KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
1
2
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR TEATER KECIL - TAMAN ISMAIL MARZUKI JUMAT, 13 DESEMBER 2013 / 19.00 WIB ILUSTRASI SAMPUL RIOSADJA PENATA LETAK RIOSADJA PROOFREADER ANKA DEWAN KESENIAN JAKARTA TAMAN ISMAIL MARZUKI, JL. CIKINI RAYA NO 73 JAKARTA 10330 T/F: +6221.31937639 W: WWW.DKJ.OR.ID DEWAN KESENIAN JAKARTA (DKJ) ADALAH SALAH SATU LEMBAGA YANG DIBENTUK OLEH MASYARAKAT SENIMAN DAN DIKUKUHKAN OLEH GUBERNUR DKI JAKARTA, ALI SADIKIN, PADA TANGGAL 7 JUNI 1968. TUGAS DAN FUNGSI DKJ ADALAH SEBAGAI MITRA KERJA GUBERNUR KEPALA DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA UNTUK MERUMUSKAN KEBIJAKAN GUNA MENDUKUNG KEGIATAN DAN PENGEMBANGAN KEHIDUPAN KESENIAN DI WILAYAH PROPINSI DKI JAKARTA. ANGGOTA DEWAN KESENIAN JAKARTA DIANGKAT OLEH AKADEMI JAKARTA (AJ) DAN DIKUKUHKAN OLEH GUBERNUR DKI JAKARTA. PEMILIHAN ANGGOTA DKJ DILAKUKAN SECARA TERBUKA, MELALUI TIM PEMILIHAN YANG TERDIRI DARI BEBERAPA AHLI DAN PENGAMAT SENI YANG DIBENTUK OLEH AJ. NAMANAMA CALON DIAJUKAN DARI BERBAGAI KALANGAN MASYARAKAT MAUPUN KELOMPOK SENI. MASA KEPENGURUSAN DKJ ADALAH TIGA TAHUN. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KESENIAN DKJ, TERCERMIN DALAM BENTUK PROGRAM TAHUNAN YANG DIAJUKAN DENGAN MENITIKBERATKAN PADA SKALA PRIORITAS MASING-MASING KOMITE. ANGGOTA DKJ BERJUMLAH 25 ORANG, TERDIRI DARI PARA SENIMAN, BUDAYAWAN DAN PEMIKIR SENI, YANG TERBAGI DALAM 6 KOMITE: KOMITE FILM, KOMITE MUSIK, KOMITE SASTRA, KOMITE SENI RUPA, KOMITE TARI DAN KOMITE TEATER.
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
DAFTAR ISI
HAL.
3
4
Pengantar Ketua Umum Pengurus Harian - Dewan Kesenian Jakarta
HAL.
5
Pengantar Ketua Komite Sastra - Dewan Kesenian Jakarta
HAL.
7
Tentang Bincang Tokoh
HAL.
9
Profil Acep Zamzam Noor
HAL.
11
Profil Pembahas
HAL.
12
Apresiasi Puisi Karya Acep Zamzam Noor
HAL. Musik
HAL.
13 14
Lampiran: Sajak Acep Zamzam Noor
HAL.
