KISEREH (Cinnamomum parthenoxylon (Jack) Meissn. ), JENIS POHON SERBAGUNA DAN POTENSIAL UNTUK HUTAN RAKYAT Cinnamomum parthenoxylon, a Multi Purposes and Potential Tree for Community Forest Aditya Hani1, Riskan Effendi2 dan/and A. Syaffari Kosasih2 1
Balai Penelitian Kehutanan Ciamis Jl. Ciamis - Banjar Km 4 Po. Box 5, Ciamis, E-mail :
[email protected] Telp. (0265) 771352, Fax. (0265) 775866 2 Puslitbang Hutan Tanaman Kampus Balitbang Kehutanan, Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor, Telp. (0251) 8631238, Fax. (0251) 7520005 E-mail :
[email protected];
[email protected] Naskah masuk : 2 Maret 2010 ; Naskah diterima : 30 September 2010
ABSTRACT Kisereh (Cinamommum parthenoxylon) is one of multi purpose tree species, due to its utilization as constructions wood, medicinal plants and culture of communities in West Java. As construction wood it is used to build houses, as medicinal plants it is utilized as herbal medicine and local religious material at various places. The method used consists of survey, interview and vegetation analysis. Naturally, this species is very rare. Its natural regeneration which is intolerant and its multi purposes characteristics have brought its existence into scarcity. Due to its multipurposes utilization, this species will be potential for community forest establishment, besides its selling price that is interesting for the farmers. Keywords : Kisereh (Cinnamomum parthenoxylon), potential tree species, community forest ABSTRAK Kisereh (Cinamommum parthenoxylon) adalah salah satu jenis pohon serbaguna, dikarenakan manfaatnya sebagai kayu pertukangan, biofarmaka dan budaya masyarakat di Jawa Barat. Sebagai kayu pertukangan digunakan untuk bangunan rumah, sebagai biofarmaka digunakan sebagai obat herbal dan religi lokal di berbagai tempat. Metode yang digunakan berupa survai, wawancara dan analisa vegetasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di alam jenis ini sangat jarang dijumpai, sifat anakannya intoleran dan penggunaannya hingga sampai ke bagian akar,menyebabkan keberadaannya makin langka. Karena manfaatnya yang serbaguna, jenis ini akan potensial bagi pembangunan hutan rakyat, disamping harga jual yang cukup menarik petani. Kata kunci : Kisereh (Cinnamomum parthenoxylon), jenis pohon potensial, hutan rakyat
I. PENDAHULUAN Saat ini hutan rakyat merupakan salah satu pemasok kebutuhan kayu yang cukup besar. Menurut Widiarti dan Mindawati (2007), potensi tegakan tanaman kayu milik rakyat diperkirakan 3 mencapai 43 juta m dengan luas sekitar 1,259 juta ha, dan keberadaannya mampu menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kondisi ekosistem serta upaya konservasi tanah dan air. Hutan rakyat erat kaitannya dengan kondisi sosial, budaya dan ekonomi masyarakat serta kondisi lingkungan dan tempat tumbuhnya. Kekhasan hutan rakyat dapat berupa komposisi jenis yang tersusun serta pemanfaatan dari masing-masing jenis yang ada, sehingga tidak jarang penamaan suatu daerah berdasarkan pada jenis-jenis pohon yang banyak dijumpai di daerah tersebut. Komposisi hutan rakyat pada mulanya mempunyai berbagai macam fungsi antara lain : 1) sebagai dapur keluarga yang berasal dari tanaman yang dapat digunakan sebagai sayuran maupun bumbu masakan, 2) sebagai apotik keluarga yaitu
99
Tekno Hutan Tanaman Vol.3 No.3, Desember 2010, 99 - 106
