪ hΟŠ/3yd gtƒSt
3 !F{$
’
γ @θ(=(% š t@ …µ*Ρ
&
ΝRηuΖ t@
63. Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman), walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana” (Departemen Agama RI, 2007:185). 2) Bersifat alamiah, Dalam dunia pendidikan, alam adalah salah satu faktor dalam
proses belajar dan mengajar. Ajaran Islam adalam agama
samawi yang diturunkan dengan menggunakan bahasa dan budaya Arab untuk mempermudah penyampaian risalah tersebut. Oleh karena itu pendidikan Islam tidak saja bersifat umum, tetapi tujuannya juga untuk seluruh alam. Sebagaimana dijelaskan dalm Alqur’an surat Al Anbiya’ ayat 107: ∩⊇⊃∠∪ š ϑn=≈y( =
9
πtΗ;¯y! āω
& š•≈oΨ =yc !r1 !
tΒuρ
Artinya:”Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”(Departemen Agama RI, 2007:331).
Keberhasilan pendidikan, dakwah, pengajaran agama dan Alqur’an yang dicontohkan oleh Rasulullah tersebut tidak terlepas dari dua faktor, yaitu pertama, berdasarkan kepada kemudahan, kesederhanaan, dan kuntinuitas, kedua, menekankan pada nilai moral. Sebagaimana dijelaskan dalam Alqur’an surat Al Baqaraah ayat 185:
tΑOtΡ71
µŠ .
.Ψ= β
s%
9
ª
$
9$
E
nοGJ
N x ƒ
( 9$
(
Ν 36yJyδ
tΒ
β
E) 9$
t
Ν 3Ψ Β yJκy‡ yϑs
κ Š9$ ρr1
t y071
Β \F≈oΨ" t@uρ
ªhƒXs∆ tβ :Θ
‡ƒr1
ƒ Ÿωuρ t $Z Š 9$
θ(= ϑ=6 42n?t
u
κy‡
z
q
JƒO
ŸhtΒu!
uρ 3“yJ γ 9$
yc 4’n?t
JƒO
ΝE6 @
tβ
”_J(δ
tΒuρ ` µ;ϑBCuŠ =s οGJ (s
$
œ“ ֠
©
$
∩⊇∇∈∪ šχρ
(
9uρ
;
Β
ΝE6 @ u>;G ( 9$
ρ>" Nx6 3;WnU
Ÿ2
9uρ
ΝE6*=y(s9uρ
Artinya:” (beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”(Departemen Agama RI, 2007:28). Secara psikologis, pemberian pendidikan yang dilakukan secara gradual, rutin, dan kontinu lebih baik daripada secara
spontan diluar batas kemampuan psikologis peserta didik. Allah dalam Alqur’an surat Al Furqan ayat 32 menjelaskan : µ ‹n=t
tΑOMtΡ Ÿω θs9 (
y7 9≡x#Ÿ2
οyJ
‚≡uρ £Ys
µ≈oΨ =.5u!uρ ` x8ys
xσ(
ρ
x
x. t
Η K µ
$
֠ β
u
@ |F d
tΑ
s%uρ
E) 9$ s☯ Ζ 9
∩⊂⊄∪ _ξ‹ 5
s5
Artinya:”Berkatalah orang-orang yang kafir: "mengapa Alqur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar)” ( Departemen Agama RI, 2007: 362)
Penyampaian ilmu kepada anak didik seharusnya dengan memperhatiakan didaktik-metodiknya, seperti pengajaran dimulai dari yang mudah menuju kepada yang lebih sulit, perpindahan dari jenjang yang lebih rendah, ringan dan sederhana menuju jenjang yang diatasnya. Pembelajaran atau dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah juga menekankan pada nilai moral. Kehidupan masyarakat jahiliyah yang mengalami dekadensi moral merupakan sasaran utama dakwah Rasulullah. Upaya yang di lakukan oleh Rasulullah dalan mengubah perilaku masyarakat jahiliyah dan nomaden tidak lepas dari upaya pendidikan yang didasarkan pada fitrah Ilahi yang berazaskan hikmah, kesungguhan dan sistematik. Usaha tersebut
harus menyentuh aspek intelektual, aspek psikologi dan aspek perilaku. Alqur’an surat Al Ahzab ayat 21 menjelaskan: gοuθ$c71 « tΠ θu‹ 9$
uρ
©
$
Ν 3s9 tβ֠x. ;Js) 9
"Αθ cu! ’
$
(
tƒ
θ ) ∩⊄⊇∪
tβ֠x. 8x. ©
>
yϑ $
πuΖ|Zyd
9
t x.s%uρ t /0Fψ$
Artinya:”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Departemen Agama RI, 2007:420). 3) Bersifat seimbang dan menyeluruh yang berlaku untuk semua tatanan kehidupan. Maksud keseimbangan dalam hal ini adalah pendidikan dan pengajaran yang diwujudkan dalam tindakan etis yang mencakup kehidupan dunia dan akhirat. Kehidupan akhirat merupakan bentuk pertanggungjawaban
kehidupan
dunia
ini.
Sebagaimana
diterangkan dalam Qs. Al Qashash :77 u!
$ u‹ Ρ!J9$
`
Ÿωuρ ` š• ‹s9 Ÿω ©
ª
$
$
š•Nt5
š∅ & ª
.β & `
$
Β y7t
u
!
∩∠∠∪ t
~ t
@$
uρ
Š/CtΡ š☯Ψs5 Ÿωuρ ` nοt /0Fψ$
z|Z;dr1 !
