Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Terapan (ISSN 2407-3911) Volume 1 No.1,Desember 2014
KNOWLEDGE MANAGEMENT DI UKM Ari Fajar Santoso, Iping Supriana, Kridanto Surendro Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jl.Ganesa No.10 Bandung
[email protected]
Abstrak Tujuan pengembangan Knowledge Management (KM) di Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah meningkatkan tingkat keberlangsungan UKM yang adaptif terhadap perubahan lingkungan, metode kolaborasi KM di komunitas UKM. Pendekatan kolaborasi untuk menciptakan (create) knowledge, menangkap (capture) knowldege, mengorganisasi (organise) knowledge, mengakses (access) knowledge, menggunakan (use) knowledge di UKM berbasis komunitas. Paper ini sebagai studi literatur untuk melihat peluang pengembangan Akses Knowledge di UKM, dengan melihat komponen-komponen penyusuan KM. Hipotesis kekuatan komunitas dalam kolaborasi pengembangan UKM.
Kata kunci : Knowledge Management, Usaha Kecil dan Menengah, Akses Knowledge.
1. PENDAHULUAN Banyak definisi tentang UKM (Usaha Kecil Menengah) adalah sebagai berikut “an SME is based on the number of employees, value of assets or value of sales ”. Definisi UKM dilihat berdasarkan jumlah pegawai, nilai asset atau nilai penjualan [1]. Di Jepang, definisi UKM adalah perusahaan yang beromzet Rp.6-10 M, dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 100 orang tenaga kerja [2]. Di Uni Eropa jumlah tenaga kerja sebanyak 250 orang dan Amerika Serikat sebanyak 500 orang tenaga kerja [1]. Di Indonesia [3] definisi UKM tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UKM), UKM adalah usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (a) kekayaan bersih lebih dari Rp 50 Juta sampai dengan Rp 500 juta tidak termasuk aset tanah dan bangunan tempat usaha; dan (b) memiliki omzet penjualan Rp 300 Juta sampai dengan Rp 2.5 Miliar/ tahun. Sedangkan Usaha Menengah adalah perusahaan usaha yang memiliki karakteristik sebagai berikut : (a) kekayaan bersih lebih dari Rp 500 Juta sampai dengan Rp 10 Miliar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (b) memiliki omzet penjualan Rp2.5 Milyar – Rp.50 Miliar/ tahun. Hampir pasti semua peneliti sepaham bahwa Usaha Kecil dan Menengah (UKM)/ Small Medium Enterprise (SME) memberikan kontribusi terhadap pendapatan GDP (Gross Domestic Product) dan penyerapan tenaga kerja informal, setidaknya menurut pendapat OECD (Organisation For Economic Co-Operation And Development) tahun 2004. Menurut OECD bahwa UKM berkontribusi terhadap GDP sebesar 55 % dan menyerap tenaga kerja 65 % untuk negara maju. Negara penghasilan menengah UKM berkontribusi 70 % untuk GDP dan menyerap 95 % tenaga kerja. Sedangkan untuk negara ketiga menyumbangkan pendapatan sebesar 60
% dan mengentaskan penggangguran sebanyak 70 % tenaga kerja [4]. Masalah yang dihadapi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)/ Small Medium Enterprise (SME) secara umum terdiri dari dua faktor, faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah akses pasar dan kegiatan pemasaran, akses pemodalan perbankan, tata kelola dan manajemen, kualitas sumber daya manusia. Faktor eksternal adalah iklim usaha yang belum kondisif, terbatasnya sarana dan prasarana, ekonomi biaya tinggi, dampak otonomi daerah, adanya perdagangan bebas, terbatasnya akses informasi [5]. Permasalahan lainnya yang dihadapi UKM adalah rendahnya daya saing, hal ini disebabkan salah satunya karena kurangnya riset di bidang UKM [6]. Penyebab rendahnya dukungan teknologi informasi, dikarenakan rendahnya inovasi, mahal akses internet, serta keterbatasan infrastruktur [7]. Beberapa Model Pengembangan UKM dapat dilihat pada tabel 1. Model Kemitraan seperti PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan), CSR (Corporate Social Responsibility) UKM dengan BUMN. Model pengembangan UKM berbasis Klaster berdasar potensi unggulan di suatu daerah atau wilayah. Model sinergisitas UKM dengan menggandeng dan bekerjasama unit-unit stackholder yang ada disuatu wilayah. Model OVOP (One Village One Product) dengan melibatkan Akademisi, Pemerintah dan Usahawan, tugas akademisi melakukan riset, tugas pemerintah membuat kebijakan dan Usahawan untuk melakukan kegiatan..