tanaman kayu-kayuan atau tumbuhan bawah yang dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan, 3) sebagai tabungan keluarga yaitu tanaman yang berasal dari tanaman kayu-kayuan, dapat dipanen apabila ada kebutuhan mendesak atau kebutuhan yang sudah direncanakan seperti biaya pernikahan atau sekolah anak, juga dapat langsung dipakai sendiri untuk membangun rumah, 4) sumber bahan bakar yaitu tanaman yang dapat diambil terutama ranting dan cabang sebagai kayu bakar, serta 5) sumber bahan makanan keluarga biasanya berupa tanaman penghasil buah-buahan. Seiring dengan semakin meningkatnya nilai ekonomi serta meningkatnya usaha penanaman di hutan rakyat maka pemilihan jenis lebih mempertimbangkan beberapa aspek. Simon (1995) dalam Mindawati et al. (2006) menyebutkan bahwa jenis-jenis yang potensial untuk dikembangkan di hutan rakyat mempunyai syarat sebagai berikut: 1. Aspek jenis yang dipilih harus sesuai dengan kondisi iklim, jenis tanah dan kesuburan serta keadaan fisik tanah. 2. Aspek sosial jenis yang dipilih yaitu jenis yang cepat menghasilkan setiap saat, dikenal dan disukai masyarakat serta mudah dibudidayakan. 3. Aspek ekonomi yaitu dapat memberikan penghasilan dan mudah dipasarkan serta memenuhi standar bahan baku industri. Saat ini masyarakat mempunyai pertimbangan dalam pemilihan jenis yaitu jenis yang dapat memberikan hasil yang cepat/cepat tumbuh, seperti sengon (Paraserianthes falcataria) yang merupakan jenis eksotik Jawa yang pada saat ini sudah mendominasi dan menjadi komoditas utama hutan rakyat. Adanya dukungan program pemerintah menyebabkan suatu jenis dapat berkembang dengan baik sementara jenis yang lain justru akan semakin langka. Contohnya yaitu jenis kisereh. Kisereh mempunyai beberapa nama ilmiah, yaitu Cinamommum porectum dan C. sumatranum (Miq.) Meissner dengan nama daerah antara lain gadis, kayu lada, madang loso, medang loso, medang lesa, medang sahang (Sumatra); kipedes, kisereh, telasih (Jawa); marawali, merang, parari, pelarah, peluwari (Kalimantan) dan palio (Sulawesi). Kisereh termasuk ke dalam famili Lauraceae (Departemen kehutanan, 2002). Ciri khas pohon ini adalah bau harum yang berasal dari bagian batang maupun akar tanaman apabila dilukai atau terkena sayatan. Tanaman ini sebelumnya dapat dengan mudah dijumpai di hutan-hutan alam di Jawa maupun di hutan rakyat namun kini agak jarang dijumpai. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa tanaman ini banyak disukai oleh masyarakat karena mempunyai banyak manfaat khususnya baik untuk digunakan sebagai bahan bangunan. Namun sejak adanya penebangan liar, tanaman ini mulai sulit untuk dijumpai karena merupakan salah satu jenis yang menjadi sasaran utama kegiatan penebangan liar. Hal ini dapat diketahui dari hasil survei di kawasan hutan yang sebelumnya terdapat kisereh saat ini sudah tidak dapat ditemui lagi dan hanya meninggalkan tunggak bekas tebangan. Kisereh (C. parthenoxylon) merupakan salah satu jenis pohon yang potensial untuk dikembangkan sebagai hutan rakyat. Hal ini berdasarkan pertimbangan kegunaan kayunya yaitu kayu pertukangan, tanaman obat dan budaya setempat. Tujuan penyajian tulisan ini adalah untuk memberikan informasi mengenai salah satu jenis pohon yang potensial untuk dikembangkan sebagai hutan rakyat, khususnya di Jawa Barat. Disamping itu dalam rangka mempertahankan kelestarian jenis pohon asli Indonesia, maka pembangunan hutan tanaman sebaiknya menyertakan jenis alternatif diantaranya kisereh. Jenis ini dapat pula digunakan untuk membangun hutan campuran misalnya dengan sengon. II. PERSYARATAN TEMPAT TUMBUH DAN RIAP Kisereh berbentuk pohon dengan tinggi sampai 35 m, umumnya 20 - 25 m. Tinggi batang bebas cabang mencapai 25 m, umumnya 10 - 15 m, diameter 90 - 105 cm sebagaimana terlihat pada Gambar 1a. Batang berbentuk bundar