16
Panitia Susunan Acara
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
4
PENGANTAR KETUA UMUM PENGURUS HARIAN
Bincang Tokoh # 9 menampilkan penyair Acep Zamzam Noor, penyair kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat. Kang Acep--begitu ia akrab disapa--adalah salah seorang penyair produktif Indonesia dan mendapat sejumlah penghargaan dari dalam maupun luar negeri. Tak hanya dikenal sebagai penyair, Kang Acep juga seorang pelukis. Serial ”Bincang Tokoh” kali ini diwarnai pertunjukan karya Kang Acep dalam bentuk musikalisasi puisi dan pembacaan puisi. Program Bincang Tokoh, awalnya dirancang Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta periode 2009-2012--Ahmadun Y. Herfanda, Martin Aleida, Diah Hadaning, Zan Hae--merupakan forum mendekatkan pengarang dengan publik. Dari relasi seperti ini diharapkan memunculkan pengetahuan lebih mendalam lagi tentang sosok pengarang dan karya-karyanya, yang dibahas secara khusus dalam suatu perbincangan yang cair. Program ini diselenggarakan sejak 2010, telah menampilkan sejumlah sastrawan ternama Indonesia, yaitu Remy Sylado, Abdullah Harahap, Afrizal Malna, Budi Darma, Goenawan Mohamad, Nh. Dini, Sapardi Djoko Damono, dan Seno Gumira Ajidarma. Semoga program ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Irawan Karseno
Ketua Umum Pengurus Harian Dewan Kesenian Jakarta, 2013-2015
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
PENGANTAR KOMITE SASTRA
5
Salam budaya, Meneruskan tradisi yang telah berlanjut selama beberapa edisi, Dewan Kesenian Jakarta kembali menyelenggarakan acara “Bincang Tokoh”. Di tengah derasnya arus internet dan sosial media, yang seringkali membuat jarak fisik semakin jauh, kami melihat betapa pentingnya mempertemukan kembali para sastrawan dan pembacanya. Di edisi “Bincang Tokoh” ke-9 ini, kami memperkenalkan salah satu penyair muda kita: Acep Zamzam Noor. Kenapa Acep Zamzam Noor? Acep merupakan salah satu penyair yang menonjol dari generasinya. Dengan latar belakang pesantren dan pendidikan formal senirupa, puisi-puisinya sangat menarik untuk diperbincangkan. Selain itu, di tengah langkanya keberadaan kritikus sastra, kami juga memperkenalkan seorang penelaah muda, Tia Setiadi. Bukan kebetulan kami menemukan Tia Setiadi melalui lomba telaah sastra yang juga digagas oleh Dewan Kesenian Jakarta di tahun 2007. Saat itu, Tia menelaah karya-karya Acep dalam karya telaah berjudul “Religiusitas dan Erotika dalam Sajak-sajak Acep Zamzam Noor.” Sedikit berbeda dari acara “Bincang Tokoh” sebelumnya, kali ini kami juga menyajikan satu apresiasi karya-karya Acep Zamzam Noor dalam bentuk pertunjukan musik. Ini tak lepas dari niat kami untuk memperkenalkan karya-karya sastra, puisi khususnya, ke lingkaran-lingkaran yang lebih luas. Dengan cara ini, semoga program “Bincang Tokoh” bisa memberi manfaat dan mencapai apa yang diharapkannya, yakni mengeluarkan karyakarya sastra dari rak-rak buku dan mengembalikan mereka kepada para pembacanya. Akhirnya, terima kasih kepada semua pihak yang mendukung terlaksananya acara ini: Akademi Jakarta, Pengurus Harian Dewan Keseian Jakarta, BP TIM, Acep Zamzam Noor, Tia Setiadi, Zen Hae, Chandra Johan, Sutasoma, Sanggar Matahari, dan nama-nama lain yang tak bisa kami sebut satu per satu. Fikar W. Eda Eka Kurniawan Linda Christanty Hanna Fransisca
Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta, 2013-2015
6
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
TENTANG BINCANG TOKOH
7