3 !F{$
yϑ‹
’
ys
J/Z
yϑŸ2 /Z;dr1uρ |Zx
9$ ϑ 9$
~ j9
s5 + †
Artinya :”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Departemen Agama RI, 2007: 394). Dalam Alqur’an surat Al Qiyamah ayat 36 dijelaskan: ∩⊂∉∪ “ŸJ c x8u> ? ƒ βr1
≈|ZΡM}$
o9|Z +s†r1
Artinya:”Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (Departemen Agama RI, 2007: 578 ). Namun demikian, mencari kebahagiaan akhirat bukan berarti meninggalkan dunia, melainkan seimbang sesuai dengan propor kebahagiaan yang ingin dicapai. Firman Allah dalam Alqur’an surat Al Syura ayat 20 menmjelaskan : …µs9 y— ’
sOttΡ οt /0Fψ$ yd …µs9
JƒO tΒuρ
y—
yd
ƒ šχ֠x. tΒuρ ` µ pκ ]
Β µ
ƒ šχ֠x. tΒ
JƒO
5 σΡ
∩⊄⊃∪ ´9Š/C*Ρ
p
yd ’ u‹ Ρ!J9$
Β οt /0Fψ$
Artinya :”Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat” (Departemen Agama RI, 2007:485).
Pembelajaran
bersifat
menyeluruh
maksudnya
adalah
menyentuh semua perkembangan manusia baik secara biologis maupun
psikologis,
yaitu
melalui
proses
penciptaan,
proses
perkembangan, dan masa depannya. Dengan tiga pendekatan ini Allah mengajari manusia melalui Rasul-Nya bagaimana manusia diciptakan dan bagaimana manusia berkembang. Pembelajaran yang menyeluruh juga mengindikasikan kepada pengkajian sejarah masa lalu, peristiwa yang sedang dan akan terjadi serta pentingnya keteladanan. Peristiwa masa lalu dapat menjadi pelajaran bagi manusia sekarang, sebagaimana dijelaskan dalam Alqur’an surat Yusuf ayat 111: ’<'ρT[{
Ν η/C|Cs%
οu> N
/6≈s9uρ 2”u>t? Ÿ≅‹/C
s5uρ
-Θ θs)
9
ƒ
8ƒ Jt‚ tβ֠x.
µ ƒyJtƒ t t@ “ ֠ πuΗ ¯u!uρ
šχ֠x.
’
“QJ(δuρ
;Js)s9
tΒ q "9≈tb 9F{$ $
t,ƒ J$Cs5
1$x•
≅E2
∩⊇⊇ ∪ tβθ Ζ Β σ ƒ
Artinya;”Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alqur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitabkitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman” (Departemen Agama RI, 2007:248).
Dari apa yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam proses pembelajaran atau berdakwah tersebut, dapat diketahui bahwa kopsep pembelajaran Islami dapat disederhanakan sebagai berikut: 1. Konsisten, antara ucapan dan perbuatan dan juga terhadap teks yang diajarkar, jujur, selalu memerhatikan peserta didik, karena mereka diasumsikan masih dasar dan pemula. 2. Familier, mengedepankan kesadaran dengan memberikan dorongan semangat untuk mrncapai sesuatu yang diinginkan.
Hal ini
diasumsikan bahwa peserts didik adalah mereka yang sudah dewasa. 3. Rendah hati, mengedepankan sikap toleransi, tulus dan sabar. Hal ini diasumsikan bahwa peserta didik adalah merka yang telah mapan dan matang jiwanya. Dari segi strategi, pembelajaran yang berangkat dari kondisi nyata mudah diterima oleh logika dan berakhir pada nilai atau moral yang dikehendaki untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia baik dari segi jasad, akal maupun hati atau ruh. Dari system dan strategi tersebut, pendidikan pada masa ini tidak hanya disampaikan secara formal tetapi juga secara informal (Syamsul Kurniawan, 2011:57). Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-
kondisi tertentu. Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan (Soetarto, 2012:3). Selain
untuk
mewujudkan
pendidikan
yang
berkarakter,
pendidikan juga berkewajiban membekali anak didiknya untuk menguasai ilmu
pengetahuan
dan
teknologi,
disinialah
peran
Islam
untuk
mewujudkan manusia seutuhnya. Manusia yang mempunyai budi pekerti atau karakter yang luhur serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sebagaimana dijelaskan dalam Qs. Al Baqarah 208, sebagai berikut : ’
(
/8≡uθ o 0 ( ∩⊄⊃∇∪
(
θ(= 0 s$
θ ΖtΒ
θ ( b•us5 Ÿωuρ SΒ Aρ Jt
u
š π
ΝE6s9 …µ*Ρ
!