dan lurus, tidak berbanir. Kulit batang beralur dangkal, mengelupas kecil-kecil, berwarna abu atau kelabu coklat sampai krem, warna kulit bagian dalam coklat kemerahan. Kayu teras mempunyai batas yang nyata, agak ringan sampai berat, berwarna merah kecoklatan, mengkilap, coklat merah, gading merah dan beraroma seperti adas ( Heyne, 1987; Dephut, 2002). Budidaya tanaman ini cukup mudah karena tidak memerlukan perlakuan khusus maupun persyaratan tumbuh yang spesifik. Tempat tumbuh kisereh cukup luas karena dapat tumbuh dari dataran rendah hingga pegunungan (umumnya 10-2000 m dpl). Tumbuh pada berbagai jenis tanah yang
100
Kisereh (Cinnamomum parthenoxylon (Jack) Meissn.), Jenis Pohon Serbaguna dan Potensial untuk Hutan Rakyat Aditya Hani, Riskan Effendi dan A. Syaffari Kosasih
berdrainase baik pada berbagai tipe iklim (Dephut, 2002). Perbanyakan secara generatif dengan menggunakan benih yang telah masak dapat langsung disemaikan pada polybag maupun bak perkecambahan. Kisereh mempunyai kemampuan trubusan yang cukup baik serta pertumbuhan trubusan yang cukup cepat. Satu batang pohon dapat menghasilkan 4-5 trubusan. Gambar 1 b menyajikan permudaan alam kisereh yang berasal dari trubusan. Tinggi trubusan pada umur 1 (satu) tahun dapat mencapai 17-90 cm. Hal ini sebagai salah satu tanda dapat diperbanyak secara vegetatif. Dari aspek pertumbuhan, tanaman ini mempunyai pertumbuhan yang cepat-sedang. Dephut (2002) menyebutkan, tanaman ini pada skala percobaan umur 24-28 tahun di Jawa mempunyai riap tinggi 0,7-1 m/tahun dan riap diameter batang 1,2 cm/tahun dengan demikian pada umur 20 tahun, diameter pohonnya sekitar 24 cm. Sementara itu di arboretum Manggala Wanabakti Jakarta, pohon kisereh umur 23 tahun diameternya 62 cm. Informasi dari masyarakat di Tasikmalaya menyatakan bahwa kisereh tergolong
(a)
(b)
Gambar (Figure) 1. (a) Pohon kisereh berumur puluhan tahun (An aged kisereh tree); (b) Trubusan kisereh setelah dilakukan penebangan (Natural shoot of kisereh after cutting) III . JENIS POHON SERBAGUNA DAN MANFAATNYA Hutan rakyat mempunyai prospek untuk terus berkembang dimana luasan hutan rakyat direncanakan dapat meningkat menjadi 2 juta ha. Sementara kebutuhan masyarakat terhadap hutan rakyat juga meningkat untuk memenuhi kebutuhan kayu pertukangan, kayu bakar, obat keluarga dan lain-lain. Oleh karena itu salah satu strateginya adalah dengan mengembangkan jenis serbaguna contohnya kisereh. Tanaman ini dapat dikatakan sebagai tanaman serbaguna karena memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Kayu Pertukangan Kayu kisereh mempunyai ciri khas berbau harum yang berasal dari bagian batang maupun akar walaupun hanya terkena sayatan. Kegunaan tanaman ini cukup luas serta mempunyai kualitas kayu yang baik, namun kelas keawetan dan kekuatannya belum diketahui. Namun demikian masyarakat di sekitar Ciamis dan Tasikmalaya sudah menggunakannya sebagai bahan bangunan maupun bahan pertukangan lainnya. Selain itu kisereh mempunyai keunggulan yaitu tahan terhadap serangan rayap, yang diduga karena adanya zat-zat ekstraktif yang dihasilkan selama proses pertumbuhan tidak disukai oleh rayap. Oleh sebab itu, ketika pohon ini masih banyak ditemukan di hutan alam, masyarakat khususnya di Jawa Barat memanfaatkan kayu kisereh sebagai salah satu komponen utama pembuatan rumah, untuk menghindari serangan rayap yang merusak bangunan yang berbahan kayu. Selain itu kisereh juga baik digunakan sebagai bahan baku pembuatan arang aktif maupun sebagai bahan bakar arang karena mempunyai nilai kalor yang tinggi (Nurhayati et al., 1997).