“Bincang Tokoh” merupakan salah satu acara unggulan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) yang digelar sejak pertengahan tahun 2010. Acara yang diprakarsai oleh Komite Sastra DKJ ini menampilkan tokoh-tokoh penting sastra Indonesia, baik penyair, cerpenis, maupun novelis. Bincang Tokoh diadakan dengan tujuan untuk mendekatkan sastrawan-sastrawan terkemuka yang masih aktif menulis dan telah menghasilkan karya-karya penting, dengan masyarakat pembaca. Banyak sastrawan ternama Indonesia yang masih ”berjarak” dengan publik dan pemikiran-pemikiran serta konsep kreatifnya belum dipahami dengan benar, sehingga kurang mendapat apresiasi. Ditambah kecenderungan dewasa ini, dengan kehadiran internet dan media sosial, di mana jarak fisik semakin renggang. Karena itu, perlu ada upaya untuk mendekatkan mereka dengan publiknya. Acara ini semacam temu pengarang, dengan fokus perbincangan yang segar di seputar proses kreatif dan wawasan sastra sang tokoh. Mulai edisi ke-9 ini, kami juga menambahkan dua hal baru kepada acara ini. Pertama, di tengah kelangkaan kritikus sastra, kami mencoba menampilkan para penelaah muda di tengah penulis dan pembaca. Dengan cara ini, kami mengharapkan akan munculnya dialog segitiga penulis-kritikus-pembaca yang sehat, sebagai pilar penting kesusastraan kita. Kedua, kami juga menyajikan pertunjukan, berupa apresiasi terhadap karyakarya sang tokoh dalam bentuk musik. Di edisi berikutnya, tak tertutup kemungkinan apresiasi ini bisa berkembang ke bentukbentuk seni yang lain. Gagasan ini terutama bertujuan untuk membuka ruang-ruang baru bagi apresiasi sastra.
8
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
PROFIL ACEP ZAMZAM NOOR
9
Acep Zamzam Noor dilahirkan di Tasikmalaya, 28 Februari 1960. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di lingkungan Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya. 1980 menyelesaikan SLTA di Pondok Pesantren As-Syafi’iyah, Jakarta. Lalu melanjutkan pendidikannya ke Jurusan Seni Lukis Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB (1980-1987). Mendapat fellowship dari Pemerintah Italia untuk tinggal dan berkarya di Perugia, Italia (19911993). Mengikuti workshop seni rupa di Manila, Filipina (1986), mengikuti workshop seni grafis di Utrecht, Belanda (1996). Puisi-puisinya tersebar di berbagai media massa terbitan daerah dan ibukota. Juga di Majalah Sastra Horison, Jurnal Kebudayaan Kalam, Jurnal Ulumul Qur’an, Jurnal Puisi serta Jurnal Puisi Melayu Perisa dan Dewan Sastra (Malaysia). Sebagian puisinya sudah dikumpulkan antara lain dalam Di Luar Kata (Pustaka Firdaus, 1996), Di Atas Umbria (Indonesia Tera, 1999), Dongeng Dari Negeri Sembako (Aksara Indonesia, 2001), Jalan Menuju Rumahmu (Grasindo, 2004), Menjadi Penyair Lagi (Pustaka Azan, 2007), Tulisan pada Tembok (Komodo Books, 2011), Bagian dari Kegembiraan (Pustaka Azan, 2013) serta dua kumpulan puisi Sunda Dayeuh Matapoe (Geger Sunten, 1993) dan Paguneman (Nuansa Cendekia, 2011). Sedang esai-esainya terkumpul dalam Puisi dan Bulu Kuduk (Nuansa Cendekia, 2011). Sejumlah puisinya termuat dalam beberapa antologi penting seperti Antologi Puisi Indonesia Modern Tonggak IV (Gramedia, 1987), Dari Negeri Poci II (Tiara, 1994), Ketika Kata Ketika Warna (Yayasan Ananda, 1995), Takbir Para Penyair (Festival Istiqlal, 1995), Negeri Bayang-bayang (Festival Surabaya, 1996), Dari Negeri Poci III (Tiara, 1996), Cermin Alam (Taman Budaya Jabar, 1996), Utan Kayu: Tafsir Dalam Permaianan (Kalam, 1998), Bakti Kemanusiaan (Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 2000), Angkatan 2000 (Gramedia, 2001), Dari Fansuri Ke Handayani (Horison, 2001), Horison Sastra Indonesia (Horison, 2002), Napas Gunung (Dewan Kesenian Jakarta, 2004) dan lain-lain. Sejumlah puisinya juga sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan termuat dalam The Poets Chant (Jakarta, 1995), Aseano (Manila, 1995), In Words In Colours (Jakarta, 1995), A Bonsai’s Morning (Bali, 1996), Journal of Southeast Asia Literature Tenggara (Kuala Lumpur, 1996), diterjemahkan Harry Aveling untuk Secrets Need Words: Indonesian Poetry 1966-1998 (Ohio University Press, 2001), Poetry And Sincerity (Jakarta, 2006), Asia