֠
$
yγSƒrY¯≈tƒ
Ÿ2 "Ο =/€Z9$ &
≈so ‹ W9$
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (Departemen Agama RI, 2007: 32). Dalam
ayat
ini
dijelaskan
bahwa
orang
yang
beriman
diperintahkan masuk kedalam Islam secara menyeluruh. Islam tidak dipahami dalam ritual ibadah saja, namun juga mencakup seluruh aspek kehidupan termasuk didalamnya masalah pembelajaran. B. Metode Pembelajaran Islami dalam Perspektik Manajemen Pendidikan KH Ahmad Dahlan
1. Riwayat Hidup KH. Ahmad Dahlan Kyai Haji Ahmad Dahlan yang pada waktu kecilnya bernama Muhammad Darwis. Beliau dilahirkan di Kauman Yogyakarta dari pernikahan Kyai Haji Abu Bakar dengan Siti Aminah pada tahun 1285 H (1868 M). Kyai Haji Abu Bakar adalah khatib di Majid Agung Kesultanan Yogyakarta, sedangkan ayahnya Siti Aminah adalah penghulu besar di Yogyakarta (Deliar Noer, 1996:85). Kampung Kauman sebagai tempat kelahiran dan tempat Muhammad Darwis dibesarkan merupakan lingkungan keagamaan yang sangat kuat, yang berpengaruh besar dalam perjalanan hidup Muhammad Darwis di kemudian hari. Ayahnya KH Abu Bakar adalah Khotib Masjid Agung Yogyakarta. KH Ahmad Dahlan belajar mengaji sekitar tahun 1875 dan masuk pesantren. Sudah sejak kanak-kanak diberikan pelajaran
dan
pendidikan agama oleh orang tuanya, oleh para guru (ulama) yang ada di dalam masyarakat lingkungannya. Ini menunjukan naluri melainkan juga melalui ilmu-ilmu yang diajarkan kepadanya. Pengetahuan yang dimiliki sebagian besar merupakan hasil otodidaknya, kemampuan membaca dan menulisnya diperoleh dari belajar kepada ayahnya, sahabatnya dan saudarasaudaranya dan iparnya. Ia di didik sendiri melalui cara pengajian yaitu dengan menirukan kalimat-kalimat atau bacaan yang diajarkan oleh ayahnya. Melihat garis keturunannya, beliua adalah seorang yang berada dan berkedudukan dalam masyarakat (Hasbullah, 1996:10).
Dikala muda KH. Ahmad Dahlan terkenal memiliki pikiran yang cerdas dan bebas memiliki akal budi yang bersih dan baik. Pendidikan agama yang diterima dipilih secara selektif tidak hanya itu tetapi sesudah dipikirkan di bawa dalam perenungan-perenungan, ingin dilaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Waktu menjelang dewasa KH Ahmad Dahlan belajar ilmu fiqih kepada KH Muhammad Shaleh dan belajar ilmu nahwu kepada KH Muhsin, kemudian gurunya yang lain ialah KH Abdul Hamid. Keahlian dalam Ilmu Falaq, diperoleh dari belajar dan berguru kepada KH Raden Dahlan salah seorang putra Kyai Termas dan yang terakhir ilmu hadits
dipelajarinya
dari
Kyai
Mahfud
dan
Syekh
Khayyat
(Mulkhan,1993:63). Pada usia 22 tahun (1890) dengan bantuan kakaknya (Nyai Hajah Sholeh) beliau pergi ke Makkah, dan belajar disana selama satu tahun untuk memperdalam ilmu pengetahuan tentang Islam, setelah kembali lagi ke Kauman Yogyakarta KH Ahmad Dahlan membantu ayahnya mengajar pengajian
anak-anak
namun
pada
kesempatan-kesempatan
yang
memungkinkan sering pula KH Ahmad Dahlan mewakili ayahnya memberikan pelajaran keagamaan kepada orang-orang yang usianya lebih tua dari dirinya, keadaan itu telah menyebabkan pengaruh KH Ahmad Dahlan luas karena masyarakat semakin yakin bahwa KH Ahmad Dahlan adalah seorang yang memiliki ketaatan beragama yang baik dan seorang yang mumpuni, baik dalam ilmu maupun dalam penalangan akal budi, oleh sebab itu maka KH Ahmad Dahlan di gelari degan sebutan “Kyai”
lengkapnya Kyai Haji Ahmad Dahlan. Sebagai seorang kyai, KH Ahmad Dahlan merupakan sosok ulama yaitu orang yang saleh dan menekuni serta memiliki wawasan keilmuan tentang agama Islam (Syamsul, 2011:194). 2. Manajemen Pendidikan KH Ahmad Dahlan a. Perencanaan ( Planning) Pembelajaran Islami KH. Ahmad Dahlan KH.
Ahmad
Dahlan
adalah
tokoh
yang
tidak
banyak
meninggalkan tulisan, beliau lebih menampilkan sosoknya sebagai manusia amal atau praktisi dari pada filosuf yang banyak melahirkan gagasan-gagasan tetapi sedikit amal, sekalipun demikian tidak berarti beliau tidak memiliki pemikiran. Sebagai wujud kongkrit yang dicetuskan beliau yaitu mendirikan gerakan Muhammadiyah yang banyak menggarap masalah pendidikan (Rasyidi, 1987:8). Selain di Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan juga membina beberapa gerakan Islam antara lain Ikhwanul-Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba, Ta'awanu alal birri, Ta'ruf bima kanu wal- Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul Mubtadi (Kutojo, 1991:33). Perencanaan memegang peranan penting dalam organisasi karena akan menjadi penentu sekaligus memberi arah terhadap tujuan yang ingin dicapai. Perencanaan adalah suatu proyeksi (perkiraan) tentang segala sesuatu yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang abash dan benilai (Saefullah, 2012:212).