2. DATA, INFORMASI DAN KNOWLEDGE Menurut Ackoff [8] menjelaskan bahwa dalam pikiran manusia terdapat 4 deskripsi tentang suatu, yaitu Data, Informasi, Knowledge, Understanding dan Wisdom. Data adalah kumpulan dari fakta, simbol-simbol yang mendesikripsikan tentang obyek, peristiwa atau dan kejadian hasil pengamatan yang ditangkap oleh indera, yang belum diolah dan belum bernilai. Informasi adalah data yang sudah diolah dan diproses sehingga memiliki nilai dan berguna untuk mendeskripsikan apa, siapa, dimana dan membantu dalam pengambilan keputusan. Knowledge adalah hasil pengalaman dalam penggunaan data dan informasi, untuk mendeskripsikan bagaimana pola data dan informasi dalam menyelesaikan suatu masalah. Understanding adalah proses akselerasi akuisisi knowledge (Knowledge acquicition). Wisdom adalah proses pengalaman yang lama dalam kemampuan merasakan dan mengevaluasi data, informasi dan knowledge. Jadi knowledge adalah pertengahan dari deskripsi pikiran manusia, bukan bagian akhir dari proses pemikiran. Sedangkan pengetahuan (Knowledge) terdiri Tacit dan Explicit, tacit yang terdapat dalam diri manusia (human
1
Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Terapan (ISSN 2407-3911) Volume 1 No.1,Desember 2014 system) dan explisit ada di luar manusia (Computer system). Tasit berupa pengalaman, kompetensi, perbuatan, nilai; dan explisit berupa dokumen, program, data mining, business intellegence [13]. Tacit berbentuk seperti pengalaman, pemikiran dan berfikir, kompetensi, komitmen dan perbuatan. Explicit pengetahuan dalam bentuk data, informasi, dokumen, rekaman, file serta artifak lainnya. Prosec eksternalisasi adalah proses pembuatan pengetahuan tasit ke eksplisit. Model SECI [13] adalah siklus proses proses tranformasi perubahan Sosilisasi-Eksternalisasi-Combination-Internalisasi.
tidak dapat dideteksi selama tidak mengekpresikan, sedangkan pengetahuan eksplisit yang dapat didokumentasikan, disimpan dan dideploisasi. Fenomena gunung es seperti gambar 2, dimana prosentase Tacit 95 % tersembunyi dan Explicit 5 %.
Explicit Knowledge: Data, Information Dokumen Record File-file
Tabel 1. Model Pengembangan UKM Model Pengembangan Model Community Base Industry (sub-contracting) [5]. Model PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) / CSR (Corporate Social Responsibility) UKM dengan BUMN [6]. Model Pengembangan Klaster UKM berbasis Teknologi Informasi [7]. Model Pengembangan UKM berbasis Klaster [9]. Model Sinergisitas UKM [10]. Model OVOP (One Village One Product) melibatkan Akademisi, Pemerintah dan Usahawan [11]. Model Singapure (Fase Start Up, Gowth, Expasion, Going Overseas) [12].
Peneliti Mudrajad Kuncoro, 2000 Heru Sulistyo dan Ardian Adiatma, 2011.
Lokasi Taiwan
Lasmono Tri Sunaryanto, 2007 Ikin Solikin, 2010
Jawa Tengah
Izza Mafruhah, 2009 Rudy Badrudin, 2012.