10
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
Literary Review (Hongkong, 2006) serta The S.E.A. Write Anthology of Asean Short Stories and Poems (Bangkok, 2008). Juga diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda dan termuat dalam Toekomstdromen (Amsterdam, 2004), diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dan termuat dalam Orientierungen (Bonn, 2008), diterjemahkan ke dalam bahasa Portugal dan termuat dalam Antologia de Poeticas (Jakarta, 2008). Belakangan diterjemahkan pula ke dalam bahasa Jepang, Korea dan Arab. Puisi-puisi Sundanya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Ajip Rosidi dan Wendy Mukherjee untuk Modern Sundanese Poetry: Voices from West Java (Pustaka Jaya, 2001) dan ke dalam bahasa Perancis oleh Ajip Rosidi dan Henri Chambert-Loir untuk Poemes Soundanais: Anthologie Bilingue (Pustaka Jaya, 2001). Beberapa kali mendapat Hadiah Sastra LBSS (Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda) untuk puisi Sunda terbaik. Kumpulan puisinya, Di Luar Kata, meraih Penghargaan Penulisan Karya Sastra 2000 dari Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Sedang kumpulan puisi Jalan Menuju Rumahmu selain mendapat Penghargaan Penulisan (SEA) Karya Sastra 2005 dari Pusat Bahasa, juga mendapat South East Asian Write Award 2005 dari Kerajaan Thailand. Mendapat Anugerah Budaya 2006 dari Gubernur Jawa Barat. Mendapat Anugerah Kebudayaan (Medali Emas) 2007 dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI. Kumpulan puisinya, Menjadi Penyair Lagi, meraih Khatulistiwa Literary Award 2006-2007. Kumpulan puisinya yang lain, Bagian dari Kegembiraan, meraih Anugerah Hari Puisi Indonesia 2013. Sementara kumpulan puisi Sundanya, Paguneman, meraih Hadiah sastra Rancage 2012. Namanya termuat dalam Ensiklopedi Sunda dan Apa Siapa Orang Sunda susunan Ajip Rosidi. Tahun 1995 mengikuti Scond ASEAN Writes Conference di Manila, Filipina, mengikuti Festival Puisi Indonesia-Belanda dan Istiqlal International Poetry Reading di Jakarta. Tahun 1997 mengikuti Festival Seni Ipoh II, di Ipoh, Malaysia. Tahun 2001 mengikuti Festival Puisi Internasional Winternachten Overzee di Jakarta, mengikuti Kuala Lumpur Southeast Asian Writers Meet di Kuala Lumpur, Malaysia. Tahun 2002 mengikuti Festival Puisi Internasional Indonesia di Makassar. Tahun 2004 mengikuti Winternachten Poetry International Festival di Den Haag, Belanda. Tahun 2006 mengikuti Festival Puisi Internasional 2006 di Palembang, mengikuti Ubud Writers and Readers Festival 2006 di Bali. Tahun 2007 mengikuti Utan Kayu International Literary Biennale di Magelang, menjadi mentor pada Bengkel Puisi Majlis Sastra Asia Tenggara (Mastera) di Samarinda. Tahun 2008 mengikuti Temu Sastrawan Indonesia di Jambi, mengikuti Jakarta International Literary Festival di Jakarta, mengikuti Revitalisasi Budaya Melayu di Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Tahun 2009 mengikuti Nusantara Poetry Gattering di Kuala Lumpur, Malaysia. 2011 mengikuti Temu Sastrawan Indonesia di Ternate. Banyak memberikan diskusi, lokakarya atau workshop di berbagai daerah di penjuru Tanah Air. Tahun 2012 ia menjadi kurator pada Ubud Writer & Readers Festival di Bali dan Pertemuan Penyair Nusantara VI di Jambi.