Menurut Muhammad Afandi (2009) yang dikutip Saefullah (2012:212) perencanaan mempunyai enam pokok pikiran, yaitu; 1) melibatkan proses penetapan keadaan masa depan yang diinginkan, 2) keadaan masa depan yang diinginkan itu kemudian dibandingkan dengan keadaan sekarang, sehingga dapat dilihat kesenjanganya, 3) untuk menutup kesenjangan itu, dilakukan usah-usaha, 4) usaha yang dilakukan untuk menutup kesenjangan dapat beragam dan merupakan alternatifyang mungkin ditempuh, 5) pemiliha alternative yang paling baik, dalam arti yang mempuyai efektivitas dan efisiensi yang paling tiggi perlu dilakukan, 6) Alternatif yang dipilih harus diperinci sehingga menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan apabila akan dilaksanakan. Perencanaa pendidikan Islam merupakan langkah pertama yang harus diperhatikan para pengelola pendidikan Islam. Kesalahan dalam menentukan
perencanaan
pendidikan
Islam
akan
mengganggu
keberlangsungan pendidikan Islam. Allah memberikan arahan kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain sebuah rencana yang akan dilakukan dihari kemudian. Alqur’an surat Al Hasyr ayat 18 menjelaskan : ©
$
`
(
θE)•5$
Jt$ 9
(
θ ΖtΒ
;FtΒGJs%
u .Β
š ®I
$
֠ tΡ
pκa‰rY¯≈tƒ BEΖtD 9uρ
yϑ @ 7>
y0 ©
$
.β
&
©
$
(
θE).5$
uρ
∩⊇∇∪ tβθ(=yϑ (s5 18. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Departemen Agama RI, 2007:548). Dari ayat tersebut tersirat bahwa setiap orang hendaknya memerhatikan segala yang telah direncanakan untuk hari esoknya. Seorang pendidik hendaknya mempersiapkan perencanaan yang telah dibuatnya. Dalam manajemen pendidkan Islam diperlukan perencanaan dan
setelah
itu
perlu
memerhatikan
semua
hal
yang
telah
direncanakannya. Dengan demikian, pendidkan Islam membutuhkan manajemen. Inti dari manajemen adalah perecanaan, tanpa perencanaan atau salah dalam merencanakan pendidikan Islam akan berakibat buruk terhadap keberlangsungan pendidikan Islam (Saefullah, 2012:215). Penyusunan perencanaan pendidikan Islam tidak hanya untuk mecapai tujuan dunia, tetapi harus jauh lebih dari itu melampaui batasbatas target kehidupa duniawi. Perencanaan pendidikan Islam diarahkan untuk mencapai target kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga keduanya bisa dicapai secara seimbang. Alqur’an surat Al Baqarah ayat 201 menjelaskan:
oΨ
’ oΨ
%uρ
5
u
!
o؇@u!
πuΖ|Zyd οt /0Fψ$
ΑθE)tƒ ’
uρ
.Β
πuΖ|Zyd
∩⊄⊃⊇∪ !
Ο γ Ψ
Βuρ
u‹ Ρ!J9$ .Ζ9$
z‹
x#t
201. “Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" (Departemen Agama RI, 2007:31). Pembelajaran Islami dimulai dari perencanaan pendidikan Islam. Perencanaan yang berdasarkan kepada ajaran Islam akan berpengaruh terhadan proses sekaligus metode dalam pembelajaran. Manajemen pendidikan Islam diawali dengan perencanaan yang jelas dan matang. Perencanaan pendidikan yang matang diharapkan manajemen pendidikan Islam akan berjalan dengan baik. Perencanaan dalam manajemen pendidikan Islam akan berjalan dengan baik jika memerhatikan langkahlangkah perencanaan, seperti menentukan tujuan, meneliti masalah, menentukan
tahap-tahapan,
mengevaluasi
kegiatan
yang
telah
dilaksanakan dan berusaha melakukan perubahan setelah dilakukan evaluasi (Saefullah, 2007:219). b. Organisasi ( Organizing ) Pembelajaran Islami KH. Ahmad Dahlan Organisasi dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian akan mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagibagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas yang harus dilakukan, orang-orang yang harus mengerjakan, cara
melakukan tugas-tugas tersebut, orang yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan tingkatan keputusan yang harus diambil (Endin Nasruddin, 2010:32). KH Ahmad Dahlan adalah salah seorang pembaharu dalam pergerakan Islam di Indonesia, antara lain mengambil peran dalam pengembangan pendidikan Islam. Latar belakang KH Ahmad Dalan melakukan pengembangan pendidikan kerena melihat banyak pengamalan Islam yang tidak sesuai dengan Aqur’an dan hadis(Suwebdi, 2003:94). Pendidikan yang di lakukan oleh KH Ahmad Dahlan melihat potensi sumberdaya yang ada kemudian mengembangkan pendidikan dengan dua sistem. Pertama, sekolah yang menggunakan pola gubernuran yang ditambah dengan pelajaran agama. Kedua, mendirikan madrasah yang lebih banyak mengajarkan agama. Pada system pertama guru-guru pribumi dilibatkan dalam sekolah itu sebagai tenaga pengajar dengan silabus modern yang memasukan pelajaran umum dan agama yang berdasarkan pelajaran Arab dan tafsir (Suwendi, 2003:97). Pengorganisasian melihat kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu. Pengorganisasian berfungsi membagi tugas sesuai dengan keahlian orang yang ada dalam lembaga tersebut. Proses pembelajaran pengorganisasian dibutuhkan untuk menentukan materi yang sesuai dengan kemampuan siswa. Dalam pembelajaran meteri yang sudah disusun disampaika sesuai dengan kemampuan pendidik. Allah dalam Al qur’an surat Al Anbiya’ ayat 7 menjelaskan:
µθrΡ
ω֠yy!
β & O =2
֠
$
āω
š•n= bs%
&
Ÿ≅ δr1 (
uΖ =yc !r1
'θ(=t↔$Zs `
!
