Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 11 No.2, Desember 2013 ISSN 1693-248X
KINERJA REAKTOR UREA DC-101 DI PT. PUPUK ISKANDAR MUDA Teuku Raja Wahidin 1*, Ratni Dewi 2, M. Yunus 2 1*
DIV Teknologi Kimia Industri, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe 2 Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe *Email:
[email protected]
ABSTRAK PT. Pupuk Iskandar Muda mempunyai dua unit pabrik yaitu PIM 1 dan PIM 2. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi pupuk urea adalah dengan mereaksikan NH3 dan CO2 pada kondisi tekanan dan temperatur yang sangat tinggi. Tempat terjadinya reaksi antara NH3 dan CO2 tersebut adalah di dalam reaktor (DC-101). Dari hasil perhitungan diperoleh konversi reaksi pada reaktor PIM 1 adalah 72,6 %, sedangkan reaktor PIM 2 adalah 74,2 %. Hal tersebut menunjukkkan bahwa kondisi konversi reaksi pada kedua reaktor masih tergolong bagus karena pada kondisi disain persen konversi reaksi yang diharapkan adalah 75 %. Untuk neraca energi, reaktor PIM 1 Qloss yang terjadi adalah 1,008 % sedangkan untuk reaktor PIM 2 Qloss yang terjadi adalah 39,5 %, Kata kunci : CO2, Konversi reaksi, NH3, Qloss, Reaktor ABSTRACT Iskandar Muda company plant has two units, PIM 1 and PIM 2. The raw material used to produce urea fertilizer is by the reaction of NH3 and CO2 at pressure and temperature conditions is very high. The location of the reaction between NH3 and CO2 are in the reactor (DC-101). From the calculations, the conversion reaction in the reactor PIM 1 was 72.6%, while the PIM 2 reactor is 74.2%. This is indicating that the conversion of the reaction conditions in the second reactor is still good because the design conditions expected percent conversion reaction is 75%. For the energy balance, PIM 1 reactor Qloss happens is 1.008%, while for the PIM 2 reactor Qloss happened was 39.5%, Keywords: CO2, conversion reaction, NH3, Qloss, Reactor
35
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 11 No.2, Desember 2013 ISSN 1693-248X
Seluruh proses urea komersil dibuat dengan dasar reaksi antara ammonia dan karbondioksida untuk membentuk ammonium carbamate dan dilanjutkan dengan terjadinya reaksi dehidrasi untuk pembentukan urea. Ammonia dan karbon dioksida biasanya tersedia pada pabrik yang sama, karena karbon dioksida merupakan hasil samping pabrik sintesis ammonia dari hidrokarbon (Anonymous, 1994).
PENDAHULUAN Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik. Urea merupakan pupuk nitrogen yang paling mudah dipakai. Zat ini mengandung nitrogen paling tinggi (46%) di antara semua pupuk padat. Urea mudah dibuat menjadi pelet atau granul (butiran) dan mudah diangkut dalam bentuk curah maupun dalam kantong dan tidak mengandung bahaya ledakan. Zat ini mudah larut didalam air dan tidak mempunyai residu garam sesudah dipakai untuk tanaman. Prinsip pembuatan urea pada umumnya yaitu dengan mereaksikan antara amonia dan karbondioksida pada tekanan dan temperatur tinggi untuk membentuk amonium karbamat, selanjutnya amonium karbamat yang terbentuk didehidrasi menjadi urea. Pada PT. Pupuk Iskandar Muda (PIM) proses reaksi pembentukan urea terjadi pada sebuah bejana bertekanan tinggi yang disebut reaktor urea yang terdapat pada seksi sintesa. Reaktor urea di PT. PIM adalah sebuah bejana tegak lurus yang terdapat pada seksi sintesa dan mempunyai ketinggian 29, 7 meter, dengan kapasitas atau daya tampungnya sebesar 115 m3. peralatan ini sangat vital di pabrik urea PT. PIM.
Pabrik Urea 2 Pabrik urea 2 di PT. Pupuk Iskandar Muda didesain untuk memproduksi 1.725 T/hari urea granul dengan efisiensi energi yang tinggi menggunakan Proses teknologi ACES (Advince Cost and Energy Saving). Proses pabrik urea 2 ini dapat dibagi kedalam enam seksi, yaitu: Sintesa, Purifikasi, Konsentrasi, Granulasi, Recovery dan Seksi Process Condensate Treatment. Hubungan antara masing-masing seksi digambarkan sebagai blok diagram pada Gambar 1. Pabrik Urea 1 Pabrik urea 1 di PT. pupuk Iskandar Muda didesain untuk memproduksi 1.725 MT/hari urea priil. Proses pabrik urea 1 ini dapat dibagi kedalam lima seksi, yaitu: Sintesa, Purifikasi, Kristalisasi, Prilling section, dan unit Recovery. Jenis-jenis Tray Secara umum jenis tray yang digunakan di industri antara lain : 1. Sieve Tray Sieve tray berupa sebuah plate yang berlubang-lubang dimana fluida masuk melalui lubang-lubang tersebut. Sieve
36
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 11 No.2, Desember 2013 ISSN 1693-248X
tray lebih murah dibandingkan valve tray dan buble cap tray, tray ini juga baik digunakan pada larutan yang kotor.