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
PROFIL PEMBAHAS
11
TIA SETIADI Tia Setiadi, menulis sajak dan esai-esai bertema budaya, sastra dan filsafat pada pelbagai media di antaranya Kompas, Koran Tempo, Jawa Pos, Jurnas, Suara Merdeka, Suara Karya, Pikiran Rakyat, lampung Post, Horison, MataBaca, Jurnal Cipta, Jurnal Diskursus, Jurnal Cerpen Indonesia, Jurnal puisi Rumah Lebah, Ruang Puisi, Jurnal Sastra Digital, Jurnal Sajak, Jurnal Poetika, Jurnal Kritik. Ia juga telah menerima beberapa penghargaan, beberapa di antaranya adalah Pemenang Utama Sayembara Esai Pena Kencana Awards tahun 2012, Pemenang Hadiah Sastra MASTERA (Majelis Sastera Asia Tenggara) 2013, untuk kumpulan puisi Tangan Yang Lain, serta pemenang terbaik lomba kritik seni.
ZEN HAE Zen Hae menulis puisi, cerita, dan kritik sastra. Telah menghasilkan dua buku: kumpulan cerita pendek Rumah Kawin (KataKita, 2004) dan buku puisi Paus Merah Jambu (Akar Indonesia, 2007)—yang terakhir ini masuk lima besar Khatulistiwa Literary Award 2008 dan mendapatkan predikat “Karya Sastra Terbaik 2007” dari majalah Tempo. Menamatkan pendidikan di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Jakarta (kini Universitas Negeri Jakarta) pada 1994. Pernah menjadi wartawan, pekerja LSM, penulis naskah infotainmen, dan dosen paruh waktu. Ia anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (2006-2012), Ketua Komite Sastra DKJ (2006-2009), dan Ketua Bidang Kajian dan Kritik DKJ (2011).
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
12
APRESIASI PUISI KARYA ACEP ZAMZAM NOOR
CANDRA JOHAN Dikenal sebagai pelukis, penulis dan kurator di bidang seni dan desain. Sebagai pelukis, lukisannya lebih banyak menyebar ke kolektor-kolektor mancanegra. Sebagai penulis, termasuk penulis tesis terbaik di FSRD ITB tahun 1986. Selama tiga tahun menjadi kontributor bidang seni rupa untuk harian The Jakarta Post dari tahun 1998-2001. Sebagai kurator lebih memperhatikan seniman-seniman grass-root yang memiliki potensi besar tapi tidak diperhatikan oleh galeri-galeri komersial. Ia juga aktif menulis esai tentang seni dan desain, seperti Paradigma Desain. Selain itu, ia juga pernah duduk sebagai Ketua Komite Senirupa di DKJ dari tahun 2003-2006.
IRAWAN KARSENO Lahir di Surabaya pada 5 Desember 1960. Irawan mendapatkan gelar sarjananya dari Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB (1977) serta gelar master dari STIE, Jakarta (1997). Selain melukis, ia juga berkecimpung dalam berbagai bidang seperti desain, menejemen, serta kuliner. Pada2004 ia diundang untuk mengikuti workshop dan residensi di Vermont Studio Center, Amerika Serikat. Gestur artistik Irawan daoat dilihat dalam pilihannya mengaplikasi cat, dengan disapukan, dituah, diciprat, hingga ditoreh. Aktif berpameran tunggal dan kelompok sejak 1984. Pameran tunggalnya diadakan di Pusat Kebudayaan Indonesia-Perancis, Bandung (1984), Essence Gallery, Jakarta (1998), Sokka Gallery, Jakarta (2006), serta ”Believe It or Not,” Galeri Cipta III, TIM, Jakarta (2012). Kini Irawan Karseno menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Harian Dewan Kesenian Jakarta Periode 2013 - 2015.