Νκ s9
tΒuρ &
∩∠∪ šχθ ϑn= (s5 Ÿω $ΟDΖ . 7.”Kami tiada mengutus Rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada Mengetahui” (Departemen Agama RI, 2007:322). Menurut Goerge R Terry, pengorgaisasian (Organizing) mencakup beberapa hal antara lain: 1) Membagi komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk menjapai tujuan ke dalam kelompok-kelompok, 2) Membagi tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan pengelompokan tersebut, 3) Menetapkan wewenang diantara kelompok atau unit-unit organisasi (Goerge R Terry, 2003:17). Pengorganisasian berhubungan erat dengan manusia, sehingga pencarian dan penugasannya kedalam unit-uit orgaisasi dimasukan sebagai bagian dari unsur organizing. c. Pelaksanaan (Actuating) Pembelajaran Islami KH. Ahmad Dahlan Metode pembelajaran yang ditawarkan KH. Ahmad Dahlan merupakan sintesis antara metode pendidikan Belanda dengan metode pendidikan tradisional (Poerbatjaraka, 1970, yang dikutip Kurniawan, 2011:200). Amal usaha Muhammadiyah merupakan refleksi dan manifestasi pemikiran beliau dalam bidang pendidikan dan keagamaan.
Istilah pendidikan disini dipergunakan dalam konteks yang luas tidak hanya terbatas pada sekolah formal tetapi mencakup semua usaha yang dilaksanakan
secara
sistematis
untuk
mentransformasikan
ilmu
pengetahuan, nilai dan keterampilan dari generasi terdahulu kepada generasi muda, dalam konteks ini termasuk dalam pengertian pendidikan adalah kegiatan pengajian, tabligh dan sejenisnya. Pendidikan menurut KH. Ahmad Dahlan terbagi menjadi tiga jenis yaitu: 1. Pendidikan moral atau akhlaq, yaitu sebagai usaha menumbuhkan karakter manusia yang baik berdasarkan Alqur’an dan hadis, 2. Pendidikan individu, yaitu usaha untuk menumbuhkan kesadaran yang utuh yang berkesinambungan antara keyakinan dan akal, 3. Pendidikan kemasyarakatan, yaitu usaha untuk menumbuhkan kesetiakawanan
dan
keinginan
hidup
masyarakat
(Arifin,
1987:2008). Rumusan tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan pesantren yang hanya bertujuan untuk menciptakan individu yang salih dan mendalami ilmu agama. Di dalam sistem pendidikan pesantren tidak diajarkan sama sekali pelajaran dan pengetahuan umum serta menggunakan tulisan latin. Semua kitab dan tulisan yang diajarkan menggunakan bahasa dan tulisan Arab. Sebaliknya, pendidikan sekolah model Belanda merupakan pendidikan “sekuler” yang di dalamnya tidak diajarkan ilmu agama sama sekali.
Pelajaran di sekolah ini menggunakan huruf latin. Akibat dualisme pendidikan tersebut dilahirkan dua kutub inteligensia; lulusan pesantren yang menguasai agama tetapi tidak menguasai ilmu umum dan lulusan sekolah Belanda yang menguasai ilmu umum tetapi tidak menguasai ilmu agama. Melihat ketimpangan itu KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spiritual serta dunia dan akhirat. Bagi beliau keduanya tersebut merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Menurut Purbatjaraka (1970) yang dikutip Kurniawan (2011:201), untuk mewujudkan keinginannya tersebut KH Ahmad Dahlan mendirikan dua sekolahan, pertama model sekolahan umum. Sekolah ini mempunyai murid laki-laki dan perempuan yang diajar menggunakan papan tulis dan kapur, bangku dan alat peraga. Pendidikan ini menggabungkan antara pendidikan pesantren dengan barat. Kedua, madrasah, pendidikan madrasah mengikuti model gubernuran yang bersifat agamis. Perbedaan antara sekolah umum dan madrasah terletak pada kurikulumnya. Madrasah kurikulumnya 60% pelajaran agama, 40% pelajaran umum. Pelaksanaan pembelajaran disebut juga gerakan aksi dalam proses belajar mengajar, pelaksanaan mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer berarti dalam hal ini pendidik untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan
yang
ditetapkan
oleh
unsur-unsur
perencanaan
dan
pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat dicapai (Goerge R Terry, 2003;17). Pelaksanaan pembelajaran islami meliputi berbagai komponen seperti yang terdapat dalam suatu sistem pendidikan pada umumnya. Komponen tersebut meliputi dasar pendidikan, tujuan, kurikulum, metode, hubungan guru dengan murid yang harus didasarkan pada nilai-nilai moral dan etis ajaran Islam. Hal inilah yang selanjutnya menjadi ciri khas yang membedakan antara pendidikan yang Islami dengan pendidikan yang lainnya (Abuddin Nata, 2003:190). Abuddin Nata (2003:200) lebih jauh menyampaikan bahwa komponen yang terdapat dalam ajaran Islam dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Dasar pendidikan yang Islami Dalam struktur ajaran Islam, tauhid merupakan hal yang amat fundamental dan mendasari segala aspek kehidupan para penganutnya tak terkecualinya aspek pendidikan. Dalam kaitan ini seluruh pakar berpendapat bahwa dasar pendidikan Islam adalah tauhid. Melalui dasar ini dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut. Pertama, kesatuan kehidupan. Bagi manusia ini berarti bahwa kehidupan duniawi menyatu dengan kehidupan ukhrawinya. Sukses atau kegagalan ukhrawi ditentukan oleh amal duniawinya.