Jawa Tengah
Georgette Tan, 2007.
Singapore
Semarang
TACIT EXPLICIT
95 %
Tacit Knowledge:
Pengalaman Pikiran Kompetensi Komitmen Ketrampilan
Gambar 2. Fenomena Gunung Es
Bandung
Yogyakarta
Pengertian lainnya dari pengetahuan, Knowledge adalah gabungan dari pengalaman, nilai-nilai,informasi kontekstual dan keahlian yang ada didalam, untuk membuat suatu kerangka (framework) untuk melakukan evaluasi dan menggabungkan pengalaman baru dan informasi. Dalam organisasi, Knowledge sering melekat bukan hanya pada dokumen atau repositori tetapi juga dalam rutinitas organisasi, proses, aktifitas , dan norma-norma [14].
TACIT
5 %
EXPLICIT
Socialization
Externalization
Internalisasi
Combination
Gambar 1. Model Siklus SECI Knowledge adalah hubungan tacit dan explicit pengetahuan dengan pengenalan fenomena gunung es (iceberg) seperti pada gambar 2 [15], dimana tacit melekat pada orang yang
3. KNOWLEDGE MANAGEMENT DAN UKM Knowledge Management adalah proses-proses penciptaan pengetahuan (create Knowledge), menyimpan pengetahuan (Capture Knowledge), mengorganisasi pengetahuan (Organise Knowledge), akses pengetahuan (access Knowledge) dan kemudian menggunakan pengetahuan (use Knowledge) [16]. Terdapat 3 level KM, yaitu level individu, level Tim dan level organisasi [17]. Level individu adalah fokus pada pertukaran knowledge antara individu karyawan baik pada tim sama atau yang berbeda. KM level tim fokus pada interaksi anggota tim secara kolaborasi bekerjasama untuk meng-evaluasi informasi dan manajemen knowledge. KM level organisasi berpusat pada mekanisme dimana dapat mendukung dan menfasilitasi distribusi knowledge lintas individu dalam organisasi [18]. Elemen Teknologi dalam Knowladge Management System, menjadi elemen utama dalam implementasi KM di UKM. Teknologi merupakan salah satu bentuk pengetahuan eksplisit. Para peneliti mencoba menggambarkan peranan teknologi di dalam pengembangan UKM. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan Teknologi dan UKM di beberapa negara dan regional. Menentukan faktor eksternal untuk memfasilitasi upaya adopsi e-commerce dengan Framework Based on Technological-Organisational-External (TOE) [26]. Kendala infrastruktur telekomunikasi, keterbatasan pengetahuan, ketidakmampuan mengintegrasikan dgn proses bisnis, peralatan yang mahal, regulasi e-commerce tidak lengkap, rendahnya pemahaman pengetahuan dalam membangun UKM di negara-negara Asia Pasifik, dengan pendekatan framework General Policy [27]. Pada tabel 2 menjelaskan hasil penelitian yang dicapai dalam menjelaskan hubungan antara Model Knowledge Management dengan UKM, metode riset digunakan riset mencari hubungan dimensi KM dengan variabel lainnya. Metode statistik eksplanatori perhitungan statistik dengan mencari hubungan
2
Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Terapan (ISSN 2407-3911) Volume 1 No.1,Desember 2014 antara variabel terikat dan varibel bebas, dan melihat faktorfaktor apa yang harus diperhatikan dalam strategi implementasi KM dalam UKM.
Tabel 2. Elemen KM di UKM Peneliti
Kontribusi
[Abdelkader Daghfous, A. 2003]
Aspek-aspek manajemen umum yang mempengaruhi Statistik penciptaan khusus KM [19]. Eksplanatori
Metoda
[Rachel Bocquet dan Caroline Mothe. 2010]
Peran governance yang Statistik dapat bermain dalam Eksplanatori manajemen pengetahuan [20]
[Ru - Ching Hsu ,Diana Lawson dan Ting - Peng Liang. 2007 ]
Variabel penting yang Statistik mempengaruhi adopsi KM Eksplanatori [21].