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
MUSIK
13
SUTASOMA Konsep Sutasoma tercetus pertama kali ketika komunitas Ngamen Sastra menggelar acara peringatan penyembelihan Ismail oleh Ibrahim di tahun 2012. Awalnya, Sutasoma digagas sebagai sebuah proyek poetry/ambient. Lantas, kolektif ini berkembang menjadi unit tribal yang berpusat pada puisi-puisi bernuansa kemarahan yang sarat akan kritik sosial dan dibalut dengan alunan musik spiritual-eksperimental organik elektronik yang menjadikannya kontradiktif namun jujur. Mengusung genre spoken word, Sutasoma percaya bahwa puisi tak harus selalu dinyanyikan.
SANGGAR MATAHARI Deavies Sanggar Matahari Kelompok Musikalisasi Puisi 6 bersaudara kandung, Dedie S. Putra, Andri S. Putra, Devie K. Syahni, Denie S. Putra, Herie S. Putra, Irma K. Syahni, dari Orang tua Almarhum H. Fredie Arsi dan Hj. Rosnilla. Berkiprah sejak tahun 1990 di bidang musikalisasi puisi dan telah memusikalisasikan Puisi lebih dari 100 puisi karya penyair Indonesia, Jerman dan Malaysia, menjadi wakil Indonesia pada Pengucapan Puisi Dunia Kuala Lumpur tahun 2002 yang diikuti 22 negara, memprakarsai terbentuknya Komunitas Musikalisasi Puisi Indonesia (KOMPI) yang sekarang telah memiliki cabang di 24 propinsi dan 14 kabupaten dan kota di Indonesia. Menerbitkan Album Musikalisasi Puisi tahun 1996 bersama Balai Pustaka, puisi tingkat Aceh bersama KASUHA tahun 2000, Nyanyian Rindu tahun 2003, Ruh U Krak tahun 2006. Menggelar Konser Musikalisasi Puisi pada Peringatan 10 tahun Sanggar Matahari di Graha Bakti Budaya, dihadiri Presiden Abdul Rahman Wahid, Konser Tunggal 2008 di GBB, TIM dan konser keliling hampir di seluruh propinsi Indonesia.
14
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
LAMPIRAN SAJAK ACEP ZAMZAM NOOR BUAT LINA SAGARAL REYES Peluru yang ditembakan ke udara adalah nasibmu: sebuah air mancur, sumber kata yang jernih Di antara batu hitam, akar pohon dan Retakan tanah Matahari tercipta dari kemurnian kata Air mata langit Mengkristal pada Puncak enerji kata Sebuah Bendungan tebal yang retak Gunung berapi yang ingin meledakan diri Tapi sungai telah Mengirimkan suaramu Ke muara-muara sunyi yang jauh Kata-katamu akan mengeras Seperti ombak Yang digarami waktu Di lembah-lembah Negerimu yang Perawan Langit menanggalkan Jubahnya Kucium wangi humus dan bau lumpur Kubayangkan bunga-bunga rumput yang Keemasan
Tapi siapa gerangan pemilik tanah luas ini? tak kutemui Seorang pun di sini Hanya danau Menggenang Pulau kecil, angsa-angsa putih, sebuah Perahu Air hijau dengan riak-riaknya yang sopan Tak ada bunyi kodok atau denting piano Yang ada hanya kau, Lina, dengan sebutir peluru di dada Menghirup napas air, ganggang dan dingin batu Tapi siapakah yang menguasai seluruh tanah dan air Tak bernama ini? tak kudengar suara pidato Juga tak kulihat iring-iringan panjang Para serdadu datang dan pergi pada malam hari Perang besar atau perang kecil, puingpuing, mayat-mayat Sebuah gempa dahsyat akan menyelesaikan Semuanya: Di belantara negerimu yang kini terbakar Kuda-kuda liar tak lagi berpacu Anjing-anjing hutan tertidur Pohon-pohon Menundukan kepala Seorang lelaki kuning di atas bukit karang Suaranya melengking Seperti kesepianmu Yang diberondong Seribu peluru