Kedua, kesatuan ilmu, tidak ada pemisahan antara ilimu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum, karena semuanya bersumber dari satu sumber, yaitu Allah SWT. Ketiga, kesatuan iman dan rasio. Karena masing-masing dibutuhkan dan masing-masing mempunyai wilayahnya sehingga harus saling melengkapi. Keempat, kesatuan agama. Agama yang dibawa oleh para nabi kesemuanya bersumber dari Allah SWT, prinsip-prinsip pokoknya menyangkut akidah, syariah, dan akhlak tetap sama dari zaman dahulu sampai sekarang. Kelima,
kesatuan
kepribadian
manusia.
Mereka
semua
diciptakan dari tanah dan ruh ilahi. Keenam, kesatuan individu dan masyarakat. Masing-masing harus saling menunjang (Abuddin Nata, 2003:225). Dasar tauhid ini, maka pendidikan yang dikembangakan oleh Islam akan mengarah kepada kesatuan dengan Tuhan, manusia (masyarakat), dan alam semesta. Wawasan tentang ketuhanan akan menumbuhkan ideologi, idealisme, cita-cita dan perjuangan. Wawasan tentang manusia akan menumbuhkan kearifkan, kebijaksanaan, kebersamaan,
demokrasi,
egalitarian,
menjunjung
tinggi
nilai
kemanusiaan, dan sebaliknya menentang anarkisme dan kesewenangwenangan.
Sementara itu wawasan tentang alam akanmelahirkan semangat dan sikap ilmiah. Sehingga melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kesadaran yang mendalam untuk melestarikannya, karena alam bukan semata-mata sebagai objek yang harus dieksploitasi seenaknya, melainkan sebagai mitra dan sahabat yang ikut menentukan corak kehidupan. Ketiga wawasan yang dibangun dari dasar tauhid tersebut diharapkan dapat melahirkan kebudayaan yang berkualitas (amal salih), sebagaimana yang dikehendaki oleh nurani manusia. Bukan kebudayaan yang justru menumbuhkan ketakutan, kekejaman, dan menurunkan derajat kemanusiaan. 2) Fungsi dan tujuan pendidikan yang Islami Sejalan dengan dasar pendidikan sebagaimana tersebut di atas, maka fungsi pendidikan yang islami harus berfungsi sebagai penyiapan kader-kader khalifah dalam rangka membangun kerajaan dunia yang makmur, dinamis, harmonis, dan lestari sebagaimana diisyaratkan oleh Allah.
Dengan
demikian,
pendidikan
Islam
mestinya
adalah
pendidikan yang paling ideal, karena berwawasan kehidupan secara utuh dan multidimensional. Pendidikan Islam tidak hanya berorientasi untuk membuat dunia menjadi sejahtera dan gegap gempita, tetapi juga mengajarkan bahwa dunia sebagai ladang, sekaligus sebagai ujian untuk dapat lebih baik di akhirat.
Dengan demikian, pendidikan yang islami mengemban misi melahirkan manusia yang tak hanya mampu mamanfaatkan persediaan alam, tetapi juga manusia yang mau bersyukur kepada yang membuat manusia dan alam, memperlakukan manusia sebagai khalifah dan memperlakukan alam tak hanya sebagai objek penderita semata, tetapi juga sebagai komponen integral dari sistem kehidupan. 3) Metode pendidikan yang Islami Sejalan dengan dasar dan fungsi pendidikan yang islami sebagaimana disebutkan di atas, maka metode pendidikan yang islami bertolak dari pandangan yang melihat menusia sebagai sasaran pendidikan sebagai makhluk yang dimuliakan Tuhan, memiliki perbedaan dari segi kapasitas intelektual, bakat dan kecenderungan, memiliki sifat-sifat yang positif
dan sifat-sifat yang negatif,
keterbatasan, dan seterusnya. Berdasarkan pandangan terhadap manusia yang demikian itu maka pendidikan yang islami akan memperlakukan sasaran didiknya secara adil, bijaksana, demokratis, sabar, pemaaf, manusia dan seterusnya. Dengan pandangan yang demikian, maka pendidikan yang dialami akan menerapkan metode pendidikan yang manusiawi, menyenangkan, dan menggairahkan anak didik. Dalam hal ini, dirasakan tentang perlunya dikembangkan wawasan dalam proses belajar mengajar, sehingga bagi anak didik memperoleh cukup kesempatan berpartisipasi dalam pembelajaran.
4) Kurikulum Pendidikan yang Islami Sejalan dengan dasar, fungsi, dan metode pendidikan yang Islami maka kurikulum pendidikan juga harus dirancang berdasarkan konsep tauhid dalam hubungannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan prinsip ini, maka berbagai pengetahuan seperti pengetahuan
agama,
pengetahuan
sosial,
pengetahuan
alam,
pengetahuan filsafat dan pengetahuan khusus yang langsung diperoleh manusia dari Tuhan melalui proses penyucian diri, pada dasarnya adalah berasal dari Tuhan. Dengan dasar ini, maka akan terjadi integrasi antara berbagai pengetahuan tersebut dan seterusnya diarahkan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, tampak bahwa pendidikan yang Islami adalah pendidikan yang mendasarkan pada pandangan kesatuan, dan mengarah kepada terwujudnya keadaan masyarakat. d. Pengawasan ( Controlling ) Pembelajaran Islami KH Ahmad Dahlan Pengawasan (controlling) adalah suatu usaha untuk meneliti kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan. Pengawaan berorientasi kepada obyek yang dituju (pembelajaran Islami) dan merupakan alat untuk menyuruh orang bekerja menuju sasaran yang ingin dicapai (Sulistyorini, 2009:32). Menurut Saefullah (2012:39), pengawasan dibagi menjadi tiga: 1) pengawasan yang bersifat top down, yaitu pengwasan yang dilkukan dari atasan langsung kepada bawahan,
2) botton up, yaitu pengawasan yang dilakukan dari bawahan kepada atasan, 3) pengawasan melekat, yaitu pengawasan yang termasuk kepada self control, yaitu atasan atau bawahan senantiasa mengawasi dirinya , sendiri. Pengawasan ini lebih dititikberatkan kepada kesadaran pribadi, intropeksi diri, dan upaya menjadi suritauladan bagi orang lain. Tujuan pengawasan pendidikan Islam haruslah positif dan kontruktif yaitu untuk memperbaiki, mengurangi pemborosan waktu, uang, material dan tenaga di lembaga pendidikan Islam. Pengawasan dalam pendidikan Islam juga bertujuan untuk membantu menegakan agar prosedur, program, standar dan peraturan ditaati, sehingga dapat mencapai efisiensi lembaga pendidikan Islam (Sulistyorini, 2009:33). Pendidikan
yang
dilakukan
KH.Ahmad
Dahlan
senantiasa
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan pengawasan yang dilakukan KH.Ahmad
Dahlan
untuk
melakukan
enovasi-enovasi
dibidang
pendidikan.