[Sari Salojärvi , Patrick Furu , dan Karl - Erik Sveiby. 2004]
Meneliti hubungan antara pertumbuhan penjualan yang berkelanjutan dan kegiatan manajemen pengetahuan dalam 108 Finlandia usaha kecil dan menengah ( UKM ) [22].
Statistik Eksplanatori
[ Banjo Roxas, Martina Menguji hubungan antara Battisti dan David belajar manajerial sebagai Deakins. 2013] segi penyerapan pengetahuan ( KA ) , inovasi perusahaan sebagai segi eksploitasi pengetahuan ( KE ) , dan kinerja perusahaan kecil ( misalnya , perusahaan dengan kurang dari 50 karyawan ) [23]. [Nancy Dubois dan Langkah-langkah dalam Tricia Wilkerson. manajemen pengetahuan 2008] dalam konteks kesehatan masyarakat Kanada [24]. [Michael Earl. 2001] Taksonomi strategi, atau “scholl” untuk manajemen pengetahuan [25].
Statistik Eksplanatori
Deskripsi
Deskripsi
Tabel 3. Tahapan Pendekatan Inisiasi Implementasi KM Peneliti
[Rachel Bocquet dan
Pendekatan pemahaman KM
Identifikasi Pengetahuan (Knowledge identification) Akuisisi dan Utilisasi Pengetahuan (Knowledge Caroline acquisition and utilization) Mothe. Mediasi peran pemerintah 2010] (Mediating role of governance) [Tiwana. Terdapat 4 fase, yaitu : 2000] Evaluasi infrastruktur Analisis perancangan Pengembangan KM Penyebaran dan evaluasi. [Guo dan Churchma;s inquiring Sheffied. systems 2006] Habermas critical social theory.
Pendekatan Proces Tekno- Man logi usia
[Saad. 2000]
people track, soft system methodology
[Stewart. 2000]
Knowledge is worth managing organizations benefit from managing knowledge knowledge can be managed minimal risk is associated. [Leony behavioral-science research Lidya. 2008] design- science research [Karl E. Sveiby. 2004]
Track KM = Management of Information. (level organisasi) Track KM = Management of People (level individu).
Di tabel 3 tahapan pengembangan sebagai inisiasi implemtasi KM, dapat dilihat ada beberapa pendekatan penelitian KM dari berbagai paper. Pengembangan Model konseptual KM System dengan pendekatan multi perspektif, penelitian menggabungkan dua paradigma peneltian system informasi (SI) yaitu behavioral-science research dengan design-science research [28]. Pengembangan KM dengan pengembangan ITCentric, KM roadmap, sepuluh langkah penerapan KM diorganisasi, terdapat 4 fase, yaitu : evaluasi infrastruktur, analisis perancangan dan pengembangan , penyebaran dan evaluasi. Fokus pada pengembangan KM System dengan pendekatan SI (Sistem Informasi), tidak mempersalahkan definisi pengetahuan. [29]. Pengembangan IT-Centric, mengembangkan KMS khusunya knowledge server (focus knowledge repository pengetahuan saintifik). Pemahaman lainnya tentang program inisiasi Knowledge Management dengan melihat dua sisi atau level, track KM dari sisi manajamen informasi (Management of Information) dan manajemen sumber daya insani (Management of People). Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa tahapan KM terdapat perbedaan obyek penelitian, pendekatan tahapan dapat dilihat dari 3 sisi yaitu teknologi informasi ( IT centric), sumber daya insani (People Centric) dan proses yang ada diperusahan termasuk UKM (Process Centric). Penelitian tentang faktor variabel penting yang mempengaruhi adopsi KM [21]. Terdapat hubungan antara belajar manajerial sebagai segi penyerapan pengetahuan ( KA ) , inovasi perusahaan sebagai segi eksploitasi pengetahuan ( KE ) , dan kinerja perusahaan kecil [23]. Komponen Knowledge terbentuk dari 3 komponen utama, yaitu komponen Personal (People), Teknologi (Technology) dan Proses (Process), ketiga saling beririsan untuk membentuk knowledge untuk proses pembelajaran (learning) [30].