101
Tekno Hutan Tanaman Vol.3 No.3, Desember 2010, 99 - 106
Nilai ekonomi kayu kisereh di Jawa Barat cukup tinggi harganya dapat mencapai Rp. 2,5 juta Rp. 3 juta/m3. Menurut data Dephut (2002) tahun 1998 harga kayu bundar kisereh di Jawa Timur dengan diameter 40 cm ke atas sebesar Rp. 4 juta/m3. 2. Tanaman Biofarmaka Manfaat kisereh sebagai biofarmaka adalah sebagai berikut: daun, kulit batang, kayu berguna untuk anti radang, peluruh kentut, anti bengkak, pestisida (Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional, 2008). Adanya potensi sebagai pestisida, memungkinkan kisereh ditanam sebagai tanaman campuran. Pada saat ini hutan rakyat di Pulau Jawa didominasi oleh tanaman sengon (Paraserianthes falcataria). Permasalahan yang dihadapi tanaman sengon adalah adanya serangan hama dan penyakit yang cukup tinggi. Hama ulat kantong maupun hama penggerek serta penyakit karat puru telah menimbulkan kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu sebagai salah satu cara pengendalian hama dan penyakit tanaman sengon dari aspek silvikultur dengan cara tanaman campuran, walaupun belum ada hasil penelitian bahwa kisereh dapat mengendalikan hama dan penyakit pada sengon, namun hal tersebut dapat dicoba. Masyarakat di Tasikmalaya telah terbiasa membuat minyak kisereh untuk keperluan sendiri sebagai salah satu obat untuk berbagai macam penyakit. Proses pembuatan minyak kisereh cukup mudah. Kulit batang maupun akar direbus dengan air biasa sampai keluar minyaknya dan selanjutnya dipisahkan antara minyak dengan airnya. Lebih dari 30 senyawa terdapat dalam kulit akar dan sekitar 20 komponen di dalam minyak kayu telah diidentifikasi. Komponen utama dari minyak kulit akar adalah benzil benzoat (52,0%), sedangkan minyak kayu terutama terdiri dari safrole (90,3%) (Moi et al., 1995). Polyphenolic yang berasal dari kulit C. parthenoxylon baik untuk penderita diabetes, karena zat aktifnya dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah (Jia et al., 2001). 3. Tanaman Budaya Masyarakat Menurut salah satu tokoh masyarakat di Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, kayu kisereh biasa dimanfaatkan untuk membangun warung/tempat usaha, untuk menarik para pembeli dari bau harum yang dapat tercium pada jarak yang cukup jauh, sehingga masyarakat akan dengan mudah mengetahui adanya warung baru. Selain itu masyarakat di Cigalontang juga terbiasa untuk meminum teh kulit batang kisereh sebagai minuman sehari-hari. Sebagai tambahan, meminum bagian kulit akar dipercaya dapat memulihkan kondisi badan yang lelah atau pegal. Masyarakat di Salawu, Kabupaten Tasikmalaya memanfaatkan kayu kisereh sebagai alat pemukul buah aren agar dapat mengeluarkan air nira, yang menurut masyarakat tidak semua jenis kayu dapat digunakan sebagai alat pemukul dalam proses produksi air nira. Jika yang digunakan bukan jenis yang cocok maka air nira tidak dapat keluar. Masyarakat Tawangmangu (Jawa Tengah) menjadikan pohon kisereh sebagai simbol cinta kasih; oleh karena itu tanaman ini sering dimanfaatkan sebagai nisan pada makam, sebagai simbol kasih sayang antara yang meninggal dan kelurga yang ditinggalkan (Kusumodewi , 2008). IV. POTENSI KISEREH Keberadaan pohon kisereh yang semakin menurun, telah mengkhawatirkan beberapa kalangan yang peduli akan kelestarian jenis tersebut. Untuk itu dilakukan inventarisasi potensi baik di hutan rakyat maupun kawasan konservasi. Hasil inventarisasi potensi kisereh disajikan pada Tabel 1, 2 dan 3. Berdasar hasil inventarisasi disetiap pohon induk kisereh tidak ditemukan permudaan alam baik tingkat anakan, sapih maupun tiang. Menurut petugas di Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. Juanda, permudaan alam anakan kisereh banyak dijumpai di bawah pohon induk pada saat musim hujan, apabila di lantai hutan tidak ada tanaman bawah yang lain. Anakan kisereh tersebut apabila dibiarkan begitu saja lambat laun akan mati dengan sendiri, karena kisereh termasuk jenis yang intoleran sehingga tidak tahan terhadap naungan serta tidak mampu bersaing jika ada tanaman bawah yang lain. Saat ini petugas Tahura Ir. Juanda sedang berupaya untuk membudidayakan kisereh dengan cara memindahkan anakan yang tumbuh dibawah pohon induk ke lokasi lain dan sampai saat ini menunjukkan hasil yang cukup baik.