Sebagai contoh KH.Ahmad Dahlan mengambil beberapa
komponen pendidikan yang dipakai oleh lembaga pendidikan Belanda. Dari ide ini, K.H. Ahmad Dahlan dapat menyerap dan kemudian dengan gagasan dan prektek pendidikannya dapat menerapkan metode pendidikan yang dianggap baru saat itu ke dalam sekolah yang didirikannya dan madrasah-madrasah tradisional. Metode yang ditawarkan adalah sintesis antara metode pendidikan modern Barat dengan tradisional. Dari sini tampak bahwa lembaga pendidikan yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan
berbeda dengan lembaga pendidikan yang dikelola oleh masyarakat pribumi saat ini, yaitu dengan mendirikan Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) dan Madrasah Diniyah
dirumah beliau sendiri (Abdul Munir
Mulkhan, 1990:18). Sebagai wadah pengawasan pendidikan pada waktu itu KH.Ahmad Dahlan membentuk suatu badan khusus yang mengurusi masalah pengajaran dan penilik atau pemeriksa pelajaran agama ( Abdul Munir Mulkhan, 1990:24). Pembentukan badan khusus tersebut dilatarbelakangi pendidikan muhammadiyah yang sangat pesat, seperti Opleiding School di Magelang, Kweeck School di Magelang dan Purworeja, Normaal School di Blitar, Taman Siswa di Yogyakarta, Sekolah guru di Kotagede, yang siswanya mencapai 1.019 dan guru 73 orang.
BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil pembahasan penelitian sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, penulis menyajikan kesimpulan, implikasi, dan saran sebagai berikut : A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan penelitian
seperti yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Metode pembelajaran Islami merupakan pembelajaran yang berdasarkan kepada Alqur’an dan hadis seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dalm mendidik para sahabat pada awal munculnya Islam. Metode pembelajaran Islami yang yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad dapat ditiru oleh pendidik sekarang yang meliputi, pembelajaran bersifat konsisten, tidak menyembunyikan ilmu, memperhatikan kemampuan dasar anak didik, bersikap ramah dan familiar, tidak menggunakan paksaan dalam belajar, bersikap sabar dan konsisten. 2. Metode pembelajaran Islami dalam perspektif
manajemen pendidikan
KH. Ahmad Dahlan dapat dilihat dari perencanaan pendidikan Islam yang merupakan langkah pertama yang harus diperhatikan para pengelola pendidikan Islam. Diantaranya dalam membuat kurikulum didasarkan kepada Alqur’an dan hadis, sehingga materi yang sudah ada dapat dimasuki nilai-nilai Islam. KH.Ahmad Dahlan mewujudkan hal tersebut dengan mendirikan sekolah umum dan madrasah sekaligus. Sekolah umum merupakan sekolah yang pertamakali menggunakan kapur, bangku dan alat peraga. Sekolah ini menggabungkan antara
sistem pengajaran pesantren dan system pengajaran barat. Kemudian madrasah lebih bersifat agamis, kurikulum dimadrasah pelajaran agamanya lebih banyak disbanding pelajaran umum.
B. Implikasi Anak didik merupakan amanat yang diberikan oleh orangtua, oleh sebab itu dalam proses pembelajajaran harus dapat memenuhi kebutuhan anak. Pembelajaran Islami merupakan konsep pembelajaran yang didasarkan kepada Alqur’an dan Sunnah yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sehingga dalam penerapannya bisa mewujudkan proses pendidikan yang membawa anak menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki keimanan yang kuat, karena pembelajaran Islami tidak hanya mendidik kognitif tapi juga psikomotorik dan afektif. C. Saran Metode pendidikan Islam diperlukan prinsip bervariasi karena prinsip ini membawa iklim dan suasana baru yang dapat menghangatkan gairah belajar anak didik. Variasi kegiatan anak didik misalnya mendengarkan, menulis, mengamati, membahas, menggambar, bermain, mencari, menyelesaikan, bertanya, berdiskusi, membuat proyek dan sebagainya. Pendidik berarti orang dewasa yang bertanggungjawab memberikan pertolongan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya. Pendidik
hendaknya mampu membimbing anak didiknya untuk mencapai
tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah dimuka bumi serta mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.