4. PELUANG MODEL B2B ECOMMERCE DI UKM Tahapan Pengembangan Model KM dan Model Teknologi, dengan studi awal. Studi awal adalah melakukan kajian teori atau hasil penelitian yang berhubungan dengan knowledge management dan Usaha Kecil Menengah (Small Business Enterprise). Hasil penelitian kekinian dan kemungkinan pengembangan lebih lanjut, sebagai langkah awal untuk memahami “some how” KM dan state of the art KM. Pada gambar 3 Model B2B, sebagai peluang pengembangan KM di UKM . Pengembangan model Orientasi pasar dan bisnis (Intermediary-oriented marketplace) atau B2B dengan pihak ketiga sebagai entitas sebagai penghubung antara pembeli (buyers) dengan supplier dalam satu tempat. Pengembangan model dengan database yang bisa diakses oleh para suplier dan pembeli (buyer). Kebutuhan pengembangn UKM dalam
3
Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Terapan (ISSN 2407-3911) Volume 1 No.1,Desember 2014 TIK untuk mempermudah akses pasar berupa informasi pemesanan pelanggan, pembagian katalog produk, berbagi informasi dengan pelanggan, informasi penjual-pembeli yang lebih luas. Adanya pengetahuan untuk dapat dibagikan untuk setiap tahapan UKM, seperti tahapan Pemula, tahapan UKM lagi tumbuh (growth), tahapan jenuh (maturity) dan tahapan omzet menurun (decline). Pengembangan suatu sistem B2B eCommerce melibatkan beberapa entitas bagi semua pihak yang berkepentingan (stackholder), meliputi supplier, buyer, thrid party, dan otoritas/regulator (pemerintah, swasta). Perkembangan teknologi dan infrastruktur komunikasi dan informasi (TIK) atau ICT (Information and Communication Technologies) di negara ketiga, sangat pesat sehingga membuka informasi pasar dan peluangnya dalam skala lokal, nasional dan internasional, dan akan berdampak pada tingginya persaingan dan mempertahankan pasar antar pelaku UKM disetiap negara. Hubungan antara ICT dan perkembangan UKM jelas saling menguntungkan dan saling sinergi untuk memperkokoh keberadaan rantai pasok (SCM/Supply Chain Management) UKM di tanah air. Pada tabel 4 [ 31] dijelaskan seberapa besar manfaat TIK yang berdampak besar terhadap keberadaan UKM, seperti meningkatkan kekuatan besar dalam komunikasi pemaran promosi, peningkatakan layanan 24 jam terhadap pelanggan .Tabel 4. Manfaat TIK untuk UKM Manfaat
Peneliti
Meningkatkan besar kekuatan (Leveraging inherent strength size)
Arbone & Ordanini,2006
Meningkatkan komunikasi, keuntungan kompetitif, pemasaran dan promosi penjualan, meningkatkan pencarian informasi, dan penghematan biaya
Ellsworth & Ellsworth, 1995; Sterne, 1995; Evans & Wurster, 1997; Poon & Swatman, 1999; Fillis & Wagner, 2005
Layanan 24 Jam (24-hour service)
Quelch & Klein, 1996; Hamill & Gregory, 1997
Peningkatan Layanan Pelanggan (Improved customer service)
Evans & Wurster, 1997; Zineldin, 2000; Tse & Soufani, 2003; Fillis & Wagner, 2005
Perbaikan proses rekrutasi staf dan prosedur pengadaan (Improved procurement procedures and staff Recruitment)
Taylor, 2001
Manajemen supplier (Supplier management)
Evans & Wurster, 1997; Zineldin, 2000
Jaringan antar perusahaan, penambahan nilai layanan, pabrikasi (Inter-firm linkages, value addition to services, manufacturing)
Wattanapruttipaisan, 2002-03