102
Kisereh (Cinnamomum parthenoxylon (Jack) Meissn.), Jenis Pohon Serbaguna dan Potensial untuk Hutan Rakyat Aditya Hani, Riskan Effendi dan A. Syaffari Kosasih
Tabel (Table) 1. Hasil inventarisasi pohon kisereh di hutan rakyat kabupaten Tasikmalaya (Inventory data of kisereh tree in community forest, Tasikmalaya - West Java)
No. Lokasi/Location Diameter 1. Desa Citalahab, Tunggak 95,5 cm Kecamatan Karangjaya Tunggak 69,7 cm
Tinggi/Height Muncul 1 trubusan tinggi 1,3 cm
20,8 cm
1 2 meter
2.
Desa Reksasari, Kecamatan Taraju
92,4 cm
25 meter
3.
Desa Wandasari, 49 cm Kecamatan Bojonggambir 30,6 cm
25 meter
4.
Kecamatan Salawu
18 meter
23,25 cm
15 meter
Tunggak = 46 cm
Trubusan 1 = 7,5 cm Trubusan 2 = 4 cm Trubusan 3=7 cm Trubusan 4= 7 cm
Tunggak = 28 cm
5.
Desa Bojongkapol, Kecamatan Bojonggambir Milik 1 orang
Tunggak = 28 cm 69,12 cm Tunggak = 53 cm 25,48 cm 28,02 cm 20,38 cm 23,25 cm 70,38 cm 24,52 cm 35,67 cm
20 meter 15 meter 18 meter 13 meter 12 meter 20 meter 15 meter 18 meter
Keterangan /Notes Telah ditebang Tidak ditemukan anakan Telah ditebang Tidak ditemukan anakan Pohon asal trubusan, umur sekitar 4 tahun Tidak ditemukan anakan Pohon tua umur ± 100 tahun, terletak di makam keramat, tidak berbuah, tidak ditemukan anakan tidak berbuah, tidak ditemukan anakan sedang berbuah ditemukan 2 anakan jarak 2 meter dan 10 m dari pohon induk Sedang berbuah tidak ditemukan anakan Tunggak pohon muncul trubusan ± 4 tahun, tahun tebang 2008, digunakan untuk keperluan pembuatan rumah oleh pemilik Tunggak pohon muncul trubusan ditemukan 1 anakan jarak 3 meter dari tunggak Sedang berbuah Sudah ditebang Tidak berbuah Tidak berbuah Tidak berbuah Tidak berbuah Sedang berbuah Tidak berbuah Tidak berbuah
Manfaat pohon kisereh yang cukup banyak menyebabkan masyarakat banyak menebang pohon jenis tersebut. Kegiatan penebangan pohon ini tidak diimbangi dengan prinsip-prinsip kelestarian karena : a). Tidak ada penanaman kembali. Sebelum harga kayu menjadi mahal, masyarakat pada umumnya belum tertarik untuk menanami lahan-lahan mereka dengan tanaman kayu-kayuan. Mereka masih mengandalkan regenerasi secara alami. Petani membiarkan apa saja pohon yang tumbuh, kemudian ditebang apabila diperlukan. b) Tidak meninggalkan pohon induk sebagai sumber benih. Penebangan pada hutan rakyat pada umumnya dikenal dengan istilah “tebang butuh”. Diameter
103
Tekno Hutan Tanaman Vol.3 No.3, Desember 2010, 99 - 106
tanaman yang dapat dijual yaitu 20 cm ke atas. Sehingga seringkali tanaman masyarakat selalu meninggalkan pohon-pohon yang kecil. Pada umumnya pohon tidak sampai berbuah, akibatnya regenerasi alami tidak terjadi. c) Bagian pohon yang diambil tidak hanya di bagian permukaan tanah namun juga sampai ke akarnya untuk dimanfaatkan sebagai obat, menyebabkan permudaan dengan cara trubusan tidak dapat berlangsung. Permudaan alami pohon kisereh hanya ditemukan pada tiga pohon, menunjukkan bahwa permudaan alami pohon kisereh dihutan rakyat tidak dapat berlangsung dengan baik. Hal ini disebabkan karena pohon kisereh tumbuh secara soliter sehingga tidak terjadi penyerbukan silang, maka terjadi penyerbukan sendiri sehingga buah yang dihasilkan berkualitas rendah dengan ciri tidak dapat berkecambah. Hal tersebut dibuktikan dari hasil penyemaian buah kisereh di persemaian Balai Penelitian Kehutanan Ciamis, yaitu dari ± 3 kg buah kisereh hanya ± 50 semai yang dihasilkan. Tabel (Table) 2. Hasil inventarisasi pohon kisereh di Tahura Ir. Juanda (Inventory data of kisereh tree in Ir. Juanda Forest Park - West Java)