DAFTAR PUSTAKA A.Azizy, A Qodri,(2003), Pendidkan (Agama ) Untuk Membangun Etika Sosial, Bandung, Aneka Ilmu. Aly, Hery Noer, (2000), Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani Asrori Muhammad, (2008), Psikologi Pembelajaran,Bandung : Wacana Prima Asrori, Muhammad : www.alumnigontor.blogspot.com Dharma, Agus, (2003), Manajemen Supervisi, Petunjuk praktis bagi para Supervisor, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia. (1991). Al-Qur’an Dan Terjemahannya. Madinah : Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia Depdikbud. (1998). Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta : Depdikbud H.A.R. Tilaar (2004), Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta Hasibuan, Malayu S.P (2007), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara Ilyas,Yunahar.(2010). Kepemimpinan Rasulullah SAW. http://www.google.co.id: Kepemimpinan Rasulullah SAW Irfan, Mohammad, (2000), Teologi Pendidikan( Tauhid Sebagai Paradigma Pendidikan Islam), Jakarta: Friska Agung Insani Syah, Muhibbin (2001), Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wahana Ilmu Karom, http://www.karom-kingsoka.blogspot.com 14 September 2011) Kemendikbud, http://www.edukasi.kompas.com, 26 April 2013 M.I. Soelaeman (2001), Pendidikan Dalam Keluarga, Bandung: PT.Alfabeta Muhammad Asrori, http://www.alumnigontor.blogspot.com.
Muhammad Ihsan, http://www.edukasi.kompas.com, 17 April 2013 Nana Syaodih Sukmadinata, (2007), Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung : PT. Emperial Bhakti Utama Nur Hemah, http://www.neng.nurhemah.sman2tangsel.sch.id, 5 November 2012 ) Nurdin, Didin (2007), Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. IMTIMA Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah Purwanto.(2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif.Yogyakarta Pustaka Pelajar -------------(2010). Statistika untuk Penelitian, PASCASARJANA STAIN SURAKARTA Saefullah. (2012), Manajemen Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia Shihab, Quraish, (2004), Membumikan Al Quran Jilid I, Bandung: Mizan Media Utama --------------------(2011), Membumikan Al Quran Lilid II ( Memfungsikan Wahyu Dalam Kehidupan ), Jakarta : Lentera Hati Soetarto, http://www.woordpres.com, 15 Mei 2012 Sugiyono(2007), Metode Penelitian Pendidikan( Pendekatan, kualitatif, kuantitatif dan R&D ), Bandung: Alfabeta Suharso,(2009).Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:Widya Karya Sutopo (2002), Metodologi Penelitian Kualitatif ( Dasar teori dan terapannya dalam penelitian ), UNS Surakarta --------- (2006), Metodologi Penelitian Kualitatif ( Dasar teori dan terapannya dalam penelitian ), UNS Surakarta Syafaruddin (2005), Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat: PT Ciputat Press. Undang-undang tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas)
Ilyas,Yunahar.(2010).KepemimpinanRasulullahSAW.http://www.google.co.id: KepemimpinanRasulullah SAW Imam Sukardi dkk,( 2003 ) Pilar Islam Bagi Pluralisme Modern, Surakarta : Tiga Serangkai. Muhammad Irfan,( 2000), Teologi Pendidikan, Jakarta: Friska Agung Insani, Bulettinmizan.wordpres.com http://Jamiludin.wordpress.com , 24 Maret 2006 Suparta, HM (2003),Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Amisco Purwanto dkk, (2011), Penelitian Tindakan Kelas, Surakarta: TarbiyahIAIN Surakarta. Darmawan, Deni.(2011), Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada Departemen Agama RI.(2007), Al Qur’an Terjemah perkata, Bandung:Syaamil Al Qur’an Zuhairini, dkk (1986), Sejarah Pendidikan Islam, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Nasrudin, Endin, ( 2010), Psikologi Manajemen, Bandung: CV. Pustaka Setia. Goerge R Terry, (2003), Prinsip-prisip Manajemen, Terjemahan J. Smith D.F.M, Jakarta: Bumi Aksara Nata, Abuddin, ( 2003), Manajemen Pendidikan, Jakarta: Kencana Preada. Sulistyorini, (2009), Manajemen Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras. Noer, Deliar, (1996), Gerakan Modern Islam di Indonesia, Jakarta:LP3ES. Hasbullah, (1996), Kapita Selekta pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada Mulkhan, Abdul Munir (1993), Paradigma Intelektual Muslim, Yogyakarta: Sipress
Rasyidi,
Sahlan,
(1987),
Perkembangan
Filsafat
pendidikan
dalam
Muhammadiyah, Semarang: PWM Majlis PPk Jateng. Kutojo, Sutrisno, (1991), KH. Ahmad Dahlan: riwayat hidup dan perjuangannya, Bandung: Angkasa Arifin, MT, (1987), Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah dalam Pendidikan, Jakarta: Pustaka Jaya As Sidokare, Abu Ahmad (2009), Kitab Bukhari Muslim, ebook. http//id.wikipedia.org, 16 Agustus 2013 Suwendi, (2003), Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada Nata, Abuddin, (2003), Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa Mulkhan,
Abdul
Munir,
(1990),
Pemikiran
KH.Ahmad
Dahlan
dan
Muhammadiyah, Jakarta Bumi Aksara Sumanto, (1995), Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Yogyakarta: Andi Offset Deliar Noer, (1991), Gerakan Moderen Islam di Indonesia1900-1942, Jakarta: LP3ES Ratna, Nyoman Kutha, (2010), Metodologi Penelitian (Kajian Budaya dan Ilmuilmu sosial Humaniora pada Umumnya), Yogyakarta: Pustaka Pelajar