Melihat kondisi infrastruktur yang ada seperti email, website, e-commerce, e-business, network organization dan digital ecosystem bisa diimplementasikan secara terbatas di Indonesia. Pendekatan yang paling mudah dengan penggunaan tangga pertama UKM sudah mengenal e-mail dan website. Selanjutnya perlu dikembangkan dengan strategi B2C (Business to Customer), model business to business (B2B) dan model P2P (peer to peer). Peer-to-Peer (P2P) Business Models, dengan menggunakan links users penguatan untuk proses pembagian file dengan sumber umum yang ada tanpa menggunakan server, seperti Facebook, youtube Support
UKM Buyer A1
UKM Suplier A1
Group ware (Help Desk)
UKM
UKM Suplier A2 UKM
UKM Buyer keInformasi order Konsumen
Informasi
Katalog produk/j asa
Know ledge
order
Produse
Cloud Computin g
Super/ SubOrdinat
Suppor t
UKM Buyer B1
UKM Third Party (Call Centre)
UKM Buyer B2 UKM Buyer ke-Bn
UKM Suplier UKM Suplier Bn
ke-
Gambar 3. Model B2B
6. DAFTAR PUSTAKA [1] Hallberg, K. (2000): A Market-Oriented Strategy for Small and Medium Scale Enterprises. Washington DC: World Bank and IFC. [2] Agency SME Japan. 2000. SME in Japan.
5. KESIMPULAN Makalah ini untuk melihat masalah-masalah yang ada di UKM terutama yang berhubungan dengan Teknologi Informasi dalam pengelolaan knowledge. Knowledge Management meliputi proses-proses Create knowledge, Organise knowledge dan Access knowledge. Penelitian difokuskan pada proses Access knowledge, dengan melihat komponen-komponen knowledge, siklus hidup UKM. Dengan alas an komunitas-komunitas UKM tersebar di berbagai wilayah geografi, kendala utama pada proses akses knowledge.
[3] UU. (2008): Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UKM), 2008. [4] OECD. (2004): OECD (Organisation For Economic CoOperation And Development) Principles of Corporate Governance 2004. Principes de gouvernement d’entreprise de l’OCDE. http://www.oecd.org/corporate/ca/corporategovernancepr iinciple. [5] Heru Sulistyo dan Ardian Adiatma. (2011): Model Optimalisasi Kemitraan UKM dan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Melalui Porgram Kemitraan dan Bina
4
Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Terapan (ISSN 2407-3911) Volume 1 No.1,Desember 2014 Lingkungan (PKBL) Untuk Meningkatkan Kinerja UKM. Riptek Vol.5 No.II Tahun 2011, Hal.: 25 – 40. [6] Lasmono Tri Sunaryanto. (2007): Kajian optimalisasi Pengembangan Klaster Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Berbasis Teknologi Informasi (TI) di Jawa Tengah. Lembaga Penelitian UKSW, Salatiga. Proposal Hibah bersaing, 2007. [7] Mudrajad Kuncoro. (2000): Usaha Kecil di Indonesia:Profil, Masalah dan Strategi Pemberdayaan. Kelompok Diskusi pascasarjana Ilmu-ilmu Ekonomi UGM, Yogyakarta, 1 Desember 2000. [8] Ackoff : Data, Information And Knowledge, 2001. [9] Ikin Solikin. (2010): Model Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKMK) Untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat. Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia. [10] Izza Marfuah. (2009): Model Sinergisitas Dalam Pengembangan Eknomi Lokal Berbasis UMKM. Penelitian Hibah FE, UNS, 2009. [11] Rudy Badrudin. (2012): Model Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Dengan One Village One Product Untuk Mengurangi Kemiskinan Di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional. Yogyakarta, 5 Desember 2012. ISBN 978-602-9018-66-0. [12] Georgette Tan, (2007): Small-Medium Sized Enterprises In Singapore.Insight. Second Quarter, 2007. [13] Nonaka and Takeuchi. (1958): The Knowledge-Creating Company: How Japanese Companies Create the Dynamics of Innovation.New