Valve tray ini tidak direkomendasikan untuk digunakan pada larutan yang kotor.
Sieve Tray
Gambar 2 Sieve Tray
Gambar 4. Valve tray
2. Buble Cap Tray Penggunaan buble cap tray lebih sedikit jika dibandingkan dengan sieve tray, buble cap tray biasa digunakan di wash tower. Harga buble cap tray mahal dan biaya pemasangannya relative tinggi (Anonymous, 1975).
METODE PENGAMATAN Prinsip pembuatan urea pada umumnya yaitu dengan mereaksikan antara amonia dan karbondioksida pada tekanan dan temperatur tinggi didalam reaktor secara berkelanjutan untuk membentuk amonium karbamat (reaksi1) selanjutnya amonium karbamat yang terbentuk didehidrasi menjadi urea (reaksi 2). Reaksi pembentukan urea pada reaktor berlangsung pada temperatur dan tekanan yang tinggi, reaksi berlangsung dalam dua tahap yaitu: 1. Reaksi eksotermis, merupakan reaksi antara NH3 dan CO2 membentuk larutan karbamat. Reaksi ini berlangsung sangat cepat, dan kondisi operasinya perlu dijaga pada tekanan dan temperatur yang tinggi. 2NH3+CO2 NH2COONH4.
Gambar 3. Buble cap tray 3. Valve Tray Valve tray biasanya digunakan pada proses pemisahan seperti absorpsi dan distilasi, dimana harganya lebih mahal jika dibandingkan dengan sieve tray.
2. Reaksi endotermis, merupakan reaksi dehidrasi karbamat menjadi urea.
37
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 11 No.2, Desember 2013 ISSN 1693-248X
NH2COONH4 NH2CONH2+ H2O Kedua reaksi diatas adalah reversible dan secara keseluruhan merupakan reaksi eksotermis, oleh karena itu temperatur reaktor urea sangat perlu diperhatikan. Untuk menjaga kondisi reaksi dilakukan pengontrolan dengan cara mengkombinasikan faktor-faktor berikut: Menginjeksikan ammonia berlebih ke dalam reaktor. Pemanasan pendahuluan ammonia cair yang masuk ke reaktor.
Berikut ini Spesifikasi produk urea yang dihasilkan pada PT. Pupuk Iskandar Muda. - Kandungan Nitrogen: minimum 46 % wt - Moisture : maksimum 0,5 % wt - Kandungan Biuret : maksimum 1% wt - Kandungan Fe: maksimum 1 ppm - Ammonia bebas: maksimum 150 ppm.
Gambar 1 Blok Diagram Urea 2 antara NH3 dan CO2 membentuk larutan karbamat. Reaksinya :2NH3+CO2 NH2COONH4
HASIL DAN PEMBAHASAN Urea ( NH2CONH2 ) terbentuk dari reaksi dehidrasi ammonium karbamat yang merupakan reaksi eksotermis hasil dari reaksi sebelumnya antara NH3 danCO2 yang membentuk larutan karbamat. Reaksi yang terjadi dalam reaktor urea adalah sebagai berikut: Tahap pertama merupakan reaksi eksotermis, yaitu reaksi
Tahap kedua merupakan reaksi endotermis, yaitu reaksi dehidrasi ammonium karbamat menjadi urea. Reaksinya : NH2COONH4 NH2CONH2 + H2O
38
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 11 No.2, Desember 2013 ISSN 1693-248X
Kinerja
reaktor
dalam
N/C
H/C
Tanggal
mengubah
tinggi, maka konversi kesetimbangan CO2 semkain kecil sehingga produk urea yang terbentuk juga sedikit.