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
15
LAMPIRAN SAJAK ACEP ZAMZAM NOOR ZIKIR Aku mengapung Ringan Meninggi padamu. Bagai kapas menari-nari Dalam angin Jumpalitan bagai ikan Bagai lidah api Bau busuk mulutku, Anne Seratus tahun memanggi-manggil Namamu Inilah zikirku: Lelehan aspal kealpaanku, cairan timah Kekeliruanku, gemuruh mesin keliaranku Tumpukan sampah keterpurukanku Selokan mampat kesia-siaanku Aku tak tidur padahal ngantuk, tak makan Padahal lapar, tak minum padahal haus Tak menangis padahal sedih, tak berobat Padahal luka, tak bunuh diri Padahal patah hati Anne! Anne! Anne! Zikirku seribu sepi menombakmu Menembus lapisan langitmu, membongkar Gumpalan megamu, membakar pusaran Kabutmu, menghanguskan jarak Ruang dan waktu Aku mencair Bagai air Mengalir padamu. Bagai hujan
Tumpah ke bumi Menggelinding bagai batu Bagai hantu Anne! Anne! Anne! Inilah rentetan tembakan kerinduanku, lemparan Granat ketakutanku, dentuman meriam kemabukanku Luapan minyak kegairahanku, kobaran tungku kecintaanku Semburan asap kepunahanku Aku tak mengemis padahal miskin, tak mencuri Padahal terdesak, tak merampok padahal banyak utang Tak menipu padahal ada kesempatan, tak menuntut Padahal punya hak, tak memaksa Padahal putus asa Anne! Anne! Anne! Zikirku seribu sunyi mengejarmu Menggedor barikade pertahananmu, menerobos Dinding persembunyianmu, mengobrakabrik ruang Semadimu, menghancurkan singgasana Kekhusyukanmu Bau busuk mulutku, Anne Seratus tahun memanggil-manggil Namamu
KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA BINCANG TOKOH #9: ACEP ZAMZAM NOOR
16
PANITIA
PENANGGUNG JAWAB DEWAN KESENIAN JAKARTA
KETUA BIDANG PROGRAM HELLY MINARTI
STEERING COMMITTEE KOMITE SASTRA - DEWAN KESENIAN JAKARTA FIKAR W. EDA EKA KURNIAWAN LINDA CHRISTANTY HANNA FRANSISCA
MANAJER PROGRAM ANA ROSDIANAHANGKA PROGRAM OFFICER ANA ROSDIANAHANGKA PROJECT OFFICER REBECCA KEZIA
// NARASUMBER ACEP ZAMZAM NOOR DISKUSI / PEMBAHAS TIA SETIADI ZEN HAE APRESIASI PUISI KARYA ACEP ZAMZAM NOOR CHANDRA JOHAN IRAWAN KARSENO MUSIK SUTASOMA SANGGAR MATAHARI
PENATA PANGGUNG HUMAIRAH HUMAS DITA KURNIA DESAIN GRAFIS RIOSADJA PEMBAWA ACARA HANNA FRANSISCA PENERIMA TAMU MARIA DINA DOKUMENTASI JOEL TAHER EVA TOBING KEBERSIHAN DEDY GUNAWAN IAN JAELANI
SUSUNAN ACARA
19.00—20.20
Diskusi dan Tanya Jawab bersama Zen Hae, Tia Setiadi, dan Acep Zamzam Noor
20.20—20.30
Kolaborasi baca puisi oleh Chandra Johan dan Irawan Karseno
20.30—21.00
Penampilan Musik: Sutasoma
21.00—21.30
Musikalisasi puisi oleh Sanggar Matahari