No. Pohon Tree number 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Diameter (cm) 78,66 69,43 63,69 127,39 71,97 71,66 116,24 35,03 52,55 89,17 54,14 39,81 57,32 33,44 47,77 63,69 44,59 54,14
Tinggi bebas cabang (m) 20 20 8 10 3 9 2,5 5 12 4 10 6 6 4 6 4 7 8
Tinggi total/Total height (m) 25 30 25 30 25 20 25 30 30 24 24 24 24 20 22 22 20 25
Kendala lain yang dihadapi permudaan kisereh adalah pada saat berbuah akan dihasilkan buah dalam jumlah yang banyak, namun buah banyak yang jatuh dalam kondisi yang masih muda, selain itu buah-buah masak apabila jatuh akan cepat mengalami kerusakan dan membusuk. Sehingga dari sekian banyak buah yang dihasilkan oleh kisereh yang mampu berkecambah hanya sedikit. Dari hasil analisis vegetasi terutama pada tingkat permudaan tiang, pancang dan semai tidak diketemukan adanya permudaan jenis kisereh. Hal ini menunjukkan bahwa regenerasi alami kisereh tidak berjalan dengan baik. Menurut petugas Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, hasil kegiatan inventarisasi di daerah Seksi Lebak mencatat adanya pohon kisereh namun jumlahnya tidak terlalu banyak.
104
Kisereh (Cinnamomum parthenoxylon (Jack) Meissn.), Jenis Pohon Serbaguna dan Potensial untuk Hutan Rakyat Aditya Hani, Riskan Effendi dan A. Syaffari Kosasih
Tabel (Table) 3. Hasil inventarisasi pohon kisereh di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (Inventory data of kisereh tree in Gunung Halimun-Salak National Park)
1.
Keliling pohon /Tree circumference (cm) 320
1146
2.
371
1143
3.
90
1207
No.
Tinggi tempat tumbuh /Altitude (m dpl / m asl)
Posisi geografis/ Geographical position 06°44’35,9” 106°31’48,9” 06°44’34” 106°31’47,1” 06°44'33" 106°31'39,6"
Lintang Selatan Bujur Timur Lintang Selatan Bujur Timur Lintang Selatan Bujur Timur
V. PERMASALAHAN Permasalahan utama yang dihadapi kisereh adalah keberadaannya yang semakin sulit ditemui, bahkan semakin langka. Menurut Puslitbang Hutan Tanaman (2006), kisereh merupakan salah satu jenis prioritas untuk kegiatan konservasi dan pemuliaan tanaman hutan, dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut : 1. Penebangan secara intensif tidak diimbangi oleh kegiatan penanaman. Kayu kisereh mempunyai banyak kegunaan sehingga banyak dicari oleh masyarakat. Namun kegiatan ini tidak diimbangi dengan prinsip-prinsip kelestarian, yaitu : a) tidak ada penanaman kembali, b) tidak meninggalkan pohon induk sebagai sumber benih, c) bagian pohon yang diambil tidak hanya di bagian permukaan tanah, tetapi sampai ke akarnya untuk dimanfaatkan sebagai obat. Oleh karena itu permudaan dengan cara trubusan tidak dapat berlangsung. 2. Kurang dapat bersaing di waktu muda dengan tanaman lain. Berdasarkan hasil inventarisasi di setiap pohon induk kisereh jarang ditemukan anakan alam, padahal kisereh mampu memproduksi buah dalam jumlah yang banyak setiap tahunnya. Menurut petugas di Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. Juanda, Bandung, permudaan alam di bawah tegakan pohon induk, anakan kisereh mulai tumbuh pada musim hujan yang cukup tinggi, namun lama-kelamaan anakan tersebut banyak yang mati. Anakan alam kisereh tidak dapat berkembang dengan baik, karena tidak dapat bersaing dengan tanaman bawah lainnya khususnya dalam memperoleh cahaya, atau permudaannya bersifat toleran seperti pada kebanyakan jenis dipterokarpa. Hal tersebut terbukti bila anakan alam tersebut dipindahkan ke lokasi yang cukup mendapatkan cahaya, akan tumbuh dengan baik. Di lokasi yang sama juga diketahui, bila permukaan tanah di bawah pohon induk kurang ditumbuhi rumput/semak, maka anakan kisereh banyak dijumpai. 