Konversi (%)
6 -04-2013
3,65
0,41
72,5
8-04-2013
3,69
0.384
73,5
13-04-2013
3,64
0,41
72
Tabel 2. Hasil Perhitungan Neraca Energi Reaktor 1 Komp
ammonia dan karbondioksida menjadi Tabel 1.Neraca Massa Reaktor 1 urea diperlukan konversi kesetimbangan CO2, dimana konversi ini dipengaruhi oleh perbandingan mol antara NH3 dengan CO2 ( N/C ) dan H2O dengan CO2 ( H/C ). Jika mol ratio antara N/C tinggi maka konversi kesetimbangan CO2 semakin meningkat. Begitu juga sebaliknya jika mol ratio H/C yang
Kcal/h
Q1
3.942.190,8
Q2
2.525.109,3
Q3
2.355.072,7
Q4
8.713.223,4
Qr
-20.360,367
Qloss
88.789
Tabel 3. Data Hasil Perhitungan Konversi Reaksi Reaktor 1 Komp
F1 (kg/h)
F2 (kg/h)
Urea NH3
91.954
CO2
54.194
H2O Biuret Total
91.954
54.194
F3 (kg/h)
F4 (kg/h)
9.029
93.007,06
32.810
77.231,344
30.038
22.743,16
17.164
42.319,8
357
274,6
89.400
23.5549
Catatan : F1 = NH3 inlet reaktor F2 = CO2 Inlet Reaktor F3 = larutan recycle Inlet Reaktor F4 = Komponen Outlet Reaktor
Pada reaktor 1, perbandingan N/C terbesar terjadi pada tanggal 8 April 2013, dan N/C terkecil pada tanggal 13 April 2013. Sedangkan untuk H/C, pada tanggal 8 April lebih kecil dari pada tanggal 13 April. Sehingga di dapatkan kesetimbangan konversi feed reaktor pada tanggal 8
April lebih besar yaitu 73 % dari pada tanggal 13 April yaitu 72 %. Pada reaktor 2, perbandingan N/C terbesar terjadi pada tanggal 10 Okteober 2011 yaitu 3,83, sedangkan N/C terkecil terjadi pada tanggal 9 Oktober 2011 yaitu 3,80. Sedangkan untuk H/C pada tanggal 9 dan 10 Oktober sama – sama
39
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 11 No.2, Desember 2013 ISSN 1693-248X
berjumlah 0,65, sehingga di dapatkan kesetimbangan konversi umpan reaktor pada tanggal 10 Oktober 2011 lebih besar yaitu 74,5 % dibandingkan pada tanggal 9 Oktober 2011 yaitu 73,9 %. Dari data diatas menunjukkan bahwa semakin besar mol ratio perbandingan N/C, maka akan semakin besar pula konversi feed untuk pembentukan urea. Sedangkan semakin besar mol ratio perbandingan H/C maka akan memperkecil konversi feed pembentukan urea. Oleh sebab itu kadar air (H2O) dalam reaktor dijaga seminimum mungkin. Berdasarkan hasil perhitungan neraca massa reaktor 1 pada tanggal 8 April 2013, didapat massa NH3 yang masuk F1 adalah 91.954 kg/h, CO2 yang masuk F2 adalah 54.194,05 kg/h dan larutan recycle yang masuk reaktor F3 adalah 89.400,98 kg/h. Sedangkan laju alir massa yang keluar reaktor F4 adalah 235.549 kg/h. Sedangkan dari hasil perhitungan neraca massa reaktor 2 pada tanggal 10 Oktober 2011, massa NH3 yang masuk ke reaktor F1 adalah 25.187,4 kg/h, larutan recycle dari scrubber (DA-102) F2 adalah 24.537,15 kg/h, larutan recycle dari carbamate codenser (EA-101/2) F3 adalah 139.171,2 kg/h, sedangkan laju alir massa keluaran atas reaktor F4 adalah 8.286,09 kg/h dan laju alir massa keluaran bawah reaktor F5 adalah 180.609,65 kg/h.Setiap harinya laju alir massa umpan yang masuk ke reaktor tidaklah sama, hal ini juga menyebabkan bervariasinya konversi feed pembentukan urea, sehingga juga mempengaruhi jumlah produk pupuk urea yang dihasilkan setiap harinya, namun perbedaan itu tidak terlalu jauh dari data disain, sehingga kondisi aktual
reaktor 1 dan reaktor 2 masih seperti yang diharapkan. Berdasarkan hasil perhitungan neraca energi reaktor 1 pada tanggal 8 April 2013, didapat panas yang masuk pada NH3 Inlet Q1 adalah 3.942.190,8 Kcal/h, panas yang masuk pada CO2 inlet Q2 adalah 2.525.109,3 Kcal/h, panas yang masuk melalui larutan recycle Q3 adalah 2.355.072,7 Kcal/h, Sedangkan Panas dari reaksi pembentukan urea Qr adalah – 20.360,367 Kcal/h dan panas keluar reaktor Q4 adalah 8.713.223,4 Kcal/h, sehingga Qloss yang terjadi pada reaktor 1 adalah 88.789 Kcal/h (1,008 %). Sedangkan dari hasil perhitungan neraca energi reaktor 2, di dapat panas yang masuk pada NH3 inlet Q1 adalah 