York: Oxford University Press. [14] Davenport, T.H., & Prusak, L. (2000): Working Knowledge: How Organizations Manage What They Know, Harvard Business School Press, Boston, MA. [15] Rudiger Reinhardt and Beate Statkus. Fostering Knowledge Communication: Concept And Implementation., Journal of universal computer science . Volume 8 / Issue 5.2002. [16] C. A. Ellis, S. J. Gibbs, and G. L. Rein, “Groupware: Some Issues and Experience”, Communications of the ACM, 34 (1), pp. 38–58, 1991 [17] P. R. Spence, “Collaborative Information Use : Knowledge Creation In Teams”, in Proc. International Conference on Computer and Information Science, Shanghai, China, 2009 [18] Thi Lip-Sam dan Lim Hock-Eam.. Estimating The Determinants of B-2B E-Commerce Adoption Among Small & Medium Enterprises. International Journal of Business and Society, Vol. 12 No. 1, 2011, 15 – 30.2011.
[21] Ru-Ching Hsu, Diana Lawson and Ting-Peng Liang. (2007): Factors affecting knowledge management adoption of Taiwan small and medium-sized enterprises. Int. J. Management and Enterprise Development, Vol. 4, No. 1, 2007. [22] Sari Salojärvi, Patrick Furu, and Karl-Erik Sveiby. (2004): Knowledge Management and Growth in Finnish SMEs. Journal of Knowledge Management Vol. 9, 2005. [23] Banjo Roxas, Martina Battisti and David Deakins. (2013): Learning, innovation and firm performance: knowledge management in small firms. Knowledge Management Research & Practice (2013), 1–11 & 2013 Operational Research Society. All rights reserved 1477– 8238/13. [24] Nancy Dubois and Tricia Wilkerson. (2008): Knowledge Management: Background Paper for the evelopment of a Knowledge Management Strategy for Public Health in Canada Prepared for the National Collaborating Centre for Methods and Tools by National Collaborating Centre for Methods and Tools (NCCMT). [25] Michael Earl. (2001): Knowledge Management Strategies: Toward a Taxonomy. Joumatof Managemen itnformation Systems/SuamaT200\.\/Qi. 18. No. I. pp. 215-233. ©2001 M.E. Sharpe. Inc. [26] Vadim Kotelnikov. Small and Medium Enterprises and ICT. United Nations Development Programme – AsiaPacific Development Information Programme (UNDPAPDIP) and Asian and Pacific Training Centre for Information and Communication Technology for Development (APCICT) – 2007. [27] Nesrine Ben yahia, Narjès Bellamine and Henda Ben Ghézala. On the Convergence of Collaboration and Knowledge Management. RIADI-GDL Laboratory National School of Computer Sciences (ENSI) University of Manouba, Tunisia. 2010. [28] Leony Lidya. (2008): Pengembangan Model konseptual KM System dengan pendekatan Multi Perspektif. Institut Teknologi Bandung.2008. [29] Tiwana, Amrit. The Knowledge Management Toolkit, Prantice Hall ptr,2000. [30] Dilip Bhatt. EFQM: Excellence Model and Knowledge Management Implications.2000. [31] Shefali Nandan . (2012): Adoption of Information and Communication Technology in Small and Medium Enterprises: A Synthesis of Literature. Sri Lankan Journal of Management Volume 14, Number
[19] Abdelkader Daghfous, A. (2003): How To Make Knowledge Management A Firm’s Core Capability. Journal of Knowledge Management Practice, October 2003. [20] Rachel Bocquet and Caroline Mothe. (2010): Knowledge governance within clusters: the case of small firms, Knowledge Management Research & Practice (2010) 8, 229–239 & 2010 Operational Research Society. All rights reserved 1477–8238/10.
5