3. Semakin sulitnya memperoleh pohon induk. Penebangan pada hutan rakyat pada umumnya dikenal dengan istilah “tebang butuh”, tanaman sudah dijual ketika mencapai diameter 20 cm. Oleh karenanya, tanaman masyarakat selalu meninggalkan pohon-pohon yang kecil akibatnya pohon kisereh di hutan rakyat tidak sampai berbuah hingga regenersi alami seringkali terhambat. Penebangan oleh masyarakat sering ditemukan tidak hanya bagian batang pohon yang diambil tetapi juga bagian akarnya untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku obat. Kondisi ini menyebabkan permudaan dengan cara trubusan juga tidak terjadi. VI. PENUTUP Kisereh (Cinamomum parthenoxylon) adalah jenis pohon andalan yang serba guna. Kayunya dipergunakan sebagai bahan bangunan yang awet, bagian tanaman lainnya seperti akar, kulit kayu dan daun untuk obat herbal, serta memiliki keterikatan sosial budaya dengan masyarakat Priangan di Jawa Barat.
105
Tekno Hutan Tanaman Vol.3 No.3, Desember 2010, 99 - 106
Sifat anakan kisereh yang intoleran, mengakibatkan permudaan alam jarang dijumpai dan sulit untuk bertahan hidup di bawah naungan. Dengan memindahkan anakan alam ke tempat yang terbuka dan bebas dari gulma maka diharapkan anakan kisereh dapat tumbuh dengan cepat. Budidaya jenis kisereh dapat dilaksanakan melalui program Hutan Rakyat (HR), Hutan Tanaman Rakyat (HTR) maupun Hutan Tanaman Industri (HTI) untuk produksi kayu pertukangan, karena persyaratan tempat tumbuh dan teknik regenerasi kisereh telah diketahui. DAFTAR PUSTAKA Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional. 2008. Indonesia dan Obat Tradisional. www. litbang. depkes. go.id Tanggal akses 10 September 2009 Departemen Kehutanan. 2002. Data Strategis Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Kusumodewi, Y. 2008. Pemanfaatan Telasih (Cinnamomum parthenoxylon Meisn.) di Tawangmangu dan Sekitarnya. Makalah Seminar Nasional Etnobotani III. Pusat Litbang Biologi LIPI. Bogor. Mindawati, N., A. Widiarti, dan B. Rustaman . 2006. Review Hasil Penelitian Hutan Rakyat. Puslitbang Hutan Tanaman. Badan Litbang Kehutanan. Bogor. Moi, L.D, N.D Hung and P.S. Leclercq. 1995. Constituents of the essential oils of Cinnamomum parthenoxylon (Jack) nees from Vietnam. Journal of Essential Oil Research : JEOR (USA). Nurhayati, T., Setiawan dan Mahpudin. 1997. Hasil Destilasi Kering 15 Jenis Kayu. Buletin Penelitian Hasil Hutan. 15(4) p. 291-298. Badan Litbang Kehutanan. Bogor. Pusat Litbang Hutan Tanaman. 2006. Jenis-Jenis Prioritas Kegiatan Konservasi dan Pemuliaan. Pusat Litbang Hutan Tanaman. Yogyakarta. Jia, Q., X. Liu, X. Wu, R. Wang, X. Hu, X. Li dan Huang. 2001. Hypoglycemic activity of a polyphenolic oligomer-rich extract of Cinnamomum parthenoxylon bark in normal and streptozotocin-induced diabetic rats. Journal of Tropical Ecology Phytomedicine, Volume 16, Issue 8, Pages 744-750. Cambridge University Press. Widiarti, A. dan N. Mindawati. 2007. Dasar Pemilihan Jenis Pohon Hutan Rakyat. Prosiding Gelar Teknologi Pemanfaatan Iptek untuk Kesejahteraan Masyarakat. Pusat Penelitiuan dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.
106