2.307.398,3 Kcal/h, panas yang masuk melalui larutan recycle dari scruber Q2 adalah 1.265.572,3 Kcal/h, panas yang masuk melalui larutan recycle dari carbamate condenser Q3 adalah 8.765.105,9 Kcal/h, Sedangkan panas dari reaksi pembentukan urea Qr adalah – 16.932,371 Kcal/h dan panas keluar dari atas reaktor Q4 adalah 665.604,26 Kcal/h serta panas keluar dari bawah reaktor Q5 adalah 6.777.506,4 Kcal/h, sehingga Qloss yang terjadi pada reaktor 2 adalah 4.878.034,3 Kcal/h (39,5 %). Dari data diatas menunjukkan bahwa pada reaktor 1 Qloss yang terjadi jauh lebih kecil dibandingkan dengan Qloss yang terjadi pada reaktor 2, yaitu sebesar 1,008 % pada reaktor 1 dan 39,5 % pada reaktor 2, hal ini disebabkan karena kondisi dari reaktor itu sendiri. Reaktor 2 memiliki lebih banyak pipa keluaran dari pada reaktor 1, semakin banyak percabangan maka resiko dari kebocoran flange atau gasket akan semakin besar sehingga kemungkinan Qloss yang terjadi akan
40
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 11 No.2, Desember 2013 ISSN 1693-248X
meningkat. Hal lain yang bisa saja reaktor 1 saat ini beroperasi secara menyebabkan Qloss reaktor 2 lebih terus menerus dan dilakukan perbaikan. besar dari Qloss reaktor 1 adalah, Tabel 4. Hasil Perhitungan Neraca Massa Reaktor 2 Komponen
F1 kg/h
F2 kg/h
F3 kg/h
36,805
55,668
10.106,852
66.398,579
5.803,57
56.387,533
CO2
8.963,42
59.676,61
1.942,25
15.560,96
H2O
5.430,071
13.040,341
540,25
38.849,77
Urea NH3
25.187,4
F4 kg/h
F5 kg/h 69.732,03
Biuret Total
79,373 25.187,4
24.537,15
139.171,2
8.286,09
180.609,65
F5 = Outlet bottom reaktor Catatan : F1 = NH3 inlet reaktor F2 = Solution recycle inlet reaktor dari carbamate condenser F3 = Solution recycle inlet reaktor dari scrubber F4 = Outlet top reaktor
Tabel 5. Data Hasil Perhitungan Konversi Reaksi Reaktor 2 Tanggal
N/C
H/C
Konversi (%)
9-10-2011
3,80
0,65
73,9
10-10-2011
3,83
0.65
74,5
Tabel 6. Hasil Perhitungan Neraca Energi Reaktor 2 Komponen
Kcal/h
Q1
2.307.398,3
Q2
1.265.572,3
Q3
8.765.105,9
Q4
665.604,26
Q5
6.777.506,4
Qr
-16.932,371
Qloss
4.878.034,3
karena produk dari urea 2 adalah urea granul, yang direncanakan untuk konsumsi luar negeri (ekspor), untuk
Sedangkan untuk reaktor 2 sangat jarang di operasikan, mengingat keterbatasan bahan baku yang sedang dialami oleh PT. Pim, serta disebabkan
41
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 11 No.2, Desember 2013 ISSN 1693-248X
alasan tersebut reaktor 2 sangat jarang dilakukan perbaikan, bahkan tidak pernah dibuka pada saat pertama, hal ini memungkinkan adanya kebocoran di dalam reaktor. Temperatur dan tekanan pada top reaktor tidak melebihi kondisi disain (200ºC pada reaktor 1 dan 190ºC pada reaktor 2), jika terlalu tinggi maka akan mengakibatkan meningkatnya laju korosi pada reaktor, meskipun dilain pihak temperatur yang tinggi akan meringankan beban pada seksi selanjutnya. Oleh karena itu perlu adanya batasan operasi untuk mengoptimalkan unjuk kerja reaktor.
Anonymous, 1975, Toyo Engineering Coorporation, Tehnical for Ammonia and Urea Plant, PT. Pupuk Iskandar Muda, Krueng Geukuh.
SIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu berdasarkan hasil perhitungan neraca massa reaktor 1 dan reaktor 2, diperoleh neraca massa total adalah 235.549,03 kg/h untuk reaktor 1, sedangkan neraca massa total untuk reaktor urea 2 adalah 188.895,75 kg/h. Semakin tinggi mol ratio N/C maka akan semakin meningkatkan konversi feed reaktor terhadap pembentukan urea, sebaliknya semakin tinggi mol ratio H/C maka konversi feed reaktor akan semakin rendah. Pada reaktor urea 1 Qloss yang terjadi adalah 88.789 Kcal/h (1,008 %), sedangkan pada reaktor urea 2 Qloss yang terjadi adalah 4.878.034,3 Kcal/h (39,5 %) DAFTAR PUSTAKA Annonymous, 1994, Prinsip – prinsip dasar dan prinsip operasi, PT. Pupuk Iskandar Muda, Krueng Geukuh.
42